BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Survei Kebutuhan Pengembangan KIE Kabupaten
Pemalang yang dilakukan oleh Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi
Massa Universitas Diponegoro pada tahun 1998, menunjukkan bahwa ketersediaan
lembaga-lembaga kesehatan, tenaga medis, para medis serta lembaga pelayanan KB
sudah cukup memadai, yang sekaligus lembaga-lembaga tersebut berfungsi sebagai
lembaga penyuluhan. Kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS) dan remaja mengenai
reproduksi sehat sebenarnya cukup tinggi tetapi tidak diikuti oleh kesadaran
mengenai pembatasan jumlah jumlah anak dalam keluarga. Pasangan Usia Subur
(PUS) juga hanya bersedia memilih alat kontrasepsi tertentu (suntik). Kesadaran
tentang pendewasaan usia perkawinan (PUP) yang tinggi, juga tercermin dari
pemahaman informan mengenai rata-rata usiaperkawinan, batas usia melahirkan, dan
kesadaran untuk menjarangkan jarak anak dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Oleh karena hal yang demikian itu diperlukan upaya intensif memanfaatkan media
yang betul-betul disenangi serta dilakukan secara intensif dan berkesinambungan
Penelitian lain mengenai Implementasi Kebijakan Program KB di Kabupaten
Batang oleh Akhmad Zaeni tahun 2006 diperoleh hasil bahwa masih rendahnya
hanya berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di tingkat lapangan
(kecamatan), hal ini berimplikasi pada pelaksanaan program yang tidak maksimal,
yang umumnya mereka tunjukkan dengan keengganan implementator untuk
meningkatkan kualitas diri. Kondisi demikian juga menjadikan isi pesan
implementator sangat terbatas pada apa yang didapatkan tempo dulu. Dan Dimensi
Lingkungan kebijakan ternyata juga mempunyai andil yang cukup besar dalam
implentasi kebijakan peningkatan kesertaan KB pria di Kecamatan Gringsing. Hal
yang demikian ini dapat ditunjukkan dengan masih adanya tokoh agama yang
menganggap bahwa KB merupakan perbuatan mutasyabihat (samar-samar, antara
halal dan haram), sikap perempuan yang masih merasa dirinya harus yang lebih
prihatin dan mengalah, serta ketakutan para ibu jika suaminya ikut MOP akan loyo
libido seksnya atau mungkin mencari perempuan lain (jajan di luar). (Ahmad Zaeni,
2006)
2.2. Mekanisme Operasional (Mekop) Program KB 2.2.1. Pengertian Mekanisme Operasional (Mekop)
Mekop adalah suatu rangkaian kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan
dan berlangsung secara terus menerus yang melibatkan seluruh potensi kecamatan,
desa/kelurahan dalam upaya mencapai sasaran program KB secara berdaya guna dan
Mekop adalah forum komunikasi sosial dimana terdapat pemeran
kelembagaan dan kegiatan yang disepakati untuk dilaksanakan (BKKBN Prov Sumut, 2011).
2.2.2. Hakekat Mekop
Hakekat Mekop menurut BKKBN provinsi Sumatera Utara (2011) adalah :
1. Suatu urutan kegiatan yang saling berkaitan dengan yang lain secara utuh dan
integrative.
2. Suatu forum komunikasi sosial antara unsur petugas dan pengelola KB dan KS
serta masyarakat.
3. Keputusan diambil didasarkan azas musyawarah.
4. Kegiatan berlangsung secara terus menerus.
2.2.3. Tujuan Mekop 1. Umum
Memantapkan kualitas pengelolaan program KB nasional khusunya di lini
lapangan yang mencakup aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
2. Khusus
a. Semakin mantapnya kesepakatan operasional program KB nasional lini
lapangan
b. Semakin mantapnya pelaksanaan operasional advokasi dan KIE serta
pelayanan program KB Nasional
c. Semakin mantapnya kemampuan petugas dan pengelola dalam pelaksanaan
2.2.4 Sasaran dan Cakupan
1. Sasaran : Petugas dan pengelola program KB Nasional baik dari unsur
Pemerintah, LSM, Insitusi Pemerintah dan Swasta
2. Cakupan : Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan
Desa/Kelurahan
2.3. Pengertian PLKB
Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) adalah staf SKPD Badan KB
Kabupaten/Kota yang bertugas melaksanakan, mengelola, dan menggerakkan
masyarakat dalam program KB di tingkat Desa/ Kelurahan, baik yang berstatus
sebagai penyuluh Keluarga Berencana (PKB).
2.3.1. Kedudukan PLKB
PLKB adalah aparat pemerintah staf SKPD Badan KB Kabupaten dan
Kotamadya yang berkedudukan di desa atau di Kelurahan dengan tugas, wewenang,
dan tanggung jawab melakukan kegiatan penyuluhan, penggerakan, pelayanan,
evaluasi, dan pengembangan Program KB Nasional serta kegiatan program
pembangunan lain yang ditugaskan oleh pemerintah daerah di wilayah kerjanya.
2.3.2. Peran PLKB
PLKB memiliki peran, baik sebagai pelaksana, pengelola, maupun penggerak
dalam pelaksanaan Program KB Nasional di Desa atau di Kelurahan yang
2.3.3. Profil PLKB
Profil PLKB adalah sosok atau tampilan PLKB yang tercermin melalui sifat,
sikap, dan keterampilan teknis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
2.3.4. Sepuluh Fungsi (Langkah) PLKB/ PKB 1. Pendekatan Tokoh Formal
a. Sasaran Tokoh Formal Tingkat Kecamatan meliputi :
1. Camat dan perangkat camat
2. Danramil
3. Kapolsek
4. Dinas Instansi yang ada Tingkat Kec.
5. Sasaran Tokoh formal Tingkat Desa / Kel.
6. Kepala Desa / Kelurahan
7. Kepala lingkungan ,RT/RW
8. Seluruh Perangkat Desa
9. Bidan Desa ,dll
2. Pendataan dan Pemetaan
Pendataan dan penilain adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan,
mencatat, menyajikan menganalisa data.
Sasaran pendataan penilaian adalah :
2. Pendataan R/I/PUS (Register pembinaan PUS dan Peserta KB bagi
seluruh keluarga) sistem informasi kependudukan dan keluarga
(SIDUGA) dan R/II/PUS (Rekapitulasi hasil pendattaan keluarga)
3. Pendekatan Tokoh Informal
Pendekatan Tokoh Informal adalah untuk menciptakan hubungan kerja yang
akrab antara PPLKB(Pengendali PLKB yang brada dikecamatan), PLKB (Petugas
lapangan KB yang berkedudukan di desa/kelurahan yang mempunyai wilayah binaan)
/PKB(PKB Ahli pendidikan sarjana/D4 dalam ruang golongan III/A ) dan Tokoh
Informal, sehingga para Tokoh Informal dapat mendukung secara aktif pelaksanaan
program.
a. Sasaran tokoh informal tingkat kecamatan dan desa/kelurahan adalah:
1. Tokoh Agama
2. Tokoh Adat
3. Tokoh Masyarakat
4. Ketua PKK
5. Tokoh Organisasi Pemuda
6. Tokoh Wanita
b. Bentuk pertemuan
1. Kunjungan rumah
2. Pertemuan perorangan
c. Meteri yang di bicaraka
1. Menjelaskan rencana kegitan
2. Mohon restu dan dukungan
3. Mohon kesediaan untuk berperan dalam pelaksanaan kegiatan.
4. Pembentukan Kesepakatan
Pembentukan kesepakatan adalah suatu proses kegiatan yang harus di
laksanakan PPLKB, PLKB guna memperoleh kesepakatan politis di antara peminpin
formal dan informal di tingkat Desa / Kelurahan.
a. Sasaran kesepakatan teknis
1. Penumbuhan PPKBD dan Sub PPKBD
2. Pelaksanaan tehnis , pengelola mitra kerja dinas instansi terkait
3. Pertemuan rutin IMP /PPKBD dan Sub PPKBD
4. Rapat koordinasi (Rakoor ) Kecamatan
5. Rapat koordinasi (Rakoor ) Desa
6. Miniloka karya KB
b. Sasaran kesepakatan teknis
1. Surat keputusan
2. Buku petunjuk dan kebijakan lainnya
3. Rapat-rapat koordinasi
c. Materi yang disampaikan
1. Evaluasi kegiatan bulanan, triwulan dan tahunan
2. Pembahasan permasalahan yang di hadapi
5. Penegasan Kesepakatan
Penegasan kesepakatan adalah suatu langkah PPLKB, PLKB untuk
memantapkan para penanggung jawab, pendukung pelaksanaan program agar aktif
sesuai dengan kesepakatan yang telah disahkan dalam forum pertemuan.
