EFEK MODEL PEMBELAJARAN PBI (PROBLEM BASED INSTRUCTION) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA SISWA MATERI
GERAK PARABOLA KELAS X MAS DARUL IKHLAS PADANGSIDIMPUAN
1)
Rizki Rahmadhani Lubis, 2)Sri Utami Kholila Mora Siregar, 3)Kasmawati
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Graha Nusantara
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Graha Nusantara
3)
Dosen Fakultas Teknik Universitas Graha Nusantara
Email : rizkirahmadhanilubis@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) terhadap keterampilan proses sains fisika siswa kelas X Mas Darul Ikhlas Padangsidimpuan. Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di Mas Darul Ikhlas Padangsidimpuan kelas X1 yang berjumlah 11 orang dan X2 yang berjumlah 12 orang. Instrumen penelitian ini menggunakan tes kps yang telah valid dan reliabel. Hasil perhitungan uji hipotesis kelas kontrol dan kelas eksperimen pada soal postes diperoleh thitung = 2,742 > 2,080 = ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat efek model pembelajaran problem based instruction terhadap keterampilan proses sains.
Kata kunci : Model Pembelajaran, Problem Based Instruction, Keterampilan Proses Sains, Gerak Parabola.
Abstract
This study aims to determine the effect of the problem based instruction learning model on the physics science process skills of class X Mas Darul Ikhlas Padangsidimpuan. This research is quasi experiment. This research was conducted in Mas Darul Ikhlas class X1 which amounted to 11 people and class X2 amounted to 12 people. This research instrument uses the KPS test that has been valid and reliable. The result of the calculation of the control class and experimental class hypotesis test on the posttest question thitung = 2,742 > 2,080 = ttabel so H0 is rejected and Ha is accepted. The results of this study indicate that there is an effect of the PBI learning model on students physics science process skills.
Keywords : Learning Model, Problem Based Instruction, science process skills, Parabolic Motion.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input siswa untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan (Purwanto 2017 : 19). Perkembangan pendidikan tidak lagi bersifat natural-instinktif. Prosesnya dapat dimanipulasikan untuk mengoptimalkan hasil belajar. Usaha-usaha itu mendorong berkembangnya pendidikan sebagai ilmu yang sistematis. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya
Pendidikan dapat diperoleh baik secara formal dan non formal. Pendidikan secara formal diperoleh dengan mengikuti program-program yang telah direncanakan, terstruktur oleh suatu insititusi, departemen atau kementrian suatu negara seperti di sekolah pendidikan memerlukan
sebuah kurikulum untuk
melaksanakan perencanaan
penganjaran. Sedangkan pendidikan non formal adalah pengetahuan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari dari berbagai pengalaman baik yang dialami atau dipelajari dari orang lain. Proses pendidikan dapat dilalui dengan proses pembelajaran dimana suatu kegiatan melaksanakan kurikulum pemerintah agar dapat mempengaruhi pendidik untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan pemerintah, seperti contohnya mata pelajaran fisika.
Menurut Miftahul Huda (2017 : 3) Pembelajaran
dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Contohnya dalam pemahaman mata pelajaran fisika.
Fisika merupakan proses dan produk. Proses artinya prosedur untuk menemukan produk fisika (fakta, konsep, prinsip, teori atau hukum) yang dilakukan melalui langkah-langkah ilmiah (Daryl 2016 : 23). Dalam pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut. Pembelajaran fisika bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan untuk pengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran fisika harus menekankan pada konsep fisika dengan berlandaskan hakikat IPA yang menyangkut produk, proses, dan sikap ilmiah. Fisika juga haruslah sesuai dengan hakekat pembelajaran IPA yaitu sebagai produk dan proses, dimana Fisika sebagai proses tentunya
memperhatikan bagaimana
keterampilan proses dari siswa. Pada hakekatnya siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif menemukan berbagai fakta dan konsep dalam pembelajaran
Selain itu keterampilan juga diperlukan dalam pembelajaran fisika. Pendekatan keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai wawasan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, dan fisik yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Seorang guru haruslah memiliki kreativitas yang tinggi untuk memunculkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Peranannya sangat strategis, terutama dalam kegiatan pembelajaran, peran guru sebagai agen perubahan dalam proses pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika bahwa hasil belajar siswa masih rendah karena siswa beranggapan mata pelajaran fisika itu sulit. Siswa juga mengalami kesulitan dalam
pemahaman konsep untuk
memecahkan masalah soal fisika, karena siswa hanya menghafal rumus tanpa memahami maksud dan konsepnya sehingga ketika siswa diberikan soal atau permasalahan yang berbeda, siswa akan kebingungan. Siswa cenderung kurang mampu mengembangkan yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut di aplikasikan pada soal-soal.
Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan belum mengajak siswa untuk terlibat aktif selama proses pembelajaran. Pada materi yang diajarkan guru bersifat monoton dengan metode ceramah menyebabkan kurang menarik dan menambah rasa bosan dan jenuh pada siswa. Pada saat guru bertanya mengenai soal kebanyakan dari siswa lebih memilih diam dan tidak berusaha untuk mencari jawaban. Begitu pula pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, kebanyakan siswa
hanya diam, menunduk dan tidak menjawab nya. Salah satu hal yang mendasari permasalahan tersebut adalah kurangnya ketertarikan (minat) siswa dalam mempelajari Fisika.
Siswa juga jarang melakukan kegiatan praktikum yang sebenarnya dengan diadakannya praktikum siswa dapat terlibat secara langsung dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuannya sendiri. Pemilihan model pembelajaran yang yang kurang sesuai akan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa, untuk itu perlunya perhatian guru dalam menerapkan suatu model pembelajaran yang efektif dalam proses mengajar. Kurangnya pengembangan keterampilan proses sains
KAJIAN PUSTAKA
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi (Syaiful 2013 : 10). Dengan adanya proses belajar manusia berinteraksi terhadap lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya agar mendapatkan sikap dan nilai yang positif sebagai bentuk pengalaman seseorang.
Menurut Gagnebelajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut Skinner belajar adalah suatu perilaku dimana saat seseorang belajar maka responsnya menjadi lebih baik, sebaliknya jika tidak belajar maka responsnya menurun (Dimyati 2013 :
JURNAL PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 4 Vol.5 No.1 Mei 2021 p- ISSN 2355-1593
9-10). Belajar merupakan usaha yang dilakukan untuk mendapat bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah laku (Eni Sumanti Nasution dan Wirna Susanti 2018 : 9).
Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya antara lain: buku-buku, film, computer dan kurikulum. Model Pembelajaran adalah suatu rangkaian konsep yang sistematis, sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (rizqa nurul fadilah 2017 : 8). Menurut Joyce dan Weil bahwa Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pemelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Rusman 2014 : 133).
Model pembelajaran merupakan seperangkat strategi yang berdasarkan landasan teori dan penelitian tertentu yang meliputi latar belakang, prosedur pembelajaran, sistem pendukung dan evaluasi pembelajaran yang ditujukan bagi guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dapat diukur (Hanna Sundari 2015 : 109).
Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Model pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa salah satunya adalah model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), yang menyajikan
kepada siswa situasi masalah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan dan mengaplikasikan konsep dalam berbagai situasi. Model pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI) dapat
membantu siswa berlatih untuk dapat menggunakan berbagai konsep, prinsip dan keterampilan yang telah dipelajari atau sedang dipelajarinya untuk memecahkan masalah bahkan untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Problem Based Instruction
(PBI) merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk mencari alasan terhadap solusi yang benar (learn to reason
correct solutions) dan lebih mendorong
siswa untuk membangun,
mengkonstruksi dan mempertahankan solusi-solusi argumentatif yang benar (Fina Fakhriyah 2016 : 75). Model
Problem Based Instruction (PBI) adalah
suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan baru (Irnin Agustina Dwi Astuti 2016 : 70). Model Problem Based
Instruction (PBI) adalah model
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk
belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Model pembelajaran tersebut merupakan salah satu dari model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar (Ira Purwaningsih 2012 : 4).
Model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI) adalah suatu
model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yaitu penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Ratna Dewi 2017 : 50). Model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) menggunakan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi. Problem-based instruction (PBI) adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah autentik. Pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah. (Tri Muah 2016 : 44).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan Model Pembelajaran
Problem-based instruction (PBI) adalah model pembelajaran yang
membangkitkan kemampuan
pemahaman siswa terhadap masalah,
agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi. Model Problem-based
instruction (PBI) digunakan dalam
proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.
Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Sains (KPS) menurut Indrawati (1999 : 3) dalam Nuh (2010) merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori , untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (falsifikasi)". Menurut pendapat Sutarjo (1998 : 13) keterampilan proses dalam pembelajaran proses belajar mengajar mempunyai makna, suatu proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan fakta, konsep-konsep dan teori-teori berbasis sikap ilmiah.
Jadi dari pernyataan-peryataan di atas dapat disimpulkan bahwa Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan model ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999 : 141) kegiatan keterampilan proses dapat dilaksanakan dengan bentuk-bentuk berikut :
1. Mengamati/mengobservasi : Siswa dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses melihat, mendengar, merasa
JURNAL PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 6 Vol.5 No.1 Mei 2021 p- ISSN 2355-1593
(kulit meraba),
mencium/membau,
mencicip/mengecap, mengukur, mengumpulkan data/informasi. 2. Mengklasifikasikan : Siswa
dapat melakukan suatu kegiatan belajar melalui proses mencari persamaan, mencari perbedaan, membandingkan,
mengkontraskan, menggolongkan.
3. Memprediksi : Suatu prediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. 4. Mengukur : Membandingkan
yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya
5. Menyimpulkan : Siswa dapat melakukan kegiatan belajar melalui proses menggunakan informasi, kesimpulan, konsep, teori, sikap, nilai, atau keterampilan dalam situasi baru, menghitung, mendeteksi, menghubungkan konsep, memfokuskan pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat model.
6. Mengomunikasikan : Siswa dapat melakukan kegiatan belajar melalui proses berdikusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, mengarang, memeragakan,
mengekspresikan dan
melaporkan dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, atau penampilan.
7. Indikator keterampilan proses sains menurut Nuh (2011) METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Langkah awal dalam penelitian ini adalah mengadakan
pre-test pada kedua kelas, kemudian
diberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan pembelajaran
Problem Based Instruction (PBI),
sedangkan dikelas kontrol pembelajaran hanya dilakukan dengan metode ceramah. Setelah diberikan perlakuan masing-masing kelas selanjutnya diberikan post-test untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan di Mas Darul Ikhlas Padangsidimpuan kelas X semester Ganjil tahun ajaran 2020-2021. Jadwal penelitian dilaksanakan 2 bulan yaitu pada bulan September - Oktober 2020.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X1 yang berjumlah 11 orang dan X2 yang berjumlah 12 orang Mas Darul Ikhlas Padangsidimpuan. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster sampling. Adapun sampel yang diambil adalah terdiri dari 2 kelas yaitu kelas kontrol X1 dan kelas eksperimen X2 Mas Darul Ikhlas Padangsidimpuan.
Adapun teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis dan angket. Sementara untuk teknik analisis data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil penelitian diperoleh pada kelas kontrol dari 11 siswa yang mengikuti pretes diperoleh 3 orang 27,3% siswa dengan kategori Kurang, 7 orang siswa 63,6% dengan
kategori Cukup dan 1 orang siswa 9,1% dengan kategori Baik. Pada kelas eksperimen dari 12 siswa yang mengikuti pretes diperoleh 4 orang 33,3% siswa dengan kategori Kurang, 8 orang siswa 66,7% dengan kategori Cukup.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik yang digunakan dalam analisis selanjutnya uji normalitas menggunakan uji
Lilliefors pada taraf signifikan α =
0,05. Berdasarkan hasil perhitungan yang digunakan dengan SPSS bahwa data uji normalitas untuk pretes 0,242>0,05 dan kelas eksperimen 0,088 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa pada pretes kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal.
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari populai yang sama. Uji homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji F pada α = 0,05. Data uji homogenitas varians untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa nilai significant pada pretes 0,985>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berada pada varians yang homogen.
Pada Uji hipotesis untuk menentukan kemampuan awal siswa dengan menggunakan uji t. dari hasil perhitungan diperoleh bahwa t hitung pretes < t tabel pretes maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berada pada kemampuan awal yang sama.
