• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi Sistem Akuntansi Keuang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Skripsi Sistem Akuntansi Keuang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

masyarakat. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia memerlukan adanya manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu berhubungan satu sama lain, disadari atau tidak untuk mencukupkan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pergaulan hidup tempat setiap orang melakukan perbuatan dalam hubungannya dengan orang lain disebut muamalah.1

Masalah muamalah selalu dan terus berkembang, tetapi perlu diperhatikan agar perkembangan tersebut tidak menimbulkan kesulitan-kesulitan hidup pada pihak tertentu yang disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan atau tipuan dari pihak lain.

Islam adalah agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia secara menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupannya mencakup aspek-aspek aqidah, ibadah, akhlak dan kehidupan bermasyarakat menuju tercapainya kebahagiaan hidup rohani dan jasmani, baik dalam kehidupan individunya, maupun dalam kehidupan masyarakatnya.2

Agama Islam mengajarkan kepada umatnya supaya hidup saling tolong-menolong, yang kaya harus menolong yang miskin, yang mampu harus menolong yang kurang mampu. Bentuk dari tolong-menolong ini bisa berupa pemberian dan bisa juga berupa pinjaman.

Dalam bentuk pinjaman, hukum Islam menjaga kepentingan kreditur, jangan sampai ia dirugikan. Oleh sebab itu, ia dibolehkan meminta barang dari debitur sebagai jaminan utangnya. Sehingga apabila debitur itu tidak mampu

1 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), ed. Revisi, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 11.

(2)

melunasi pinjamannya, maka barang jaminan boleh dijual oleh kreditur. Konsep tersebut dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah rahn atau gadai.3

Salah satu bentuk perwujudan dari muamalah yang di syari'atkan adalah gadai, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 283 yang berbunyi:

                                   

283. jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.4

Selama ini banyak usaha-usaha perorangan yang mencoba menyalurkan dana atau kredit kepada masyarakat tetapi sering menimbulkan kerugian karena bunga yang terlalu tinggi. Kerena itu pemerintah mencoba memberikan fasilitas-fasilitas kredit dan fasilitas-fasilitas-fasilitas-fasilitas pembiayaan lainnya. Fasilitas-fasilitas-fasilitas tersebut oleh pemerintah disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. Lembaga keuangan bank dibagi menjadi 2 yaitu Bank Umum dan Bank Prekreditan Rakyat. Lembaga keuangan bukan bank terdiri dari pengadaian, asuransi dana pensiun, reksadana, bursa efek dan lain-lain.

3 Muhammad Solikhul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003) hlm. 1-3.

(3)

Di Indonesia satu-satunya lembaga pegadaian yang resmi dan didirikan oleh pemerintah dinamakan Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian. Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan lembaga perkreditan non bank, yang memberikan jasa pelayanan kredit berdasarkan hukum gadai dan berlaku untuk siapa saja dengan syarat jaminan berupa benda-benda bergerak.

Meskipun banyak lembaga keuangan yang menawarkan pinjaman atau kredit, namun Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian tetap menjadi pilihan masyarakat yang membutuhkan dana, karena lembaga ini mampu menyediakan dana secara cepat dengan prosedur yang mudah. Hal ini sesuai dengan semboyan dari Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian itu sendiri yaitu “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”.

Kehadiran Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian yang didirikan pemerintah mengusung peran sosial yang cukup jelas, yaitu membantu pemerintah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, meski peran lain sebagai perusahaan, juga terus ditingkatkan. Bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah keberadaannya merupakan pilihan yang sangat tepat untuk memperoleh dana atau kredit.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pembangunan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka program mengentaskan kemiskinan.

(4)

bisnis inti yakni Kredit Cepat Aman, dan produk bisnis non inti berupa Kreasi (Kredit Angsuran Fidusia), Kredit Usaha Rumah Tangga. Namun ternyata tidak hanya sampai di situ fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah penganut agama Islam, maka Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian meluncurkan sebuah produk gadai yang berbasiskan prinsip-prinsip syariah.

Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari uang pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian syariah tetap memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpan barang seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional sebagai berikut:

Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.

