• Tidak ada hasil yang ditemukan

ESKALASI USAHA KONVEKSI KAOS DAN SERAGAM KERJA MELALUI STRATEGI KUALITAS PRODUK, LAYANAN KONSUMEN DAN PERLUASAN JARINGAN PEMASARAN MELALUI E-COMMERCE PADA WIRAUSAHA FORUM DIFABEL MALANG RAYA (FORDIMARA) DI KOTA MALANG RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ESKALASI USAHA KONVEKSI KAOS DAN SERAGAM KERJA MELALUI STRATEGI KUALITAS PRODUK, LAYANAN KONSUMEN DAN PERLUASAN JARINGAN PEMASARAN MELALUI E-COMMERCE PADA WIRAUSAHA FORUM DIFABEL MALANG RAYA (FORDIMARA) DI KOTA MALANG RAYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pratiwi, Ari, Santoso, Edy, Fatmawati. Eskalasi Usaha Konveksi Kaos Dan Seragam Kerja Melalui Strategi Kualitas Produk, Layanan Konsumen Dan Perluasan Jaringan Pemasaran Melalui E-Commerce Pada Wirausaha Forum Difabel Malang Raya (Fordimara) Di Kota Malang Raya, Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2017: Vol. 4(1): PP 45-50.

Received, Month xx, 201x Revised, Month xx, 201x Accepted, Month xx, 201x

ESKALASI USAHA KONVEKSI KAOS DAN SERAGAM

KERJA MELALUI STRATEGI KUALITAS PRODUK,

LAYANAN KONSUMEN DAN PERLUASAN JARINGAN

PEMASARAN MELALUI E-COMMERCE PADA

WIRAUSAHA FORUM DIFABEL MALANG RAYA

(FORDIMARA) DI KOTA MALANG RAYA

1*

Ari Pratiwi, 2Edy Santoso, 3Fatmawati

1, 2,3

Jurusan Psikologi, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Abstract: Escalation or increase in convection shirt and work uniform are very important through develop strategy of increasing quality products, customer service and marketing network expansion as the competition rigorously in convection. Moreover, these efforts are made by persons with disabilities who experience stigma towards their incapability. In this IbM community service, product quality can be improved through t-shirt design training. Service to customers can be improved through training of customer service. To reach out to all segments of the market, entrepreneurs with disabilities have limited mobility, so it is highly needed the strategy of expanding marketing network without mobility using e-commerce. The results of this public service activities is there an increase in the knowledge partner in making the t-shirt design, customer service and e-commerce. Skills of partners also increased in using laptops, printers, sewing andembroidery machine, and there is increased in turnover or income after attending this event.

Keyword:T-shirt design, E-commerce, customer services, difabel

1.

Latar Belakang Riset

Pakaian atau busana merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kaos merupakan penunjuk identitas sebuah produk atau citra perusahaan, sehingga banyak sekali perusahaan yang memerlukan kaos sebagai promosi produk, pencitraan diri maupun pencitraan perusahaan. Seperti yang ditulis di situs sebuah perusahaan konveksi di Indonesia

(www.andalasclothing.com) bahwa usaha

konveksi di Indonesia merupakan salah satu usaha yang sangat menjanjikan, maka tidak heran jika banyak masyarakat yang memulai bisnis konveksi. Tidak hanya pangsa pasar yang jelas dan menjanjikan, keuntungan lain dari bisnis konveksi adalah modal yang ekonomis.

Harga mesin jahit untuk memulai usaha konveksi berkisar antara Rp 2.000.000 – Rp3.000.000, begitupun dengan tempat yang dibutuhkan, dengan luas tempat 6m2 – 8m2 seseorang dapat memulai bisnis konveksi.