11 siswa yang mengikuti postes diperoleh 1 orang 9,1% siswa dengan kategori Cukup , 8 orang 72,7% dengan kategori Baik dan 2 orang 18,2% dengan kategori Sangat Baik. dari 12
siswa yang mengikuti postes diperoleh 5 orang 41,7% siswa dengan kategori Baik dan 7 orang 58,3% dengan kategori Sangat Baik
Setelah dilakukan pretes maka langkah selanjutnya adalah dengan mengetahui postes pada kelas eksperimen dan kontrol. Berdasarkan uji normalitas diperoleh bahwa kelas eksperimen 0,242>0,05 dan kelas kontrol 0,147>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal.
Setelah diperoleh uji normalitas, maka selanjutnya menggunakan uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal nitdari populai yang sama. Uji homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji F pada α = 0,05. Data uji homogenitas varians untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh bahwa F hitung<F tabel atau 1,054<2,94 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berada pada varans yang homogeny.
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran digunakan uji t adapun uji t diperoleh bahwa Hasil perhitungan yang diperoleh dari 2,742<2,080 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil pada kedua kelas. Dengan kata lain bahwa ada pengaruh model pembelajaran pada kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa terdapat efek model pembelajaran Problem Based Instruction ( PBI) terhadap keterampilan proses sains fisika siswa pada materi Gerak Parabola di Kelas X. Hal ini dikarenakan menjadikan siswa mandiri, kreatif, rasa ingin tahu yang
JURNAL PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 8 Vol.5 No.1 Mei 2021 p- ISSN 2355-1593
tinggi dan berperan aktif dan menuntut keterampilan berpikir peserta didik yang lebih tinggi dalam pembelajaran dan siswa dapat mengembangkan cara berpikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat dan menghasilkan nilai yang memuaskan.
Adam Malik (2015) Model Pembelajaran Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa. Model pembelajaran problem based instruction dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains mahasiswa pada mata kuliah Fisika Dasar. Adhistia Amelia (2014) Penerapan Model Problem Based
Instruction (PBI) Untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Di Sekolah Menengah Atas Palembang. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan proses sains siswa dapat diketahui dari persentase rata-rata keterampilan proses pada persentase rata-rata keterampilan proses sains siswa pada siklus I sebesar 57,82%, siklus II sebesar 75,2%, dan siklus III sebesar 86,59%. A. Rusmiyati, A. Yulianto (2009) Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan Model Problem
Based-Instruction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Keterampilan proses sains dapat ditumbuh kembangkan pada diri siswa dengan menerapkan model pembelajan berbasis masalah, (2) Pembelajaran berbasis masalah juga dapat digunakan untuk memperoleh ketuntasan materi pelajaran secara efektif, (3) Untuk memperoleh ketuntasan yang disyaratkan sangat perlu menerapkan pembelajaran berbasis masalah dalam beberapa siklus pembelajaran, (4) Metode pembelajaran berbasis masalah
merupakan yang mesti diimplementasi bersamaan dengan beberapa metode lainnya.
Pada awalnya kedua kelas diberikan tes uji kemampuan awal (pretes) yang bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan awal siswa pada kedua kelompok kelas sama atau berbeda. Hasil analisis data diperoleh selama proses pembelajaran dengan penggunaan Problem Based
Instruction (PBI) pada kelas kontrol
rata-rata soal pretest 5,136 dan pada soal postest 7,682. Maka persentase kenaikannya 49,5%. Sedangkan dikelas eksperimen rata-rata soal pretest 4,833 dan pada soal postest 8,667. Maka persentase kenaikannya 79,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan persentase kenaikan hasil belajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah 29,8%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat efek penggunaan Problem Based Instruction ( PBI) pada pembelajaran materi Gerak Parabola.
Pengujian hipotesis ini dilakukan menggunakan statistik uji t, pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = (n1 + n2–2), dan digunakan uji pihak kanan pada posttest, dimana kriterianya thitung>ttabel, di peroleh nilai t = 2,742 > 2.080. Dengan demikian Ha diterima dan H0 ditolak pada taraf kepercayaan 5% hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi Gerak Parabola dengan penggunaan Problem Based
Instruction di kelas X.
