• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR ZAKAT STUDI KASUS KOTA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR ZAKAT STUDI KASUS KOTA TANGERANG SELATAN"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESADARAN MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR ZAKAT

STUDI KASUS KOTA TANGERANG SELATAN

Oleh Suci Nuraini NIM. 1112086000002

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)

Data Pribadi

Nama : Suci Nuraini

Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 15 April 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Waru II RT 003/RW 003 No. 15 Kelurahan Pamulang Barat Kecamatan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan 15417

No. Telepon : 0812 97157680

Email : sucinuraini05@gmail.com Latar Belakang Keluarga

Ayah : Munasip Ibu : Rita Mariana

Alamat : Kp. Grogol RT 004/ Rw 002 no 122 Kel.

Rangkapan Jaya Kec. Pancoran Mas Depok 16435 Anak Ke : Satu (1) dari lima (5) bersaudara

Pendidikan Formal

2000 – 2006 : MI Plus Al-Muhajirin

2006 – 2009 : Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Pamulang 2009 – 2012 : Madrasah Aliyah Negeri 4 Model jakarta 2012 – 2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

(7)

vi

Pengalaman Organisasi

1. Kepala Bidang Eksternal dan Kominfo Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2014-2015

2. Anggota Divisi Eksternal Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2013-2014

Pengalaman Kerja

1. Administrasi PT Artha Baja Sawangan

Keahlian

1. Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point), Internet

(8)

vii

ABSTRACT

This study aims to analze the interdependence of several variables simultaneously in order to simplify the form of the relationship between some of the variables studied a number of factors less than the variable studied which means it can also describe the data structure of a research. Based 100 respondents from the public, such as the people of Tangerang south , this study used factor analysis tool.

The results of this study indicate that the studied variables being formed into nine factors, namely faith factors, community factors, factors of social care, attitude factor, compliance factors others, educational factors, self-satisfaction factors, factors work, and knowledge factor zakat . Total variance of the 9 factors is 67,30% means that all nine of these factors are factors that can contribute too paying zakat of muzakki consciousness of 67,30% while the remaining 32,70% is supported by other factors outside the 9 factors.

(9)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang saling ketergantungan dari beberapa variabel secara simultan dengan tujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antar beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit dari pada variabel yang diteliti yang berarti dapat juga menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian. Berasaskan 100 responden dari masyarakat, yakni masyarakat Kota Tangerang selatan, penelitian ini menggunakan alat analisis faktor.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang diteliti menjadi kedalam sembilan faktor yang terbentuk yaitu faktor iman, faktor masyarakat, faktor kepedulian sosial, faktor sikap, faktor kepatuhan orang lain, faktor pendidikan, faktor kepuasan diri, faktor bekerja dan faktor pengetahuan zakat. Total varians dari 9 faktor adalah 67,30% bermakna bahwa ke-9 faktor tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat menyokong kesadaran muzakki alam membayar zakat sebesar 67,30% sedangkan sisanya 32,70% disokong oleh faktor-faktor lain di luar ke-9 faktor tersebut.

(10)

ix

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mellimpahkan rahmat, hidayah dan kasih saying-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini memiliki judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Zakat Studi Kasus Kota Tangerang Selatan”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Munasip dan Alm. Ibu Rita Mariana, Ibu Eem Sukaesih, Papah Jefri Agoes, Baba Musa Ali, Mamah Maria, Emak Namih, serta keluarga besar Papah Jefri Agoes dan Baba Musa Ali yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.

2. Adik-adikku yang sangat kusayangi Luthfi Khairul Umam, Rahma Nur Faiqah, Rahmi Nur Faiqih, Naura Hafidhah dan keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan semangat selama ini.

3. Bapak DR. IR. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM, Hah, Slm. Sebagai dosen pembimbing dan juga penemu teori Hahslm, Sinlammim, Tujuh Quran, 319913616, 472319, Quran Surat Al-Hijr 1587 x 4 Hahslm = Tujuh Diulang, Basmalah 112 + 6236 Ayat, Quran Agung.

(11)

x

4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Bapak Dr Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan Ibu Endra, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.

6. Bapak Dr Desmadi Saharuddin, M.A selaku Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.

8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

9. Sahabatku Luty Syahras Tyan dan Ulfa Rianti yang selalu mendengarkan keluh kesah.

10. Ulul Albab Badru Zaman, Annisa Nurhidayati Arif Daud, Fitriyani, Irianne Sakinah, Aditya Mulawarman S, Anggardito A, Ahmad Zacky s, Mubasysyr J, Ari Pramana, Dorojatyas N, Mulyansyah Ramadhan yang sudah mendukung dan atas kebersamaanya selama ini.

11. Terima kasih untuk Ka Ari Sudarsono yang membantu agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Terima kasih untuk teman-teman KKN BRAVO, Anggi, Atha, Ubah, Titis, Rully, Ima, Izud.

(12)

xi

13. Terimakasih teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2012 dan adik-adik Ekonomi Syariah angkatan 2013 – 2015 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas semangat, do‟a dan dukungannya.

Hanya doa-lah yang saya bisa panjatkan kepada Robbul‟alamin atas

kebaikan-kebaikan yang telah kalian persembahkan kepada saya, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada saya selama ini.Amin Ya Rabbal‟alamin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna

menyempurnakan penulisan-penulisan yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Ciputat, 10 November 2016 Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian... 8

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Filosofi Ekonomi Islam... 12

2. Definisi Zakat... 16

3. Dasar Hukum Zakat ... 20

4. Sumber-Sumber Zakat ... 21

5. Syarat Wajib dan Sahnya Zakat ... 29

6. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat ... 31

7. Hikmah Menunaikan Zakat... 33

B. Iman ... 34

(14)

xiii

2. Pembagian Iman... 35

3. Terbentuknya Iman ... 36

4. Pengaruh Keimanan dalam Kehidupan ... 36

C. Pendidikan ... 37

1. Definisi Pendidikan ... 37

2. Memahami Tujuan Pendidikan ... 38

D. Bekerja ... 42

1. Definisi Bekerja ... 42

E. Kepedulian Sosial ... 42

1. Definisi Kepedulian Soaial ... 42

2. Jenis-Jenis Kepedulian Sosial ... 43

3. Sumber Kepedulian Sosial ... 44

4. Hambatan Dalam Mewujudkan Kepedulian Sosial ... 44

F. Masyarakat ... 45

1. Definisi Masyarakat ... 44

G. Kepuasan Diri ... 45

1. Definisi Kepuasan Diri ... 45

H. Penelitian Terdahulu ... 46

I. Kerangka Berpikir ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 57

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 57

B. Metode Penentuan Sampel ... 57

C. Metode Pengumpulan Data ... 59

D. Metode Analisis Data ... 60

1. Uji Kualitas Data... 61

2. Analisis Faktor ... 62

E. Operasional Variabel Penelitian ... 68

1. Iman ... 68

2. Pengetahuan Zakat ... 69

3. Pendidikan... 69

(15)

xiv

5. Kepatuhan Orang Lain ... 70

6. Kepedulian Sosial ... 70

7. Sikap ... 70

8. Masyarakat ... 71

9. Kepuasan Diri ... 71

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 72

1. Kota Tangerang Selatan ... 72

2. Karakteristik Responden ... 74

B. Hasil Uji Kualitas Data ... 79

1. Hasil Uji Validitas Data ... 79

2. Hasil Uji Reliabilitas Data ... 80

C. Aplikasi Analisis Faktor ... 80

1. Uji Indenpendensi Dalam Matriks Korelasi ... 80

2. Estimasi Komunalitas ... 81

3. Menentukan Jumlah Faktor... 86

4. Interpretasi Faktor ... 88 BAB V PENUTUP ... 102 A. Kesimpulan ... 102 B. Implikasi ... 105 C. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 113

