• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI KOPI INDONESIA DALAM PASAR DUNIA ANALYSIS OF COMPETITIVENESS OF INDONESIAN COFFEE IN THE WORLD MARKET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAYA SAING KOMODITI KOPI INDONESIA DALAM PASAR DUNIA ANALYSIS OF COMPETITIVENESS OF INDONESIAN COFFEE IN THE WORLD MARKET"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

75

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI KOPI INDONESIA DALAM PASAR DUNIA

ANALYSIS OF COMPETITIVENESS OF INDONESIAN COFFEE IN THE WORLD MARKET

Dian Hartatie, Cholyubi Yusuf, dan Wishnu Githa. *) *) Politeknik Negeri Jember

Email: d_hartatie@yahoo.co.id ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk menganalisis kemampuan daya saing komoditi kopi Indonesia di pasar dunia, faktor-faktor apa yang memengaruhinya, serta pelbagai rekomendasi agar kopi Indonesia dapat bersaing dengan kopi sejenis dari negara lain. Metode yang menggunakan analisa komparatif RCA(Revealed Comparative

Advantage) dan teori Berlian Porter. Penggunaan kedua analisa ini membantu mengidentifikasi sistematis dari

faktor dan strategi yang merefleksikan keduanya. Data-data sekunder (data data pendukung) guna membandingkan ekspor Indonesia dengan negara lain, dengan menghitung RCA, Indeks RCA dan AR. Dari hasil analisa dipero-leh kesimpulan bahwa a) kondisi dunia perkopian di Indonesia sedang tidak dalam kondisi kondusif, b) volume dan total value komoditi kopi Indonesia mengalami fluktuatif dari tahun ketahun tetapi pada tahun 2011 mengalami kenaikan 2 kali lipat dari tahun 2006, c) dari analisa komparatif (RCA, Indeks dan AR), komoditi Indonesia mengalami penurunan secara berdayasaing dan kurang memiliki keunggulan komparatif, karna dari tahun ketahun nilai semakin menurun, d) dari analisa Berlian Porter, komoditi kopi Indonesia memiliki banyak kekurangan disamping keunggulannya. Perlu adanya perbaikan secara menyeluruh dari semua system yang berkaitan dan yang menyokongnya.

Kata kunci: daya saing, kopi indonesia, dunia

ABSTRACT

This study was conducted to analyze competitive ability of Indonesian coffee in the world market, the factors that affect it, as well as various recommendations for Indonesian coffee to compete with similar coffee produced by other countries. The method used RCA (Revealed Comparative Analysis) analysis and Porter’s Diamond Theory. The use of both analysis helped to identify factors and strategies reflected. Secondary data as supporting data were used to compare the export of Indonesia and other countries , by means of calculating RCA, RCA index and AR. The results of study concluded that : a) .condition of Indonesian coffee in the world market was not favourable. b) volume and value of Indonesian coffee fluctuated from year to year, and in 2011 increased two times than that of 2006. c) based on comparative analysis Indonesian commodities had less competitive and comparative advantages, because of declining values from year to year. d) from Porter Diamond analysis it appeared that Indonesian coffee commodity had many weakness in spite of its superiority. Overall improvement of all system involved was needed. Key words : competitiveness, Indonesian coffee

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan lingkungan eksternal dan internal yang cepat dewasa ini telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap pelbagai faktor, terutama aspek sosial dan ekonomi seperti proses globalisasi dan desentralisasi sebagai implementasi dari Undang-Undang Otonomi Daerah. Liberalisasi perdagangan yang berlangsung sangat cepat dan meluas merupakan tantangan, namun sekaligus juga merupakan peluang yang perlu dimanfaatkan dalam proses pembangunan ekonomi. Saat ini, Indonesia menghadapi dua tantangan utama terkait dengan proses globalisasi dan desentralisasi.

Pertama, upaya peningkatan daya saing sektor-sektor unggulan Indonesia melalui peningkatan efesiensi dan pembangunan keunggulan kompetitif pada gilirannya akan memperkokoh ketahanan dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pelaksanaan proses desentralisasi ekonomi dilakukan dengan cara bertahap agar potensi sumberdaya ekonomi di seluruh daerah dapat segera digerakkan secara bersamaan menjadi kegiatan ekonomi yang meluas.

Dikenal sebagai negara agraris, perekonomian Indonesia lebih banyak bertumpupada sektor pertaniannya.Perkebunan adalah salah satu contoh subsektor dari pertanian yang menjadi andalan.Kopi, tebu, kelapa kakao dan kelapa sawit adalah pelbagai contoh komoditi unggulan Indonesia di bidang ini.

