• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Pelayanan Program KB dan Pembinaan Keluarga Oleh PLKB terhadap Pencapaian Peserta KB Aktif di Badan KB Kabupaten Simalungun Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Pelayanan Program KB dan Pembinaan Keluarga Oleh PLKB terhadap Pencapaian Peserta KB Aktif di Badan KB Kabupaten Simalungun Tahun 2013"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Survei Kebutuhan Pengembangan KIE Kabupaten

Pemalang yang dilakukan oleh Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi

Massa Universitas Diponegoro pada tahun 1998, menunjukkan bahwa ketersediaan

lembaga-lembaga kesehatan, tenaga medis, para medis serta lembaga pelayanan KB

sudah cukup memadai, yang sekaligus lembaga-lembaga tersebut berfungsi sebagai

lembaga penyuluhan. Kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS) dan remaja mengenai

reproduksi sehat sebenarnya cukup tinggi tetapi tidak diikuti oleh kesadaran

mengenai pembatasan jumlah jumlah anak dalam keluarga. Pasangan Usia Subur

(PUS) juga hanya bersedia memilih alat kontrasepsi tertentu (suntik). Kesadaran

tentang pendewasaan usia perkawinan (PUP) yang tinggi, juga tercermin dari

pemahaman informan mengenai rata-rata usiaperkawinan, batas usia melahirkan, dan

kesadaran untuk menjarangkan jarak anak dengan menggunakan alat kontrasepsi.

Oleh karena hal yang demikian itu diperlukan upaya intensif memanfaatkan media

yang betul-betul disenangi serta dilakukan secara intensif dan berkesinambungan

Penelitian lain mengenai Implementasi Kebijakan Program KB di Kabupaten

Batang oleh Akhmad Zaeni tahun 2006 diperoleh hasil bahwa masih rendahnya

(2)

hanya berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di tingkat lapangan

(kecamatan), hal ini berimplikasi pada pelaksanaan program yang tidak maksimal,

yang umumnya mereka tunjukkan dengan keengganan implementator untuk

meningkatkan kualitas diri. Kondisi demikian juga menjadikan isi pesan

implementator sangat terbatas pada apa yang didapatkan tempo dulu. Dan Dimensi

Lingkungan kebijakan ternyata juga mempunyai andil yang cukup besar dalam

implentasi kebijakan peningkatan kesertaan KB pria di Kecamatan Gringsing. Hal

yang demikian ini dapat ditunjukkan dengan masih adanya tokoh agama yang

menganggap bahwa KB merupakan perbuatan mutasyabihat (samar-samar, antara

halal dan haram), sikap perempuan yang masih merasa dirinya harus yang lebih

prihatin dan mengalah, serta ketakutan para ibu jika suaminya ikut MOP akan loyo

libido seksnya atau mungkin mencari perempuan lain (jajan di luar). (Ahmad Zaeni,

2006)

2.2. Mekanisme Operasional (Mekop) Program KB 2.2.1. Pengertian Mekanisme Operasional (Mekop)

Mekop adalah suatu rangkaian kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan

dan berlangsung secara terus menerus yang melibatkan seluruh potensi kecamatan,

desa/kelurahan dalam upaya mencapai sasaran program KB secara berdaya guna dan

(3)

Mekop adalah forum komunikasi sosial dimana terdapat pemeran

kelembagaan dan kegiatan yang disepakati untuk dilaksanakan (BKKBN Prov Sumut, 2011).

2.2.2. Hakekat Mekop

Hakekat Mekop menurut BKKBN provinsi Sumatera Utara (2011) adalah :

1. Suatu urutan kegiatan yang saling berkaitan dengan yang lain secara utuh dan

integrative.

2. Suatu forum komunikasi sosial antara unsur petugas dan pengelola KB dan KS

serta masyarakat.

3. Keputusan diambil didasarkan azas musyawarah.

4. Kegiatan berlangsung secara terus menerus.

2.2.3. Tujuan Mekop 1. Umum

Memantapkan kualitas pengelolaan program KB nasional khusunya di lini

lapangan yang mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

2. Khusus

a. Semakin mantapnya kesepakatan operasional program KB nasional lini

lapangan

b. Semakin mantapnya pelaksanaan operasional advokasi dan KIE serta

pelayanan program KB Nasional

c. Semakin mantapnya kemampuan petugas dan pengelola dalam pelaksanaan

(4)

2.2.4 Sasaran dan Cakupan

1. Sasaran : Petugas dan pengelola program KB Nasional baik dari unsur

Pemerintah, LSM, Insitusi Pemerintah dan Swasta

2. Cakupan : Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan

Desa/Kelurahan

2.3. Pengertian PLKB

Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) adalah staf SKPD Badan KB

Kabupaten/Kota yang bertugas melaksanakan, mengelola, dan menggerakkan

masyarakat dalam program KB di tingkat Desa/ Kelurahan, baik yang berstatus

sebagai penyuluh Keluarga Berencana (PKB).

2.3.1. Kedudukan PLKB

PLKB adalah aparat pemerintah staf SKPD Badan KB Kabupaten dan

Kotamadya yang berkedudukan di desa atau di Kelurahan dengan tugas, wewenang,

dan tanggung jawab melakukan kegiatan penyuluhan, penggerakan, pelayanan,

evaluasi, dan pengembangan Program KB Nasional serta kegiatan program

pembangunan lain yang ditugaskan oleh pemerintah daerah di wilayah kerjanya.

2.3.2. Peran PLKB

PLKB memiliki peran, baik sebagai pelaksana, pengelola, maupun penggerak

dalam pelaksanaan Program KB Nasional di Desa atau di Kelurahan yang

(5)

2.3.3. Profil PLKB

Profil PLKB adalah sosok atau tampilan PLKB yang tercermin melalui sifat,

sikap, dan keterampilan teknis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

2.3.4. Sepuluh Fungsi (Langkah) PLKB/ PKB 1. Pendekatan Tokoh Formal

a. Sasaran Tokoh Formal Tingkat Kecamatan meliputi :

1. Camat dan perangkat camat

2. Danramil

3. Kapolsek

4. Dinas Instansi yang ada Tingkat Kec.

5. Sasaran Tokoh formal Tingkat Desa / Kel.

6. Kepala Desa / Kelurahan

7. Kepala lingkungan ,RT/RW

8. Seluruh Perangkat Desa

9. Bidan Desa ,dll

2. Pendataan dan Pemetaan

Pendataan dan penilain adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan,

mencatat, menyajikan menganalisa data.

Sasaran pendataan penilaian adalah :

(6)

2. Pendataan R/I/PUS (Register pembinaan PUS dan Peserta KB bagi

seluruh keluarga) sistem informasi kependudukan dan keluarga

(SIDUGA) dan R/II/PUS (Rekapitulasi hasil pendattaan keluarga)

3. Pendekatan Tokoh Informal

Pendekatan Tokoh Informal adalah untuk menciptakan hubungan kerja yang

akrab antara PPLKB(Pengendali PLKB yang brada dikecamatan), PLKB (Petugas

lapangan KB yang berkedudukan di desa/kelurahan yang mempunyai wilayah binaan)

/PKB(PKB Ahli pendidikan sarjana/D4 dalam ruang golongan III/A ) dan Tokoh

Informal, sehingga para Tokoh Informal dapat mendukung secara aktif pelaksanaan

program.

a. Sasaran tokoh informal tingkat kecamatan dan desa/kelurahan adalah:

1. Tokoh Agama

2. Tokoh Adat

3. Tokoh Masyarakat

4. Ketua PKK

5. Tokoh Organisasi Pemuda

6. Tokoh Wanita

b. Bentuk pertemuan

1. Kunjungan rumah

2. Pertemuan perorangan

(7)

c. Meteri yang di bicaraka

1. Menjelaskan rencana kegitan

2. Mohon restu dan dukungan

3. Mohon kesediaan untuk berperan dalam pelaksanaan kegiatan.

4. Pembentukan Kesepakatan

Pembentukan kesepakatan adalah suatu proses kegiatan yang harus di

laksanakan PPLKB, PLKB guna memperoleh kesepakatan politis di antara peminpin

formal dan informal di tingkat Desa / Kelurahan.

a. Sasaran kesepakatan teknis

1. Penumbuhan PPKBD dan Sub PPKBD

2. Pelaksanaan tehnis , pengelola mitra kerja dinas instansi terkait

3. Pertemuan rutin IMP /PPKBD dan Sub PPKBD

4. Rapat koordinasi (Rakoor ) Kecamatan

5. Rapat koordinasi (Rakoor ) Desa

6. Miniloka karya KB

b. Sasaran kesepakatan teknis

1. Surat keputusan

2. Buku petunjuk dan kebijakan lainnya

3. Rapat-rapat koordinasi

c. Materi yang disampaikan

1. Evaluasi kegiatan bulanan, triwulan dan tahunan

2. Pembahasan permasalahan yang di hadapi

(8)

5. Penegasan Kesepakatan

Penegasan kesepakatan adalah suatu langkah PPLKB, PLKB untuk

memantapkan para penanggung jawab, pendukung pelaksanaan program agar aktif

sesuai dengan kesepakatan yang telah disahkan dalam forum pertemuan.