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Peneriman Zakat Melalui Lembaga Zakat Resmi Di Indonesia Periode Tahun 2011 s.d 2015 (Rupiah)

8

2.1 Zakat Unta 23

2.2 Zakat Kambing Domba 24

2.3 Penelitian Terdahulu 51

4.1 Jumlah Penduduk Dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan

73

4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia 74 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 75 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Status 76 4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

76

4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan 77 4.7 Hasil Uji Deskripsi responden Berdasarkan Penghasilan 78

4.8 Hasil Uji Validitas Data 79

4.9 Hasil Uji Reliabilitas Data 80

4.10 Hasil Keiser Meyer Olkin (KMO) 81

4.11 Hasil Uji Komunalitas 82

4.12 Hasil Uji Total Variance Explained 87

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Membayar Zakat 6

2.1 Kerangka Berpikir 56

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer Keterangan Halaman

1 Bentuk Kuisioner 113

2 Hasil Data Primer Dari Penyebaran Kuisioner 100 Responden

115

3 Hasil Uji Reliabilitas Data 118

4 Hasil Uji Keiser Meyer Olkin (KMO) dan Barlett‟s Test of Sphericity

120

5 Hasil Uji Komunalitas 120

6 Hasil Total Variance Explained 121

7 Hasil Rotated Component Matrix 122

8 Output Anti-Image Matrices 123

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesejahteraan social (social welfare) selalu terkait dengan ide tentang pembelaan kaum lemah dan cita-cita kemanusiaan mendasar, yaitu persamaan manusia dengan keadilan.Islam sebagai agama, telah memiliki dogma dan ajaran yang mapan mengenai persamaan manusia dengan keadilan. Sebagai

way of life, Islam juga menawarkan konsep keseimbangan dunia dan akhirat,

secara sederhana konsep ini disebut “paradigma sariah” . dalam paradigma ini manusia dipandang sebagai khalifah yang diberi amanah dan tanggung jawab untuk mencapai kejayaan (falah) dan kebahagiaan didunia dan di akhirat. Mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin adalah misi manusia sebagai

khalifah yang juga berarti menunjukkan dalam kehidupan manusia. (Siti

Napsiyah, 2008: 50&53)

Berbeda dengan Sistem Ekonomi Konvensional, Islam memandang bahwa sumber daya alam tersedia cukup untuk seluruh makhluk. Yang diperlukan adalah sistem distribusi yang adil yang menjamin semua penduduk untuk mempunyai kesempatan dan memperoleh rezekinya melaui mekanisme zakat dan pajak. Hal ini telah dibuktikan keberhasilan di zaman Khalifah Umar Bin Khattab dan Umar Bin Abdul Aziz, dimana dunia dengan Sistem Ekonomi Islam menjadi sejahtera, sampai sulit dicari para mustahiq untuk diberi zakat (Gusfahmi, 2011: 50).

(20)

2 Islam bukan sekedar agama yang melangit, tapi ia juga agama yang membumi. Islam tidak sekedar agama yang ritualistik, tetapi juga agama yang humanis. Islam adalah agama yang memadukan antara unsur keduniaan dengan keakheratan, material dengan spiritual. Agama Islam adalah agama yang sempurna dan juga paripurna; mencakup pandangan dan cara hidup secara total. Pada puncaknya Islam bertujuan menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia (Sudarsono, 2012: 1).

Umat Islam adalah umat yang mulia, umat pertengahan (ummatan wasathan) yang dipilih Allah ke muka bumi untuk mengemban risalah agar mereka menjadi saksi atas segenap umat dan bangsa. Tugas umat Islam adalah mewujudkan tata kehidupan dunia yang adil, makmur, tenteram dan sejahtera di manapun mereka berada. Karena itu, umat Islam seharusnya menjadi rahmat sekalian alam. (Gouraha. M, 2016)

Bahwa kenyataan umat Islam kini jauh dari kondisi ideal, adalah sebagai akibat belum mampu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS. Ra‟d[13]: 11). Potensi -potensi dasar yang dianugerahkan Allah kepada umat Islam memiliki banyak intelektual dan ulama, di samping sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan dengan saksama, dirangkai dengan potensi akidah Islamiah (Tauhid) dan kandungan ajaran Islam yang jernih, tentu akan memperoleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama, kemandirian, kesadaran beragama, dan ukhuwah Islamiah kaum muslim semakin meningkat, serta pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan semakin dipersempit.

(21)

3 Islam menginginkan agar sistem ekonominya teroraganisir sedemikin rupa sehingga harta tidak ada hanya dalam genggaman orang kaya saja. Oleh karena itu, distribusinya harus diatur dengan baik sehingga yang lebih kuat bisa mengangkat yang lemah, misalnya melalui sebuah wadah lembaga zakat, infaq, dan shadaqah, orang yang mampu dapat memberikan hartanya kepada yang berhak menerimanya seperti fakir, miskin dan kaum dhuafa.

Dalam Islam harta memiliki fungsi sosial, sehingga setiap orang yang berharta diwajibkan menyisihkan bagian yang sudah dipastikan untuk orang miskin, dan bahwa semua orang akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan terhadap hartanya itu (Majid dalam Siti, 2008: 53). Oleh sebab itu, agama Islam menganjurkan umat Islam khususnya yang memiliki harta lebih untuk peduli kepada kaum miskin untuk menyisihkan sebagian hartanya. Salah satu konsep yang terdapat dalam Islam untuk menyisihkan sebagian hartanya adalah dengan menunaikan zakat.

Zakat merupakan ibadah yang memiliki akar histori yang cukup panjang, seperti juga ibadah shalat. Kalau shalat ibadah ruhiya, maka zakat adalah ibadah harta dan sosial yang memiliki posisi sangat penting, strategis, dan menentukan, baik yang dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Dengan kata lain zakat di samping memiliki dimensi spiritual juga memiliki dimensi sosial ekonomi. Dengan demikian, bagi setiap muslim yang telah menunaikan zakat, tidak hanya beribadah untuk dirinya sendiri tetapi juga berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan sesamanya, dimana pengeluaran zakat dibebankan atas harta

(22)

4 atau kekayaan seorang muslim sehingga zakat memiliki tujuan yang mulia (Riani, 2012: 2).

Salah satu jenis zakat yang menurut tuntunan syariat dapat dimanfaatkan sebagai instrumen dalam pembangunan perekonomian masyarakat adalah zakat mal atau zakat harta. Walaupun disadari bahwa potensi zakat harta cukup besar dan selalu berbanding lurus dengan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah dan masyarakat, namun pada sisi lain, umat Islam pada umumnya baru mengenal dan menunaikan kewajiban zakat fitrah, sementara zakat harta masih sangat sedikit yang memahami dan menyadarinya secara baik sebagai suatu kewajiban, khususnya bagi mereka (pemilik harta) yang telah memenuhi persyaratan syar‟i (nishab dan haul) sebagai wajib zakat (muzakki). (LM Glenn, 2010).

