• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TORSI DAN DAYA AKIBAT PEMOTONGAN RAMP POROS BUBUNGAN (CAMSHAFT) PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 125 SP TAHUN 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TORSI DAN DAYA AKIBAT PEMOTONGAN RAMP POROS BUBUNGAN (CAMSHAFT) PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 125 SP TAHUN 2005"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS TORSI DAN DAYA AKIBAT PEMOTONGAN RAMP POROS BUBUNGAN (CAMSHAFT) PADA SEPEDA MOTOR

SUZUKI SHOGUN 125 SP TAHUN 2005

SKRIPSI

Oleh:

KURNIAWAN HIDAYAH MAHMUD NIM. K2508014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)

commit to user iii

ANALISIS TORSI DAN DAYA AKIBAT PEMOTONGAN RAMP POROS BUBUNGAN (CAMSHAFT) PADA SEPEDA MOTOR

SUZUKI SHOGUN 125 SP TAHUN 2005

Oleh:

KURNIAWAN HIDAYAH MAHMUD NIM. K2508014

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)

commit to user iv

(5)

commit to user v Senin

(6)

commit to user vi ABSTRAK

Kurniawan Hidayah Mahmud. ANALISIS TORSI DAN DAYA AKIBAT PEMOTONGAN RAMP POROS BUBUNGAN (CAMSHAFT) PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 125 SP TAHUN 2005. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2012. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui torsi dan daya sepeda motor Suzuki Shogun 125 SP menggunakan poros bubungan standar pada 4000 rpm hingga 10000 rpm, (2) Mengetahui torsi dan daya sepeda motor Suzuki Shogun 125 SP menggunakan poros bubungan modifikasi (durasi 255o) pada 4000 rpm hingga 10000 rpm, (3) Mengetahui peningkatan torsi dan daya menggunakan poros bubungan modifikasi (durasi 255o) dibandingkan dengan poros bubungan standar.

Pengujian dilakukan di bengkel AHASS Taruna Motor Sport yang beralamat di Jl. Bhayangkara No. 78 Solo dengan menggunakan alat Dynojet 250i. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sepeda motor Suzuki Shogun 125 SP tahun 2005 bernomor mesin F404-ID-139033. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel bertujuan/ purposive sample. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi yang memanfaatkan lembar observasi (print out) hasil pengukuran torsi dan daya dari Dynojet 250i. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi komparatif.

(7)

commit to user vii

menggunakan poros bubungan modifikasi yaitu sebesar 0,7 ft-lbs, dan putaraan mesin berpindah kearah yang lebih tinggi yaitu sejauh 500 rpm. Meningkatnya torsi maksimal menyebabkan kendaraan lebih responsif saat mulai berjalan dan akselarasi. Berpindahnya torsi maksimal yang dihasilkan ke putaran yang lebih tinggi menyebabkan kemampuan putar tidak cenderung turun saat perpindahan gigi transmisi sehingga daya maksimal mudah dicapai. Sedangkan, peningkatan daya setelah menggunakan poros bubungan modifikasi (durasi 255o) yaitu sebesar 1,8 hp, dan putaran mesin berpindah kearah yang lebih tinggi yaitu sejauh 500 rpm. Meningkatnya daya maksimal menyebabakan kecepatan maksimal yang dicapai kendaraan lebih tinggi. Berpindahnya daya maksimal yang dihasilkan ke putaran mesin yang lebih tinggi menyebabkan kecepatan maksimal dari kendaraan dapat dipertahankan sehingga kecepatan maksimal tetap stabil. Dengan meningkatnya torsi dan daya yang dihasilkan menggunakan poros bubungan modifikasi (durasi 255o), maka hal ini dapat menjadi masukan bagi konsumen untuk diaplikasikan pada sepeda motor yang dimilikinya. Selain itu, hal ini juga dapat memberi masukan bagi produsen sepeda motor dalam merancang durasi poros bubungan.

(8)

commit to user viii ABSTRACT

Kurniawan Hidayah Mahmud. ANALYSIS OF TORQUE AND POWER FROM THE CUTTING RAMP CAMSHAFT ON MOTORCYCLES SUZUKI SHOGUN 125 SP IN 2005. Research paper, School of Teacher Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta, October 2012.

The objective of this research is: (1) Aware of the torque and power of motorcycle Suzuki Shogun SP 125 uses a standard camshaft at 4000 rpm to 10000 rpm, (2) Aware of the torque and power of motorcycle Suzuki Shogun SP 125 using a modified camshaft (255o duration) at 4000 rpm to 10000 rpm, (3) Aware of increase in torque and power using a modified camshaft (255o duration) compared to standard camshaft.

The experiment is being done in AHASS Taruna Motor Sport Company, which is located at Jl. Bhayangkara No 78 Solo using a Dynojet 250i. This research is an experimental study. Sample in this research is a Suzuki Shogun 125 SP 2005 motorcycle with machine numbered as F404-ID-139033. Technique of taking sample in this research uses purposive sample. Methods of data collection in this study using observation method that utilizes the observation sheet (print out) the measurement of torque and power from the Dynojet 250i. Data analysis in this research using descriptive method with comparative studies.

(9)

commit to user ix

power. Meanwhile, an increase in power after using the modified camshaft (length 255o), that is equal 1,8 hp, and the engine speed to move toward a higher rate as far as 500 rpm. Increasing the maximum power reached a maximum speed causing higher vehicle. Transfer of the maximum power generated engine speed to the higher because the maximum speed of the vehicle can be maintained so that the maximum speed remains stable. With the increase in torque and power generated using modified camshafts (duration 255o), then this may be an input for the consumer to be applied to motorcycle. In addition, it can also provide input for motorcycle manufacturers in designing duration of the camshaft.

(10)

commit to user x MOTTO

“Alasan itu hanya dibuat orang yang malas”

Hidup bagai Awan. Yang berada di langit, menantang matahari. Walau terlihat

kosong, namun sangat mempengaruhi”

“Hidup harus dipaksa, walau hati merasa terpaksa, maka akan terbiasa. Hasilnya akan luar biasa”

“Kemarin adalah kenangan, sekarang adalah kenyataan, dan esok adalah tantangan”

“Kenyataan hari ini adalah hasil kemarin. Hasil hari ini adalah kenyataan hari

esok.”

“Menekuni hobi adalah proses menjadi sukses dan kaya”

“Merencanakan hidup, sama dengan menandatangani kotrak kesuksesan”

“Orang sukses berani mempraktikkan teori”

“Orang cerdas bisa memanfaatkan situasi saat dia dimanfaatkan orang lain”

“Orang yang tidak bisa memanfaatkan orang lain, sama saja memutuskan

jembatan kesuksesan hidupnya”

“Sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup, tapi dari kesulitan yang berhasil diatasi ketika berusaha meraih sukses

(11)

commit to user xi PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:

“Bapak dan Ibu”

Terima kasih ku ucapkan, apa yang kalian berikan tak kan ku bisa membalasnya.

Doa yang selalu menyertai langkah ku. Kasih sayang yang tak terhingga.

Pengorbanan yang tak terbatas. Kepercayaan atas segala pilihan ku. Keberanian

dan kemandirian yang kalian ajarkan. Tak kan ku buat kalian menyesal.

“Woyo Corps (Lugi, Denny, Iyan dan Cipto)”

Terima kasih atas motivasi, kerjasama dan kebersamaannya selama ini.

Bersyukur memiliki sahabat-sahabat luar biasa seperti kalian.

 “Mas Pur, dkk”

Terima kasih telah membantu dalam penelitian skripsi ku, dan ilmu mesin yang kau

berikan. Semua jasamu tak kan pernah ku lupakan.

“Mulyono”

Terima kasih telah menjadi teman duet skripsi ku. Waktu yang kau berikan tak kan

tergantiakan. Arti kesederhanaan hidup yang ajarkan tak pernah terlupakan.

“Sahabat-Sahabat PTM’08”

Terima kasih atas kebersaannya selama ini.

“Masa DepanKu :<3”

Terima kasih atas motivasi dan pengertianmu, membangunkanku saat malam mengerjakan skripsi.

(12)

commit to user xii KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang

memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat

manyelesaikan skripsi dengan judul ”ANALISIS TORSI DAN DAYA AKIBAT

PEMOTONGAN RAMP POROS BUBUNGAN (CAMSHAFT) PADA SUZUKI SHOGUN 125 SP TAHUN 2005”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan

Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannnya

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai

pihak. Untuk itu, penulis menyampaikann teriama kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Mesin, Jurusan Pendidikan Teknik dan

Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Ir. Husin Bugis, M.Si., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi

dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ngatou Rohman, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II, yang selaku memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Mas Pur, selaku mekanik MP C’lick Hore yang telah membantu dalam proses

pelaksanaan penelitian skripsi ini.

