• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup serta membangkitkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup serta membangkitkan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu bentuk dari karya sastra adalah puisi. Puisi merupakan gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup serta membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus (KBBI, 2011:1112). Puisi berupa ungkapan bahasa yang bersifat lirik lagu (Luxemburg et al., 1989:175). Lirik lagu merupakan ragam suara berirama yang dituangkan melalui susunan kata sebagai wujud ungkapan jiwa penciptanya. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan dan kesamaan ciri puisi dengan lirik lagu. Hubungan dan kesamaan ciri puisi dengan lirik lagu cukup signifikan karena menjadi tolak ukur keduanya dalam berkolaborasi menjadi suatu objek penelitian sastra.

Hal-hal yang cukup signifikan mengenai hubungan dan kesamaan ciri puisi dengan lirik lagu antara lain sebagai berikut. Pertama, puisi dan lirik lagu menggunakan bahasa sebagai media dalam menyampaikan makna; kedua, puisi dan lirik lagu merupakan sarana pengarang dalam memaknai pengalaman hidup dan pengalaman batin; dan ketiga, puisi dan lirik lagu intensif dalam hal diksi. Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (KBBI, 2011:328). Kata-kata dalam puisi

(2)

dan lirik lagu sama-sama bersifat konotatif, artinya memiliki kemungkinan makna yang lebih dari satu. Oleh karena itu, diksi dalam puisi dan lirik lagu memang dipilih secara cermat oleh pengarang karena kata-kata yang digunakan harus dipertimbangkan maknanya. Selain selektif dalam pemilihan kata yang tepat makna, kata-kata dalam puisi dan lirik lagu dipilih yang puitis, artinya memiliki efek keindahan. Efek keindahan tersebut bersifat estetis. Keestetisan dalam hal ini menurut Pradopo (2010:13) dapat diperoleh secara menyeluruh dengan kepuitisan. Kepuitisan dapat dicapai dengan berbagai cara, misalnya dengan bentuk visual: tipografi dan susunan bait; dengan bunyi: persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi; dengan pemilihan kata (diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa, dan sebagainya. Dalam mencapai kepuitisan tersebut, pengarang menggunakan banyak cara sekaligus secara bersamaan untuk mendapatkan jaringan efek puitis yang sebanyak-banyaknya (Altenbernd dalam Pradopo, 2010:13).

Puisi dan lirik lagu terbukti memiliki hubungan dan kesamaan ciri yang cukup signifikan, tetapi perlu diperhatikan pula bahwa lirik lagu memiliki ciri khusus yang tidak terdapat pada puisi. Dalam hal ini, lirik lagu merupakan bagian yang melekat dari sebuah lagu sebagai produk musikal. Namun, perlu diperhatikan pula bahwa ketika unsur musikal dalam lirik lagu ditanggalkan maka lirik lagu menjadi suatu puisi dan dapat dipahami secara terpisah dari unsur-unsur musikalnya (Herwin, 2012:4–5). Dengan demikian, meskipun terdapat sedikit ciri yang berbeda di antara keduanya, tetapi hal itu tidak terlalu signifikan dalam hal lirik lagu sebagai puisi.

(3)

Dewasa ini, lirik lagu sebagai puisi terkategori dalam ranah sastra populer. Hal ini karena lirik lagu merupakan salah satu genre sastra populer yang lahir dari dan memiliki ciri-ciri puisi populer (Faruk dan Sayuti, 1997). Sastra populer tidak bisa lepas dari unsur perdagangan (Dewojati, 2010:7). Lirik lagu diciptakan seperti halnya sastra populer yang terikat pada unsur perdagangan. Hal tersebut berarti bahwa selalu terdapat suatu gambaran keuntungan pada setiap peluncuran sastra populer di tengah-tengah masyarakat. Selain hal tersebut, sastra populer menyediakan jendela untuk melihat dunia orang kebanyakan (Damono dalam Dewojati, 2010:11). Sastra populer dapat memberikan gambaran mengenai konsep relatively unlettered (Dewojati, 2010:5). Relatively unlettered merupakan konsep berpikir dan merasa masyarakat, sikap dan nilai-nilai yang diyakini masyarakat, serta cara-cara masyarakat memandang kehidupan (Damono dalam Dewojati, 2010:5–6). Sastra populer membentuk citra mental pribadi pengarang sebagai anggota atau bagian dari masyarakat. Citraan itu berupa kesan atau gambaran visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya sastra puisi (KBBI, 2011:270). Sastra populer berdedikasi untuk perkembangan sastra Indonesia modern dengan membawa unsur-unsur sastra baru, tetapi dengan tidak semata-mata menghapus unsur-unsur sastra yang telah ada sebelumnya. Salah satu bentuk dedikasi tersebut adalah melalui kajian sastra populer mengenai lirik lagu sebagai puisi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sastra populer menjadi penting karena seperti dalam penelitian ini yaitu membuka peluang besar bagi bidang seni di luar sastra seperti seni musik yang berupa lirik lagu untuk dikolaborasikan dengan ciri serta

(4)

hakikat puisi lalu dibedah dengan pisau analisis sastra sehingga dengan hal ini mampu merangsang juga lahirnya kajian-kajian mutakhir dalam bentuk lain yang bersifat kolaboratif atau multidisipliner. Hal tersebut tentu memberikan faedah bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Lirik lagu merupakan bagian yang melekat dari sebuah lagu sebagai produk musikal beraliran pop. Musik pop adalah musik dengan irama yang sederhana sehingga mudah dikenal dan disukai orang banyak (KBBI, 2011:943). Musik pop dibawakan oleh kalangan profesional dan dikonsumsi oleh masyarakat secara luas karena disebarkan melalui media massa seperti media elektronik (internet, film, album rekaman, radio, dan televisi) dan media cetak (koran, majalah, buku musik, dan sampul album rekaman) (Danesi, 2011:196). Musik pop secara dinamis memasuki kehidupan masyarakat seiring dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat berkembang. Dengan adanya kemajuan-kemajuan tersebut, musik pop menjadi suatu barang industri yang mudah diakses, dibeli, dan dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat. Kesimpulannya, musik pop merupakan jenis genre musik yang ringan karena berirama sederhana, menjadi merk komersial karena menjadi salah satu aspek dari budaya industri, serta memiliki daya tarik tersendiri bagi khalayak ramai karena berlirik lagu khas atau puitis. Lirik lagu yang puitis membuat musik pop menjadi lebih hidup serta lebih dapat dijiwai sehingga mampu mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus seperti halnya efek yang diberikan oleh puisi.