4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

5. Penjualan Marhun

a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus memperingatkan Rahin untuk segera melunasi utangnya.

b. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka Marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

c. Hasil penjualan Marhun digunakan untuk melunasi utang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan kekurangannya menjadi

kewajiban Rahin.5

(5)

Disamping berusaha memberikan pelayanan umum berupa penyediaan dana, manajemen Pegadaian juga berusaha agar pengelolaan ini sedapat mungkin tidak mengalami kerugian. Pegadaian diharapkan dapat mengalami keuntungan atau setidaknya penerimaan yang di dapat mampu menutup seluruh biaya dan pengeluaraanya sendiri.

Kebutuhan akan sumber daya yang berkualitas dan dalam jumlah yang besar harus diproyeksikan beberapa tahun ke depan, fasilitas pelayanan yang ada harus di manfaatkan secara efektif dan efisien mungkin kesemuanya itu berakibat pada peningkatan biaya Pegadaian. Sehubungan dengan itu guna peningkatan efisiensi dan mengembangkan kepercayaan masyarakat dengan salah satunya menyajikan, mengukur, mengungkapkan, dan mengakui pendapatannya dalam laporan keuangan secara transparan, serta dapat menyajikan informasi yang dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat dipercaya kebenarannya. Laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.

Dalam hal pelaporan keuangan Pegadaian Syariah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menyebutkan bahwa :

Perhitungan Tahunan dibuat sesuai dengan Standar Akutansi Keuangan yang berlaku.6

Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku Perusahaan ditutup, Direksi wajib menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf 1 kepada Menteri, yang memuat sekurang-kurangnya:

a. Perhitungan Tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yhang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen tersebut;

b. laporan mengenai keadaan dan jalannya Perusahaan serta hasil yang telah dicapai;

(6)

c. kegiatan utama Perusahaan dan perubahan selama tahun buku;

d. rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan Perusahaan;

e. nama anggota Direksi dan Dewan Pengawas; dan

f. gaji dan tunjangan lain bagi anggota Direksi dan Dewan Pengawas.7

Laporan Tahun ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta disampaikan kepada Menteri Keuangan.8

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti bagaimana Lembaga Keuangan Syariah menyajikan, mengukur, mengungkapkan, dan mengakui pendapatannya dalam laporan keuangan perusahaan, khususnya Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank yakni Pegadaian Syariah yang penulis tuangkan dalam karya ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul : “Sistem Akuntansi Pegadaian Syariah (Studi Kasus Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka penulisan dalam penelitian ini akan difokuskan pada pertanyaan berikut:

1. Bagaimana Sistem Akuntansi Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin?

2. Apakah ada perbedaan sistem akuntansi pada masing-masing Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Sistem Akuntansi Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin.

7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian Pasal 51.

(7)

2. Untuk menelaah apakah ada perbedaan sistem akuntansi pada masing-masing Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin

Hasil penelitian masalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam pada umumnya dan keuangan Islam pada khususnya serta dapat dijadikan rujukan bagi penelitian berikutnya tentang system akuntasi.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi Cabang dan Unit Pegadaian Syariah di Banjarmasin atau pihak yang terkait di dalamnya dalam menyajikan, mengukur, mengungkapkan, dan mengakui pendapatan dalam laporan keuangan.

D. Batasan Istilah

Judul dari skripsi ini adalah Sistem Akuntansi Pegadaian Syariah (Studi Kasus Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin). Untuk memudahkan pemahaman terhadap judul dari skripsi ini dan menghindari terjadi kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menginterpretasi judul serta permasalahan yang akan diteliti, maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut:

1. Sistem Akuntansi dimaksudkan untuk memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen sebuah perusahaan guna memudahkan pengelolaan perusahaan.

2. Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin dimaksud, yaitu : Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).

(8)

E. Tinjauan Pustaka

1. System Akuntansi

Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklarifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan.9

Sedangkan Sistem akuntansi menurut Mulyadi, sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang memudahkan manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.” 10

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem akuntansi

dibuat untuk memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen sebuah perusahaan guna memudahkan pengelolaan perusahaan.

