• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI PARALEGAL DALAM MENGOPTIMALKAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSISTENSI PARALEGAL DALAM MENGOPTIMALKAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI PARALEGAL DALAM MENGOPTIMALKAN

PEMBERIAN BANTUAN HUKUM BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG

BANTUAN HUKUM

1

Oleh :

Gede Agung Wirawan Nusantara2

Abstract

The provision of legal aid is based on the principle of equality before the law. Access to legal aid is seen as a human right. One legal aid according to the Act No. 16 of 2011 concerning Legal Aid is a paralegal, but the laws are not set on the definition and duties of paralegals in providing legal aid. This study examines two issues namely juridical legitimacy of paralegal in the national legal order and the authority of paralegals in providing legal aid to the poor. This research is a normative legal research that examine the vagueness of the norms regarding the provision of paralegal. Primary legal materials in the form of legislation, while secondary legal material in the form of books related to this issue. Legal materials collected through library research. Paralegal juridical legitimacy in the national legal order contained in Article 9 and Article 10 of the Act No. 16 of 2011 on Legal Aid. Paralegal be one of relief. Paralegal only authorized to provide legal assistance to cases settled by non-litigation. Paralegals can also provide legal counseling and perform the preparation of the report.

Keywords: paralegal, legal aid, and the poor.

Abstrak

Pemberan bantuan hukum ddasarkan pada prnsp persamaan d depan hukum. Akses bantuan hukum dpandang sebaga hak asas manusa. Bantuan hukum sesua dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum merumuskan tentang peran paralegal, tap undang-undang tersebut tdak mengatur mengenai definisi dan tugas paralegal dalam memberikan bantuan hukum. Paralegal dartkan secara legtmas yurds dalam tatanan hukum nasonal yang tercantum dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Perumusan Undang-undang memposskan Paralegal hanya berwenang untuk memberkan bantuan hukum dalam proses kasus yang dselesakan dengan metode non-ltgas dan juga Paralegal juga dapat memberkan penyuluhan hukum dan melakukan persapan laporan. Peneltan n menguj dua su yatu legtmas yurds dar paralegal dalam tatanan hukum

1 Artkel n merupakan Karya lmah mahasswa pada Program Stud Magster (S2) Ilmu

Hukum Program Pascasarjana Unverstas Udayana dan mengucapkan termakash kepada Prof. Dr. I Ketut Ra Setabud, SH., MS. dan Dr. Gde Made Swardhana, SH., MH. Selaku Pembmbng Tess.

2 Mahasswa Magster Ilmu Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, Bal., e-mal: nusantaragede@

(2)

nasonal dan otortas paralegal dalam memberkan bantuan hukum kepada orang mskn. Peneltan n merupakan peneltan hukum normatf yang menelt ketdakjelasan norma-norma tentang pemberan bantuan hukum oleh paralegal. Bahan hukum prmer berupa undang-undang, sedangkan bahan hukum sekunder dalam bentuk buku yang terkat dengan masalah n. Bahan hukum dkumpulkan melalu stud kepustakaan.

Kata kunc: paralegal, bantuan hukum, dan masyarakat mskn.

Indonesa Tahun 1945 (selanjutnya dsebut UUD 1945) menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republk Indonesa merupakan berlandaskan atas dasar hukum (recht staat), dengan konds tersebut mengartkan setap langkah negara dalam berskap harus menjunjung tngg nla dasar hukum mengena hak asas masyarakatnya dengan utuh. Sebaga negara yang menjunjung tngg hak asas warga negaranya maka prnsp asas persamaan hukum (equality before the law) bag seluruh masyarakat yang berhadapan dengan hukum sangat pentng agar tdak terjad krmnalsas ataupun tebang plh perkara bag masyarakat dalam berproses hukum.

Salah satu ndkator kesejahteraan masyarakat dapat dlhat dar terseda dan terjamnnya akses untuk mendapatkan keadlan bag masyarakat yang sedang bermasalah dengan hukum, akan tetap ndkator tersebut kenyataannya dalam kehdupan masyarakat sult untuk dpenuh oleh Negara. Perumpamaan perbahasa tentang hukum cenderung tumpul ke atas dan tajam ke bawah tepat dgunakan dengan konds masyarakat saat n, masyarakat mskn dan termajnalkan mash menjad mayortas

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republk Indonesa adalah Negara dengan jumlah penduduk 250.000.000 jwa, sehngga termasuk dalam urutan keempat terbesar d duna dengan ragam budaya dan memlk 1300 suku. Dengan konds tersebut, tdak d pungkr lag bahwa Negara Kesatuan Republk Indonesa adalah Negara yang penuh dengan dnamka permasalahan masyarakatnya, dar permasalahan hukum, ekonom, sosal, budaya, spl dan poltknya. Jumlah warga negara yang begtu banyak dengan dnamka permasalahan yang kompleks mengsyaratkan peran aspek eksekutf, legslatf dan yudkatf dapat bergandengan tangan dengan erat untuk dapat memberkan akses perlndungan hukum secara tepat dan adl bag warga negaranya.