(5)

Musik pop dapat memberikan berbagai-bagai kesan dan pesan mengenai makna dari kisah romantika percintaan maupun kisah persahabatan kepada masyarakat melalui lirik lagu yang puitis seperti yang terdapat pada lirik-lirik lagu karya Jikustik. Lirik-lirik lagu Jikustik merupakan objek dalam penelitian ini. Jikustik merupakan grup musik beraliran sweet-pop yang berasal dari kota Yogyakarta. Lirik-lirik lagu Jikustik dipilih sebagai objek penelitian karena telah ditinjau dari aspek sifat fungsi seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung. Ketiga aspek tersebut merupakan hakikat puisi (Pradopo, 2007:315). Aspek sifat fungsi seni lirik-lirik lagu Jikustik ialah meskipun lirik-lirik lagu Jikustik berasal dari sebuah lagu sebagai produk musikal beraliran pop, tetapi ketika unsur musikalnya ditanggalkan maka lirik-lirik lagu Jikustik menjadi suatu puisi. Aspek kepadatan lirik-lirik lagu Jikustik ialah lirik-lirik lagu Jikustik bercerita tentang suatu peristiwa melalui inti cerita yang bersifat emosional sehingga mampu membawa pembaca pada penghayatan makna. Aspek ekspresi tidak langsung lirik-lirik lagu Jikustik ialah bahwa lirik-lirik lagu Jikustik menyatakan sesuatu, tetapi dengan maksud yang lain serta menyimpan tanda-tanda suatu makna. Oleh karena itu, lirik-lirik lagu Jikustik dapat dijadikan objek penelitian sastra.

Grup musik Jikustik memulai debut karirnya pada tahun 1996 dengan susunan personil sebagai berikut. Stefanus Pongki Tri Barata ‘Pongki’ sebagai vokalis, Carolus Liberianto ‘Carlo’ pada drum, Ardhi Nurdin ‘Dadik’ pada gitar melodi, Mohammad Aji Mirza Ferdinan Hakim ‘Icha’ pada gitar bas, dan Ivan Ramadhan ‘Ivan’ pada keyboard. Grup musik yang di awal debut karirnya bernama G-coustic ini telah resmi berganti nama menjadi Jikustik pada tahun

(6)

2000. Pada tahun 2000 itu juga, Jikustik untuk pertama kali mengalami pergantian personil pada keyboard dan digantikan oleh Adhitya Bhagaskara ‘Adhit’.

Jikustik termasuk grup musik yang produktif karena hampir setiap tahun sejak grup musik ini berdiri selalu menghasilkan album. Terdapat sepuluh album yang telah dilahirkan oleh grup musik ini. Dengan dukungan Radio Geronimo Yogyakarta, Jikustik yang pada saat itu masih bernama G-coustic meluncurkan album Bulan di Djogja pada tahun 1999 sebagai album rekaman independen. Berawal dari album rekaman independen tersebut, Jikustik semakin melebarkan sayap dengan karya-karya lagunya menjadi grup musik profesional yang lebih diakui dalam industri musik Indonesia. Lagu “Adinda”, “1000 Tahun Lamanya”, “Separuh Hati”, dan “Berdua Lagi” yang terdapat di dalam album Bulan di Djogja (1999) masih dapat ditemukan di dalam album Jikustik berikutnya yaitu album Seribu Tahun (2000). Berbeda dengan keempat lagu di atas, lagu “Rie....”, “Bersanding Denganmu”, “Menunggumu Pulang”, dan “Didera Hujan” tidak dapat ditemukan lagi di dalam album Jikustik berikutnya yaitu album Seribu Tahun (2000). Pada saat itu, album rekaman independen Bulan di Djogja (1999) hanya diluncurkan dalam jumlah dan skala yang kecil.

Urutan album-album Jikustik yang telah beredar luas di pasaran setelah album rekaman independen Bulan di Djogja (1999), antara lain, sebagai berikut. Seribu Tahun (2000), Seribu Tahun Repackage (2001), Perjalanan Panjang (2002), Sepanjang Musim (2003), Pagi (2004), Kumpulan Terbaik Jikustik (2005), Siang (2006), Malam (2008), Kembali Indah (2011), dan Live Acoustic (2014). Album Seribu Tahun (2000) di-remake pada tahun 2001 dengan

(7)

menambahkan lagu “Jangan Pernah Kau Layu” dan “Setia” yang sempat menjadi hits di tangga lagu musik Indonesia saat itu. Strategi repackaging album ini menghasilkan angka penjualan di atas satu juta kopi. Di dalam album Kumpulan Terbaik Jikustik (2005) terdapat empat belas lagu yang terdiri dari kompilasi sebelas lagu pilihan terbaik dan tiga tambahan lagu baru yaitu “Aku Datang Untukmu”, “Merasa Sepi”, dan “Sudah Kehendak-Nya”. Album Pagi (2004) memiliki dua versi album, yaitu dalam bentuk CD dan kaset. Masing-masing versi berisi dua belas lagu, tetapi terdapat dua lagu yang berbeda dari masing-masing versi album. Pada album Pagi (2004) versi CD terdapat dua lagu yang tidak terdapat pada album Pagi (2004) versi kaset yaitu lagu “Aku Percaya Padamu” dan “Lagu Sedih”. Album Malam (2008) merupakan album Jikustik yang berhasil mendapat penghargaan sebagai album musik dengan produksi dance terbaik tahun 2008 di ajang AMI Awards dan sekaligus merupakan album terakhir Jikustik bersama ‘Pongki’ sebagai vokalis (http://www.newsmusik.co/news/jikustik).

Setelah itu, Jikustik memulai langkah barunya dengan meluncurkan album Kembali Indah (2011) bersama Brian Prasetyo Adi ‘Brian’ sebagai vokalis Jikustik yang baru. Jikustik terus berjuang mempertahankan prestasi dan eksistensinya melalui lagu-lagu yang baru, tetapi dengan tidak meninggalkan lagu-lagu lamanya yang telah menjadi legenda dalam permusikan di Indonesia. Pada album Kembali Indah (2011), grup musik ini secara eksplisit menggunakan kata ‘cinta’. Sebuah kata yang dengan sengaja tidak pernah digunakan dalam lirik lagu pada album-album Jikustik sebelumnya, sekalipun lirik-lirik lagu Jikustik didominasi oleh kisah romantika percintaan. Diksi yang seakan out of the box atau

(8)

keluar dari kebiasaan Jikustik pada album ini adalah dengan pilihan kata ‘juwita’ yang mana pada album-album sebelumnya selalu menggunakan kata ‘bunga’ dalam menyatakan personifikasi wanita (http://singolion.wordpress.com/jikustik-sampai-samudra-mengering). Satu tahun setelah Jikustik melahirkan album Kembali Indah (2011), Icha pada gitar bas memutuskan untuk hengkang dari Jikustik. Jikustik semakin mendapatkan tantangan baru untuk tidak pernah berhenti berkarya di tengah pasang surut yang terjadi. Tidak lama berselang, Jikustik menemukan personil baru pada gitar bas yaitu Abadi Bayu ‘Bayu’.

