• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Pendidikan dalam Peradaban Islam m

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aspek Pendidikan dalam Peradaban Islam m"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK PENDIDIKAN DALAM BANGUNAN PERADABAN PADA MASA BANI UMAYYAH

Disusun oleh: Nama: Anik Damayanti

NIM: O100150009

Email: anik.damayanti@gmail.com

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu yang yang terpenting dalam Islam. Bahkan ayat yang mula-mula diturunkan merupakan perintah untuk membaca kepada Nabi Muhammad Saw, yakni surah Al-‘Alaq ayat 1-5. Pada masa dakwah awal Islam yang masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi, Rasulullah Saw menyampaikan pengajaran Al-Quran secara halaqah di Darul Arqam. Rasulullah mendidik para Sahabat yang pertama-tama memeluk Islam dengan Al-Quran, beliau menyampaikan setiap kali ada wahyu yang turun kepada mereka. Di sanalah cikal-bakal pendidikan dalam Islam, yang materi pengajarannya murni berupa Al-Quran.

Hal tersebut terus berlanjut hingga masa kehidupan hijrah di Madinah. Pada masa itu, pengajaran Al-Quran yang dilakukan oleh Rasulullah Saw kepada para Sahabat berlangsung di masjid. Masjid menjadi pusat peradaban pada masa kepemimpinan Rasulullah, bukan sekedar tempat ibadah tetapi sekaligus menjadi tempat belajar, tempat bermusyawarah, bahkan tempat mengatur strategi perang dan kebijakan-kebijakan politik. Demikian pula pada masa-masa berikutnya –masa Khulafaur Rasyidin hingga sekarang ini, masjid tetap menjalankan fungsi klasiknya sebagai tempat ibadah dan tempat belajar bagi kaum Muslimin, meskipun lembaga-lembaga pendidikan baru terus berkembang dengan berbagai corak sesuai zamannya.

(2)

ketatanegaraan yang sangat besar pengaruhnya pada kebijakan-kebijakan dalam negeri di berbagai bidang termasuk pendidikan. Meskipun sejarah mengatakan bahwa puncak kegemilangan Peradaban Islam terjadi pada masa Bani Abbasiyyah, namun selalu ada kontribusi awal pendakian sebelum mencapai puncak dan itu adalah masa Bani Umayyah. Semoga rekam jejak sejarah singkat ini bermanfaat bagi wawasan keilmuwan Pendidikan Islam.

B. SEKILAS TENTANG BANI UMAYYAH

Kekhalifahan Bani Umayyah bermula sejak Khalifah Al-Hasan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41 H. Al-Hasan menggantikan Khalifah Ali bin Abu Thalib yang syahid dibunuh oleh kaum Khawarij dan memimpin kaum Muslimin hanya selama 6 bulan. Selama kepemimpinannya terjadi perpecahan di kalangan kaum Muslimin yang memang sudah berselisih sejak zaman Khalifah Utsman dan Ali. Akhirnya Al-Hasan menyerahkan pimpinan kekhalifahan ke tangan Mu’awiyah dengan pertimbangan persatuan umat. Pada tahun itulah disebut sebagai Amul Jama’ah atau tahun bersatunya kaum Muslimin.1

Sebelum menjadi Khalifah, Mu’awiyah telah menjabat sebagai Gubernur selama 20 tahun yaitu sebagai Gubernur Damaskus, Ba’labak dan Balqa yang diangkat oleh khalifah Umar bin Khaththab pada tahun 18 H, lalu ditetapkan sebagai Gubernur wilayah Syam pada masa khalifah Utsman.2 Berikutnya dia memimpin menjadi khalifah pertama

Bani Umayyah selama 20 tahun dengan karakteristik kepemimpinan yang cemerlang. Pada masa Bani Umayyah tercatat ada 14 khalifah yang memimpin, diantaranya yang menonjol adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan (41-60 H), Abdul Malik bin Marwan (65-86 H), Al-Walid bin Abdul Malik ((65-86-96 H), Umar bin Abdul Aziz (99-101 H) dan Hisyam bin Abdul Malik 105-125 H).3 Kekhalifahan Bani Umayyah berakhir pada tahun

132 H dengan demikian Bani Umayyah memimpin kaum Muslimin selama 91 tahun di Jazirah Arab dengan ibukota di Damaskus. Kemudian kekhalifahan Bani Umayyah dihidupkan kembali oleh Abdurrahman Ad-Dakhil di bumi Andalusia pada tahun 140 H hingga Dzulhijjah 422 H.4 Lebih 200 tahun kekuasaan Bani Umayyah bertahan di 1 Ali Muhammad Ash-Shallabi, Mu’awiyyah bin Abu Sufyan, Prestasi Gemilang Selama 20

Tahun Sebagai Gubernur dan 20 Tahun Sebagai Khalifah Disertai Studi Kritis terhadap Fitnah-ftnah yang Terjadi di Zamannya, (Jakarta: Darul Haq, 2013), hlm. 282-283.

2Ibid., hlm. 70.

3 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2014), hlm.

127.

4 Tariq Suwaidan, Dari Puncak Andalusia, Kisah Islam Menginjakkan Pertama Kali di

(3)

Andalusia, hingga akhirnya perlahan-lahan Andalusia tercabik dan hancur akibat perebutan kekuasaan internal dan perlawanan kaum Kristen yang semakin kuat.