Sasaran penegasan kesepakatan:

1. Melalui surat

2. Kunjungan rumah perorangan atau kelompok

3. Kunjungan dinas ke kantor

6. KIE oleh Tokoh Masyarakat

KIE dan motivasi adalah suatu proses penyampian pesan program kepada

sasaran yang telah ditetapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan penumbuhan

motivasi sasaran agar mau melaksanakan program.

a. Sasaran KIE

1. Seluruh masyarakat.

2. Keluarga peserta KB

3. Peserta KB

4. PUS yang bukan peserta KB

5. Tokoh masyarakat, Tokoh organisasi

b. Bentuk kegiatan melalui

1. Media massa

2. Media cetak

(9)

4. Media tradisional

5. Wawan muka, kelompok & individual

7. Penyiapan Kader dan Penumbuhan IMP

Penyiapan kader dan penumbuhan IMP adalah suatu upaya untuk melibatkan

peran aktif warga masyarakat dalam mengelola melaksanakan program KB dan KS di

wilayah masing-masing.

Sasaran:

1. Masyarakat yang berpengaruh.

2. Peserta KB yang sukarela dan berperan aktif.

3. Tokoh masyarakat, Tokoh pemuda

8. Pelayanan Program

Pelayanan program adalah berbagai pelayanan yang di berikan kepada

masyarakat dalam pelaksanaan program KB/KS, sehingga terpenuhi masyarakat

dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Bentuk kegiatan adalah :

1. Pelayanan Alat Kontrasepsi.

2. Pelayanan Tribina (Ketahanan Keluarga ).

3. Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.

4. Pelayanan program KB/KR dan KS/PK pada umumnya baik di

Tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan

5. Program KKR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan GenRe

(10)

9. Pembinaan Keluarga

Pembina keluarga adalah memantapkan aspek pengetahuan keterampilan dan

aspek motivasi dari berbagai unsur masyarakat,organisasi para kader di tingkat

kecamatan dan tingkat desa kelurahan dalam rangka pelaksanaan program KB dan

KS yang di sepakati.

a. Sasaran

1. Tokoh formal , tokoh informal

2. Institusi masyarakat

3. Para pengelola kelompok

4. Para kader yang ada di tingkat kecamatan dan tingkat

desa/kelurahan RT, RW.

b. Kegiatan pembinaan

1. Kunjungaan rumah perorangan dan kelompok.

2. Pertemuan.

3. Rapat koordinasi.

4. Staf meeting.

5. Diakusi.

6. Pelatihan

10. Pencacatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah kegiatan untuk mencatat dan melaporkan

seluruh rangkaian kegiatan yang di laksanakan tingkat kecamatan, desa / kelurahan

(11)

Sasarannya meliputi:

1. Para petugas KB Tingkat Kecamatan

2. Para petugas KB Tingkat Desa/Kelurahan.

3. Para petugas klinik KB

4. Para PPKBD , Sub PPKBD dan poktan-poktan

5. Kegiatan -kegiatan operasional KB /KS

2.4. Keluarga Berencana (KB) 2.4.1. Defenisi KB

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan

usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk menwujudkan

keluarga berkualitas (Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009).

KBadalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawina, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

penigkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujdakan keluarga kecil Bahagia Dan

Sejahtera (BKKBN, 2007)

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat

(12)

dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam

keluarga (Suratun, 2008).

Secara umum KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur

banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,

ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai

akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan

keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat

diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan

dengan aborsi (Suratun, 2008).

2.4.2. Tujuan KB

Menurut Suratun (2008) Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki

tujuan:

a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan

menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan

diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility

Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan

penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan

menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang

ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan

jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834)

yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret

(13)

b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan

anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak

pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah

lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini

memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan

yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk

keluarga yang bahagia dan berkualitas.

e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga

berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi

sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi

2.4.3. Manfaat Usaha KB Dipandang dari Segi Kesehatan

Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah

satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi

akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008).

 Manfaat Keluarga Berencana Bagi Individu dan Keluarga

a. Mendukung kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah kondisi sejahtera, secara fisik, mental, dan

(14)

kecacatan, baik pada alat, sistem, pungsi, dan proses reproduksi sehingga

memungkinkan setiap orang hidup produktip secara biologis, sosial, dan

ekonomis.

b. Kesehatan dan psikolgis bagi ibu:

- Mencegah anemia (kurang darah). Kandungan zat besi yang ada pada

salah satu alat/obatkontrasepsi (pil kombinasi ) dapat mencegah resiko

anemia berat, sehingga dengan ber KB, ibu dapat menjaga kesehatan

fisik dan kesehatan reproduksinya dengan optimal. Apalagi jika di

imbangi dengan asupan gizi yang memadai. Sehingga resiko kesakitan

dan kemtian ibu dapat di turunkan.

- Mencegah pendarahan yang terlalu banyak setalah persalinan.

- Dengan ber-KB setelah melahirkan, seorang ibu dapat mencegah

terjadinya pardarahan setelah melahirkan, serta mempercepat pulihnya

kondisi kesehatan rahim

- Mencegah Kehamilan Tidak Diinginkan ( KTD )

- Dengan ber KB keluarga dapat merencanakan dan mengatur kelahiran

anak-anaknya, dengan menghindari kehamilan’’4 Terlalu’’ (terlalu

muda, terlalu tua umur ibu, terlalu dekat jarak kelahiran, dan terlalu

sering melahirkan). Menghindari kehamilan yang tidak/belum di

inginkan akan menurunkan resiko kesakitan dan kematian ibu.

(15)

- Meningkatkan keharmonisan keluarga, karna ibu mempunyai cukup

waktu luang untuk menperhatikan kebutuhan suami, melayani suami

dengan penuh kemesraan , tanpa takut hamil, serta untuk dapat diskusi

dan bicara semua permasalahan dengan suami. Juga mempunyai waktu

yang cukup untuk merawat dan mendidik anak-anaknya dengan baik.

c. Kesehatan dan psikologis bagi anak

- Mencegah kurang gizi.

- Tumbuh kembang anak labih terjamin.

- Kebutuhan ASI eksklusip 6 bulan terpenuhi.

d. Ekonomi

Mengurangi biaya kebutuhan rumah tangga .Dengan ber KB , minimal

tidak menambah anggota baru dalam keluarganya, sehingga keluarga

lebih leluasa dalam mengatur biaya kebutuhan sehari-harinya ,biaya

pendidikan anak, perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya, dll.

Bagi ibu yang menggunakan cara KB MAL, Mengurangi pengeluaran

keluarga untuk membeli alat/obat kontrasepsi minimal 6 bulan.

Meningkat kan pendapatan ekonomi keluarga. Dengan mengatur jarak

kelahiran antar anak, anggota keluarga mempunyai peluang usaha lebih

(16)

e. Sosial Budaya

Meningkatkan kesempatan bermasyarakat. dengan ber-KB, ibu memiliki

kesempatan dan waktu yang lebih banyak untun bersosialisasi dan aktif

pada kegiatan sosial di masyarakat.