Banyaknya permasalahan hukum yang dhadap masyarakat secara langsung juga menegaskan pentngnya peranan pemerntah untuk memberkan jamnan perlndungan hukum bag mereka yang berproses hukum. Negara Kesatuan Republk Indonesa berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republk

(3)

kumpulan masyarakat yang kesultan untuk mendapatkan akses terhadap keadlan, sedangkan masyarakat yang mempunya kekuasaan, harta dan jabatan strategs

Setap warga negara pada dasarnya berhak mendapatkan bantuan hukum. Secara konsttusonal dnyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya d dalam hukum... sebagamana yang datur dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945. Bantuan hukum dmakna sebaga pembelaan yang dberkan oleh seorang penasehat hukum sewaktu perkaranya dperksa, yang dmula dar pemerksaan pendahuluan atau dalam proses pemerksaan perkaranya dmuka pengadlan.3 Bernard L. Tanya, Yoan N. Smanjuntak dan Markus Yage mengatakan bahwa jasa pelaku hukum yang kreatf sangat dbutuhkan agar masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Pelaku hukum tersebut dharapkan dapat menerjemahkan hukum dalam fora kepentngan-kepentngan sosal yang memang harus merekalayannya. Dalam melayan kepentngan sosal tersebut maka muncullah stlah paralegal dalam memberkan bantuan hukum bag masyarakat mskn.

Eksstens paralegal sangat dbutuhkan dalam memberkan bantuan hukum kepada masyarakat mskn. Dalam Undang-undang

3 Bernard L. Tanya, Yoan N. Smanjuntak,

Markus Yage, 2010, Teori Hukum strategi

Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta Publshng,Yogyakarta, hlm. 213.

Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dnyatakan tentang keberadaan paralegal sebaga pember bantuan hukum, namun tidak dijelaskan mengenai definisi dan ruang lngkup kewenangan dar paralegal dalam memberkan bantuan hukum bag masyarakat mskn. Oleh sebab tu, sangat menark untuk membahas peneltan yang berjudul “Eksstens Paralegal Dalam Mengoptmalkan Pemberan Bantuan Hukum Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.”

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam peneltan mengena eksstens paralegal dalam mengoptmalkan peran bantuan hukum bag masyarakat mskn adalah sebaga berkut:

1. Bagamanakah legtmas yurds paralegal dalam tatanan hukum nasonal?

2. Bagamanakah batas kewenangan paralegal dalam memberkan bantuan hukum bag masyarakat mskn?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan umum dan tujuan khusus dalam peneltan n dapat durakan sebaga berkut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dar peneltan n adalah untuk menganalss dan menemukan eksstens paralegal dalam mengoptmalkan peran bantuan hukum

(4)

bag masyarakat mskn berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dar peneltan n adalah sebaga berkut:

1) Untuk menganalss legtmas yurds paralegal dalam tatanan hukum nasonal.

2) Untuk menganalss batas kewenangan paralegal dalam memberkan bantuan hukum bag masyarakat mskn.

II METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian

Peneltan tentang eksstens paralegal dalam mengoptmalkan peran bantuan hukum bag masyarakat mskn berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum adalah peneltan yurds normatf. Sfat peneltan normatf dlakukan dengan cara menelt bahan bahan hukum.4 Peneltan n mengkaj mengena kekaburan mengena stlah paralegal yang dkatkan dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

2.2 Jenis Pendekatan

Peneltan n dlakukan dengan pendekatan perundang-undangan (the statute approach) yang menggunakan bahan hukum prmer yakn KUHAP dan Undang-undang Nomor 16 Tahun

4 Soekanto, Soerjono, & Mamudj, Sr,

2009, Penelitian Hukum Normatif, RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 12-13.

2011 tentang Bantuan Hukum serta peraturan perundang-undangan terkat. Pendekatan lan yang juga dgunakan adalah konsep hukum (analitical and conseptual approach), yakn dengan menggunakan konsep bantuan hukum dan paralegal.

2.3 Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang dgunakan dalam peneltan n terdr dar bahan hukum prmer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum prmer berupa peraturan perundang-undangan yakn KUHAP dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Bahan hukum sekunder yang dgunakan adalah buku dan artkel lmah yang terkat dengan bdang hukum n.

