• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN CODE BLUE.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN CODE BLUE.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN

PANDUAN

CODE BLUE

CODE BLUE

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan Panduan CODE BLUE   RSUD Bangkinang dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam proses penyusunan dokumen akreditasi diperlukan acuan tata naskah agar format yang dihasilkan seragam, sehingga perlu dibuat Panduan CODE BLUE  RSUD Bangkinang yang akan dijadikan sebagai acuan dan panduan dalam pembuatan dokumen pada kegiatan akreditasi di rumah sakit.

Dengan tersusunnya Panduan CODE BLUE   RSUD Bangkinang ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan panduan ini.

Kami sadari panduan ini belum sempurna, oleh karenanya masukan dan saran perbaikan sangat kami harapkan guna penyempurnaannya.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua Bangkinang, 02 Januari 2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG

dr. ANDRI JUSTIAN, Sp. PD

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... I DAFTAR ISI ... II KEPUTUSAN DIREKTUR ... III

BAB I. PENDAHULUAN ... 2

 A. L ATARBELAKANG ... 2

B. DEFINISI  ... 2

C. TUJUAN  ... 3

BAB II. RUANG LINGKUP ... 4

BAB III. TATA LAKSANA ... 5

(4)

PEMERINTAH KABUPATEN KAMPAR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG

Jalan Lingkar Bangkinang - Batu Belah,Kampar,Riau (28461)

Telepon. (0762) 323330 Faks. (0762) 20029 E-mail. rsud.bkn@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG NOMOR : 445/RSUD/I-1/2018/018

TENTANG

TENTANG

PANDUAN CODE BLUE

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG

Menimbang : a. bahwa rumah sakit mempunyai kewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti-diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;

b. bahwa kegiatan pelayanan rumah sakit bertujuan untuk mengutamakan pemberian pelayanan dalam hal penyelamatan jiwa;

c. bahwa agar pelayanan kejadian henti nafas dan atau henti jantung dapat terlaksana dengan baik, maka perlu adanya Keputusan Direktur tentang Panduan Code Blue Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan.

d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang tentang Panduan Code Blue pada Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang.

(5)

iv

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

4. Keputusan Bupati Kampar Nomor SK 821.2.627XII/2017 tanggal 04 Desember 2017 tentang Pengangkatan PNS dr.  Andri Justian, Sp.PD dalam Jabatan Struktural sebagai

Direktur RSUD Bangkinang;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANGTENTANG PANDUAN CODE BLUE RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN. KEDUA : Panduan Code Blue Rumah Sakit Umum Daerah

Bangkinang sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang berpartisipasi dalam perencanaan, monitoring, dan pengawasan terhadap prosedur Code Blue di Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam

(6)

penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bangkinang Pada Tanggal : 02 Januari 2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG

dr. ANDRI JUSTIAN, Sp. PD

(7)

2

BAB I. PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. WHO menerangkan bahwa penyakit  jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap

mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991, penyakit jantung koroner bersamadengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.

Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi. Inti dari penanganan cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen.

Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan paramedis.Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belum terdapat pengorganisian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan arrest segera, yang disebut Code Blue.

B.

DEFINISI 1. Code blue/kode biru:

(8)

3 dimana terdapat pasien yang mengalami cardiopulmonary arrest dan merupakan kata sandi yang digunakan untuk menyatakan bahwa pasien dalam kondisi gawat darurat.

2. Tim code blue :

Tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai code-team, yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan

3. Pasien gawat darurat :

Pasien yang berada dalam ancaman kematian dan memerlukan pertolongan RJP segera.

4. Pasien gawat :

Pasien yang terancam jiwanya tetapi belum memerlukan pertolongan RJP.

5. Triage :

Pemilahan kondisi pasien melalui penilaian klinis pasien. 6. Perawat terlatih

Perawat yang telah mendapatkan pelatihan RJP / Blue Team.

C.

TUJUAN

1. Untuk penyelamatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh orang yang berada di dalam dan sekitar RSUD Bangkinang dalam kondisi darurat tertentu.

2. Untuk mempermudah penanganan kejadian henti jantung dan atau henti nafas di area RSUD Bangkinang.

3. Untuk mengidentifikasi (Triage) pasien-pasien yang ada di ruangan perawatan dan dalam keadaan gawat / gawat darurat pasien dapat lebih dini di ketahui dan ditanggulangi sehingga mencegah kematian dan kecacatan.

(9)

4

BAB II. RUANG LINGKUP

1. Instalasi Rawat Inap

2. Instalasi Maternal dan Perinatal a. Ruang Nifas

b. Ruang Perinatologi

3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 4. Pasien Rawat Inap

(10)

5

1. Tim Code Blue terdiri dari :  Koordinator Tim

Dijabat oleh dokter spesialis anestesi.  Penanggung Jawab Medis

 Penanggung Jawab Perawat  Dokter Pelaksana Code Blue

- Dokter jaga - Dokter ruangan

 Perawat Pelaksana Code Blue - Perawat IGD - Perawat ICU - Perawat OK - Perawat Ranap 2. Uraian tugas :  Koordinator Tim

- Mengkoordinir segenap anggota tim.