Meningkatkan peran ibu dalam penggambilan ke putusan kelurga.

Dengan ber KB, Ibu mempunyai kesempatan dan berkontribusi sebagai

nitra yang setara dalam pengambilan keputusan,baik keputusan dalam

rumah tangga sendiri seperti memilih kontrasepsi, menentukan jumlah

anak yang dikehendaki,maupun keputusan di luar rumah tangga nya.

(Jurnal keluarga informasi kependudukan dan KB, desember 2011).

2.5. Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat

adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud

dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang

aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun

(17)

Kontrasepsi adalah obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan)

jenis kontrasepsi ada sua macam yaitu kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil,

sunti dan implan) dan kontrasepsi non-hormonal (IUD, Kondom)

2.5.1 Syarat-Syarat Kontrasepsi

Hendaknya Kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya

b. Efek samping yang merugikan tidak ada

c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan

e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya

f. Cara penggunaannya sederhana

g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas

h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri

2.5.2 Cara-Cara Kontrasepsi

Cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode:

a. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai

1) Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria)

2) Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita)

b. Menurut pelayanannya

1) Cara medis dan non-medis

2) Cara klinis dan non- klinis

(18)

1) Tidak mempengaruhi fertilitas

2) Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)

3) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap

d. Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi

1)Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu

badan dll

2)Memakai alat mekanis : kondom, diafragma,

3)Memakai obat kimiawi : spermisida

4)Kontrasepsi intrauterina : IUD

5)Hormonal : pil KB, suntikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit

(AKBK)

6)Operatif : tubektomi dan vasektomi

e. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah

1) Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama,

perpanjangan masa laktasi

2) Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan

spermisida

3) Metode modren a) Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat

kontrasepsi bawah kulit.

4) Kontrasepsi intrauterina : IUD

5) Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada

(19)

Tabel 2.1. Jenis-Jenis Alat dan Obat Kontrasepsi yang Beredar Diadakan dalam Program Kb di Indonesia

No. Sediaan Komponen tablet hormone dan 7 plasebo

3 mg Drosperinone Tak tersedia di program e. Microdinol 0,03 µg Etinil

Estradiol

0.15 mg norgestrol Tak tersedia di program

f. Lyndinol 30 µg Etrinil

Estradiol

2.5 mg lynestrenol Tak tersedia di program

g. Gynera 30 µg Etrinil

Estradiol

75 µg Getodene Tak tersedia di program h. Mercilon 28 20 µg Etrinil

Estradiol

150 µg Desogestrel Tak tersedia di program i. Marvelon 28 30 µg Etrinil

Estradiol

150 µg Desogestrel, iblister @ 21 tablet hormone dan 7

50 µg Levonogestrel Tak tersedia di program 40 µg Etrinil

Estradiol

125 µg levonogestrel Tak tersedia di program 2. Minipil Progestin only

a.Exluton 0.5 mg lynestrenol, 1

blister @ 28 tablet

Tak tersedia di program

b.Cerazette 75 µg Desogestrel Tak tersedia

di program

c. Pil • Medroksi

Progesteron Asetat tablet 5 mg

• Medroksi Progesteron Asetat 10 mg

(20)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No. Sediaan Komponen

Estrogen

Komponen

Progrestin Keterangan 3. Injeksi Gestagen

(depo injeksi)

a.Depo Provera 150 mg Medroksi

Progesterone Asetat 4. Injeksi Kombinasi

Cyclofem 10 mg Estradiol

Cypionat

Norplant 36 mg levonorgestrpl Tak tersedia

di program

Implanon 68 mg Etonogestrol Tak tersedia

di progam 75 mg Levonogestrol Tersedia

Kontrasepsi program

6. AKDR

Mirena 50 mg Levogestrol Tak tersedia

di program

Copper T Tersedia

kontrasespsi program

Sumber : BKKBN 2010

2.6 Akseptor KB

Peserta Keluarga Berencana atau akseptor peserta KB yaitu pasangan usia

subur (PUS ) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi. Peserta KB baru

(21)

alat/obat kontrasepsi atau pus yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah

melahirkan atau abortus.

Peserta KB aktif atau akseptor aktif Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada

saat ini sedang menggunakan salah satu alat atau obat kontrasepsi. Peserta KB Aktif

adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini menggunakan salah satu alat

kontrasepsi tanpa di selingi ke hamilan. Akseptor peserta KB yaitu pasangan usia

subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi. Akseptor aktif

Pasangan Usia Subur yang pada saat ini sedang menggunakan salah satu alat atau

obat kontrasepsi. Akseptor Baru pasangan usia subur yang baru pertama kali

menggunakan alat/obat kontrasepsi atau pus yang kembali menggunakan alat

kontrasepsi setelah melahirkan atau Abortus. Akseptor dini para ibu yang menerima

salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 mggu setelah melahir kan atau abortus.

Akseptor dropout akseptor yang menhentikan pemakaian kontrasepsi lebih

dari 3 bulan (BKKBN Jakarta 2007). Akseptor dini adalah para ibu yang menerima

salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus

Akseptor drop out adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih

dari 3 bulan (BKKBN,2007 )

Unmet Need adalah PUS yang ingin ber KB namun belum dapat terlayani

(BKKBN,2011) Unmet Need adalah proporsi wanita usia subur dalam status kawin

yang tidak menggunakan alat kontrasepsi meskipun merka menyatakan ingin

(22)

need” karena resiko kesehatan dan pemakaian kontrasepsi yang buruk tidak

menginginkan tambahan anak (membatasi kelahiran).( BKKBN, 2007).

PUS Bukan Peserta KB adalah pasangan usia subur (PUS), yang saat ini tidak

menggunakan salah satu alat kontrasepsi di karenakan:

1. Hamil

2. Ingin anak segera adalah Pasangan Usia Subur (PUS), yang belum punya

anak atau punya anak pertama berumur minimal 3 tahun, menginginkan

anak kurang dari 2 tahun.

3. Ingin anak ditunda adalah pasangan suami- istri yang istri berumur antara

15 sampai 49 tahun dan sedang tidak menggunakan kontrasepsi, masih

menginginkan anak tetapi di tunda (2 tahun ke atas).

4. Tidak ingin anak lagi adalah pasangan suami – istri yang istrinya berumur

antara 15 sampai dengan 49 tahun tidak menginginkan anak lagi dan tidak

menggunakan alat kontrasepsi.

2.6.1. Akseptor KB Menurut Sasarannya

Menurut Suratun (2008) akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga

fase yaitu

a. Fase Menunda Kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang

istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20 tahun adalah usia

yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Kriteria

(23)

tinggi, artisnya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena

pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.

Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana.

b. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan

Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik

untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2–4

tahun. Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara 20-30 tahun.

Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3–4 tahun

sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu

ibu (ASI). Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu :

AKDR, suntik KB, Pil KB atau Implan.

c. Fase Mengakhiri Kesuburan/Tidak Hamil Lagi

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30

tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi

yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat

menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.

2.7. Program Pelayanan dan Pembinaan 2.7.1. Program Pelayanan

Pelayanan program adalah berbagai pelayanan kesehatan yang di berikan

kepada masyarakat dalam pelaksanaan program KB/KS, sehingga terpenuhi

(24)

Bentuk kegiatan :

1. Pelayanan Alat Kontrasepsi.

2. Pelayanan Tribina ( Ketahanan Keluarga ) meliputi : Bina Keluarga Balita,

Remaja dan lansia

3. Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.

