BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Putri
Remaja atau adolescence berasal dari Bahasa Latin yang artinya “tumbuh”
atau tumbuh menjadi dewasa. Selama masa remaja, seseorang akan mengalami
pertumbuhan fisik yang sangat pesat dibandingkan periode lainnya setelah
kelahiran, masa remaja mengalami pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun
pertama kehidupan. Lebih dari 20% total pertumbuhan tinggi badan dan sampai
50% masa tulang tubuh telah dicapai pada periode ini, oleh sebab itu kebutuhan
gizi meningkat melebihi kebutuhan pada masa kanak-kanak (Krummel &
Kris-Etherton, 1996). Pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik
dan perkembangan emosional antara anak-anak dan sebelum dewasa.
Kategori periode usia remaja dari berbagai referensi berbeda-beda, namun
WHO menetapkan remaja berusia antara 10-19 tahun. Pembagian kelompok
remaja tersebut adalah remaja awal usia 10-14 tahun atau 13-15 tahun, remaja
menengah 14 atau 15-17 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.
Remaja putri adalah tahapan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang
menunjukkan masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan pada usia
12 tahun (Proverewati & Misaroh, 2009). Masa ini juga merupakan tahapan kritis
kehidupan, sehingga periode tersebut dikategorikan sebagai kelompok rawan dan
mempunyai resiko kesehatan tinggi.Akan tetapi remaja sering kurang
mendapatkan perhatian dan program pelayanan kesehatan. Padahal kenyataannya
usia remaja. Status gizi yang optimal pada usia remaja dapat mencegah penyakit
yang terkait dengan diet pada usia dewasa.
Pada wanita, puncak pertumbuhan terjadi sekitar 12-18 bulan sebelum
mengalami menstruasi. Maksimal tinggi badan wanita diperoleh paling awal
pada usia 16 tahun, atau paling akhir 23 tahun. Beberapa tahun setelah selesai
pertumbuhan tinggi badan, tulang pinggul masih tumbuh sedangkan puncak masa
tulang akan tercapai hingga usia 25 tahun. Proses optimalisasi pertumbuhan ini
penting untuk mengurangi resiko gangguan ketika proses melahirkan (ADB/SCN,
2001).
2.1.1 Gizi Remaja
Masa remaja amat penting diperhatikan karena merupakan transisi antara
anak-anak dan dewasa. Gizi seimbang pada masa ini akan sangat menentukan
kematangan mereka di masa depan. Perhatian khusus perlu diberikan kepada
remaja putri agar status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya
remaja putri akan menjadi seorang ibu yang akan melahirkan generasi penerus
yang lebih baik (Dedeh dkk, 2010).
Kebutuhan energi dan zat gizi diusia remaja ditunjukkan untuk deposisi
jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan zat gizi remaja juga lebih tinggi
dibandingkan dengan rentan usia sebelum dan sesudahnya. Gizi seimbang pada
masa tersebut akan sangat menentukan kematangan mereka dimasa depan (Dedeh
dkk, 2010). Intinya masa remaja adalah saat terjadinya perubahan-perubahan
cepat, sehingga asupan gizi remaja putri harus diperhatikan dengan benar agar
lebih banyak. Selain disibukkan dengan berbagai aktifitas disekolah, umumnya
mereka mulai menekuni berbagai kegiatan seperti olahraga, hobi, kursus, semua
ini tentu akan menguras energi yang berujung pada keharusan menyesuaikan
dengan asupan zat gizi seimbang.
Energi dan protein yang dibutuhkan remaja lebih banyak daripada orang
dewasa, begitu juga vitamin dan mineral.Seorang remaja putri membutuhkan
2000/kalori perhari untuk mempertahankan badan agar tidak gemuk. Vitamin B1,
B2 dan B3 penting untuk metabolisme karbohidrat menjadi energi, asam folat dan
vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan vitamin A untuk
pertumbuhan jaringan. Sebagai tambahan, untuk pertumbuhan tulang dibutuhkan
kalsium dan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C, dan E penting untuk menjaga
jaringan-jaringan baru supaya berfungsi optimal. Dan yang amat penting adalah
zat besi terutama untuk perempuan dibutuhkan dalam metabolisme pembentukan
sel-sel darah merah.