- Memberikan masukan kepada Direktur mengenai penyusunan kebijakan Code Blue di rumah sakit sesuai dengan standar akreditasi.

- Melaksanakan monitoring dan evaluasi melalui pertemuan berkala. - Membuat laporan tahunan pelaksanaan code blue kepada

Direktur.

- Melaksanakan koordinasi dengan bidang Diklat untuk pelaksanaan pelatihan kegawatdaruratan yang dibutuhkan oleh anggota tim. - Menyusun perencanaan obat-obatan dan alat kesehatan yang

dibutuhkan dalam kegiatan code blue di rumah sakit.  Penanggung Jawab Medis

- Melakukan koordinasi dengan Bidang Pelayanan Medis mengenai  jadwal dokter pelaksana code blue.

(11)

6

pelaksanaan code blue di rumah sakit.

- Membuat konsep SPO yang terkait dengan pelaksanaan code blue.

- Melakukan koordinasi dengan bagian farmasi untuk pengadaan obat dan alat kesehatan emergensi.

- Membuat laporan kepada Koordinator Tim.

 Penanggung Jawab Perawat

- Melakukan koordinasi dengan Bidang Keperawatan mengenai  jadwal jaga perawat pelaksana code blue.

- Mendokumentasikan dokumen : laporan bulanan pelaksanaan code blue di rumah sakit.

- Melakukan koordinasi dengan bagian pemeliharaan sarana rumah sakit (IPSRS) untuk monitoring alat-alat yang tersedia agar selalu dapat berfungsi dengan baik.

- Membuat laporan kepada Koordinator Tim.

 Dokter Pelaksana Code Blue

- Dokter pelaksana code blue adalah dokter jaga dan ruangan yang bertugas pada hari itu sesuai dengan jadwal.

- Mengidentifikasi awal/triage pasien.

- Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan. - Memimpin pelaksanaan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

- Menentukan tindak lanjut pasca resusitasi.

- Melakukan koordinasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).

- Mengambil keputusan dalam kondisi emergensi atau kondisi jika DPJP tidak ada di tempat atau sulit dihubungi.

- Melakukan edukasi kepada keluarga pasien.

 Perawat Pelaksana Code Blue

- Perawat pelaksana code blue adalah perawat yang bertugas pada hari itu sesuai jadwal, terdiri atas 4 perawat setiap shift.

- Bertanggung jawab menyiapkan dan membawa resusitasi kit. - Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien, dipimpin oleh

(12)

7

- Menyiapkan obat-obatan emergensi.

- Mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan.

3. Perencanaan sumber daya manusia :

Dalam satu shift harus ada satu tim code blue yang terdiri dari 1 dokter dan 3-4 orang perawat terlatih yang bertugas.

Perencanaan SDM ditentukan berdasarkan kondisi kegawatdaruratan pasien, sebagai berikut :

a) Dokter sebagai ketua tim mengkoordinir pelaksanaan resusitasi / Bantuan Hidup Dasar dan lanjut.

b) Perawat 1 dan perawat 2 melakukan pijat jantung dan bantuan nafas secara bergantian.

c) Perawat 3 menyiapkan obat-obatan dan peralatan.

d) Perawat 4 bertugas mendokumentasikan semua tindakan.

4. Perencanaan komunikasi

Komunikasi dalam penanganan kegawatdaruratan di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting, untuk itu ada hal-hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi, yaitu :

a) Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar.

b) Menggunakan kata sandi Kode Biru dan menyebutkan lokasi ruangan dan atau nomor kamar pasien dan di ucapkan secara berulang sebanyak 3 kali.

c) Tim code blue harus sudah sampai ke lokasi dalam waktu kurang dari 5 menit

5. Sistem Dan Alur Kerja Tim Code Blue

a) Setiap shift, saat mulai bertugas sehari hari perawat pelaksana diruangan berkeliling mengunjungi pasien yang sedang dirawat. Hal ini untuk mengetahui ada tidaknya perburukan yang terjadi atau pasien dalam kondisi gawat darurat. Bilamana ditemukan pasien dalam keadaan tidak sadar, dokter jaga ruangan bersama perawat melakukan tindakan penanggulangan kegawatdaruratan sesuai

(13)

8 kebutuhan pasien. Bila tindakan berhasil dilakukan penilaian untuk tindakan selanjutnya. Tetapi bila pasien mengalami perburukan kondisi atau henti nafas dan henti jantung maka perawat segera memangil tim code blue.