4. Pelayanan program KB/KR dan KS/PK pada umumnya baik di Tingkat

Kecamatan dan Desa/Kelurahan

5. Pelayanan adminstrasi

Pelayanan Kontrasepsi suatu kegiatan pelyanan kontrasepsi yang di lakuka n

oleh Unit Pelaksanan KB ,baik Pemerintah maupun Swasta ,missal nya kegiatan

pemasangan IUD, oleh puskesmas, pemberian pil oleh PPKBD kepada peserta KB

Pelayanan kesehatan dalam KB: Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi

yang mengakui dan menghargai bahwa KB dan kesehatan reproduksi merupakan

kebutuhan, hak, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Pelayanan Bersama

Masyarakat : Pelayanan KB yang dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri

dengan dukungan yang penuh dari unsure-unsur professional baik pemerintah

maupun swasta. Pelayanan lanjutan adalah pelayanan kesehatan termasuk KB yang

diberikan di rumah sakit berdasarkan rujukan dari puskesmas.

Pelayanan KB Melalui kegiatan TKBK (Tim KB Keliling) adalah kegiatan

TIM KB yang terdiri dari unsur KIE Pelayanan kontrasepsi dan atau peayanan

integrasi yang dilakukan dalam satu rangkaian gerak untuk menggarap sasaran yang

(25)

gerak satu Tim TKBK Kecamatan mengujungi dua desa /Kelurahan sama dengan 2

kali gerak. Dua Tim TKBK Kecamatan mengunjungi satu Desa/Kelurahan sama

dengan 2 kali gerak (BKKBN Jakarta 2010)

Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi secara operasional di arahkan pada

tiga tujuan pokok. Tujuan pertama, adalah Meningkatkan penerimaan program KB bagi klien dan pelaksana program serta pengambil kebijakan publik di Indonesia.

Setelah dilaksanakan desentralisasi program KB, ada indikasi bahwa pelaksana

Program dna pengambil kebijakan publik pada tingkat kabupaten ke bawah

mengalami penurunan kesadaran dan komitmen nya terhadap program KB Dibanding

dengan era sentralisasi sebelumnya. Hal ini tentunya dapat berdampak terjadinya

penurunan penggunaan kontrasepsi dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

Tujuan kedua, adalah memperluas akses pelayanan kepada semua lapisan masyarakat, sehingga tidak terjadi ketimpangan penggunaan kontrasepsi pada kelompok tertentu.

(Misalnya penduduk miskin, daerah tertinggal, dan penduduk rentan lainnya), atau

terjadi pemerataan pelayanan di seluruh Indonesia. Tujuan ketiga, adalah

meningkatnya kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi untuk meningkatkan

kepuasan klien dan menurunkan angka kegagalan, komplikasi dan efek samping

sehingga pengunaan kontrasepsi dapat berlangsung lama. Dengan kualitas yang baik

maka akses pelayanan akan menjadi meluas. Sebaliknya dengan akses yang meluas

maka kualitas akan mengalami peningkatan sehingga tujuan meningkatkan akses dan

kualitas pelanyanan sangat erat kaitannya. Komponen pokok operasionalisasi

(26)

a) Manajemen

b) Supevisi

c) Training

d) kesediaan komoditi kontrasepsi dan kesehatan reproduksi

e) Advokasi dan KIE

f) Penelitian-penelitian terapan serta evaluasi yang bermanfaat pada pengembangan

dan akselerasi pelaksanaan program.

Semua komponen tersebut menjadi bagian proritas dalam pelaksanaan

program kerja lima tahun kedepan. Di samping itu, isu-isu organisasi pelayanan,

seperti: masalah infrastrukstur pelayanan, integrasi sektoral, strategi

pelayanan,“Public-private partnership”, menjadi isu pokok yang secara langsung

akan menentukan aseptabilitas (penerimaan), akses (jangkauan), dan kualitas

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi kedepan.

Faktor lain yang sangat menentukan hasil pelayanan adalah masalah-masalah

yang terkait dengan aspek politis dan administrasi. Masalah tersebut berkaitan dengan

komitmen terhadap program, alokasi dana, pengaturan hukum dan peraturan dan

perundang – undangan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam meningkatkan

aseptabilitas, akses, dan kualitas KB dan Kesehatan Reproduksi. Dalam era

desentralisasi, peran pemerintah akan difokuskan pada penyedaan panduan dan

arahan kebijakan, sehingga para pemberi layanan dapat bekerja secara disiplin dan

professional sesuai dengan kondisi daerah masing-masing dengan arah

(27)

Rosemary E. Cross dalam Nurmawati (2010) dalam bukunya mengenai

Manajmen pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya bahwa

secara umum pemikiran tentng kualitas sering dihubungkan dengan kelayakan,

kemewahan, kecantikan, nilai uang, kebebasan dari rasa sakit dan tidak nyaman.

Sebuah pelayanan kesehatan yang baik sedikitnya dapat dibedakan atas 13 macam

yakni: tersedia (available), menyeluruh (comperhensive), terpadu (integrated),

berkesinambungan (continue), adil/merata (equity) mandiri (sustainable) ,wajar

(appropriate) dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accessible), dapat dijangkau

(affordable), efektif (effective) efisien (efficient) serta bermutu (quality).

Menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres,

kondisi fisik pekerjaan, sistem kompetisi, desain pekerjaan,dan aspek ekonomi. Di

tambah lagi supervisi dan kapasitas pekerjaan atau beban kerja juga dapat

memengaruhi kinerja karyawan. Menurut Suyanto (2008), Supervisi merupakan

segala bantuan dari pimpinan/penanggung jawab kepada PLKB yang ditujukan untuk

perkembangan para PLKB dalam mencapai tujuan Selain itu, PLKB akan mendapat

dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan kemampuan

profesionalnya. Dengan kemauan belajar, secara tidak langsung akan meningkatkan

kinerja PLKB. sedangkan kapasitas pekerjaaan adalah frekuensi kegiatan rata-rata

dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007 dalam

(28)

Selain itu karakteristik PLKB juga dapat memengaruhi kinerja. Karakeristik

itu antara lain:

a. Umur

Umur adalah usia PLKB yang secara garis besar menjadi indikator dalam

setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan

semakin banyaknya umur maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin

bertanggung jawab dan berpengalaman.

b. Pendidikan

PLKB sebagai bagian penting di lapangan dituntut memberikan perilaku yang

baik dalam rangka membantu masyarakat menjadi peserta KB. Pendidikan seorang

PLKB yang tinggi akan memberikan pelayanan dan pembinaan peserta KB yang

optimal. Pengembangan pendidikan formal PLKB saat ini terutama ditujukan untuk

menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku professional serta dibutuhkan

oleh masyarakat. (Ma’rifin,dalam Hamid, 1995).

c. Masa Kerja

Masa kerja merupakan lama kerja seorang PLKB yang bekerja lapangan dari

mulai awal bekerja sampai dengan seorang PLKB berhenti bekerja (Ismani, 2001).

2.7.2. Program Pembinaan Keluarga/Peran Serta Masyarakat

Menurut Depkes RI 2010 Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan

terus-menerus untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah

kesehatan.Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh tenaga kesesehatan disini

(29)

masyarakat dalam upaya kesehatan ibu, anak dan Keluargaa Berencana. Sebagai

bagian dari upaya kesehatan keluarga.

1. Tujuan

Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh Tenaga

pelayanan kesehatan terkait ialah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat

secara terorganisasi untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan Keluarga

Berencana untuk menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan

tersebut berbagai upaya yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan seperti :

- Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan

masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

- Peningkatan kesadaran dan kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan

dan peningkatan kesehatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga

berencana.

- Dorongan masyarakat untuk menggali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan

untuk mendukung kesehatan keluarga.

2. Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan proses yang

berorientasi pada manusia dan hubungannya dengan manusia lainnya (ekologi

manusia).Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadi

pelaku upaya kesehataan keluarga di masyarakatnya. Sistem sosial diupayakan untuk

(30)

pengelolaan dana/ sarana masyarakat untuk kesehatan, dalam rangka membina

kemandirian dan kelangsungan upaya kesehatan keluarga oleh masyarakat.

4. Pengembangan Peran Serta Masyarakat

Konsep pembinaan keluarga:

1. Untuk mengenal masalah dan kebutuhan keluarga mereka harus mendapat

bimbingan dan motivasi dari PLKB yang bekerjasama dengan sekto-sektor

yang bersangkutan.