Gerakan perluasan wilayah kekuasaan Islam semakin bertambah pada masa kekhalifahan Bani Umayyah. Bukan sekedar perluasan wilayah, namun juga gerakan dakwah dengan menegakkan hidayah Islam kepada manusia dan menyebarkan peradaban Islam di bumi yang dikuasainya. Wilayahnya membentang dari Kashgar Cina sampai Afrika Utara dan Andalusia, dari Laut Kaspia hingga Samudera Hindia.

Masa kekhalifahan Umayyah sangat mengedepankan stabilitas dan keamanan negara, kemaslahatan penduduk dan menjaga kewibawaan pemerintahan. Pada masa ini sistem administratif ketatanegaraan semakin profesional. Ciri administrasi Bani Umayyah adalah kepemimpinan tidak terpusat, berbeda dengan masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin yang bersifat sentralisasi.5 Hal ini disebabkan wilayah kekuasaan

Islam mencapai sangat luas sehingga ibukota Negara Damaskus sangat jauh jaraknya dengan wilayah-wilayah kekuasaan di timur dan barat. Jika setiap Amir wilayah melapor kepada Khalifah untuk setiap masalah yang dihadapi, maka penyelesaian masalah akan lambat dan kemaslahatan rakyat akan terabaikan. Para khalifah Bani Umayyah selalu mengawasi para Amir di wilayahnya dan tak segan mengganti jika ada yang melakukan kesalahan.

Pada masa ini juga banyak terjadi pemberontakan yang bercorak akidah, yang paling sering mengadakan perlawanan mengangkat senjata adalah Syi’ah dan Khawarij. Gerakan Abdullah bin Az-Zubair juga dapat dikatakan bermotif akidah sebab merasa lebih berhak atas kekhalifahan daripada Yazid bin Mu’awiyah. Pemberontakan lainnya didorong oleh ambisi pribadi akan kekuasaan seperti pemberontakan Al-Mukhtar bin Ubaid Ats-Tsaqafi, Abdurrahman bin Muhammad Al-Asy’ats, Yazid bin Al- Muhallab.6

Bermunculan juga aliran keagamaan bercorak ideologis, yang sebenarnya merupakan sekte-sekte dari golongan Syi’ah dan Khawarij, seperti: Azariqah, Najdat Aziriyah, Ibadiyah, Ajaridah, dan Shafariyah. Ada pula golongan Mu’tazilah, Maturidiyah, Asy’ariyah, Qadariyah, dan Jabariyah.7

Di bidang ketatanegaraan, masa ini banyak melakukan terobosan baru yang diterapkan pada wilayah kekuasaan Islam. Diantaranya adalah membangun jaringan

2015), hlm. 352.

5 Abdussyaf Muhammad Abdullathif, Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), hlm. 521.

6Ibid., hlm. 561.

(4)

kantor-kantor perhubungan antar wilayah kekuasaan untuk tujuan mempercepat dalam pengantaran surat negara maupun surat-surat untuk kepentingan rakyat. Ada juga membuat kantor stempel untuk menjaga kerahasiaan surat-surat negara, membangun tatanan moneter, menetapkan sistem peradilan secara struktural, sistem keamanan negara dengan kepolisian dan pengawas keamanan perbatasan.

Pada masa kekhalifahan Bani Umayyah telah berhasil meletakkan pondasi ketatanegaraan dunia Islam yang teratur dan profesional. Perluasan wilayah pun tetap terus berlangsung hingga menguasai wilayah benua Asia Tengah, Afrika Utara sampai Andalusia. Demikian pula dengan perkembangan aspek pendidikan berkembang dengan pesat baik dari sisi infrastruktur, kurikulum atau materi pengajaran, pelaku pendidikan seperti guru dan para sarjana semakin maju, bahkan sistem pendidikan berjalan dengan pembiayaan yang ditanggung oleh negara. Hal ini yang menyebabkan peradaban Islam mulai bersinar di dunia sejak masa kekuasaan Bani Umayyah, sehingga semakin berjaya pada masa kekhalifahan berikutnya yaitu pada masa Bani Abbasiyah.

C. CAPAIAN PERADABAN MASA BANI UMAYYAH 1. Bidang Politik Luar Negeri: Ekspansi & Penaklukan

Angkatan laut pertama dalam Islam dibangun oleh Mu’awiyah sejak menjabat sebagai Gubernur Syam pada masa Khalifah Utsman. Ketika menjadi khalifah, semakin besar perhatiannya terhadap pembuatan kapal-kapal angkatan laut, menguatkan perbatasan laut di Mesir dan Syam, membuka dan menguasai pulau-pulau di sebelah timur Laut Tengah dan melindungi pesisir utara Syam.8 Mu’awiyah

menyerang dan menguasai Pulau Siprus di Laut Mediterania. Posisi ini sangat strategis untuk mengawasi perbatasan laut dengan wilayah kekuasaan Romawi. Semua upaya tersebut dilakukan dalam rangka membuka Konstantinopel.

