• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Kandidiasis Kutis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Kandidiasis Kutis"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PRESENTASI KASUS

ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA

KANDIDIASIS KUTIS PEMBIMBING: dr. Benny Abdullah Sp.KK PENYUSUN: Febriendo Vanni DJ 201020401011114 FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu ’alaikum Wr.Wb.

Segenap puji syukur penulis panjatkan hanya kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas responsi kasus yang berjudul ”Kandidiasis Kutis”.

Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembimbing, terutama kepada dr. Benny Abdullah Sp.KK, terima kasih atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas responsi ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan selanjutnya.

Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, September 2012

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1Pendahuluan 5 1.2Definisi 5 1.3Sinonim 6 1.4Epidemiologi 6 1.5Etiologi 6 1.6 Klasifikasi ... 6 1.7Patogenesis 7 1.8Gejala klinis 8 1.9Diagnosis banding 11 1.10 Diagnosis 13 1.11 Penatalaksanaan 15 1.12 Prognosis 16

(4)

2.1Identitas 17 2.2Anamnesis 17 2.3Status generalis 18 2.4Status dermatologi 19 2.5Resume 19 2.6Diagnosis 19 2.7Diagnosis banding 19 2.8Pemeriksaan penunjang 20 2.9Penatalaksanaan 20 2.10 Prognosis 21 2.11 Foto kasus 21 BAB 3 PEMBAHASAN ... Bab 4 KESIMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA 22

(5)

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

I . Pendahuluan

Kadidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus dan paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septicemia, endokarditis, maupun meningitis.(1,9).

Spesies Candida merupakan microflora normal pada kulit manusia, namun dapat berubah menjadi pathogen bila faktor penjamu terutama status imun berubah, atau terganggu. Lesi dapat terjadi pada beberapa tempat pada tubuh, terutama pada tempat yang lembab dan hangat biasanya sering terinfeksi. C. albicans merupakan penyebab tersering. (2)

II. Definisi

Kandidiasis kutis merupakan infeksi spesies Candida yang biasa terjadi pada lipatan kulit atau tempat yang tertutup pakaian atau prosedur dressing medis pada tempat yang lembab. Tempat yang dekat denga orificium dan jari, dimana sering terkena saliva juga merupakan risiko terkena kandidiasis kutis. Gejala yang tersering adalah kemerahan dan adanya eksudat yang basah yang pertama terjasi pada lipatan kulit yang dalam.(2)

(6)

III. Sinonim

Kandidosis, moniliasis.

IV. Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit. Faktor resiko yang pemicu hal ini adalah kondisi imunocompromise, diabetes militus, obesitas, hyperhidrosis, demam, polyendocrinophaties, terapi steroid topikal maupun sistemik, dan penyakit kronik.(3) Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui

data-data penyebarannya dengan tepat.(4)

V. Etiologi

Sebagian besar dari spesies C. albicans tidak bersifat menguntungkan maupun merugikan. Kolonisasi C. albicans dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina dan feses orang normal. (3)

VI. Klasifikasi

Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk.(1971), membaginya sebagai berikut: (1)

1. Kandidiasis selaput lendir: - Kandidosis oral (thrush)

(7)

- Vulvovaginitis

- Balanitis atau balanopostitis - Kandidosis mukokutan kronik

- Kandidosis bronkopulmonar dan paru 2. Kandidiasis kutis:

- Lokalisata: daerah intertriginosa dan daerah perianal - Generalisata

- Paronikia dan onikomikosis - Kandidosis kutis granulomatosa 3. Kandidiasis sistemik: - Endokarditis - Meningitis - Pielonefritis - Septikemia 4. Reaksi id VII. Patogenesis

Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. (1)

Faktor endogen:

1. Perubahan fisiologik a. Kehamilan

(8)

b. Obesitas c. Debilitas d. Iatrogenik e. Endokrinopati

f. Penyakit kronik dengan keadaan umum yang buruk.