2. TOMA (tokoh masyarakat diharapkan membahas masalah dan kebutuhan

yang dirasakan masyarakat, membimbing dan memecahkan masalah dan

memenuhi kebutuhan dengan sumber daya setempat.

3. Dalam hal masalah dan kebutuhan hanya sebagian yang dapat diatasi sendiri,

maka pelayanan langsung diberikan oleh PLKB atau bidan dan puskesmas

atau sector terkait. Jika hal yang bersifat bantuan jangan sampai menimbulkan

ketergantungan. Karywati dkk 2011

2.7.3. Pembinaan PUS dan Kesertaan ber KB 1) Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS )

( Seluruh keluarga dan keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I )

2) Jumlah peserta KB aktif menurut tempat pelayanan swasta

3) Jumlah peserta KB aktif menurut metode kontra sepsi IUD, MOW, MOP,

(31)

4) Jumlah pasangan usia subur (PUS) bukan peserta KB, yang di kelompokan dalam

status hamil, Ingin anak segera, Ingin anak di tunda, dan tidak ingin anak lagi

(seluruh keluarga dan pra sejahtera dan KS I ) (BKKBN,2010).

2.7.4. Pembinaan Ketahanan Keluarga Melalui Kegiatan Tribina : BKB, BKR, dan BKL

Pembinaan Ketahanan Keluarga melalui Kegiatan Tribina : adalah suatu

kegiatan yang di perlukan untuk memantau dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan

kegiatan program pengembangan ketahanan keluarga di lapangan baik melalui

pembinaan kelompok BKB, BKR, dan BKL melalui pendekatan keluarga.

BKB ( Bina Keluarga Balita ) adalah wadah kegiatan yang dilakukan oleh

keluarga yang memiliki Balita untuk memahami dan membina kondisi dan masalah

Balita guna meningkat kan pengetahuan dan keterampilan dan sikap ibu serta

anggota keluarga dalam membina tumbuh kembang anak usia di bawah lima tahun

(Balita) melalui optimalisasi rangsangan emosional,moral dan sosial.sedangkan

keluarga Balita adalah pasangan suami istri yang mempunyai anak Balita,atau ayah

yang mempunyai anak Balita,atau ibu yang mempunyai anak Balita

Cakupan anggota kelompok BKB ber KB adalah upaya pembinaan

kelangsungan ber KB bagi para keluarga Balita Anggota BKB, khususnya yang

masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran maupun untuk membatasi jumlah

(32)

BKR (Bina keluarga Remaja ) adalah kegiatan yang di lakukan oleh keluarga

yang memiliki remaja berupa penyuluhan dari kader terlatih untuk meningkat kan

bimbingan tumbuh kembang remaja

BKL (Bina Keluarga Lansia) adalah wadah kegitan kelompok Bina keluarga

lansia melalui peningkatan kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lanjut

usia yang sehat,Produktif dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa dalam wadah

kelompok Bina Keluarga lanjut usia.

1. Jumlah keluarga Yang Menjadi Anggota Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL.

2. Jumlah Pertemuan/Penyuluhan Di Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL

3. Jumlah Keluarga Yang Menjadi Anggota Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL,

hadir/aktif dalam Pertemuan/Penyuluhan

4. Jumlah anggota kelompok kegiatan yang berstatus PUS seluruh keluarga pra S

dan KS 1

5. Jumlah anggota kelompok kegiatan yang berstatus PUS dan ber KB, untuk

seluruh keluarga dan keluarga Pra S dan KS1

6. Jumlah prtemuan/penyuluhan kelompok kegiatan

7. Khusus bagi kelompok kegiatan BKB, jumlah keluarga yang menjadi anggota

kelompok kegiatan BKB yang menggunakan KKA

2.7.5. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

Pembinaan cakupan PUS anggota Usaha peningkatan peningkatan

(33)

Pengertian UPPKS Adalah wadah kegiatan ekonomi produktif yang ber

anggotakan keluarga Pra Sejahtrea (KPS) dan Sejahtera I sampai sejahtera III

plus,baik yang belum maupun yang mmenjadi peserta KB.

1. Keluarga yang menjadi anggota dalam kelompok kegiatan UPPKS (Jumlah

Semua Anggota Kegiatan UPPKS dan jumlah keluarga Pra Sejahtera dan

Keluarga Sejahtera I Yang Menjadi Anggota Kelompok kegiatan UPPKS.

2. Status PUS dan Kesertaan KB anggota kelompok (status PUS dan kesertaan ber

KB dari seluruh keluarga dan keluarg Pra Sejahtera dan KeluargaSejahtera I

anggota UPPKS).

3. Jumlah pertemuan kelompok UPPKS

4. Jumlah Kelompok UPPKS yang memperoleh/mengakses bantuan modal dan

jumlahnya dari masing-masing sumber modal (APBN, APBD, Krista, KUR,

PNPM, dan lainnya).

2.8. KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) Menurut BKKBN 2011 tujuan:

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan

peserta KB Baru

2. Membina kelestarian peserta KB

3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosial-kultural yang dapat menjamin

(34)

KIE dapat dikelompokkan menjadi :

a. KIE massa adalah sasaran KIE yang sifatnya massa dan tidak terbatas pada

segmen tertentu.

b. KIE terbatas adalah KIE yang sifatnya kecil dan terbatas pada segmen tertentu

c. KIE khalayak atau clients yaitu perseorangan atau kelompok yang menjadi target

langsung dari penyampaian KIE

Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai berikut:

- Radio

- Televisi

- Mobil unit penerangan

- Penerbitan/ publikasi

- Pers/ surat kabar

- Filim

- Kegiatan promosi

- Pameran

2.8.1. Konsling

Konsling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi

melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan konsling. Jenis dan bobot konsling

yang diberikan sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya.

Konsling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak

(35)

2.8.2. Tujuan Konsling

1. Memahami diri secara lebih baik

2. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya

3. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapinya, sehingga

- Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif

- Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya

- Terhindar dari segala gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri

- Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan

- Memperoleh dan merasakan kebahagiaan

Dalam konsling diadakan percakapan dua arah untuk :

1. Membahas dengan calon peserta berbagai pilihan kontrasepsi yang

tersedia

2. Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi

pilihannya, baik ditinjau dari segi medis teknis amupun hal-hal yang

non-medis agar tidak menyesal kemudian

3. Membantu calon peserta KB memutuskan pilihannya atas metode

kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan khususnya pribadi dan

keluarganya

4. Membantu pesertaa KB dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi

barunya, terutama bila ia mengalami berbagai permasalahan ( nyata

atau tidak nyata/ semu )

(36)

a. Arti keluarga berencana

b. Manfaat keluarga berencana

c. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi

d. Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya

e. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang

rasional

f. Rujukan pelayanan kontrasepsi

Hal-hal yaang perlu di perhatikan supaya konsling berhasil dengan baik adalah

bahwa konsling merupakan suatu kegiatan dalam hubungan antar-manusia, di mana

kita melakukan serangkaian tindakan yang akhirnya akan membantu peserta/ calon

peserta memecahkan permasalahan yang dihadapinya, antara lain, masalah pemilihan

penggunaan kontrasepsi yang paling cocok dengan keadaan dan kebutuhan ynag

dirasakannya.

Bila setiap calon peserta KB, sebelum memakai kontrasepsi melalui proses

konsling yang baik, maka kelangsungan pemakaian akan lebih tinggi.

2.8.3. Defenisi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) berasal dari bahasa Inggris yang

telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, yaitu dari kata Communication

Information, Education, (CIE). Istilah KIE mempunyai pengertian yang komplek

karena dalam proses komunikasi terkandung unsur informasi dan informasi itu sendiri

mempunyai unsur edukasi, yang mempunyai sifat dapat menggerakkan seseorang

(37)

peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku individu maupun kelompok

(Depkes RI, 2012). Secara rinci pengertian KIE dapat diformulasikan sebagai berikut:

a. Komunikasi

Diartikan sebagai proses penyampaian berbagai informasi antara petugas KIE

dengan masyarakat sehingga pada akhirnya tercapai suatu persepsi (pandangan)

yang sama antara petugas dengan masyarakat.

b. Informasi

Diartikan sebagai semua data, fakta, rumusan serta acuan yang perlu diketahui,

dipahami dan dilaksanakan oleh petugas dan masyarakat dalam rangka

melaksanakan suatu kegiatan.

c. Edukasi

Diartikan sebagai proses kegiatan yang teratur yang mendorong terjadinya proses

perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang suatu kegiatan

tersebut secara wajar, sehingga masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut dan

bertanggung jawab atas keberhasilannya (Depkes RI, 2012).