Sasaran penegasan kesepakatan:
1. Melalui surat
2. Kunjungan rumah perorangan atau kelompok
3. Kunjungan dinas ke kantor
6. KIE oleh Tokoh Masyarakat
KIE dan motivasi adalah suatu proses penyampian pesan program kepada
sasaran yang telah ditetapkan untuk meningkatkan pengetahuan dan penumbuhan
motivasi sasaran agar mau melaksanakan program.
a. Sasaran KIE
1. Seluruh masyarakat.
2. Keluarga peserta KB
3. Peserta KB
4. PUS yang bukan peserta KB
5. Tokoh masyarakat, Tokoh organisasi
b. Bentuk kegiatan melalui
1. Media massa
2. Media cetak
4. Media tradisional
5. Wawan muka, kelompok & individual
7. Penyiapan Kader dan Penumbuhan IMP
Penyiapan kader dan penumbuhan IMP adalah suatu upaya untuk melibatkan
peran aktif warga masyarakat dalam mengelola melaksanakan program KB dan KS di
wilayah masing-masing.
Sasaran:
1. Masyarakat yang berpengaruh.
2. Peserta KB yang sukarela dan berperan aktif.
3. Tokoh masyarakat, Tokoh pemuda
8. Pelayanan Program
Pelayanan program adalah berbagai pelayanan yang di berikan kepada
masyarakat dalam pelaksanaan program KB/KS, sehingga terpenuhi masyarakat
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bentuk kegiatan adalah :
1. Pelayanan Alat Kontrasepsi.
2. Pelayanan Tribina (Ketahanan Keluarga ).
3. Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
4. Pelayanan program KB/KR dan KS/PK pada umumnya baik di
Tingkat Kecamatan dan Desa/Kelurahan
5. Program KKR (Kesehatan Reproduksi Remaja) dan GenRe
9. Pembinaan Keluarga
Pembina keluarga adalah memantapkan aspek pengetahuan keterampilan dan
aspek motivasi dari berbagai unsur masyarakat,organisasi para kader di tingkat
kecamatan dan tingkat desa kelurahan dalam rangka pelaksanaan program KB dan
KS yang di sepakati.
a. Sasaran
1. Tokoh formal , tokoh informal
2. Institusi masyarakat
3. Para pengelola kelompok
4. Para kader yang ada di tingkat kecamatan dan tingkat
desa/kelurahan RT, RW.
b. Kegiatan pembinaan
1. Kunjungaan rumah perorangan dan kelompok.
2. Pertemuan.
3. Rapat koordinasi.
4. Staf meeting.
5. Diakusi.
6. Pelatihan
10. Pencacatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah kegiatan untuk mencatat dan melaporkan
seluruh rangkaian kegiatan yang di laksanakan tingkat kecamatan, desa / kelurahan
Sasarannya meliputi:
1. Para petugas KB Tingkat Kecamatan
2. Para petugas KB Tingkat Desa/Kelurahan.
3. Para petugas klinik KB
4. Para PPKBD , Sub PPKBD dan poktan-poktan
5. Kegiatan -kegiatan operasional KB /KS
2.4. Keluarga Berencana (KB) 2.4.1. Defenisi KB
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan
usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk menwujudkan
keluarga berkualitas (Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009).
KBadalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawina, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
penigkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujdakan keluarga kecil Bahagia Dan
Sejahtera (BKKBN, 2007)
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga (Suratun, 2008).
Secara umum KB dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,
ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai
akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan
keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat
diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan
dengan aborsi (Suratun, 2008).
2.4.2. Tujuan KB
Menurut Suratun (2008) Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki
tujuan:
a. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan
diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility
Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan
penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan
menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang
ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan
jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834)
yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret
b. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak
pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
c. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
d. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
e. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi
2.4.3. Manfaat Usaha KB Dipandang dari Segi Kesehatan
Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah
satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi
akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008).
Manfaat Keluarga Berencana Bagi Individu dan Keluarga
a. Mendukung kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kondisi sejahtera, secara fisik, mental, dan
kecacatan, baik pada alat, sistem, pungsi, dan proses reproduksi sehingga
memungkinkan setiap orang hidup produktip secara biologis, sosial, dan
ekonomis.
b. Kesehatan dan psikolgis bagi ibu:
- Mencegah anemia (kurang darah). Kandungan zat besi yang ada pada
salah satu alat/obatkontrasepsi (pil kombinasi ) dapat mencegah resiko
anemia berat, sehingga dengan ber KB, ibu dapat menjaga kesehatan
fisik dan kesehatan reproduksinya dengan optimal. Apalagi jika di
imbangi dengan asupan gizi yang memadai. Sehingga resiko kesakitan
dan kemtian ibu dapat di turunkan.
- Mencegah pendarahan yang terlalu banyak setalah persalinan.
- Dengan ber-KB setelah melahirkan, seorang ibu dapat mencegah
terjadinya pardarahan setelah melahirkan, serta mempercepat pulihnya
kondisi kesehatan rahim
- Mencegah Kehamilan Tidak Diinginkan ( KTD )
- Dengan ber KB keluarga dapat merencanakan dan mengatur kelahiran
anak-anaknya, dengan menghindari kehamilan’’4 Terlalu’’ (terlalu
muda, terlalu tua umur ibu, terlalu dekat jarak kelahiran, dan terlalu
sering melahirkan). Menghindari kehamilan yang tidak/belum di
inginkan akan menurunkan resiko kesakitan dan kematian ibu.
- Meningkatkan keharmonisan keluarga, karna ibu mempunyai cukup
waktu luang untuk menperhatikan kebutuhan suami, melayani suami
dengan penuh kemesraan , tanpa takut hamil, serta untuk dapat diskusi
dan bicara semua permasalahan dengan suami. Juga mempunyai waktu
yang cukup untuk merawat dan mendidik anak-anaknya dengan baik.
c. Kesehatan dan psikologis bagi anak
- Mencegah kurang gizi.
- Tumbuh kembang anak labih terjamin.
- Kebutuhan ASI eksklusip 6 bulan terpenuhi.
d. Ekonomi
Mengurangi biaya kebutuhan rumah tangga .Dengan ber KB , minimal
tidak menambah anggota baru dalam keluarganya, sehingga keluarga
lebih leluasa dalam mengatur biaya kebutuhan sehari-harinya ,biaya
pendidikan anak, perawatan kesehatan bagi anggota keluarganya, dll.
Bagi ibu yang menggunakan cara KB MAL, Mengurangi pengeluaran
keluarga untuk membeli alat/obat kontrasepsi minimal 6 bulan.
Meningkat kan pendapatan ekonomi keluarga. Dengan mengatur jarak
kelahiran antar anak, anggota keluarga mempunyai peluang usaha lebih
e. Sosial Budaya
Meningkatkan kesempatan bermasyarakat. dengan ber-KB, ibu memiliki
kesempatan dan waktu yang lebih banyak untun bersosialisasi dan aktif
pada kegiatan sosial di masyarakat.
Meningkatkan peran ibu dalam penggambilan ke putusan kelurga.