2. Umur: usia tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi ini karena status imunologi yang tidak sempurna.

3. Imunologik: penyakit genetik. Faktor eksogen:

1. Iklim, panas, dan kelembaban. 2. Kebersihan kulit.

3. Kebiasaan merendam kaki dalam air yang lama.

4. Kontak langsung dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis. (1)

VIII. Gejala Klinis

1. Kandidiasis kutis :

(9)

Gambar 1.1 Kandidiasis Intertriginosa

Lesi mengenai daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus, pannikulus (lipatan lemak badan). Lesi berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa dikelilingi oleh vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah erosi, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. (1)

Kandidiasis mengenai sela jari tangan (tersering) pada sela jari ketiga dan keempat, yang sering kena air. (9)

1.2 Kandidosis perianal

Lesi berupa maserasi seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani. (1)

1.3 Kandidosis kutis generalisata

Lesi mengenai daerah pelipatan-pelipatan badan, umbilikus, pannikulus (lipatan lemak badan). Kulit nyeri, inflamasi, eritematus dan ada satelit vesikel/pustul, bula atau papulopustular yang pecah meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi erosi. (10)

1.4 Paronikia dan onikomikosis

Lesi berupa kemerahan, bengkak yang tidak bernanah, kuku menjadi tebal, mengeras, dan berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada tine unguium.(1)

(10)

Gambar 1.2 Onikomikosis 1.5Kandidosis napkin (Diaper Rash)

Gambar 1.3 Diaper Rash

Sering terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang diganti yang dapat menimbulkan dermatitis iritan, juga sering diderita neonatus sebagai gejala sisa dermatitis oral dan perianal.(1)

1.6 Kandidosis granulomatosa

Penyakit ini sering menyerang anak-anak lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan melekat erat pada

(11)

dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2 cm, lokasinya sering terdapat di wajah, kepala, kuku, badan dan tungkai. (1)

IX. Diagnosis

1. Anamnesis dan gejala klinik yang khas.

Kandidiasis kutis biasanya terja di pada lipatan kulit yang lembab dan termaserasi. Keluhan yang sering terjadi adalah gatal, kemerahan, dan daerah yang termaserasi.(6) Kulit nyeri, inflamasi, eritematous, dan

ada satelit vesikel/pustula, bula atau papulopustular yang pecah meninggalkan permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi. (7)

2. Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan dengan KOH 10-20% dan pengecatan gram.

Pada pemeriksaan dengna KOH 10% menunjukan adanya spora dan pseudohifa, namun pada kandidiasis kutis tidak selalu tampak.(7,8)

Pada pengecetan gram, yeast akan menjadi dense, gram positif, oviod bodies, diameter 2-5µm. Kombinasi antara Gomori Methanemine Silver (GMS) dan Congo Red dapat bermanfaat untuk mendiagnosa banding infeksi fungi. Pada Blastomyces dan Pityrosporum memberikan hasil positif pada hasil pengecetan, sedangkan pada Candida dan Hitoplasma negatif.(8)

(12)

Gambar 1.4 Species Candida pada pemeriksaan KOH 10% 3. Kultur.

Gambar 1.5 Hasil kultur Species Candida

Pada kultur C. albicans harus dibedakan dengan jenis kandida yanng lain, yang biasanya jarang menjadi patogen. Seperti C. krusei, C. stellatoidea, C. tropicalis, C. pseudotropicans, dan C. guilliermondii. Kultur pada Sabouraud glucose agar yang dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) menunjukan hasil biakan yang seperti krim, keabu-abuan, dan koloni basah dalam waktu 4 hari. (8)

(13)

Dengan pengecetan PAS (Periodic Acid-Schiff) atau GMS . pilihan untuk kandida leukoplakia dan bila diperlukan pada kandidiasis kutis.