Agar berjalan dengan efektif sebaiknya topik KIE berdasarkan kebutuhan dan

kondisinya. Mengingat ruang lingkup penyampaian KIE adalah perilaku dengan berbagai

variabelnya, maka KIE ini juga mempergunakan prinsip dan metoda dari berbagai

disiplin ilmu seperti komunikasi, antropologi medis, psikologi sosial dan pemasaran

(38)

2.8.4. Pengelolaan KIE

Pengelolaan KIE dibagi dalam 3 tahap pokok, yaitu:

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, kegiatan pokoknya yang dilakukan adalah: mengumpulkan

data, mengembangkan strategi, mengembangkan, menguji coba dan memproduksi

bahan-bahan komunikasi, membuat rencana pelaksanaan, menyiapkan pelaksanaan

(BKKBN, 2011).

2. Tahap Intervensi (Pelaksanaan)

Tahap intervensi ini dibagi kedalam siklus-siklus pesan yang terpisah. Setiap

siklus pesan mencakup informasi yang serupa dengan pendekatan yang sedikit

berbeda disesuaikan dengan perubahan kebutuhan sasaran. Perubahan-perubahan ini

dilakukan secara periodik, dapat mengurangi kejenuhan sasaran dan memungkinkan

keterlibatan sasaran secara berkesinambungan. Cara ini memungkinkan perencana

program untuk memasukkan hasil-hasil tahap sebelumnya ke dalam perencanaan

tahap-tahap berikutnya. Cara ini memungkinkan perencana membuat beberapa kali

perubahan-perubahan penting dalam strategi yang ditempuh. Perubahan-perubahan

ini harus dilakukan sebagai jawaban terhadap informasi-informasi tentang

penerimaan sasaran terhadap program dan efektifitas kegiatan yang dilaksanakan

(BKKBN 2011).

3. Tahap Monitoring dan Evaluasi (Pemantauan dan Penilaian)

Tahap monitoring memberikan informasi kepada perencana mengenai

(39)

yang diperlukan dapat segera dilaksanakan (Triamanah, 2004). Aspek-aspek yang

dipantau meliputi input, proses, dan output dari suatu kegiatan KIE. Aspek-aspek

tersebut meliputi: sasaran, media, jalur, isi pesan, hasil-hasil kegiatan, permasalahan

yang dihadapi, kegiatan pemantauan oleh instansi di atasnya, tindak lanjut kegiatan

dan kemandirian (Depkes RI, 2012).

2.8.5. Kegiatan KIE

Kegiatan KIE dapat dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pokok yakni: Kegiatan

KIE kesepakatan dan Kegiatan KIE Perubahan Perilaku (Depkes RI, 2012)

1. Kegiatan KIE Kesepakatan

Seperti diketahui bahwa program KIE mengandung unsur inti yaitu proses

peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku. Sebagai proses

perubahan sikap, kita perlu menyiapkan terlebih dahulu lingkungan yang

mendukung. Hal ini dapat berarti kesiapan, baik para pengelola program

maupun masyarakat sasaran. Dapat dikatakan bahwa KIE-Kesepakatan adalah

kegiatan KIE yang ditujukan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan

serta kesepakatan tokoh-tokoh masyarakat, baik politis maupun operasional

dalam melaksanakan program tersebut.

2. Kegiatan KIE Perubahan Perilaku

Kegiatan KIE yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah

(40)

MUPEN KB (Mobil Unit Penerangan Keluarga Berencana) adalah kendaraan

roda 4 yang didalamnya berisi peralatan elektronik (audio visual) dan

berfungsi sebagai kendaraan penyuluhan dan KIE KB

MUPEN KB Kab/kota adalah kendaraan roda 4 yang didalamnya berisi

peralatan elektronik (Audio visual) dan berfungsi sebagai kenderaan

penyuluhan dan KIE KB tingkat kab/kota.

Penyuluhan oleh PLKB / PKB Petugas KB desa adalah suatu langkah

kegiatan komunikasi, Informasi dan Edukasi ( KIE ) dalam program

pembangunan kependudukan dan Keluarga Berencana sehingga dapat

diadopsi oleh masyarakat.

2.9 Kebijakan BKKBN

Arah kebijakan program perkembangan kependudukan dan pembangunan

keluarga yang meliputi :

1. Pengendalian kuantitas (jumlah dan laju pertumbuhan) penduduk dalam rangka

mencapai penduduk tumbuh seimbang melalui peningkatan pelayanan keluarga

berencana dan kesehatan reproduksi yang terjangkau, bermutu dan efektif untuk

menurunkan tingkat kelahiran dan menuju terbentuknya keluarga kecil

berkualitas yang difokuskan kepada :

a. Perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pendewasaan usia

perkawinan, peningkatan akses informasi dan kualitas pelayanan konseling

(41)

b. Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) dalam

rangka mewujudkan Generasi Berencana (GenRe). Pengertian Generasi

Berencana (GenRe) :

GenRe adalah remaja dan pemuda yang memiliki pengetahuan, sikap, dan

berperilaku sebagai remaja namun penuh dengan perencanaan matang dalam

menapaki masa depan.

Remaja dan Pemuda Genre mampu melangsungkan jenjang-jenjang

pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, dan

menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.

Promosi GenRe

• Mengajak para remaja berperilaku sehat dan berahlak.

• Menyatakan tidak pada sex bebas,narkoba,dan tidak menjadi korban

HIV/AIDS.

• Mengajak remaja untuk merencanakan kehidupan berkeluarga atau

pendewasaan usia perkawinan.

Tujuan Umum:

Memfasilitasi remaja belajar memahami dan mempraktikkan perilaku

hidup sehat dan berahlak (healthy and ethical life behaviors) sebagai dasar

mewujudkan generasi berencana (GenRe).

Tujuan khusus

(42)

• Remaja memahami dan mempraktikkan pola hidup yang

berketahanan.

• Remaja memahami dan mempersiapkan diri menjadi generasi

berencana Indonesia.

c. Perencanaan kehamilan dan pemenuhan hak-hak reproduksi melalui

pengaturan kehamilan bagi seluruh pasangan usia subur yang ingin ber KB,

pemberian jaminan ketersesiaan alat dan obat kontrasepsi gratis bagi pasangan

usia subur miskin dan rentan lainnya, peningkatan akses dan kualitas

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi , mencegah kehamilan yang tidak

dikehendaki, pemberian ayoman peserta KB dan peningkatan pemakaian

metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).

d. Pemberdayaan keluarga melalui peningkatan kemampuan keluarga dalam

pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja, pembinaan

kualitas hidup kelompok lanjut usia (lansia), serta peningkatan akses keluarga

miskin (Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I) terhadap usaha

ekonomi produktif dalam upaya peningkatan pemakaian alat, obat, dan cara

kontrasepsi.

e. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas dan penggerakan

masyarakat melalui peningkatan advokasi dan KIE tentang perencanaan

kehidupan berkeluarga bagi remaja, perencanaan kehamilan dan pemenuhan

(43)

dengan LSM, dunia usaha, organisasi profesi dan institusi masyarakat

lainnya.

f. Peningkatan kapasitas kelembagaan melalui pengembangan kapasitas dan

kompetensi SDM pelaksana dan pengelola program pembangunan KKB,

pengembangan manajemen program pembangunan KKB, pengembangan

sistem informasi program berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK),

serta peningkatan penelitian dan pengembangan program pembangunan KKB.