Bisnis konveksi kaos dan busana tidak hanya berkembang di kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta, tetapi juga di Malang yang secara geografis tidak terlalu luas akan tetapi memiliki daya tarik yang kuat sehingga mengalami peningkatan jumlah penduduk yang sebagian besar merupakan pendatang yang berprofesi sebagai pegawai, wirausaha, atau mahasiswa. Begitupun dengan jumlah distribution store (Distro) di Kota Malang yang mengalami peningkatan. Kondisi ini memperluas pangsa pasar dan meningkatkan jumlah konsumen di Malang, yang dapat menjadi salah satu faktor pendorong kegiatan ekonomi. Mitra yang dipilih dalam pengabdian kepada masyarakat melalui skema Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang diajukan Tahun ini

adalah wirausaha penyandang disabilitas yang * Corresponding author: Ari Pratiwi

ari.pratiwi@ub.ac.id

Published online at http://IJDS.ub.ac.id/1

(2)

46 Cite this as:

Pratiwi, Ari, Santoso, Edy, Fatmawati. Eskalasi Usaha Konveksi Kaos Dan Seragam Kerja Melalui Strategi Kualitas Produk, Layanan Konsumen Dan Perluasan Jaringan Pemasaran Melalui E-Commerce Pada Wirausaha Forum Difabel Malang Raya (Fordimara) Di Kota Malang Raya, Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2017: Vol. 4(1): PP 45-50

tergabung dalam Forum Difabel Malang Raya (FORDIMARA). Pemilihan mitra berdasarkan kemampuan, usaha yang digeluti, dan tekad untuk meningkatkan dan memperluas usahanya. Untuk itu, terpilih tiga penyandang disabilitas yang menjadi mitra, dua diantaranya merupakan masyarakat yang sudah produktif secara ekonomi, sedangkan satu mitra lainnya merupakan masyarakat yang belum produktif secara ekonomi, tetapi berhasrat kuat menjadi wirausahawan.

Mitra 1 seringkali mendapatkan komplain dari konsumen dan banyak calon konsumen yang tidak kembali, pada saat konsumen membawa design kaos yang disimpannya dalam flashdisk. Solusi yang ditawarkan untuk mitra 1 adalah menyediakan laptop dan printer agar mitra 1 dapat membuat print out desain untuk konsumen serta dapat membuat desain dan modifikasinya melalui laptop. Karena mitra 1 belum pernah mengoperasikan laptop dan printer, perlu adanya pelatihan penggunaan alat seperti cara menyalakan komputer, menyimpan file serta mencetak melalui printer. Selain itu mitra 1 juga belum pernah membuat desain produk apapun melalui laptop, sehingga perlu adanya pelatihan desain kaos dan busana. Dari segi produk, display untuk memamerkan hasil-hasil karya mitra 1 juga tidak ada. Selama ini hasil karya tersebut bertumpuk di etalase kaca dan ditumpuk tidak beraturan di mesin jahit, sehingga mitra 1 membutuhkan tempat gantungan baju untuk memamerkan hasil karyanya agar konsumen dengan mudah menentukan pilihan kaos dan busana sesuai keinginannya.

Mitra 2, karena selama menjadi karyawan konveksi menjahit seragam kerja, seperti dari instansi kepolisian dan institusi lain, maka mitra 2 akan membuka usaha jahitan yang mempunyai spesialisasi yang sama sehingga mitra 2 membutuhkan mesin jahit yang berbeda yaitu khusus untuk kain tebal dan dapat digunakan untuk bahan seperti jeans, terpal dan kain sofa, agar mitra 2 bisa menerima banyak pesanan dengan spesialisasi kain tebal. Solusi yang ditawarkan yaitu menyediakan mesin jahit yang khusus untuk menjahit kain tebal. Walaupun mitra 2 telah terbiasa menjahit, mesin baru tentu membutuhkan kebiasaan dan pemahaman baru, sehingga perlu adanya

pelatihan penggunaan alat yang diberikan oleh petugas dari toko tempat pembelian alat.