(2)

76 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Tabel 1.1.menyajikan produksi komoditi perkebunan Indonesia dari tahun 2005 sampai 2009. Tabel 1. Produksi Komoditi Perkebunan (Juta Ton)

Komoditi

Tahun

2005

2006

2007

2008

2009

Kopi

0.640

0.682

0.676

0.698

0.682

Kelapa

3,096

3,131

3,193

3,239

3,257

Tebu

2,241

2,307

2,623

2,668

2,517

Kelapa sawit

11,861

17,35

17,664

17,539

19,324

Kakao

0,748

0,769

0,74

0,803

0,809

Sumber : Kementan dalam Andelisa, 2011

Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama kopi dunia yang akhir-akhir ini kontribusinya terhadap devisa negara maupun pendapatan petani kopi cenderung meningkat hanya sedikit atau bisa dikatakan stagnan, hal ini terbukti pada tabel di atas. Pada tahun 2005 total produksi dengan jumlah 0,640 hingga berada dikisaran 0,682 pada akhir tahun 2009. Pelbagai kendala menghadapi salah satu unggulan Indonesia ini, antara lain kondisi tanaman umumnya sudah tua, kurang terpelihara, lemahnya koordinasi antara petani dengan pemerintah terkait bagaimana cara budidaya, pengolahan dan distribusi, produktivitasnya semakin menurun dan lainnya. Sementara upaya rehabilitasi maupun peremajaan tidak mendapat perhatian karena harga kopi tidak menarik investor.

Peran kopi sendiri bagi perekonomian Indonesia masih cukup penting meskipun hanya sebesar 0,5 % dari semua komoditas (ICO, 2010). Kopi berperan sebagai sumber pendapatan petani kopi, sumber devisa maupun penyedia lapangan kerja melalui kegiatan budidaya, pengolahan, pemasaran dan perdagangan (ekspor dan impor).Pada perdagangan internasional, Indonesia menempati peringkat 4 dunia dalam produksi kopi, dibawah Brazilia, Colombia dan Vietnam.Negara terakhir khususnya adalah pesaing baru di dunia perkopian, karena baru muncul sekitar tahun 1997.

Negara-negara produsen selain Indonesia telah melakukan langkah-langkah besar demi menguasai

pangsa pasar kopi dunia, baik arabika dan robusta.Faktor inilah yang menjadikan keharusan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan dari komoditi kopi Indonesia sangat diperlukan agar produsen di Indonesia dapat mencari peluang dan meminimalisir setiap kekurangan yang ada.Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya agar agribisnis unggulan Indonesia ini tidak mengalami kemunduran dan tertinggal dari produsen kopi dunia yang lain. Perkembangan Ekspor Produsen Kopi

Perkopian dunia mengalami banyak perubahan, mulai dari fluktuatuifnya harga kopi di pasar internasional hingga jumlah volume ekspor kopi tiap-tiap negara yang saling bersaing.Hal ini tidak terlepas dari permintaan dan produksi kopi tiap-tiap negara pengekspor kopi serta perubahan gaya hidup masyarakat. Dewasa ini, kopi dunia dikuasai sepenuhnya oleh 4 eksportir besar dunia antara lain Indonesia, Brazil, Colombia dan Vietnam, baik kopi arabika dan robusta. Pangsa pasar yang menjadi tujuan utama para eksportir kopi antara lain, Uni Eropa, Amerika, Jepang dan lainnya.

Persaingan keempat negara ini dalam menguasai pangsa kopi dunia semakin sengit. Bahkan Vietnam yang notabene “orang baru” dalam persaingan ini, telah menggeser posisi Colombia dan Indonesia keurutan 3 dan 4 pada tahun 1997 untuk produksi kopi robusta. Berikut adalah tabel ekspor dari keempat produsen kopi dunia.

Tabel 2. Perkembangan Produksi dan Volume Ekspor Produk Kopi Indonesia, Brazil, Colombia, dan Vietnam (dalam 000 bags)

Tahun Indonesia Brazil Colombia Vietnam

Produksi Ekspor 2006 7.483 5.280 27.354 10.944 13.904 2007 4.474 4.149 28.174 11.300 17.936 2008 9.612 5.741 29.503 11.085 16.101 2009 11.380 7.907 30.345 7.893 17.051 2010 9.129 5.489 33.028 7.821 14.228 2011 8.750 6.264 33.456 7.733 17.675 Sumber : ICO, 2012

Indonesia merupakan salah satu produsen kopi nomor 4 di dunia dengan total luasan tanam adalah

sekitar 1.308.000ha (AEKI,2012). Meskipun terbilang cukup luas dalam hal luasan tanam, produksi kopi ini

(3)

