• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELIATIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Problem Based Learning dengan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Kelas IV Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELIATIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Problem Based Learning dengan Problem Solving terhadap Hasil Belajar Kelas IV Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

35 dilakukan, baik kegiatan observasi maupun kegiatan proses belajar mengajar dikelas. Tentunya implementasi menggunakan model Problem Based Learning sebagai kelas eksperimen 1 dengan Problem Solving sebagai kelas eksperimen 2.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan oleh 2 kelas. yaitu SD N Kutowinangun 1 sebagai kelas eksperimen 1 dan SD N Kutowinangun 11 sebagai kelas eksperimen 2. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai awal Maret 2018 pada kelas IV. Sebelum pembelajaran, peneliti hendaknya melakukan kegiatan pretest pada kedua SD untuk mengetahui tingkat kesetaraan antara dua kelas. Namun, pada penelitian ini peneliti meminta bantuan guru kelas IV untuk melihat hasil tes ulangan harian siswa. Sehingga dari hasil tes ulangan siswa, peneliti dapat mengetahui tingkat kesetaraan antara dua kelas, yaitu pada SD N Kutowinangun 1 dan SD N Kutowinangun 11. Setelah mengetahui tingkat kesetaraan antara dua kelas, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diajarkan dikelas IV. Setelah membuat RPP, peneliti segera mengajar kepada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 sehingga peneliti dapat mengambil data dengan baik. Dari situlah dapat kita simpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar terhadap model Problem Based Learning dan Problem Solving pada tema 7 subtema 1 kelas IV di Gugus Sudirman. 4.1.2 Analisis Data

(2)

1. Uji validitas instrumen

Peneliti melakukan uji valiiditas instrumen soal sebelum mengambil data. Yaitu beberapa soal pada tema 7 subtema 1 khususnya pada mata pelajaran IPA ada 20 soal pilihan ganda dan 4 soal uraian. Setelah dilakukan uji validitas menggunakan aplikasi SPSS dapat diketahui untuk soal pilihan ganda yang valid ada 15 soal yaitu pada nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20. Dan yang tidak valid pada nomor 1,3,6,11,18. Namun untuk soal uraian valid semua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada nilai siswa di lampiran 8. Untuk hasil validitas soal uraian dapat dilihat dalam lampiran 10.

2. Uji reliabilitas

Peneliti melakukan uji reliabilitas sebelum mengambil data. Yaitu dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan jumlah soal pilihan ganda 20 dan diperoleh cronbach’s alpha sebesar 0,745. Dan untuk soal uraian ada 4, memperoleh cronbach’s alpha sebesar 0,650. Hasil tersebut dapat dilihat dalam lampiran 16.

3. Uji homogenitas

Dalam uji homogenitas, peneliti melakukan uji homogenitas terhadap kelas eksperimen 1 (SD N Kutowinangun 1) dan kelas eksperimen 2 (SD N

Kutowinangun 11). Yaitu pelaksanaan uji homogenitas ini saat hasil pretest

dilakukan. Jadi pada saat siswa mengerjakan soal pretest, guru akan menggunakan data tersebut untuk menguji nilai homogenitas ini. Tentunya uji homogenitas ini dilakukan dengan jumlah siswa 32 pada kelas eksperimen 1 dan 20 pada kelas eksperimen 2. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 17.

4. Uji normalitas

(3)

5. Uji T-test dan uji hipotesis

Dalam uji T-test, peneliti menggunakan aplikasi SPSS. Dasarnya adalah jika tailed) > 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak. Dan jika sig.(2-tailed) < 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (dapat dilihat dalam lampiran 19). Maka uji hipotesisnya adalah:

= Hasil belajar Tematik kelas IV Tema 7 subtema 1 menggunkan Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Yaitu Problem Based Learning dengan nilai 81,6 dan Problem Solving 78,4.