Di bawah kepemimpinan khalifah Mu’awiyah juga memulai penaklukan di wilayah utara benua Afrika, yang berbatasan dengan Mesir di sisi barat dan di sisi lain masih dikuasai oleh Romawi. Pada tahun 50 H, Uqbah bin Nafi’, Gubernur Afrika membuka kota Qairawan dan menjadikannya sebagai pusat peradaban Islam di Afrika dan ibukota ilmiahnya. Para du’at dan penuntut ilmu mulai mendatangi kota ini untuk menggerakkan dakwah Islam di Afrika. Ketika kondisi wilayah Afrika bagian utara mulai stabil dibawah kekuasaan Islam, maka dilanjutkan dengan ekspansi pertama untuk menaklukkan Andalusia pada masa khalifah Al-Walid bin Abdul Malik.

(5)

Ekspedisi militer menyebrang Selat Gibraltar dari Ceuta dan berhenti di Gibraltar (Jabal Thariq) di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad atas perintah Musa bin Nushair –Gubernur Afrika masa itu– pada tahun 92 H.9 Pasukan Visigoth Spanyol

berhasil dikalahkan, Kordova dengan cepat dikuasai dan diikuti dengan kota-kota lainnya seperti Seville, Elvira, dan Toledo. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz penaklukan dilanjutkan ke wilayah Perancis, yaitu Bordeau, Politiers dan Tours. Namun akhirnya pasukan Islam kembali ke Spanyol.10

Penaklukan ke wilayah timur Daulah Umawiyah, yaitu daerah Transoxiana di timur laut (wilayah seberang Sungai Jihun/Amu Darya di Asia Tengah) dan daerah Sindh di tenggara, mulai dilakukan oleh khalifah Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H). Para khalifah sebelum Al-Walid, lebih fokus untuk memperkuat stabilitas wilayah Persia yang telah ditaklukkan pada masa Khulafaur Rasyidin, dengan menguatkan dakwah Islam dan meredam pemberontakan yang banyak terjadi di wilayah timur. Qutaibah bin Muslim yang memimpin penaklukan di Transoxiana, wilayah Tokharistan, Bukhara hingga akhirnya menguasai kota Samarkand, dan Kasgar wilayah yang terdekat dengan China.11

Di wilayah kekuasaan bagian barat, sekalipun ekspansi militer terus berjalan, namun tetap terjalin hubungan diplomatik dengan iklim yang damai dengan Negara Bizantium. Hubungan diplomatik itu berupa surat-menyurat, tukar-menukar pengalaman, dialog di bidang ilmu pengetahuan, penugasan duta besar dan tukar-menukar tawanan. Bahkan untuk surat-menyurat tidak sebatas pada masalah militer, tetapi juga di bidang ilmu pengetahuan dan perkara-perkara umum.12

2. Bidang Politik Dalam Negeri: Stabilitas & Tatanan Administrasi

Para khalifah Bani Umayyah terutama tokoh-tokoh besarnya, seperti Mu’awiyah, Abdul Malik bin Marwan, sangat piawai dalam urusan tata negara. Mereka menciptakan diwan-diwan yakni sebuah tempat dimana para pejabat menjalankan tugas dan pekerjaan mereka. Pembentukan diwan pertama kali dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab untuk menjalankan urusan nengara dengan bantuan para sahabat beliau. Terlebih di masa kekhalifahan Bani Umayyah dimana

9 Tariq, Dari Puncak…, hlm. 45. 10Ibid., hlm. 129.

(6)

wilayah Islam semakin luas, sangat diperlukan struktur diwan-diwan dengan tugas dan pekerjaan yang lebih banyak dan beragam.

Berikut ini daftar diwan yang dibentuk pada masa Dinasti Umayyah:13

1. Diwan lil-Atha’: diwan pembagian, pada masa Khalifah Umar diwan ini awalnya bertugas untuk membagi harta ghanimah kepada para istri Nabi dan kepada para Sahabat yang pertama-tama masuk Islam.

2. Diwan lil-Jund: diwan militer.

3. Diwan al-Kharraj: bertugas untuk masalah keuangan negara, mencatat dan menghimpun setiap pemasukan kemudian menyalurkan seperti membayar gaji pejabat, membangun infrastruktur publik, dan dana yang tersisa dimasukkan ke Baitul Maal pusat.

4. Diwan Al-Barid: cikal bakal dinas pos dan perhubungan di masa modern.

Diwan ini bertugas memindahkan surat-surat yang masuk dan keluar istana. Pegawai diwan pos ini sekaligus menjadi mata-mata khalifah. 5. Diwan Al-Khatim: bertugas melakukan pengarsipan terhadap

perintah-perintah khalifah sekaligus bertugas memberikan stempel untuk menjaga kerahasiaan pada surat-surat penting negara.

6. Diwan Ar-Rasa’il: melakukan tugas kesekretariatan, untuk merancang surat-surat dan nota-nota kesepakatan yang dikeluarkan oleh khalifah kepada para penguasa wilayah dan pejabat negara.

7. Diwan Al-Ummal: mirip dengan dinas kepegawaian di era modern, bertanggung jawab terhadap seluruh pejabat sipil negara dari sisi pengaturan tugas dan gaji pegawai.