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

77

sendiri lebih banyak dibudidayakan oleh rakyat atau

lebih dikenal dengan kopi rakyat sebesar 90 %, sedangkan sisanya dibudidayakan oleh perusahaan negara maupun swasta.Hal ini yang menyebabkan kopi Indonesia kurang bisa bersaing di level Internasional karena kebanyakan kopi yang dibudidayakan adalah

milik rakyat, yang notabene kualitas dan kuantitasnya jauh dibawah standar yang ada sehingga produk-produk yang berasal dari Indonesia lebih banyak dipinggirkan.Meskipun demikian, peran komoditas kopi bagi perekonomian Indonesia masih cukup penting bagi petani kopi, pengusaha hingga eksportir. Tabel 3. Nilai Ekspor Kopi Indonesia (Xij), Nilai Ekspor Total Indonesia (Xjj), Nilai

Ekspor Kopi Dunia (Xiw), dan Nilai Ekspor Total Dunia (Xww)dalam ribuan US $

Tahun Xij Xjj Xiw Xww

2006 497.328 100.790.000 10.100.000 11.970.949.000 2007 622.601 114.100.000 12.500.000 14.002.600.000 2008 923.542 137.020.000 15.000.000 16.120.500.000 2009 803.564 116.500.000 13.500.000 12.516.400.000 2010 846.543 157.700.000 15.400.000 14.841.056.500 2011 1.064.369 203.620.000 23.500.000* 17.779.000.000

Sumber : AEKI (2012), WTO (2012), ICO (2012), Wikipedia (2012) Perkembangan Ekspor Kopi di Indonesia

Kopi Indonesia saat ini menempati peringkat keempat terbesar di dunia dari segi hasil volume ekspor dunia.Komoditas ini di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat di Indonesia.Kopi yang awalnya dibawa sekitar tahun 1696 oleh pemerintahan Belanda yang kala itu berkuasa di Indonesia hingga menjadikan negara ini sebagai produsen kopi di dunia.

Indonesia diberkati dengan letak geografisnya yang sangat cocok difungsikan sebagai lahan perkebunan kopi.Produksi kopi Indonesia kebanyakan

berasal dari 2 jenis kopi, yakni kopi arabika dan robusta.Kopi-kopi arabika banyak dibudidayakan di dataran tinggi oleh perusahaan negara, salah satu contohnya PTPN XII Kalisat dan Blawan.Selain di Jawa, kopi ini juga banyak dibudidayakan di Aceh, Toraja, dan Bali.Sedangkan untuk kopi robusta yang budidayanya di dataran rendah, banyak dijumpai di Lampung, Flores dan Jawa. Keduanya adalah jenis kopi andalan Indonesia yang saat ini sudah memiliki nama (brandimage) di pasar dunia. Berikut ini adalah ekspor kedua jenis kopi dan hasil olahannya antara tahun 2006 sampai dengan 2011.

Tabel 4. Ekspor Kopi Indonesia Per Jenis Kopi (ton, 000 US $)

Tahun Arabika Robusta Olahan Total

Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai

2006 67.775 169.901 227.620 294.164 12.481 33.263 307.876 497.328 2007 50.952 141.926 247.852 425.332 13.279 55.343 312.083 622.601 2008 59.735 228.072 348.187 630.917 13.843 64.553 421.765 923.542 2009 62.854 172.909 434.430 608.304 8.098 22.351 505.382 803.564 2010 78.036 249.162 360.603 571.977 8.855 25.404 447.494 846.543 2011 73.715 438.671 265.368 580.266 12.924 45.432 352.007 1.064.369 Sumber : AEKI, 2012

Penelitian bertujuan menganalisis kemampuan daya saing komoditi kopi Indonesia di pasar dunia, dan faktor-faktor apa yang memengaruhinya. Manfaat penelitian ini adalah rekomendasi agar kopi Indonesia dapat bersaing dengan kopi sejenis dari negara lain.

METODOLOGI

Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif komparatif dan data yang dikumpulkan adalah data sekunder dengan skala nasional yang bersumber dari berbagai studi kepustakaan/literatur Penulis menggunakan analisa komparatif RCA(Revealed Comparative Advantage) dan teori Berlian Porter. Penggunaan kedua analisa ini membantu mengidentifikasi sistematis dari faktor dan

strategi yang merefleksikan keduanya. Data-data pendukung akan dicantumkan guna membantu penulis semisal membandingkan ekspor Indonesia dengan negara lain, menghitung RCA, Indeks RCA dan AR (Acceleration Ratio).

PEMBAHASAN

Kondisi dunia perkopian di Indonesia sedang tidak dalam kondisi kondusif.Saat ini industri kopi sedang mengalami berbagai masalah, seperti cenderung stagnannya tingkat produksi nasional berada dikisaran 5000-an, kurang berdayasaingnya komoditi kopi di pasar internasional, dan disisi lain tingkat konsumsi masyarakat Indonesia juga masih tergolong rendah. Perlu adanya upaya untuk

(4)

78 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

mentransformasikan komoditi ini dari keunggulan komperatif (comparative adventages) menjadi keunggulan kompetitif (competitive advantages)

dengan mengembangkan subsistem agribisnis hilir dan membangun jaringan pemasaran domestik maupun internasional.