4.1.3 Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran siswa dilihat dari 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Jadi guru harus menilai ketiga ranah ini sehingga hasil belajar siswa akan terlihat dengan imbang dan baik (Widiantoro & Harjono, 2017). Pembelajaran kognitif menekankan pengetahuan siswa misalnya dengan soal tes yang menekankan siswa menghafal materi atau bahan ajar pembelajaran. Kemudian pembelajaran afektif lebih menekankan sikap siswa dalam melakukan atau mengerjakan soal. Apakah siswa sudah mandiri dan dapat mengerjakan soal tanpa bantuan guru atau belum. Selanjutnya pembelajaran psikomotor yang lebih menekankan pada keterampilan yang dimiliki siswa.

(4)

Tabel 4.1

Deskripsi Nilai Pretest Kedua Kelas

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

Nilai minimal 72 73

Nilai maksimal 98 98

Rata-rata 78,09 78,3

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa hasil pretest untuk kedua kelas yaitu kelas eksperimen 1 (SD N Kutowinangun 1) dan kelas eksperimen 2 (SD N Kutowinangun 11) mendapatkan hasil rata-rata yang tidak jauh beda atau dapat dikatakan sama walaupun jumlah siswa berbeda. Jumlah siswa pada kelas eksperimen 1 32 dan pada kelas eksperimen 2 20 siwa. Hal tersebut dapat kita lihat juga pada uji homogenitas pada lampiran 13.

Setelah melakukan pretest, juga dilakukan untuk hasil posttest untuk siswa kelas IV. Hasilnya pun tidak jauh berbeda antara ke dua kelas tersebut. Yaitu kelas eksperimen 1 menggunakan model Problem Based Learning mendapatkan hasil rata-rata 81,36 dan kelas eksperimen 2 menggunakan model Problem Solving dengan hasil rata-rata yaitu 79,76. Berikut tabel untul hasil

pretest untuk kedua kelas:

Tabel 4.2

Deskripsi Nilai Posttest Kedua Kelas

Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2

Nilai minimal 62 68

Nilai maksimal 100 96

Rata-rata 81,36 79,76

4.2 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem Based Learning pada Kelas Eksperimen 1

Pada kelas Eksperimen 1, model yang digunakan adalah Problem Based Learning. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Kutowinangun 1 Salatiga

(5)

yaitu perempuan 16 dan laki-laki 14. Mata pelajaran yang digunakan adalah tema 7 yaitu Indahnya Keragaman di Negeriku dengan subtema 1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata pelajaran IPA.

Mata pelajaran IPA yang dipilih adalah materi gaya. Materi yang diambil sesuai dengan Kompetensi Dasar yaitu 3.3 Mengidentifikasi macam-macam gaya, antara lain : gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan dan 3.4 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Dengan indikator menjelaskan dan membedakan macam-macam gaya dalam kehidupan dan mempresentasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari.

Peneliti sebelum mengajar, juga selalu konsultasi dan berdiskusi dengan dosen dan guru kelas IV, yaitu pada tanggal 12 Februari 2018. Diharapkan agar guru kelas dapat memberi masukan saran maupun kritikan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirancang oleh peneliti. Karena guru kelas yang dapat memahami situasi serta kondisi siswa. Kemudian peneliti melakukan revisi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran, jika ada beberapa yang harus dibetulkan. Setelah itu tanggal 14 Februari 2018 peneliti baru melakukan penelitian dalam proses mengajar. Tentunya dengan bantuan guru kelas IV sebagai observer.

(6)

Kesimpulan implementasi pada mata pelajaran IPA kelas IV dengan model Problem Based Learning adalah dapat memberi pengaruh baik untuk siswa khususnya dalam hasil belajar. Setelah diberi soal evaluasi dengan menggunakan model Problem Based Learning, siswa mendapat nilai 81,36. 4.3 Hasil Observasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem Based

Learning pada Kelas Eksperimen 1

Observasi dilakukan pada tanggal 14 Februari 2018 dikelas IV SD N Kutowinangun 1 Salatiga. Hal ini, peneliti meminta guru kelas IV sebagai observer. Karena menurut peneliti, guru kelas lebih memiliki pengalaman yang baik dalam mengajar dan mengelola kelas. Pada hasil obervasi, peneliti menyediakan lembar obervasi untuk guru yang sedang melakukan penelitian dan lembar observasi untuk siswa. Lembar observasi juga memiliki tiga langkah kegiatan. Yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Tentunya kegiatan sesuai dengan sintak model pembelajaran.