Babak baru seakan semakin ditampakkan oleh grup musik Jikustik pada album kesepuluhnya yaitu Live Acoustic. Album Live Acoustic resmi dirilis pada tanggal 15 Juli 2014. Album ini merupakan album mini berisi lima lagu dengan memformulasi empat lagu lama secara akustik dan direkam secara langsung (live) sehingga menjadi sedikit berbeda dengan album-album Jikustik yang terdahulu. Lima lagu dalam album Live Acoustic (2014) terdiri dari empat lagu lama yaitu “Puisi” (album Siang, 2006), “Untuk Cinta” (album Kembali Indah, 2011), “Tetap Percaya” (album Malam, 2008), “Pujaan Hatiku” (album Kembali Indah, 2011) dan satu lagu baru ciptaan Brian dengan judul “Bila Ada Cinta Yang Lain”. Model penjualan album Live Acoustic ini berbeda dari model penjualan album-album sebelumnya karena tidak dijual di outlet toko kaset maupun CD, tetapi dijual di distro pakaian karena menggunakan cara bundling dengan salah satu merk produk pakaian. Dewasa ini, sistem bundling telah menjadi salah satu tren terbaru dalam penjualan album musik di Indonesia.

(9)

Enam di antara sepuluh album karya Jikustik memiliki suatu keunikan. Enam album karya Jikustik terkesan sengaja dibagi menjadi dua subunit yang masing-masing berisi tiga album sehingga pada akhirnya seperti terdapat dua trilogi dalam rentetan album karya Jikustik. Tiga album dalam trilogi album pertama Jikustik adalah Seribu Tahun, Perjalanan Panjang, dan Sepanjang Musim, sedangkan tiga album dalam trilogi album kedua Jikustik adalah Pagi, Siang, dan Malam. Trilogi album pertama Jikustik menggambarkan keterangan waktu serta proses perjalanan yang panjang, sedangkan trilogi album kedua Jikustik menggambarkan keterangan waktu dalam sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Dengan adanya dua trilogi album dalam rentetan album karya Jikustik tersebut, maka makna dalam setiap lirik lagu karya Jikustik semakin bertambah.

Keunikan lain dari grup musik Jikustik juga terletak pada lirik-lirik lagunya. Lirik-lirik lagu dalam album karya Jikustik terdiri dari dua tema besar, yaitu tentang persahabatan dan romantika percintaan. Dua tema tersebut cukup didominasi dengan makna pesimistis dan romantic tragic. Hal itu bukan tanpa alasan yang mendukung, yaitu bahwa karena pasar lagu Jikustik adalah bagi orang yang sedang mengalami masa kasmaran dengan segala up and down-nya (http://singolion.wordpress.com/jikustik-sampai-samudra-mengering).

Dengan adanya makna pesimistis tersebut, maka memunculkan dugaan bahwa terdapat makna dalam lirik-lirik lagu Jikustik dari sisi yang berbeda yaitu makna optimistis. Wacana mengenai makna optimistis dalam lirik-lirik lagu Jikustik menarik untuk diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengkaji makna optimistis dalam lirik-lirik lagu karya Jikustik, yaitu bagaimana cercahan

(10)

makna optimistis dapat ditemukan dalam lirik-lirik lagu Jikustik yang notabene didonimasi oleh makna pesimistis. Relevansi antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya ialah digunakannya lirik lagu sebagai objek penelitian.

“Kawan, Aku Pulang” (“KAP”) dalam album Pagi; “Yang Terhebat” (“YT”) dalam album Kembali Indah; “Seribu Tahun Lamanya” (“STL”) dalam album Seribu tahun; dan “Tetap Percaya” (“TP”) dalam album Malam merupakan empat lirik lagu Jikustik yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini. Keempat lirik lagu tersebut dipilih karena di dalam keempat lirik lagu tersebut diduga terdapat unsur-unsur makna optimistis dan kehadirannya cukup dominan. Keempat lirik lagu tersebut juga mewakili dua tema besar pada lirik-lirik lagu dalam album Jikustik, yaitu lagu “Kawan, Aku Pulang” (“KAP”) dalam album Pagi dan lagu “Yang Terhebat” (“YT”) dalam album Kembali Indah sebagai sampel lirik lagu dengan tema persahabatan yang diduga bermakna optimistis, sedangkan lagu “Seribu Tahun Lamanya” (“STL”) dalam album Seribu tahun dan “Tetap Percaya” (“TP”) dalam album Malam sebagai sampel lirik lagu dengan tema romantika percintaan yang diduga bermakna optimistis. Oleh sebab itu, keempat lirik lagu Jikustik tersebut dianggap cukup representatif untuk diteliti.

Adapun alasan pemilihan topik makna optimistis dalam empat lirik lagu Jikustik untuk diteliti menggunakan pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism) adalah sebagai berikut. Pertama, Jikustik merupakan salah satu grup musik berprestasi di Indonesia dengan lirik-lirik lagunya yang puitis, berkualitas, dan bermakna

(11)

sehingga dapat diteliti seperti halnya sebagai suatu puisi. Kedua, diduga terdapat wacana makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik yang akan diteliti. Ketiga, berdasarkan hasil pencarian penulis terhadap berbagai penelitian, belum pernah ada penelitian yang membedah makna optimistis dalam lirik-lirik lagu karya Jikustik menggunakan pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism). Oleh karena itu, ada unsur kebaruan dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, penggunaan elemen bunyi yang dominan guna menunjukkan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik. Kedua, penggunaan elemen kebahasaan yang dominan guna menunjukkan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik. Ketiga, makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik.

1.3 Tujuan Penelitian

Terdapat tujuan teoretis dan tujuan praktis dalam penelitian ini. Tujuan teoretis penelitian ini adalah menguraikan penggunaan elemen bunyi yang dominan guna menunjukkan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik; mengungkapkan penggunaan elemen kebahasaan yang dominan guna menunjukkan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik; dan mendeskripsikan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik.