Sebagai suatu kewajiban, zakat haruslah ditunaikan sesuai dengan aturan syariat, bukan berdasarkan kemauan dan selera wajib zakat sendiri. Karena itu, syarat yang sudah diatur oleh syariat Islam dalam hubungannya dengan jenis harta yang wajib dizakati, nishab, haul, cara pembayaran dan pola pengelolaannya, haruslah berpedoman pada ketentuan syariat yang sudah diatur secara jelas dan lengkap.

Kesadaran membayar zakat mal sesuai dengan ketentuan syariat, seperti nishab, haul, serta cara mengeluarkannya secara benar (melalui amil) merupakan bentuk dan perwujudan kepatuhan muzakki terhadap perintah zakat. Bentuk dan perwujudan kepatuhan merupakan penggambaran dari perilaku muzakki dalam membayar zakat mal, yang banyak dipengaruhi oleh

(23)

5 tingkat keyakinan, pemahaman, dan kecenderungan-kecenderungan yang dimiliki oleh muzakki. (Bachmid,dkk,2012).

Tak dapat dipungkiri bahwa zakat sangat berpotensi sebagai sebuah sarana yang efektif untuk memberdayakan ekonomi umat. Potensi itu bila digali secara optimal dari seluruh masyarakat Islam dan dikelola dengan baik dengan manajemen amanah dan profesionalisme tinggi, akan mewujudkan sejumlah dana yang besar yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kemiskinan dan memberdayakan ekonomi umat. (Ritonga, 2014). Untuk mencapai potensi zakat yang semestinya haruslah dengan mengintegrasikan tiga komponen yaitu pemerintah, ulama, dan wajib zakat (muzakki). Pemerintah sebagai otoritas suatu negara mempunyai peran yang sangat penting yang dalam hal ini keterkaitannya dengan zakat. Pemerintah mendirikan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai badan tertinggi dalam pengelolaan zakat tingkat nasional yang diharapkan mampu memaksimalkan perannya sebagai bagian dari amanat UU untuk menjalankan fungsi koordinatif, konsultatif, dan informatif bagi stakeholder zakat tanah air (Sudarsono, 2012: 3).

(24)

6 Gambar 1. 1

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran membayar zakat

Sumber: Data 2016

Dilihat dari bagan diatas faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam membayar zakat dibagi menjadi 3 kelompok: yang pertama personaliti, didalam personaliti terdapat faktor pendapatan, bekerja, pendidikan, pengetahuan dan kepuasan diri masyarakat dalam membayar zakat. Kedua sosial, didalam sosial terdapat faktor masyarakat dan kepedulian

Faktor-Faktor

Personaliti Sosial Religiusitas

Kepatuhan Orang Lain

Bekerja Pendidikan Pengetahuan Zakat Kepuasan Diri Masyarakat Kepedulian Sosial Iman Sikap

(25)

7 sosial. Ketiga Religiusitas, pada religiusitas terdapat faktor iman dan keyakinan.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat semakin mengkukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintahan nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan demikian BAZNAS bersama pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.

Selain itu, kesadaran wajib zakat untuk menunaikan zakat tidak lepas dari faktor harta kekayaan yang diperolehnya dari bekerja sesuai dengam syariat Islam karena kewajiban membayar zakat diberikan kepada umat Muslim yang telah memenuhi persyaratan dalam nishab dan haul terhadap kekayaan dan pendapatannya.

Setiap orang Islam telah menyadari tentang kewajiban berzakat dan mengetahui berbagai macam manfaat yang akan diperoleh dengan berzakat, maka potensi zakat seharusnya dapat tercapai. Kemudian, yang lebih penting lagi adalah bahwa dana zakat tidak hanya terkumpul secara optimal, namun

(26)

8 diharapkan terjadi distribusi yang adil diantara penerima zakat. Sehingga manfaatnya menjadi lebih terasa. (Mukhlis, 2013).

Tabel 1.1

Peneriman Zakat Melalui Lembaga Zakat Resmi Di Indonesia periode tahun 2011 s.d 2015 (Rupiah) 2011 2012 2013 2014 2015 39,401,992,56 3,94 Triliun 50,220,719,88 6,92 Triliun 59,019,259,84 5,87 Triliun 82,947,383,16 5,39 Triliun 98,473,103,02 0,77 Triliun Sumber: Baznas tahun 2011-2015 (data diolah)

Pada tahun 2011 dana zakat yang terkumpul sebesar 39,4 triliun rupiah dan pada tahun 2012 dana zakat yang terkumpul mengalami peningkatan menjadi 50,2 triliun rupiah. Dana zakat yang terkumpul terus mengalami peningkatan di tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 59 triliun rupiah dan 82,9 triliun rupiah. Pada tahun 2015 penerimaan zakat meningkat menjadi sebesar 98,4 triliun rupiah.

Maka sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti faktor yang dapat mempengaruhi kesadaran muzakki dalam menunaikan zakat dengan mengambil tema “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Dalam Kesadaran Membayar Zakat Studi Kasus Kota Tangerang Selatan”

B. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

9 1. Apakah faktor iman mempengaruhi kesadaran muzakki dalam

membayar zakat?

2. Apakah faktor pengetahuan zakat mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

3. Apakah faktor pendidikan mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

4. Apakah faktor kepatuhan orang lain mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

5. Apakah faktor kepedulian sosial mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

6. Apakah faktor sikap mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

7. Apakah faktor masyarakat mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

8. Apakah faktor bekerja mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

9. Apakah faktor kepuasan diri mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

10. Apa faktor yang paling dominan dari iman, pengetahuan zakat, pendidikan, kepatuhan orang lain, kepedulian sosial, sikap, masyarakat, bekerja, kepuasan diri, mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat?

(28)

10 C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah selanjutnya peneliti dapat mengetahui tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk menganalisis faktor iman yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

2. Untuk menganalisis faktor pengetahuan zakat yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

3. Untuk menganalisis faktor pendidikan yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

4. Untuk menganalisis faktor kepatuhan orang lain yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

5. Untuk menganalisis faktor kepedulian sosial yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

6. Untuk menganalisis faktor sikap yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

7. Untuk menganalisis faktor masyarakat yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

8. Untuk menganalisis faktor bekerja yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

9. Untuk menganalisis faktor kepuasan diri yang mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

10. Untuk menganalisis faktor iman, pengetahuan zakat, pendidikan, kepatuhan orang lain, kepedulian sosial, sikap, masyarakat, bekerja,

(29)

11 kepuasan diri, yang paling dominan mempengaruhi kesadaran muzakki dalam membayar zakat.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa

a. Menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah.

b. Menambah wawasan bagi mahasiswa, bagi penulis mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Masyarakat Dalam Membayar Zakat.

2. Bagi pemerintah dan masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang nyata kepada pemerintah dan masyarakat dimana beberapa faktor dapat membentuk kesadaran muzakki dalam menunaikan zakatnya.

3. Bagi jurusan ekonomi

Hasil penelitian juga diharapkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi, terutama mahasiswa program studi ekonomi syariah yang ingin memfokuskan penelitian ini dimasa yang akan datang.

(30)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Filosofi Ekonomi Islam

Ontologi dari konsep kaffah adalah Islam. Bahwa sistem kehidupan yang ada pada diri sendiri, lingkungan sekitar, dan alam semesta berawal dari konsep Islam. Dengan kata lain monsep penciptaan awal adalah islam.