Fungsi utama sistem akuntansi adalah mendorong seoptimal mungkin agar sistem tersebut dapat menghasilkan berbagai informasi akuntansi yang terstruktur yaitu tepat waktu, relevan, dan dapat dipercaya. Unsur-unsur yang terdapat dalam suatu sistem akuntansi saling berkaitan satu sama lain, sehingga dapat dilakukan pengolahan data mulai dari awal transaksi sampai dengan pelaporan yang dapat dijadikan sebagai informasi akuntansi.

Terdapat 5 (lima) unsur sistem akuntansi. Unsur sistem akuntansi pokok adalah sebagai berikut :

a. Formulir, merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi.

b. Jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya.

9 Warren, Reeve and Fess. Accounting: Pengantar Akuntansi. Diterjemahkan: Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik Hendrawan. (Jakarta : Salemba Empat, 2005), hlm. 234.

(9)

c. Buku Besar (general ledger), terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.

d. Buku Pembantu (susbsidiary ledger), terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar.

e. Laporan, merupakan hasil akhir proses akuntansi yang berupa neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, dan daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.

Dalam mewujudkan sistem akuntansi yang baik, pada dasarnya harus mengetahui pembangun sistem akuntansi itu sendiri, sistem akuntansi erat hubungannya dengan kerjasama manusia dengan sumber daya lainnya didalam suatu perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Tujuan sistem akuntansi merupakan suatu tujuan yang berdasarkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan.

Dari setiap sistem akuntansi yang terdiri dari berbagai sistem mempunyai tujuan yang sama, sistem akuntansi sendiri dibuat oleh

manajemen dalam mengelola perusahaannya, maka dari itu untuk lebih jelasnya, tujuan sistem akuntansi dapat dikemukakan dibawah ini.

Tujuan umum pengembangan sistem akuntansi mempunyai tujuan sistem akuntansi sebagai berikut :

a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru. b. Untuk meningkatkan informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah

ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya.

(10)

untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan.

d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.”11

Dari uraian tujuan sistem akuntansi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi merupakan faktor utama pendorong agar manajemen perusahaan dapat menghasilkan informasi akuntansi yang terstruktur dan mengandung arti.

Berdasarkan tujuan sistem akuntansi yang diuraikan diatas memiliki penjelasan, yaitu :

a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru. b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada. c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern.

d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

Dalam penyusunan sistem akuntansi terdapat prinsip-prinsip umum sebagai berikut :

a. Menganalisis struktur organisasi

b. Menganalisis semua transaksi pada perusahaan secara harian maupun bulanan

c. Menganalisis pengendalian intern berdasarkan struktur organisasi, uraian tugas, sistem dan prosedur organisasi

d. Kumpulan catatan berbagai transaksi dalam bentuk formulir, buku, dan catatan-catatan

e. Menganalisis kegiatan internal cek (uji coba) struktur kegiatan perusahaan f. Menganalisis berbagai laporan akuntansi keuangan untuk pihak ekstern

yang harus disiapkan dari catatan transaksi, demikian pula laporan akuntansi manajemen untuk pihak intern

g. Menetapkan secara terus-menerus bagian pengawasan intern secara periodik dan melakukan pengawasan ekstern yang diperlukan.12

11 Ibid., hlm. 20.

(11)

Dalam penyusunan sistem akuntansi terlebih dahulu dengan kegiatan menganalisis sampai dengan melakukan pengawasan, yang dilakukan secara terus-menerus. Hal tersebut dilakukan agar dalam penyusunan sistem akuntansi dapat berjalan lancar dengan efektif dan efisien.

2. Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional

Menurut kitab Undang- Undang Hukum perdata pasal 1150 disebutkan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, dan yang menberikan kekuasaan kepada orang berpiutang itu utuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripadaorang yang berpiutang lainya; dengan pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang itu setelah digadaikan, biaya- biaya mana yang harus didahulukan.

Secara umum usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang- barang berharga kepada kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. Pegadaian terdiri dari dua macam, yaitu pegadaian konvensional dan pegadaian syariah. Pegadaian adalah lembaga yang melakukan pembiayaan dengan bentuk penyaluran kredit atas dasar hukum kredit.

Dalam pegadaian syariah atau rahn terdapat beberapa istilah, jadi orang yang menyerahkan barang gadai disebut rahin, orang yang menerima barang gadai disebut murtahin, dan barang yang digadaikan yaitu marhun.13

(12)

Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang kita miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.

Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan, kendaraan, atau barang bergerak lainnya yang terbentuknya Pegadaian syariah di Indonesia, yaitu yang bekerjasama dengan Perum Pegadaian yang membentuk Unit Layanan Gadai Syariah (ULGS).14

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan.15

Persamaan gadai syariah dengan gadai konvensional: 1) Hak gadai atas pinjaman uang.

2) Adanya agunan sebagai jaminan utang.

3) Tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadaikan.

4) Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh para pemberi gadai.

5) Apabila batas waktu pinjaman uang habis, barang yang digadaikan boleh dijual atau dilelang.

Perbedaan gadai syariah dengan gadai konvensional:

14 Ahmad Rodoni, Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), hlm. 188

(13)

1) Rahn dalam hukum Islam dilakukan secara suka rela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan. Sedang, gadai menurut hukum perdata disamping berprinsip tolong menolong juga menarik keuntungan dengan cara menarik bunga atau sewa modal yang ditetapkan.

2) Dalam hukum perdata hak gadai hanya berlaku pada benda yang begerak. Sedangkan dalam hukum Islam, rahn berlaku pada seluruh benda, baik harus yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

3) Dalam rahn tidak ada istilah bunga.

4) Gadai menurut hukum perdata dilaksanakan melalui suatu lembaga yang di Indonesia disebut Perum Pegadaian, rahn menurut hukum Islam dapat dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga.16

Produk Pegadaian

1) Jasa Taksiran

Layanan Pegadaian untuk memberikan penilaian berbagai jenis dan kualitas emas dan berlian, para penaksir akan bergerak atau bertindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Jasa Titipan

Bagi nasabah yang ingin manyimpan barangnya yang berharga, dapat menyimpan dipegadaian dengan layanan tititpan, dengan prosedur mudah, layanan murah, dan barang akan dijamin oleh pegadaian. Selain itu, jika nasabah akan meninggalkan rumah dalam jangka waktu yang lama, nasabah dapat manitipkan barang- barang dipegadaian.

3) Penjualan Koin Emas ONH

Koin emas ONH adalah emas yang berbentuk koin yang dapat digunakan untuk tujuan persiapan dana pergi menunaikan ibadah haji bagi pembelinya. Nasabah hanya cukup membeli sejumlah koin emas ONH (yang tersedia dalam pilihan berat), baik sekali saja maupun secara rutin. Setelah koin emas ONH milik nasabah telah mencapai sekitar 250-300 gram, secara otomatis nasabah akan didaftarkan sebagai calon jamaah haji

(14)

melalui Sistem Haji Terpadu (Siskoat). Selain untuk haji, dapat pula dibeli untuk tujuan investasi.

4) Krasida

Kredit angsuran system gadai merupakan pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro kecil (dalam rangka mengembangkan usaha) atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya dilakukan melalui angsuran. Dengan janka waktu maksimal tiga tahun dan jaminan bergerak,seperti: perhiasan, kendaraan bermotor, dan barang bergerak lainya.

5) Kreasi

Kreasi adalah pemberian pinjaman uang yang ditujukan kepada pengusaha kecil dengan menggunakan konstruksi penjaminan kredit atas dasar fidusia. Kredit atas dasar fidusia merupakan pengikatan jaminan dengan lembaga pengikatan jaminan yang sempurna dan memberikan hak yang preferent kepada kreditor, dalam hal ini adalah lembaga jamin atau fidusia. Kredit pada fitur fidusia, bagi kreditor dan debitur merupakan jaminan yang ideal.

6) Kresna

(15)

7) Jasa gadai (Kredit Cepat Aman/KCA)

Proses pemberian system gadai hanya memakan waktu 15 menit, selain itu, aman dan prosedurnya mudah, yaitu dengan jaminan barang bergerak.

8) Usaha Sewa Gedung

Perum pegadaian juga menyediakan sewa gedung, seperti : Gedung Langen Palikrama, Gedung Serbaguna, dan Harco Pasar Baru, serta Kenari Baru.