(12)

Adapun tujuan praktis penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, meningkatkan pengetahuan para peminat dan penikmat lirik-lirik lagu Jikustik dari perspektif pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism). Kedua, membuka wacana pembaca mengenai makna optimistis yang dapat diperoleh dari lirik-lirik lagu Jikustik. Ketiga, memberikan persepsi yang lebih luas kepada pembaca mengenai makna optimistis dari lirik-lirik lagu Jikustik. Keempat, memberikan inspirasi apresiasi karya sastra kepada lembaga pendidikan, kalangan akademis, masyarakat pecinta sastra, dan masyarakat luas berupa penelitian terhadap makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik dengan menggunakan analisis pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism). Kelima, penelitian ini diharapkan dapat menambah kuantitas dan kualitas praktik pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism).

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap karya sastra dengan menggunakan pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism) belum pernah ditemukan oleh penulis dalam pencariannya. Penelitian yang telah dilakukan dan berelevansi dengan penelitian ini adalah penelitian terhadap lirik lagu dengan menggunakan analisis gaya bahasa, analisis struktural semiotik, analisis semiotika Riffaterre, dan analisis unsur wacana. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, skripsi Yuda

(13)

Prihantoro (2007) yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Lirik Lagu Album Rieka Roeslan Bercerita Karya Rieka Roeslan” yang menganalisis gaya bahasa pada kedua belas lirik lagu album Rieka Roeslan Bercerita dari penggunaannya dalam wujud kalimat, gaya kata, dan gaya bunyi. Berdasarkan beragam gaya bahasa yang telah dianalisis, penggunaan gaya bahasa pada album Rieka Roeslan Bercerita bertujuan untuk menampilkan kekuatan estetik yang mampu menyuguhkan gambaran suasana, sikap, maupun situasi batin tertentu. Pembaca dapat merasa sangat bahagia dan terlarut dalam keterpurukan yang dalam. Pembaca dapat menemukan ide atau pesan yang tersembunyi di balik kata-kata yang terdapat pada tiap lirik tersebut. Dominasi yang ada pada tiap lirik lagu akhirnya menimbulkan kesan estetik sehingga pembaca dapat mencapai ekstasi ketika membacanya.

Kedua, skripsi Yunan Helmi (2010) yang berjudul “Unsur-Unsur Kepuitisan Lirik-Lirik Lagu Karya Nazril Irham: Analisis Struktural Semiotik” memiliki tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretisnya untuk mendapatkan unsur-unsur kepuitisan dalam lirik-lirik lagu karya Nazril Irham sekaligus manfaat dari penggunaan unsur-unsur kepuitisan tersebut. Penelitian ini juga untuk mendapatkan makna yang terkandung dalam lirik-lirik lagu karya Nazril Irham. Tujuan praktis penelitian ini untuk mempertajam pemahaman masyarakat terhadap lirik-lirik lagu karya Nazril Irham. Teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teori struktural semiotik. Lirik-lirik lagu Nazril Irham sepenuhnya menggunakan bahasa Indonesia. Di dalamnya tidak terdapat penggunaan kosakata bahasa daerah atau bahasa asing. Hal itu mendukung

(14)

kepuitisan lirik-lirik lagu Nazril Irham. Selain itu, lirik lagunya juga menandakan bahwa dalam lagu Nazril Irham dimungkinkan tidak memperoleh efek kepuitisan dari percampuran bahasa. Dari hasil analisis struktural, ditemukan bahwa unsur-unsur kepuitisan dalam lirik-lirik lagu karya Nazril Irham mendukung tema lagunya. Dari hasil analisis semiotik, ditemukan tiga makna pokok, yaitu makna semangat dalam menjalani dan memaknai hidup, makna alam sebagai media pembelajaran hidup, dan makna hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Secara keseluruhan, unsur-unsur kepuitisan, isi, dan makna yang terkandung dalam lirik-lirik lagu karya Nazril Irham menunjukkan bahwa lirik-lirik lagu tersebut puitis, berkualitas, sarat makna, dan menarik bagi masyarakat.

Ketiga, skripsi Okky Herwin Y. (2012) yang berjudul “Makna Relasi Tematik Lirik-lirik Lagu dalam Album Karya Padi: Analisis Semiotika Riffaterre”. Penelitian ini memiliki dua tujuan, tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis penelitian ini untuk mengungkapkan ketidaklangsungan ekspresi dalam lirik-lirik lagu karya Padi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan makna yang terkandung dalam lirik-lirik lagu karya Padi dan hubungan cerita antara album satu dengan album yang lain. Tujuan praktis dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap makna lirik-lirik lagu karya Padi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui makna relasi tematik pada lirik-lirik lagu Padi. Kedua tujuan tersebut diharapkan dapat tercapai dengan menggunakan teori semiotika Riffaterre. Berdasarkan hasil dari analisis terhadap ketidaklangsungan ekspresi

(15)

dalam lirik lagu Padi dan pemaknaan terhadap beberapa lirik lagu Padi yang dianggap mendukung tema, dapat ditemukan bahwa lirik-lirik Padi memiliki relasi tematik. Berdasarkan hasil analisis semiotika, ditemukan enam tema besar. Tema-tema tersebut yaitu seseorang yang tidak mampu memiliki sesuatu yang diinginkan, seseorang yang kehilangan sesuatu yang dicintai, seseorang yang terjerumus dalam hal-hal buruk dan ketakutan, seseorang mengalami perasaan terlahir kembali karena cinta, cinta dalam kehidupan, dan hidup dengan cinta untuk mewujudkan harmoni. Kemudian dicari relasi tematik berdasarkan tema-tema besar tersebut hingga menjadi tiga proses kehidupan. Ketiga proses tersebut meliputi permasalahan dalam kehidupan, proses pembelajaran kehidupan, dan penyelesaian masalah hidup saling berbagi dengan cinta. Secara keseluruhan, makna yang terkandung dalam lirik-lirik lagu karya Padi menunjukkan bahwa lirik-lirik lagu Padi memiliki relasi tematik yang merupakan refleksi rangkaian kehidupan seseorang ketika menemui masalah-masalah dalam hidup hingga menemukan solusi. Makna relasi tematik tersebut dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi kehidupan masyarakat.

Keempat, skripsi Haswin Fatkurohman (2014) yang berjudul “Analisis Unsur Wacana Lirik Lagu Sheila On 7”. Unsur wacana lirik lagu SO7 yang dianalisis yaitu unsur internal, unsur eksternal, dan tema. Berdasarkan hasil analisis unsur internal dapat disimpulkan bahwa di dalam lirik lagu yang difavoritkan terdapat penggunaan bahasa kiasan yang lebih dominan dibandingkan dengan lirik lagu yang tidak difavoritkan. Berdasarkan analisis unsur eksternalnya, penempatan gagasan utama dalam lirik lagu SO7 yaitu pada

(16)

judul, reffrain, dan bridge yang merupakan bagian struktur dari lirik lagu. Berdasarkan analisis tema wacana, diketahui bahwa SO7 mengangkat permasalahan hidup yang mudah ditemukan di masyarakat. Tema-tema tersebut terdiri atas tema cinta, sosial, persahabatan, kerinduan kepada keluarga, kesetiaan motivasi, religius, dan kebersamaan. Kemunculan tema-tema dengan menganalisis lirik lagu berupa gagasan utama baik per kalimat atau per kata dengan memanfaatkan analisis topikalisasi antarbait, topikalisasi antarlirik, dan analisis judul wacana. Dari hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa lirik lagu dengan tema-tema tersebut difavoritkan karena merupakan tema-tema yang dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari.