(7)

5. Glukosa darah dan reduksi urine untuk melihat diabetes mellitus.(7)

X. Diagnosis Banding

Keterangan Penyakit

Tinea kruris Dermatitis Eritrasma

Definisi

Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar anus, yang bersifat akut atau menahun.(10) Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh endogen dan atau eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.(11) Penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan

corynebacterium minitussismum,

ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipatan paha. (12) Etiologi Tinea kruris biasanya disebabkan oleh T.rubrum, T.mentagrophytes, atau E.flocossum.(6) Penyebab eksogen (bahan kimia, fisik, mikroorganisme)dan penyebab endogen ( atopik), sebagiannya tidak diketahui etiologinya yang pasti.(11) Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium minissusmum. (12)

Lesi Lesi berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya.

Efloresensi terdiri

Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edem, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak

Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat. Lesi eritroskuamosa, berskuama halus kadang-kadang dapat

(14)

atas macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf). (10)

basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Pada stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi,

papul dan

likenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atau eksoriasi karena garukan.(11)

terlihat merah kecoklat-coklatan. Variasi ini rupanya tergantung pada daerah area lesi dan warna kulit penderita Tempat predileksi di daerah ketiak dan lipat paha, kadang berlokasi di daerah intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak menimbul dan tidak terlihat vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa lemak. (12) Pemeriksaan penunjang – Pemeriksaan KOH 10%, akan tampak elemen jamur.(4) – Kultur sediaan pada Sabouround Dextrose Agar (SDA) atau Dermatophyt Test Medium (DTM). (4) – Dermatitis atopik  Prick Test. (13) – Dermatitis kontak  Patch Test. (14) – Dermatitis seboroik  – Pemer iksaan KOH 10 %, akan tampak spora atau blastokonidia tanpa hifa – Pemeriksaan Wood Lamp, tampak merah membara (coral red).(16) – Pemeriksaan pengecetan gram atau giemsa  gram positif. (16)

(15)

Lamp , negatif (warna violet). (15) Gambar XI. Penatalaksanaan - Umum

- Mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi. - Mengobati infeksi sekunder dengan kompre sol. Sodium chlorida 0,9% selama 3 hari dan antibiotika yang tidak berspektrum luas (erytrhomycine, cotrimoxazole, lincomycine dan clindamycine) selama 5-7 hari.

(16)

- Topical

- Nystatin: oral suspensi, suppositoria - Solutio gentian violet 1%

- Mikonazole cream - Sistemik

Indikasi:

- Bila lesi luas

- Penderita imunokompromais berat.

- Paronikia yang gagal dengan obat topikal/ berat/ kronis. Tablet oral:

- Tablet Ketokonazole (200 mg) 1 tablet selama 1-2 minggu. - Kapsul Itraconazole (100 mg) 2 kapsul selama 7 hari. (7)

XII. Prognosis

(17)

BAB 2

LAPORAN KASUS 2.1 Identitas

• Nama : Ny. Munjianah

• Umur : 37 thn

• Jenis kelamin : Wanita

• Alamat: Pucangan III / 63

• Agama : Islam

• Pekerjaan : Ibu rumah tangga

• Tanggal pemeriksaan : 3 September 2012 2.2 Anamnesis

• KU : Gatal pada paha kanan

RPS : Penderita datang ke poli kulit RS Haji Surabaya dengan keluhan kulit didaerah lipat paha kanan dan kiri terasa sangat gatal sejak 2 bulan yang lalu. Rasa gatal dirasakan semakin bertambah hebat bila penderita berkeringat. Penderita juga mengeluh tidak tahan terhadap gatal karena mengganggu aktifitas. Biasanya penderita menggaruk daerah lipat paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan mengelupas. Penderita telah mencoba memberikan salep BENASON dan bedak salisil, namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin melebar. Penderita mengatakan sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke Tuban dengan menggunakan bis dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu

(18)

penderita mengaku mengenakan pakaian celana leging yang ketat. Penderita mengaku kalau sehari mandi minimal 2 kali dan mengganti baju setiap kali mandi. Penderita mengaku bahwa sudah pernah mengenai penyakit ini sebelumnya.