Satu hal yang penting yang terjadi pada masa Bani Umayyah adalah melakukan Arabisasi, mengalihbahasakan seluruh urusan keuangan dan ketatanegaraan menjadi Bahasa Arab. Hal ini dimulai sejak Khalifah Abdul Malik bin Marwan (65-86 H), dilakukan penerjemahan dari Bahasa Yunani, Persia, dan lainnya ke dalam Bahasa Arab untuk urusan keuangan terlebih dahulu.14 Di beberapa literatur,

program Arabisasi ini dilaksanakan pada masa khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Inilah cikal bakal Bahasa Arab menjadi bahasa internasional pada masa itu.

13Ibid, hlm. 540-545.

(7)

Pada masa dinasti Umayyah telah mengembangkan sistem administratif yang sangat rapi dan profesional. Selain pembentukan instrument-instrumen pemerintahan untuk membantu menjalankan tugas-tugas kenegaraan, mereka juga menyerahkan pengelolaannya kepada profil-profil terbaik di kalangan ulama yang memiliki pemahaman ilmu agama yang benar, kewibawaan serta amanah.

3. Bidang Ekonomi

Sejak masa Khalifah Mu’awiyah telah disusun kebijakan moneter dengan menetapkan pos-pos pendapatan dan belanja negara, mirip APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) di masa sekarang ini. Yang menjadi sumber pendapatan negara adalah: zakat, jizyah, kharaj, al-‘usyur, ash-shawafi, dan seperlima harta rampasan perang. Yang merupakan pos-pos pengeluaran negara adalah: belanja militer, belanja administratif, pos-pos alokasi penerima zakat, alokasi harta fai, alokasi

al-‘usyur, dan anggaran jaminan sosial masyarakat.15

Negara juga memberikan perhatian besar di bidang pertanian. Dengan luasnya wilayah yang dikuasai, negara menghidupkan lahan-lahan mati, kemudian membangun sistem pengairan dan disebarkan pengetahuan tentang irigasi tersebut ke wilayah-wilayah taklukkan. Kondisi ini membuat lahan menjadi subur dan produktifitas pertanian melimpah.16

Di bidang perdagangan juga berkembang pesat. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah yang terletak di pertengahan antara negeri Timur Jauh (seperti China, India) dan Dinasti Bizantium, memicu perkembangan hubungan perniagaan di antara mereka, terutama di wilayah barat. Damaskus menjadi tempat persinggahan bagi distribusi barang-barang yang dibawa kafilah-kafilah dagang dari timut langsung menuju Anthakiyah melalui pesisir Syam bagian utara. Wilayah kekuasaan bagian timur relatif kurang stabil akibat banyaknya upaya pemberontakan kepada pemerintah, sehingga aktifitas perniagaan hanya dalam skala kecil.17

Hubungan perdagangan dibuka dengan orang-orang Eropa Barat dengan memanfaatkan angkatan laut Islam. Kondisi ini menyebabkan terjadinya pertukaran mata uang antara uang emas Dinasti Bizantium yang masuk ke Daulah Umawiyah, juga sebaliknya Dinasti Bizantium memerlukan uang logam Burdi yang diterbitkan di Mesir untuk bisa melakukan kegiatan ekspor-impor.18

15 Ali, Mu’awiyah bin Abu Sufyan…, hlm. 459-479. 16Ibid., hlm. 482.

(8)

4. Bidang Peradilan

Sistem peradilan dalam Islam telah dimulai sejak zaman Rasulullah Saw dengan Rasulullah sendiri yang menjadi hakimnya, hingga kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Para khalifah Bani Umayyah pun melanjutkan tradisi peradilan dengan mengangkat para hakim atas beberapa wilayah. Para hakim dipilih dari kalangan ulama yang memiliki keuletan dan bertaqwa. Para hakim bersifat independen tidak terpengaruh oleh kecondongan kepada khalifah. Justru khalifah dan rakyat tunduk kepada keputusan hakim.19

Dengan wilayah yang sangat luas, mulai dilakukan pencatatan terhadap hukum yang disebut Qadaha al-Mazalim (mahkamah Mazhalim). Mahkamah ini diselenggarakan untuk memberikan keputusan diantara orang-orang yang bertikai. Majelis ini berlangsung di masjid dan dipimpin oleh khalifah atau amir wilayah atau yang mewakilinya. Majelis ini terselenggara jika dipenuhi kelima kelompok, yaitu: aparat kemanan, para hakim, para ahli fiqh, para saksi dan sekretaris. 20

5. Bidang Kepolisian

Departemen Kepolisian termasuk departemen yang paling awal dalam Negara Islam untuk menjaga keamanan dalam masyarakat. Sejak zaman Nabi Saw telah dikenal polisi, yakni menurut Anas bin Malik, Qais bin Sa’ad di sisi Rasulullah Saw bertugas sebagai polisi. Beberapa sahabat juga berperan sebagai polisi untuk melindungi kota Madinah dan menjaga keamanan pada masa Rasulullah Saw, seperti Sa’ad bin Abi Waqqash, Badil bin Waraq, Aus bin Tsabit, Aus bin Arabah dan Rabi’ bin Khadij.21

Ketika Negara Bani Umayyah berdiri dengan wilayah kekuasaan yang semakin luas, urgensi akan departemen ini semakin bertambah untuk menjaga stabilitas keamanan dalam masyarakat, dan menumpas para penentang pemerintahan. Kepolisian dibentuk semakin profesional dan structural, yaitu dengan memilih orang-orang yang memiliki kewibawaan dan ketegasan tugas kepolisian ini. Kepolisian ini dibentuk dan ditempatkan di ibukota kekhalifahan dan ibukota-ibukota wilayah, dan menjadi bagian dari alat pemerintahan untuk menjaga kestabilan Negara.