Adapun penelitian yang juga telah dilakukan dan berelevansi dengan penelitian ini adalah penelitian yang mengangkat topik makna yang khusus seperti makna ranjang, keluarga, dan unsur religiusitas. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, skripsi Futikhatur Rohmah (2004) yang berjudul “Makna Ranjang dalam Celana Joko Pinurbo: Pemaknaan Semiotik Riffaterre”. Skripsi ini membahas sajak yang berjudul “Ranjang” pada kumpulan puisi Celana mempunyai makna yang variatif. Satu sajak menunjukkan kekhasan tertentu yang berbeda dengan sajak lain. Kekhasan tersebut ditunjukkan dengan berbagai pelukisan yang berbeda terhadap peristiwa yang terjadi dalam sajak “Ranjang”. Selain itu, terdapat perbedaan ide yang mendasari terciptanya sajak. Namun, ada pula persamaan ide antara sajak satu dengan lainnya. Dari ide yang sama tercipta sajak-sajak yang mempunyai karakter berbeda dalam menyikapi masalah. Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan pada cara pengungkapan ide.

(17)

Kedua, tesis Heri Setiaji (2009) untuk Program Pascasarjana UGM dengan judul “Keluarga dalam Antologi Puisi Kata Karya Bakdi Soemanto: Pemaknaan Semiotika Riffaterre”. Dalam tesisnya, Setiaji menemukan sifat-sifat dalam keluarga yang terdapat dalam kumpulan puisi Kata dengan menggunakan teori Semiotika Riffaterre. Keluarga adalah sebagai objek formal dalam penelitian ini. Sifat penelitian ini adalah bersifat kualitatif dengan menggunakan teori dan metode semiotika Riffaterre. Kumpulan puisi Kata yang memuat seratus puisi dengan mengambil enam puisi sebagai sampel penelitian adalah objek materialnya. Penulis melakukan tahapan pemaknaan, yaitu (1) pembacaan heuristik dan hermeneutik, (2) mengidentifikasi matriks, model, varian, serta hipogram, (3) mencari makna sifat-sifat dalam keluarga yang terdapat dalam kumpulan puisi Kata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat-sifat dalam keluarga didapatkan melalui pembacaan heuristik dan hermeneutik. Selanjutnya penulis mengidentifikasi matriks, model, varian, serta hipogram. Pemaknaan terhadap puisi yang dijadikan sampel penelitian melalui pembacaan heuristik sampai dengan hipogram memperoleh kesimpulan bahwa sifat-sifat dalam keluarga, yaitu (1) kerja, (2) kasih sayang, (3) kesetiaan.

Ketiga, skripsi Durrotul Yatiimah (2010) yang berjudul “Unsur Religiusitas Dalam Kumpulan Sajak Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono: Analisis Semiotika Riffaterre”. Skripsi tersebut membahas unsur religiusitas dalam sajak sampel Hujan Bulan Juni yang dapat dilihat melalui diksi yang digunakan. Diksi mengarahkan pada pemaknaan yang semakin memperkuat nilai religiusitas. Selain itu, apa yang tersurat dalam sajak seringkali memiliki

(18)

keterkaitan dengan beberapa ajaran agama dan nilai-nilai moral universal yang tidak hanya dianut oleh salah satu agama saja, melainkan oleh semua pemeluk agama, bahkan mereka yang tidak memeluk agama.

Berdasarkan data-data yang ada, dapat dilihat bahwa belum pernah ada penelitian yang membahas mengenai permasalahan makna optimistis dalam lirik-lirik lagu karya Jikustik dengan menggunakan analisis kritik praktis Robert Millar dan Ian Currie. Selain karena adanya unsur kebaruan dalam penelitian ini, lirik-lirik lagu Jikustik dipilih karena adanya dugaan makna optimistis dalam lirik-lirik-lirik-lirik lagu Jikustik. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik.

1.5 Landasan Teori

Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna (Keraf, 1984:25). Aspek bentuk atau ekspresi merupakan hal yang dapat dirasakan dengan mendengar atau melihat melalui pancaindera, sedangkan aspek isi atau makna merupakan hal yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pembaca karena adanya rangsangan aspek bentuk atau ekspresi tersebut. Puisi tidak hanya menghadapi kata, tetapi dengan suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat, terdapat beberapa unsur yang terkandung yaitu pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Menurut Keraf (1984:25), pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu. Perasaan lebih mengarah kepada sikap pengarang terhadap apa

(19)

yang dikatakannya dan bertalian dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pengarang. Nada mencakup sikap pengarang kepada pembacanya, relasi antara pengarang dengan pembaca akan melahirkan nada suatu ujaran. Tujuan adalah efek yang ingin dicapai oleh pengarang. Makna merupakan penentu dalam proses pemilihan kata oleh pengarang dalam karya sastra puisi. Memahami semua hal itu dalam seluruh konteks menjadi bagian dari seluruh usaha untuk memahami makna dalam karya sastra puisi.

Di dalam lirik-lirik lagu karya Jikustik sebagai puisi mengandung wacana makna optimistis. Optimistis berasal dari kata atau bahasa asing optimistic. Di dalam Advanced American Dictionary (2008:1116), terdapat definisi mengenai optimistic, yaitu percaya bahwa hal-hal baik akan terjadi di masa depan atau merasa yakin bahwa akan berhasil. Optimistis merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang yang selalu berharap dan selalu percaya bahwa hal-hal baik akan terjadi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:986) mendefinisikan optimistis yaitu bersifat optimis, penuh harapan (tentang sikap). Dari definisi-definisi di atas, maka konsep makna optimistis dapat disimpulkan sebagai suatu sikap percaya, sikap yakin, berpikir positif, dan berpengharapan terhadap segala sesuatu yang baik. Makna optimistis mempunyai pengaruh yang baik terhadap cara pandang serta cara berperilaku masyarakat di dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut terbukti bahwa tanpa adanya sikap optimistis yang dimaknai secara tepat, maka kehidupan masyarakat akan dipenuhi dengan berbagai masalah sosial karena adanya sikap pesimistis. Berbagai permasalahan sosial timbul karena masyarakat kurang mengerti pentingnya makna optimistis. Dengan adanya makna

(20)

optimistis membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih bersifat positif, terkendali, teratur, baik, dan harmoni. Wacana makna optimistis dalam lirik-lirik lagu Jikustik juga turut memberikan sumbangan kepada masyarakat bagaimana harus menghadapi berbagai persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, khususnya adalah yang mengenai romantika percintaan dan persahabatan. Persoalan mengenai romantika percintaan dan persahabatan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sebagai makhluk sosial. Kedua hal tersebut dianggap penting karena menyangkut hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam berinteraksi dan hidup berdampingan. Oleh karena itu, makna optimistis harus ada serta dipahami dalam kehidupan sosial bermasyarakat agar menciptakan kehidupan sehari-hari masyarakat yang selalu mengarah ke arah positif.