Ekspor Kopi Indonesia

Pada bab 2, data mengenai volume produksi dan ekspor negara-negara produsen kopi, anatar lain Indonesia, Brazilia, Colombia, dan Vietnam. Data tersebut adalah gabungan dari pelbagai jenis kopi yang diproduksi oleh produsen, baik bahan baku maupun hasil olahannya. Dilihat pada tabel 2, rata-rata produksi Indonesia untuk tahun 2000 sampai dengan 2011 adalah 5.582, jauh dibandingkan negara-negara produsen lain seperti Brazil dengan 27.750, Colombia dengan 9.652 dan Vietnam denan 14.525. Hal ini yang membuat Indonesia jauh tertinggal dan stagnan dengan hasil produksinya.Sungguh ironi memang, dengan memiliki luasan yang cukup tapi tidak bisa mengoptimalkan produksi yang bisa didapatkan.Meskipun demikian, komoditi ini masih menjadi primadona di dalam negeri karena pangsa pasar luar negeri dan harganya pun masih bisa membuat para pengusaha maupun pemerintah lega dibalik cenderung stagnannya produksi.

Pada tabel 4 menjelaskan ekspor kopi Indonesia berdasarkan jenis kopinya dari tahun 2006-2011, dapat dilihat bahwa produksi Indonesia kebanyakan berasal dari kopi robusta bukan kopi arabika, padahal kopi yang paling diminati di luar negeri adalah kopi arabika. Selain masalah itu, masalah yang lain muncul adalah ketidakmampuan Indonesia dalam menghasilkan hasil olahan kopi untuk pangsa pasar dunia, hanya sebesar 4% dari jumlah total ekspor kopi Indonesia.Pengembangan industri hilir kopi dan promosi untuk meningkatkan konsumsi kopi domestik mempunyai arti yang sangat strategis untuk mengurangi ketergantungan biji kopi di ekspor ke pasar internasional, sekaligus dapat meraih nilai tambah (value added) yang lebih besar.Pada hasil biji kering, Indonesia memiliki produk yang dikenal oleh konsumen di luar negeri semisal Java Coffea, Gayo Mountain Coffea, Luwak Coffea, dan lainnya.Hanya saja pada hasil olahan, Indonesia membutuhkan sebuah brandimage agar hasil olahan dapat terkenal dan disukai oleh konsumen dunia.Tetapi yang patut disyukuri adalah peningkatan nilai ekspor kopi Indonesia tahun demi tahun yang awalnya US $ 497.328.000 pada tahun 2006 melonjak hampur 2 kali lipat pada tahun 2011 yakni US $ 1.064.369.000. Analisa Daya Saing Komoditi Kopi

Dalam perhitungan komparatif ini, penulis menggunakan salah satu metode yang terkenal untuk menghitung berdaya saing atau tidakkah suatu komoditi dalam perdagangan, yakni RCA (Revealed

Comparative Advantage).Berdasarkan tabel 2, berikut

ini adalah hasil olahan untuk mengetahui berapa RCA, Indeks RCA dan AR.

Tabel 5. RCA, Indeks RCA dan AR dari Kopi Indonesia

Tahun RCA Indeks

RCA AR 2006 5,85 - - 2007 6,11 1,05 1,01 2008 7,24 1,19 1,24 2009 6,39 0,88 0,97 2010 5,17 0,81 0,92 2011 3,95 0,76 0,82

Sumber : Data diolah, 2012

RCA dapat dihitung untuk nilai ekspor komoditi tertentu. Jika RCA>1 (lebih dari satu), menunjukkan pangsa komoditi kopi dalam total ekspor negara lebih besar dari pangsa komoditi yang bersangkutan di dalam ekspor dunia.Semakin besar nilai RCA menunjukkan semakin kuat keunggulan komparatif yang dimiliki.Implikasinya, negera tersebut memiliki kemampuan untuk mengekspor komoditi yang dimaksud tanpa meninggalkan prisnsip-prinsip efesiensi produksi.Hanya saja berdasarkan tabel diatas, nilai RCA kopi Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun. RCA kopi bernilai 5,85 pada tahun 2006 menurun hingga 2 poin ke nilai 3,95 pada tahun 2011. Ini terlihat juga pada indeks RCA kopi Indonesia, nilai indeks lebih kecil dari 1 yang artinya semakin menurunnya angka indeks menunjukkan adanya penurunan RCA turunnya, maka kinerja ekspor komoditi kopi dibandingkan dengan kinerja ekspor rata-rata dunia.Dari kedua analisa komparatif ini mengindikasikan ada yang salah dengan sistem-sistem yang menunjang dan mendukung produksi komoditi ini. Perlu adanya gebrakan untuk memperbaiki kualitas keunggulan daya saing kopi agar sejajar dengan produsen yang lain.