9) Kredit Tunda Jual Komoditas Pertanian

Kredit tunda jual komoditas pertanian ini diberikan kepada petani degan jaminan gabah kering giling. Layanan kredit ini ditujuhkan untuk membantu para petani pasca panen terhindardari tekanan akibat fluktuasi harga pada saat panen dan permainan para tengkulak. Sasaran utama gadai gabah adalah membantu petani agar dapat menjual gabah yang dimilikinya sesuai dengan harga dasar yang ditetapkan pemerintah.

10) Kredit Kelayakan Usaha

Suatu bentuk pengembangan dari kredit gadai yang diperuntukkan bagi para pengusaha kecil dan mikro agar tidak lagi menggadaikan alat-alat produksinya. Dengan melihat kelayakan usahanya, mereka tetap memperoleh kredit dan barang jaminanya tetap dapat digunakan untukmenjalankan usahanya.

11) Lelang Barang Jaminan

(16)

gadai ulang. Kedua cara ini secara otomatis akan memperpanjang jangka waktu kredit.17

Ulama’ Syafi’iyah berpendapat bahwa penggadaian dapat sah bila memenuhi tiga syarat:

a. Harus berupa barang, karena uang tidak bisa digadaikan.

b. Penetapan kepemilikan penggadaian atas barang yang digadaikan tidak terhalang.

c. Barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah masa pelunasan utang gadai.

Berdasarkan tiga syarat di atas, maka dapat diambil alternatif dalam mekanisme perjanjian gadai, yaitu dengan menggunakan tiga akad perjanjian. Ketiga akad perjanjian tersebut adalah:

1) Akad al-Qardul Hasan

Akad ini dilakukan pada kasus nasabah yang menggadaikan barangnya untuk keperluan konsumtif. Dengan demikian nasabah (rahin) akan memberi biaya upah atau fee kepada pegadaian (murtahin) yang telah menjaga atau merawat barang gadaian (marhun).

2) Akad al-Mudharabah

Akad dilakukan untuk nasabah yang menggadaikan jaminannya untuk menambah modal usaha (pembiayaan investasi dan modal kerja). Dengan demikian, rahin akan memberikan bagi hasil (berdasarkan keuntungan) kepada murtahin sesuai dengan kesepakatan, sampai modal yang dipinjam terlunasi.

3) Akad al-Muqayadah

Untuk sementara akad ini dapat dilakukan jika rahin yang menginginkan menggadaikan barangnya untuk keperluan produktif, artinya dalam menggadaikan, rahin tersebut menginginkan modal kerja

(17)

berupa pembelian barang. Sedangkan barang jaminan yang dapat dijaminkan untuk akad ini adalah barang-barang yang dapat dimanfaatkan atau tidak dapat dimanfaatkan oleh rahin atau murtahin. Dengan demikian, murtahin akan membelikan barang yang sesuai dengan keinginan rahin atau rahin akan memberikan mark-up kepada murtahin sesuai dengan kesepakatan pada saat akad berlangsung sampai batas waktu yang telah ditentukan.18

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan ini adalah penelitian lapangan (field reseach), yaitu metode untuk menemukan secara spesifik dan realistis19 tentang

system akuntansi Cabang dan Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin.

Sifat penelitian yang penulis lakukan adalah bersifat deskriptif kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk menemukan informasi dari suatu permasalahan dan menggambarkan permasalahannya20 yaitu system akuntansi Cabang dan

Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin. 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah pada Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah bagian pegawai bagian laporan Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru). Objek penelitian ini adalah system akuntansi Cabang Pegadaian Syariah

18 Heri Sudarsono, Op. Cit., hlm. 172-178

19 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm.28.

(18)

Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).

4. Data dan Sumber Data a. Data

Data yang digali dalam penelitian ini meliputi: 1) Data primer

Data ini dapat berupa dokumen-dokumen system akuntansi Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).

2) Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang penulis dapatkan dari literatur kepustakaan yang berhubungan dengan system akuntansi.

b. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data adalah:

3) Responden yaitu orang yang berhubungan langsung dengan permasalahan penelitian, yaitu pegawai bagian system akuntansi Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).

(19)

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara:

a. Interview (wawancara)

Interview (wawancara), yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dengan melakukan tanya-jawab secara langsung. Dalam hal ini, peneliti melakukan tanya jawab atau wawancara secara langsung kepada pegawai bagian system akuntansi Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).

b. Observation (pengamatan langsung)

Observation (pengamatan langsung), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati objek penelitian secara langsung. Dalam hal ini peneliti mengamati lokasi Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru).