2.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum yang dgunakan dalam peneltan n adalah melalu teknk stud kepustakaan. Dokumen dan lteratur hukum dkumpulkan dan drujuk sebaga bahan dalam peneltan.

2.5 Teknis Analisis Bahan

Hukum

Analss bahan hukum dlakukan melalu teknk kualtatf. Hasl pembahasan dlakukan secara deskrptf analts yang menjabarkan mengena eksstens paralegal menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dalam

(5)

memberkan bantuan hukum bag masyarakat yang tdak mampu.

III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Legitimasi Yuridis Paralegal

dalam Tatanan Hukum

Nasional

Setap orang memlk hak untuk mendapatkan bantuan hukum (the rights of legal access). Jamnan konsttusonal mengena persamaan dhadapan hukum datur sebaga hak asas manusa. Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 dnyatakan “Setap orang berhak atas pengakuan, jamnan, perlndungan, dan kepastan hukum yang adl serta perlakuan yang sama dhadapan hukum.” Semua orang tanpa terkecual berhak untuk mendapatkan bantuan hukum, meskpun mereka berasal dar masyarakat mskn yang tdak mampu membayar jasa hukum. Jasa hukum dberkan karena hak atas bantuan hukum menjad hak asas manusa yang harus daku, dlndung dan dpenuh.

Dalam 28 I ayat (2) UUD 1945 dsebutkan “Setap orang berhak bebas dar perlakuan yang bersfat dskrmnatf atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlndungan terhadap perlakuan yang bersfat dskrmnatf tu.” Perlndungan dar perlaku dskrmnatf n dpertegas oleh pemerntah melalu Undang-undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, dmana bantuan hukum sebaga jasa hukum yang dberkan secara cuma-cuma.

Pemberan bantuan hukum n dlakukan untuk menjamn, keadlan dan kepastan hukum dalam sebuah proses hukum yang adl. Mengena hal n Her Tahr berpendapat bahwa untuk mewujudkan proses hukum yang adl, maka unsur mnmal yang harus ada adalah orentas kepada keadlan prosedural. Konsttus atau Undang-undang dtempatkan sebaga bass pelaksanaan dar proses hukum yang adl. Keadlan prosedural n memberkan keuntungan berupa terjamnnya kepastan hukum pada setap orang dan dperlakukan sama.5

Bantuan hukum dapat dberkan oleh paralegal. Paralegal bukanlah tergolong pada profes advokat, karena paralegal sendr bukanlah sarjana hukum tetap dapat memberkan bantuan hukum setelah mendapatkan pelathan dar pember bantuan hukum tempatnya bekerja. Paralegal harus memlk pengetahuan hukum dan keteramplan dasar d bdang hukum dan hak asas manusa. Basanya paralegal memlk pengalaman d bdang lembaga swadaya masyarakat (non-governmental organization). Dalam tatanan hukum nasonal memang belum ada pengaturan mengenai definisi dari paralegal.

Dalam Undang-undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum memunculkan stlah paralegal sebaga pember bantuan hukum. Undang-undang tersebut tdak mengatur secara

5 Her Tahr, 2010, Proses Hukum yang Adil Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, Laksbang, Yogyakarta, hlm. 24.

(6)

tegas mengenai definisi dari paralegal. Dalam 9 a Pasal Undang-undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum dnyatakan bahwa “Pember Bantuan Hukum berhak melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal...” Selanjutnya dalam Pasal 10 datur mengena kewajban dar Pember Bantuan Hukum untuk menyelenggarakan penddkan dan pelathan Bantuan Hukum bag paralegal yang telah drekrut oleh pember bantuan hukum. Ketentuan-ketentuan tersebut menjad dasar legtmas yurds terhadap keberadaan paralegal sebaga pember bantuan hukum.

Legtmas yurds terhadap paralegal dalam memberkan bantuan hukum sangat dperlukan mengena konsep negara hukum yang danut oleh Indonesa. Negara hukum memberkan makna dmana negara dalam penyelenggaraan pemerntahannya ddasarkan prnsp-prnsp hukum. Prnsp-prnsp hukum tersebut bertujuan untuk membatas kekuasaan pemerntahan.6 Dengan demkan, setap orang yang menjalankan atau memberkan bantuan hukum kepada masyarakat harus memlk kewenangan yang jelas dan berdasarkan hukum.