Mitra 3, karena pesanan busana banyak yang meminta menggunakan tambahan bordir pada desain bajunya, sedangkan mitra 3 tidak mempunyai alat tersebut, maka mitra 3 sangat membutuhkan mesin bordir dan mesin kancing press. Solusi yang ditawarkan untuk mitra 3 adalah menyediakan mesin bordir dan mesin kancing press untuk mitra 3. Agar terampil menggunakan mesin bordir dan mesin kancing press, tentu mitra 3 memerlukan pelatihan pengunaan alat yang dibantu oleh petugas dari toko tempat pembelian alat.

Selanjutnya, permasalahan ketiganya saat ini adalah peningkatan kualitas produk, kualitas layanan konsumen dan membuka jaringan pemasaran. Permasalahan tersebut sangat mendesak untuk diselesaikan, dengan 3 strategi di atas maka ketiga mitra dan anggota-anggota wirausaha Fordimara dapat saling bekerjasama dalam meningkatkan penjualan dan pendapatan secara mandiri, tanpa bergantung pada orang lain. Kualitas produk dapat ditingkatkan melalui pelatihan desain agar mitra 1, 2 dan 3 dapat memberikan desain yang beragam dan menarik. Kualitas layanan konsumen perlu ditingkatkan karena masih banyak masyarakat yang memandang sebelah mata terhadap difabel, sehingga perlu bagi para difabel untuk lebih meningkatkan kemampuan pelayanan dan lebih mengikuti perkembangan manajemen usaha terkini. Perluasan pemasaran bisa dilakukan dengan sistem online,ketiga mitra dapat memasarkan produk barang dan jasanya tanpa ada batas jarak dan waktu. Pemasaran online ini sangat membantu mobilitas ketiga mitra, mengingat para mitra menyandang tuna daksa.

2.

Metodologi Riset

(3)

47 Cite this as:

Pratiwi, Ari, Santoso, Edy, Fatmawati. Eskalasi Usaha Konveksi Kaos Dan Seragam Kerja Melalui Strategi Kualitas Produk, Layanan Konsumen Dan Perluasan Jaringan Pemasaran Melalui E-Commerce Pada Wirausaha Forum Difabel Malang Raya (Fordimara) Di Kota Malang Raya, Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2017: Vol. 4(1): PP 45-50

subyek sasaran IbM, bukan berasal dari pengusul..

Prosedur kerja yang akan dilakukan adalah: 1. Tahap persiapan :

a. Survey ke subyek sasaran yaitu kelompok

penyandang disabilitas “FORDIMARA”

dan melakukan identifikasi permasalahan yang harus segera diselesaikan, dalam hal ini terdapat tiga permasalahan yaitu kelengkapan peralatan, peningkatan strategi layanan pada pelanggan, strategi kualitas produk dan perluasan jaringan pemasaran. Memilih 3 mitra atas kesepakatan di kelompok penyandang

disabilitas “FORDIMARA” dengan

melihat sisi kesiapan dan semangat menyelesaikan suatu masalah.

b. Survei alat dan bahan yang diperlukan meliputi : gawangan gantungan baju, mesin bordir, mesin jahit untuk kain tebal, printer dan laptop.

c. Pembuatan proposal untuk diajukan dalam program IbM Dikti TA 2016.

d. Memantau tempat usaha konveksi kaos dan penjahitan busana.

2. Tahap pelaksanaan pengabdian : a. Pelatihan 1 : Pelatihan Pembuatan Desain

Kaos dan Busana dengan menggunakan laptop. Pelatihan diberikan oleh tim IbM dan diikuti oleh ketiga mitra secara khusus dan dapat pula diikuti oleh anggota FORDIMARA lainnya bila ada yang berminat. Pada pelatihan diajarkan cara membuat desain pada kaos dan busana dengan menggunakan program CorelDraw.

b. Pembelian dan pemberian bantuan alat dan bahan yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan subyek sasaran. Alat yang dibutuhkan adalah laptop, printer warna, mesin jahit type GC0303 yang dapat menjahit kain tebal, mesin bordir Juki, mesin press kancing dan gawangan baju. c. Pelatihan 2 : Pelatihan Penggunaan