Dengan ber KB, Ibu mempunyai kesempatan dan berkontribusi sebagai
nitra yang setara dalam pengambilan keputusan,baik keputusan dalam
rumah tangga sendiri seperti memilih kontrasepsi, menentukan jumlah
anak yang dikehendaki,maupun keputusan di luar rumah tangga nya.
(Jurnal keluarga informasi kependudukan dan KB, desember 2011).
2.5. Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud
dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang
aktif melakukan hubungan seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun
Kontrasepsi adalah obat/alat untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan)
jenis kontrasepsi ada sua macam yaitu kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil,
sunti dan implan) dan kontrasepsi non-hormonal (IUD, Kondom)
2.5.1 Syarat-Syarat Kontrasepsi
Hendaknya Kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
b. Efek samping yang merugikan tidak ada
c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya
f. Cara penggunaannya sederhana
g. Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri
2.5.2 Cara-Cara Kontrasepsi
Cara-cara kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode:
a. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai
1) Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria)
2) Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita)
b. Menurut pelayanannya
1) Cara medis dan non-medis
2) Cara klinis dan non- klinis
1) Tidak mempengaruhi fertilitas
2) Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)
3) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap
d. Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi
1)Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu
badan dll
2)Memakai alat mekanis : kondom, diafragma,
3)Memakai obat kimiawi : spermisida
4)Kontrasepsi intrauterina : IUD
5)Hormonal : pil KB, suntikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit
(AKBK)
6)Operatif : tubektomi dan vasektomi
e. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah
1) Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama,
perpanjangan masa laktasi
2) Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan
spermisida
3) Metode modren a) Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat
kontrasepsi bawah kulit.
4) Kontrasepsi intrauterina : IUD
5) Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada
Tabel 2.1. Jenis-Jenis Alat dan Obat Kontrasepsi yang Beredar Diadakan dalam Program Kb di Indonesia
No. Sediaan Komponen tablet hormone dan 7 plasebo
3 mg Drosperinone Tak tersedia di program e. Microdinol 0,03 µg Etinil
Estradiol
0.15 mg norgestrol Tak tersedia di program
f. Lyndinol 30 µg Etrinil
Estradiol
2.5 mg lynestrenol Tak tersedia di program
g. Gynera 30 µg Etrinil
Estradiol
75 µg Getodene Tak tersedia di program h. Mercilon 28 20 µg Etrinil
Estradiol
150 µg Desogestrel Tak tersedia di program i. Marvelon 28 30 µg Etrinil
Estradiol
150 µg Desogestrel, iblister @ 21 tablet hormone dan 7
50 µg Levonogestrel Tak tersedia di program 40 µg Etrinil
Estradiol
125 µg levonogestrel Tak tersedia di program 2. Minipil Progestin only
a.Exluton 0.5 mg lynestrenol, 1
blister @ 28 tablet
Tak tersedia di program
b.Cerazette 75 µg Desogestrel Tak tersedia
di program
c. Pil • Medroksi
Progesteron Asetat tablet 5 mg
• Medroksi Progesteron Asetat 10 mg
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Sediaan Komponen
Estrogen
Komponen
Progrestin Keterangan 3. Injeksi Gestagen
(depo injeksi)
a.Depo Provera 150 mg Medroksi
Progesterone Asetat 4. Injeksi Kombinasi
Cyclofem 10 mg Estradiol
Cypionat
Norplant 36 mg levonorgestrpl Tak tersedia
di program
Implanon 68 mg Etonogestrol Tak tersedia
di progam 75 mg Levonogestrol Tersedia
Kontrasepsi program
6. AKDR
Mirena 50 mg Levogestrol Tak tersedia
di program
Copper T Tersedia
kontrasespsi program
Sumber : BKKBN 2010
2.6 Akseptor KB
Peserta Keluarga Berencana atau akseptor peserta KB yaitu pasangan usia
subur (PUS ) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi. Peserta KB baru
alat/obat kontrasepsi atau pus yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan atau abortus.
Peserta KB aktif atau akseptor aktif Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada
saat ini sedang menggunakan salah satu alat atau obat kontrasepsi. Peserta KB Aktif
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini menggunakan salah satu alat
kontrasepsi tanpa di selingi ke hamilan. Akseptor peserta KB yaitu pasangan usia
subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi. Akseptor aktif
Pasangan Usia Subur yang pada saat ini sedang menggunakan salah satu alat atau
obat kontrasepsi. Akseptor Baru pasangan usia subur yang baru pertama kali
menggunakan alat/obat kontrasepsi atau pus yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau Abortus. Akseptor dini para ibu yang menerima
salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 mggu setelah melahir kan atau abortus.
Akseptor dropout akseptor yang menhentikan pemakaian kontrasepsi lebih
dari 3 bulan (BKKBN Jakarta 2007). Akseptor dini adalah para ibu yang menerima
salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus
Akseptor drop out adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih
dari 3 bulan (BKKBN,2007 )
Unmet Need adalah PUS yang ingin ber KB namun belum dapat terlayani
(BKKBN,2011) Unmet Need adalah proporsi wanita usia subur dalam status kawin
yang tidak menggunakan alat kontrasepsi meskipun merka menyatakan ingin
need” karena resiko kesehatan dan pemakaian kontrasepsi yang buruk tidak
menginginkan tambahan anak (membatasi kelahiran).( BKKBN, 2007).
PUS Bukan Peserta KB adalah pasangan usia subur (PUS), yang saat ini tidak
menggunakan salah satu alat kontrasepsi di karenakan:
1. Hamil
2. Ingin anak segera adalah Pasangan Usia Subur (PUS), yang belum punya
anak atau punya anak pertama berumur minimal 3 tahun, menginginkan
anak kurang dari 2 tahun.
3. Ingin anak ditunda adalah pasangan suami- istri yang istri berumur antara
15 sampai 49 tahun dan sedang tidak menggunakan kontrasepsi, masih
menginginkan anak tetapi di tunda (2 tahun ke atas).
4. Tidak ingin anak lagi adalah pasangan suami – istri yang istrinya berumur
antara 15 sampai dengan 49 tahun tidak menginginkan anak lagi dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
2.6.1. Akseptor KB Menurut Sasarannya
Menurut Suratun (2008) akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga
fase yaitu
a. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20 tahun adalah usia
yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Kriteria
tinggi, artisnya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena
pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi.
Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana.
b. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2–4
tahun. Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara 20-30 tahun.
Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 3–4 tahun
sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu
ibu (ASI). Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu :
AKDR, suntik KB, Pil KB atau Implan.
c. Fase Mengakhiri Kesuburan/Tidak Hamil Lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi
yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak.
2.7. Program Pelayanan dan Pembinaan 2.7.1. Program Pelayanan
Pelayanan program adalah berbagai pelayanan kesehatan yang di berikan
kepada masyarakat dalam pelaksanaan program KB/KS, sehingga terpenuhi
Bentuk kegiatan :
1. Pelayanan Alat Kontrasepsi.
2. Pelayanan Tribina ( Ketahanan Keluarga ) meliputi : Bina Keluarga Balita,
Remaja dan lansia
3. Pelayanan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga.
4. Pelayanan program KB/KR dan KS/PK pada umumnya baik di Tingkat
Kecamatan dan Desa/Kelurahan
5. Pelayanan adminstrasi
Pelayanan Kontrasepsi suatu kegiatan pelyanan kontrasepsi yang di lakuka n
oleh Unit Pelaksanan KB ,baik Pemerintah maupun Swasta ,missal nya kegiatan
pemasangan IUD, oleh puskesmas, pemberian pil oleh PPKBD kepada peserta KB
Pelayanan kesehatan dalam KB: Pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
yang mengakui dan menghargai bahwa KB dan kesehatan reproduksi merupakan
kebutuhan, hak, dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan. Pelayanan Bersama
Masyarakat : Pelayanan KB yang dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri
dengan dukungan yang penuh dari unsure-unsur professional baik pemerintah
maupun swasta. Pelayanan lanjutan adalah pelayanan kesehatan termasuk KB yang
diberikan di rumah sakit berdasarkan rujukan dari puskesmas.