19Ibid., hlm. 549. 20Ibid., hal 550-551.

(9)

D. CAPAIAN PERADABAN DI BIDANG PENDIDIKAN

Situasi dan perkembangan di bidang politik, sosial dan keagamaan, pasti membawa pengaruh juga di bidang pendidikan. Apalagi dengan luasnya wilayah yang terbentang dari timur hingga barat memerlukan penyebaran dakwah Islam secara kontinyu. Dakwah Islam inilah yang menjadi pengajaran utama dan mula-mula dalam Pendidikan Islam. Kemudian mulai berkembang ilmu-ilmu pengetahuan lainnya akibat adanya program Arabisasi, penerjemahan dari bahasa asing (Bahasa Persi, Yunani, dan sebagainya) ke dalam Bahasa Arab.

Perkembangan aspek pendidikan yang berlangsung pada masa dinasti Umawiyah akan kita lihat dari sisi visi-misi, kurikulum, bentuk kelembagaan, infrastruktur dan ragam pelaku pendidikan itu sendiri baik pendidik dan sarjananya. Demikian pula dengan cara pengelolaan dan pembiayaan yang dilakukan oleh negara terhadap aktifitas pendidikan.

1. Visi-Misi

Seiring dengan luasnya penaklukan wilayah masa Bani Umayyah maka demikian pula semakin meluas penyebaran dakwah Islam. Agama Islam sangat mudah diterima oleh penduduk dari wilayah-wilayah yang ditaklukkan, sebab perlakukan/akhlak kaum Muslimin yang sangat baik terhadap penduduk asli, ditambah lagi kebobrokan agama-agama dari penduduk asli yang mereka yakini seperti Yahudi, Nasrani, Zoroaster, Budha, Mazdakiyah, dan sebagainya.22 Dengan

demikian semakin dibutuhkan para ulama dan du’at yang diutus ke berbagai penjuru negeri yang ditaklukkan.

Di sisi lain, dengan berkembangnya wilayah kekuasaan, para penguasa Bani Umayyah membentuk struktur pemerintahan yang semakin beragam dan profesional. Hal ini tentu saja akan membutuhkan banyak sumber daya manusia untuk mengisi pos-pos dalam pemerintahan. Sehingga perlu dipersiapkan pengajaran yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan negara.

Secara eksplisit tidak dijelaskan adanya visi, misi dan tujuan aspek pendidikan pada masa Bani Umayyah. Namun dengan melihat keseluruhan keadaan wilayah, maka terlihat setidaknya ada dua poin penting yang menjadi tujuan dari aspek pendidikan di masa itu:

(10)

 Tetap berorientasi pada pengajaran agama untuk melahirkan ulama-ulama yang faqih dalam ilmu agama, seperti: ilmu Al-Quran, ilmu Hadits, Fiqh.

 Mempersiapkan sumber daya manusia yang capable untuk memegang jabatan dalam pemerintahan. Misalnya para pejabat negara masa itu membuka sekolah di istananya sendiri khusus untuk mengajar putra-putranya sendiri yang dipersiapkan sebagai pengganti mereka dalam melaksanakan tugas negara. Demikian pula yang dilakukan para khalifah dengan mendidik putra mahkotanya dengan memanggil guru ke istana.

2. Kurikulum

Pada masa-masa awal Bani Umayyah, Pendidikan Islam masih sangat kental dengan pengajaran Al-Quran, Al-Hadits dan fiqh. Bahkan pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H) dilakukan pembukuan Hadits secara formal dan terjadi perkembangan yang pesat dalam ilmu Studi Hadits atau ‘Ulumul-Hadits. Para ulama dari masa tab’in dan tabi’ut-tabi’in banyak menyusun kitab-kitab hadits dan fiqh. Studi Hadits ini sendiri terdiri atas banyak cabang ilmu, hingga penelusuran rawi,

musthalah hadits,rijalul-hadits dan sebagianya. Sehingga pada akhirnya berkembang pula ilmu sejarah: segala ilmu yang menjelaskan tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat.23

Dengan adanya proses Arabisasi di segala bidang dan seluruh negeri wilayah taklukkan, berkembang pula cabang-cabang ilmu Bahasa Arab untuk dipelajari baik oleh orang Arab sendiri maupun masyarakat di negeri non-Arab. Muncullah ilmu

qawaid, arudh, mu’jam, balaghah dan sebagainya.24

Dengan perkembangan interaksi dengan Peradaban Timur (Persia dan Asia Tengah) dan Barat (Bizantium), maka terjadi pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan. Mulai berkembang pula ilmu kimia dan kedokteran, Khalid bin Yazid yang mulai tertarik lalu mengembangkan dan membayar sarjana Yunani di Mesir untuk menerjemahkan buku-buku dari Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Arab. Juga akibat dari program Arabisasi, terjadilah proses penerjemahan yang berlangsung terus-menerus di berbagai bidang termasuk ilmu pengetahuan dari Persia dan Yunani, seperti filsafat, mantik, kimia, astronomi, dan ilmu hitung.25

23 Abuddin, Sejarah…, hlm. 134. 24Ibid.

(11)

3. Kelembagaan

Selain masjid, rumah dan kuttab, terdapat beberapa bentuk kelembagaan yang baru muncul pada masa ini:

a. Sekolah Rendah di Istana.

