• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN ENZYM TERHADAP PRODUKTIVITAS TELUR AYAM BURAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN ENZYM TERHADAP PRODUKTIVITAS TELUR AYAM BURAS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Ayam buras merupakan salah satu jenis unggas yang cukup besar kontribusinya terhadap produksi telur secara nasional. Pola usaha yang intensif memerlukan biaya operasional terutama pakan yang makin tinggi. Untuk meningkatkan efisiensi usaha perlu upaya peningkatan produktivitas clan penggunaan pakan. Sebuah penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan enzym (philazim) terhadap produktivitas telur ayam bums telah dilakukan di Desa Tiga Kabupaten Bangli (Bali). Penelitian menggunakan 900 ekor ayam bums petelur umur 18-19 bulan yang dipelihara dalam kandang battere, yang clibagi dalam tiga kelompok perlakuan, yakni PO (kontrol), tanpa menclapat enzym, PI : mendapat enzym 0,05% clari total ransum clan P2 : mendapat enzym 0,10% clari total ransum. Pakan cliberikan ad-libitum. Setiap perlakuan terdiri dari 10 ulsngan, clan setiap ulargan menggunakan 30 ekor ayam. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan enzym pada level 0,10% (P2) meningkatkan produksi telur dari 19,02% (PO) menjsdi 23,36% (P2), clan secara statistik berbeda nyata (P<0,05). Penggunaan enzym juga dapat meningkatkan bobot telur, walaupun secara statistik ticlak nyata. Konsumsi pakan menjacli menurun karena penggunaan enzym, yaitu clari 69,03 gram (PO) menjsdi 65,12 grwm (P1) clan 63,70 gram (P2) per ekor per hsri, yang secara statistik berbeda nyata antara P2 clan PO. Hal ini menyebabkan FCR pada P2 clan P1 lebih kecil dibandingkan dengan PO. Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan enzym dapat meningkatkan produktivitas clan efisiensi penggunaan pakan. Namun masih perlu penelitian lebih lanjut dalam skala yang lebih luas, dengan level penggunaan enzym yang lebih tinggi.

Kate kunci: Ayam Burns, enzym, produktivitas telur

Ayam buras merupakan salah satu jenis unggas yang cukup penting peranannya sebagai penghasil daging maupun telur di Indonesia. Dari produksi telur unggas nasional tahun 1999 sebesar 643.900 ton, sekitar 26,03% (167.400.ton) diantaranya adalah produksi telur ayam buras (ANON., 2000).

Di daerah Bali, kontribusi ayam buras terhadap produksi telur secara keseluruhan juga cukup besar. Pada tahun 1999, produksi telur ayam buras mencapai 3.516.640 kg atsu 23,69% dari produksi telur secara keseluruhan sebesar 14.843,67 kg(ANON.,2000).

Sejak dikembangkannya program INTAB (Intensifikasi Ayam Buras) tahun 1985, didaerah Bali telah berkembang usaha ayam buras secara intensif yang khusus untuk produksi telur dengan pola pemeliharaan dengan kandang battere (GUNTORO et al., 2000). Dengan pola pemefharaan yang intensif faktor pemberian pakan menjadi semakin penting clan memerlukan biaya yang lebih besar. Dimana biaya pakan akan clapat menyerupai ayam ras, yang rata-rata mencapai 70% dsri total biaya operasional (NITIS, 1986). Karena itu, efisiensi biaya pakan pada usaha ayam buras secara intensif sangat mempengaruhi tingkat keuntungan.

Dalam usaha peternakan, efisiensi usaha antara lain dapat dilihat dari angka FCR (feed convertion ratio). FCR merupakan perbandingan antara banyaknya pakan yang dikonsumsi dengan tingkat produksi yang dicapai (SCOTT et al., 1976). Untuk menekan angka FCR clapat dilakukan

SeminarNasional Peternakan don veteriner 2000

PENGARUH PENGGUNAAN ENZYM TERHADAP PRODUKTIVITAS

TELUR AYAM BURAS

Supiuo GuNroRo, I MD RAt YAsA,NvtitSuyAsA,dan I APuTu PARwATi Instalasi Penelitian dan Pengkajian TeknologiPertanian Denpasar

ABSTRAK

(2)

Seminar Nasional Peternakan dan I'eteriner 1000

dengan menekan konsumsi melalui pembatasan pakan atau dengan peningkatan angka produksi

(RAsYAF, 1987).