7. Bengkel AHASS Taruna Motor Sport, yang telah memberikan kesempatan dan

tempat guna pengambilan data dalam penelitian.

8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyususnan skripsi ini yang tidak

(13)

commit to user xiii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Oktober 2012

(14)

commit to user xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN ABSTRACK ... viii

HALAMAN MOTTO ... x

HALAMAN PERSEMBAHAN... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Rumusan Masalah ... 7

E.Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan ... 9

1. Motor Bakar ... 9

2. Motor Bensin Atau Otto ... 10

3. Motor Empat Langkah (4 Tak) ... 11

4. Mekanisme Katub ... 14

(15)

commit to user xv

6. Modifikasi Poros Bubungan ... 20

7. Putaran Mesin... 33

8. Torsi Dan Daya ... 34

9. Hasil Penelitian Yang Relevan... 39

B.Kerangka Berfikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

1. Tempat Penelitian... 43

2. Waktu Penelitian ... 43

B.Rancangan/ Desain Penelitian ... 44

C.Populasi dan Sampel ... 45

1. Torsi dan Daya Menggunakan pada Poros Roda Menggunakan Poros Bubungan Standar ... 67

2. Torsi dan Daya Menggunakan pada Poros Roda Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 69

3. Perbandingan Torsi dan Daya pada Poros Roda Menggunakan Poros Bubungan Standar dan Modifikasi ... 71

B.Analisis Data ... 76

(16)

commit to user xvi

2. Torsi dan Daya Menggunakan pada Poros Roda Menggunakan

Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 83

3. Perbandingan Torsi dan Daya pada Poros Roda Menggunakan Poros Bubungan Standar dan Modifikasi ... 87

4. Hubungan Torsi dan Daya Berdasarkan Poros Bubungan ... 93

C.Menjawab Pertanyaan Penelitian ... 77

1. Torsi Dan Daya Suzuki Shogun 125 SP Menggunakan Poros Bubungan Standar Pada 4000 RPM Hingga 10000 RPM ... 95

2. Torsi Dan Daya Suzuki Shogun 125 SP Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) Pada 4000 RPM Hingga 10000 RPM ... 96

3. Peningkatan Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) Dibanding Menggunakan Poros Bubungan Standar ... 96

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A.Simpulan ... 98

B.Implikasi ... 99

C.Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(17)

commit to user xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Skema Mesin Bensin ... 10

2.2. Siklus Kerja Motor 4 Tak ... 11

2.3. Prinsip Kerja Motor 4 Tak ... 11

2.4. Komponen-Komponen Mekanisme Katup ... 15

2.5. Poros Bubungan Suzuki Shogun 125 SP ... 15

2.6. Katup dan Kelengkapannnya ... 16

2.7. Rocker Arm ... 16

2.8. Baut Penyetel Katup ... 17

2.9. Mekanisme Katup Tipe SV, OHV dan OHC... 18

2.10. Mekanisme Katup SOHC ... 19

2.11. Bagian-Bagian pada Poros Bubungan ... 23

2.12. Base Circle Diameter ... 24

2.13. Bentuk Poros Bubungan Berdasarkan Ramp ... 24

2.14. Nose atau Toe Poros Bubungan ... 26

2.15. Diagram Buka Tutup Poros Bubungan ... 26

2.16. LSA (Sudut Jarak Antara Poros Bubungan Hisap Dan Buang) ... 27

2.17. Menentukan Lobe Lift ... 29

2.18. Menentukan Valve Lift ... 30

2.19. Diagram Overlapping Poros Bubungan ... 31

2.20. Posisi Full Lift Poros Bubungan ... 32

2.21. Skema Torsi Mesin ... 35

2.22. Pengukuran Torsi Poros Pada Motor ... 35

2.23. Skema Daya Mesin ... 37

2.24. Loss Horsepower (Daya Yang Hilang) ... 38

3.1. Bagan Prosedur Penelitian ... 49

3.2. Fuller Gauge ... 50

(18)

commit to user xviii

3.4. Angle Divender (Busur Derajat) ... 51

3.5. Dial Indicator ... 52

3.6. Poros Bubungan Standar Suzuki Shogun 125 SP ... 52

3.7. Dimensi Poros Bubungan Suzuki Shogun 125 SP ... 53

3.8. Ukuran Lobe Poros Bubungan Standar Suzuki Shogun 125 SP ... 53

3.9. Mengukur Derajat Ramp Lobe Hisap ... 54

3.10. Diagram Durasi Poros Bubungan Standar ... 56

3.11. Diagram Durasi Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 57

3.12. Garis Patokan Derajat Ramp Pada Lobe Hisap dan Buang ... 58

3.13. Derajat Modifikasi Pada Gigi Sentrik/ Sprocket ... 59

3.14. Bagian Dari Bubungan Yang Potong (Grinding) ... 60

3.15. Poros Bubungan Suzuki Shogun 125 SP Modifikasi (Durasi 255o) ... 60

3.16. Dimensi Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 61

3.17. Ukuran Lobe Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 61

3.18. Bagan Aliran Pelaksanaan Eksperimen ... 63

4.1. Grafik Rata-Rata Torsi pada Poros Roda Menggunakan Poros Bubungan Standar ... 68

4.2. Grafik Rata-Rata Daya pada Poros Roda Menggunakan Poros Bubungan Standar ... 69

4.3. Grafik Rata-Rata Torsi pada Poros Roda Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 70

4.4. Grafik Rata-Rata Daya pada Poros Roda Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 71

4.5. Grafik Perbandingan Torsi Menggunakan Poros Bubungan Standar dan Modifikasi (Durasi 255o) ... 72

4.6. Grafik Perbandingan Daya Menggunakan Poros Bubungan Standar dan Bubungan Standar Dan Modifikasi (Durasi 255o) ... 74

4.7. Grafik Perbandingan Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan Standar Dan Modifikasi (Durasi 255o) ... 76

(19)

commit to user xix

1. Grafik Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan Standar Pada

Pengujian Pertama ... 106

2. Grafik Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan Standar Pada Pengujian Kedua ... 107

3. Grafik Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan Standar Pada Pengujian Ketiga ... 108

4. Grafik Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) Pada Pengujian Pertama ... 109

5. Grafik Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) Pada Pengujian Kedua ... 110

6. Grafik Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) Pada Pengujian Ketiga ... 111

7. Grafik Perbandingan Pengujian Menggunakan Poros Bubungan Standar Dan Modifikasi (Durasi 255o) Pada Pengujian Pertama ... 112

8. Grafik Perbandingan Pengujian Menggunakan Poros Bubungan Standar Dan Modifikasi (Durasi 255o) Pada Pengujian Kedua ... 113

9. Grafik Perbandingan Pengujian Menggunakan Poros Bubungan Standar Dan Modifikasi (Durasi 255o) Pada Pengujian Ketiga ... 114

10. Mengukur Derajat Ramp Lobe Hisap ... 115

11. Mengukur Derajat Ramp Lobe Buang ... 115

12. Posisi Ramp Buka Pada Lobe Hisap ... 115

13. Posisi Ramp Tutup Pada Lobe Hisap ... 115

14. Posisi Ramp Buka Pada Lobe Buang ... 116

15. Posisi Ramp Tutup Pada Lobe Buang ... 116

16. Mentransformasikan Derajat Modifikasi Pada Gigi Sentrik (Sprocket) ... 116

17. Memastikan Derajat Modifikasi Melalui Garis Potokan Pada Gigi Sentrik (Sprocket) ... 116

18. Alat Modifikasi Poros Bubungan (Grinding Camshaft) ... 117

19. LSA Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 117

(20)

commit to user xx

21. Poros Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 117

22. Lobe Hisap Standar ... 118

23. Lobe Hisap Modifikasi (Durasi 255o) ... 118

24. Pengujian Torsi Dan Daya Menggunakan Dynojet 250i ... 118

(21)

commit to user xxi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Spesifikasi Mesin dan Transmisi Suzuki Shogun 125 SP ... 105

4.1. Hasil Pengamatan Torsi pada Poros Roda Menggunakan Poros

Bubungan Standar ... 67

4.2. Hasil Pengamatan Daya pada Poros Roda Menggunakan Poros

Bubungan Standar ... 68

4.3. Hasil Pengamatan Torsi pada Poros Roda Menggunakan Poros

Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 69

4.4. Hasil Pengamatan Daya pada Poros Roda Menggunakan Poros

Bubungan Modifikasi (Durasi 255o) ... 70

4.5. Perubahan Torsi yang Terjadi Saat Menggunakan Poros Bubungan

Standar dan Setelah Menggunakan Poros Bubungan Modifikasi... 73

4.6. Perubahan Daya yang Terjadi Saat Menggunakan Poros Bubungan

(22)

commit to user xxii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Spesifikasi Mesin dan Transmisi Suzuki Shogun 125 SP ... 105