Kata Islam memiliki akar dari 3 huruf, yaitu „s‟ atau sin, huruf „l‟ atau lam, dan huruf „m‟ atau mim (Aziz, 2015). Terdapat ayat yang mendukung makna ontologi dari Islam pada Q.S Ali Imran (3): 19.























































Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Q.s.

Ali Imran (3) 19).

Secara ontologis, ilmu ekonomi Islam membahas dua disiplin ilmu secara bersamaan yaitu, ilmu ekonomi murni dan ilmu fiqh mu‟amalat. Sumber fiqh mu‟amalat adalah wahyu yang didasarkan pada petunjuk ak-Qur‟an dan Hadits Nabi dan sumber ilmu ekonomi Islam adalah pemikiran manusia (akal). Wahyu

(31)

13 dalam Islam merupakan sumber ilmu pengetahuan dan sekaligus sebagai penuntun (guide) dalam kehidupan manusia, karena iamerupakan emanasi kebenaran yang bersumber dari kebenaran yang sejati. Sedangkan akal merupakan instrumen untuk mencapa pengetahuan, alat untuk mempresepsi, memahami, mengamati, menerima membedakan dan menimbang maslahat serta mafsadat (Muhammad, 2008). Dalam ontologi dari semua ciptaan atau makhluk atau alam semesta adalah sistem dan sistem dasar yang bernama Islam. Pada dasar dari sistem ini (Islam) maka unsur subsistem yang ada telah diciptakan oleh Tuhan dan bukan oleh manusia atau makhluk lainnya (Aziz, 2015).

Islam dimaknai sebagai suatu sitem yang holistik, komprehensif atau menyeluruh. Dan kemudian Islam yang menyeluruh inilah yang menjadi epistemologi dari konsep institusi keuangan yang sedang dikembangan, yaitu

kaffah.

Institusi keuangan yang kaffah merupakan epistemologi yang muncul karena beranggapan bahwa konsep dasar kehidupan adalah Islam dam Islam dianggap sebagai suatu sistem. Epistemologi ini didukung oleh ayat al-Qur‟an Surah al-Baqarah (2) ayat 208 yang berbunyi:

































Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam

keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syatan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S Al

(32)

14 Secara epistemologi, ekonomi berasl dari oikonomia (Greek atau Yunani), kata oikonomia berasal dari dua kata oikos yang berarti rumah tangga dan nomos yang berarti aturan. Jadi ilmu ekonomi adalah ilmu mengatur rumah tangga, yang dalam bahasa iggris disebut economics (Samuelson, 2004;3). Kata economics ini tidak ditemukan dalam Alquran. Menurut Hans Wehr (1961) yang diedit oleh J. Milton Cowan, dijumpai kata dasar “qa sha da”. Yang dilahirkan “qasd” (yang berarti; endeavor, aspiration, intentions, intent, design, purpose, resolution, object, goal, aim, end, frugality, thriftndan economy), “qasdan” (interntional, intended), “qasid” (aspired, desired, aimed at, intended), “maqsid” atau “maqasid” (destination), dan “iqtishad” (saving, economization, retrencment, thriftinrss, thrift, providence, economy). Dari sini lahirlah istilah “ilm al iqtishad (ilmu ekonomi), dan “al iqtishadiyah (the economy). Secara terminologi, Samuelson merumuskan, “ilmu ekonomi didefinisikan sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungan dengan pemanfaatan sumber-sumber protektif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi (Samuelson,2004:3). Berdasarkan ruang lingkup ekonomi sebagaimana tersebut, maka Islam sebagai sebuah agama yang mengatur segala aspek kehidupan tentu saja mempunyai cara untuk berekonomi. Dalam kaitan ini Yusuf Halim al-Alim (1975) mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai : ilmu tentang hukum-hukum syariat aplikatif yang diambil dari dalil-dalil terperinci terkait dengan mencari, membelanjakan, dan cara-cara membelanjakan harta. “Definisi ini menunjukkan bahwa fokus kajian ekonomi Islam adalah

(33)

15 mempelajari perilaku muamalah masyarakat Islam yang sesuai dengan Al-Quran, as-Sunnah, Qiyas, dan Ijma‟ dalam memenuhi kebutuhan hidupnya untuk mencaro ridha Allah.

Diawali dari ontologis berupa Islam sebagai alasan kehidupan termasuk ekonomi, kemudian epistemologi yang digunakan adalah kaffah sebagai suatu sistem dalam instutusi keuangan dan terakhir adalah aksiologi yang lebih sederhana berupa penerapan dalam pengembangan institusi, yaitu adanya keseimbangan dari dua hal. Dalam aksiologi ini, hubungan tersebut selalu ada 2 hal yang merupakan hubungan antara fungsi horizontal dan struktur vertikal. Munculnya Islam membentuk konsep kaffah, yang memiliki dua sisi berdampingan secara fitrah. Dua hal ini di analogikan sebagai hal yang berbeda, seperti laki-laki dan perempuan, terang dan gelap (Aziz,2015). Sesuai al-Qu‟an surh Yasin (36) ayat 36 menyatakan 2 hal:

Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka

maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Q.S. Yasin:36)

Ditinjau dari aspek aksiologi, tujuan ekonomi Islam adalah bahwa setiap kegiatan manusia didasarkan kepada pengabdian kepada Allah dan dalam rangka melaksanakan tugas dari Allah untuk memakmurkan bumi, maka dalam berekonomi umat Islam harus mengutamakan keharmonisan dan pelestarian alam.

Kebahagiaan yang dikejar dalam Islam bukan semata-mata di dunia saja, tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Dengan demikian ilmu ekonomi Islam harus

(34)

16 mempunyai sistem ekonomi yang dapat memakmurkan bumi, mampu membahagiakan manusia baik selama hidup di dunia maupun di akhirat kelak. 2. Definisi Zakat

Zakat berati tumbuh, bertambah, dan memurnikan. Pembayaran zakat merupakan bentuk pemurnian dan penyucian harta yang tersisa (setelah dikurangi zakat) semata-mata untuk mencari Ridha Allah. Membayar zakat akan menambah keberkahan harta yang kita miliki, memberikan pahala, dan membebaskan kita dari dosa-dosa kita. Zakat merupakan sedekah wajib yang harus diambil dari setiap muslim yang berkewajiban zakat, untuk diberikan kepada yang berhak, ataupun untuk keperluan penegakan agama Islam itu sendiri.

Secara istilah zakat adalah sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat. Menurut hukum Islam (istilah syara‟), zakat adalah nama bagi suatu pengambilan tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al Hawiy). Secara lahiriah, zakat mengurangi nilai nominal (harta) dengan mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zhahir ini, hakikatnya akan bertambah dan berkembang (nilai intrinsik) yang hakiki disisi Allah Swt. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, transendental dn horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan umat manusia, terutama umat Islam. Zakat memiliki banyak hikmah, baik yang berkaitan dengan Allah maupun hubungan sosial kemasyarakatan di antara manusia, antara lain: menolong, membantu,

(35)

17 membina, dan membangun kaum dhuafa yang lemah papan dengan materi sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya. Dengan kondisi tersebut, akan mampu melaksanakan kewajibannya kepada Allah Swt, memberantas penyakit iri hati, rasa benci dan dengki dari diri orang-orang yang berkehidupan cukup, apalagi mewah. Sedang ia sendiri tidak memiliki apa-apa dan tidak ada uluran tangan dari mereka (orang kaya) kepadanya.