Puisi merupakan sistem tanda yang memiliki makna dan bermediumkan bahasa. Pengertian pemaknaan puisi atau pemberian makna puisi berhubungan dengan teori sastra masa kini yang lebih memberikan perhatian kepada pembaca dari lainnya (Pradopo, 2010:278). Puisi merupakan suatu artefak yang baru mempunyai makna bila diberi makna oleh pengarang dan pembaca. Sebagai sistem tanda, puisi tidak terlepas dari konvensi masyarakat, baik masyarakat bahasa maupun masyarakat sastra, dan mayarakat pada umumnya yang menentukan konvensi itu (Pradopo, 1997:123). Di dalam lirik-lirik lagu karya Jikustik mengandung wacana makna optimistis yang dapat dianalisis menggunakan pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism). Kritik praktis ialah metode

(21)

untuk mengungkapkan kritik pembaca atas pemaknaan total dari struktur kata-kata yang merupakan suatu usaha kesusastraan (Millar dan Currie, 1982:1–2). Puisi, baik yang berbentuk panjang atau berbentuk singkat dan langsung adalah sebuah karya seni, yang berstrukturkan kata-kata, dengan caranya sendiri, menggunakan bahan-bahannya sendiri, layaknya sebuah simponi yang juga merupakan karya seni (Millar dan Currie, 1982:2). Charles Causley menyatakan (dalam Millar dan Currie, 1982:2–3), bahwa di waktu yang sama, puisi seharusnya menyembunyikan beberapa hal tertentu yang mungkin hanya mengungkapkan dirinya sendiri dengan sedikit demi sedikit. Pengarang tidak akan membiarkan makna puisinya dengan mudah dimengerti hanya dalam taraf pembacaan pertama. Kritik praktis dalam hal ini adalah menyediakan cara untuk mengikutsertakan penjelajahan stimulasi dan instruktif ke dalam pikiran pembaca terhadap puisi yang akan dimaknai (Millar dan Currie, 1982:3). Pengetahuan mengenai alat-alat bahasa yang digunakan dalam puisi dapat memberikan kontribusi yang lebih penuh, perspektif penilaian yang lebih terhadap sebuah puisi (Millar dan Currie, 1982:3). Kritik praktis model ini dapat menyaring serta memperdalam apresiasi atas karya sastra hasil cipta pengarang. Bentuk apresiasi tersebut tidak hanya meliputi sebagai seorang pencipta, penghubung, pemberi stimulasi atas perasaan, kebenaran, keindahan, kebahagiaan, dan petunjuk, tetapi terlebih-lebih dapat mengapresiasinya sebagai karya sastra puisi yang teliti dalam memainkan kata-kata dalam pola kata-kata dan dalam mengintegrasi serta membentuk pikiran (Millar dan Currie, 1982:3).

(22)

Puisi harus dapat dilihat sebagai sebuah karya seni dalam kata-kata. Makna puisi harus hadir dari susunan kata-kata yang telah dipilih oleh pengarang. Puisi adalah sebuah aksi komunikasi personal dengan kata-kata terpilih untuk tujuan-tujuan tertentu dan bentuk kata-kata terpilih tersebut harus dapat dimengerti dan diapresiasi sebanyak mungkin seperti makna yang dimaksudkan oleh pengarang (Millar dan Currie, 1982:4–5).

Di dalam kritik praktis, Robert Millar dan Ian Currie melihat puisi sebagai strukturnya sendiri sebagai hasil karya sastra seorang pengarang yang membutuhkan pemaknaan. Pembaca tidak perlu naif untuk memikirkan sebuah puisi karena puisi merupakan keseluruhan inspirasi pengarang atas peristiwa (Millar dan Currie, 1982:5). Pengarang dalam menciptakan puisi memahami bagaimana kerapnya menggunakan kombinasi kata-kata yang berbeda untuk mendapatkan ekspresi yang paling memuaskan pikiran dan perasaan (Millar dan Currie, 1982:5–6). Hal ini menyangkut penulisan kembali, penghapusan, pemasukan, pertukaran urutan kata-kata hingga pada akhirnya mencapai struktur akhir kata-kata yaitu puisi. Bukan menjadi hal yang mudah dalam menemukan kata-kata yang akan mengatakan hal seperti apa yang dimaksud oleh pengarang dalam puisi. Pada akhirnya, pengarang tidak akan dapat memilih kata-kata yang menandakan semua yang ingin digunakan pengarang dalam mengungkapkan kompleksitas pemikiran perasaanya.

Setiap pembacaan puisi merupakan pengalaman yang unik. Hal itu disebabkan setiap pembaca membawa persediaan pengetahuan masing-masing, kesukaan dan ketidaksukaan masing-masing, perspektif masing-masing, dan

(23)

tingkat respons masing-masing terhadap kata (Millar dan Currie, 1982:6). David Wright (dalam Millar dan Currie, 1982:7) menekankan bahwa puisi yang bagus adalah yang seperti kaca, yaitu tidak ada satu pun yang melihat refleksi yang sama karena tidak ada perilaku dan pengalaman manusia yang identik. Oleh sebab itu, lebih mudah menemukan tanggapan paling spontan atas puisi yang ditulis oleh pengarang dalam kata-kata dengan jenis makna yang diketahui oleh pembaca. Bahkan dalam istilah kritik praktis, pembaca dalam menemukan bagaimana kata-kata digunakan oleh pengarang adalah pada waktu pembaca belum dapat melihat puisi sebagai suatu hal yang estetis dan artistik. Kritik praktis ini mengajak pembaca berpikir bahwa karya sastra puisi sebagai strukturnya sendiri, tetapi dengan tetap mengetahui suatu batasan yaitu mengetahui siapa pengarang dari karya sastra puisi yang sedang dinilai atau dikritik secara valid oleh pembaca agar tetap melekat dengan konteks kultural sehingga menjadi penelitian yang bermanfaat sepenuhnya.