Pelayanan KB Melalui kegiatan TKBK (Tim KB Keliling) adalah kegiatan
TIM KB yang terdiri dari unsur KIE Pelayanan kontrasepsi dan atau peayanan
integrasi yang dilakukan dalam satu rangkaian gerak untuk menggarap sasaran yang
gerak satu Tim TKBK Kecamatan mengujungi dua desa /Kelurahan sama dengan 2
kali gerak. Dua Tim TKBK Kecamatan mengunjungi satu Desa/Kelurahan sama
dengan 2 kali gerak (BKKBN Jakarta 2010)
Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi secara operasional di arahkan pada
tiga tujuan pokok. Tujuan pertama, adalah Meningkatkan penerimaan program KB bagi klien dan pelaksana program serta pengambil kebijakan publik di Indonesia.
Setelah dilaksanakan desentralisasi program KB, ada indikasi bahwa pelaksana
Program dna pengambil kebijakan publik pada tingkat kabupaten ke bawah
mengalami penurunan kesadaran dan komitmen nya terhadap program KB Dibanding
dengan era sentralisasi sebelumnya. Hal ini tentunya dapat berdampak terjadinya
penurunan penggunaan kontrasepsi dan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
Tujuan kedua, adalah memperluas akses pelayanan kepada semua lapisan masyarakat, sehingga tidak terjadi ketimpangan penggunaan kontrasepsi pada kelompok tertentu.
(Misalnya penduduk miskin, daerah tertinggal, dan penduduk rentan lainnya), atau
terjadi pemerataan pelayanan di seluruh Indonesia. Tujuan ketiga, adalah
meningkatnya kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi untuk meningkatkan
kepuasan klien dan menurunkan angka kegagalan, komplikasi dan efek samping
sehingga pengunaan kontrasepsi dapat berlangsung lama. Dengan kualitas yang baik
maka akses pelayanan akan menjadi meluas. Sebaliknya dengan akses yang meluas
maka kualitas akan mengalami peningkatan sehingga tujuan meningkatkan akses dan
kualitas pelanyanan sangat erat kaitannya. Komponen pokok operasionalisasi
a) Manajemen
b) Supevisi
c) Training
d) kesediaan komoditi kontrasepsi dan kesehatan reproduksi
e) Advokasi dan KIE
f) Penelitian-penelitian terapan serta evaluasi yang bermanfaat pada pengembangan
dan akselerasi pelaksanaan program.
Semua komponen tersebut menjadi bagian proritas dalam pelaksanaan
program kerja lima tahun kedepan. Di samping itu, isu-isu organisasi pelayanan,
seperti: masalah infrastrukstur pelayanan, integrasi sektoral, strategi
pelayanan,“Public-private partnership”, menjadi isu pokok yang secara langsung
akan menentukan aseptabilitas (penerimaan), akses (jangkauan), dan kualitas
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi kedepan.
Faktor lain yang sangat menentukan hasil pelayanan adalah masalah-masalah
yang terkait dengan aspek politis dan administrasi. Masalah tersebut berkaitan dengan
komitmen terhadap program, alokasi dana, pengaturan hukum dan peraturan dan
perundang – undangan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam meningkatkan
aseptabilitas, akses, dan kualitas KB dan Kesehatan Reproduksi. Dalam era
desentralisasi, peran pemerintah akan difokuskan pada penyedaan panduan dan
arahan kebijakan, sehingga para pemberi layanan dapat bekerja secara disiplin dan
professional sesuai dengan kondisi daerah masing-masing dengan arah
Rosemary E. Cross dalam Nurmawati (2010) dalam bukunya mengenai
Manajmen pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya bahwa
secara umum pemikiran tentng kualitas sering dihubungkan dengan kelayakan,
kemewahan, kecantikan, nilai uang, kebebasan dari rasa sakit dan tidak nyaman.
Sebuah pelayanan kesehatan yang baik sedikitnya dapat dibedakan atas 13 macam
yakni: tersedia (available), menyeluruh (comperhensive), terpadu (integrated),
berkesinambungan (continue), adil/merata (equity) mandiri (sustainable) ,wajar
(appropriate) dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accessible), dapat dijangkau
(affordable), efektif (effective) efisien (efficient) serta bermutu (quality).
Menurut Handoko (2001) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
memengaruhi kinerja karyawan adalah motivasi, kepuasan kerja, tingkat stres,
kondisi fisik pekerjaan, sistem kompetisi, desain pekerjaan,dan aspek ekonomi. Di
tambah lagi supervisi dan kapasitas pekerjaan atau beban kerja juga dapat
memengaruhi kinerja karyawan. Menurut Suyanto (2008), Supervisi merupakan
segala bantuan dari pimpinan/penanggung jawab kepada PLKB yang ditujukan untuk
perkembangan para PLKB dalam mencapai tujuan Selain itu, PLKB akan mendapat
dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Dengan kemauan belajar, secara tidak langsung akan meningkatkan
kinerja PLKB. sedangkan kapasitas pekerjaaan adalah frekuensi kegiatan rata-rata
dari masing-masing pekerjaan dalam jangka waktu tertentu (Irwandy, 2007 dalam
Selain itu karakteristik PLKB juga dapat memengaruhi kinerja. Karakeristik
itu antara lain:
a. Umur
Umur adalah usia PLKB yang secara garis besar menjadi indikator dalam
setiap mengambil keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya, dengan
semakin banyaknya umur maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin
bertanggung jawab dan berpengalaman.
b. Pendidikan
PLKB sebagai bagian penting di lapangan dituntut memberikan perilaku yang
baik dalam rangka membantu masyarakat menjadi peserta KB. Pendidikan seorang
PLKB yang tinggi akan memberikan pelayanan dan pembinaan peserta KB yang
optimal. Pengembangan pendidikan formal PLKB saat ini terutama ditujukan untuk
menumbuhkan serta membina sikap dan tingkah laku professional serta dibutuhkan
oleh masyarakat. (Ma’rifin,dalam Hamid, 1995).
c. Masa Kerja
Masa kerja merupakan lama kerja seorang PLKB yang bekerja lapangan dari
mulai awal bekerja sampai dengan seorang PLKB berhenti bekerja (Ismani, 2001).
2.7.2. Program Pembinaan Keluarga/Peran Serta Masyarakat
Menurut Depkes RI 2010 Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan
terus-menerus untuk menolong dirinya sendiri dalam mengatasi masalah
kesehatan.Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh tenaga kesesehatan disini
masyarakat dalam upaya kesehatan ibu, anak dan Keluargaa Berencana. Sebagai
bagian dari upaya kesehatan keluarga.
1. Tujuan
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh Tenaga
pelayanan kesehatan terkait ialah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat
secara terorganisasi untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan Keluarga
Berencana untuk menuju keluarga sehat dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan
tersebut berbagai upaya yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan seperti :
- Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan
masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
- Peningkatan kesadaran dan kemauan masyarakat dalam pemeliharaan, perbaikan
dan peningkatan kesehatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan keluarga
berencana.
- Dorongan masyarakat untuk menggali potensi tersedia yang dapat dimanfaatkan
untuk mendukung kesehatan keluarga.
2. Langkah Pembinaan Peran Serta Masyarakat
Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan proses yang
berorientasi pada manusia dan hubungannya dengan manusia lainnya (ekologi
manusia).Manusia didorong agar berupaya mengembangkan kemampuannya menjadi
pelaku upaya kesehataan keluarga di masyarakatnya. Sistem sosial diupayakan untuk
pengelolaan dana/ sarana masyarakat untuk kesehatan, dalam rangka membina
kemandirian dan kelangsungan upaya kesehatan keluarga oleh masyarakat.