2. Hasil Pengujian Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan

Standar ... 106

3. Hasil Pengujian Torsi Dan Daya Menggunakan Poros Bubungan

Modifikasi (Durasi 255o) ... 109

4. Hasil Perbandingan Pengujian Menggunakan Poros Bubungan Standar

Dan Modifikasi (Durasi 255o) ... 112

5. Foto Pelaksanaan Penelitian ... 115

6. Pengajuan Dan Pengesahan Judul Skripsi ... 119

7. Daftar Kegiatan Seminar Proposal Skripsi ... 120

8. Pengesahan Proposal Skripsi ... 121

9. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi ... 122

10. Surat Keputusan Dekan FKIP ... 123

11. Surat Permohonan Izin Research ... 124

(23)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Seiring dengan berjalannya waktu, perkembang ilmu dan teknologi

mendorong manusia untuk berlomba-lomba berkreasi dan berinovasi dengan

menemukan metode baru diberbagai bidang penunjang kehidupan. Penemuan ini

merata disemua bidang, baik bidang industri, otomotif, telekomunikasi, kesehatan,

dan elektronika. Otomotif merupakan salah satu bidang yang berpengaruh dalam

membantu dan mempermudah kegiatan sehari-hari. Otomotif adalah ilmu yang

mempelajari alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama mobil

dan sepeda motor.

Secara umum alat transportasi saat ini merupakan mesin empat langkah.

Mesin empat langkah ditemukan pada abad ke-19 tepatnya tahun 1876 oleh

Nicholaus Otto dan Van Langen. Nicholaus Otto dan Van Langen berhasil

merealisasikan ide dasar mesin empat langkah dari Beau de Rochas (1862) yang

dikenal hingga sebagai siklus Otto. Siklus Otto merupakan siklus dasar motor bakar

teoritis dengan pembakaran nyala (Spark Ingnition Engine). Siklus Otto empat

langkah dibantu dengan mekanisme katup dalam menjalan siklus kerjanya. Siklus

empat langkah ini dianggap cukup efektif dari segi konsumsi bahan bakar, emisi gas

buang, torsi dan daya. Oleh karena itu, umumnya kendaraan transportasi dan niaga

menggunakan mesin empat langkah.

Sepeda motor adalah alat transportasi yang banyak digunakan oleh

masyarakat Indonesia. Hal ini karena dianggap murah, mudah pengoperasian dan

dapat menjangkau berbagai medan. Tidak heran jika angka penjualan sepeda motor

dari tahun ke tahun meningkat sangat pesat. Jika diamati, produsen sepeda motor

berusaha mengahasilkan produk yang lebih baik dari yang sebelumnya. Hal ini

terbukti, sepeda motor keluaran terbaru dirancang mampu melaju dengan kecepatan

tinggi. Terlihat dari desain bodi kendaraan yang aerodinamis, kapasitas mesin yang

besar dan kinerja mesin yang responsip.

(24)

commit to user

Sebagian konsumen beranggapan bahwa sepeda motor yang dikeluarkan

pabrik kurang maksimal terutama pada torsi dan daya. Hal ini mendorong konsumen

untuk melakukan modifikasi sebagian sistem yang bekerja pada sepeda motor untuk

meningkatkan unjuk kerja mesin.

Boentarto (1993: 109) mengemukakan bahwa ada beberapa komponen

sepeda motor yang sering dimodifikasi untuk meningkatkan daya, yaitu: piton/torak,

kepala silinder, lubang pemasukan/ lubang pembilas, sistem kelistrikan, rocker arm,

poros bubungan dan roda gigi.

Modifikasi adalah perubahan sebagian dari kontruksi komponen standar

pabrik untuk meningkatkan kemampuan unjuk kerja mesin. Meningkatkan unjuk

kerja mesin bukan hanya diperuntukkan bagi keperluan balap, namun saat ini juga

ada yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Pada dasarnya meningkatkan unjuk

kerja mesin yakni dengan cara mengurangi pembatas kecepatan kendaraan dengan

masih mempertimbangkan angka keamanan. Pembatas kecepatan kendaraan, dimana

secara spesifik akan berpengaruh besar akan torsi dan daya kendaraan. Sebagai

contoh pembatas kecepatan kendaraan yakni pada CDI, beban torak, beban roda gila

(jika motor pada magnet dan balanser), bentuk saluran hisap dan buang, knalpot,

poros bubungan dan masih banyak lagi.

Pada poros bubungan, pembatas kecepatan kendaraan diatur melalui derajat

buka-tutup katup dan durasi. Derajat buka-tutup dan durasi akan mempengaruhi

jumlah efisiensi volumetris dan tekanan hasil pembakaran. Tekanan hasil

pembakaran akan mempengaruhi torsi dan daya pada putaran tertentu. Torsi yang

dihasilkan akan mempengaruhi akselarasi dari kendaraan. Sedangakan, daya akan

mempengaruhi kecepatan maksimal yang dihasilkan kendaraan tersebut menempuh

jarak tertentu dengan waktu yang singkat. Dengan menurunkan besarnya torsi dan

daya yang dihasilkan, maka akan dapat membatasi kecepatan kendaraan. Hal tersebut

(25)

commit to user

3

Poros bubungan adalah komponen mesin empat langkah yang berfungsi

mengatur buka-tutup katup pada saluran hisap dan buang. Poros bubungan

merupakan poros yang berbentuk bulat telur yang berputar eksentrik. Poros

bubungan bekerja sesuai putaran poros engkol, dengan perbandingan dua kali

putaran poros engkol dan satu kali putaran poros bubungan.

Durasi dan angkatan maksimal (lift) poros bubungan akan mempengaruhi

efisiensi volumetris. Karena durasi berpengaruh pada derajat dan rentang waktu

buka-tutup katup. Derajat dan rentang waktu buka-tutup katup pada langkah hisap

akan menentukan banyaknya campuran bahan bakar masuk dan udara masuk

kedalam ruang bakar. Derajat dan rentang waktu buku-tutup katup pada langkah

buang akan menentukan ketuntasan pengeluarkan gas sisa pembakaran dari ruang

bakar. Sedangkan, lift akan berpengaruh pada lebarnya pembukaan katup maksimal

pada langkah hisap dan buang. Dengan pembukaan katup hisap yang lebih lebar

maka akan menambah jumlah campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke

silinder. Pembukaan katup buang yang lebih lebar akan mempermudah gas sisa

pembakaran untuk keluar secara tuntas, sehingga tidak akan mencemari bahan bakar

baru yang masuk kedalam silinder pada langkah hisap.

Selain itu, durasi dan rentang waktu kedua katup menutup akan

mempengaruhi rentang waktu melakukan langkah kompresi dan usaha. Rentang

waktu yang lebih lama melakukan langkah kompresi menjadikan bahan lebih padat

sehingga mudah terbakar. Sedangkan rentang waktu yang lebih lama melakukan

langkah usaha menjadikan tekanan hasil pembakaran dapat dimanfaatkan secara

maksimal, sehingga akan menghasilkan torsi dan daya yang besar.

Performa suatu mesin kendaraan (mobil maupun motor) diukur

beerdasarkan besarnya torsi dan daya. Torsi dan daya motor merupakan kemampuan

sebuah motor bakar untuk menghasilkan tenaga dari proses konversi energi panas

menjadi energi putar. Hal ini sangat berhubungan dengan putaran mesin. Putaran

mesin adalah tenaga yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar.

Pembakaran itu kemudian dikonversikan menjadi tenaga putar pada poros engkol.

Kecepatan mesin yang dimaksud adalah kecepatan putar poros engkol yang

(26)

commit to user

Secara umum putaran mesin dibedakan menjadi tiga yakni putaran

stasioner, putaran rendah, putaran sedang dan putaran tinggi. Namun dalam dunia

modifikasi, putaran yang sering disebut adalah putaran efektif. Putaran efektif adalah

putaran yang mewakili besarnya performa mesin. Putaran efektif biasanya dibaca

menggunakan alat uji performa mesin (torsi dan daya poros), seperti Dynojet 250i.

Torsi adalah kemampuan mesin untuk menggerakkan/ memindahkan mobil/

motor dari kondisi diam hingga berjalan. Torsi berkaitan dengan akselerasi. Hal ini

merupakan kekuatan dorongan torak dan jarak berputarnya sewaktu terjadi ledakan

di ruang bakar (combustion chamber). Torsi terasa ketika tubuh kita terhempas ke

belakang saat berakselerasi. Daya adalah kemampuan mesin untuk menghasilkan

torsi maksimal pada putaran tertentu. Daya berkaitan dengan kecepatan maksimal.