Pendidikan permulaan berlangsung di istana khalifah atau pembesar-pembesar sebab mereka mempersiapkan putra-putra mereka agar dapat melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab berat yang akan dipikulnya di masa mendatang.26

Pendidikan di istana diajar oleh muaddib (pendidik) untuk mendidik budi pekerti putra-putra raja dan pembesar. Dan rencana pengajaran disusun oleh orangtua murid yang diajar di istana.27

b. Badiah

Badiah merupakan dusun Badui di Padang Sahara yang masih murni dan fasih sesuai dengan kaidah Bahasa Arab. Lembaga pendidikan ini lahir sebagai efek dari Arabisasi yang mulai digagas pada akhir masa kepemimpinan khalifah Abdul Malik bin Marwan, sehingga muncullah ilmu qawaid, arudh (Sastra Arab klasik),

mu’jam dan cabang ilmu lainnya untuk mempelajari Bahasa Arab.28

Dengan adanya lembaga Badiah ini, Bahasa Arab dapat tersebar hingga ke pelosok negeri non-Arab. Banyak para penguasa yang mengirimkan putra-putranya belajar ke badiah, begitu pula para ulama untuk mempelajari kemurnian dan kefasihan Bahasa Arab dari sumbernya langsung.

c. Perpustakaan

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah, perpustakaan menjadi tempat berkumpulnya dan bertemunya para ahli ilmu, penyair, penuntut ilmu, penerjemah. Perpustakaan menjadi tempat untuk membaca, menganalisis, menerjemah dan menyalin ulang buku sehingga bertemulah para ahli ilmu dan saling berinteraksi. Perpustakaan dijadikan ajang untuk berdiskusi para penuntut ilmu dan juga mempresentasikan ilmu yang dimilikinya.29 Perpustakaan menjadi pusat penelitian dan pendidikan

pada masa dinasti Abbasiyah.

26 Ahmad Sjalabi, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 20. 27Ibid.

28Ibid., hlm. 136.

(12)

Perpustakaan berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah di Iraq, dan secara bersamaan Dinasti Umayyah berkuasa di Andalusia. Puncak kejayaan Andalusia berlangsung pada masa Khalifah Abdurrahman An-Nasir dan putranya Al-Hakam bin an-Nasir. Di Kordova berdiri sebuah perpustakaan yang besar dengan jumlah kunjungan mencapai 400.000 orang. Sedangkan perpustakaan lainnya di Eropa saat itu hanya mencapai angka kunjungan seribu.30

d. Al-Bimaristan

Al-Bimaristan adalah rumah sakit tempat merawat orang yang sakit sekaligus tempat magang dan penelitian bagi para calon dokter. Khalid bin Yazid, cucu Mu’awiyah sangat tertarik pada bidang kimia dan kedokteran, sehingga ia menyediakan sejumlah dana dan memerintahkan para sarjana Yunani di Mesir untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam Bahasa Arab. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik banyak memberikan perhatian terhadap al-bimaristan ini.31

e. Salon-salon kesusasteraan

Pada masa Khulafaur Rasyidin, seorang khalifah berfungsi mengatur urusan duniawi dan berfatwa dalam urusan agama. Sebab itu, seorang khalifah memiliki majelis untuk menyampaikan ilmu dan menyelesaikan masalah yang dihadapi rakyatnya. Pada masa Khulafaur Rasyidin, majelis-majelis mereka sangat sederhana hanya beralas tikar dan semua rakyat bisa dengan leluasa menghadirinya.32

Pada masa Bani Umayyah, kebiasaan ini tetap dilanjutkan, namun karakteristik majelis khalifah menjadi mewah dan bukan sembarang orang bisa menghadiri majelis tersebut. Mu’awiyah sering mengundang para ulama, sastrawan dan ahli sejarah untuk menghadiri majelisnya. Mereka diminta untuk membacakan syair, menerangkan sejarah baik kisah Arab maupun negeri lain, menyampaikan informasi yang diperoleh dari luar negeri dalam hal sistem pemerintahan dan administrasi, dan urusan negara.33

Salon-salon kesusateraan merupakan istilah yang digunakan oleh Prof. Dr. Ahmad Sjalabi dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam, yang sebenarnya

30 Bahrul Ulum, Cordoba Kota Ilmu pada Masa Islam, (Jurnal Pemikiran dan Peradaban

Islam ISLAMIA, vol. IX no. 1, 2014), hlm. 108-109.

(13)

menjelaskan tentang majelis ilmu yang diselenggarakan oleh khalifah di istananya dengan mengundang para ahli ilmu, penyair, sastrawan untuk saling bertukar pendapat dan berdiskusi berbagai urusan.