4. Pengembangan Peran Serta Masyarakat
Konsep pembinaan keluarga:
1. Untuk mengenal masalah dan kebutuhan keluarga mereka harus mendapat
bimbingan dan motivasi dari PLKB yang bekerjasama dengan sekto-sektor
yang bersangkutan.
2. TOMA (tokoh masyarakat diharapkan membahas masalah dan kebutuhan
yang dirasakan masyarakat, membimbing dan memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhan dengan sumber daya setempat.
3. Dalam hal masalah dan kebutuhan hanya sebagian yang dapat diatasi sendiri,
maka pelayanan langsung diberikan oleh PLKB atau bidan dan puskesmas
atau sector terkait. Jika hal yang bersifat bantuan jangan sampai menimbulkan
ketergantungan. Karywati dkk 2011
2.7.3. Pembinaan PUS dan Kesertaan ber KB 1) Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS )
( Seluruh keluarga dan keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I )
2) Jumlah peserta KB aktif menurut tempat pelayanan swasta
3) Jumlah peserta KB aktif menurut metode kontra sepsi IUD, MOW, MOP,
4) Jumlah pasangan usia subur (PUS) bukan peserta KB, yang di kelompokan dalam
status hamil, Ingin anak segera, Ingin anak di tunda, dan tidak ingin anak lagi
(seluruh keluarga dan pra sejahtera dan KS I ) (BKKBN,2010).
2.7.4. Pembinaan Ketahanan Keluarga Melalui Kegiatan Tribina : BKB, BKR, dan BKL
Pembinaan Ketahanan Keluarga melalui Kegiatan Tribina : adalah suatu
kegiatan yang di perlukan untuk memantau dan mengevaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan program pengembangan ketahanan keluarga di lapangan baik melalui
pembinaan kelompok BKB, BKR, dan BKL melalui pendekatan keluarga.
BKB ( Bina Keluarga Balita ) adalah wadah kegiatan yang dilakukan oleh
keluarga yang memiliki Balita untuk memahami dan membina kondisi dan masalah
Balita guna meningkat kan pengetahuan dan keterampilan dan sikap ibu serta
anggota keluarga dalam membina tumbuh kembang anak usia di bawah lima tahun
(Balita) melalui optimalisasi rangsangan emosional,moral dan sosial.sedangkan
keluarga Balita adalah pasangan suami istri yang mempunyai anak Balita,atau ayah
yang mempunyai anak Balita,atau ibu yang mempunyai anak Balita
Cakupan anggota kelompok BKB ber KB adalah upaya pembinaan
kelangsungan ber KB bagi para keluarga Balita Anggota BKB, khususnya yang
masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran maupun untuk membatasi jumlah
BKR (Bina keluarga Remaja ) adalah kegiatan yang di lakukan oleh keluarga
yang memiliki remaja berupa penyuluhan dari kader terlatih untuk meningkat kan
bimbingan tumbuh kembang remaja
BKL (Bina Keluarga Lansia) adalah wadah kegitan kelompok Bina keluarga
lansia melalui peningkatan kepedulian dan peran keluarga dalam mewujudkan lanjut
usia yang sehat,Produktif dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa dalam wadah
kelompok Bina Keluarga lanjut usia.
1. Jumlah keluarga Yang Menjadi Anggota Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL.
2. Jumlah Pertemuan/Penyuluhan Di Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL
3. Jumlah Keluarga Yang Menjadi Anggota Kelompok Kegiatan BKB, BKR, BKL,
hadir/aktif dalam Pertemuan/Penyuluhan
4. Jumlah anggota kelompok kegiatan yang berstatus PUS seluruh keluarga pra S
dan KS 1
5. Jumlah anggota kelompok kegiatan yang berstatus PUS dan ber KB, untuk
seluruh keluarga dan keluarga Pra S dan KS1
6. Jumlah prtemuan/penyuluhan kelompok kegiatan
7. Khusus bagi kelompok kegiatan BKB, jumlah keluarga yang menjadi anggota
kelompok kegiatan BKB yang menggunakan KKA
2.7.5. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
Pembinaan cakupan PUS anggota Usaha peningkatan peningkatan
Pengertian UPPKS Adalah wadah kegiatan ekonomi produktif yang ber
anggotakan keluarga Pra Sejahtrea (KPS) dan Sejahtera I sampai sejahtera III
plus,baik yang belum maupun yang mmenjadi peserta KB.
1. Keluarga yang menjadi anggota dalam kelompok kegiatan UPPKS (Jumlah
Semua Anggota Kegiatan UPPKS dan jumlah keluarga Pra Sejahtera dan
Keluarga Sejahtera I Yang Menjadi Anggota Kelompok kegiatan UPPKS.
2. Status PUS dan Kesertaan KB anggota kelompok (status PUS dan kesertaan ber
KB dari seluruh keluarga dan keluarg Pra Sejahtera dan KeluargaSejahtera I
anggota UPPKS).
3. Jumlah pertemuan kelompok UPPKS
4. Jumlah Kelompok UPPKS yang memperoleh/mengakses bantuan modal dan
jumlahnya dari masing-masing sumber modal (APBN, APBD, Krista, KUR,
PNPM, dan lainnya).
2.8. KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) Menurut BKKBN 2011 tujuan:
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB sehingga tercapai penambahan
peserta KB Baru
2. Membina kelestarian peserta KB
3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosial-kultural yang dapat menjamin
KIE dapat dikelompokkan menjadi :
a. KIE massa adalah sasaran KIE yang sifatnya massa dan tidak terbatas pada
segmen tertentu.
b. KIE terbatas adalah KIE yang sifatnya kecil dan terbatas pada segmen tertentu
c. KIE khalayak atau clients yaitu perseorangan atau kelompok yang menjadi target
langsung dari penyampaian KIE
Menurut media yang digunakan, kegiatan KIE dapat diperinci sebagai berikut:
- Radio
- Televisi
- Mobil unit penerangan
- Penerbitan/ publikasi
- Pers/ surat kabar
- Filim
- Kegiatan promosi
- Pameran
2.8.1. Konsling
Konsling merupakan tindak lanjut dari KIE. Bila seseorang telah termotivasi
melalui KIE, maka selanjutnya ia perlu diberikan konsling. Jenis dan bobot konsling
yang diberikan sudah tentu tergantung pada tingkatan KIE yang telah diterimanya.
Konsling dibutuhkan bila seseorang menghadapi suatu masalah yang tidak
2.8.2. Tujuan Konsling
1. Memahami diri secara lebih baik
2. Mengarahkan perkembangan diri sesuai dengan potensinya
3. Lebih realistis dalam melihat diri dan masalah yang dihadapinya, sehingga
- Mampu memecahkan masalah secara kreatif dan produktif
- Memiliki taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya
- Terhindar dari segala gejala-gejala kecemasan dan salah penyesuaian diri
- Mampu menyesuaikan dengan situasi dan lingkungan
- Memperoleh dan merasakan kebahagiaan
Dalam konsling diadakan percakapan dua arah untuk :
1. Membahas dengan calon peserta berbagai pilihan kontrasepsi yang
tersedia
2. Memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi
pilihannya, baik ditinjau dari segi medis teknis amupun hal-hal yang
non-medis agar tidak menyesal kemudian
3. Membantu calon peserta KB memutuskan pilihannya atas metode
kontrasepsi yang paling sesuai dengan keadaan khususnya pribadi dan
keluarganya
4. Membantu pesertaa KB dalam menyesuaikan diri terhadap kondisi
barunya, terutama bila ia mengalami berbagai permasalahan ( nyata
atau tidak nyata/ semu )
a. Arti keluarga berencana
b. Manfaat keluarga berencana
c. Cara ber-KB atau metode kontrasepsi
d. Desas-desus tentang kontrasepsi dan penjelasannya
e. Pola perencanaan keluarga dan penggunaan kontrasepsi yang
rasional
f. Rujukan pelayanan kontrasepsi
Hal-hal yaang perlu di perhatikan supaya konsling berhasil dengan baik adalah
bahwa konsling merupakan suatu kegiatan dalam hubungan antar-manusia, di mana
kita melakukan serangkaian tindakan yang akhirnya akan membantu peserta/ calon
peserta memecahkan permasalahan yang dihadapinya, antara lain, masalah pemilihan
penggunaan kontrasepsi yang paling cocok dengan keadaan dan kebutuhan ynag
dirasakannya.