Salah satu altennatif untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan pakan, adalah pemberian enzym, yakni bahan katalisator organik yang terdapat dalam tubuh(TILMANet al., 1989), yang kini banyak diisolasi dan diramu untuk dimanfaatkan sebagai feed additive. Menurut

TANGENDJAYA (1995) yang dikutip KOMALA (1997), penggunaan enzym pada pakan umumnya ditujukan untuk mengurangi faktor-faktor anti nutrisi dalam bahan pakan, meningkatkan daya cerna bahan pakan, meningkatkan ketersediaan zat-zat gizi tertentu serta mengurangi masalah polusi kotoran ternak.

Produksi enzym hidrolitis sepertiprotease, phitase, amilase, danmananasetelah dikembangkan dengan berbagai metode. Pada saat kini, penggunaan enzym sebagai pakan tambahan telah dilakukan untuk campuran pakan ternak monogastrik(TRESNAWATI, 1998).

Selanjutnya TRESNAWATI (1998), menyatakan bahwa penambahan enzym hidrolitis terbukti mempertinggi nilai daya cerna, sehingga meningkatkan juga efisiensi bahan clan akhirnya mengurangi kebutuhan pakan. Penggunaan protease, phitase, amilase, clan mananase terbukti memberikan peningkatan nilai ekonomis pada usaha ayam pedaging.

Hasil penelitian AMBARWATI (1990) menunjukkan bahwa pemberian enzym pada ayam pedaging dapat meningkatkan pertumbuhan dan biometri tubuh. SelanjutnyaPRASETYOWAn (1995) menyatakan bahwa penggunaan enzym sebanyak 0,05% dari ransum ayam bums selama 8 minggu dapat meningkatkan produksi telur rata-rata 15%. Sementara itu, menurut HARTATI (1996) Pemberian enzym pada ayam buras pada level 0,1% dari jumlah ransum dapat meningkatkan pertumbuhan maupun produktivitas telur secara nyata, namun pada level0,05% tidak memberikan respon secara nyata. Dinyatakan pula bahwa penggunaan enzym juga dapat menekan konsumsi pakan, sehingga dapat memperkecil FCR.

Hasil penelitian GUNTORO et al. (2000) menunjukkan bahwa penggunaan enzym (philazym) pada ayam ras petelur pada level 0,1% dari ransum secara nyata dapat meningkatkan produksi telur rata-rata dari 79,80% pada kontrol menjadi 85,20%, sedangkan denganlevel 0,05%;tingkat produksi menjadi 83,42%. Dilaporkan pula bahwa penggunaan enzym 0,1% dari total ransum secara nyata meningkatkan bobot telur, menekan konsumsi pakan clan FCR.

Dengan tingkat penggunaan yang relatif kecil sehingga tambahan input relatif rendah, serta aplikasinya yang mudah, diharapkan penggunaan enzym untuk meningkatkan produktivitas clan efisiensi usaha ayam buras petelur di lapangan dapat dilakukan secara massal.

Kelompok I (PO) Kelompok II (Pl) Kelompok III (P2)

MATERI DAN METODE

Penelitian di laksanakan di desa Tiga, Kecamatan Susut-Kabupaten Bangli, selama 13 Minggu (91 hari) yaitu mulai bulan Januari 2000 sampai bulan April 2000. Jumlah ayam sampel sebanyak 900 ekor berumur 18-19 bulan) yang dibagi ke dalam 3 (tiga) macam perlakuan, terdiri dari:

sebagai kontrol, ayam tanpa diberikan enzym

ayam diberikan enzym(philarym)sebanyak0,05%dari jumlah ransum Ayam diberikan enzym(philazym)sebanyak 0,10% darijumlah ransum Setiap perlakuan terdiri dari 300 ekor, yang masing-masing terdiri dari 10 ulangan, sehingga terdapat 30 ekor untuk setiap ulangan. Pemberian enzim dilakukan setiap hari.

(3)

SeminarNasional Peternakan dan Yeteriner 2000

Ayam dipelihara dalam kandang battere koloni yang masing-masing berukuran 40 X 35 X 35 cm. Seluruh ayam diberi pakan petelur sesuai dengan kebiasaan peternak setempat yang secara fisik merupakan campuran yang terdiri dari 30% konsentrak 40% jagung, dan 30% dedak padi yang pemberiannya dilakukan ad- libitum. Untuk menjaga kesehatan ternak, dilakukan vaksinasi ND pada seluruh ayam setiap 4 bulan.

Parameter yang diamati meliputi produksi telur (hen-day), bobot telur (gram), FCR, dan analisa ekonomi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dan data dianalisa dengan

analisa variance pada tingkat kepercaysan 5%(STEELdanTORRIE, 1980). HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama 13 minggu perlakuan diperoleh produktivitas telur rata-rata tertinggi pada P2 yakni 23,36%, yang lebih tinggi dibandingkan produksi PO (19,02%) dan secara statistik berbeda nyata (P<0,05). Sementara itu, pada perlakuan PI diperoleh produktivitas 21,93%, yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan PO maupun P2.

