• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK MODEL PEMBELAJARAN ECIRR DALAM MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK MODEL PEMBELAJARAN ECIRR DALAM MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

127

MAKALAH

PARALEL

PARALEL B

ISBN :978-602-73159-8

PROSPEK MODEL PEMBELAJARAN ECIRR DALAM

MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI

KESETIMBANGAN KIMIA

Mawaddah Muhlis

1*

, Effendy

1

, dan Aman Santoso

1 1Prodi Pendidikan Kimia, Pascasarjana Universitas Negeri malang

Jl. Semarang 5 Malang, Indonesia 65145

1Chemistry Education, Postgraduate State University of Malang Semarang street number 5 Malang, Indonesia 65145

* Untuk korespondensi HP 085298681014 e-mail: mawaddah0214@gmail.com

ABSTRAK

Kesetimbangan kimia memiliki karakteristik konsep yang abstrak dan berjenjang yang membutuhkan keterampilan berpikir ilmiah tinggi untuk memahaminya. Siswa dituntut untuk mampu membuat hubungan yang koheren antar konsep-konsep pada materi kesetimbangan kimia. Hal ini berpotensi menyebabkan materi kesetimbangan kimia sulit dipahami siswa. Kesulitan tersebut memungkinkan timbulnya pemahaman yang salah, jika pemahaman yang salah ini berlangsung terus menerus akan mengakibatkan miskonsepsi. Miskonsepsi yang tidak segera diatasi akan terbawa pada pembelajaran berikutnya dan berpotensi menyulitkan siswa memahami konsep-konsep selanjutnya. Menindaklanjuti problematika dalam pembelajaran kimia, khususnya mengenai materi kesetimbangan kimia, diperlukan model pembelajaran yang tepat untuk mereduksi kesalahan tersebut. Penerapan model pembelajaran ECIRR dianggap sebagai langkah tepat untuk meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Selain dapat mereduksi miskonsepsi, beberapa penelitian menyebutkan bahwa model pembelajaran ECIRR dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Kajian ini bersifat deskriptif dan berbasis literatur yang bertujuan untuk mengetahui prospek model pembelajaran ECIRR dalam mereduksi miskonsepsi siswa pada materi kesetimbangan kimia.

Kata kunci: ECIRR, Miskonsepsi, Kesetimbangan Kimia

ABSTRACT

Chemical equilibrium has the characteristics as abstract and tiered concept which requires a high scientific thinking skills to understand it. Students are required to be able to make a coherent relationship between concepts in chemical equilibrium material.It tends to lead elusive in student.The difficulty allow the emergence of wrong understanding, then it will lead to misconceptions in students.Misconception which not solved immediately will be brought at the next chapter then it had potentially difficult learning for students to understand the concepts further.Based on this problems, appropriate learning model is necessary to reduce these errors.The implementation of ECIRR learning model is regarded as appropriate steps to minimize errors that occur in students' concept.Besides being able to reducing the misconceptions, some studies mention that ECIRR learning model can enhance student ability to understanding the

(2)

concepts.This study was descriptive using meta-analyzis of literature aimed toidentify opportunities of ECIRR learning models in reducing misconceptions of students in chemical equilibrium.

Key words: ECIRR, Misconception, Chemical Equilibrium

PENDAHULUAN

Salah satu topik dalam pembelajaran kimia adalah Kesetimbangan Kimia yang mencakup beberapa subtopik seperti konsep

kesetimbangan kimia, tetapan

kesetimbangan kimia, faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia, dan aplikasi kesetimbangan kimia

dalam industri (proses Haber-Bosch).

Subtopik-subtopik tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain dan dibutuhkan untuk meramalkan seberapa banyak pereaksi dapat berubah menjadi produk reaksi dan

membahas faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kesetimbangan serta

bagaimana pengetahuan tersebut digunakan pada optimasi proses industri.