Pada analisa ketiga, penulis menggunakan analisa AR (Acceleration Ratio).Analisa ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya keunggulan komparatif komoditi.Analisa ini membandingkan trend ekspor komoditi tertentu suatu negara dengan trend ekspor komiditi yang bersangkutan (total dunia).Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa nilai AR kopi Indonesia mengalami penurunan.Dengan nilai AR dibawah 1, maka dapat disimpulkan bahwa komoditi kopi Indonesia kurang berdaya saing di pasar dunia. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Komoditi Kopi

Teori Berlian Porter atau yang lebih terkenal dengan Porter’s menyatakan bahwa faktor-faktor pembawa daya saing nasional atau suatu produk yaitu

factor condition(kondisi faktor), demand condition

(kondisi permintaan), related supporting industries (industri penunjang dan terkait), serta firm strategy,

structure and rivalry(strategi perusahaan, struktur, dan

(5)

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

79

dengan kecermatan memetakan konstelasi industri,

pemerintah dan perusahaan dipandang akan mampu menetapkan posisi dan strategi bersaing untuk menjadi yang terunggul. Kemampuan untuk menganalisa faktor-faktor yang berkaitan dengan perkopian Indonesia mampu menjadikan kopi Indonesia terbaik di dunia.

1. Permintaan

a. Permintaan dunia komoditi kopi terus meningkat, sejalan dengan peningkatan konsumsi kopi di Eropa, Asia Timur dan Amerika Utara. Negara-negara dikawasan ini memiliki kebiasaan minum kopi sejak dulu sehingga konsumsi kopi tinggi. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini, adanya kenaikan konsumsi kopi dunia dari tahun ke tahun. Tabel 6. Total Konsumsi Negara-Negara Pengimpor

Kopi Dunia (000 bags)

Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Bags 70.036 71.389 71.514 71.612 70.708 72.440 Sumber : ICO, 2012

b. Permintaan pasar domistik cukup potensial, sementara produksi kopi di Indonesia masih belum sepenuhnya sesuai permintaan pasar. Meskipun saat ini konsumsi kopi dalam negeri hanya sebesar 0,86 kg/kapita/tahun (ICO, 2012), tetapi dengan populasi 280 juta ini adalah pasar potensial untuk pangsa kopi. c. Pasar dunia lebih menyukai kopi jenis Arabika,

sementara Indonesia lebih banyak memproduksi kopi jenis Robusta. Produksi kopi arabika Indonesia hanya sebesar 22 % dari produksi nasional pada tahun 2010 (AEKI, 2012).

d. Tuntutan konsumen kopi dunia mulai menghendaki produk-produk kopi back to

nature yang sedang menjadi trend di kota-kota

besar dunia.

e. Produk kopi rendah kafein (decafeinated

coffee) harus disikapi dengan tepat dalam

pengembangan diversifikasi produk kopi olahan kedepan, selain kopi bubuk, kopi instan, kopi

mix dan minuman kopi.

f. Adanya lonjakan produksikopi dunia dalam dekade 5 (lima) tahun terakhir. Sementara itu, permintaandunia meningkat tidak signifikan. Hal ini mengakibatkan anjloknya harga kopi dunia.

2 Faktor Kondisi (Input) a. Sumber Daya Alam

 Indonesia sebagai negara beriklim tropis sangat cocok untuk budidaya tanaman kopi dan menghasilkan biji kopi dengan citra khas baik jenis robusta ataupun arabika. Kopi sendiri optimal ditanam di daerah tropis dan Indonesia salah satunya. Perbedaan kopi arabika dan robusta adalah

pada tinggi tempat budidayanya. Umumnya kopi arabika ditanam di dataran tinggi diatas 1000 mdpl, sedangkan kopi robusta ditanam didataran rendah (< 700 mdpl).

 Luas pertanaman kopi yang diusahakan di Indonesia lumayan besar dan produktivitasnya masih bisa ditingkatkan.Dengan luasan 1.308.000ha, Indonesia memiliki 296.854 ha untuk kopi arabika dan 1.011.146 ha kopi robusta (AEKI, 2012).

 Di Indonesia, tanaman kopi dihasilkan dari tanaman perkebunan rakyat 90%, perkebunan negara dan swasta sisanya. b. Sumber Daya Modal

 Secara umum, sumber daya modal untuk investasi pada industri pengolahan kopi berupa investasi yang berbadan hukum (PMA, PMDN, dan non PMA/PMDN berupa BUMN, BUMD, Koperasi) dan tidak berbadan hukum (perorangan atau kelompok).