Hal ini terlihat dari seberapa cepat kendaraan itu mencapai kecepatan tertentu dengan

waktu singkat.

Dalam dunia modifikasi berkaitan dengan peningkatan unjuk kerja mesin

(torsi dan daya), banyak pemilik kendaraan 4 stroke melakukan perubahan durasi

poros bubungan. Perubahan durasi poros bubungan diharapkan dapat memperbaiki

efisiensi volumetris. Efisiensi volumetris adalah ukuran dasar yang mempengaruhi

unjuk kerja mesin, karena berhubungan dengan ketepatan waktu pembukaan dan

penutupan katup. Pembukaan dan penutupan katup berpengaruh pada kecepatan dan

keefektifan bahan bakar masuk, jumlah bahan bakar yang masuk serta pengeluaran

gas sisa pembakaran dari silinder. Efisiensi volumetris menentukan besarnya tekanan

hasil pembakaran yang mempengaruhi kecepatan dan tekanan torak melakukan

langkah usaha. Kecepatan dan tekanan torak melakukan langkah usaha merupakan

hasil dari unjuk kerja mesin yang terbaca sebagai torsi dan daya.

Perubahan durasi poros bubungan dapat dilakukan dengan memotong

bagian ramp dan menggeser gigi sentrik (sprocket). Perubahan durasi melalui

penggesaran gigi sentrik cenderung lebih sulit, dan durasi yang dicapai cenderung

tidak sesuai keinginan sehingga hal ini lebih jarang dilakukan. Perubahan durasi

melalui pemotongan ramp poros bubungan lebih mudah dilakukan, dan durasi yang

hasilnya dapat lebih sesuai yang diinginkan. Perubahan durasi poros bubungan ber

(27)

commit to user

5

menutup. Namun, terdapat batas lamanya pembukaan karena akan mempengaruhi

torsi dan daya. Perubahan durasi poros bubungan yang umum digunakan adalah

durasi 255o simetris antara hisap dan buang. Durasi ini dianggap mempunyai torsi

dan daya yang cukup baik.

Penggunaan durasi 255o simetris biasanya digunakan untuk motor dengan

kapasitas mesin kecil (dibawah 200 cc). Secara umum kendaraan yang digunakan

masyarat berkapasitas mesin dibawah 200 cc, sehingga dapat mengaplikasikan durasi

255o simetris. Perubahan dan penggunaan durasi 255o simetris menganut kelas motor

balap terendah yang masih mempertimbangkan angka keamanan. Angka keamanan

berpatokan dari kendaraan yang digunakan kepentingan sehari-hari. Sedangkan,

kelas motor balap terendah adalah kelas bebek tune up, kelas enduro, kelas MP 5.

Kelas-kelas motor balap tersebut pada dasarnya sama, yaitu berusaha

memaksimalkan unjuk kerja mesin dengan mengurangi pembatas kecepatan

kendaraan sehingga mampu meningkatkan jumlah efisiensi volumetris dan tekanan

hasil pembakaran melakukan langkah usaha.

Suzuki Shogun 125 SP yang memiliki kapasitas mesin ± 125 cc dapat

mengaplikasikan durasi 255o simetris dalam memaksimalkan unjuk kerja mesin.

Durasi 255o pada katup hisap dan buang, sedikit lebih sempit dibanding yang

dikeluarkan produsen Suzuki yakni durasi katup hisap 263o dan durasi katup buang

277o. Penggunaan durasi poros bubungan 255o simetris dianggap memiliki efisiensi

volumetris cukup baik untuk kendaraan dengan kapasitas dibawah 200 cc. Sehingga,

hal ini mampu meningkatkan torsi dan daya dengan diiringi pemakaian bahan bakar

lebih irit dan gas buang lebih rendah karena bahan bakar dapat terbakar tuntas.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul

“ANALISIS TORSI DAN DAYA AKIBAT PEMOTONGAN RAMP POROS BUBUNGAN (CAMSHAFT) PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 125 SP

(28)

commit to user B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi berbagai

permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan torsi dan daya sepeda motor empat

langkah. Torsi dan daya sepeda motor empat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni:

1. Membatasi kecepatan kendaraan dapat dilakukan dengan cara menurunkan torsi

dan daya.

2. Besarnya torsi dan daya dipengaruhi oleh derajat buka-tutup katup dan durasi

poros bubungan.

3. Derajat buka-tutup katup dan durasi poros bubungan mempengaruhi efisiensi

volumetris.

4. Efisiensi volumetris akan menentukan tekanan yang dihasilkan mendorong torak

melakukan langkah usaha sehingga mempengaruhi torsi dan daya.

5. Perubahan durasi poros bubungan dapat dilakukan melalui pemotongan ramp

poros bubungan dan penggeseran gigi sentrik (sprocket).

6. Perubahan durasi melalui pemotongan ramp poros bubungan lebih mudah

dilakukan, dan durasi yang hasilnya dapat lebih sesuai yang diinginkan.

7. Modifikasi poros bubungan dengan durasi 255o banyak diterapkan pada sepeda

motor standar, dengan kapasitas mesin dibawah 200 cc.

8. Poros bubungan dengan durasi 255o dianggap mempunyai karakter mesin cukup

baik diputaran rendah maupun tinggi.

C.Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meyimpang dari permasalahan yang akan diteliti,

maka penelitian ini dibuat batasan masalah sesuai judul yang diambil:

1. Sepeda motor Suzuki Shogun 125 SP

2. Pemotongan ramp poros bubungan hingga berdurasi 255o

3. Menganalisis besar torsi dan daya menggunakan poros bubungan standar dan

modifikasi (durasi 255o)

4. Variasi putaran mesin. Variasi putaran mesin yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pada putaran 4000 rpm hingga putaran 1000 rpm dengan skala bagi

(29)

commit to user

7

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka

diperlukan suatu perumusan masalah agar penelitian ini dapat dilakukan secara

terarah. Adapun perumusan masalah yang menjadi pertanyaan yang harus dijawab

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah besar torsi dan daya sepeda motor Suzuki Shogun 125 SP

menggunakan poros bubungan standar pada 4000 rpm hingga 10000 rpm?

2. Bagaimanakah besar torsi dan daya sepeda motor Suzuki Shogun 125 SP

menggunakan poros bubungan modifikasi (durasi 255o) pada 4000 rpm hingga

10000 rpm?

3. Bagaimanakah besar peningkatan torsi dan daya menggunakan poros bubungan

modifikasi (durasi 255o) dibanding menggunakan poros bubungan standar?

E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Mengetahui besar torsi dan daya sepeda motor Suzuki Shogun 125 SP

menggunakan poros bubungan standart pada 4000 rpm hingga 10000 rpm.

2. Mengetahui besar torsi dan daya sepeda motor Suzuki Shogun SP 125

menggunakan poros bubungan modifikasi (durasi 255o) pada 4000 rpm hingga

10000 rpm.

3. Mengetahui besar peningkatan torsi dan daya menggunakan poros bubungan

modifikasi (durasi 255o) dibanding menggunakan poros bubungan standar.

F.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberi informasi teoritik tentang mekanisme katup, terutama tentang poros

bubungan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujuan pembuatan profil dan

(30)

commit to user

c. Sebagai pertimbangan dan perbandingan serta dasar teoritis pengembangan

penelitian sejenis dimasa akan datang.

d. Sebagai bahan pustaka di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta

khususnya di Program Studi Pendidikan Teknik Mesin.

2. Manfaat Praktis

a. Memberi sumbangan pemikiran dan evaluasi bagi dunia otomotif

b. Memberi informasi besar torsi dan daya menggunakan poros bubungan

modifikasi (durasi 255o)

c. Memberi informasi profil, ukuran dan cara modifikasi poros bubungan standar

(31)

commit to user BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Motor Bakar

Suatu kendaraan memerlukan adanya sumber tenaga yang

memungkinkan kendaraan dapat bergerak dan melaju. Sumber tenaga dihasilkan

oleh motor bakar. Motor bakar adalah salah satu jenis dari mesin kalor yang

mengubah tenaga kimia bahan bakar menjadi tenaga mekanis dan pengubahan itu

dilakukan dalam mesin itu sendiri. Namun sebelum menjadi tenaga mekanis,

tenaga kimia bahan bakar diubah dulu menjadi tenaga thermal melalui proses

pembakaran.