Konsep kesetimbangan kimia dapat digambarkan ke dalam tiga representasi yaitu makroskopik, submikroskopik, dan simbolik. Representasi makroskopik berkaitan dengan fenomena yang dapat diamati oleh indera. Sebagai contoh perubahan warna yang menandai terjadi pergeseran kesetimbangan

kimia akibat penambahan konsentrasi,

misalnya CoH2O62+(aq) yang berwarna pink

berekasi dengan Cl-(aq) dalam keadaan

setimbang membentuk CoCl42-(aq) dan

H2O(l) yang merupakan larutan berwarna

biru, jika ditambahkan air kedalam

kesetimbangan maka terjadi pergeseran kesetimbangan kimia kearah kiri (kearah reaktan) sehingga pada keadaan setimbang warna larutan menjadi pink. Representasi submikroskopik berkaitan dengan atom,

molekul, ion, dan struktur. Sebagai contoh secara molekuler pada keadaan setimbang reaksi masih terus berlangsung karena

molekul selalu bergerak dan saling

bertumbukkan dimana laju reaksi maju sama dengan laju reaksi balik. Representasi simbolik berkaitan dengan simbol-simbol,

rumus kimia, persamaan, molaritas,

manipulasi matematika dan grafik.

Representasi ini merupakan jembatan antara

representasi makroskopik dan

submikroskopik. Contoh representasi

simbolik dari reaksi kesetimbangan larutan CoH2O62+ dan Cl- membentuk larutan CoCl42-

sebagai berikut:

CoH2O62+(aq)+Cl-(aq) ⇆ CoCl42-(aq) + H2O(l)

(pink) (biru)

Ketiga representasi diatas banyak terdiri dari konsep-konsep abstrak[1-2].

Pemerolehan pemahaman konsep yang bersifat abstrak sangat berkaitan dengan tingkat ketrampilan berpikir yang

dimiliki seseorang. Hasil penelitian

menyatakan bahwa konsep-konsep abstrak hanya dapat dipahami oleh siswa yang telah mencapai tingkatan keterampilan berpikir formal. Untuk dapat memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak, dibutuhkan kemampuan berpikir formal, karena tidak adanya contoh kongkrit yang dapat diamati. Siswa dengan kemampuan berpikir formal cenderung memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibanding siswa dengan kemampuan berpikir konkrit[3-4].

(3)

129

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)

ISBN: 978-602-73159-8

Kesulitan dalam memahami topik yang abstrak, akan menyebabkan terjadinya

miskonsepsi. Konsep yang abstrak

merupakan salah satu penyebab terjadinya miskonsepsi[5]. Jika miskonsepsi ini terjadi

secara terus menerus akan menyebabkan terjadinya kesalahan konsep pada siswa.

Kesalahan konsep pada materi

kesetimbangan kimia dapat mempengaruhi

pemahaman siswa mengenai

konsep-konsep selanjutnya, yaitu konsep-konsep-konsep-konsep pada materi elektrokimia, larutan asam basa, dan hasil kali kelarutan (Ksp). Apabila siswa mengalami kesalahan konsep pada materi

kesetimbangan kimia, maka siswa

cenderung kesulitan untuk memahami

konsep-konsep pada materi elektrokimia, larutan asam basa, dan hasil kali kelarutan (Ksp) sesuai dengan konsep yang benar. Oleh sebab itu, diperlukan analisis kesalahan konsep pada materi kesetimbangan kimia dan upaya perbaikannya agar siswa dapat memahami konsep-konsep pada materi kesetimbangan kimia secara utuh dan mencegah terjadinya kesalahan konsep yang berkelanjutan[6].