Zakat dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa (menumbuhkan akhlak mulia, menjadi murah hati, peka terhadap rasa kemanusiaan) dan mengikis sifat bakhil (kikir) serta serakah. Dengan begitu, akhirnya tercipta suasan ketenanan bathin yang terbebas dari tuntutan Allah Swt dan kewajiban kemasyarakatan, yang selalu melingkupi hati.

Mahzab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebahagian dari harta yang khusus yang telah mencapai nisab (batas kuantitas minimal yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Mazhab Hanafi mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebahagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syariat karena Allah. Menurut mazhab Syafa‟i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut mazhab Hambali, zakat itu hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok yang disyariatkan dalam Al-Quran.

Menurut Nawawi, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu “menambah banyak, membuat lebih berarti dan

(36)

18 melindungi kekayaan dari kebinasaan”. Sedangkan menurut Ibnu Taymiyah, jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih dan kekayaannya menjadi lebih bersih pula dan bertambah maknanya.

Dengan demikian, zakat merupakan kewajiban bagi seorang mukmin yang memenuhi syarat syariah Islam sebagai muzakki untuk mengeluarkan sebagian pendapatan atau harta guna diberikan kepada mustahik yang telah ditetapkan Syari‟ah Islam.

Mannan mendefinisikan zakat sebagai upaya untuk menyucikan yang menumpuk. (MA. Mannan, 1997:256) Zakat juga memiliki arti lain, yaitu Barakatu (keberkahan), Namaa (pertumbuhan dan perkembangan), al-Thaharatu (kesucian) dan al-Shalahu (keberesan). (Majma Lughah al-Arabiyah, 1972:396).

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah, yaitu bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang, dan bertambah, suci dan beres (baik). Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi pemerataan karunia Allah Swt sebagai fungsi sosial ekonomi sebagai perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, pembuktian persaudaraan Islam, pengikat persatuan umat, sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dengan miskin zakat, sarana membangun kedekatan antara yang kuat dengan yang lemah, mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera, rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan situasi yang tentram, aman lahir bathin. Dalam kehidupan masyarakat seperti itu tidak ada lagi kekhawatiran

(37)

19 hidupnya kembali bahaya komunisme sebab dengan fungsi ganda zakat, kesenjangan sosial yang dihadapi seperti kapitalisme maupun sosialisme dengan sendirinya akan terkikis menuju terciptanya tatanan sebuah masyarakat yang baldatun thoyibun wa Rabbun Ghafur.

Umat Islam adalah umat yang mulia, umat yang dipilih Allah untuk mengemban risalah, agar mereka menjadi khalifah di muka bumi. Tugas umat Islam adalah mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, tentram dan sejahtera. Oleh karena itu, Islam seharusnya menjadi rahmat bagi sekalian alam. (Bariadi, 2005, hal 6)

Kenyataan umat Islam, masih jauh dari kondisi ideal, karena belum optimsl dalam mengelola potensi yang ada (QS. Ar-Ra‟du : 11). Bila seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melmpah, dikembangkan secara baik, dipadukan potensi aqidah Islamiyah (tauhid), tentu akan memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin akan semakin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi semakin sedikit.

Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius adalah penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak dan shadaqah. Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw serta penerusnya di zaman keemasan Islam.

Potensi dana zakat dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang berdiri atas prinsip-prinsip ummatan wahidah (umat yang satu), musawamah (persamaan derajat, dan kewajiban), ukhuwah Islamiyah

(38)

20 (persaudaraan Islam) dan takaful ijti‟ma (tanggung jawab bersama). Zakat menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social distribution), dan keseimbangan tanggung jawab individu dalam masyarakat.

3. Dasar Hukum Zakat

Zakat dalam Al-Quran disebut sebanyak 82 kali. (M. Fuadz Baqi, tt) ini menunjukkan hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain:

a. “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat apapun yang diusahakan

oleh dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah,

susungguhnya allah maha mengetahui kegiatan apapun yang kamu

kerjakan”. (Al-Baqarah:110).

b. “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat daan menunaikan zakat, maka

(mereka itu) adalah saudara –saudaramu seagama. Dan kami menjelaskan

ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui”. (At-Taubah: 11)

c. “Sesungguhnya zakat diperuntukan itu, hanya kepada orang fakir, orang

miskin, pengurus zakat, para muallaf untuk (memerdekakan budak),

perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah

maha mengetahui lagi maha bijaksana”. (At-Taubah: 60)

d. “Dari Ibnu Abbas r.a ia berkata: Aku diberitahu oleh Abu Sufyan ra, lalu ia menyebutkan hadits Nabi Saw, ia mengatakan: “Nabi Saw menyuruh kita

mendirikan shalat, menunaikan zakat, silaturahmi (menghubungi keluarga)

dan ifaf (yakni menahan diri dari perbuatan buruk)”. (Bukhari II, 1993:

(39)

21 e. “Dari Abu Ayyub ra, bahwasanya seseorang kepada Nabi Saw:

“beritakanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan saya ke surga”. Ia berkata: “Apakah itu, apakah itu?” Nabi Saw bersabda: “Apakah keperluannya? Kamu menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya dengan

sesuatupun, kamu mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan

menyambung keluarga silaturahmi”. (Bukhari,1993).

f. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,

dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan yang

demikian itulah agama yang lurus” (QS. al-Bayyinah[98]: 5).

g. Rasulullah saw bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi

bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya;

mendirikan salat; melaksanakan puasa (di bulan Ramadan); menunaikan

zakat; dan berhaji ke Baitullah (bagi yang mampu)” (HR. Muslim).

4. Sumber-Sumber Zakat a. Emas dan Perak

Emas dan perak diwajibkan zakat, berdasarkan Firman Allah Swt dalam surat AT-Taubah ayat 34 yang artinya “Dan orang-orang yang membendaharakan emas dan perak, dan mereka tidak membelanjakan di jalan Allah maka khabarkanlah kepada mereka, bahwa mereka akan menderita azab yang pedih”.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda “Tidak ada seseorang

(40)

22 pun yang mempunyai emas dan perak yang dia tidak berikan zakatnya, melainkan pada hari kiamat dijadikan hartanya itu beberapa keping api neraka. Setelah dipanaskan, digosoklah punggungnya, dahinya, belakangnya dengan kepingan emas itu, setiap dingin dipanaskan kembali pada suatu hari yang lamanya 50 ribu tahun, sehingga Allah menyelesaikan urusan hamba-Nya.

Ayat dan hadits diatas menyatakan, bahwa mengeluarkan zakat emas dan perak wajib hukumnya. Emas dan perak yang wajib dizakati adalah emas dan perak yang sampai nishabnya dan telah cukup setahun dimiliki (cukup nishabnya), terkecuali jika emas dan perak yang baru didapati dari galian maka tidak disyaratkan cukup setahun. Emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya walaupun tidak sampai nishab, apabila emas dan perak tersebut diperdagangkan.

Adapun kadar zakatnya besarnya 2,5% di hitung dari nilai uang emas tersebut. Misalnya seseorang mempunyai 90 gr emas. Harga 1 gr emas 70.000. maka besarnya zakat yang dikeluarkan sebesar : 90 x 70.000 x 2,5% = 157.500.