Mesin merupakan alat yang merubah sumber tenaga panas, listrik, air,

angin, tenaga atom, atau sumber tenaga lainnya menjadi tenaga mekanik

(mechanical energy). Mesin yang merubah tenaga panas menjadi tenaga mekanik

disebut motor bakar (thermal engine). Pada umumnya, motor bakar terbagi dua

golongan utama yaitu motor pembakaran luar (external combustion engine) dan

motor pembakaran dalam (internal combustion engine). Motor pembakaran luar

adalah motor bakar yang proses pembakarannya (tenaga panas) berlangsung diluar

mesin, akan tetapi masih dalam satu unit mesin. Contohnya mesin uap, mesin

turbin dan lain-lain. Sedangkan motor pembakaran dalam, motor bakar yang

proses pembakarannya (tenaga panas) berlangsung didalam mesin itu sendiri.

Seperti mesin bensin dan diesel.

Motor bakar torak, menggunakan silinder yang di dalamnya terdapat

torak yang bergerak translasi (bolak-balik). Gerak translasi ini dirubah menjadi

gerak rotasi pada poros engkol demikian juga sebaliknya. Gerakan rotasi dari

poros engkol poros bubungan udian disalurkan ke roda melalui perantara rantai

(timing chain), sehingga motor dapat bergerak.

(32)

commit to user 2. Motor Bensin atau Otto

Motor otto adalah motor yang menggunakan bahan bakar bensin, paraffin

atau gas, bahan bakar yang mudah terbakar dan mudah menguap. Campuran

bahan bakar dan udara yang dihisap masuk ke dalam silinder poros bubungan

kemudian dikompresikan oleh torak pada tekanan 8–15 kg/cm². Dengan

pengkompresian itu menyebabkan naiknya suhu, sehingga mempermudah bahan

bakar dan udara terbakar. Dengan percikan bunga api, bahan bakar dan udara

terkompresi maka akan terbakar dengan cepat. Kecepatan pembakaran melalui

campuran bahan bakar udara biasanya 10-25 m/detik. Suhu udara naik hingga

2000-2500º C dan tekanan 30-40 kg/cm². Tekanan tinggi tersebut menekan torak

lurus ke bawah. (Daryanto, 2002: 18)

Tertekannya torak kebawah merupakan langkah usaha karena adanya

tenaga dari hasil pembakaran. Torak yang terkait dengan poros engkol dengan

perantara batang torak secara langsung menyebabkan berputarnya poros engkol.

Putaran dari poros engkol akan menyimpan tenaga hingga torak bergerak ke atas

melakukan langkah buang serta memenuhi siklus kerja yakni langkah hisap dan

kompresi. Siklus kerja tersebut bekerja secara terus menerus, ketika bahan bakar

dan udara masih tersuplai serta terdapat percikan bunga api (100 sebelum TMA)

pada langkah kompresi. Untuk motor bensin bekerja berdasarkan prinsip kerja

motor 2 tak atau 4 tak.

(33)

commit to user

11

3. Motor Empat Langkah (4 Tak)

Motor 4 tak adalah motor yang menyelesaikan satu siklus dalam empat

langkah torak atau dua kali putaran poros engkol. Empat langkah tersebut yakni

langkah hisap, kompresi, usaha dan buang.

Gambar 2.2. Siklus Kerja Motor 4 Tak

Titik paling atas yang dicapai oleh gerakan torak pada silinder disebut

Titik Mati Atas (TMA). Sedangkan titik terendah yang dicapai oleh ujung atas

torak pada silinder disebut Titik Mati Bawah (TMB). Bila torak bergerak dari

TMA sampai ke TMB atau sebaliknya, dikataklan bahwa torak melakukan satu

langkah kerja. Untuk setiap siklus, pada motor 4 langkah terdapat 4 langkah torak.

Prinsip kerja motor empat langkah dapat dilihat digambar berikut:

Gambar 2.3. Prinsip Kerja Motor 4 Tak

(34)

commit to user a. Langkah Hisap

Langkah hisap adalah langkah dimana bahan bakar dan udara masuk

kedalam ruang bakar. Langkah ini terjadi ketika torak bergerak dari TMA ke

TMB, maka tekanan diruang pembakaran menjadi hampa (vakum). Perbedaan

tekanan udara luar yang tinggi dengan tekanan hampa, mengakibatkan bahan

dan udara akan mengalir masuk dalam silinder. Pada langkah ini poros engkol

hanya berputar setengah kali.

b. Langkah Kompresi

Langkah kompresi adalah langakah dimana bahan bakar dimampatkan

dengan disertai kenaikan suhu sebelum di beri percikan bunga api. Langkah ini

terjadi ketika torak dari TMB ke TMA, dimana katup masuk dan katup buang

tertutup. Hal ini memperkecil ruangan diatas torak, sehingga campuran

udara-bahan bakar menjadi padat, tekanan dan suhunya. Tekanan meningkat hingga

tiga kali lipat, yaitu 9-12 Kg/cm2. Dengan meningkatnya suhu, menyebabkan

bahan bakar menjadi mudah terbakar. Sampai langkah ini poros engkol

berputar satu kali.

c. Langkah Usaha

Langkah usaha/ tenaga adalah langkah dimana poros engkol berputar

dan menyimpan tenaga ketika busi memercikan bunga api pada bahan bakar

yang telah dikompresikan. Busi memercikan bunga api pada saat langkah

kompresi yakni 15-8o sebelum TMA. Saat busi memercikan bunga api ini

menyebebkan bahan bakar dan udara akan terbakar dengan cepat dan terjadilah

ledakan yang sehingga menimbulkan tendangan balik bertekanan tinggi yang

mendorong torak bergerak ke TMB. Gerakan translasi torak dari TMA ke TMB

ini yang menjadi tenaga mesin (engine power). Gerakan translasi dari torak

poros bubungan udian dirubah menjadi gerak rotasi oleh poros engkol.

Gerakan rotasi ini poros bubungan kemudian diteruskan hingga ke roda,

sehingga motor dapat berjalan. Pada saat ini torak telah melakukan tiga

(35)

commit to user

13

d. Langkah Buang

Langkah buang adalah langkah dimana di keluarkannya gas sisa

pembakaran melalui sistem pembuangan. Langkah ini terjadi ketika torak

bergerak dari TMB ke TMA, dan posisi katup masuk tertutup dan katup keluar

terbuka.

Hal ini mengakibatkan gas hasil pembakaran terdorong keluar menuju

saluran pembuangan. Proses selanjutnya di saluran pembuangan dapat di lihat

pada sistem pembuangan. Langkah buang menjadi sangat penting untuk

menghasilkan operasi kinerja mesin yang lembut dan efisien. Torak bergerak

mendorong gas sisa pembakaran keluar dari silinder menuju pipa knalpot.

Motor telah melakukan empat langkah penuh yaitu hisap, kompresi,

usaha dan buang. Poros engkol berputar dua putaran penuh dan menghasilkan

satu tenaga. Siklus ini akan terjadi terulang terus menerus ketika bahan bakar

dan udara masih tersuplai serta busi masih memercikan bunga api pada

waktunya.

Ketika langkah buang akan diteruskan langkah selanjutnya yakni

langkah hisap. Pada akhir langkah buang, dan awal langkah hisap ada proses

yang dinamakan overlapping.

e. Overlapping

Overlapping adalah sebuah kondisi dimana kedua katup masuk dan

katup buang berada dalam posisi terbuka pada akhir langkah buang hingga

awal langkah hisap. Hal ini berfungsi untuk efisiensi kinerja dalam mesin

pembakaran dalam. Karena adanya hambatan dari kinerja mekanisme katup

dan inersia udara didalam manifold, maka diperlukan pembukaan katup hisap

lebih cepat sebelum mencapai TMA untuk mempersiapkan langkah hisap.

Derajat overlapping tergantung dari durasi poros bubungan dan LSA.

Secara spesifik overlapping berfungsi sebagai berikut:

1) Mempercepat pemasukan bahan bakar, sehingga mampu mengatasi pada

putaran tinggi

(36)

commit to user

3) Sebagai pembilasan ruang bakar, torak, dan silinder yang lebih sempurna

dari sisa-sisa pembakaran, sehingga benar-benar bersih.

4) Membantu pelepasan gas buang (exhaust scavanging).

5) Pendinginan suhu di ruang bakar.

6) Gas baru membantu menetralisir gas HC yang sebenarnya beracun, sebelum

dikeluarkan.

7) Mengurangi knocking, yang dikarenakan telat pemasukan bahan bakar pada

putaran tinggi.

8) Mempercepat pencapaian putaran tinggi

4. Mekanisme Katup

Motor empat tak adalah motor yang melakukan dua putaran poros engkol

atau empat langkah torak yakni langkah hisap, kompresi, usaha, dan buang, tetapi

bekerjanya katup hanya dibutuhkan dalam 2 proses yaitu langkah hisap dan

langkah buang. Mekanisme katup ini dirancang sedemikian rupa sehingga poros

bubungan berputar satu kali untuk menggerakan katup hisap dan buang setiap kali

berputarnya poros engkol.