 Iklim usaha yang kondusif, dengan sejumlah fasilitas seperti: informasi, layanan teknologi, dan jasa pelayanan dapat dipercaya telah berhasil menarik investor untuk usaha perkopian Indonesia.

 Perlu meningkatkan daya tarik investor pada usaha perkopian diperlukan kebijakan iklim usaha kondusif, serta peningkatan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. c. Sumber Daya Manusia

 Sumber daya manusia untuk usaha bidang perkopian di Indonesia cukup memadai baik secara kuantitatif tetapi secara kualitatif masih buruk.

 Minimnya pengetahuan, tatacara budidaya kopi, dan teknologi pada petani kopi. Tinggi tanaman yang idealnya seukuran dengan tinggi orang Indonesia yakni 1,8 – 2 meter tetapi oleh petani dibiarkan begitu saja bahkan mencapai 5-6 meter. Salah satu contoh ini menyebabkan produksi kopi petani jauh dari kata baik.

 Penyerapan tenaga kerja dibidang usaha perkopian sebagian besar masih pada sub sektor perkebunan, sedangkan pada sub sektor industri pengolahan masih sedikit. d. Infrastruktur :Kondisi infrastruktur untuk usaha

perkopian utamanya di pulau Jawa, seperti: jalan, alat angkutan, pelabuhan, listrik dan energi cukup memadai hanya belum maksimal, terlebih pada masalah jalan. Kebanyakan jalan yang mengarah langsung ke perusahaan kopi banyak mengalami kerusakan. Perlunya perbaikan-perbaikan dipelbagai sektor di sektor penunjang ini agar pengiriman serta keperluan-keperluan lainnya bisa tidak terlambat.

(6)

80 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

 Inovasi teknologi pada budidaya dan pengolahan kopi belum berkembang pesat.Contohnya,proses pemanenan kopi di Brazilia sudah menggunakan mesin, sedangkan di Indonesia menggunakan manusia sebagai tenaga pemanen.

 Teknologi menanggulangi hama penyakit dan pengolahan kopi pada perusahaan negara, swasta serta petani harus disamaratakan caranya, agar hasilnya tidak jauh berbeda. SPTT pada petani membantunya untuk memahami bagaimana penanggulangan hama pada kopi serta pengolahan kopi.

 Teknologi produk dan desain kemasan diarahkan untuk diversifikasi produk (kopi instan, kopi mix, kopi dekafein, minuman kopi beraroma).

 Inovasi teknologi produk kopi disesuaikan terhadap selera konsumen, dengan cita rasa yang didasarkan: jenis kopi, kualitas biji kopi, lingkungan tempat tumbuh tanaman dan teknologi pengolahan biji kopi. 3. Industri Inti, Pendukung dan Terkait

Komoditas kopi Indonesia memiliki keterkaitan dalam pelbagai bidang, utamnya yang berkaitan langsung maupun pada sektor-sektor pendukung.Industri inti utama pada komoditi ini adalah perkebunan kopi PTPN dan perusahaan swasta dengan dibantu pasokan dari petani kopi.Pabrik pengolahan kopi, jasa perbankan, transportasi dan pengemasan adalah industri penunjang dari komoditi ini. Industri yang terkait dengan kopi Indonesia semisal pabrik susu, pengolahan limbah kopi dan pakan ternak juga membantu mendukung keberlanjutan usaha pada komoditi ini. Terakhir, lembaga penelitian kopi yakni Puslit Koka dan AEKI turut serta dalam mendukung perkembangan kopi Indonesia serta mengkoordinir ekspor-ekspor kopi Indonesia.Perlunya keterkaitan yang baik dari pelbagai elemen yang ada agar komoditas ini dapat memiliki daya saing yang mampu berkompetisi dengan kopi dari luar negeri.

4. Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan Saat ini, persaingan kopi Indonesia dengan kopi dari produsen kopi lainnya sedikit timpang. Hal ini dilihat dari total produksi yang dihasilkan dari masing-masing negara, Indonesia masih kalah jauh dan perlu perbaikan menyeluruh agar kopi Indonesia bisa bersaing kembali, mengingat luasan pertanaman kopi Indonesia cukup luas. Pada struktur dan strategi perusahaan, perusahaan di Indonesia perlu mengembangkan cara-cara baru dan strategi yang sekiranya mampu membawa kopi Indonesia memiliki harga jual yang tinggi.Berikut adalah yang bisa dilakukan oleh perusahaan dalam hal strategi.

