• Tidak ada hasil yang ditemukan

Information System Strategic Design. 7 Rekayasa Bisnis. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Information System Strategic Design. 7 Rekayasa Bisnis. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Information System Strategic Design

7

Rekayasa Bisnis

(2)
(3)

Tekonologi informasi juga merupakan Pemampu untuk melakukan

peruabahan-perubahan di organisasi. Rancangan perubahan yang

tepat dengan teknologi yang tepat dapat menghasilkan suatu

kompetensi berorganisasi.

Istilah menajemen perubahan (change management) menunjukkan

bahwa manajemen harus mampu mengelola perubahan-perubahan

dengan efektif (Pearlson dan Saunders, 2004).

Bab ini akan membahas bagaimana teknologi informasi dapat

digunakan untuk mentransformasikan proses-proses bisnis supaya bisnis

mendapatkan keuntungan kompetitif.

(4)

DEFINISI REKAYASA BISNIS

Rekayasa bisnis (business reengineering) dapat didefinisikan

sebagai perubahan yang radikar dari proses-proses bisnis

untuk mencapai perbaikan-perbaikan yang drastis.

Perubahan radikal yang dapat dilakukan adalah

1) perubahan mendasar cara berpikir dan

2) perubahan radikal dari rancangan dan cara kerja

proses-proses bisnis.

(5)

Menurut Hammer (1990) rekayasa bisnis memerlukan

penghentian pemikiran lama (discontinuous thinking) dengan

cara menyadari dan kemudian membuang aturan-aturan dan

asumsi-asumsi dasar yang sudah usang yang mendasari

operasi-operasi.

Lebih lanjut Hammer (1990, hal.4) mengatakan "jika kita tidak

merubah semua aturanaturan usang ini, kita hanya sekedar

merubah letak dari bangku-bangku di kapai Titanic. Kita tidak

dapat mencapai terobosan-terobosan kinerja hanya dengan

memotong lemak atau mengotomatisasikan proses-proses yang

sudah ada. Akan tetapi, kita harus menantang asumsi-asumsi

lama dan menggeser semua aturan-aturan lama yang membuat

bisnis mempunyai kinerja rendah dari awalnya.

(6)

Sedang yang dimaksud dengan proses-proses bisnis adalah

kumpulan dari aktivitas-aktivitas yang merubah satu atau dua

input menjadi output yang mempunyai nilai bagi yang

menggunakannya. Proses-proses bisnis ini misalnya adalah

proses menerima order penjualan, memproses order

penjualan, menyetujui kredit, mempersiapkan dan

mengirimkan barang dan sebagainya.

(7)

TEKANAN-TEKANAN

MELAKUKAN REKAYASA BISNIS

Menurut Hammer dan Champy (1999), rekayasa proses-proses

bisnis diperlukan karena adanya tekanan-tekanan dari tiga C,

yaitu

1. customer (pelanggan),

2. competition (kompetisi) dan

3. change (perubahan).

(8)

KARAKTERISTIK DARI REKAYASA

PROSES-PROSES BISNIS

Menurut Hammer dan Champy (7993), rekayasa proses-proses bisnis mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini.

1. Rekayasa proses-proses bisnis diiakukan dengan menggabung beberapa pekerjaan menjadi satu.

2. Karyawan-karyawan diberi wewenang untuk mengambil keputusan. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari pekerjaan. Proses ini disebut dengan pemberiaan kekuasaan kepada karyawan-karyawan (empowerment of employees).

3. Langkah-langkah dari proses bisnis dilakukan dengan urutan yang semestinya, tetapi beberapa pekerjaan dapat dilakukan secara bersamaan.

4. Proses-proses mempunyai versi berganda. Disatu sisi, ini memungkinkan dilakukannya skala ekonomis untuk memperoleh produksi masal dan disisi lain dapat dilakukan kustomisasi

produk dan jasa.

5. Pekerjaan-pekerjaan .dapat dilakukan di tempat-tempat yang dipandang beralasan, termasuk di tempat-tempat pelanggan atau pemasok, sehingga pekerjaan-pekerjaan dapat digeserkan keluar dari organisasi bahkan keluar dari batas negara.