Cam chain sporket dipasang pada ujung poros bubungan. Poros

bubungan digerakkan oleh poros engkol melalui timing chain atau timing belt.

Mekanisme katup berfungsi untuk membuka dan menutup hubungan saluran

masuk ke ruang bakar dan ruang bakar ke saluran buang, pada saat yang tepat

sesuai dengan proses kerja motor.

Mekanisme katup harus menjamin katup tertutup dengan rapat sehingga

tidak terjadi kebocoran kompresi maupun tekanan hasil pembakaran. Katup harus

terbuka dengan tepat dengan lebar sesuai dengan karakteristik campuran bahan

bakar dan udara yang masuk maupun gas sisa pembakaran keluar ke knalpot.

Kerja dan fungsi mekanisme katup mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap performa dan karakteristik mesin.

Saat poros engkol berputar menyebabkan poros bubungan juga berputar.

Berputarnya poros bubungan akan menekan ke bawah lifter dan membuka katup.

Bila sumbu bubungan terus berputar, maka katup akan menutup dengan adanya

(37)

commit to user

15

Perputar satu kali poros bubungan, akan membuka-menutup katup hisap

dan buang satu kali pada setiap dua putaran poros engkol. Mekanisme katup pada

motor empat langkah terdapat pada kepala silinder.

Komponen-komponen mekanisme katup secara umum yakni:

Gambar 2.4. Komponen-Komponen Mekanisme Katup

(Sumber: Jalius Jama & Wagino, 2008: 69)

a. Poros Bubungan (Camshaft)

Poros bubungan adalah poros yang berbentuk bulat telur, yang

berputar secara eksentrik. Poros bubungan merupakan komponen mesin empat

langkah yang berfungsi sebagai pendukung mekanisme katup. Dimana poros

bubungan akan mengatur pembukaan dan penutupan katup sesuai dengan

waktu yang ditentukan.

(38)

commit to user b. Poros Engkol (Crankshaft)

Poros engkol adalah poros yang berfungsi merubah gerak turun naik

torak menjadi gerak putar dan meneruskan gaya tersebut ke alat pemindah tenaga

sampai ke roda.

c. Pegas Katup (Valve Spring)

Pegas katup berfungsi sebagai pengembali katup supaya poros

bubungan bali menutup rapat saat poros bubungan sudah tidak menekan. Hal

ini hanya ada mekanisme katup OHC.

d. Katup Dan Kelengkapannya

Katup berfungsi sebagai pintu yang mengatur masuknya bahan dan

udara ke silinder serta keluarnya gas buang hasil pembakaran ke knalpot.

Gambar 2.6. Katup dan Kelengkapannnya

(Sumber: SMK 2 Surakarta, 2011: 8)

Dudukan katup (valve seat) berfungsi sebagai tempat dudukan kepala

katup. Selongsong katup (valve guide) berfungsi sebagai tempat turun naiknya

batang katup. Pegas katup (valve spring) berfungsi untuk mengembalikan dan

merapatkan katup pada valve seat setelah katup membuka.

e. Lengan Penekan (Rocker Arm)

Rocker arm adalah lengan penekan yang berfungsi sebagai penerus

gerakan poros bubungan ke katup, sehingga dapat membuka dan menutup.

(39)

commit to user

17

f. Baut Penyetel Katup

Baut penyetel katup adalah baut yang digunakan untuk mengatur

celah katup. Celah katup yang dimaksud adalah jarak penumbukan antara

lengan penekan dengan katup. Setiap tipe sepeda motor memiliki standar celah

katup yang berbeda.

Penyetelan celah katup yang terlalu rapat akan menyebabkan

kebocoran kompresi dan memungkinkan terjadinya tabarakan antara katup dan

torak. Sedangkan penyetelan celah katup terlalu lebar akan menyebabkan

pembukaan katup tidak maksimal sehingga proses pemasukan bahan bakar

menjadi telat, pembuangan gas hasil pembakaran tidak maksimal dan

menimbulkan suara berisik.

Gambar 2.8. Baut Penyetel Katup

(Sumber: Giantoro, 2011)

g. Cam Chain Sprocket (Gear)

Sprocket adalah roda gigi yang berfungsi sebagai penerus putaran dari

poros engkol ke poros bubungan dengan perantara rantai (cam chain/ timing

chain) atau sabuk (timing belt). Dalam motor empat langkah, sprocket terdapat

dua yakni sprocket poros engkol dan sprocket poros bubungan. Sprocket poros

bubungan memiliki jumlah gigi 2 kali dari sprocket poros engkol.

h. Rantai (Cam Chain/ Timing Chain)

Timing chain adalah rantai yang berfungsi sebagai penghubung

putaran sprocket poros engkol dan sprocket poros bubungan. Sehingga putaran

poros engkol dapat diteruskan ke poros bubungan dan terjadilah persesuaian

antara gerak naik turunnya torak diseetai terbuka dan tertutupnya katup dalam

(40)

commit to user f. Cam Chain Tensioner

Cam chain tensioner adalah perangkat pengatur kekencangan timing

chain. Pengaturan kekencangan timing chain berdasarkan putaran putaran

mesin baik atas maupun bawah. Kekencangan ini guna mencegah perbedaan

gerak putar antara sprocket poros engkol dan sprocket poros bubungan. Karena

sedikit saja mengalami perbedaan akan mempengaruhi timing. Perbedaan

timing yang besar akan mempengaruhi stasioner dan kinerja mesin. Pengaturan

kekencangan timing chain ini dibantu oleh cam chain guide (damper).

g. Cam Chain Guide (Damper)

Damper adalah karet yang berhubungan langsung dengan timing

chain. Damper menghubungakan antara cam chain tensioner dengan timing

chain. Damper berfungsi mencegah terjadinya keausan pada cam chain

tensioner jika berhubungan langsung dengan timing chain. Selain itu juga

memberikan toleransi pada timing chain pada putaran rendah dan tinggi. Pada

putaran tinggi timing chain akan cenderung menarik sehingga menjadi

kencang, dan pada putaran rendah cenderung lebih kendur.

5. Inovasi Penempatan Katup

Mekanisme katup dibagi berdasarkan penempatan katup. Inovasi mesin

pada sepeda motor dilakukan untuk mengantisipasi kecepatan tinggi, penambahan

tenaga output dan upaya konstruksi seringan mungkin. Secara umum ada tiga

macam inovasi katup dari segi penempatannya, yaitu Katup Samping (Side

Valve), Overhead-Valve (OHV) dan Overhead Camshaft (OHC).

Gambar 2.9. Mekanisme Katup Tipe SV, OHV dan OHC

(41)

commit to user

19

Tipe SV merupakan konstruksi yang paling sederhana dan ringan dengan

mekanis penggeraknya ditempatkan di samping. Pada tipe katup samping, poros

bubungan dipasang pada poros engkol dan mendorong keatas dan menggerakkan

katup. Tipe ini kurang mampu melayani putaran tinggi, karena katup terpasang

disamping torak sehingga ruang pembakaran lebih besar dan interval waktu

pembakaran menjadi lama. Pada waktu sekarang tipe ini tidak lagi digunakan.

Pada tipe OHV posisi katup berada diantara torak dan digerakkan oleh

lengan penekan. Tipe OHV memiliki ruang kompresinya lebih kecil, sehingga

dapat menghasilkan perbandingan kompresi yang tinggi dan tenaga mesin

menjadi lebih besar. Tipe OHV dilengkapi dengan batang penekan (push rod)

yang panjang. Hal ini menyebabkan gerakan balik lengan penekan lebih besar dari

jarak katup ke poros bubungan. Sehingga kurang stabil pada putaran tinggi.

Pada tipe OHC, poros bubungan ditempatkan dibagian atas tengah kepala

silinder. Pada tipe ini batang penekan tidak ada, sehingga gerakan balik dapat

dinetralisir. Pada meknisme OHC, terdapat dua metode penggerak poros bubung

yakni menggunakan shaft dan cam chain (rantai). Secara umum tipe OHC dibagi

menjadi dua macam yakni SOHC (Single Over Head Camshaft) dan DOHC

(Double Over Head Camshaft). Pada SOHC hanya menggunakan satu poros

bubungan dan DOHC menggunakan dua poros bubungan.

Pada sepeda motor Suzuki Shogun 125 SP menggunakan mekanisme

katup SOHC dengan rantai sebagai penggerak poros bubunganya. Rantai akan

memutar poros bubungan sehingga langsung menekan rocker arm. Pada tipe ini

memiliki komponen yang relatif sedikit sehingga pada putaran tinggi tetap stabil.