Bila setiap calon peserta KB, sebelum memakai kontrasepsi melalui proses
konsling yang baik, maka kelangsungan pemakaian akan lebih tinggi.
2.8.3. Defenisi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi)
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) berasal dari bahasa Inggris yang
telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia, yaitu dari kata Communication
Information, Education, (CIE). Istilah KIE mempunyai pengertian yang komplek
karena dalam proses komunikasi terkandung unsur informasi dan informasi itu sendiri
mempunyai unsur edukasi, yang mempunyai sifat dapat menggerakkan seseorang
peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku individu maupun kelompok
(Depkes RI, 2012). Secara rinci pengertian KIE dapat diformulasikan sebagai berikut:
a. Komunikasi
Diartikan sebagai proses penyampaian berbagai informasi antara petugas KIE
dengan masyarakat sehingga pada akhirnya tercapai suatu persepsi (pandangan)
yang sama antara petugas dengan masyarakat.
b. Informasi
Diartikan sebagai semua data, fakta, rumusan serta acuan yang perlu diketahui,
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas dan masyarakat dalam rangka
melaksanakan suatu kegiatan.
c. Edukasi
Diartikan sebagai proses kegiatan yang teratur yang mendorong terjadinya proses
perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang suatu kegiatan
tersebut secara wajar, sehingga masyarakat melaksanakan kegiatan tersebut dan
bertanggung jawab atas keberhasilannya (Depkes RI, 2012).
Agar berjalan dengan efektif sebaiknya topik KIE berdasarkan kebutuhan dan
kondisinya. Mengingat ruang lingkup penyampaian KIE adalah perilaku dengan berbagai
variabelnya, maka KIE ini juga mempergunakan prinsip dan metoda dari berbagai
disiplin ilmu seperti komunikasi, antropologi medis, psikologi sosial dan pemasaran
2.8.4. Pengelolaan KIE
Pengelolaan KIE dibagi dalam 3 tahap pokok, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, kegiatan pokoknya yang dilakukan adalah: mengumpulkan
data, mengembangkan strategi, mengembangkan, menguji coba dan memproduksi
bahan-bahan komunikasi, membuat rencana pelaksanaan, menyiapkan pelaksanaan
(BKKBN, 2011).
2. Tahap Intervensi (Pelaksanaan)
Tahap intervensi ini dibagi kedalam siklus-siklus pesan yang terpisah. Setiap
siklus pesan mencakup informasi yang serupa dengan pendekatan yang sedikit
berbeda disesuaikan dengan perubahan kebutuhan sasaran. Perubahan-perubahan ini
dilakukan secara periodik, dapat mengurangi kejenuhan sasaran dan memungkinkan
keterlibatan sasaran secara berkesinambungan. Cara ini memungkinkan perencana
program untuk memasukkan hasil-hasil tahap sebelumnya ke dalam perencanaan
tahap-tahap berikutnya. Cara ini memungkinkan perencana membuat beberapa kali
perubahan-perubahan penting dalam strategi yang ditempuh. Perubahan-perubahan
ini harus dilakukan sebagai jawaban terhadap informasi-informasi tentang
penerimaan sasaran terhadap program dan efektifitas kegiatan yang dilaksanakan
(BKKBN 2011).
3. Tahap Monitoring dan Evaluasi (Pemantauan dan Penilaian)
Tahap monitoring memberikan informasi kepada perencana mengenai
yang diperlukan dapat segera dilaksanakan (Triamanah, 2004). Aspek-aspek yang
dipantau meliputi input, proses, dan output dari suatu kegiatan KIE. Aspek-aspek
tersebut meliputi: sasaran, media, jalur, isi pesan, hasil-hasil kegiatan, permasalahan
yang dihadapi, kegiatan pemantauan oleh instansi di atasnya, tindak lanjut kegiatan
dan kemandirian (Depkes RI, 2012).
2.8.5. Kegiatan KIE
Kegiatan KIE dapat dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan pokok yakni: Kegiatan
KIE kesepakatan dan Kegiatan KIE Perubahan Perilaku (Depkes RI, 2012)
1. Kegiatan KIE Kesepakatan
Seperti diketahui bahwa program KIE mengandung unsur inti yaitu proses
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku. Sebagai proses
perubahan sikap, kita perlu menyiapkan terlebih dahulu lingkungan yang
mendukung. Hal ini dapat berarti kesiapan, baik para pengelola program
maupun masyarakat sasaran. Dapat dikatakan bahwa KIE-Kesepakatan adalah
kegiatan KIE yang ditujukan untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan
serta kesepakatan tokoh-tokoh masyarakat, baik politis maupun operasional
dalam melaksanakan program tersebut.
2. Kegiatan KIE Perubahan Perilaku
Kegiatan KIE yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, merubah
MUPEN KB (Mobil Unit Penerangan Keluarga Berencana) adalah kendaraan
roda 4 yang didalamnya berisi peralatan elektronik (audio visual) dan
berfungsi sebagai kendaraan penyuluhan dan KIE KB
MUPEN KB Kab/kota adalah kendaraan roda 4 yang didalamnya berisi
peralatan elektronik (Audio visual) dan berfungsi sebagai kenderaan
penyuluhan dan KIE KB tingkat kab/kota.
Penyuluhan oleh PLKB / PKB Petugas KB desa adalah suatu langkah
kegiatan komunikasi, Informasi dan Edukasi ( KIE ) dalam program
pembangunan kependudukan dan Keluarga Berencana sehingga dapat
diadopsi oleh masyarakat.
2.9 Kebijakan BKKBN
Arah kebijakan program perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga yang meliputi :
1. Pengendalian kuantitas (jumlah dan laju pertumbuhan) penduduk dalam rangka
mencapai penduduk tumbuh seimbang melalui peningkatan pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi yang terjangkau, bermutu dan efektif untuk
menurunkan tingkat kelahiran dan menuju terbentuknya keluarga kecil
berkualitas yang difokuskan kepada :
a. Perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pendewasaan usia
perkawinan, peningkatan akses informasi dan kualitas pelayanan konseling
b. Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR) dalam
rangka mewujudkan Generasi Berencana (GenRe). Pengertian Generasi
Berencana (GenRe) :
GenRe adalah remaja dan pemuda yang memiliki pengetahuan, sikap, dan
berperilaku sebagai remaja namun penuh dengan perencanaan matang dalam
menapaki masa depan.
Remaja dan Pemuda Genre mampu melangsungkan jenjang-jenjang
pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, dan
menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi.
Promosi GenRe
• Mengajak para remaja berperilaku sehat dan berahlak.
• Menyatakan tidak pada sex bebas,narkoba,dan tidak menjadi korban
HIV/AIDS.
• Mengajak remaja untuk merencanakan kehidupan berkeluarga atau
pendewasaan usia perkawinan.
Tujuan Umum:
Memfasilitasi remaja belajar memahami dan mempraktikkan perilaku
hidup sehat dan berahlak (healthy and ethical life behaviors) sebagai dasar
mewujudkan generasi berencana (GenRe).
Tujuan khusus
• Remaja memahami dan mempraktikkan pola hidup yang
berketahanan.