6. Pengendalian dan pengecekan dan pekerjaan-pekerlaan tambahan lairLnya yang tidak memberikan nilai tambah diminimalkan.

7. Rekonsiliasi diminimalkan dengan memotong jumlah titik-titik kontak di luar organisasi dengan cara menciptakan kerja-kerja sama bisnis.

8. Suatu titik kontak tunggal disediakan untuk pelanggan, sehingga pelanggan dapat mengontak ke organisasi dengan cepat dan mudah.

(9)

PERBEDAAN PROSES

KONVENSIONAL DENGAN BPR

Perbedaan dari proses konvesional dan bushrcss process reengineerirzg (BPR) tampak pada tabel

berikut ini.

Proses Konvensional

BPR

Departemen – departemen konvesional Proses oleh team

Tugas-tugas sederhana (pembagian kerja) Karyawan-karyawan diberi wewenang Dikendalikan oleh orang-orang (manajemen) Pekerjaan multidimensi

Pelatihan untuk pekerja-pekerja Pendidikan untuk pekerja-pekerja Kompensasi berdasarkan keahlihan dan waktu

yang digunakan Kompensasi berdasarkan hasil

(10)

Proses Konvensional

BPR

Kenaikan berdasarkan kemampuan

Kenaikan berdasarkan kinerja

Kultur organisasi protektif

Struktur organisasi produktif

Manajer-manajer mengawasi dan

mengendalikan

Manajer-manajer mengarahkan dan

menasehati

Struktur organisasi berjenjang

Struktur organisasi horizontal dan

datar

Eksekutif sebagai pencatat nilai

Eksekutif sebagai pemimpin

Pemisahan tugas-tugas dan

fungsi-fungsi

Team-team lintas fungsional

Proses-proses linier dan urut

Proses-proses pararel

Produksi masal

Kustomisasi masal

PERBEDAAN PROSES

(11)

Contoh dari BPR adalah yang dilakukan oleh pemerintah federal Amerika Serikat.

Pemerintah federal ini menggunakan teknologi informasi untuk mengurangi birokrasi

dan meningkatkan pelayananpelayanan publik. Untuk maksud ini, suatu team

dibentuk dengan nama NPR (National Performance Review).

Pemerintahan perlu diperbarui karena sudah dianggap sangat lambat untuk

berubah. Diharapkan dengan dukungan dari Presiden dan perkembangan teknologi

yang pesat, team ini akan sukes melakukan tugasnya. Team ini bertugas membangun

suatu egovernment (electronic-goverrunent). Team ini menggambarkan suatu sistem

pemerintahan elektronik (erectronic government systems) sebagai suatu agensi maya

(virtual agency) yaitu informasi akan dipakai bersama-sama di seluruh

pemerintahan. Departemen pertanian misalnya dapat mendistribusikan

perangko-perangko makanan (food stamps), kupon-kupon untuk orang rniskin yang dapat

ditukarkan makanan di pasar swalayan, secara elektronik.

PERBEDAAN PROSES

(12)

PERAN PEMAMPU

TEKNOLOGI INFORMASI

Teknologi informasi mempunyai julukan sebagai pemampu (enabler). Sebagai pemampu, teknologi informasi dapat digunakan untuk melakukan BPR dan membuatnya berhasil. Teknologi informasi mampu merubah kondisi larna yang konvensional menjadi kondisi baru berupa BPR seperti tampak pada tabel berikut ini.

Kondisi lama Penggunaan Teknologi Kondisi Baru

Informasi muncul di suatu tempat pada

saat yang sama Basis data yang digunkan bersama-sama, arsitektur clientserver, surat elektronik

Informasi dapat muncul serentak jika dibutuhkan

Hanya ahli yang dapat melakukan

pekerjaan rumit System-sistem pakar, ANN Orang biasa dapat melakukan pekerjaan rumit Bisnis harus salah satu terpusat atau

tersebar Telekomunikasi dan jaringan, clientserver Bisnis dapat baik terpusat atau tersebar Manajer-manajer yang mengambil semua

keputusan DSS, system pendukung keputusan enterprise, system pakar Penagambilan keputusan adalah bagian dari pekerjaan setiap orang Personel lapangan membutuhkan

tempat-tempat untuk menerima,

mengirim, menyimpan dan memproses informasi

Komunikasi nirkabel dan computer portable, surat elektronik

Personel lapangan dapat mengolah informasi dari lokasi manapun

Kontak terbaik dengan pembeli potensial

(13)

Hasil yang diperoleh dari BPR

1. System teknologi informasi dapat mendukung perubahan-perubahan

di struktur organisasi.