4. Guru/Pendidik

Dalam buku Rasailu, Ikhwani Shafa menyebutkan bahwa: “Adalah di luar kesanggupan setiap manusia untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atas usahanya sendiri pada tingkat-tingkat permulaan. Sebab itu, setiap orang memerlukan guru,

mu’allim, muaddib, ustadz, untuk kepentingan pelajarannya dan pembentukan karakter, perilaku (akhlak) dan usaha-usahanya.” Hal ini menjelaskan tentang tugas dan peranan pendidik.34

Pada masa Bani Umayyah, pendidik disesuaikan dengan jenis lembaga pendidikan. Pendidik di istana disebut muaddib yang memiliki pemahaman ilmu agama, yaitu Al-Quran, Al-Hadits, ilmu fiqh, dan pembentukan akhlak. Para penguasa sangat pemurah terhadap muaddib yang mendidik putra-putra mereka. Mereka memberikan tempat dan pelayanan yang sangat layak dan menghormati keududukan

muaddib. Pendidik di Badiah mestilah seorang yang menguasai tata Bahasa Arab dan ahli sastra. Pendidik di perpustakaan adalah para penerjemah dan penulis buku. Pendidik di al-bimaristan adalah para dokter dan tenaga medis.35

5. Pembiayaan

Pembiayaan terhadap pembangunan infrastruktur pendidikan seperti kuttab, pendidikan tingkat rendah di istana, al-bimaristan, badiah, salon-salon kesusasteraan, beserta para pendidiknya ditanggung oleh negara. Telah dijelaskan bahwa para penguasa bersikap pemurah dan menghormati para muaddib, menyiapkan dana untuk membayar penerjemah untuk kepentingan transfer ilmu kedokteran di al-bimaristan.

Demikian pula pada penerjemahan buku-buku di bidang ilmu pengetahuan lainnya. Hal ini memperlihatkan besarnya kecintaan para khalifah akan ilmu dan tersebarnya ilmu bagi masyarakat.

6. Pengelolaan

34Ibid, hlm. 176.

(14)

Pengelolaan pendidikan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembiayaan dilakukan secara desentralisasi. Masing-masing wilayah dapat melakukan aktifitas pendidikan secara independen. Pemerintah pusat hanya mengatur kebijakan yang bersifat umum, misalnya program Arabisasi, semua wilayah harus melaksanakan program namun dengan penyelenggaraan diserahkan kepada wilayah masing-masing.36

7. Sarjana

Pada masa Bani Umayyah, ilmu yang masih berkembang pesat adalah yang berkaitan dengan ilmu agama, terutama ilmu hadits dan syair Arab. Beberapa kalangan sarjana dan pakar studi Islam yang terkenal pada masa Bani Umayyah, antara lain:37

 Hasan Al-Bashri, ahli fiqh dan ahli tasawuf yang sangat kuat hafalannya.  Muhammad ibn Sirin, ahli fiqh, perawi hadits dan ahli ibadah.

 Imam Az-Zuhri, ahli hadits dan hafizh.

 Imam Abu Hanifah, imam madzhab dan ahli fiqh.  Sufyan Ats-Tsauri, ahli hadits dan ahli ibadah.  Malik bin Anas, ahli hadits dan ahli fiqh.

 Imam Syafi’I, imam madzhab, ahli fiqh, ahli Sastra Arab.  Ahmad bin Hambal, imam madzhab, ahli fiqh dan ahli hadits. Beberapa penyair yang terkenal pada masa Bani Umayyah, antara lain:38

 A’sya Rabi’ah Abdullah bin Kharijah (100 H)  Adi bin Ar-Riqa (90 H)

 Al-Walid bin Abdul Malik (86-97 H)  Jarir (110 H)

 Al-Farazdaq (110 H)  Al-Akhtal (90 H)

E. ANALISIS

36Ibid, hlm. 140-141. 37Ibid, hlm. 142.

38 Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia, (Jakarta: Pustaka

(15)

Wilayah kekuasaan Bani Umayyah di era sekarang terpecah menjadi 30 negara yang terdiri dari berbagai suku, ras, bahasa, cara pandang, dan adat istiadat.39 Gambaran

tersebut menunjukkan kondisi yang sangat kompleks dalam hal menyatukan dalam satu naungan hukum dan aturan. Namun sayangnya ada sebagian ahli sejarah yang tidak bisa bersikap adil terhadap kesalahan-kesalahan minor yang dilakukan para pemimpin Bani Umayah.

Masa khalifah pertama Bani Umayyah yaitu Mu’awiyah selama 20 tahun, merupakan peletak dasar pengelolaan ketatanegaraan yang terstruktur dan profesional. Di satu sisi, upaya menegakkan stabilitas dalam negeri terus dilakukan akibat dari perpecahan golongan/aliran sejak masa Khalifah Ali, pemenuhan kesejahteraan rakyat juga menjadi fokus utama khalifah. Sedangkan di sisi lain, aktifitas ekspansi militer juga terus dilanjutkan. Mu’awiyah memiliki perhatian besar pada angkatan laut Islam dan ingin mengamankan pesisir laut Syam yang berbatasan dengan wilayah Bizantium. Demikian pula para khalifah berikutnya, secara paralel menjaga stabilitas dalam negeri dan terus melaungkan jihad untuk penaklukan wilayah hingga ke Asgar di timur (berdekatan dengan China) dan Afrika Utara serta Andalusia di barat.