Disamping lebih tinggi, penggunaan enzym 0,1% (P2) memberikan respon produksi yang stabil, dimana selama penelitian meningkat sekitar 22,80% dibandingkan kontrol. Sementara itu, pada pemberian enzym 0,05%, walaupun menunjukkan respon produksi yang positif, namun kurang stabil, dimana sampat akhir minggu ke-6, memberikan peningkatan produksi telur rata-rata 17,58%, selanjutnya antara minggu 7-13, peningkatannya menurun menjadi 15;20% dibandingkan kontrol. Data tersebut menunjukkan bahwa penggunaan enzim dengan level 0,1% lebih efektif dibandingkan 0,05%. .

Berdasarkan hasil penimbangan, diperoleh rata-rata bobot telur tertinggi pada perlakuan P2 yakni 41,86 gram, disusul berturut-turut dengan P1=41,65 dan PO=40,72 gram/butir, namun secara statistik tidak berbeda nyata.

Data tersebut membuktikan bahwa pemberian enzym pada ayam buras dapat meningkatkan jumlah produksi dan bobot telur. Hal ini disebabkan karena enzym dapat meningkatkan daya cerna pakan. Dengan komposisi dedak dan jagung yang cukup tinggi dalam ransum (30 dan 40%), keberadaan enzym phytase sebagai komponen dari philazim dapat berfungsi efektif, terutama dalam menekan pengaruh negatifasam phitat. .

Tumlah konsumsi pakan per ekor per hari paling kecil pada P2 yakni 63,70 gram, yang secara statistik berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan P0, yakni 69,03 gram per hari. Sementara itu, pada P1 memerlukan pakan 65,12/gram per ekor/hari, yang secara statistik tidak berbeda nyata dengan PO maupun P2.

Hal ini menunjukkan bahwa, penggunaan enzim, dapat meningkatkan produksi, namun tidak meningkatkan konsumsi pakan, bahkan cenderung menurunkan konsumsi pakan, sehingga FCR (feed convertion ratio) menjadi lebih kecil, yakni untuk P2 dan P1 masing-masing 6,51 dan 7,13 sedangkan PO 8,91 . Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh TRESNAWATi (1996) bahwa dengan pemberian enzym akan dapat meningkatkan daya cerna pakan, sehingga akan mengurangi kebutuhan pakan. Dengan pola pemberian ad-libitum terlihat bahwa pada level penggunaan enzym

(4)

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1000 Tabel 1. Pengaruh penggunaan enrym terhadap produktivitas dan konsumsi pakan

Keterangan : Hurufyang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yangnyata (P<0,05)

Berdasarkan data tambahan input dan output akibat dari penggunaan enzim, menunjukkan bahwa perlakuan P2 memberikan keuntungan tertinggi, dimana perlakuan ini memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp. 3.445, per 100 ekor per hari, atau Rp. 103.350, per 100 ekor per bulan dibandingkan kontrol.

Tabel. 2. Analisa tambahan input, output dan keuntungan akibat penggunaan philazim terhadap 100 ekor ayam per hari 0 0 Parameter Tambahan Input Pakan Philazim Tambahan Output Tambahan keuntungan - Per hari - Per bulan Catatan:

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:

Perlakuan

Kontrol 0,05%philazim 0,1% philazim

0 - 0,39 X Rp 1.420 = - Rp. 555 -0,533 X Rp 1 .420 = - Rp.

757,-0 = +Rp. 175, _ + Rp.

350,-= - Rp. 380, - - Rp.

407,-0 2,91 X Rp 700 = Rp 2.037,- 4,34 X Rp 700 = Rp. 3.038,

KESIMPULAN DAN SARAN

Rp. 2.417, Rp. 3.445,

Rp. 72.510,- Rp.

103.350,-Penggunaan phylazim 0,05% (P1) menyebabkan konsumsi pakan turun 391 gram dan pemberian 0.1% (P2) konsumsi pakan turun 533 gram, dengan harga pakan Rp. 1 .420/kg sehingga input pakan turun masing-masing - Rp. 555 dan - Rp.757 per hari

Harga philazim Rp. 35.000,/kg dan harga telur Rp. 700,-/butir

Penggunaan enzym dalam ransum ayam buras dapat meningkatkan produktivitas telur, terutama pada level 0,1%. Peningkatan produksi telur ini tidak menyebabkan meningkatnya konsumsi pakan, bahkan cenderung menurunkan konsumsi pakan secara nyata, sehingga dapat memperkecil FCR (feed convertion ratio). Akibatnya, nyata pula. penggunaan enzym dalam ransum ayam petelur dapat meningkatkan keuntungan, dibanding kontrol.