2. Sistem teknologi informasi mendukung perubahan perubahan di

proses bisnis.

3. Sistem teknologi informasi mendukung pengurangan waktu ke pasar.

4. Sistem teknologi informasi mendukung organisasi berpusat pada

pelanggan.

5. Sistem teknologi informasi meningkatkan wewenang kepada

pekerja-pekerja.

6. Sistem teknologi informasi meningkatkan program-program TQM.

PERAN PEMAMPU

(14)

KEGAGALAN BPR

Tidak semua BpR dapat dilakukan dengan baik dan berhasil. Kenyataannya adalah

sebaliknya. Banyak BPR mengalami kegagalan. Ternyata melakukan perubahan radikal di

bisnis bukan merupakan tugas yang mudah. Tingkat kegagalan BPR mencapai 75-85%.

Banyak riset mencoba menentukan mengapa perusahaan gagal melakukan proses rekayasa

ulang ini.

Kegagalan BPR banyak disebabkan hal-hal sebagai berikut ini.

1. Tidak mampu menyelaraskan BPR dengan system teknologi informasi.

2. Biaya sangat mahal yang tidak dapat dikendalikan.

3. Kurangnya dukungan manajemen senior pada waktu yang tepat. Beberapa studi

mengusulkan sekitar 50% dari waktu manajer senior perlu diberikan untuk

mendukung perubahan radikal jika tidak ingin gagal.

4. Kurangnya program sosialisasi. Perubahan radikal akan menakutkan

pekerja-pekerja yang merasa akan kehilangan pekerja-pekerjaannya atau akan digeser ke

pekerjaan yang kurang sesuai dengan keinginannya. Kurangnya sosialisasi dan

informasi yang benar tentang program ini dan dampak positipnya akan membuat

karyawan-karyawan enggan untuk melakukan perubahan (resistance to change)

atau bahkan menolak perubahan.

(15)

PERUBAHAN RADIKAL

Rekayasa ulang memang memerlukan perubahan yang radikal. Akan tetapi tidak selalu perubahan radikal dapat dilakukan dengan efisien dan efektif. Perubahan radikal yang diterapkan bukannya tanpa risiko yang harus dipertimbangkan. Jika risikonya kecil dan dapat diantisipasi dan diatasi dengan baik, perubahan radikal memang perlu dilakukan di proses rekayasa ulang. Akan tetapi sebaliknya jika risiko yang mungkin terjadi besar, perubahan radikal perlu dipikirkan kernbali.

Hamel (2001) juga berargumentasi bahwa perubahan radikal yang tidak tepat akan

mendistorsi proses rekayasa ulang sebagai berikut ini:

1. Perusahaan harus memutuskan akan menerapkan perubahan radikal atau perubahan

meningkat (incremental).

2. Jika melakukan perubahan radikal, perusahaan tidak boleh meninggalkan sesuatu di masa

lalu yang mempunyai kompetensi,

3. Perubahan radikal harus dihindari jika risikonya sangat besar.

4. Perubahan radikal tidak mempunyai tempat di perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan

dengan sangat baiknya dari hari ke hari.

(16)

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Total quality management (TQM) merupakan suatu konsep bahwa semua

karyawan di organisasi menganggap kualitas merupakan bagian dari

tanggung-jawab mereka sehari-hari.

Terdapat beberapa definisi dari TQM. Salah satu definisi yang umum adalah

TQM merupakan filosopi manajemen terfokus untuk menyediakan

kepemimpinan (leadership), pelatihan dan motivasi untuk secara

terus-menerus meningkatkan manajemen organisasi dan proses-proses berorientasi

produk untuk memuaskan pelanggan-pelanggan internal dan eksternal.