Bila seorang wanita mempunyai emas 120 gr. Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan oleh wanita tersebut 120 gr – 15 gr = 105 gr. Bila harga emas 70.000 maka zakat yang harus dikeluarkan sebesar : 105 gr x 70.000 x 2,5% = 183.750

Keterangan :

(41)

23 b. Hewan Ternak

Hewan ternak amat banyak bentuk dan macamnya, akan tetapi tidak semua terkena wajib zakat. Yang terkena wajib zakat hanya hewan yang memberikan manfaat bagi manusia. Manfaat yang dimaksud tidak diperuntukannya, seperti kelelawar untuk obat asama dan yang sejenisnya, karena secara umum tidak semua orang berkenan menjadikannya obat. Akan tetapi, bermanfaat dalam arti umum, dapat dimakan, seperti unta, sapi, kambing, domba (biri-biri) dan sejenisnya. Adapun syarat-syarat binatang ternak adalah mencapai nishab, telah dimiliki satu tahun, digembalakan dan dipekerjakan, mencari makan sendiri dengan pengembalaan, jika diberi umpan, atau dipekerjakan, tidak wajib zakat padanya.

1) Zakat Unta

Sesuai ijmak ulama berdasarkan hadits shahih, nishab unta dan besar zakatnya dari jumlah 5 sampai 120 ekor dapat dilihat pada daftar berikut:

Tabel 2.1 Zakat Unta

Nishab Unta (Dari - Sampai)

Banyak Zakat Yang Wajib Dikeluarkan

5 – 9 Seekor kambing

10 – 14 2 ekor kambing

15 – 19 3 ekor kambing

20 – 24 4 ekor kambing

25 – 35 Seekor anak unta betina (berumur 1 tahun

lebih)

36 – 45 Seekor anak unta betina (berumur 2 tahun

lebih)

46 – 60 Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun

lebih)

61 – 75 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun

lebih)

76 – 90 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun

lebih)

91 – 120 3 ekor anak unta betina

(42)

24 2) Zakat Sapi

Pendapat yang masyhur dari mazhab empat bahwa nishab sapi 30 ekor, di bawah jumlah itu tidak ada zakatnya. Apabila jumlahnya sampai 30 ekor, maka zakatnya seekor anak sapi jantan atau betina (umur satu tahun). Apabila sampai jumlah 40 ekor zakatnya, seekor anak sapi betina (umur 2 tahun) sampai jumlah 59 ekor tidak ada tambahan. Apabila sampai 60 ekor zakatnya 2 ekor anak sapi jantan. Jumlah 70 ekor, zakatnya anak sapi betina (umur 2 tahun) dan anak sapi jantan (umur 1 tahun). Jumlah 80 ekor, zakatnya dua ekor anak sapi betina (umur 2 tahun) jumlah 90 ekor, zakatnya 3 ekor anak sapi jantan (umur 1 tahun) 100 ekor zakatnya seekor anak sapi betina (umur 1 tahun) dan 2 ekor anak sapi jantan (umur 1 tahun) jumlah 110 ekor, zakatnya 2 ekor anak sapi betina (umur 2 tahun) dan seekor anak sapi jantan (umur 1 tahun). Jumlah 120 ekor zakatnya 3 ekor anak sapi betina (umur 2 tahun) atau 3 ekor anak sapi jantan (umur 1 tahun).

3) Zakat Kambing Domba

Zakat kambing domba sebagai berikut : Tabel 2.2

Zakat Kambing Domba

Dari – Sampai Kadar Kewajiban Zakat

1 – 39 Tidak ada zakatnya

40 – 120 1 ekor kambing

121 – 200 2 ekor kambing

201 – 399 3 ekor kambing

400 – 499 4 ekor kambing

500 – 599 5 ekor kambing

Demikian setiap 100 ekor

zakatnya seekor kambing

(43)

25 c. Zakat Pertanian

Dasar wajib zakat pertanian bersumber dari al-Qur‟an dan al-Hadits. Salah satu ayat al-Qur‟an yang menjelaskan tentang hal itu terdapat dalam surat al-Baqarah 267 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian yang baik-baik dari perolehan kalian dan sebagian hasil-hasil yang kami keluarkan dari bumi untuk kalian”. Sedangkan hadits Nabi Muhammad Saw menjelaskan “Yang diari dari sungai atau hujan zakatnya 10%, sedangkan yang diairi dengan pengairan zakatnya 5%. d. Zakat Barang Tambang dan Hasil Laut

Barang tambang dan hasil laut wajib dikeluarkan zakatnya, pendapat ini berdasarkan mazhab Hambali. Menurut mazhab ini tidak ada bedanya antara barang tambang padat dengan barang tambang cair, juga tidak ada bedanya antara yang diolah dengan yang tidak. Besar zakat barang tambang adalah 20% atau 2,5%.

e. Zakat Investasi

Zakat invetasi adalah zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi. Diantara bentuk usaha yang masuk investasi adalah bangunan atau kantor yang disewakan, saham, rental mobil, rumah kontrakan, investasi pada ternak atau tambak dll. Dengan pengertian lain zakat investasi adalah hasil kekayaan yang wajib zakat atas materinya, dikenakan bukan karena diperdagangkan, tetapi mengalami pertumbuhan yang memberikan penghasilan dan lapangan usaha kepada pemiliknya, dengan menyewakan materinya itu atau menjual produksinya.

(44)

26 Dilihat dari karakteristik investasi, biasanya modal tidak bergerak dan tidak terpengaruh terhadap hasil produksi, maka zakat investasi lebih dekat dengan zakat pertanian. Pendapat ini diikuti oleh ulama modern seperti Yusuf Qordhawi, Muhammad Abu Zahrah, Abdul Wahab Khalaf, Abdurrahman Hasan dll.

Dengan demikian zakat investasi dikeluarkan pada saat menghasilkan, sedangkan modal tidak dikenai zakat. Pertama, kekayaan yang dipungut zakatnya dari pangkal dan pertumbuhannya, yaitu dari modal dan keuntungan investasi, setelah setahun besarnya zakatnya 2,5%. Kedua, kekayaan yang dipungut zakatnya dari hasil investasi dan keuntungannya saja pada saat keuntungan itu diperoleh tanpa menunggu masa setahun, baik modal itu tetap, seperti tanah pertanian, zakatnya adalah 10% atau 5%. f. Zakat Profesi

Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam. Pertama, pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. Kedua, pekerjaan yang dikerjakan pihak lain, baik pemerintah, perusahaan, maupun perorangan dengan memperoleh upah pencarian yang dimiliki profesi yang dimiliki seseorang. Bentuk-bentuk penghasilan dengan bentuknya yang modern, volumenya yang besar, dan sumbernya yang luas, merupakan sesuatu yang belum dikenal oleh para ulama fikih pada masa silam.

g. Zakat Hadiah dan Sejenisnya

Pada masa sekarang banyak sekali bentuk hadiah, baik yang diberikan perseorang, maupun perusahaan terutama ketika masa promosi suatu

(45)

27 produk. Tidak hanya itu, Pegawai Negeri Sipil (PNS)pun menerima hadiah dalam bentuk THR ketika menjelang hari raya idul fitri, demikian pula dengan karyawan para perusahaan-perusahaan besar. Menurut sebagian ulama jika hadiah tersebut diterima dan besarnya sama dengan penghasilannya selama ia bekerja selama 1 bulan, maka ia terkena wajib zakat 2,5%.