Bantuan Alat yang diberikan Pelatihan penggunaan bantuan alat meliputi cara penggunaan laptop untuk membuat desain kaos dan busana, cara membuat print out desain, cara menggunakan mesin jahit, mesin bordir dan mesin press kancing. Pelatihan penggunaan laptop dan printer dilakukan oleh tim IbM, sedangkan

penggunaan mesin jahit, bordir dan press kancing dilakukan oleh petugas dari toko mesin dengan didampingi oleh tim IbM. d. Pelatihan 3 : Pelatihan Strategi Layanan

pada Konsumen Pelatihan strategi layanan pada konsumen diberikan oleh asisten tim IbM yang memiliki kepakaran dalam mengajar mata kuliah kewirausahaan. e. Pelatihan 4 : Pembuatan Bisnis Online

Pelatihan diberikan oleh tim IbM, meliputi pengetahuan tentang bisnis online, pembuatan email, pembuatan blog/website dan cara mengakses blog/website.

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi Program

a. Memonitor penggunaan alat dengan benar dan perkembangan usaha Tahap monitoring dilakukan setelah kegiatan pelatihan selesai dilakukan.

b. Mengevaluasi bila ada permasalahan yang muncul setelah monitoring.dan mencari solusi alternatif untuk memecahkan permasalahan tersebut. Setelah monitoring, apabila ada permasalahan yang muncul, dilakukan evaluasi. Setelah dilakukan evaluasi, dicari solusi alternatif untuk memecahkan permasalahan tersebut.

4. Keberlanjutan program

Setelah program IbM selesai, jalinan kerjasama tidak selesai begitu saja, namun mitra akan terus terpantau melalui kerjasama FORDIMARA dengan Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya.

3. Hasil dan Pembahasan

Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi : 1. Survei pendahuluan

(4)

48 Cite this as:

Pratiwi, Ari, Santoso, Edy, Fatmawati. Eskalasi Usaha Konveksi Kaos Dan Seragam Kerja Melalui Strategi Kualitas Produk, Layanan Konsumen Dan Perluasan Jaringan Pemasaran Melalui E-Commerce Pada Wirausaha Forum Difabel Malang Raya (Fordimara) Di Kota Malang Raya, Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2017: Vol. 4(1): PP 45-50

Mitra 1 masih belum memiliki laptop, printer dan gawangan baju. Beliau juga masih belum bisa mendesain kaos menggunakan laptop. Mitra 2 telah berhenti dari tempat bekerjanya dahulu dan memulai usaha menjahit, namun dengan mesin jahit yang seadanya, sehingga masih membutuhkan mesin jahit khusus untuk menjahit kain yang tebal. Mitra 3 masih belum memiliki mesin bordir dan mesin pengepres kancing.

2. Pemberian bantuan alat

Pembelian dan penyerahan alat dilaksanakan dalam empat kali kegiatan. Kegiatan pertama pembelian laptop dan printer, kegiatan kedua pembelian dan penyerahan mesin bordir Juki, Mesin jahit woking dan mesin press. Kegiatan ketiga pembelian dan penyerahan gawangan baju kotak dan kegiatan keempat adalah pembelian dan penyerahan gawangan jagrak roda.

3. Pelatihan 1 : Pelatihan Pembuatan Desain Kaos dan Busana dengan menggunakan laptop. Diikuti oleh 3 mitra dan 2 anggota FORDIMARA lainnya.

Evaluasi pelatihan desain :

a. Berdasar metode pembelajaran

Pada proses pelatihan ini pemateri dari tim pengabdian melakukan beberapa cara yaitu memberikan ceramah berupa pemahaman tentang desain digital secara umum dan khususnya pada desain kaos, setelah itu dilakukan praktek langsung dengan menggunakan alat dan dilanjutkan dengan mengajarkan cara penggunaan alat bantu yang diberikan atau yang dibutuhkan dalam pembuatan desain digital seperti alat print dan scaner.