(17)

TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Perbedaan antara TQM dengan program kualitas lainnya adalah sebagai berikut ini.

1. TQM berfokus pada proses bukan pada produknya.

2. TQM berfokus pada pencegahan daripada inspeksi.

3. TQM melibatkan semua karyawan pada semua tingkatan organisasi daripada hanya

pada karyawan di produksi saja.

4. TQM berorientasi pacla komitmen jangka panjang daripada komitmen jangka pendek

untuk kepuasan pelanggan.

5. TQM berlandaskan pada peningkatan terus menerus (continuous improvement)

daripada peningkatan sesaat.

Tujuan dari penerapan TQM adalah sebagai berikut

Dihasilkan kinerja yang bebas-rusak (defect-free) atau rusak nol (zero defect).

Skedul yang tepat waktu.

Pengurangan waktu siklus.

Biaya lebih rendah.

(18)

KONSEP HUBUNGAN MANUSIA

DI TQM

TQM menerapkan konsep hubungan manusia dalam bentuk sebagai

berikut ini:

1. Manusia bekerja dalam bentuk team bukan secara individual.

2. Pekerja untuk semua tingkatan diberi wewenang (empowerment)

untuk memutuskan sesuatu.

3. Pemasok dianggap sebagai partner kerja yang baik.

4. Gaya kepemimpinan adalah pengarahan (coaching) .

5. Pelatihan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan

keahlian manusia.

(19)

Supaya konsep hubungan manusia di TQM berjalan dengan baik, maka manajemen puncak

harus dapat mendukungnya. Peranan manajemen yang harus dilakukan adalah sebagai

berikut ini:

1. Manajemen harus dapat mengembangkan, mendukung dan

mengkomunikasikan visi dari TQM.

2. Memberi wewenang kepada karvawan-karyawan untuk melakukan proses

dengan disiplin.

3. Mendukung karyawan dengan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan untuk

melakukan tugasnya

4. Melakukan pelatihan-pelatihan terhadap karyawan untuk meningkatkan

keahlian mereka.

5. Menyediakan dukungan dan fasilitas untuk meningkatkan produktivitas

team.

6. Menerapkan kultur baru yang mendukung perubahan-perubahan menerus.

KONSEP HUBUNGAN MANUSIA

(20)

ALAT-ALAT DAN TEKNIK DI TQM

TQM merupakan proses berdisiplin tinggi yang menggunakan metodologi tertentu. Karena

berdasarkan metodologi tertentu, TQM menggunakan beberapa alat-alat dan teknik yang

disarankan di metodologi tersebut. Alat-alat dan teknik yang digunakan misalnya adalah

sebagai berikut ini:

1. Benchmarking, yaitu standar kualitas yang digunakan untuk membandingkan dengan

kualitas barang jasa yang diproduksi.

2. Diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram) atau juga dikenal dengan nama

diagram tulang-ikan (fishbone diagram).

3. Pengendalian proses secara statistik, misalnya pengukuran penyimpangan dengan

deviasi standar.

4. Teknik grup nominal.

5. Pembangunan team (team building).

6. Diagram pareto.

(21)

HUBUNGAN TQM DENGAN BPR

Pelanggan mengganggap kualitas sebagai sesuatu yang wajib. Pelanggan tidak akan menerima barang yang tidak berkualitas. Mereka hanya mau menerima barang yang berkualitas baik dan mereka akan memilih yang

berkualitas kelas dunia. Supaya mempunyai keunggulan kornpetitif, perusahaan harus dapat meloncat ke kualitas yang jauh kedepan dengan melakukan rekayasa ulang (reengineering) melalui perubahan yang radikal.

Persamaan antara TQM dan reengineering adalah sama-sama berfokus pada

kepuasan pelanggan dan membutuhkan kepimpinan yang kuat, berpikir ke depan dan konsisten dari manajemen puncak. TQM dan reengineering juga mempunyai perbedaan. TQM dilakukan dengan

perbaikan yang terus menerus (continuous improvement) terhadap kualitas barang-barang atau jasa. Reengineerlng

dilakukan dengan perubahan yang radikal.