Biasanya perusahaan swasta memberikan presentase dari hasil keuntungan kepada pegawai mereka. Komisi semacam ini juga terkena wajib zakat, pertama jika komisi dari hasil presentase keuntungan dari perusahaan, maka zakat yang dikeluarkan sebesar 10% (sama dengan zakat pertanian), kedua, jika komisi dari hasil profesi seperti makelar dan sejenisnya, maka digolongkan dengan zakat profesi.

Selain hadiah ada juga dalam bentuk hibah. Kalau seseorang menerima hibah tidak diduga-duga sebelumnya maka ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 20%. Akan tetapi jika sudah ditahui sebelumnya, maka sebesar zakat 2,5%.

h. Zakat Perdagangan

Fikih Islam memberikan perhatian besar dalam menjelaskan perincian zakat, supaya para pedagang muslim mengetahui dengan jelas zakat yang dikenakan atas kekayaan mereka. Seseorang yang memiliki kekayaan perdagangan, masanya sudah berlalu setahun, dan nilainya sudah sampai nishab pada akhir tahun, maka ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5%, dihitung dari modal dan keuntungan, bukan keuntungan saja. Dalam

(46)

28 haditsnya Nabi Muhammad Saw menyatakan “Rasulullah Saw memerintahkan kami mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan untuk berdagang.” (HR. Abu Dawud)

Ketentuan zakat perdagangan:

1) Berjalan satu tahun (haul), pendapat Abu Hanifah lebih kuat dan realistis yaitu dengan menggabungkan semua harta perdagangan pada awal dan akhir pada satu tahun kemudian dikeluarkan zakatnya

2) Zakat nishab perdagangan sama dengan nishab emas yaitu senial 85 gr emas

3) Kadarnya zakat sebesar 2,5%

4) Dapat dibayar dengan uang atau barang

5) Dikenakan pada perdagangan ataupun perseroan

6) Perhitungan : (Modal diputar + Keuntungan + piutang yang dicairkan) – (hutang + kerugian) x 2,5%

i. Zakat Perusahaan

Zakat perusahaan hampir sama dengan zakat perdagangan dan investasi. Bedanya dalam zakat perusahaan bersifat kolektif. Dengan kriteria sebagai berikut :

1) Jika perusahaan bergerak dalam bidang usaha perdagangan maka perusahaan tersebut mengeluarkan harta sesuai dengan aturan zakat perdagangan. Kadar zakat yang digunakan adalah sebesar 2,5%

2) Jika perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi maka zakat yang dikeluarkan sesuai denganaturan zakat investasi atau pertanian.

(47)

29 Dengan demikian zakat perusahaan dikeluarkan pada saat menghasilkan, sedangkan modal tidak dikenai zakat. Kadar zakat yang dikeluarkan sebesar 5% untuk penghasilan kotor atau 10% untuk penghasilan bersih.

Catatan:

Bila dalam perusahaan tersebut ada penyertaan modal dari pegawai non muslim, maka perhitungan zakat setelah dikurangi kepemilikan modal atau keuntungan dari pegawai non muslim.

5. Syarat Wajib dan Sahnya Zakat

Agama Islam dengan segala aturan syar‟i yang ditetapkannya tidak serta merta dapat dilakukan. Rukun Islam dan rukun Iman yang sudah jelas sekalipun harus dilaksanakan dengan syarat dan rukun yang juga ditetapkan syariat, termasuk dalam pelaksanaan zakat. Zakat yan menjadi bagian dari rukun Islam. Memiliki ketentuan syaratdan rukun, berikut penjelasannya. a. Syarat wajib zakat

Zakat mempunyai beberapa syarat wajib dan sah dalam pelaksanaannya. Menurut kesepakatan ulama, syarat wajib zakat dalam Islam, merdeka, baligh, berakal, kepemilikan harta yang penuh, mencapai nishab dan mencapai haul.

1) Islam

Zakat fitrah diwajibkan kepada seluruh umat Islam, tanpa terkecuali, sedangkan zakat mal (harta) hanya diwajibkan kepada mereka yang mampu dan sudah memenuhi syarat dan rukun yang telah ditetapkan.

(48)

30 2) Merdeka

Zakat tidak wajib atas hamba sahaya, karena mereka tidak memiliki hak milik.

3) Baligh dan Berakal

Baligh diartikan para fuqoha adalah sudah sampai umur dewasa, artinya sudah mengerti dan paham dengan harta yang dimilikinya. Sedangkan berakal, artinya tidak dalam keadaan hilang akal alias gila. 4) Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati

Islam mengatur harta-harta mana saja yang wajib dizakati. Artinya tidak semua harta terkena wajib zakat, atau tidak semua jenisa harta terkena wajib zakat, melainkan ada ketentuan dan syaratnya.

5) Telah mencapai nishab

Nishab adalah batas minimal wajib zakat pada harta yang wajib dizakati.

6) Milik penuh

Yang dimaksud dengan milik penuh adalah harta yang dimiliki secara utuh dan berada ditangan sendiri.

7) Kepemilikan harta telah mencapai setahun

Harta yang wajib dizakati telah mencapai satu tahun. 8) Tidak dalam keadaan berhutang

Apabila seseorang memiliki harta, dan secara syarat dan rukun zakat sudah dapat dilakukan, akan tetapi yang bersangkutan masih memiliki

(49)

31 hutang, maka ia tidak terkena wajib zakat sebelum melunasi hutangnya sebelum mengeluarkan zakat.

b. Syarat sah pelaksanaan zakat 1) Niat

Islam menjadikan niat sebagai syarat utama dan pertama yang harus diucapkan dalam melaksanakan semua ibadah, termasuk dalam melaksanakan zakat.

2) Tamlik

Tamlik menjadi syarat sahnyapelaksanaan zakat, yaitu harta zakat yang diserahkan mustahik.

6. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat

Islam sudah mengatur siapa siapa saja yang berhak menerima zakat. Golongan ini dikenal dengan istilah ashnaf delapan, sebagaimana firman Allah Swt dalam surat at-taubah ayat 60 yaitu fakir, miskin, amilin, riqab, gharimin, sabilillah dan ibn sabil.

a. Fakir

Orang yang tergolong fakir adalah orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga serta fasilitas yang dapat digunakan sebagai alat utuk memenuhi kebutuhan pokok/dasarnya.

(50)

32 Secra umum orang miskin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mendapatkan biaya hidup, tetapi tidak cukup kebutuhan hidupnya dan dalam kekurangan.

c. Amil

Orang yang diangkat oleh pemerintah (imam) untuk mengumpulkan dana dan mendistribusikan zakat kepada orang yang berhak menrimanya.

d. Muallaf

Orang yang dijinakan hatinya dengan tujuan agar mereka berkenan memeluk Agama Islam atau agar tidak mengganggu umat Islam atau agar mereka tetap dan mantap hatinya dalam Islam atau dari kewibawaan mereka akan menarik orang non muslim untuk memeluk agama Islam. e. Riqab

Riqab adalah budak (hamba) yang diberikan kesempatan oleh tuannya mengumpulkan harta untuk menebus/membeli kembali dirinya dari tuannya.

f. Gharimin

Yang termasuk kategori ghorim adalah orang yang berhutang untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.

g. Fisabilillah

Orang yang mempertahankan dan memperjuangkan agama Allah yang meliputi pertahanan Islam dan kaum muslimin.

(51)

33 Orang yang sedang dalam perjalanan (musafir). Yang dimaksud dalam perjalanan disini bukan untuk maksiat, melainkan perjalanan untuk menegakkan agama Allah Swt.