1). Faktor intern perusahaan:

Penyediaan kualitas dan kuantitas kopi biji dan tersedia secara kontinyu,

Menyediakan SDM untuk meningkatkan kemampuan budidaya, processing, pemasaran dan managerial perusahaan, Efisiensi biaya produksi untuk mendapatkan

harga jual produk bersaing

Promosi di setiap event yang diselenggarakan baik di dalam negeri maupun luar negeri, dan

Pelayanan optimal perusahaan. 2). Faktor ekstern perusahaan:

Membangun kerjasama kemitraan antar pemangku kepentingan;

Pengendalian perusahaan akibat munculnya pesaing-pesaing baru;

Pengendalian perusahaan akibat terjadinya perubahan situasi moneter, fiskal dan kebijakan pemerintah;

Pengendalian perusahaan akibat terjadinya gejolak politik dan sosial (Pemilu, Pilkada, aksi buruh dsb).

Mengantisipasi adanya perkembangan perekonomian global dan

Mengantisipasi adanya ketentuan tarif, HAM dan lingkungan hidup negara pengimpor.

5. Peranan Pemerintah

Pemerintah adalah fasilitator dan pembina dalam menunjang kesuksesan komoditi kopi ini.Peranan pemerintah pada komoditi ini banyak berpengaruh disegala sektor di dunia perkopian Indonesia.Akan tetapi, banyak juga ditemukan kelemahan yang berasal dari pemerintah yang secara langsung menghambat perkembangan komoditi kopi.Berikut adalah kondisi peranan pemerintah pada kopi.

 Kebijakan regulasi investasi masih lemah. Masih belum tegasnya dan sering berubahnya aturan-aturan dalam membangun serta mengembangkan usaha serta ketidakjelasan iklim bisnis di bidang industri utamanya menyebabkan investor enggan menancapkan usahanya di Indonesia.

 Penetapan regulasi-regulasi yang berkaitan dengan komoditi kopi baik ditingkat budidaya, pengolahan hingga ekspor. Regulasi pemerintah yang berkaitan dengan kopi, antara lain:

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 41/M-DAG/PER/9/2009 tentang Ketentuan Ekspor Kopi.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 10/M-DAG/PER/3/2009 tentang Ekspor Barang yang Wajib Menggunakan Letter of Credit.

(7)

Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

81

6. Peranan Peluang

Peluang ekspor kopi Indonesia di pasar dunia cukup terbuka lebar.Pelbagai peluang banyak digunakan untuk meningkatkan nilai jual produk kopi, salah satunya adalah kopi-kopi spesialiti.Berikut ini adalah salah satu peluang Indonesia dalam pasar dunia, yakni pengembangan spesialiti kopi arabika dan

robusta. Kekhasan kopi-kopi ini juga akan menambah

value added kopi itu sendiri sehingga dapat

meningkatkan devisa dan brandimage kopi Indonesia. Pangsa pasar untuk kopi-kopi spesialiti juga lumayan besar dan harganya pun lebih tinggi dari pada kopi-kopi regular.Berikut ini adalah kopi-kopi-kopi-kopi spesialiti Indonesia baik robusta dan arabika yang bisa menjadi peluang di pasar dunia.

Tabel 7. Spesialti Kopi Arabika Indonesia

No. Jenis Kopi Masa Panen Proses Grade Citarasa Produksi /

tahun 1. Mandheling

Coffee

September - May

semi Washed 1,2, & 3 Full body, neutral, good

acidity 35,000

2. Linthong Coffee October - May semi Washed 1,2, & 3 Fine acidity, and good

body 10,000

3. Java Coffee May - August Wet Process 1 Good body, fine acidity,

nice complex cup and exotic flavour 4,000 4. Toraja / Kalosi / Celebes Coffee June - September

Dry Process 1 & 2 Good acidity, smooth, very nice mellow and good body

4,000

5. Bali Coffee May -

September

Wet & Dry 1,2, & 3 Fine acidity, smooth

2,000

Sumber : AEKI, 2012

Tabel 8. Spesialti Kopi Robusta Indonesia

No. Jenis Kopi Masa Panen Proses Grade Citarasa Produksi / tahun 1. Washed Java Robusta May -

September

Wet Process

1 Good body, clean, very weak acidity and bitterness net

5,000

2. Lampung Specialty AP April - July Dry Process

1 Full body, clean and very weak acidity

15,000 3. Lampung Specialty ELB April - July Dry

Process

1 Full body, large beans and clean

10,000

4. Flores Coffee May - August Wet

Process

1 Good body and bitterness net

4,000

Sumber : AEKI, 2012

Selain peluang kopi-kopi spesialti, kopi-kopi go green juga dapat meningkatkan nilai tambah, karena kopi-kopi semacam ini banyak dipesan negara luar seiring dengan semakin diperhatikannya urusan kesehatan konsumen. Berdasarkan variabel-variabel pada Porter’s Diamond Theoryyang telah dijelaskan

diatas, terdapat keunggulan dan kelemahan dalam komoditi kopi.Diagram di bawah ini menunjukkan kesimpulan dari Porter’s Diamond Theory di atas.Keunggulan ditunjukkan dengan tanda (+) dan kelemahan ditunjukkan dengan tanda (-).