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.21 Dalam hal ini peneliti

memanfaatkan arsip atau data-data yang berhubungan dengan sejarah berdirinya Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru), struktur organisasi, tujuan, jumlah Pengurus dan

(20)

lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teori dan data yang dapat menunjang penelitian.

6. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data

1) Editing, penulis meneliti kembali data yang telah terkumpul untuk mengetahui kelengkapan dan kekurangan data dalam penyusunan untuk memperoleh kejelasan dan kesempurnaan penelitian.

2) Kategorisasi, semua data yang terkumpul dikelompokkan berdasarkan jenis dan permasalahannya untuk memudahkan memahami.

b. Analisis Data

Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif kualitatif, yaitu pembahasan yang dilakukan dengan menafsirkan data-data yang diperoleh akan diolah berdasarkan landasan teoritis sehingga didapat kesimpulan yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti.

G. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini dilaporkan secara terperinci dalam lima bab dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah dari penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat dari penelitian, batasan istilah, tinjauan pustaka dan sitematika pembahasan.

BAB II : LANDASAN TEORI

(21)

pemanfaatan barang jaminan dan akad-akad dalam pegadaian syariah.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisa data.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini analisis data dan pembahasan hasil analisis serta pembahasannya yang meliputi: analisis system akuntansi Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. A. Yani Km 4,5), Unit Pegadaian Syariah Banjarmasin (Jl. Veteran, Jl. Sei Lulut, Jl. Sultan Adam dan Jl. Kertak Baru)..

BAB V : PENUTUP

(22)

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Al-Qur’an al-Karim.

Alma Buchari, Manajemen Bisnis Syariah, Cet 1 (Bandung: Alfabeta, 2009).

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI, Cet. Ke-16, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006).

Basyir, Ahmad Azhar, Asas-asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam), ed. Revisi, (Yogyakarta: UII Press, 2000).

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn. Hadi, Muhammad Solikhul, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2003). Hariwijaya dan Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Oryza,

2011).

Midjan, La, Sistem Informasi Akuntansi I, (Bandung : Lembaga Informasi Akuntansi, 2001).

Mulyadi, Sistem Akuntansi, (Jakarta : Salemba Empat, 2001).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.

Rivai, Veithza, Andria Permata, Ferry, Bank and financial Institution Managemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007).

Rodoni, Ahmad, Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004). Sudarsono Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta : Ekonisia,

2005).

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999).

Usman, Suparman, Hukum Islam (Asas-asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam Tata Hukum Indonesia), (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001). Warren, Reeve and Fess. Accounting: Pengantar Akuntansi. Diterjemahkan: Aria

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi sediaan yang dilakukan pada sediaan lotion adalah uji iritasi secara in vitro menggunakan metode Hen’s Egg Test Chorioallantoic Membrane (HET-CAM) untuk

Dengan diberlakukannya sistem one share one vote , maka setiap Pemegang Saham mempunyai hak satu suara, kecuali anggaran dasar menentukan lain (Pasal 84 ayat (1)

Pengalaman berusahatani padi sehat ini akan berpengaruh pada tingkat efisiensi teknis, karena petani akan cenderung menggunakan teknologi berdasarkan pengalaman yang telah

Menghapus Data Penerimaan Yang dipilih hapus Cari data Mencetak Data Supplier Kode Barang Jumlah Beli Total end Cetak ubah Sub Menu Jurnal Mencetak Data Penerimaan Klik Tombol

Kosakata yaitu kumpulan kata yang berhubungan dengan suatu bahasa atau dengan bidang tertentu dalam bahasa itu (Sudjianto dan Dahidi, 2012:98). Dalam hal ini,

PENGERTIAN ISLAM SEBAGAI AGAMA RAHMATAN LIL’ALAMIN Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh

Sales order dan packing slip yang ada di bagian akuntansi kemudian akan dibandingkan dan apabila sudah sesuai akan dijadikan acuan bagi bagian akuntansi untuk meng-update

Hasil penelitian menunjukan bahwa pendekatan RME dengan teori Bruner dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDM 1 Mrisi Kecamatan Kecamatan