Proses pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Instruction (PBI) menjadikan siswa
tinggi dan berperan aktif dan menuntut keterampilan berpikir peserta didik yang lebih tinggi dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa dapat mengembangkan cara berpikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat dan menghasilkan nilai yang memuaskan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh di kelas kontrol persentase 49,5%. Sedangkan dikelas eksperimen persentase kenaikannya 79,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan persentase kenaikan hasil belajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah 29,8%. Proses pembelajaran dengan menggunakan Problem Based
Instruction (PBI) menjadikan siswa
mandiri, kreatif, rasa ingin tahu yang tinggi dan berperan aktif dan menuntut keterampilan berpikir peserta didik yang lebih tinggi dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan siswa dapat mengembangkan cara berpikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat
dan menghasilkan nilai yang memuaskan.
5.2. Saran
Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Kepada guru fisika kelas X
Mas Darul Ikhlas
Padangsidimpuan diharapkan
menerapkan model
pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa, khususnya pada materi gerak parabola.
2. Bagi peneliti lain, disarankan untuk memperhatikan kelemahan atau kelebihan yang ada pada penelitian ini, sehingga penelitian yang dilakukan semakin lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, A. dkk (2014), Penerapan Model
Problem Based Instruction (Pbi) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Di Sekolah Menengah
Atas, Jurnal
Pendidikan.Pend.Kim,2014, 1(1), 1--8 1, Universitas Sriwijaya Palembang
Arikunto, Suharsimi, (2013), Prosedur
Penelitian, P.T. Rineka Cipta,
Jakarta.
Astuti, D. A. I. (2016), Peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pada Mata Kuliah Filsafat Sains, Jurnal Pendidikan
Fisika, Vol. IV. No. 2, Universitas Indraprasta PGRI
Dewi, R. (2017), Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Instruction Disertai Metode Pictorial Riddle Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Di Sma
http://media.neliti.com/media/public
ations/118655-ID-pengaruh-model-JURNAL PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 10 Vol.5 No.1 Mei 2021 p- ISSN 2355-1593
pembelajaran-problem-base.pdf (di unduh pada tanggal 8 juli 2020) Dimyati, (2013), Belajar dan
Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta
Djamarah, B. S. (2013), Strategi Belajar
Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta
Fadilah, N. R. (2017), Pengaruh Model
Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Dan Hasil Belajar Fisika Di Madrasah Aliyah Negeri,
Skripsi Universitas Jember.
Fakhriyah, F. (2016), Pengaruh Model
Problem Based Instruction Dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar
https://media.neliti.com/media/publi cations/106797-ID-pengaruh-model-problem-based-instruction.pdf (di unduh pada tanggal 8 juli 2020) Fitri, Annisa. (2019), Pengaruh Graded
Response Model (GRM) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear
Di Kelas VIII SMPS
Muhammadiyah 29
Padangsidimpuan
Hanna, D. Dkk (2016), Model Pembelajaran Tema Konsep Disertai Media Gambar Pada Pembelajaran Fisika Di SMA, Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 5
No. 1, Juni 2016, hal 23-29
Huda, M. (2017), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Malik, A. (2015), Model Pembelajaran
Problem Based Instruction untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa, Jurnal Penelitian &
Pengembangan Pendidikan Fisika, Volume 1 Nomor 1, Halaman 9.
Maulida, R. E. (2019), Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Fisika Di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, Skripsi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Muah, Tri, (2016), Penggunaan Model
Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 9B Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 2 Tuntang Semarang, Scholaria, Vol. 6, No. 1,
Semarang
Purwaningsih, I, (2012), Model Pembelajaran Problem Based Instruction (Pbi) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa, Universitas Negeri Malang
http://jurnalonline.um.ac.id/data/arti kel/artikelE67FDF9F7E69BEB865 ABE1DC9CD3E489.pdf (di unduh pada tanggal 8 juli 2020)
Purwanto, (2017), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Belajar, Yogyakarta
Rusman (2014), Model-model Pembelajaran, P.T. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Nasution, Eni Sumanti dan Susanti, W. (2019), Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples Menggunakan Media Laboratorium Terhadap Hasil Belajar Siswa 2018.
EKSAKTA : Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA Vol 4 (2) : 85-90 .
Soviani, Iis (2017), Efektivitas Model
Pembelajaran Pbi (Problem Based Intruction) Dan Model Pembelajaran Mind Mapping
Terhadap Hasil Belajar Ditinjau Dari Pemahaman Konsep, Skripsi
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung
Yulianto, A. (2009), Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan Model Problem Based-Instruction, Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 5 (2009): 75-78, Universitas Negeri Semarang