• RPD :

• pasien pernah menderita penyakit seperti ini

• Diabetes millitus: disangkal

• Riw. Alergi :

-• RPK:

Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini

• R.Psikososial

• Mandi 2 kali sehari dengan air PDAM

• Rajin mengganti pakaian, 2 hari sekali

• Penderita adalah ibu rumah tangga

2.3 Status Generalis

– Keadaan umum : Baik

– Kesadaraan : Compos Mentis

(19)

– Leher : Dalam Batas Normal

– Thorax : Dalam Batas Normal

– Abdomen : Dalam Batas Normal

– Ekstermitas : Lihat Status Dermatologis

2.4 Status Dermatologi

– Pada regio anterior superior terdapat Gambar 2.3 Pada regio femoris dextra terdapat lesi warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan squama.

2.5 Resume

Penderita datang ke poli kulit RS Haji Surabaya dengan keluhan kulit diregio femoris anterior superior terasa sangat gatal sejak 2 bulan yang lalu. Rasa gatal dirasakan semakin bertambah hebat bila penderita berkeringat. Penderita juga mengeluh tidak tahan terhadap gatal karena mengganggu aktifitas. Biasanya penderita menggaruk untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan mengelupas. Penderita telah mencoba memberikan salep BENASON dan bedak salisil, namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin melebar. Penderita mengatakan sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke Tuban dengan menggunakan bis dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita mengaku mengenakan pakaian celana leging yang ketat. Penderita mengaku kalau sehari mandi minimal 2 kali dan mengganti baju setiap kali mandi. Penderita mengaku bahwa sudah pernah mengenai penyakit ini sebelumnya. Status dermatologis

(20)

pada regio femoris anterior superior didapatkan warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan squama

2.6 Diagnosis

Suspek kandidiasis kutis

2.7 Diagnosis Banding - Tinea cruris - Eritrasma

- Dermatitis kontak

- Tinea dengan candidiasis 2.8 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan dengan Wood Lamp

(21)

Gambar 2.2 Pemeriksaan KOH 10%

2.9 Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

- Topikal: mikonazole cream 2% (dioles 2 X sehari sehabis mandi).

- Oral : ketokonazole tab 200mg 1x1 tab b. Non Medikamentosa

- Memakai pakaian yang longgar. - Mengurangi berat badan.

- Menjaga kebersihan badan. - Kontrol 1 minggu lagi. 2.10 Prognosis

Baik, bila cara pengobatan benar dan sesuai ajuran serta melaksanakan terapi non medikamentosa.

(22)

Gambar 2.3 Pada regio femoris anterior superior tampak lesi warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan

skuama. BAB 3

PEMBAHASAN

Wanita, usia 37 tahun datang ke poli kulit kelamin dengan keluhan gatal pada lipatan paha kanan dan kiri sejak 2 bulan yang lalu. Rasa gatal dirasakan semakin bertambah hebat bila penderita berkeringat. Penderita juga mengeluh tidak tahan terhadap gatal karena mengganggu aktifitas. Biasanya penderita menggaruk daerah lipat paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulitnya menjadi kemerahan dan mengelupas.

Penderita telah mencoba memberikan salep BENASON dan bedak salisil, namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin melebar. Penderita mengatakan

(23)

dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita mengaku mengenakan pakaian celana leging yang ketat. Penderita mengaku kalau sehari mandi minimal 2 kali dan mengganti baju setiap kali mandi. Penderita mengaku bahwa sudah pernah mengenai penyakit ini sebelumnya.

Dari identitas didapatkan wanita, 37 tahun, dari jenis kelamin dan usia menunjukkan kesesuaian dengan teori, dimana berdasarkan teori menunjukkan bahwa kandidiasis dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan (Kuswadji).