Di dalam kritik praktis Robert Millar dan Ian Currie terdapat metode pemaknaan total (total significance) atas bagian-bagian puisi. Seberapa banyak pemaknaan total yang dapat diungkapkan sebagian tergantung pada pengetahuan yang dibawa dan sebagian lagi pada kemampuan yang didapat oleh pembaca (Millar dan Currie, 1982:7). Sensibilitas dan sensitivitas pembaca terhadap bahasa menjadi tolak ukur dalam kualitas serta sifat respons di dalam metode kritik praktis ini. Oleh sebab itu, kritik praktis ini mencari aspek bahasa yang mungkin diabstrakkan dari beberapa struktur bahasa dalam puisi (Millar dan Currie, 1982:8). Hal yang dicari oleh pembaca sebagai makna total adalah pernyataan

(24)

ide-ide yang telah diatur oleh pengarang sebagai bagian dari pemaknaan total. Makna dalam pengertian yang sempit atas aksi yang ditunjukkan oleh kata adalah sama di dalam setiap kasus, tetapi nada yang naik turun dan pilihan kata-kata akan dirasakan sebagai bagian dari signifikasi total dari tuturan (Millar dan Currie, 1982:9). Refleksi peristiwa akan bercerita bahwa terdapat faktor-faktor lainnya yang membantu dalam memahami makna (Millar dan Currie, 1982:9). Pembaca menentukan makna-makna melalui suara atau simbol pada halaman cetak yang mensugestikan suara sebagaimana yang dibaca (Millar dan Currie, 1982:9). Bunyi-bunyian yang berbeda dan kombinasi bunyi dapat digunakan untuk memberikan efek yang berbeda kepada pembaca. Elemen bunyi dan apa yang dapat dilakukan dengan suara adalah sesuatu yang harus diteliti dengan cermat dalam setiap evaluasi terhadap bahasa puitis (Millar dan Currie, 1982:9). Dalam elemen kebahasaan, kata-kata memiliki fungsi tertentu dan harus disusun dalam pola yang bermakna sebelum dapat dikomunikasikan secara efektif (Millar dan Currie, 1982:9). Pemaknaan total pada puisi dibangun dari sejumlah makna yang berbeda, yang beroperasi dalam tingkatan yang berbeda yaitu tingkatan bunyi; tingkatan kebahasaan; dan tingkatan pemaknaan (Millar dan Currie, 1982:9). Pembaca harus mengingat bahwa dalam pembacaan, atau setidaknya dalam pembacaan pertama, ke semua aspek tersebut cenderung beroperasi terhadap pembaca secara serempak (Millar dan Currie, 1982:9). Penilaian pembaca akan menjadi lebih bermanfaat apabila pembaca mempelajari secara cermat dan metodologis atas sesuatu yang dihasilkan oleh pengarang.

(25)

Dalam penelitian ini, adanya wacana makna optimistis dalam lirik-lirik lagu karya Jikustik akan dianalisis menggunakan pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism) yang terdiri atas tiga elemen antara lain elemen bunyi, elemen kebahasaan, dan elemen pemaknaan. Elemen bunyi terdiri atas rima atau persajakan; intonasi dan tekanan; irama, melodi, dan metrum; dan puisi yang didengar dan puisi yang dicetak. Elemen kebahasaan terdiri atas kata-kata pada diri mereka sendiri (bentuk-bentuk arkais, pergeseran kelas kata, dan pemajemukan kata); sintaksis; dan cara-cara melempar penekanan (variasi sintaksis, pararelisme, pemadatan atau elipsis, dan penyertaan yang dipertahankan oleh kata). Elemen pemaknaan terdiri atas apa itu makna atau keunikan kata-kata; ambiguitas sebagai alat puitis; makna tersembunyi atau alat supra-informative kata; kecocokan kata untuk puisi; gambaran tuturan; penggambaran perumpamaan atau perbandingan; simbolisme; dan struktur puisi. Namun, elemen pemaknaan sebagai salah satu pisau analisis dalam penelitian ini digubah menjadi hakikat puisi. Hakikat puisi dapat digunakan dalam mengungkapkan makna atau struktur batin yang hendak disampaikan oleh pengarang. Terdapat empat unsur hakikat puisi, yaitu: tema (sense), perasaan pengarang (feeling), nada atau sikap pengarang terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention)(Richards dalam Aminuddin, 2008:90)

Tema (sense) merupakan gambaran sesuatu yang diperoleh pembaca setelah menafsirkan, menyimpulkan, serta menghubungkan makna kata atau simbol yang satu dengan lainnya (Aminuddin, 2008:90). Tema harus dihubungkan dengan pengarang beserta konsep-konsep yang diimajinasikan pengarang. Perasaan

(26)

pengarang (feeling) merupakan gambaran sikap, emosi, motivasi, maupun minat pengarang terhadap fakta maupun pengalaman yang dipaparkannya (Aminuddin, 2008:90). Suasana perasaan pengarang dalam puisinya diekspresikan agar pembaca dapat menghayatinya. Perasaan (feeling) merupakan hal yang turut diekspresikan dalam puisi sehingga dapat dihayati oleh pembaca. Perasaan pengarang yang satu dengan yang lain berbeda-beda.Tone adalah gambaran unsur atitudinal pengarang terhadap pembaca dalam memaparkan fakta dan pengalaman yang diacu melalui lambang kebahasaan (Aminuddin, 2008:90). Kemampuan bentuk kebahasaan dalam mewujudkan pokok pikiran dan nuansa sikap berhubungan dengan asosiasi, abstraksi, dan konseptualisasi yang dilakukan pengarang (Aminuddin, 2008:91). Nada dan suasana (tone), keduanya saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Dengan nada dan suasana hatinya, pengarang memberikan kesan yang lebih mendalam kepada pembaca.Tujuan atau amanat (intention) merupakan hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan puisinya. Menurut Aminuddin (2008:91), pengertian intention tidak berbeda jauh dengan konsep makna intensional. Hal tersebut karena intensi ialah maksud atau tujuan pengarang memaparkan (a) fakta dan pengalaman seperti yang terdapat dalam sense; (b) memberikan sikap maupun nuansa afektif lain terhadap fakta dan pengalaman (feeling); serta (c) memberikan nuansa afektif terhadap pembaca seperti yang terdapat dalam tone. Oleh karena itu, intention baru dapat ditafsirkan dan disimpulkan setelah pembaca memahami ketiga unsur tersebut.