Kegiatan awal merupakan kegiatan persiapan yaitu berdoa, absensi, kesiapan ruang, kesiapan fisik, mental dan batin siswa. Selain itu Problem Based Learning pada kegiatan awal yaitu orientasi siswa pada masalah. Yaitu

siswa diberi apersepsi sehingga dapat menimbulkan semangat belajar. Lalu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selanjutnya kegiatan inti. Dalam kegiatan inti ada 3 sintak yang harus dilalui. Organisasi peserta didik, membimbing penyelidikan dan mengembangkan serta pengumpulan data.

(7)

1 mendapat gaya gesek, kelompok 2 gaya gravitasi dan lain sebagainya. Jadi setiap kelompok menjelaskan apa yang telah didapat. Kemudian guru membimbing siswa dalam menulis, mengerjakan dan diskusi sesama teman. Sintak yang terakhir adalah menyajikan dan evaluasi. Dalam sintak ini masuk ke dalam kegiatan akhir pembelajaran. Yang mana siswa bersama guru merangkum pembelajaran yang telah dilakukan. Disini dapat dilihat bahwa kegiatan pembelajaran akan mempengaruhi pemikiran anak untuk kehidupannya kelak.

Dari implementasi observasi mengajar diatas, dapat dikatakan bahwa guru sudah melakukan proses kegiatan mengajar dengan baik yaitu sesuai dengan sintak model yang digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3 yaitu lembar observasi gur+siswa. Dalam lampiran observasi guru+siswa, kita dapat melihat bahwa guru konsekuen dengan sintak model yang digunakan. Dan siswa juga menjadi lebih antusias dan tertarik.

4.4 Hasil Implementasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem Solving pada Kelas Eksperimen 2

Pada kelas eksperimen 2, peneliti menggunakan model Problem Solving. Penelitian dilakukan di kelas IV SD N Kutowinangun 11 Salatiga pada tanggal 19 Februari 2018 dan 21 Februari 2018. Dengan jumlah siswa 20 yaitu 13 perepmpuan dan 7 laki-laki. Mata pelajaran yang digunakan adalah tema 7 yaitu Indahnya Keragaman di Negeriku dengan subtema 1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata pelajaran IPA.

(8)

dalam kehidupan dan mempresentasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian dimulai dengan mengajar untuk kelas eksperimen 2 pada SD N Kutowinangun 11 yaitu tanggal 19 Februari 2018 dengan menggunakan model Problem Solving. Implementasi mengajar sama dengan kelas kontrol. Ada 3 kegiatan pembelajaran yaitu awal, inti dan penutup. Sintak proses pembelajaran juga sama dengan sintak pada kelas kontrol. Hanya saja yang membedakan pada sintak mengembangkan dan pengumpulan data. Dalam model Problem Solving pengumpulan datanya dengan cara siswa maju kedepan kelas untuk menceritakan apa yang ia dapat. Lalu guru menunjuk siswa yang harus maju. Jadi disini siswa harus siap semua.

Sedangkan dalam model Problem Based Learning, mengembangkan dan mengumpulkan datanya berupa menulis dan mengerjakan dengan kelompok. Setelah itu maju sesuai dengan nomor urutan. Dan guru tidak lagi menunjuk siswa. Kesimpulan implementasi pada mata pelajaran IPA kelas IV dengan model Problem Solving adalah siswa dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah. Dalam hal ini ketika siswa diberi tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas bersama kelompok. Siswa akan lebih siap dalam menerima tanggung jawab yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, setelah diberi soal evaluasi menggunakan model Problem Solving, siswa memdapat nilai 79,76.

4.5 Hasil Observasi Pembelajaran IPA Menggunakan Model Problem Solving

pada Kelas Eksperimen 2

(9)

Observasi kegiatan awal pembelajaran yang pertama orientasi siswa pada masalah. Jadi siswa siap mengikuti pelajaran dengan baik dan guru siap memberikan ilmu kepada siswa. Setelah itu masuk pada kegiatan ini yaitu sintak organisasi peserta didik, penyelidikan, dan pengumpulan data. Dalam kegiatan inti, observer benar-benar mengamati dengan jelas bahwa guru dengan siswa harus selalu timbal balik baik dalam membimbing penyelidikan, pengumpulan data maupun mengembangkan data.