(8)

82 Agritrop Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian

Gambar 1. Diagram Porter’s Diamond Theory Kopi Indonesia

Dengan adanya penyederhanaan seperti ini, memudahkan untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan variabel-variabel yang memengaruhi kopi Indonesia.SDA, modal, faktor kondisi, chance, industri terkait dan pendukung serta persaingan, struktur dan strategi perushaan sudah memiliki nilai positif dan perlu optimalisasi dalam penerapannya.Sisanya, perlu perbaikan menyeluruh agar faktor-faktor yang sekarang dinilai minus (-) dapat ditingkatkan peranannya agar dapat memengaruhi komoditi ini baik secara produksi, kualitas dan lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

a. Dari analisa komparatif (RCA, Indeks dan AR), komoditi kopi Indonesia mengalami penurunan daya saing dan kurang memiliki keunggulan komparatif, karena dari tahun ketahun nilai ekspornya semakin menurun.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi daya saing komoditi Indonesia antara lain : Permintaan, Faktor Kondisi (Input), Industri Inti, Pendukung dan Terkait, Persaingan, Struktur dan Strategi Perusahaan, Peranan Pemerintah dan Peranan Peluang

Saran-Saran

a. Pemberian pelbagai kemudahan bagi petani kopi baik modal, kemitraan dan pengawasan hasil serta distribusi hasil panen kopi.

b. Perlunya pemerintah mengembangkan teknologi-teknologi termutakhir baik di budiaya hingga pengolahan dengan dibantu LITBANG.

c. Perlunya pengembangan industri pengolahan kopi di Indonesia.

d. Promosi untuk meningkatkan konsumsi kopi domestik karena tingkat konsumsi dalam negeri yang masih rendah.

e. Membangun citra merk baik di bahan baku kering maupun di produk olahan, lebih banyak modifikasi produk olahan dan pemanfaatan cafe-cafe.

f. Mengusahakan kopi-kopi spesialiti khas Indonesia, terutama pada kopi arabika.

g. Penetapan regulasi-regulasi yang berkaitan dengan komoditi kopi baik ditingkat budidaya, pengolahan hingga ekspor.

h. Keharusan pemerintah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif.

i. Pemberian kemudahan bagi investor kopi dalam kemudahan informasi dan infrastruktur.

DAFTAR PUSTAKA

AEKI. 2012. Luasan Areal Produksi Indonesia

Menurut Jenis Kopi Tahun 1999 s.d 2011. http://www.aekiaice.

Andelisa, Nurul. 2011. Analisa Dayasaing dan Aliran

Ekspor Produk Crude Coconut Oil (CCO) Indonesia.http://repository.ipb.ac.id

Departemen Perindustrian. 2009. Roadmap Industri

Pengolahan Kopi. http://agro.kemenperin. go.id/

ICO, 2012. All Exporting Countries Domesctic

Consumption.

Komponen Sumberdaya:

1. SDA (+)

2. SDM (-)

3. IPTEK (-)

4. Modal (+)

5. Infrastruktur (-)

Kondisi Permintaan :

Domestik(+)

Expor (+)

Persaingan Struktur dan

Strategi (+)

Peranan Pemerintah

(-)

Industri Pendukung dan Terkait :

1. Industri Pendukung(+)

2. Industri Terkait(+)

Gambar

Gambar 1. Diagram Porter’s Diamond Theory Kopi Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

bersama-sama dengan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan pagu indikatif dan pagu anggaran dalam rangka Percepatan

Tekanan Hidrostatik Pada zat padat, tekanan yang di hasilkan hanya ke arah bawah (jika pada zat padat tidak diberikan gaya luar lain, pada zat padat hanya bekerja gaya gravitasi)

Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri.. Kelenjar kelopak

Penetapan standar minimum pendidikan bagi calon karyawan merupakan strategi prioritas karena bila karyawan itu memiliki pendidikan yang tinggi, tutur kata bahasanya

Jika GLEDQGLQJNDQNRQÀLN\DQJWHUMDGLGL.HUDMDDQ Agangnionjo (Tanete) dengan kerajaan lain yang ada di Sulawesi Selatan dalam proses integrasi internal kerajaannya,

Hal ini disebabkan meningkatnya konsumsi atau peminat kopi dan berkembangnya industri-industri minuman yang mempengaruhi volume ekspor dan nilai ekspor di negara

saing produk olahan tuna dunia ke pasar Amerika Serikat,sehingga dapat dipergunakan sebagai komoditi ekspor unggulan Indonesia untuk kedepannya serta dengan

Melihat indikasi tersebut dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah variabel budaya organisasi, lingkungan kerja, dan komunikasi secara simultan dan parsial berpengaruh