Perkembangan aspek pendidikan pada masa Bani Umayyah masih melanjutkan peradaban ilmu dari masa Khulafaur Rasyidin yang sangat kuat di bidang ilmu agama, seperti ilmu Al-Quran, ilmu Hadits, ilmu fiqh. Ilmu Hadits dan ilmu Bahasa Arab mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Bani Umayyah. Hal ini disebabkan terjadinya pembukuan hadits secara formal atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, kemudian berbondong-bondong para ulama mengembangkan cabang-cabang ilmu untuk mempelajari hadits. Ilmu Bahasa Arab tumbuh akibat program Arabisasi yang disempurnakan pada masa khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, sehingga berkembang Syair Arab dan muncul cabang ilmu untuk mempelajari Bahasa Arab, seperti qawaid, arudh, mu’jam, dan sebagainya.

Pada masa Bani Umayyah juga mulai memperlihatkan geliat kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan umum (diluar ilmu agama). Cucu Mu’awiyah tertarik dengan ilmu kimia dan kedokteran, sehingga mulai melakukan kegiatan transfer ilmu dengan cara penerjemahan karya-karya dari Bahasa Yunani ke dalam Bahasa Arab serta mengadakan penelitian dan pengkajian terhadapnya.

Bani Umayyah telah melakukan segenap upaya terbaiknya untuk mempersatukan umat Islam dan menjaga stabilitas di wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan, serta tetap

(16)

melanjutkan penaklukkan dengan terus menyebarkan dakwah Islam kepada manusia. Kepiawaian para tokoh sentral dari kekhalifahan Bani Umayyah dalam mengelola negara, membawa mereka mencapai puncak kejayaan. Namun suatu keniscayaan, bahwa suatu fase yang mengalami puncak kemudian akan menuju kepada kemunduran. Kehancuran Bani Umayyah disebabkan akibat perselisihan internal dalam perebutan kekuasaan, pemberontakan dan diperparah lagi dengan adanya revolusi dari Bani Abbas.

F. KESIMPULAN

Aspek pendidikan yang berkembang pada masa Bani Umayyah masih kental di bidang ilmu agama, seperti ilmu Al-Quran, ilmu Hadits, fiqh, Bahasa Arab, Syair Arab, dan mulai berkembang ilmu lainnya seperti ilmu filsafat, kimia, kedokteran, astronomi dan ilmu hitung akibat dari program Arabisasi.

Lembaga pendidikan mengalami banyak kemajuan, di samping masih melestarikan lembaga yang sudah berjalan sejak masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin seperti masjid dan kuttab. Lembaga-lembaga pendidikan yang baru atauun yang mengalami transformasi diantaranya: sekolah rendah di istana, Badiah, perpustakaan, al-bimaristan, dan salon-salon kesusteraan atau majelis ilmu khalifah.

Pengelolaan dan pembiayaan aktifitas pendidikan dipenuhi oleh pemerintah, namun bersifat desentralisasi, artinya masing-masing amir wilayah berhak menerapkan kebijakan secara independen. Para sarjana yang terkenal pada masa Bani Umayyah, masih seputar ‘alim ulama di bidang agama (ilmu Al-Quran, ilmu hadist, fiqh) dan para penyair Sastra Arab klasik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullathif, Abdussyafi Muhammad. 2014. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Nata, Abuddin. 2014. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenadamedia. Sjalabi, Ahmad. 1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Ash-Shallabi, Ali Muhammad. 2013. Mu’awiyyah bin Abu Sufyan, Prestasi Gemilang Selama 20 Tahun Sebagai Gubernur dan 20 Tahun Sebagai Khalifah Disertai Studi Kritis terhadap Fitnah-fitnah yang Terjadi di Zamannya. Jakarta: Darul Haq.

(17)

As-Sirjani, Raghib. 2015. Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Referensi

Dokumen terkait

adalah suatu gangguan tumbuh kembang motorik anak yang disebabkan karena adanya kerusakan pada otak yang terjadi pada periode sebelum, selama dan sesudah kelahiran

Sampai saat ini, obat antiinflamasi nonsteroid merupakan salah satu terapi farmakologis yang paling sering digunakan untuk mengatasi nyeri dan peradangan yang

Menurut PP no 8 tahun 2001 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari UU no 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman tentang Pupuk Budi Daya Tanaman, definisi

Data dalam penelitian ini adalah teks dalam novel Pupus Kang Pêpês karya Suharmono Kasiyun berupa unsur struktural yang meliputi tema, alur, penokohan, latar,

learning terlihat peningkatan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 19 dengan persentase 79,2% sementara 5 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal

Plasmid biner pANDA (koleksi Prof. Ko Shimamoto, NAIST, Japan) digunakan sebagai vektor RNAi, plasmid pENTR (Invitrogen, USA) sebagai entry clone ke plasmid biner

Sehubungan dengan adanya Kebutuhan sarana dan prasarana yang di perlukan oleh Lembaga TK AISYIYAH 5, dengan hormat kami mengajukan permohonan agar dapat memperoleh dana

(1) Terhadap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, atau organisme pengganggu tumbuhan karantina dilakukan penahanan apabila