2. Peningkatan kualitas penduduk dalam rangka mewujudkan SDM yang

berkualitas dan berdaya saing tinggi melalui peningkatan pelayanan pendidikan

yang tidak hanya mengutamakan pendidikan ketrampilan teknis tetapi juga

peningkatan soft skill, seperti kemampuan berbahasa, kemampuan

berkomunikasi, sikap dan perilaku yang supel, mudah menerima perbedaan, dan

mampu beradatasi dengan suasana baru, peningkatan pelayanan kesehatan dan

gizi, peningkatan pemberdayaan perempuan, peningkatan perlindungan anak,

peningkatan partisipasi pemuda dalam pembangunan, serta peningkatan budaya

serta jatidiri bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk tersebut,

kebijakan pendidikan, kesehatan, gizi, pemberdayaan perempuan, perlindungan

anak, dan partisipasi pemuda diarahkan untuk meningkatkan tingkat pendidikan

dan ketrampilan, serta derajat kesehatan penduduk melalui peningkatan layanan

kesehatan, gizi, dan keluarga berencana, serta pendidikan yang terjangkau,

bermutu, dan efektif yang difokuskan pada pelayanan kesehatan dan pendidikan

(44)

akan menjadi bagian dari arah kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan,

keluarga berencana, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pemuda dan

olah raga, sera kebudayaan.

3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk dalam rangka mewujudkan

persebaran penduduk yang lebih seimbang dengan daya dukung dan daya

tampung lingkungan melalui pemerataan pembangunan ekonomi dan wilayah

dengan menggalakkan investasi kegiatan ekonomi di daerah untuk penciptaan

lapangan kerja daerah. Dalam rangka pengarahan persebaran dan mobilitas

penduduk tersebut, kebijakan diarahkan untuk pemerataan penduduk antar pulau,

antara perdesaan-perkotaan, serta peningkatan kesejahteraan penduduk melalui

peningkatan pemerataan pembangunan ekonomi dan wilayah yang difokuskan

kepada :

a. Peningkatan investasi kegiatan ekonomi di daerah untuk menciptakan

lapangan kerja

b. Peningkatan pembangunan infrastruktur di daerah arah kebijakan ini

secara rinci merupakan bagian dari arah kebijakan dibidang ekonomi, sarana

dan prasarana, pengembangan wilayah dan transmigrasi.

4. Pemenuhan data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat dan tepat

waktu untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat

nasional dan daerah serta serta mendorong terakomodasinya hak penduduk dan

(45)

sensus penduduk dan survei kependudukan, penyediaan kajian di bidang

kependudukan dan pembangunan, peningkatan cakupan registrasi vital, dan

penyediaan proyeksi penduduk.

Dalam rangka pemenuhan data dan informasi kependudukan tersebut, kebijakan

diarahkan untuk menyediakan data dan informasi kependudukan yang akurat dan

tepat waktu melalui penyelenggaraan sensus dan survei kependudukan,

peningkatan cakupan registrasi vital, pelaksanaan analisis dan kajian data

kependudukan, serta penyediaan proyeksi penduduk yang difokuskan kepada :

a. Penyediaan data kependudukan

b. Pemantapan pelaksanaan sistem administrasi kependudukan untuk

meningkatkan cakupan registrasi penduduk

c. Pengelolaan data dan informasi kependudukan.

Arah kebijakan ini secara rinci untuk penyediaan data kependudukan merupakan

bagian dari arah kebijakan di bidang ekonomi makro. Sedangkan arah kebijakan

untuki pemantapan pelaksanaan sistem administrasi kependudukan untuk

meningkatkan cakupan registrasi vital penduduk secara rinci merupakan arah

kebijakan di bidang otonomi daerah.

5. Penyerasian kebijakan kependudukan dengan pembangunan di bidang lainnya

dan pembangunan daerah dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan

pembangunan nasional melalui peningkatan konsistensi dan sinergitas berbagai

(46)

Dalam rangka penyerasian kebijakan kependudukan tersebut, kebijakan

diarahkan untuk meningkatkan konsistensi dan sinergitas berbagai kebijakan

pembangunan baik di pusat dan daerah melalui penetapan sasaran parameter

kependudukan, perumusan kebijakan kependudukan yang saling bersinergi,

peningkatan harmonisasi kebijakan pembangunan dengan kebijakan

pengendalian kuantitas penduduk, penyediaan peraturan perundangan,

pelaksanaan monitoring dan evaluasi pencapaian sasaran yang difokuskan kepada

pemaduan dan penyerasian kebijakan kependudukan dengan pembangunan di

bidang lainnya serta pembangunan daerah.

dalam mutu pelayanan. Force Field Analysis Alat ini dikembangkan dapat

dipergunakan untuk mengidentifikasi kekuatan yang membantu dan kekuatan

yang menghambat untuk mencapai hasil atau pemecahan masalah, melukiskan

situasi sebagai keseimbangan antara dua kekuatan :

- Kekuatan untuk mempertahankan.

- Kekuatan lainnya untuk merubah.

Memfokuskan perhatian pada cara untuk mengatasi mengurangi kekuatan yang

menghambat dipergunakan apabila permasalahan menyangkut perilaku.

(47)

Gambar 2.1. Motivasi Kerja PLKB 2.10 Landasan Teori

Menurut BKKBN (2011) faktor–faktor yang berpengaruh pada PLKB yang

dapat membantu dalam pencapaian kerja diantaranya adalah kualitas pelayanan dalam

melayani calon akseptor KB dan motivasi kerja untuk berjuang mencapai tujuan

program KB.

2.10.1. Pelayanan Kesehatan

Dimana pelayanan kesehatan dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36

Tahun 2009 Bab I pasal 1 ayat 11 disebutkan bahwa upaya kesehatan adalah setiap

kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi

dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan

penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Pelayanan

kesehatan menurut Notoatmojo (2007) adalah sebuah sub sistem pelayanan PLKB PLKB Bisa Bahasa Daerah Setempat Faktor

(48)

kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan

promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat

Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama di seluruh

dunia. Dengan tema ini organisasi pelayanan kesehatan dan kelompok profesional

kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus menampilkan akuntabilitas sosisl mereka

dalam memberikan pelayanan yang mutakhir kepada

konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme sehingga diharapkan dapat

memenuhi harapan masyarakat sebagai konsukuensinya peningkatan kinerja

memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang

berdasarkan standar tertulis. Oleh karena itu kualitas pelayanan masyarakat dewasa

ini tidak diabaikan lagi, bahkan hendaknya sedapat mungkin disesuaikan dengan

tuntutan era globalisasi. Keputusan Menpan nomor 81/1993, juga dipertegas dalam

instruksi presiden nomor 1/1995 tentang peningkatan kualitas aparatur pemerintah

kepada masyarakat tergambar berikut ini:

Gambar 2.2. Pelayanan Prima PLKB Mutu prima

Calon Akseptor PLKB/BIDAN

STANDAR

Masyarakat Profesi

Kebijakan

Pedoman

Standar

(49)

Beberapa syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik menurut Azwar

(2006) adalah sebagai berikut :

1. Tersedia dan Berkesinambungan

Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat

berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan oleh masyarakat, tidak sulit ditemukan serta keberadaannya

dalam masyarakat ada pada setiap saat dibutuhkan.

2. Dapat Diterima dan Wajar

Pelayanan kesehatan dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta

bersifat wajar, artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan

dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar

bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

3. Muda h Dicapai

Pelayanan kesehatan mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat.

Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan terutama dari sudut lokasi.

Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang

baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.

Pelayanan kesehatan yang terlalu berkonsetrasi di daerah perkotaan saja,

dan sementara itu tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan

yang baik. Apabila fasilitas kesehatan ini mudah dijangkau dengan alat

transportasi yang tersedia, maka fasilitas kesehatan tersebut akan banyak

(50)

4. Mudah Dijangkau

Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat.

Hal ini dapat dilihat dari sudut biaya. Biaya pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan harus sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian

kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu

Pengertian pelayanan kesehatan yang bermutu (quality) adalah pelayanan

kesehatan yang menunjukkan kepada tingkat kesempurnaan, disatu pihak

dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah

ditetapkan.