Dari anamnesa pasien mengeluhkan rasa gatal, dan semakin gatal jika berkeringat dan sudah sering mengalami keluhan seperti ini. 2 minggu yang lalu juga melakukan perjalanan jauh dan lama dengan manggunakan pakaian yang ketat, selain itu pada daerah yang dikeluhkan terdapat riwayat diberikan kortikosteroid topikal. pada anamnesa tersebut kita sudah dapat mendapat faktor resiko dari pasien ini, bahwa beberapa faktor memegang peranan terjadinya kandidiasis, yaitu iklim yang panas, higiene yang masih kurang, adanya penularan di sekitarnya, penggunaan obat-obatan kortikosteroid, antibiotik dan sitostatika yang meningkat, adanya penyakit kronik dan penyakit sistemik seperti diabetes.

Pada regio femoris anterior superior tampak lesi warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan skuama. Gambaran lesi yang ditemukan ini sangat khas untuk penyakit yang disebabkan oleh jamur, yaitu kandidiasis, dengan gejala objektif yaitu efloresensi

(24)

terlihat plaque eritematous, dan ada satelit vesikel/pustula, bula atau papulopustular yang pecah meninggalkan permukaan yang kasardengan tepi yang erosi.

Kandidiasis kutis adalah Kandidiasis kutis merupakan infeksi spesies Candida yang biasa terjadi pada lipatan kulit atau tempat yang tertutup pakaian atau prosedur dressing medis pada tempat yang lembab. Tempat yang dekat denga orificium dan jari, dimana sering terkena saliva juga merupakan risiko terkena kandidiasis kutis. Gejala yang tersering adalah kemerahan dan adanya eksudat yang basah yang pertama terjasi pada lipatan kulit yang dalam.(2)

Untuk mendiagnosis sebagai suatu kandidiasis kutis diperlukan anamnesis, efflorosensi, dan pemeriksaan penunjang seperti yang telah disebutkan di atas. Dari anamnesis dan efflorosensi saja harusnya sudah bisa mendiagnosis sebagai kansdidiasis kutis, akan tetapi ada beberapa penyulit dalam mendiagnosis sehingga muncul beberapa diagnosis banding untuk kandidiasis kutis. Beberapa diagnosis banding kandidiasis kutis adalah, tinea kruris, eritrasma, dermatitis.

Tinea kruris merupakan Penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk pada lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar anus, yang bersifat akut atau menahun , yang disebabkan oleh T.rubrum,

T.mentagrophytes, atau E.Flocossum . Lesi berbatas tegas, peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf).

(25)

Dermatitis meriupakan Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh endogen dan atau eksogen,

menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal . dengan penyebab eksogen , penyebab endogen , sebagiannya tidak diketahui etiologinya yang pasti

Eritrama merupakan penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan corynebacterium minitussismum, ditandai dengan

adanya lesi berupa eritema dan skuama halus terutama di daerah ketiak dan lipatan paha. Yang disebabkan bakteri Corynebacterium

(26)

Ada beberapa cara untuk membantu menegakkan diagnosis kandidiasis kutis9 pemeriksaan kerokan KOH, sediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut dan kuku) tambahkan dengan larutan KOH 10-30% atau pewamaan Gram. Dengan pemeriksaan mikroskopis terlihat pada sediaan kulit dan kukubudding yeaast cells (2 spora seperti angka 8) dengan atau tanpa pseudo hifa atau hifa. Pseudo hifa (gambaran seperti untaian sosis) pada infeksi membrana mukosa adalah pathognomonis, sedangkan pada kandidiasis kutis tidak selalu ada.