Pembelajaran kesetimbangan kimia disekolah saat ini umumnya cenderung dibelajarkan menggunakan metode-metode pembelajaran yang verbalistik. Topik pada

materi kesetimbangan kimia yang

seharusnya dibelajarkan menggunakan

metode pembelajaran berbasis eksperimen

seperti pengaruh suhu terhadap

kesetimbangan, pembelajarannya

menggunakan metode yang sama sepertii biasanya (metode ceramah). Selain itu,

sebagian besar guru berfokus pada

penyelesaian soal-soal hitungan untuk

mempersiapkan siswa dalam mengikuti tes masuk perguruan tinggi tanpa memikirkan apakah siswa tersebut paham atau tidak mengenai materi. Keadaan semacam ini

berpotensi menyebabkan siswa

mengembangkan konsepsi alternatif atau disebut miskonsepsi[7].

Siswa memulai belajar di sekolah tidak dalam keadaan kosong sebagaimana teori Tabula Rasa. Akan tetapi, siswa memiliki konsepsi tertentu yang diperoleh berdasarkan pengalaman sebelumnya baik dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Konsepsi yang dimiliki siswa tersebut dapat benar atau salah. Konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan pemahaman umum yang diterima secara ilmiah disebut sebagai konsepsi alternatif. Konsepsi alternatif dapat menjadi masalah karena merupakan kendala bagi siswa untuk menerima konsep-konsep baru, walaupun itu benar. Siswa lebih meyakini konsep yang sudah dipahami dibanding konsep yang diberikan oleh guru.

Sebaliknya konsepsi alternatif dapat

memberikan dampak positif ketika

pembelajaran mampu mengakomodasi

konsepsi alternatif tersebut menjadi modal dalam proses pembelajaran[8-10].

Keberadaan konsepsi alternatif pada berbagai jenjang pendidikan siswa. konsepsi alternatif yang muncul pada siswa sulit ditentukan dari mana asalnya. Hal-hal yang

memungkinkan menjadi penyebab

munculnya konsepsi alternatif ini dapat

berasal dari kesalahan pemahaman,

miskomunikasi, misedukasi, bahkan bisa karena kesalahan prinsip-prinsip materi yang telah terbangun dengan baik. Penyebab lainnya berasal dari pernyataan-pernyataan

(4)

Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21

salah yang dikenal siswa melalui lingkungan, orangtua, teman, bahkan guru[9].

Banyak strategi untuk mengatasi miskonsepsi telah dikembangkan, salah

satunya adalah menggunakan model

pembelajaran ECIRR[9].

Model pembelajaran ECIRR

merupakan model pembelajaran yang

mampu mereduksi miskonsepsi utamanya pada fase identify dan reinforce. Pada fase

identify, siswa menyadari akan miskonsepsi

yang dialaminya sedangkan pada fase

reinforce memberikan penguatan akan

konsep baru yang diterima untuk

menggantikan konsep lama yang

miskonsepsi.

Banyak penelitian yang telah

menunjukkan bahwa model pembelajaran

ECIRR merupakan salah satu model yang

efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep dan mereduksi kesalahan konsep siswa[11-13].

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah

deskriptif berbasis kajian literatur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Miskonsepsi dan Pentingnya Upaya untuk Mengatasinya

Penelitian yang mengungkap bahwa sebagian besar siswa datang ke kelas dengan membawa pengetahuan awal atau kepercayaan yang mereka miliki mengenai suatu fenomena dan konsep telah banyak

dilakukan[14-15]. Pengetahuan awal atau

kepercayaan tersebut merupakan hal penting

untuk menentukan apakah dalam

pembelajarannya nanti dapat memahami materi yang akan mereka pelajari.

Pembelajaran kimia saat ini mulai mengarah pada pembelajaran konstruktivis yang menuntut siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Dalam membangun

pengetahuannya, tidak menutup

kemungkinan bila terjadi kesalahan dalam pemahaman suatu konsep yang disebabkan

karena keterbatasan siswa dalam

mengembangkan pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga bisa menyebabkan miskonsepsi.