2.10.2. Motivasi

Dalam Bekerja individu memerlukan motivasi untuk mencapai tujuan kerja.

Menurut Robbins (2001) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk

mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan

oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual. Pada

dasarnya motivasi individu dalam bekerja dapat memacu karyawan untuk bekerja

keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan

produktivitas kerja individu yang berdampak pada pencapaian tujuan dari organisasi.

Ada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja individu, yaitu

(51)

kerja yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil

dari manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan,

pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang

menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan serta bangga terhadap pekerjaan

dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.

Proses dari suatu motivasi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Proses Motivasi Kerja PLKB

Bagan di atas menunjukan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam kehidupan manusia, selalu timbul kebutuhan dan yang bersangkutan

merasa perlu untuk memuaskannya.

2. Kebutuhan itu hanya dapat dikategorikan sebagai kebutuhan apabila menimbulkan

ketegangan dalam diri yang bersangkutan.

3. Ketegangan itulah yang menimbulkan dorongan agar yang bersangkutan

melakukan sesuatu.

4. Sesuatu itu adalah upaya mencari jalan keluar agar ketegangan yang dihadapi tidak

(52)

5. Jika upaya mencari jalan keluar yang diambil berhasil, berarti kebutuhan

terpuaskan.

6. Kebutuhan yang berhasil dipuaskan akan menurunkan ketegangan, akan tetapi

tidak menghilangkan sama sekali. Alasannya adalah bahwa kebutuhan yang sama

cepat atau lambat akan timbul kemudian, mungkin dalam bentuk yang baru dan

mungkin pula dengan intensitas yang berbeda.

2.10.3. Alur Kerja PLKB

Menurut Santoso (2011) dalam jurnal yang berjudul Analisa Kualitas

Pelayanan Program KB oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan

Keluarga Berencana dikatakan bahwa proses pelayanan Program Keluarga Berencana

berawal dari masyarakat sebagai calon peserta KB dengan datang secara langsung ke

klinik KB terdekat baik itu bidan, dokter maupun puskesmas. Setelah tiba di klinik

masyarakat akan diberikan pengarahan berupa konseling, pada tahap ini masyarakat

akan dijelaskan tentang Program KB secara lebih detail. Setelah melakukan konseling

masyarakat akan diperiksa kesehatannya jika ingin ikut KB, kemudian baru

menentukan produk apa yang ingin digunakan dan setelah menemukan pilihan yang

dirasa tepat kemudian dilakukan pemasangan alat dan jadilah masyarakat menjadi

(53)

Gambar 2.4. Alur Kerja PLKB Indikator pencapaian kerja PLKB adalah :

1. Pencapaian hasil meningkat

2. Peran petugas sesuai dengan fungsinya

3. Keterlibatan sektor terkait tinggi

4. Peran serta masyarakat/IMP/ tokoh tinggi

5. Pendayagunaan potensi kecamatan, negeri dan desa tinggi.

2.10.4. Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM

Sjafri Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah

proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan

Masyarakat atau Calon Peserta KB

Klinik KB (Dokter, Bidan) dan Puskesmas

Konseling/ Penyuluhan

1. Pemeriksaan Alat Kesehatan 2. Pemilihan Alat

Kontrasepsi 3. Pemasangan Alat

Kontrasepsi

(54)

semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin

baik, sesuai dengan standar. Sedangkan pengembangan memiliki ruang lingkup lebih

luas. Dapat berupa upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin digunakan

segera atau sering untuk kepentingan di masa depan.

Menurut Sondang P Siagian (2008), letak penting pengembangan sumber

daya manusia adalah pada kemampuan pegawai baru yang di gabung dengan program

pengenalan dan pelatihan tertentu belum sepenuhnya menjamin hilangnya

kesenjangan antara kemampuan kerja dan tuntutan tugas.

Sebelum penentuan metode maka ada beberapa langkah yang akan ditempuh

dalam pelatihan dan pengembangan SDM (Siagian, 2008), yaitu :

a. Penentuan Kebutuhan

b. Penentuan Sasaran;

c. Penetapan isi program;

d. Identisikasi prinsip prinsip belajar;

e. Pelaksanaan program;

f. Identifikasi manfaat;

g. Dan penilaian pelaksanaan program.

2.10.5. Pelatihan

Pelatihan dan pengembangan didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari

organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai

(55)

oleh organisasi agar staf mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

yang baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pelaksana pelatihan dimaksudkan untuk mendapatkan tenaga kerja yang

memiliki pengetahuan, keterampilan yang baik, kemampuan dan sikap yang baik

untuk mengisi jabatan pekerjaan yang tersedia dengan produktivitas kerja yang tinggi,

yang mampu menghasilkan hasil kerja yang baik tentang pelatihan diatas

mengungkapkan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki

kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktifitas ekonomi yang dapat

membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapan

guna meningkatkan pegetahuan, keterampilan, kecakapan serta sikap seseorang yang

diperlukan organisasi dalam menncapai tujuan yang juga harus disesuiakan dengan

tuntutan pekerjaan yang akan di emban oleh seseorang karyawan.

2.10.6. Pengawasan

Selain pendidikan dan pelatihan juga dibutuhkan pengawasan yang

merupakan salah satu pencapaian target cakupan akseptor KB .Pengawasan adalah

penilaian,pengukuran, dan sekaligus koreksi terhadap penampilan petugas dan

penampilan program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkan sehingga

tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2.10.7. Pemantauan (Supervisi) dan Evaluasi

Pemantauan (Supervisi) dan evalusi pencatatan dan pelaporan kegiatan Diklat

dan orientasi perlu dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dan

(56)

1. Pemantauan (Supervisi)

Pemantauan dilaksankaan oleh pejabat terkait mulai dari PULAP sampai

dengan Bidang Latbang perwakilan BKKBN provinsi dan UPT Balai Diklat

serta unit pelaksana lainnya

2. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan oleh pelaksana di semua jenjang untuk mengetahui

keberhasilan atas pelaksanaan kegiatan pencatatan dan pelaporan Diklat dan

orientasi di semua tingkat wilayah

Dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pencatatan dan pelaporan Diklat

dan orientasi dilakukan melalui pembinaan dengan pendekatan sebagai berikut :

1. Sifat Pembinaan

a. Berjenjang

Pemantauan dan evaluasi yang dilalukan secara berjenjang, yaitu

pejabat/unit kerja di tingkat pusat melalukan pembinaan kepada

pejabat/unit kerja di tingkat provinsi dan seterusnya.

b. Berlanjut

Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkelanjutan, baik yang

bersifat periodic maupun incidental. Di samping itu, setiap hasil

pembinaan yang telah dilakukan harus diikuti dengan tindak lanjut untuk

Gambar

tablet hormone dan 7
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2.1. Motivasi Kerja PLKB
Gambar 2.2. Pelayanan Prima PLKB
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa bimbingan teman sebaya adalah proses pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh siswa kelas XI TKJ Taruna Bhakti yang

Dalam penelitian ini, variabel bebas yang ingin diteliti pengaruhnya terhadap kepuasan kerja karyawan adalah faktor budaya organisasi yang diterapkan oleh PT

1) Sistem arisan di BMT “ANDA” dilakukan secara berkelompok. 2) Kemudian setiap bulannya panitia dan peserta arisan berkumpul untuk melakukan lelang

Data yang didapat dari Desk Pilkada Departemen Dalam Negeri tahun 2005, didapatkan bahwa angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya pada pemilu legislatif berjumlah

Sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang hubungan seksual terhadap aktivitas seksualitas pada lansia di Desa Sanggrahan Condong Catur sebagian besar responden

Akan tetapi perumusan kebijakan Pedoman Pembangunan dan penataan menara telekomunikasi dalam PERDA No 2 Tahun 2013 ini tidak sesuai dengan tuntutan dari masyarakat yang

Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut,

Diharapkan dalam penelitian ini akan diperoleh nilai decimal reduction time (D value) dan Z value untuk parameter tekstur, warna, mutu organoleptik (warna, bau, dan rasa)