• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Untamed Mackenzie

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "The Untamed Mackenzie"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

The Untamed

Mackenzie

(3)

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(4)

Penerbit PT Elex Media Komputindo Menjinakkan Sang Mackenzie

Jennifer Ashley

The Untamed

Mackenzie

(5)

The Untamed Mackenzie

by Jennifer Ashley

Published in 2013 by Intermix Books

All right reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.

This edition published by arrangement with InterMix. Copyright © 2013 by Jennifer Ashley

All rights reserved.

Menjinakkan Sang Mackenzie

Alih bahasa: Stephanie Yuanita Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali tahun 2017 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

ID: 717031026

ISBN: 978-602-04-2779-9

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(6)

Dua puluh lima tahun lalu

Kepalan kecil tangan Lloyd Fellows meninju wajah dekil seorang bocah laki-laki yang lebih tua darinya, membuat mulut yang mengejeknya itu berdarah. Ibumu seorang

pelacur, ayahmu seorang pria tua berkeropeng, dan kau anak haram, anak haram.

Bocah itu berteriak kesakitan, giginya jatuh ke atas trotoar dan darah mengalir di wajahnya. Semua orang sudah tahu bahwa jangan pernah mengejek Lloyd yang berperangai kasar dan mudah marah, tapi terkadang sulit sekali untuk menahan diri. Lloyd selalu mengajari mereka untuk menghormati bogem mentahnya.

Lagi pula, ayah Lloyd bukan pria tua berkeropeng. Ayahnya adalah seorang duke. Ketika Lloyd masih balita, dia yakin bahwa ayahnya akan mendatanginya dengan sebuah kereta kuda emas lalu membawa dirinya keluar dari jalanan kotor London menuju istananya di

(7)

2

Jennifer Ashley

landia. Di sana, Lloyd akan mendapatkan semua mainan yang dia inginkan, juga kuda dan saudara-saudara untuk menjadi teman bermainnya. Ayahnya punya putra-put-ra lain, begitulah kata sang ibu kepada Lloyd, dan sang ibu memberitahunya bahwa Lloyd sudah cukup pantas mendapatkan segala yang mereka miliki.

Tahun demi tahun berlalu, dan tidak ada kereta emas yang menyusuri jalanan sempit tempat tinggal kalangan pekerja di London. Dengan sikapnya yang sudah lebih bijaksana sekarang ini, Lloyd tahu bahwa sang duke ti-dak akan pernah datang.

Pemikiran itu bertahan hingga hari ini. Pada hari ini, karena sudah memastikan untuk mengetahui segala hal yang terjadi di sudut kota yang satu ini, Lloyd menge-tahui bahwa kereta kuda duke milik ayahnya akan me-lewati jalan High Holborn menuju Lincoln’s Inn Fields, tempat sang duke akan mengunjungi para pengacara. Lloyd tidak tahu, dan juga tidak peduli akan alasan sang duke ingin melakukan kunjungan itu.

Rencana Lloyd adalah untuk menghentikan kereta kuda itu dengan segala cara, menampakkan dirinya di depan ayahnya, dan memberi tahu sang duke bahwa pria itu harus mengurus Lloyd serta ibunya. Sesederhana itu.

Sang duke tidak pernah mengirimkan uang, surat, atau sepatah kata saja yang mengakui bahwa Lloyd Fel-lows adalah anaknya. FelFel-lows bahkan bukan nama ke-luarga Lloyd—ibunya yang telah mengambil nama itu, berpura-pura menikah dengan seorang bernama Mr. Fellows yang sudah lama meninggal. Ibu Lloyd bekerja sebagai seorang pelayan bar, yang lalu bertemu seorang duke yang telah memikatnya, menghamilinya,

(8)

kemu-3

The Untamed Mackenzie

dian meninggalkannya. Sang duke tidak pernah berbi-cara dengan mereka atau melihat mereka lagi.

Hari ini, Lloyd akan mengubah keadaan itu. Dia pun mengenakan pakaian yang biasa dia pakai ke gereja ka-pan pun ibunya sesekali membawa dirinya pergi ke High Holborn.

Hanya saja si bajingan tengik kecil ini, Tommy Wortley, terpikir untuk menghalangi jalan Lloyd dan memulai ejekannya. Lloyd bisa saja menghajar satu atau dua orang, tapi sekarang Tommy membawa satu gerom-bolan, beserta batu-batu kecil. Ketika batu-batu mulai beterbangan, Lloyd meraih kerah Tommy dan memban-ting bocah itu ke dinding, dan perkelahian pun dimulai. Sekarang Lloyd berdarah dan kotor, kemeja terbaik-nya koyak. Ibuterbaik-nya akan menghukumterbaik-nya. Tapi itu tidak penting. Waktunya mulai habis.

Lloyd melayangkan satu tinju terakhir, meninggal-kan Tommy yang menggeliat kesakitan di lumpur, lalu dia kabur, berlari dengan lincah menuju High Holborn.

Lloyd nyaris saja terlambat. Dia berlari menembus kerumunan, dengan bata di tangan, menghindari ceng-keraman para pria yang jengkel akibat didorong olehnya. Kereta kuda mulai terlihat, tampak besar dan megah, ditarik kuda-kuda berwarna kelabu yang serasi. Saat kereta itu mendekat, Lloyd mengamati si kusir bertubuh tegap yang berseragam mantel merah dan bertopi tinggi, dia tahu bahwa si kusir bisa menghancurkan rencananya jika dia bertindak sembrono.