Umumnya organisasi menerapkan TQM terlebih dahulu dan melakukan business process reengineering (BPR) jika

TQM TQM TQM BPR BPR Dampak di kualitas

(22)

TIGA R DI BPR

Tahapan-tahapan kunci dari rekayasa ulang dihubungkan dengan

3R, yaitu

redesign, retool dan reorchestrate

. Masing-masing

tahapan ini dijelaskan sebagai berikut ini:

Redesign

Redesign merupakan perubahan mendasar dari proses-proses organisasi. Redesign dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut ini.

Challenging.

Merubah sesuatu yang sakral yang dulunya dianggap tidak boleh dirubah. Sebagai contoh adalah tantangan untuk menghilangkan sediaan di proses produksi dengan konsep just-in-time. Sebelumnya konsep ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin karena secara logika perusahaan

membutuhkan gudang dan sediaan supaya proses produksi dapat menjadi lancar. Dengan adanya sistem teknologi informasi, konsep ini yang dulunya tidak mungkin diterapkan dapat menjadi mungkin diterapkan.

Eliminating.

Setelah menantang (challenging) proses-proses organisasi, proses berikutnya yang perlu dilakukan adalah mengeliminasi (eliminating) langkah-langkah yang tidak perlu. Sebagai contohnya adalah di proses order secara on-line, proses persetujuan kredit secara manual dapat dieliminasi.

Flattering.

Flatteing merupakan kegiatan meratakan tingkatan manajemen yang sangat berjenjang atau

berhirarki tinggi menjadi lebih datar. Tujuannya adalah supaya lebih responsif dengan alur tanggung-jawab dan pengendalian yang lebih pendek.

(23)

Simplifying.

Menyederhanakan (simplifying) adalah kegiatan menyerdehanakan proses hubungan-hubungan yang terjadi, misalnya hubungan dengan pelanggan, hubungan dengan pemasok atau hubungan dengan organisasi lainnya. Contohnya adalah McKesson Drug Co. yang menyediakan terminal kepada pelanggannya, sehingga proses order dari pelanggan menjadi lebih mudah dan sederhana.

Standardizing.

Standardizing adalah kegiatan mencapai keseragaman di proses-proses organisasi. Dengan proses yang seragam yang terstandarisasi akan dicapai banyak manfaat, yaitu pengendalian proses akan lebih baik, keahlian staff menjadi lebih baik dengan akibat pelayanan kepada pelanggan akan menjadi lebih baik.

Paralleling.

Paralleling adalah melakukan proses-proses di organisasi secara serentak tidak proses demi proses. Jika dimungkinkan dapat melakukan beberapa proses berjalan bersama secara paralel, maka akan dapat dihemat waktu pelaksanaannya.

Empowering.

Empowering adalah pemberian wewenang kepada orang yang dapat dipercaya supaya melakukan sesuatu tanpa harus rneminta persetujuan terlebih dahulu. Empowering karyawan untuk melakukan suatu keputusan tertentu akan mempercepat proses pengerjaan.

(24)

Informating.

Informating berarti membagi informasi ke batas-fungsi atau batas-organisasi sehingga tangan kanan akan mengerti apa yang dilakukan oleh tangan kiri. Contohnya adalah Wal-Mart membagi informasi tentang sediannya kepada P&G sehingga P&G mengetahui level sediaan item-item barangnya.

Monitoring.

Monitoring adalah aktivitas yang secara terus menerus melacak dan menyediakan umpan-balik ke kinerja penting organisasi. Monitoring juga dapat dilakukan lewat batas-organisasi. Contohnya adalah dengan Wal-Mart memberikan informasi sediaan kepada P&G, maka P&G dapat memonitor level sediaannya

Partnering.

Partnering adalah melakukan kerja sama strategic dengan perusahaan lain. Contohnya adalah Bank One dan Merryl Lynch berkerjasama membuat produk baru bernama Cash Management Account (CMA).

Outsourcing.