b) Tim Code Blue segera menuju ke ruangan terjadinya henti nafas dan atau henti jantung dengan membawa trolley emergency dalam waktu kurang dari 5 menit. Sebelum tim Code Blue tiba di lokasi petugas ruangan wajib melakukan resusitasi sesuai prosedur. Tim Code Blue terdiri dari satu orang dokter yang bersertifikat ACLS dan 4 orang perawat yang bersertifikat BTCLS. Dokter sebagai ketua tim mengkoordinir pelaksanaan resusitasi / Bantuan Hidup Dasar dan lanjut. Perawat 1 dan perawat 2 melakukan pijat jantung dan bantuan nafas secara bergantian. Perawat 3 menyiapkan obat-obatan dan peralatan ( Sirkulasi) Perawat 4 bertugas mendokumentasikan semua tindakan. Jika resusitasi berhasil dan kondisi pasien stabil maka pasien dipindahkan ke ICU.

c) Jika kegawatan terjadi selain pada pasien rawat inap maka setelah kondisi pasien stabil setelah resusitasi maka akan ditransfer ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang untuk ditangani lebih lanjut.

6. Peralatan Tim Code Blue Personal Kit

• Defibrilator 1 bh

• Stetoskope 1 bh

• Tensimeter 1 bh

• Senter Genggam 1 bh Emergency Medical Kit

 Airway and Breathing Management Support

◦ Laringoskop set lengkap (untuk bayi, anak, dewasa) 1 set

◦ Suction 1 bh

◦  Ambubag (bayi, anak, dewasa)

◦ Endotracheal Tube 1 set (bayi, anak, dewasa)

(14)

9 Support

◦ Set infus mikro 1 bh

◦ Set infus makro 1 bh

◦ Needle intraosseus 1 bh

◦ Venocath 1 bh Minor Surgery Set

◦ 1 set lengkap Obat – obatan

◦ Lidokain inj. 1 bh

◦  Adrenalin inj. 1 bh

◦ Phenobarbital inj. 1 bh

◦ Sulfas Atropin inj. 1 bh

◦ Diltiazem inj. 1 bh ◦ MgSO4 inj. 1 bh ◦  Amiodaron inj ◦ Dopamin inj ◦ Dobutamin inj ◦ Norepinephrine

7. Pelatihan dan Pendidikan Tim Code Blue

Perencanaan kegiatan Tim Code Blue meliputi : a) Pelayanan Sehari-hari

Merupakan kegiatan sehari-hari dalam rangka mengidentifikasi (Triage) pasien-pasien yang ada di ruangan perawatan. Sehingga keadaan gawat / gawat darurat pasien dapat lebih dini diketahui dan ditanggulangi sehingga mencegah kematian dan kecacatan yang tidak perlu terjadi. b) Pelayanan Kegawatdaruratan Pasien di Ruangan

Merupakan kegiatan pelayanan dalam menangani pasien gawat darurat dengan memberikan pertolongan bantuan hidup dasar dan resusitasi  jantung dan paru (RJP).

c) Pelatihan dan Peningkatan SDM

d) Guna menjaga dan meningkatkan kualitas kemampuan anggota tim, maka dibuatkan suatu pendidikan dan pelatihan meliputi teori dan praktek sesuai kebutuhan tim

(15)

10 e) Evaluasi dan Kendali Mutu

Pelaksanaan kegiatan penanggulangan dan penanganan pasien gawat / gawat darurat oleh Tim Code Blue harus dapat dievaluasi agar kesempurnaan kegiatan menjadi lebih baik.

(16)

11 Semua kegiatan code blue dicatat dan didokumentasikan dalam catatan rekam medis dan digunakan sebagai bukti bilamana proses ini diperlukan.

Bangkinang, 02 Januari 2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKINANG

dr. ANDRI JUSTIAN, Sp. PD

Referensi

Dokumen terkait

Warna tanah merupakan pernyataan: (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan drainase dan aerasi tanah dalam hubungan dengan hidrasi, oxidasi dan proses pelindian,

Pasien menggunakan krim wajah merk “Ponds” sejak 7 tahun yang lalu, karena setelah itu pasien berjerawat, pasien menggantinya dengan lotion wajah merk “Olay” tetapi

Rencana Aksi/Rencana Tindaklanjut Pemanfaatan Rekomendasi Kebijakan Hasil Kajian B12: Evaluasi atas Implementasi Rencana Aksi/Rencana Tindaklanjut Pemanfaatan Rekomendasi

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis serangga dan jumlah individu serangga pada komunitas mangrove Pulau Hoga Kabupaten Wakatobi Provinsi

mengetahui metode yang digunakan Syekh Muhammad Salman Jalil Arsyadi al-Banjari dalam hisab penentuan awal bulan kamariah yang terdapat dalam kitab Mukhta r al-Awq t F ‘Ilmi al-M

dan/atau urnal ilmiah dan kemudian buat suatu tabel yang memuat ikhtisar perbandingan teknologi proses  pembuatan parasetamol dari p-aminofenol dengan dari.. fenol atau fenil

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Sistem Pelayanan Donor Darah di PMI Tasikmalaya, karena saat ini PMI Tasikmalaya dalam pelayanan donor darahnya masih

Ketepatan (precision) : Kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang mendekati tetap atau mirip satu sama Tidak ada hasil ukur yang tepat dengan nilai