7. Hikmah Menunaikan Zakat

Banyak hikmah yang terkandung dengan diwajibkannya zakat. Hikmah tersebut tidak hanyak kepada mereka yang menunaikan atau yang menerima, tetapi kepada banyak komponen, diantaranya:

a. Perwujudan iman kepada Allah Swt, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup,sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki. b. Zakat mendidik berinfaq dan memberi

Sebagaimana halnya zakat mensucikan jiwa si muslim dari sifat kikir ia pun mendidik agar si muslim mempunyai rasa ingin memberi, menyerahkan dan berinfaq.

c. Berakhalak dengan akhlak Allah Swt

Manusia apabila sudah suci dari kikir dan bathil dan sudah siap untuk memberi dan berinfak, akan naiklah ia dari kotoran sifat kikirnya.

d. Zakat mengobati hati dari cinta dunia

Zakat dari segi lain, merupakan suatu peringatan terhadap hati akan kewajibannya kepada tuhannya dan kepada akhirat serta merupakan obat. Agar hati jangan tenggelam kepada kecintaan akan harta dan kepada dunia secara berlebih-lebihan.

(52)

34 e. Zakat menarik rasa simpati/cinta

Zakat, mengingat antara orang kaya dengan masyarakatnya, dengan ikatan yang kuat, penuh dengan kecintaan, persaudaraan dan tolong menolong. f. Karena zakat merupakan hak bagi mustahik dan berfungsi untuk

menolong, membantu dan membina mereka terutama golongan fakir dan miskin, kearah kehidupan yang lebih baikdan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah Swt, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan rasa iri, dengki dan hahasa yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika melihat golongan kaya yang berkecukupan hidupnya.

g. Membangun harmonisasi hubungan antara orang kaya dan orang miskin. h. Membersihkan harta.

i. Menumbuhkan keberkahan pada harta yang dizakati. B. Iman

1. Definisi Iman

Iman menurut bahasa adalah pembenaran, sedangkan secara istilah iman adalah keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan oleh lisan dan dimanifestasikan oleh amalan/tindakan.

Pembenaran dengan penuh keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai segala yang datang dari Allah dan Rasul-NyaIman secara harfiah diartikan dengan rasa aman (al-aman) dan kepercayaan (al-almanah). Orang yang beriman berarti jiwanya merasa tenang dan sikapnya penuh keyakinan dalam

(53)

35 menghadapi semua problem hidup. Rasa aman dan keyakinan tersebut didapatkan dari kepercayaannya terhadap sesuatu yang ghoib, memiliki kekuatan dan kekuasaan yang melebihi dirinya, serta dianggap mampu mengendalikan dan mempengaruhi kehidupan jiwa manusia. Dia adalah tuhan alam semesta .

Iman menurut pandangan barat adalah suatu cara manusia bersandar atau berserah diri serta menemukan atau memberikan makna terhadap kondisi atau keadaan hidupnya. Iman juga diartikan sebagai cara kita mengerti dan memandang berbagai keaadaan hidup kita dalam kaitannya dalam gambaran-gambaran yang kurang lebih bersifat sadar tentang suatu lingkungan akhir. Iman memiliki dimensi sosial atau relasional bersifat triasik atau tiga serangkai, yaitu meliputi kepercayaan dan kesetiaan kita terhadap orang lain dalam komunitas kita serta terhadap pusat-pusat nilai dan kekuasaan akhir yang bersama-sama kita yakini.

2. Pembagian Iman a. Iman kepada Allah

Mempercayai Allah dengan sesungguhnya. b. Iman kepada Malaikat

Keyakinan bahwa Allah menciptakan malaikat yang selalu taat kepadanya yang bertugas untuk melaksanakan perintahnya.

c. Iman kepada kitab suci

Keyakinan bahwa Allah menurunkan kitab suci kepada Rasul Allah melalui malaikatnya untuk menjelaskan kebenaran.

(54)

36 d. Iman kepada Rasul

Keyakinan bahwa Allah mengutus para Rasul dari kalangan manusia sendiri yang bertugas membimbing manusia kearah yang benar.

e. Iman kepada hari akhir

Keyakinan bahwa kehidupan manusia dan alam semesta ini akan hancur dan ada akhirnya. Kemudian akan beralih ke alam yang abadi.

f. Iman kepada qadla/qadar

Keyakinan bahwa segala sesuatu terjadi atas hukum, perintah dan kehendak Allah berdasarkan batasan dan ukurannya.

3. Terbentuknya Iman

 Mengenal eksistensi Allah melalui dalil kauniyah; Astronomi, flora, fauna, manusia, dll.

 Mengenal seksistensi Allah melalui dalil fitrah;

1) Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengetahui kebenaran dengan potensi yang dimilikinya.

2) Keyakinan harus bulat dan sepenuh hati.

3) Keyakinan harus mendatangkan rasa damai dan ketangan batin yang meyakininya.

4. Pengaruh Keimanan Dalam Kehidupan  Menimbulkan rasa aman, tidak khawatir.  Menimbulkan pengharapan, pendorong.  Memperoleh ketenangan jiwa.

(55)

37  Memperkenankan panggilan fitrah manusia (mengenal dirinya dan

penciptanya).

 Mengetahui kejadian alam semesta.  Terbebas dari siksaan dan keragu-raguan.  Perasaan terbuka dan lapang.

 Merasakan hidup bersahabatbersama nabi dan orang-orang baik. C. Pendidikan

1. Definisi Pendidikan

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi –potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita – cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan . Lembaga – lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Fuad, 2005).

Driyarkara mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ketaraf insani itulah yang disebut mendidik. Menurut Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa (Abu, 2003).

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke generasi yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi,

(56)

38 pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Tirtarahardja et al., 2005).

Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri (zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi. Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-latihan, dan pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan lingkungan pendidikan (Tirtarahardja et al., 2005).

Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan pengembangan fisik (Tirtarahardja, 2005).

2. Memahami Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan yang luas itu dianalisis sampai ke tingkat operasional khusus. Tujuan pendidikan inilah yang disebut tujuan instruksional khusus (TIK).

Gambar

Tabel 2.1  Zakat Unta  Nishab Unta

Referensi

Dokumen terkait

Abstract : Beton adalah bahan yang diolah yang terdiri dari semen, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambahan lainnya. Kuat tekan beton sangat

Pembelajaran yang Efektif dan Produktif”, Makalah disampaikan dalam Lokakarya Penyusunan Kurikulum dan Pembelajaran Inovatif di Fakultas Teknologi Pertanian Univesitas

Jika Anda menulis sebuah modul, pelajaran atau bagian baru, dengan dukungan sponsor, Anda harus menyertakan pesan pendek sponsor yang menjadi pilihan mereka. Nama sponsor harus

The Open Geospatial Consortium (OGC) is an international not for profit voluntary industry 

Hasil yang diperoleh yaitu 90% siswa tidak pernah diberikan variasi latihan kombinasi tendangan A, T, C, terdapat 95% siswa yang menyatakan tidak menguasai

pembentuk identitas nasional Indonesia, 18 diantaranya pertama, suku bangsa adalah kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari. kesatuan sosial lain berdasarkan

Menurut Pendekatan Pengeluaran , PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (2) pengeluaran konsumsi akhir

Chapter 4 , Taking Control of Reactivity, Inputs, and Outputs , covers advanced Shiny features, such as showing and hiding elements of the UI, reactive UIs, using client data in