Pada proses ini yang perlu dievaluasi adalah cara pembelajaran yang diberikan, secara keseluruhan yang menjadi hal penting bagi peserta adalah praktek langsung dengan meniru contoh-contoh yang diberikan oleh pemateri. Hal ini menjadi lebih praktis dan cepat mereka pahami, karena peserta merupakan pelaku bisnis dalam usaha garmen. Sehingga pemahan desain yang sifatnya teori tidak terlalu dibutuhkan mereka. Kedepannya dalam sebuah pelatihan yang sifatnya sama cara atau trik dalam memahami objek yang

akan dibuat serta praktek langsung dari beberapa teknik yang diajarkan menjadi hal yang penting untuk diingat.

b. Berdasar Alat dan Bahan:

Pada pelatihan desain kaos yang sudah dilakukan menggunakan alat dan bahan dalam proses pelatihan berlangsung, dimana alat dan bahan yang digunakan menjadi pokok dalam berlangsungnya pelatihan tersebut. Alat dan bahan yang digunakan berupa seperangkat laptop didukung juga dengan adanya alat pencetak hasil pelatihan dan alat scaner. Alat dan bahan ini secara keseluruhan diadakan oleh tim pengabdian, jadi para peserta pelatihan tidak ada menyediakan alat dan bahan yang digunakan pada pelatihan ini. Pada pelatihan ini terdapat kurang lebih 5 peserta (dari komunitas fordimara) atau mitra yang bekerjasama dengan tim pengabdian, sedangkan alat dan bahan yang disediakan dalam pelatihan desain kaos hanya terbatas dengan kata lain tidak sebanyak jumlah peserta, tetapi hal tersebut tidak menghalagi dari proses pelatihan yang sedang berlangsung. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pelatihan selanjutnya diharapkan para peserta juga sipa dengan alat dan bahan yang digunakan sehingga pelatihan dapat lebih maksimal dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Dalam pengadaan alat dan bahan tim pengabdian juga sebaiknya melihat dari jumlah peserta yang ikut sehingga alat dan bahan yang disediakan cukup untuk dipakai dalam proses pelatihan.

c. Berdasar keterampilan yang dimiliki peserta pelatihan

(5)

49 Cite this as:

Pratiwi, Ari, Santoso, Edy, Fatmawati. Eskalasi Usaha Konveksi Kaos Dan Seragam Kerja Melalui Strategi Kualitas Produk, Layanan Konsumen Dan Perluasan Jaringan Pemasaran Melalui E-Commerce Pada Wirausaha Forum Difabel Malang Raya (Fordimara) Di Kota Malang Raya, Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2017: Vol. 4(1): PP 45-50

dalam proses desain secara digital mereka mengandalkan jasa dari orang lain yang membutuhkan biaya tersendiri. Proses desain yang membutuhkan jasa dari orang lain ini secara berkesinambungan, mereka harus rela menolak beberapa konsumen yang mengiginkan sebuah proses yang langsung ditempat dan dapat dilihat langsung gambaran dari barang yang mereka pesan.

4. Pelatihan 2 : Pelatihan Penggunaan Bantuan Alat.

Pelatihan penggunaan bantuan alat dilakukan dalam 2 tahap.

Evaluasi keterampilan peserta

Karena mitra 2, memang berprofesi sebagai penjahit dan pernah mengoperasikan mesin yang sama, tidak ada kendala berarti dalam mengoperasikan mesin yang baru. Sedangkan mitra 3, walaupun sudah pernah melakukan bordir, namun tipe mesin yang berbeda membuat Mitra 3 harus mempelajari mesin bordir yang baru tersebut.