Gambar 2.10. Mekanisme Katup SOHC

(42)

commit to user 6. Modifikasi Poros Bubungan

a. Efisiensi Volumetris

Salah satu cara yang dilakukan dalam memperbaiki unjuk kerja motor

adalah dengan mengubah durasi poros bubungan. Durasi poros bubungan ini

sangat mempengaruhi efisiensi volumetris. Efisiensi volumetris adalah ukuran

dasar yang mempengaruhi ujuk kerja mesin. Hal ini sangat berhubungan

dengan ketepatan waktu pembukaan dan penutupan katup. Pembukaan dan

penutupan katup berpengaruh pada kecepatan dan keefektifan bahan bakar

masuk, pengkompresian bahan bakar serta pengeluaran gas hasil sisa

pembakaran.

Efisiensi volumetris juga menentukan besarnya momen yang

dihasilkan oleh motor. Momen merupakan perkalian gaya dengan jarak batang

yang diputar. Dalam hal ini gaya diperoleh dari tekanan hasil pembakaran,

sedangkan batang disini adalah jari-jari poros engkol. Karena jari-jari poros

engkol tetap maka besarnya momen sangat dipengaruhi oleh besarnya tekanan

hasil pembakaran.

Besar kecilnya tekanan hasil pembakaran berhubungan dengan

kecepatan dan tekanan torak untuk bergerak (langkah usaha). Untuk itu banyak

sedikitnya campuran bahan bakar dan udara yang masuk kedalam silinder

menentukan besarnya tekanan (hasil pembakaran) yang akan mendorong torak

bergerak.

Untuk memperoleh tekanan hasil pembakaran yang besar, bukan

hanya memasukan campuran bahan bakar sebanyak mungkin kedalam silinder,

melainkan juga harus memperhatikan keefektian waktu pemasukan dan

pengkompresian. Untuk itu derajat pembukaan dan penutupan katup harus

dibuat seefektif mungkin dengan mempertimbangkan besarnya kapasitas

mesin. Pada dasarnya ketepatan durasi dan derajat pembukaan dan penutupan

(43)

commit to user

21

Hal ini seperti yang dijabarkan Ahon alias Herman Lo dan Ibnu

Sambodo dalam Korek Kem Persis Porting 2 Tak, yang mengatakan bahwa

“Prinsipnya, klep ditonjok kem membuka selama-lamanya dan menutup

secepat-cepatnya. Tapi semua ada batasnya”. (Tim Motor Plus, 2009: 69)

Dari hasil riset Ibnu Sambodo yang terkenal sebagai Begawan 4 tak,

memberikan batasan durasi kem yakni “Berdasarkan pengalaman di motor

balap MotoPrix. Klep isap membuka 25-38o sebelum TMA dan menutup

50-70osetelah TMB”. (Aong C. Ulinnuha, 2010: 45)

Ketepatan membuka dan menutup, serta waktu pembukaan yang lebih

lama dapat diatur melalui derajat dan durasi poros bubungan. Derajat

pembukaan dan penutupan katup yang lebih cepat akan memperbesar kompresi

dan memperkecil overlapping. Waktu pengkompresian bahan bakar lebih lama

sehingga akan meningkatkan tekanan adiabatik. Tekanan adiabatik yang lebih

besar akan menyebabkan partikel bahan bakar lebih padat dan temperatur

ruang bakar lebih tinggi. Hal ini menjadikan bahan bakar yang masuk dalam

bentuk kabut menjadi mudah menguap dan terbakar sempurna, sehingga

menghasilkan tekanan hasil pembakaran yang lebih besar melakukan langkah

usaha.

Dengan overlapping sedikit lebih kecil menjadikan bahan bakar lebih

irit dan bertenaga. Hal ini karena berkurangnya negative combustion.

Overlapping yang terlalu besar menyebabkan bahan bakar yang masuk mudah

terdorong keluar. Bahan bakar baru yang seharusnya masuk, jadi banyak yang

ikut membilas gas bekas yang menyebabkan bahan bakar menjadi sangat

kurang untuk dibakar. Selain itu, overlapping yang terlalu besar juga

menyebabkan gas bekas untuk berusaha keluar melalui saluran hisap, sehingga

hal ini mengganggu masuknya campuran bahan bakar dan udara ke silinder.

Ketika overlapping saat torak bergerak dari TMB ke TMA pada langkah

buang, gas sisa pembakaran yang berusaha keluar melalui saluran hisap dapat

masuk kembali kedalam silinder ketika overlapping saat torak bergerak dari

(44)

commit to user

seharusnya murni masuk kedalam silinder menjadi tercemar oleh gas bekas sisa

pembakaran. Sehingga pembakaran menjadi tidak sempurna dan tekanan hasil

pembakaran tidak terlalu besar yang menyebabkan tenaga mesin menurun.

Namun pada dasarnya overlapping sangat dibutuhkan dalam siklus

kerja motor bakar. Overlapping membantu proses pembilasan dan efisiensi

langkah hisap, sehingga mampu melayani pada putaran tinggi dan pemasukan

bahan bakar tidak tersendat atau telat.

Kemungkinan tercemarnya gas murni yang masuk kedalam silinder

akan tetap terjadi. Namun, dengan buka-tutup katup yang tepat akan dapat

mengurangi tercemarnya bahan bakar murni oleh gas sisa pembakaran.

Besarnya overlapping yang diguakan dengan mempertimbangkan kapasitas

mesin itu sendiri. Kapasitas mesin menjadi salah satu acuan penentuan

ketepatan buka-tutup katup karena besar kecilnya kapasitas mesin berhubungan

dengan kevakuman didalam silinder. Besar kecilnya kevakuman inilah yang

menjadi panentuan besarnya durasi poros bubungan.

Menurut penjelasan beberapa makanik, untuk motor standar dengan

kapasitas mesin dibawah 200 cc biasanya menggunakan durasi 255o. Durasi ini

mengambil batasan terendah yang diberikan Ibnu Sambodo yakni katup hisap

dibuat membuka 25o sebelum TMA dan menutup 50o setelah TMB. Dan untuk

derajat buka-tutup katup buang kebalikan dari katup hisap. Dengan hal itu akan

menghasilkan durasi yang sama dan simatris.

Besarnya durasi dan derajat pembukaan katup akan mempengaruhi

efisiensi volumetris. Dimana efisiensi volumetris akan menentukan besarnya

tekanan hasil pembakaran yang akan mempengaruhi kecepatan dan tekanan

torak bergerak melakukan langkah usaha. Kecepatan dan tekanan torak

melakukan langkah usaha merupakan hasil dari unjuk kerja mesin yang terbaca

(45)

commit to user

23

b. Modifikasi Poros Bubungan

Sains dibalik desain sebuah poros bubungan sudah berkembang jauh

sebelum perkembangan dunia balap. Oleh karena itu, sebagai seorang mekanik

harus memahami spesifikasi mesin dan desain poros bubungan dari pabrikan.

Untuk memahami hal itu, sebelumnya perlu mengetahui bagian dasar dari

poros bubungan.

Gambar 2.11. Bagian-Bagian pada Poros Bubungan

1) Lobe (Bubungan)

Bubungan merupakan bagian dari keseluruhan yang mengatur

siklus kerja pada motor 4 tak, yakni hisap, kompresi, usaha, buang dan

overlapping. Pada motor 4 tak bubungan terbagi dua macam yakni

bubungan hisap dan buang. Setiap bubungan untuk mengatur setiap katup.

2) Base Circle (Lingkar Dasar)

Base Circle disebut juga tumit poros bubungan. Hal ini merupakan

titik terendah dari bubungan. Base circle adalah posisi dimana katup dalam

keadaan tertutup. Ukuran dari base circle mempengaruhi lift. Semakin kecil

base circle memungkinkan lift lebih tinggi, tapi hal ini juga rawan

(46)

commit to user

Gambar 2.12. Base Circle Diameter

(Sumber: Des Hammill, 1998: 10)

3) Ramp

Ramp adalah bagian dari poros bubungan dimana posisi katup

bergerak naik dan berakhir menutup. Setiap bubungan memiliki dua area

ramp buka dan tutup. Pada poros bubungan balap, bentuk kurva area ramp

memiliki kecepatan dan akselerasi tinggi. Kurva ramp dipengaruhi oleh

profil poros bubungan, yang mana merupakan salah satu yang

mempengaruhi unjuk kerja mesin.

Hal ini dikarenakan profil poros bubungan adalah semacam rel

tempat berjalannya lengan penekan. Sehingga jika dilihat dalam bentuk

grafik, profil poros bubungan merupakan pembentuk kurva durasi buka

tutup katup. Pada dasarnya perbedaan profil poros bubungan dilihat dari

bentuk ramp. Profil poros bubungan jika dilihat dari bentuk ramp dibedakan

menjadi dua, yakni symmetrical dan asymmetrical.