Kereta itu bergerak semakin dekat. Dalam balutan warna hitam, dengan roda dan jeruji yang dicat emas, kereta kuda itu bertahtakan lambang Duke of Kil morgan

(9)

4

Jennifer Ashley

di pintunya—ukiran seekor rusa jantan yang dikelilingi lengkungan hias dan kata-kata yang tidak dimengerti oleh Fellows. Ayah Lloyd, Daniel Malcolm Macken-zie, adalah duke ketiga belas dalam garis keturunan Skotlandia dan pertama dalam garis keturunan Inggris. Lloyd telah menghabiskan masa kecilnya dengan meng-ajari dirinya sendiri semua hal tentang para duke dan bagaimana mereka bisa menjadi duke. Duke yang satu ini diberi kehormatan oleh Ratu Victoria agar dikenali pula sebagai duke di Inggris.

Lloyd menunggu saat yang tepat, kemudian melem-par bata itu, tepat ke arah si kusir. Tujuannya bukan untuk melukai atau melumpuhkan pria itu, melainkan untuk membuat si kusir menghentikan keretanya.

Bata itu mengenai tangan si kusir. Si kusir men-jatuhkan tali kekangnya karena terkejut, dan kereta pun membelok. Satu gerobak yang datang dari arah seba-liknya terlihat berhenti mendadak di tengah lalu lintas yang ramai, dan si kusir gerobak bersumpah serapah dengan suara keras.

Si kusir kereta kuda dengan cepat meraih tali kekang dan menarik kuda-kudanya untuk membetulkan po-sisinya, tapi kemacetan telah terjadi. Si kusir berdiri di bangkunya dan berbicara dengan si kusir gerobak, me-nyelesaikan kata-katanya dengan Minggirlah, dasar kau

lelaki miskin, ini kereta milik seorang duke.

Lloyd menyelinap dalam kekacauan itu menuju kereta kuda sang duke yang berhenti. Kereta itu adalah sebuah kotak tinggi yang menjulang di atasnya, mengi-lap dan bersih, kecuali dari lumpur yang terciprat pagi ini.

(10)

5

The Untamed Mackenzie

Salah satu kaca jendelanya diturunkan, dan seorang pria menjulurkan kepala. Pria itu memiliki rambut tebal dan bercambang dengan warna merah gelap, ditambah janggut yang mulai memutih beserta kumis yang tebal. Di antara wajah yang brewok sekaligus rapi itu, terlihat kilatan kuning dari matanya yang seperti mata elang.

“Cepat gerakkan kereta sialan ini!” teriak pria itu. “Hei, kau! Bocah kecil!”

Lloyd mengerjap. Sang duke, ayahnya, mengarahkan tatapan kepada dirinya dan berbicara kepadanya. Lloyd membuka mulut, tapi tidak ada suara yang keluar.

“Ya, kau yang di sana. Mulutmu menganga seperti ikan. Coba lihat apa yang tidak beres.”

Lloyd menggerakkan rahangnya, berusaha meng-ingat cara untuk berbicara. “Sir,” dia berhasil berkata. “Aku—”

“Pergi lakukan perintahku, Bocah, sebelum aku ke-luar dan memukulimu.”

Aku adalah putramu.

Kata-kata itu tidak bisa keluar. Lloyd berdiri, mem-beku, sementara pria yang sudah menciptakan dirinya, Duke of Kilmorgan yang terhormat, memelototinya.

“Apakah kau tolol?” Sang duke mengayunkan pintu kereta hingga membuka dengan keras, menunjukkan bahwa dirinya tidak peduli jika pakaiannya kotor atau-pun harga dirinya rusak dengan menuruni kereta dan menapakkan kakinya di jalan. Dia meraih telinga Lloyd dan menjewernya dengan keras. “Aku memberitahumu untuk melakukan sesuatu, Bocah, dan kau harus menu-rutiku. Pergi ke sana dan beri tahu gerobak itu agar bergerak.”

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur perubahan kadar air, kehilagan berat, perubahan warna, tekstur dan menentukan tingkat kerusakan yang terjadi selama

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kesalahan teknik gerak smes dalam permainan bola voli remaja di Yuso Sleman pada gerakan yang dilakukan smeser; (1) saat awalan

Konsep integral (yang terkait erat dengan luas daerah) berpijak pada metode ‘exhaustion’, yang telah dipakai oleh Plato dan Eudoxus, dan kemudian oleh Euclid dan Archimedes,

(1) Apabila cedera yang diuraikan dalam Pasal 2 merupakan sebab langsung dari kematian Tertanggung dalam jangka waktu 365 hari sejak tanggal terjadinya

Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki daerah sebagai amanat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 diatas, Pemerintah Daerah mengajukan Retribusi Jasa Umum dengan 8

b) Implementansi kebijakan pengurangan risiko bencana. Dimana potensi kerentanan akan lebih banyak berbicara tentang aspek teknis yang berhubungan dengan dimensi

Sarana yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kepada wisatawan antara lain seperti fasilitas umum (toilet), restaurant, ruang informasi, sarana transportasi di dalam