Dapat juga dilakukan pembiakan dengan tujuan untuk mengetahui spesies jamur penyebab, dilakukan bila perlu. Pada kultur C. albicans harus dibedakan dengan jenis kandida yanng lain, yang biasanya jarang menjadi patogen. Seperti C. krusei, C. stellatoidea, C. tropicalis, C. pseudotropicans, dan C. guilliermondii. Bahan sediaan kerokan ditanam dalam agar Sabouroud dekstrose; untuk mencegah pertumbuhan bakteri dapat ditambahkan antibiotika (misalnya khloramfenikol) ke dalam media tersebut. menunjukan hasil biakan yang seperti krim, keabu-abuan, dan koloni basah dalam waktu 4 hari.

(27)

status dermatologisnya dan pemeriksaan penunjang dengan KOH sudah dapat menegakkan diagnosis pasien ini yaitu tinea corporis. Pengobatan untuk jamur kulit ini bekerja dengan cara menghambat jamur dengan mengganggu aktivitas sel jamur sehingga menjadi rusak. Ada dua macam cara terapi jamur, yang bersifat fungistatik (melemahkan) yang diberikan antara 3 – minggu dan yang bersifat fungisidal (mematikan) yang diberikan 1 – 2 minggu.6 Obat

jamur kulit diberikan pada pasien ini berupa krim yang dioleskan langsung pada daerah yang terinfeksi jamur yaitu mikokonazole 2% yang dengan pemakaian 2 kali sehari setelah mandi. Pada pasien ini diberkan suatu obat jamur secara sistemik karena infeksi bersifat rekuren. Sebagai terapi suportif pasien harus jaga kebersihan badan dengan mandi bersih. Sering mengganti pakaian bila berkeringat, jangan memakai pakaian yang basah atau lembab.Jangan memakai peralatan bersama-sama, untuk menghindari anggota keluarga terinfeksi. Untuk pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap keringat. Diusahakan agar tidak memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih.2,3,4

Pengobatan pada kandidiasis kutis dilakukan secara penanganan umum, yaitu dengan cara mengurangi dan mengobati faktor-faktor predisposisi, mengobati infeksi

sekunder dengan kompre sol. Sodium chlorida 0,9% selama 3 hari dan antibiotika yang tidak berspektrum luas (erytrhomycine, cotrimoxazole, lincomycine dan clindamycine) selama 5-7 hari. Selain itu jugan dilakukan penanganan topikal; mikonazole cream dan penaganan secara sistemik, indikasi : bila lesi luas, penderita imunokompromais berat.Tablet oral yang dapat diberikan Tablet Ketokonazole (200 mg) 1 tablet selama 1-2 minggu, apsul Itraconazole (100 mg) 2 kapsul selama 7 hari.

(28)

Pasien juga dianjurkan kontrol seminggu kemudian untuk mengetahui respon terhadap terapi dan mengevaluasi keluhan subyektif maupun tanda obyektif yang masih ada.

Prognosis pasin ini baik. Penyakit ini dapat sembuh tetapi perlu adanya edukasi bahwa penyakit ini dapat kambuh kembali jika imunitas penderita menurun, higiene sanitasi yang jelek. Sehingga penderita diharuskan menjaga kesehatan dan kebersihan kulitnya. Selain penting itu memberi edukasi kepada pasien tentang adanya komplikasi yang mungkin timbul, diantaranya infeksi sekunder, dan lesi hiperpigmentasi.

BAB 4

KESIMPULAN

Telah dilaporkan wanita, 37 tahun, datang ke poli kulit dan kelamin dengan keluhan gatal pada lipatan paha kanan dan kiri, sejak 2 bulan yang lalu. Rasa gatal dirasakan semakin bertambah hebat bila penderita berkeringat. Penderita juga mengeluh tidak tahan terhadap gatal karena mengganggu aktifitas. Biasanya penderita menggaruk daerah lipat paha untuk mengurangi rasa gatal sehingga