• Remaja memahami dan mempersiapkan diri menjadi generasi
berencana Indonesia.
c. Perencanaan kehamilan dan pemenuhan hak-hak reproduksi melalui
pengaturan kehamilan bagi seluruh pasangan usia subur yang ingin ber KB,
pemberian jaminan ketersesiaan alat dan obat kontrasepsi gratis bagi pasangan
usia subur miskin dan rentan lainnya, peningkatan akses dan kualitas
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi , mencegah kehamilan yang tidak
dikehendaki, pemberian ayoman peserta KB dan peningkatan pemakaian
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
d. Pemberdayaan keluarga melalui peningkatan kemampuan keluarga dalam
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja, pembinaan
kualitas hidup kelompok lanjut usia (lansia), serta peningkatan akses keluarga
miskin (Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I) terhadap usaha
ekonomi produktif dalam upaya peningkatan pemakaian alat, obat, dan cara
kontrasepsi.
e. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas dan penggerakan
masyarakat melalui peningkatan advokasi dan KIE tentang perencanaan
kehidupan berkeluarga bagi remaja, perencanaan kehamilan dan pemenuhan
dengan LSM, dunia usaha, organisasi profesi dan institusi masyarakat
lainnya.
f. Peningkatan kapasitas kelembagaan melalui pengembangan kapasitas dan
kompetensi SDM pelaksana dan pengelola program pembangunan KKB,
pengembangan manajemen program pembangunan KKB, pengembangan
sistem informasi program berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
serta peningkatan penelitian dan pengembangan program pembangunan KKB.
2. Peningkatan kualitas penduduk dalam rangka mewujudkan SDM yang
berkualitas dan berdaya saing tinggi melalui peningkatan pelayanan pendidikan
yang tidak hanya mengutamakan pendidikan ketrampilan teknis tetapi juga
peningkatan soft skill, seperti kemampuan berbahasa, kemampuan
berkomunikasi, sikap dan perilaku yang supel, mudah menerima perbedaan, dan
mampu beradatasi dengan suasana baru, peningkatan pelayanan kesehatan dan
gizi, peningkatan pemberdayaan perempuan, peningkatan perlindungan anak,
peningkatan partisipasi pemuda dalam pembangunan, serta peningkatan budaya
serta jatidiri bangsa. Dalam rangka peningkatan kualitas penduduk tersebut,
kebijakan pendidikan, kesehatan, gizi, pemberdayaan perempuan, perlindungan
anak, dan partisipasi pemuda diarahkan untuk meningkatkan tingkat pendidikan
dan ketrampilan, serta derajat kesehatan penduduk melalui peningkatan layanan
kesehatan, gizi, dan keluarga berencana, serta pendidikan yang terjangkau,
bermutu, dan efektif yang difokuskan pada pelayanan kesehatan dan pendidikan
akan menjadi bagian dari arah kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan,
keluarga berencana, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, pemuda dan
olah raga, sera kebudayaan.
3. Pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk dalam rangka mewujudkan
persebaran penduduk yang lebih seimbang dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan melalui pemerataan pembangunan ekonomi dan wilayah
dengan menggalakkan investasi kegiatan ekonomi di daerah untuk penciptaan
lapangan kerja daerah. Dalam rangka pengarahan persebaran dan mobilitas
penduduk tersebut, kebijakan diarahkan untuk pemerataan penduduk antar pulau,
antara perdesaan-perkotaan, serta peningkatan kesejahteraan penduduk melalui
peningkatan pemerataan pembangunan ekonomi dan wilayah yang difokuskan
kepada :
a. Peningkatan investasi kegiatan ekonomi di daerah untuk menciptakan
lapangan kerja
b. Peningkatan pembangunan infrastruktur di daerah arah kebijakan ini
secara rinci merupakan bagian dari arah kebijakan dibidang ekonomi, sarana
dan prasarana, pengembangan wilayah dan transmigrasi.
4. Pemenuhan data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat dan tepat
waktu untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat
nasional dan daerah serta serta mendorong terakomodasinya hak penduduk dan
sensus penduduk dan survei kependudukan, penyediaan kajian di bidang
kependudukan dan pembangunan, peningkatan cakupan registrasi vital, dan
penyediaan proyeksi penduduk.
Dalam rangka pemenuhan data dan informasi kependudukan tersebut, kebijakan
diarahkan untuk menyediakan data dan informasi kependudukan yang akurat dan
tepat waktu melalui penyelenggaraan sensus dan survei kependudukan,
peningkatan cakupan registrasi vital, pelaksanaan analisis dan kajian data
kependudukan, serta penyediaan proyeksi penduduk yang difokuskan kepada :
a. Penyediaan data kependudukan
b. Pemantapan pelaksanaan sistem administrasi kependudukan untuk
meningkatkan cakupan registrasi penduduk
c. Pengelolaan data dan informasi kependudukan.
Arah kebijakan ini secara rinci untuk penyediaan data kependudukan merupakan
bagian dari arah kebijakan di bidang ekonomi makro. Sedangkan arah kebijakan
untuki pemantapan pelaksanaan sistem administrasi kependudukan untuk
meningkatkan cakupan registrasi vital penduduk secara rinci merupakan arah
kebijakan di bidang otonomi daerah.
5. Penyerasian kebijakan kependudukan dengan pembangunan di bidang lainnya
dan pembangunan daerah dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan
pembangunan nasional melalui peningkatan konsistensi dan sinergitas berbagai
Dalam rangka penyerasian kebijakan kependudukan tersebut, kebijakan
diarahkan untuk meningkatkan konsistensi dan sinergitas berbagai kebijakan
pembangunan baik di pusat dan daerah melalui penetapan sasaran parameter
kependudukan, perumusan kebijakan kependudukan yang saling bersinergi,
peningkatan harmonisasi kebijakan pembangunan dengan kebijakan
pengendalian kuantitas penduduk, penyediaan peraturan perundangan,
pelaksanaan monitoring dan evaluasi pencapaian sasaran yang difokuskan kepada
pemaduan dan penyerasian kebijakan kependudukan dengan pembangunan di
bidang lainnya serta pembangunan daerah.
dalam mutu pelayanan. Force Field Analysis Alat ini dikembangkan dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi kekuatan yang membantu dan kekuatan
yang menghambat untuk mencapai hasil atau pemecahan masalah, melukiskan
situasi sebagai keseimbangan antara dua kekuatan :
- Kekuatan untuk mempertahankan.
- Kekuatan lainnya untuk merubah.
Memfokuskan perhatian pada cara untuk mengatasi mengurangi kekuatan yang
menghambat dipergunakan apabila permasalahan menyangkut perilaku.
Gambar 2.1. Motivasi Kerja PLKB 2.10 Landasan Teori
Menurut BKKBN (2011) faktor–faktor yang berpengaruh pada PLKB yang
dapat membantu dalam pencapaian kerja diantaranya adalah kualitas pelayanan dalam
melayani calon akseptor KB dan motivasi kerja untuk berjuang mencapai tujuan
program KB.
2.10.1. Pelayanan Kesehatan
Dimana pelayanan kesehatan dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 Bab I pasal 1 ayat 11 disebutkan bahwa upaya kesehatan adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi
dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Pelayanan
kesehatan menurut Notoatmojo (2007) adalah sebuah sub sistem pelayanan PLKB PLKB Bisa Bahasa Daerah Setempat Faktor
kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat
Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama di seluruh
dunia. Dengan tema ini organisasi pelayanan kesehatan dan kelompok profesional
kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus menampilkan akuntabilitas sosisl mereka
dalam memberikan pelayanan yang mutakhir kepada
konsumen yang berdasarkan standar profesionalisme sehingga diharapkan dapat
memenuhi harapan masyarakat sebagai konsukuensinya peningkatan kinerja
memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang
berdasarkan standar tertulis. Oleh karena itu kualitas pelayanan masyarakat dewasa
ini tidak diabaikan lagi, bahkan hendaknya sedapat mungkin disesuaikan dengan
tuntutan era globalisasi. Keputusan Menpan nomor 81/1993, juga dipertegas dalam
instruksi presiden nomor 1/1995 tentang peningkatan kualitas aparatur pemerintah
kepada masyarakat tergambar berikut ini:
Gambar 2.2. Pelayanan Prima PLKB Mutu prima
Calon Akseptor PLKB/BIDAN
STANDAR
Masyarakat Profesi
Kebijakan
Pedoman
Standar
Beberapa syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik menurut Azwar
(2006) adalah sebagai berikut :
1. Tersedia dan Berkesinambungan
Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat
berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat, tidak sulit ditemukan serta keberadaannya
dalam masyarakat ada pada setiap saat dibutuhkan.