Outsourcing adalah melibatkan perusahaan lain untuk mengerjakan jasa atau pekerjaan yang

seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Contohnya adalah Ford of Europe yang meng-outsource-kan aplikasi Persediaan spare-part.

Prescheduling.

Prescheduling adalah menskedul ulang lebih awal dari waktu yang seharusnya dilakukan. Misalnya Levi's Straus Co. mengijinkan pemasoknya untuk melihat basis data penjualannya, sehingga pemasok dapat menskedul lebih awal untuk mengirimkan bahan-bahan yang dibutuhkan.

(25)

Retooling berarti sistem teknologi informasi di dalam organisasi harus terus

menerus dibekali dengan alat-alat yang diperlukan untuk reengineering. Sistem

teknologi infoimasl yang sudah dilengkapi dengan alat-alat akan membuat sistem

teknologi informasi tersebut menjadi suatu pemampu (enabler), yaitu memampukan

organisasi untuk melakukan reengineering proses-proses bisnisnya.

Contoh dari retooling adalah yang dilakukan oleh Housing Development Board

(HDB), yaitu suatu agensi pemerintah di Singapura yang menyediakan perumahan

untuk warga Singapura. Karena perkembangan dan kebutuhan perumahan yang

meningkat dengan cepat, maka pada tahun 1991, HDB memutuskan untuk

melakukan BPR.

Yang pertama dilakukan adalah melakukan retooling departemen sistem

informasinya. Dalam waktu empat tahun, organisasi sistem informasi ini telah

dilengkapi dengan alat-alat canggih kelas dunia.

(26)

Hasil dari retooling di HDB ini mempunyai dampak yang positip, yaitu sebagai

berikut ini:

1. Pelayanan pelanggan meningkat dengan sangat signifikan, yaitu waktu

tunggu dilayani menurun dari beberapa jam sampai hanya menjadi kurang

dari 5 menit.

2. Pelanggan menikmati pelayanan satu-penghentian (one-stop).

3. Sistem respon suara dapat melayani 30,000 penelpon seharinya, setara

dengan menyediakan 200 operator telpon.

4. Setiap dolar yang dikeluarkan untuk proyek ini kembali sebesar $2.53

dalam waktu kurang dari 4 tahun.

(27)

Reorchestrate

Suatu organisasi yang sudah direkayasa ulang adalah organisasi yang mirip

dengan suatu orchestra simponi. Suatu orkestra adalah organisasi yang datar

dengan seorang konduktor yang mengarahkan suatu kontrol yang

membentang yang kadang sampai mencapai ratusan orang. Di orkestra ini

tiap-tiap orang dibekali dengan alat musik yang tidak harus sama dengan

yang lainnya. Tiap orang diberi informasi untuk dapat memainkan perannya

masing-masing.

Karena orkestra berbentuk organisasi yang datar, maka hanya dibutuhkan

seorang konduktor saja. Jika orkestra ini berbentuk organisasi yang

berjenjang tinggi, maka dibutuhkan banyak pengawas, yaitu pengawas untuk

gitar, pengawas untuk suling, pengawas untuk bas, pengawas untuk biola dan

sebagainya. Karena bentuknya yang berjenjang, maka dibutuhkan juga

seorang kepala memahami dengan kompak bagaimana memainkan alat

musiknya sehingga secara keseluruhan bukan secara pribadi akan

(28)

Sumber:

Sistem Informasi Strategik untuk Keunggulan Kompetitif,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perbaikan proses bisnis layanan kepegawaian Bank XYZ untuk cuti yaitu percepatan waktu rata- rata sebesar 58.11 menit karena hilangnya aktivitas PIC (Person in Charge)

Business Architecure merupakan fase ke tiga dalam TOGAF ADM yang berfungsi untuk mendefinisikan arsitektur baseline , menentukan model bisnis dan merancang arsitektur

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan merancang perubahan penyesuaian strategi bisnis khususnya dari sudut pandang sistem informasi (data dan aplikasi),

Maka dibutuhkan suatu perencanaan strategis sistem informasi untuk dapat membangun sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan proses bisnis dari RS Kusuma