5. Pelatihan 3 : Pelatihan E-Commerce (Pembuatan Website dan Bisnis Online) diikuti 20 orang dari FORDIMARA.

Winston, Choi & Stahl (Manzoor, 2010) menjelaskan bahwa E-commerce mengacu pada penggunaan elektronik dan teknologi untuk mendukung kegiatan komersial (penjualan, pembelian, transfer atau oertukaran produk, jasa dan informasi), termasuk di dalamnya adalah interaksi antar bisnis, bisnis-ke-bisnis dan bisnis-konsumen. Pengiriman barang dapat terjadi di dalam maupun di luar internet. Lebih mudahnya, e-commerce dipahami sebagai proses transaksi bisnis melalui internet (Manzoor. 2010). Salah satu model e-commerce adalah Business to Customer (B2C). Pada model ini, pebisnis atau penjual bertransaksi langsung dengan konsumen melalui katalog dan promo lainnya. Hal ini sangat sesuai untuk para mitra IbM karena tidak dibutuhkan sistem yang rumit. Beberapa elemen yang dibutuhkan dalam e-commerce diantaranya adalah tersedianya web dan email pengguna. Untuk itu, pelatihan ini

mengajarkan pada peserta untuk membuat email. Sedangkan untuk mitra 1, diajarkan untuk mengunggah materi jualannya diweb yang telah dibuatkan, yaitu

http://jualan.fordimara.org/

Evaluasi Pelatihan E-commerce a. Berdasar alat dan bahan

Karena kondisi teknis WIFI gedung tempat kegiatan kurang mendukung, sehingga tidak semua peserta pelatihan dapat membuat email saat itu juga. Pada peserta yang memiliki akses kuota internet pada handphonenya, dapat diajarkan langkah-langkah membuat email berdasar modul yang telah dibuat. Namun pada peserta yang tidak memiliki handphone tidak bisa membuat email saat pelatihan, sehingga hanya dibekali modul untuk dibuat setelah pelatihan dan akan dicek melalui monitoring dan evaluasi. Saat pelatihan, di gedung tempat kegiatan telah disediakan 4 komputer untuk digunakan sebagai alat pelatihan, namun tidak berfungsi maksimal karena keterbatasan waktu.

b. Berdasar keterampilan peserta

Peserta masih memerlukan panduan yang konkret dan tahap demi tahap untuk membuat email, tidak bisa hanya melalui modul saja karena banyak yang belum pernah mengakses internet dan faktor usia yang membuat penyerapan keterampilan baru menjadi lebih lambat dan mudah menyerah.

6. Pelatihan 4 : Pelatihan Strategi Layanan pada Konsumen diikuti 16 orang dari Fordimara.

Evaluasi Pelatihan Strategi Layanan pada konsumen

Sekitar 75 % peserta paham akan materi karena hampir semua peserta memiliki usaha/bisnis, misalnya toko kelontong, penjahit, membuat kue, menjual pulsa. Pemahaman akan materi didapat dari sharing tentang contoh-contoh lebih aplikatif.

(6)

50 Cite this as:

Pratiwi, Ari, Santoso, Edy, Fatmawati. Eskalasi Usaha Konveksi Kaos Dan Seragam Kerja Melalui Strategi Kualitas Produk, Layanan Konsumen Dan Perluasan Jaringan Pemasaran Melalui E-Commerce Pada Wirausaha Forum Difabel Malang Raya (Fordimara) Di Kota Malang Raya, Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS).2017: Vol. 4(1): PP 45-50

1. Program pelatihan desain

Setelah sekitar empat bulan dari pelatihan diadakan, perkembangan pengetahuan desain dari peserta cukup signifikan. Mereka sudah bisa menerapkan ilmu yang didapat dalam pelatihan pada usaha yang digeluti. Hal ini terlihat dari beberapa hasil produk yang mereka buat, sebagai berikut:

2. Program pelatihan E-commerce

Berdasarkan monitoring, ternyata hanya 2 diantara peserta yang membuat email setelah pelatihan. Berdasarkan monitoring ini, evaluasinya adalah bahwa peserta yang berasal dari FORDIMARA tidak dapat dilepaskan sendiri dan harus dituntun satu persatu tahap. Namun demikian, tidak banyak anggota yang bersedia membuat email secara mandiri karena kurang melihat manfaatnya bagi perkembangan usaha mereka. Sedangkan mitra 1, sudah membuat email dan mengunggah foto

barang dagangannya di

http://jualan.fordimara.org/ Oleh karena

itu, untuk E-commerce masih perlu pendampingan lebih lanjut.