Miskonsepsi merupakan

pemahaman yang berbeda dengan

pemahaman ilmiah yang diterima secara

umum tentang suatu konsep[20]. Terdapat

beberapa alasan yang menyebabkan

terjadinya miskonsepsi. Gabel menyebutkan bahwa alasan siswa mengalami miskonsepsi adalah karena karakteristik konsep kimia yang kompleks dan cara pembelajaran konsep kimia di kelas. Secara umum miskonsepsi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: i) pengetahuan untuk penjelasan konsep mengenai pengembangan ilmu kimia yang terbaru belum cukup, ii) penjelasan konsep agar lebih sederhana masih kurang atau bahkan berlebihan, iii) penguasaan konsep kimia yang masih kurang, dan iv) terkadang penjelasan konsep kurang tepat

karena menggunakan bahasa (dialeg)

daerah yang tidak representatif. Selain itu, guru dan buku dapat menjadi sumber miskonsepsi di dalam sekolah. Sedangkan pengetahuan awal (prekonsepsi) siswa yang

(5)

131

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)

ISBN: 978-602-73159-8

kehidupan sehari-hari dapat menjadi sumber miskonsepsi di luar sekolah[16-17].

Miskonsepsi yang dialami siswa cenderung resistan terhadap pembelajaran. Hal ini disebabkan karena konsep tersebut telah tertanam di benak siswa sebagai suatu hal yang masuk akal meskipun salah, terutama jika konsep tersebut telah tertanam kuat di dalam kehidupan sehari-hari [17]..

Akibatnya, jika siswa mendapatkan konsep baru yang menurutnya tidak masuk akal,

mereka akan memilih untuk tetap

menggunakan konsep salah yang dimilikinya dan menghubungkannya dengan konsep-konsep selanjutnya yang terkait. Miskonsep-konsepsi pada siswa yang tidak segera diatasi dapat menghambat siswa dalam mempelajari konsep-konsep lain yang berkaitan dan juga menghambat siswa dalam memahami suatu ilmu secara utuh dan benar. Siswa akan kesulitan untul mengintegrasikan informasi baru dengan informasi yang mereka miliki

sehingga tidak dapat memperoleh

pemahaman yang benar terhadap konsep baru tersebut.

Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia

Identifikasi miskonsepsi dalam

pembelajaran sangat penting dilakukan untuk memperbaiki miskonsepsi yang terjadi.

Miskonsepsi-miskonsepsi yang berhasil

diidentifikasi dapat digunakan sebagai

sumber informasi dalam mendesain

pembelajaran yang dapat membantu

perubahan konsep siswa.

Miskonsepsi siswa pada topik

kesetimbangan kimia sebelumnya telah diteliti oleh beberapa peneliti, yang diawali dengan penelitian terhadap 30 siswa kelas

XII di Australia Selatan, dengan miskonsepsi yang ditemukan yaitu (1) laju reaksi meningkat terhadap waktu reaksi ketika reaktan-reaktan mulai dicampurkan sampai terbentuk kesetimbangan, (2) hubungan

matematik yang sederhana antara

konsentrasi-konsentrasi reaktan dan produk pada saat setimbang, dan (3) apabila kondisi suatu sistem yang berada dalam keadaan kesetimbangan diubah, maka laju reaksi yang satu akan meningkat sedangkan laju reaksi yang lainnya akan menurun[18].

Pada penelitian yang lainnya

ditemukan kesulitan-kesulitan yang dihadapi

oleh siswa ketika mempelajari topik

kesetimbangan kimia. Kesulitan-kesulitan tersebut sangat berpotensi menimbulkan

miskonsepsi[19-21]. Siswa mengalami

kesalahan pada beberapa konsep seperti (1) jika tekanan dinaikkan konsentrasi produk atau reaktan sama, (2) perubahan suhu tidak mempengaruhi sistem kesetimbangan, (3) jika tekanan dinaikkan hanya laju reaksi yang

meningkat[6]. Banyaknya miskonsepsi yang

ditemukan oleh beberapa peneliti

menunjukkan bahwa topik kesetimbangan kimia memang benar-benar rentan terjadi miskonsepsi karena karekteristiknya yang abstrak.