2. Dapat Diterima dan Wajar
Pelayanan kesehatan dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta
bersifat wajar, artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan
dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
3. Muda h Dicapai
Pelayanan kesehatan mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat.
Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan terutama dari sudut lokasi.
Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang
baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
Pelayanan kesehatan yang terlalu berkonsetrasi di daerah perkotaan saja,
dan sementara itu tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan
yang baik. Apabila fasilitas kesehatan ini mudah dijangkau dengan alat
transportasi yang tersedia, maka fasilitas kesehatan tersebut akan banyak
4. Mudah Dijangkau
Pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari sudut biaya. Biaya pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan harus sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian
kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5. Bermutu
Pengertian pelayanan kesehatan yang bermutu (quality) adalah pelayanan
kesehatan yang menunjukkan kepada tingkat kesempurnaan, disatu pihak
dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.
2.10.2. Motivasi
Dalam Bekerja individu memerlukan motivasi untuk mencapai tujuan kerja.
Menurut Robbins (2001) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan
oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual. Pada
dasarnya motivasi individu dalam bekerja dapat memacu karyawan untuk bekerja
keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan
produktivitas kerja individu yang berdampak pada pencapaian tujuan dari organisasi.
Ada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja individu, yaitu
kerja yang menyenangkan, penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil
dari manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan,
pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang
menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan serta bangga terhadap pekerjaan
dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
Proses dari suatu motivasi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3. Proses Motivasi Kerja PLKB
Bagan di atas menunjukan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam kehidupan manusia, selalu timbul kebutuhan dan yang bersangkutan
merasa perlu untuk memuaskannya.
2. Kebutuhan itu hanya dapat dikategorikan sebagai kebutuhan apabila menimbulkan
ketegangan dalam diri yang bersangkutan.
3. Ketegangan itulah yang menimbulkan dorongan agar yang bersangkutan
melakukan sesuatu.
4. Sesuatu itu adalah upaya mencari jalan keluar agar ketegangan yang dihadapi tidak
5. Jika upaya mencari jalan keluar yang diambil berhasil, berarti kebutuhan
terpuaskan.
6. Kebutuhan yang berhasil dipuaskan akan menurunkan ketegangan, akan tetapi
tidak menghilangkan sama sekali. Alasannya adalah bahwa kebutuhan yang sama
cepat atau lambat akan timbul kemudian, mungkin dalam bentuk yang baru dan
mungkin pula dengan intensitas yang berbeda.
2.10.3. Alur Kerja PLKB
Menurut Santoso (2011) dalam jurnal yang berjudul Analisa Kualitas
Pelayanan Program KB oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan
Keluarga Berencana dikatakan bahwa proses pelayanan Program Keluarga Berencana
berawal dari masyarakat sebagai calon peserta KB dengan datang secara langsung ke
klinik KB terdekat baik itu bidan, dokter maupun puskesmas. Setelah tiba di klinik
masyarakat akan diberikan pengarahan berupa konseling, pada tahap ini masyarakat
akan dijelaskan tentang Program KB secara lebih detail. Setelah melakukan konseling
masyarakat akan diperiksa kesehatannya jika ingin ikut KB, kemudian baru
menentukan produk apa yang ingin digunakan dan setelah menemukan pilihan yang
dirasa tepat kemudian dilakukan pemasangan alat dan jadilah masyarakat menjadi
Gambar 2.4. Alur Kerja PLKB Indikator pencapaian kerja PLKB adalah :
1. Pencapaian hasil meningkat
2. Peran petugas sesuai dengan fungsinya
3. Keterlibatan sektor terkait tinggi
4. Peran serta masyarakat/IMP/ tokoh tinggi
5. Pendayagunaan potensi kecamatan, negeri dan desa tinggi.
2.10.4. Metode Pelatihan dan Pengembangan SDM
Sjafri Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah
proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan
Masyarakat atau Calon Peserta KB
Klinik KB (Dokter, Bidan) dan Puskesmas
Konseling/ Penyuluhan
1. Pemeriksaan Alat Kesehatan 2. Pemilihan Alat
Kontrasepsi 3. Pemasangan Alat
Kontrasepsi
semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin
baik, sesuai dengan standar. Sedangkan pengembangan memiliki ruang lingkup lebih
luas. Dapat berupa upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin digunakan
segera atau sering untuk kepentingan di masa depan.
Menurut Sondang P Siagian (2008), letak penting pengembangan sumber
daya manusia adalah pada kemampuan pegawai baru yang di gabung dengan program
pengenalan dan pelatihan tertentu belum sepenuhnya menjamin hilangnya
kesenjangan antara kemampuan kerja dan tuntutan tugas.
Sebelum penentuan metode maka ada beberapa langkah yang akan ditempuh
dalam pelatihan dan pengembangan SDM (Siagian, 2008), yaitu :
a. Penentuan Kebutuhan
b. Penentuan Sasaran;
c. Penetapan isi program;
d. Identisikasi prinsip prinsip belajar;
e. Pelaksanaan program;
f. Identifikasi manfaat;
g. Dan penilaian pelaksanaan program.
2.10.5. Pelatihan
Pelatihan dan pengembangan didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari
organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai
oleh organisasi agar staf mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pelaksana pelatihan dimaksudkan untuk mendapatkan tenaga kerja yang
memiliki pengetahuan, keterampilan yang baik, kemampuan dan sikap yang baik
untuk mengisi jabatan pekerjaan yang tersedia dengan produktivitas kerja yang tinggi,
yang mampu menghasilkan hasil kerja yang baik tentang pelatihan diatas
mengungkapkan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki
kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktifitas ekonomi yang dapat
membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapan
guna meningkatkan pegetahuan, keterampilan, kecakapan serta sikap seseorang yang
diperlukan organisasi dalam menncapai tujuan yang juga harus disesuiakan dengan
tuntutan pekerjaan yang akan di emban oleh seseorang karyawan.
2.10.6. Pengawasan
Selain pendidikan dan pelatihan juga dibutuhkan pengawasan yang
merupakan salah satu pencapaian target cakupan akseptor KB .Pengawasan adalah
penilaian,pengukuran, dan sekaligus koreksi terhadap penampilan petugas dan
penampilan program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkan sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
2.10.7. Pemantauan (Supervisi) dan Evaluasi
Pemantauan (Supervisi) dan evalusi pencatatan dan pelaporan kegiatan Diklat
dan orientasi perlu dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dan
1. Pemantauan (Supervisi)
Pemantauan dilaksankaan oleh pejabat terkait mulai dari PULAP sampai
dengan Bidang Latbang perwakilan BKKBN provinsi dan UPT Balai Diklat
serta unit pelaksana lainnya
2. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan oleh pelaksana di semua jenjang untuk mengetahui
keberhasilan atas pelaksanaan kegiatan pencatatan dan pelaporan Diklat dan
orientasi di semua tingkat wilayah
Dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pencatatan dan pelaporan Diklat
dan orientasi dilakukan melalui pembinaan dengan pendekatan sebagai berikut :
1. Sifat Pembinaan
a. Berjenjang
Pemantauan dan evaluasi yang dilalukan secara berjenjang, yaitu
pejabat/unit kerja di tingkat pusat melalukan pembinaan kepada
pejabat/unit kerja di tingkat provinsi dan seterusnya.
b. Berlanjut
Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkelanjutan, baik yang
bersifat periodic maupun incidental. Di samping itu, setiap hasil
pembinaan yang telah dilakukan harus diikuti dengan tindak lanjut untuk