Diharapkan pengkajian ini dapat dilakukan lebih lanjut pada sekala yang lebih Was, dan perlu dicoba penggunaan enrym padalevelyang lebih tinggi (di atas 0,1% dari jumlah ransum), serta pengaruhnya terhadap kualitas telur.

273

parameter Kontrol 0,05%Perlakuanphilazim 0,1% philazim

produksi telur(hen-day) (%) 19,02' 21,93'6 23,36 6

Bobot telur (grarn) 40,72' 41,65' 41,86'

Konsumsi pakan (g/e/h) 69,03' 65,126 63,70b

(5)

SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 2000 DAFTAR PUSTAKA

AmaARwATI. 1990. Pengaruh Pernberian Enzym pada Ransum Terhadap Biometri Tubuh Ayam Pedaging. Fakultas Kedokteran Hewan-UNAIR, Surabaya.

ANON. 2000. Informasi Data Peternakan Propinsi Bali Tahun 1999. Dinas Peternakan Dati I Propinsi

Bali-Denpasar.

GUNTORO, S., N. SUYASA., I.A. PARwATI, dan I.M. RAI YASA. 2000. Laporan Hasil Pengkajian Penggunaan

Enzym Untuk Peningkatan Produktivitas Ayam Petelur. Kerjasama Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar dengan BAPPEDA Tingkat I Bali. TA. 1999/2000.

HARTATI, T. 1996. Pengaruh Pernberian Enzym Terhadap Penampilan Dan Biometri Usus Halus Ayam Buras. Fakultas Kedokteran Hewan -UNAIR, Surabaya.

KomALA, Y. 1997. Pengaruh Pernberian Enzym Ronozyme Pada Bungkil Kedelai Terhadap Penampilan Ayam Pedaging Skripsi Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian Univ. Juanda-Bogor.

NITIS. 1980. Makanan Ternak, Salah Satu Sarana untuk Meningkatkan Produksi Ternak. Naskah Pidato

Pengukuhan Guru Besar Ilmu "Mkanan Ternak-Fakultas Peternakan-UNUD Denpasar.

PRASETYOwATI . 1995. Pengaruh Pernberian Enzym pada Ransurn Ayam Komersial Terhadap Produksi Telur. Fakultas MIPA - UNAIR, Surabaya

RASYAF, M. 1987. BeternakAyam Petelur. PT. Penebar Swadaya-Jakarta

SCOTT, M.L ., M.C. NESHEIM, and R.j. YouNG. 1976. Nutrition of the Chicken. ML.SCOTT and Associates.

Itacha-New York.

STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1980. Principle and Procedures ofStatistic. A Biometrieal Aproaeh. 2nd. Ed. Mc. Graw Hill Book. New York

'nLmAN, A.D., H. HARTADI, REKSommnJo S., PRAwjRo KUSUMO S., dan LwDosAwojo S. 1989. Ilmu

Makanan TernakDasar. Gajah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM.

TRESNAwATI, P. 1998. Strategi Peningkatan Kualitas Pakan Ternak Monogastrik. Balai Penelitian Ternak Ciawi- Bogor.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh penggunaan enrym terhadap produktivitas dan konsumsi pakan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu

tertutupi dengan kebahagian merawat tanaman dan saat panen raya tiba akan menjadi bonus karena dari hasil kerja keras subjek dapat membahagiakan serta memenuhi kebutuhan

Terrarium adalah media atau wadah yang terbuat dari kaca atau plastik transparan berisi tanaman, yang di peruntukkan bagi beragam kebutuhan, seperti untuk penelitian,

berasal dari Tuhan (Allah SWT), sehingga pada hakekatnya antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum termasuk ilmu matematika, ada kaitan satu dengan yang lain. Landasan

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang mengukur tingkat konformitas dan potensi untuk menjadi pelaku bully yang disusun oleh peneliti.. Bagian A berisikan

Metode Eliminasi Gauss adalah salah satu cara yang paling awal dan banyak digunakan dalam.. penyelesaian sistem

Meneruskan Informasi dari Kemenristekdikti, Dalam rangka meningkatkan kemampuan Dosen peneliti, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,Direktorat Jenderal Penguatan Riset

Sedangkan dalam pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, bahwa yang dimaksud dengan Anak Nakal adalah, Anak yang melakukan tindak