Model Pembelajaran ECIRR untuk

Mereduksi Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia

Konsepsi alternatif sukar dihilangkan karena sudah terlanjur terikat kuat dalam

memori siswa [8]. Oleh karena itu diperlukan

usaha yang kuat untuk membantu siswa menyelesaikan konsepsi tersebut dalam rangka pembentukan konsep yang baru.

(6)

Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21

Langkah membangkitkan adanya konsepsi alternatif saja tidak cukup, lebih dari itu diperlukan tindak lanjut agar pemahaman siswa tidak tersesatkan oleh konsepsi alternatif tersebut.

Pembelajaran harus membawa

siswa untuk menyadari adanya konsepsi

alternatif serta dampaknya terhadap

pemahaman mereka. Siswa harus tahu mengapa konsepsi alternatif itu salah atau tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah [10]. Oleh

karena itu, langkah penting yang harus

dilakukan untuk mengatasi konsepsi

alternatif adalah menyadarkan adanya

konsepsi alternatif dalam diri siswa. selain itu, ketika siswa memperoleh dan menerima pengetahuan baru sebagai pengetahuan benar memerlukan penguatan-penguatan yang harus diberikan oleh guru. Konsepsi alternatif lebih lama tersimpan dalam memori siswa dibandingkan pengetahuan baru yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan. Hal ini mengakibatkan konsepsi alternatif cenderung lebih mudah terpanggil daripada pengetahuan baru,

akibatnya siswa kembali kepada

pemahaman yang salah walaupun

sebelumnya sudah pernah menyadari bahwa pengetahuan yang baru adalah yang benar.

Oleh karena itu, pembelajaran harus

memfasilitasi siswa untuk lebih mudah melupakan konsepsi alternatif dan lebih mudah mengingatkan pada pengetahuan yang benar. Penguatan yang harus dilakukan sesering mungkin dan melalui berbagai situasi.

Suatu pendekatan atau model baru dalam mengatasi konsepsi alternatif yaitu

model ECIRR

(Elicit-Confront-Identify-Resolve-Reinforce) [9]. Model pembelajaran

ECIRR dilakukan melalui 5 tahap. Tahap pertama adalah Elicit, pada tahap ini guru menyelidiki konsepsi alternatif siswa melalui pertanyaan, dialog, atau meminta siswa menjelaskan suatu proses atau fenomena fisika. Selanjutnya pada tahap Confront, guru menunjukkan fenomena fisika tertentu dalam

rangka menciptakan kotradiksi atas

pernyataan siswa, kemudian memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

membandingkan konsep yang sudah

menjadi konsepsi alternatif siswa dengan fenomena yang teramati. Ketidaksesuaian antara fenomena yang dilihat dengan konsep yang dipahami sebelumnya menimbulkan konflik kognitif dalam pikiran siswa, sehingga siswa mengalami ketidakseimbangan kognitif (disequilibrium). Tahap identify, merupakan tahap yang sangat penting. Konsepsi alternatif dapat menyesatkan pemahaman siswa, sehingga ada tahap identify guru harus dapat menyadarkan siswa tentang adanya konsepsi alternatif dalam dirinya. Selanjutnya pada tahap resolve, guru memberikan konsep-konsep yang benar dengan menunjukkan bukti-bukti yang dapat digali dari fenomena yang teramati. Siswa mengkonstruk konsep yang baru yang berbeda dengan konsep yang telah dipahami sebelumnya. Tahap terakhir reinforce juga merupakan tahap yang sangat penting.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,

konsepsi alternatif sifatnya sukar

dihilangkan, sehingga pembelajaran

dilakukan bukan untuk menghapus konsepsi alternatif, tetapi dilakukan untuk menciptakan keadaan dimana pengetahuan baru menjadi

(7)

133

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IX (SN-KPK IX)