Selanjutnya, kegiatan akhir pembelajaran. Dalam hasil observasi pada kegiatan akhir, guru sudah memberikan penguatan, tanggapan dan kesimpulan. Begitu juga dengan siswa bahwa kelas IV sudah menjawab dan melakukan tanya jawab dengan aktif. Selain itu siswa juga dapat memberi simpulan terhadap hasil kerja yang telah mereka lakukan.

4.6 Pembahasan

Pembahasan dalam bagian ini bahwa peneliti akan lebih memaparkan secara peinci tentang penelitian yang telah dilakukan. Bahwa penelitian ini dapat memperkaya teori dan konsep misalnya perbedaan model Problem Based Learning dan Problem Solving dapat memperkuat hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian dilakukan pada SD Gugus Sudirman Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yaitu di kelas IV SD N Kutowinangun 1 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas IV SD N Kutowinangun 11 sebagai kelas eksperimen 2. Pada SD N Kutowinangun 1 dengan menggunakan model Problem Based Learning dan SD N Kutowinangun 11 dengan menggunakan model Problem

Solving.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua model yaitu Problem Based Learning dan Problem Solving sangat baik untuk digunakan ketika proses

(10)

memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Tentu tanpa menggunakan model pembelajaran, maka hasil belajar siswa kurang maksimal. Dengan adanya model berbasis masalah siswa lebih antusias, aktif, kreatif dalam menemukan dan menyelesaikan masalah.

Dapat kita ketahui bahwa nilai pretest siswa pada kelas eksperimen 1 mendapat 78,09. Lalu saat guru menggunakan model Problem Based Learning nilai siswa menjadi 81,36. Dan pada kelas eksperimen 2 mendapat nilai 78,3. Kemudian pada saat guru menggunakan model Problem Solving nilai siswa menjadi 79,76. Itu artinya kedua model ini dapat membuat hasil belajar siswa lebih baik pada mata pelajaran IPA kelas IV.

Kegiatan proses pembelajaran pada SD Gugus Sudirman berjalan dengan lancar dan mengesankan. Tentunya peneliti sangat senang karena pembelajaran dapat sesuai dengan rencana dan langkah pembelajaran. Dalam penelitian ini, terdapat perbedaan hasil belajar untuk siswa kelas IV. Yaitu untuk tema 7 subtema 1 pembelajaran 1 dan 2 khususnya mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model Problem Based Learning dan Problem Solving.

Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kedua model tersebut. SD N kutowinangun 1 pada saat menggunakan model Problem Based Learning dengan nilai rata-rata hasil posttest yaitu 81,6dan SD N Kutowinangun 11 pada saat menggunakan model Problem Solving dengan nilai rata-rata hasil posttest yaitu 79,76. Hasil nilai

Gambar

Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Pretest Kedua Kelas

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kadar serat tortilla jagung yang difortifikasi dengan tepung ampas tahu , memberikan kadar serat tertinggi, dibandingkan dengan bahan fortifikasi dari tepung tempe

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan model Learning Cycle berbantuan aplikasi Cabri 3D dapat meningkatkan kemampuan spasial

KIMBUL adalah bangunan yang berdinding tipis selebar kapal di atas geladak utama yang berada di bagian buritan, di bagian tengah adalah ANJUNGAN dan di depan adalah AKIL.. Pada

[r]

Bagi Kementerian Agama, hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui dinamika pondok pesantren di daerah-daerah seluruh Nusantara. Informasi tersebut kemudian dapat

Model home care holistic yang menekankan pendekatan bio-psiko-sosial- spiritual untuk membangun coping style yang positif, ternyata dapat memperbaiki respons psikologis

Tan- pa adanya direksi dan komisaris, suatu PT tidak dapat men- jalankan fungsinya sebagai sebuah institusi atau badan yang melakukan aktivitas usaha untuk mencari keuntungan