6 I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press, Malang, hlm. 158.

3.2 Batas Kewenangan Paralegal Dalam Memberikan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Miskin

Bantuan hukum bag masyarakat mskn sangat dperlukan mengngat masyarakat mskn basanya menjad kelompok yang termargnal. Latar belakang penddkan mereka yang kurang akan menyebabkan rendahnya pengetahuan mereka akan akses keadlan. Sementara tu esens dar hukum adalah memberkan keadlan, kemanfaatan dan kepastan hukum sebagamana yang dajarkan oleh Radburch. Dalam praktk hukum dperlukan penggunaan asas prortas dalam menentukan tujuan hukum tu, dmana prortas pertama adalah keadlan, kedua adalah kemanfaatan dan yang terakhr adalah barulah kepastan hukum.7 Hukum harus dberlakukan secara adl untuk menjamn hak asas warga negara untuk mendapatkan bantuan hukum.

Dskursus tentang HAM dalam katannya dengan sstem peradlan pdana dan admnstras peradlan pdana, tdak akan lepas dar pembcaraan tentang korelas antara supremas hukum, HAM, dan demokras. Kualtas perlndungan dan promos tentang HAM maupun supremas hukum d suatu negara, merupakan dua dar sekan banyak

7 Achmad Al, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (JudicialPrudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence),Kencana Prenada Meda Group, Jakarta, hlm 288.

(7)

“indices of democracy”. Hal n merupakan ndkator ada atau tdaknya demokras d suatu negara.8 Secara umum, hukum hanya mengatur kepentngan-kepentngan para warga masyarakat yang bersfat lahrah.9

Dalam mengatur kepentngan hukum tersebut, maka negara seharusnya mengatur pula tentang kewenangan dalam pemberan bantuan hukum bag masyarakat mskn. Pengaturan tersebut merupakan salah satu model kebjakan hukum pdana pada tahap kebjakan yudkatf/ aplkatf (penegakan hukum pdana in concreto). Kebjakan tersebut harus memperhatkan dan mengarah pada pencapaan tujuan dar kebjakan sosal, berupa ‘social welfare’ dan ‘‘social defence’.10 Pemberan bantuan hukum bag masyarakat mskn dapat dlakukan oleh paralegal.

Dalam undang-undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum tdak datur mengena kewenangan dar paralegal. Undang-undang tersebut hanya mengatur mengena ruang lngkup bantuan hukum yakn untuk menyelesakan masalah hukum

8 Mulad, HAM dalam Perspketf Sstem

Peradlan Pdana, dalam Mulad (ed.), 2009, Hak Asasi Manusia Hakekat, Konsep

dan Implikasinya Dalam Perspektif dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung, hlm. 100.

9 Soerjono Soekanto, 2009, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta,hlm. 144-145.

10 Barda Nawaw Aref,2008, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada Meda Group, Jakarta, hlm. 77.

d bdang keperdataan, pdana, dan tata usaha negara bak yang dselesakan melalu jalur ltgas maupun jalur nonltgas. Bantuan hukum yang dlakukan dapat berupa mewakl, mendampng, menjalankan kuasa, memberkan pembelaan, dan/atau melakukan tndakan hukum lan untuk kepentngan hukum Penerma Bantuan Hukum.

Pendampngan penerma ban-tuan hukum pada sdang pengadlan sesua dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, hanya dapat dlakukan oleh profes advokat. Dengan demkan, pemberan bantuan hukum ketka sudah dalam proses sdang pengadlan tdak dapat dlakukan oleh paralegal. Paralegal hanya dapat memberkan bantuan hukum apabla penyelesaan masalah hukum tersebut dselesakan secara non ltgas atau penyelesaan perkara d luar pengadlan. Eksstens paralegal dalam memberkan bantuan hukum d Indonesa dapat dlhat sebaga medator dalam penyelesaan hubungan ndustral, pendampngan dalam penyelesaan kasus KDRT, dan sebaganya. Merujuk pada ketentuan mengena pember bantuan hukum, maka paralegal juga dapat memberkan penyuluhan hukum dan melakukan penyusunan laporan mengena bantuan hukum yang dberkan.

Paralegal memlk peranan dalam sstem peradlan pdana. Sstem peradlan pdana menurut Mardjono Reksodpoetra merupakan

(8)

sstem pengendalan kejahatan. Bekerjanya peradlan pdana dlakukan oleh lembaga-lembaga kepolsan, kejaksaan, pengadlan dan pemasyarakatan terpdana.11 Paralegal akan membantu masyarakat mskn untuk menghadap masalah hukum yang dperksa sepanjang tdak beracara pada sdang pengadlan. Hak dan kewajban bag pember dan penerma bantuan hukum harus dlaksanakan secara sembang. Pemenuhan kewajban dan hak secara sembang n menyenangkan, membahagakan, menentramkan dan memuaskan phak-phak. Inlah sebenarnya hakkat tujuan hdup yang hendak dcapa oleh manusa dalam hdup bermasyarakat.12 Hak dan kewajban pember dan penerma bantuan hukum datur dalam Pasal 9 sampa Pasal 13 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