(29)

salep BENASON dan bedak salisil, namun rasa gatal tidak berkurang, justru semakin melebar. Penderita mengatakan sekitar 1 minggu yang lalu melakukan perjalanan ke Tuban dengan menggunakan bis dengan menempuh ± 4 jam, pada saat itu penderita mengaku mengenakan pakaian celana leging yang ketat. Penderita mengaku bahwa sudah pernah mengenai penyakit ini sebelumnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada regio femoris anterior superior didapatkan warna kulit plaque eritematosa, terdapat satelit nodul dikelilingi vesikel-vesikel, terdapat erosi dan squama. Pada pemeriksaan Wood Lamp tidak didapatkan perubahan warna, (-) negatif. Pemeriksaan KOH tidak didapatkan gambaran hifa maupun spora, (-) negatif.

Diagnosis pasien ini adalah pasien mengalami penyakit kandidiasis kutis, dan terapi yang diberikan adalah mikonazole cream 2% dan ketokonazole tab 200mg.

(30)

DAFTRA PUSTAKA

1. Kuswadji. Kandidosis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 106-109

2. Hay R J, Ashbee H R. Mycology. In:Rook’s Textbook of Dermatology. Vol II. Blackwell Punlishing, UK: 2010. p 36.56-36.69

3. Harahap, Marwali . Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta. 2000. Hal 81 4. Abdullah, Benny. Dermatologi-Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah

(31)

5. Murtiastutik, Dwi (2000). Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin-edisi 2. Dep/SMF FK Unair/RSUD Dr Soetomo.

6. Gupta Aditya K, Lynch Lindsay E. Fungal and Yeast Infection. In:Dematology for Skin of Color. McGraw-Hill: UK. 2009. p. 429

7. Suyoso Sunarso, Ervianti Evy, Barakbah Jusuf. Kandidiasis Superfisialis. Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin. RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 72-77

8. William D James, Timothy G Berger, Dirk M Elston. Editors. Diseases Resulting from Fungi and Yeast, In:Andrews’ Disease of the Skin: Clinical Dermatology, Tenth Edition. Philadelphia: W.B Saunders Company. 2006. p 297-301

9. Janik Matthew P, Heffernan Michael P. Yeast Infections:Candidiasis and Tinea (Pityriasis) Versicolor. In:Fitzpatrick Dermatology in General Medicine. McGraw-Hill : USA. 2008. p 1822-1828

10. Budimulja,Unandar. Mikosis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 94

11. Sularsito Sri Adi, Djuanda Suria. Dermatitis. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 129

12. Budimulja,Unandar. Eritrasma. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Balai Penerbit FKUI. Jakarta : 2011. Hal 334-335

13. Hutomo M Marsudi, Pohan Saut Sahat, Agusni Indropo. Dermatitis Atopik. Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin. RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 1-4

(32)

14. Pohan Saut Sahat, Hutomo M Marsudi, Sukanto Hari. Dermatitis Kontak. Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin. RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 5-8

15. Pohan Saut Sahat, Hutomo M Marsudi, Suyoso Sunarso. Dermatitis Seboroik. Pedoman Diagnosis dan Terapi-edisi III. Bag/ SMF Ilmu Kulit dan Kelamin. RSU Dokter Soetomo: Surabaya. 2005. Hal 11-14

16. Hay R J, Adriaans B M. Bacterial Infections. In:Rook’s Textbook of Dermatology.Vol II. Blackwell Punlishing, UK: 2010. p 30.37-30.38

Gambar

Gambar 1.2 Onikomikosis 1.5 Kandidosis napkin (Diaper Rash)
Gambar 1.4 Species Candida pada pemeriksaan KOH 10%
Gambar 2.1 Pemeriksaan Wood Lamp
Gambar 2.2 Pemeriksaan KOH 10%
+2

Referensi

Dokumen terkait

Riwayat Kehamilan sekarang : 1 Hamil ke 1, usia 11+3 minggu 2 HPHT : 16-07-2021 3 HPL : 23-04-2022 4 Gerak janin  Pertama kali : belum terasa  Frekuensi dalam 12 jam : belum ada 5