(27)

Amanat (intention) tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Jadi, dalam merumuskan amanat terlebih dahulu tema harus dilengkapi dengan perasaan serta nada dan suasana yang dikemukakan pengarang. Amanat puisi adalah maksud, makna, himbauan, dan pesan yang hendak disampaikan pengarang. Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi tidak secara obyektif, tetapi subyektif yaitu berdasarkan interpretasi pembaca. Oleh karena itu, wacana makna optimistis dalam lirik-lirik lagu Jikustik pada akhirnya akan dianalisis dengan menggunakan tiga pisau analisis, yaitu elemen bunyi, elemen kebahasaan, dan elemen pemaknaan (hakikat puisi).

1.6 Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian (Nawawi, 2007:65). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah, sehingga lebih mudah untuk dipecahkan dan dipahami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang bermaksud memahami fenomena yang dialami subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 1989:6). Metode kualitatif menggambarkan secara umum data-data yang diperoleh dalam lirik-lirik lagu Jikustik. Secara keseluruhan, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.

1. Mengumpulkan data dari lirik-lirik lagu yang terdapat pada setiap sampul kaset dan CD Jikustik. Pada setiap sampul kaset dan CD

(28)

Jikustik tercantum lirik-lirik lagu Jikustik secara tertulis beserta nama pengarang lirik dan lagunya.

2. Menyalin ulang lirik-lirik lagu Jikustik bersamaan dengan mendengarkan lagu-lagunya agar tidak terjadi kesalahan.

3. Mengelompokkan data-data yang terkumpul berdasarkan album masing-masing. Setelah itu mencari permasalahan yang muncul dengan melihat karakteristik data yang ada diikuti dengan pengumpulan bahan-bahan yang mendukung objek penelitian. Langkah kerja dalam memaknai suatu karya memerlukan perhatian khusus agar dapat menguak makna yang terkandung di dalamnya. Metode pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism) merupakan cara yang digunakan dalam proses atau langkah kerja penelitian ini.

4. Membaca secara keseluruhan lirik-lirik lagu dan selanjutnya memilih beberapa lirik lagu yang diduga mengandung unsur-unsur makna optimistis cukup dominan dan yang dapat mewakili dua tema besar lirik-lirik lagu dalam album Jikustik.

5. Menganalisis lirik-lirik lagu tersebut dengan metode pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism) yang terdiri atas tingkatan analisis elemen bunyi, tingkatan analisis elemen kebahasaan, dan tingkatan analisis elemen pemaknaan yang disinergikan dengan topik penelitian ini yaitu makna optimistis sebagai berikut. Pertama, penggunaan elemen bunyi

(29)

yang dominan guna menunjukkan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik. Kedua, penggunaan elemen kebahasaan yang dominan guna menunjukkan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik. Ketiga, makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik.

6. Membuat laporan penelitian. 7. Menyajikan laporan penelitian.

1.7 Populasi, Sampel, dan Data

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Nawawi, 2007:150). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah lirik-lirik lagu pada kesepuluh album karya Jikustik. Kesepuluh album karya Jikustik tersebut ialah Seribu Tahun (2000), Seribu Tahun Repackage (2001), Perjalanan Panjang (2002), Sepanjang Musim (2003), Pagi (2004), Kumpulan Terbaik Jikustik (2005), Siang (2006), Malam (2008), Kembali Indah (2011), dan Live Acoustic (2014).

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh populasi dan merupakan sumber data yang sebenarnya (Nawawi, 2007:153). Dari kumpulan lirik lagu seluruh album tersebut diambil empat lirik lagu sebagai sampel untuk dianalisis secara khusus dengan analisis pemaknaan total (total significance) Robert Millar dan Ian Currie dalam teorinya kritik praktis (practical criticism), yaitu lirik lagu yang berjudul, “Kawan, Aku Pulang” (“KAP”) dalam

(30)

album Pagi, “Yang Terhebat” (“YT”) dalam album Kembali Indah, “Seribu Tahun Lamanya” (“STL”) dalam album Seribu Tahun, dan “Tetap Percaya” (“TP”) dalam album Malam. Alasan pemilihan empat lirik lagu tersebut karena diduga mengandung unsur-unsur makna optimistis cukup dominan dan yang dapat mewakili dua tema besar pada lirik-lirik lagu dalam album Jikustik, yaitu tema romantika percintaan dan persahabatan.

Data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian (Nawawi, 2007:103). Data secara leksikal merupakan (1) keterangan yang benar dan nyata, (2) keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan) (KBBI, 2011: 296–297). Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teks yang berupa unsur-unsur lirik lagu Jikustik yang mendukung dan menunjukkan adanya makna optimistis dalam lirik-lirik lagu Jikustik.

1.8 Sistematika Laporan Penelitian

Penelitian ini terbagi ke dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian; rumusan masalah penelitian; tujuan penelitian; tinjauan pustaka; landasan teori; metode penelitian; populasi, sampel, dan data; dan sistematika penyajian.

Bab II merupakan analisis mengenai penggunaan elemen bunyi yang dominan guna menunjukkan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik. Bab ini berupa rima (persajakan) yang terdiri dari sajak awal; sajak tengah; dan asonansi dan aliterasi.

(31)

Bab III merupakan analisis mengenai penggunaan elemen kebahasaan yang dominan guna menunjukkan makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik. Bab ini berupa kosakata; pemilihan kata (diksi); dan gaya bahasa yang terdiri dari hiperbola dan paradoks (oksimoron).

Bab IV merupakan analisis mengenai makna optimistis dalam empat lirik lagu karya Jikustik. Bab ini berupa elemen pemaknaan berupa hakikat puisi yang terdiri atas tema (sense); perasaan pengarang (feeling); nada dan suasana (tone); dan amanat (intention).

Referensi

Dokumen terkait

Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa

Irvan sedang melamunkan PR Matematika saat tiba-tiba ia melihat sebuah tangan dengan sebilah silet cutter mulai merobek perlahan permukaan sebuah tas kulit mewah milik

5) Melihat perilaku dari segi konsekuensi atas dasar system nilai 6) Kemampuan bertindak independen. Pendapat yang dikemukakan ahli diatas penulis lihat ada hal-hal pokok

07/Menkes/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah kampanye sosial sebagai salah satu media untuk merubah paradigma calon untuk memilih persalinan normal dibandingkan operasi

a) Setiap shift, saat mulai bertugas sehari hari perawat pelaksana diruangan berkeliling mengunjungi pasien yang sedang dirawat. Hal ini untuk mengetahui ada tidaknya

Berkat rahmat, Karunia, dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul “PENGARUH PERENCANAAN DAN PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA

Sifat onsetnya yang samar serta perjalanannya yang progresif lambat maka timbulnya gejalanya pun lambat dan tidak disadari sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Keluhan