IV PENUTUP 4.1 Simpulan

a) Legtmas yurds paralegal dalam tatanan hukum nasonal terdapat dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Paralegal menjad salah satu dar pember bantuan hukum selan advokat, dosen,

11 Yesml Anwar dan Adang, 2009, Sistem Peradilan Pidana Konsep Komponen & Pelaksanaannya Dalam Penegakan Hukum di Indonesia, Wdya Padjajaran, Bandung, hlm. 35.

12 Abdulkadr Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Ctra Adtya Bakt, Bandung, hlm. 8.

dan mahasswa fakultas hukum. Dalam peraturan perundang-undangan tdak datur mengena definisi paralegal.

b) Batas kewenangan paralegal dalam memberkan bantuan hukum bag masyarakat mskn adalah menjalankan kuasa, mewakl, mendampng, dan melakukan tndakan hukum lan terhadap permasalahan hukum yang dselesakan secara non ltgas. Paralegal juga dapat memberkan penyuluhan hukum dan melakukan penyusunan laporan.

4.2 Saran

a) Pembuat undang-undang hen-daknya merumuskan menge-nai definisi dan kewenangan masng-masng personl dalam memberkan bantuan hukum bag masyarakat mskn, khususnya mengena fungs paralegal dalam pemberan bantuan hukum tu sendr.

b) Pember bantuan hukum hendaknya memberkan pend-dkan dan pelathan yang terus-menerus kepada paralegal agar dapat memberkan bantuan hukum secara optmal.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadr Muhammad, 2006, Etika Profesi Hukum, Ctra Adtya Bakt, Bandung.

Achmad Al, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (JudicialPrudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), Kencana Prenada Meda Group, Jakarta.

Atmadja, I Dewa Gde, 2010, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press, Malang.

Bambang Sunggono dan Ares Haranto, 2010, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Maju, Bandung.

Barda Nawaw Aref,2008, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan, Kencana Prenada Meda Group, Jakarta..

Bernard L. Tanya, Yoan N. Smanjuntak, Markus Yage, 2010, Teori Hukum strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta Publshng, Yogyakarta.

Her Tahr, 2010, Proses Hukum yang Adil Dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, Laksbang, Yogyakarta.

Mulad, HAM dalam Perspketf Sstem Peradlan Pdana, dalam Mulad (ed.), 2009, Hak Asasi

Manusia Hakekat, Konsep dan Implikasinya Dalam Perspektif dan Masyarakat, Refika Adtama, Bandung.

Soekanto, Soerjono, & Mamudj, Sr, 2009, Penelitian Hukum Normatif, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 2009, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Yesml Anwar dan Adang, 2009, Sistem Peradilan Pidana Konsep Komponen & Pelaksanaannya Dalam Penegakan Hukum di Indonesia, Wdya Padjajaran, Bandung.

Undang-undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945.

Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pdana. Undang-undang Nomor 18 Tahun

2003 tentang Advokat.

Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Bantuan Hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Falikhatun (2007) menghasilkan bahwa variabel informasi asimetri mempunyai pengaruh negatif tetapi signifikan terhadap hubungan partisipasi penganggaran

Berdasarkan faktor - faktor yang mempengaruhi kinerja sistem informasi akuntansi perusahaan diatas, maka faktor yang digunakan untuk mengukur kinerja sistem

Tentunya pelaksanaan tanpa adanya koordinasi yang baik tidak akan mencapai target yang telah ditentukan, disamping itu keberhasilan koordinasi yang dilaksanakan

Sedangkan status bekerja ibu, tingkat pengetahuan ibu dan kebutuhan yang dirasakan ibu balita dalam pelayanan di posyandu menunjukkan Ho ditolak (ρ<0,05) yang artinya bahwa

-empat puluh= petang puluh, sekawan welas.. -enak=

Sehubungan dengan itu mohon kehadiran saudara dengan membawa dokumen-dokumen asli , sesuai dengan yang diunggah di website LPSE dan apabila tidak hadir maka dianggap

Dari perhitungan diatas didapat hasil penilaian terbesar ada pada V2 yaitu Supplier ke 2 (PCM) dengan bobot 0.9265 sehingga supplier ke 2 (PCM) layak atau dapat

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh mitra, maka tim dosen fakultas ekonomi melakukan pengabdian dengan memberikan pelatihan pengelolaan BUMDes yang baik serta