ISBN: 978-602-73159-8

lebih mudah terpanggil daripada konsepsi alternatif siswa. pada tahap ini guru harus memberikan penguatan secara berulang-ulang dan dengan berbagai cara. Cara

lainnya adalah dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan bersifat konseptual. Beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh ECIRR dalam mereduksi miskonsepsi siswa misalnya, Wahyu, 2014, pada topik Redoks, Herni, 2014, pada topik Perpindahan Kalor dan Effendi, 2016 pada Konsep Fisika. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran ECIRR ini efektif dalam

memfasilitasi terjadinya perubahan

konseptual serta mereduksi miskonsepsi pada siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas

disimpulkan bahwa ECIRR merupakan model pembelajaran yang efektif untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi

sains karena ECIRR menekankan

perubahan konseptual pada siswa dengan cara menkonfrontasikan pemahaman siswa yang salah dengan konsep yang berbenturan dengan konsep yang telah dimiliki siswa, selain itu model ini mampu menyadarkan siswa tentang keberadaan miskonsepsinya pada fase identify, sehingga termotivasi untuk memperoleh konsep baru. Konsep baru yang telah diperoleh siswa juga diperkuat kembali melalui fase reinforce yang dilakukan secara berulang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terimakasih kepada dosen

pembimbing saya Prof. Effendi, Ph. D dan Dr.

Aman Santoso, M. Si yang telah

membimbing dan mengarahkan selama proses penyelesaian laporan penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Talanquer, V. 2011. Macro, Submicro,

and Simbolic: The Many Faces of The Chemistry: Triplet”. IJSE, 7(2):22-31.

[2] Johnstone, Alex. 2000. Teaching of

Cemistry-Logical or Physchological.

Chemistry Education: Research and Practice in Europe, 1(1), 9-15.

[3] Lawson, A.E., & Renner, J.W. 1975. Relationship of Science Subject Matter and Developmental Levels of Learners.

Journal of Research in Science Teaching, 12(4), 347-358.

[4] Herron, J. Dudley., et. al. 1977. Problems Associated with Concept Analysis. Journal of Science Education, (61)2: 185 – 199.

[5] Taber, K.S. 2001. Constructing

Chemical Concepts in the Classroom?: Using Research to Inform Practice.

Chemistry Education: Reasearch and Practice in Europe, 2: 43-51.

[6] Sendur, G., Toprak, M., & Pekmez, E.S.

2010. Analyzing of Students’

Misconceptions about Chemical

Equilibrium. International Conference on

New Trends in Education and Their Implications November 2010. 1-7.

[7] Sahin, E. P., 2010. Using Analogies to Prevent Misconceptions about Chemical Equilibrium. Asia-Pasific Forum on

Science Learning and Teaching, Vol.11,

2(2).

[8] Baser, M., 2006. Fostering Conceptual Change by Cognitive Conflict Based Instruction on Students’ Understanding of Heat and Temperature Concepts. [Online]. Tersedia : http//www. ejmste. com [11 November 20016].

[9] Wenning, C.J. 2008. Dealing More Effecttively with Alternative Conceptions

(8)

Pengembangan Material Aplikatif sebagai upaya mendukung Pembelajaran Kimia Abad 21

in Science. Journal of Physics Teacher

Education, 34, (1), 11-19.

[10] Hava İpek and Muammer Çalık. 2008.

Combining Different Conceptual

Change Methods within Four-Step

Constructivist Teaching Model: A

Sample Teaching of Series and Parallel

Circuits. International Journal of

Environmental & Science Education.

Vol. 3, No. 3, July 2008,143-153. [11] Effendi, M. 2015. Pengaruh Model

Pembelajaran ECIRR terhadap

Penguasaan Konsep Fisika Ditinjau dari Pengetahuan Awal Siswa SMK Kelas XII. Malang: UM

[12] Juli, Wahyu Hastuti. 2014. Reduksi

Miskonsepsi Siswa pada Konsep Reaksi

Redoks melalui Model ECIRR.