3. Peningkatan omzet Mitra

Berdasarkan catatan pembukuan mitra, terdapat kenaikan omzet mitra 1 dari sebelum IbM dan setelah IbM. Pada mitra 1, terdapat kenaikan omzet per Januari 2016 – 29 Oktober 2016 sebanyak Rp 1.194.000

Sedangkan kenaikan omzet dari mitra 2 IbM adalah karena mitra 2 IbM sebelumnya bekerja di salah satu Tailor di Malang, lalu berhenti bekerja, sehingga baru mulai sendiri usahanya dalam permak jeans pada bulan September. Dengan mematok ongkos permak sebesar Rp 10.000 per potong, pendapatan mitra 2 berkisar antara Rp 400.000 – Rp 800.000 per bulan.

4.

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari program IbM ini adalah

1. Program telah terlaksana 100 %. Program yang telah terlaksana meliputi pemberian alat, pelatihan desain, pelatihan

penggunaan alat, pelatihan layanan konsumen dan pelatihan E-commerce. 2. Terdapat peningkatan omzet mitra IbM

dari sebelum program dan sesudah program.

3. Berdasarkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan mitra, program pemberian alat, pelatihan desain dan pelatihan penggunaan alat menunjukkan hasil yang optimal. Pelatihan layanan konsumen, tampak meningkatkan pengetahuan mitra, namun belum menunjukkan keterampilan mitra karena kurang terukur secara kuantitatif. Sedangkan pelatihan E-commerce masih perlu dilanjutkan karena mitra belum benar-benar terampil menggunakan internet secara optimal sebagai media penjualan.

5.

Acknowledgement

Terimakasih diucapkan kepada Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang telah memfasilitasi dan mendanai kegiatan ini melalui Program Pengabdian Masyarakat dengan skema Iptek bagi Masyarakat (IbM). Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Pusat Studi dan Layanan Universitas Brawijaya yang telah mendukung kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2008). Awal Mula Bisnis Konveksi di Indonesia, diakses pada tanggal 14 April 2015 dari http://www.andalasclothing.com/11- artikel-konveksi/awal-mula-bisnis-konveksi-di-indonesia-2#content

Manzoor, Amir. (2010). E-Commerce : An Introduction. Deutchsland Germany : Lambert Academic Publishing

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan metode pembelajaran kumon, metode pembelajaran Group to Group Exchange (GGE) di kelas eksperimen B adalah salah satu metode belajar yang menuntut siswa

Financial Distress Pada Bank Go-Public Periode 2007-2011” dapat terselesaikan..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fung- si intelektual memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup lanjut usia dan secara sta- tistik signifikan, lanjut usia dengan

Ditandai dengan keadaan dimana gigi susu mulai tanggal dan gigi tetap mulai tumbuh. Pada periode ini sering terjadi gingsul atau kesundulan dalam bahasa Jawa, diakibatkan gigi

Dengan menggandeng perbankan, kami berharap infrastruktur yang telah ada dan mapan milik perbankan bisa mendukung pengembangan infrastruktur pasar modal sehingga

Hasil ini mendukung temuan Suroso (2005) yang mengungkapkan bahwa kinerja jangka panjang IPO underperformed sebesar 18,95% pada tahun pertama ketika disesuaikan dengan return

Dengan menggunakan sistem pakar identifikasi tipe kepribadian karyawan ini, manajer KCP dipermudah dalam mengidentifikasi kepribadian karyawan, karyawan mutasi yang

Adapun alat analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan LPD Se Kecamatan Kintamani adalah analisis CAMEL, yang mencakup aspek permodalan