Gambar 2.13. Bentuk Poros Bubungan Berdasarkan Ramp

(47)

commit to user

25

Poros bubungan symmetrical adalah poros bubungan yang

memiliki profil ramp simetris, dimana buka dan tutup sama persis. Profil

dari ramp tutup merupakan pencerminan dari buka. Hal ini memungkinkan

besarnya durasi hisap dan buang, serta overlapping katup sama besar. Profil

simetris ini biasanya digunakan untuk motor dengan putaran tinggi. Karena

profil ini akan membuka lebih lama dan menutup sangat cepat. Kecepatan

proses kerja tersebut memberikan tenaga maksimal, baik diputaran rendah

maupun tinggi. Karena bentuk profil yang simetris maka proses membuka

dan menutupnya seimbang. Namun semua ini ada ukuran dan batasannya.

Sedangkan poros bubungan asymmetrical adalah poros bubungan

yang memiliki profil ramp berbeda antara buka dan tutup. Ramp ini

mengacu pada bubungan, dimana ramp buka dan tutup tidak sama. Biasanya

ramp asymmetrical ini digunakan untuk derajat buka-tutup yang berbeda.

Umumnya, profil bubungan tidak simetris memiliki derajat pembukaan yang

lebih cepat dan penutupan yang lebih lambat. Akselerasi katup yang dibuka

secepat mungkin dan kecepatan bukaan katup dilambatkan saat mendekati

angkatan maksimal dapat mencegah terjadinya floating. Penutupan katup

yang dibuat lambat membuat penutupan lebih lembut dan daya tahan katup

lebih lama. Biasanya pada motor standar .

4) Flank

Flank biasa disebut pinggang poros bubungan. Daerah ini

merupakan bagaian pembentuk profil poros bubungan, yang mana

berhubungan dengan lift rate dari poros bubungan.

5) Nose

Nose adalah bagian dimana katup terbuka secara penuh. Titik

tertinggi lift disebut lobe centerline (garis tengah bubungan). Intake

centerline diukur pada derajat poros engkol setelah TMA. Exhaust

(48)

commit to user

Gambar 2.14. Nose atau Toe Poros Bubungan

(Sumber: Des Hammill, 1998: 8)

Dalam memodifikasi poros bubungan ada beberapa istilah yang perlu

dipahami. Istilah-istilah tersebut yaitu: Duration, phasing, valve lift, lobe lift,

overlap, lift rate, full lift, valve clearance dan profil.

1) Duration

Duration adalah jumlah derajat dimana katup mulai membuka

hingga katup menutup. Durasi dipengaruhi oleh derajat dan rentang waktu

buka-tutup katup. Derajat buka-tutup katup akan mempengaruhi waktu

langkah hisap, buang kompresi, usaha dan besarnya overlapping. Sedangkan

rentang waktu buka-tutup katup akan mempengaruhi efisiensi volumetris

(bahan bakar yang masuk), ketuntasan mengeluarkan gas sisa pembakaran,

besarnya kompresi, dan lamanya waktu melakukan langkah usaha.

Gambar 2.15. Diagram Buka Tutup Poros Bubungan

(49)

commit to user

27

2) Phasing

Phasing adalah hubungan antara durasi saluran masuk dan saluran

buang. Phasing pada dasarnya adalah hubungan antara membuka dan

menutup saluran masuk dengan saat membuka dan menutup saluran buang.

Phasing disebut juga Lobe Separation Angle (LSA). Hal ini adalah bentuk

sudut yang efektif antara posisi angkat penuh tonjolan saluran masuk dan

posisi angkat penuh tonjolan saluran buang pada poros bubungan.

Gambar 2.16. LSA (Sudut Jarak Antara Poros Bubungan Hisap Dan Buang)

(Sumber: Aong C. Ulinnuha, 2010: 58)

LSA sangat mempengaruhi karekteristik putaran mesin. LSA

berhubungan dengan overlapping. Semakin kecil LSA maka akan semakin

besar overlapping. Overlapping yang terlalu besar akan membuat kompresi

rendah, boros, pembilasan sempurna sehingga menjadikan bahan bakar

murni tercemar dan pembakaran menjadi tidak sempurna karena terjadi

negative corburetion. Hal ini hanya akan menghasilkan performa mesin

hanya baik pada putaran rendah. Sedangkan overlapping yang terlalu kecil

akan menyebabkan pemasukan bahan bakar menjadi lebih telat. Sehingga

performa mesin hanya baik pada putaran tinggi. Untuk itu diperlukan

overlapping yang tepat guna memperoleh performa mesin yang seimbang

antara torsi dan daya. Salah satu cara yang dilakukan untuk memperoleh

overlapping adalah dengan merubah durasi dan LSA poros bubungan.

Rumus LSA adalah:

(50)

commit to user Dimana:

A = Durasi hisap

B = Derajat buka (hisap) sebelum TMA

C = Durasi buang

D = Derajat tutup (buang) setelah TMA

Ibnu Sambodo pernah bicara LSA poros bubungan yang tepat.

“Katanya bagusnya berada direntang 105o

. Atau boleh juga plus-minus 3o.

Jadi rentangnya 102-108o.” (Aong C. Ulinnuha, 2010: 58)

Menghitung LSA durasi 255o profil simetris. Dimana derajat

pembukaan katup hisap adalah 25o sebelum TMA. Sedangkan derajat

penutupan katup buang 25o setelah TMA. Jika dimasukan kedalam rumus

LSA adalah sebagai berikut:

( ) (

)

( ) ( )

Hasil perhitungan LSA durasi 255o profil simetris adalah 102,5o.

LSA 102,5o masuk dalam rentang dianjurkan Ibnu Sambodo.

3) Lobe Lift

Lobe lift adalah angka tinggi poros bubungan mampu mengangkat

lengan penekan. Hal ini tidak sama dengan angkatan katup, karena lengan

penekan adalah pengungkit yang memiliki rasio tertentu mengatur

pembukaan katup. Lobe lift diukur dari diameter pada garis tengah dikurangi

(51)

commit to user

29

Gambar 2.17. Menentukan Lobe Lift

(Sumber: Erwe, 2008)

4) Valve Lift

Valve lift adalah tinggi angkatan katup (jarak maksimum antara

katup dan dudukan katup). Hal ini sangat bevariasi antara profil poros

bubungan satu dengan yang lainnya, dari tipe mesin satu dengan tipe mesin

lainnya. Valve lift berbeda dengan lobe lift. Valve lift ditentukan oleh lobe

lift dan rasio lengan penekan. Valve lift adalah besar poros bubungan lobe

lift dikalikan rasio lengan penekan. Semakin tinggi valve lift semakin

banyak gas yang masuk kedalam ruang bakar. Hal yang perlu diperhatikan

adalah satu putaran poros bubungan sama dengan dua kali putaran poros

engkol. Tinggi angkatan katup yang terjadi pada umumnya tidak sama

dengan tinggi angkatan pada poros bubungan. Walaupun pada tipe tertentu

Gambar

Gambar Halaman
Tabel Halaman
Gambar 2.2. Siklus Kerja Motor 4 Tak
Gambar 2.4. Komponen-Komponen Mekanisme Katup
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemrograman Visual Pemrograman WEB Proyek Aplikasi Sistem Informasi Pemrograman Visual 3 Bahasa Inggris Cisco Fundamental 1 Pemrograman Visual 2 Pemrograman Visual Pengantar

Berdasarkan keterangan tersebut dapat menunjukan bahwa pelanggaran atau delik undang-undang adalah peristwa-peristiwa yang untuk kepentingan dinyatakan oleh undang-

Elemen titik adalah suatu bentuk kecil yang tidak mempunyai dimensi. Dari sebuah titik dapat dikembangkan menjadi garis atau bidang. Pada gambar dalam bidang gambar

Mengajarkan ibu cara – cara perawatan bayi sehari – hari dengan gumoh pada bayi yaitu dengan segera membersihkan wajah bayi yang terkena gumoh serta mulut bayi yang

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teori dan aplikasi terhadap pengembangan perilaku konsumen dan dapat dijadikan sebagai sumber

Dari empat faktor tersebut, diasumsikan bahwa ada hubungan/korelasi antara sumber daya manusia, perangkat lunak dan perangkat keras serta anggaran yang digunakan

+angkah a7al yang dilakukan dalam pembuatan pakan yaitu perencanaan Perencanaan pembuatan pakan harus dilakukan secara seksama agar pakan yang dibuat sesuai dengan ikan yang

Adapun produk S2 dan S5 yang berada pada kuadran I yang dapat diinterpretasikan memiliki karakteristik yang mirip, disukai oleh kebanyakan klaster yaitu klaster