Surabaya: UNESA

[13] Yuniarti, H.S. 2014. Peningkatan

Pemahaman Konsep dan Profil

Miskonsepsi Siswa Berdasarkan Hasil Diagnosis Menggunakan Pembelajaran ECIRR Berbantuan Simulasi Virtual dengan Instrumen Three-Tier Test.

Bandung: UPI

[14] Treagust, D. F. & Duit, R. 2009. Multipke Perspectives of Conceptual Change in Science and the Challenges Ahead.

Journal of Science and Mathematics Education in Southeast Asia, 32

(2):89-104.

[15] Tüysüz, C. 2009. Development of Two-Tier instrument and Assess Students` Understanding in Chemistry. Scientific

Research and Essay, 4 (6): 626-631.

[16] Gabel, Dorothy. 1999. Improving

Teaching and Learning through

Chemistry Education Research: A Look to the Future. Journal of Chemical

Education, 76 (4): 548-554.

[17] Kay, Chu. Chit. 2010. Misconception In

The Teaching of Chemistry in

Secondary Schools in Singapore & Malaysia. Department of Pre-University Programmes Sunway College Johor Bahru. hlm. 2-3.

[18] Hackling, M. W., & Garnett, P. J. (1985).

Misconceptions of Chemical

Equilibrium. European Journal of

Science Education. 7(2), 205-214.

[19] Mageswary Karpudewan. 2015.

Investigating High School Students’ Understanding of Chemical Equilibrium

Concepts. International Journal of

Enviromental & Science Education.

10(6),845-863.

[20] Ozmen, H. 2008. Determination of Students’ Alternative Conceptions about Chemical Equilibrium : A review of research and the case of Turkey.

Chemistry Education Research and Practice, 9(3), 225-233.

[21] Banerjee, Anil C. 1991. Misconceptions of Students and Teachers in Chemical Equilibrium. International Journal of

Science Education. Vol.13,(4) 487-494.

TANYA JAWAB

PEMAKALAH

: Mawaddah Muhlis

PENANYA

: Martina R. S Seto

PERTANYAAN:

1. Penerapan pembelajaran ECIRR dilaksanakan berapa kali untuk bisa mendeteksi miskonsepsi siswa?

2. Jika tidak terjadi miskonsepsi

bagaimana?

JAWABAN:

1. Pembelajaran yang dilakukan

disesuaikan dengan skenario yang disusun berdasarkan kemungkinan miskonsepsi yang terjadi pada materi terkait.

2. Selain untuk mereduksi miskonsepsi siswa, model ECIRR juga mampu meningkatkan pemahaman konsep serta penguasaan konsep siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin tanggal Enam bulan Juni tahun Dua ribu enam belas, kami yang bertanda tangan dibawah ini selaku POKJA ULP Pembangunan Gedung Kantor Tahap II Pengadilan

Pem bukt ian Kualifikasi dilakukan oleh Direkt ur Ut ama/ Pim pinan Perusahaan, at au Penerim a kuasa dari Direkt ur Ut am a/ Pim pinan Perusahaan yang nam anya

Berdasarkan hasil dari penelitian tentang hubungan antara kebersyukuran dengan kesejahteraan subjektif pada remaja di panti asuhan Kota Martapura menunjukkan ada

Surat permohonan izin melakukan penelitian tesis

Gambar struktur mikro pada permukaan lekukan aluminium 2024 setelah proses dry shot peening terlihat semakin gelap, karena butirannya semakin padat, yang

ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. 11 Pasal 1 angka (7) UU

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, proxy yang dapat menjelaskan adanya pengaruh efisiensi yang dilakukan oleh perbankan adalah overhead cost dengan tingkat signifikansi sebesar 10%.

Dalam peraturan ini tidak termasuk tanah yang telah dibuka oleh Rakyat Indonesia atau diper- gun akan un tuk tem pat m en ggem bala tern ak bagi um um atau yang masuk dalam