Remaja membutuhkan energi dan nutrisi untuk melakukan deposisi
jaringan.Peristiwa ini merupakan suatu fenomena pertumbuhan tercepat yang
terjadi kedua kali setelah yang pertama dialami pada tahun pertama
kehidupannya.Nutrisi dan pertumbuhan mempunyai hubungan yang sangat
erat.Kebutuhan nutrisi remaja dapat dikenal dari perubahan tubuhnya, dan
selanjutnya mempengaruhi kebutuhan nutrisinya (Soetjiningsih, 2004).
Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses
metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat
energinya sebesar 50-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar
40-50 kkal/kg BB/hari. Pada remaja laki-laki usia 10-12 tahun kebutuhan energinya
sebesar 55-60 kkal/kg BB/hari, sedangkan usia 13-18 tahun sebesar 45-55 kkal/kg
BB/hari (Dedeh dkk, 2010).
Semantara itu kecukupan energi yang diperlukan untuk kegiatan
sehari-hari dan proses metabolisme tubuh menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013
remaja perempuan usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 2000 kkal/hari,
sedangkan usia 13-15 tahun kebutuhan energinya sebesar 2125 kkal/hari. Pada
remaja laki-laki usia 10-12 tahun kebutuhan energinya sebesar 2100 kkal/hari,
sedangkan usia 13-15 tahun kebutuhan energinya sebesar 2475 kkal/hari.
(Permenkes, 2013),
Energi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan
aktifitas otot, Fungsi metabolik lainnya (menjaga suhu tubuh, dan menyimpan
lemak tubuh), dan untuk memperbaiki kerusakan jaringan dan tulang disebabkan
oleh karena sakit dan cidera.
WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi makan sehari adalah
10-15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat
(Almatsier, 2002). Kecukupan gizi rata-rata menurut AKG 2013 bagi remaja usia
Tabel 2.1 Kecukupan Gizi Rata-Rata Bagi Remaja Usia 10-18 Tahun Per Orang Per Hari
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi 2.1.2 Perkembangan Psikologi Remaja
Ciri-ciri psikologi Remaja putri menurut Asrinah dkk (2011), yaitu:
1. Pemekaran diri sendiri (extension of the self), yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai dari
dirinya sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri)
khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain dan alam
sekitarnya
2. Kemampuan diri untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self obyektivication) ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk menangkap humor
(sense of humor)termasuk yang menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.
3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Hal ini dapat
dilakukan tanpa, merumuskan dan mengucapkannya dalam kata-kata
orang yang sudah dewasa tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka
susunan obyek-obyek lain di dunia.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Pada Remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja adalah :
1. Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang
gizi
2. Pekerjaan: Data terbaru dari kesehatan nasional dan survei pengujian ilmu
gizi (NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11
sampai 51 tahun bervariasi dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai
kalori yang tinggi (sekitar 1958 kalori). Konsumsi makanan wanita perlu
mempertimbangkan kadar lemak dari 30% dan tinggi kalsium sekitar
2.2 Anemia Remaja
Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin.
Kadar hemoglobin normal pada remaja perempuan adalah 12 gr/dl (Proverewati&
Misaroh, 2009). Batas normal kadar hemoglobin menurut kelompok umur dan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Batas normal Kadar Hb Menurut Kelompok
Sumber : WHO, 2001
Anemia merupakan masalah gizi yang banyak dijumpai di berbagai
negara, dan mempunyai konsekuensi negatif terhadap kesejahteraan, kesehatan,
sosial, dan ekonomi masyarakat. Gangguan fungsional anemia defisiensi zat besi
berbeda-beda berdasarkan tahapan siklus kehidupan manusia, yaitu sejak
kehamilan, bayi dan anak prasekolah, anak usia sekolah, dan usia dewasa
(Ramakhrisnan, 2001). Pada orang dewasa, anemia menyebabkan gangguan
fungsi imun, mental, fisik, dan termoregulasi (Beard,2001), sedangkan Benoist
(INACG,2004) menyebabkan konsekuensi utama anemia adalah gangguan
kognitif dan pertumbuhan fisik pada anak, dan menurunnya produktivitas kerja
pada orang dewasa. WHO (2004) menambahkan bahwa anemia menjadi penyebab
Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya, bahkan
dampaknya dinilai sebagai masalah yang sangat serius terhadap kesehatan
masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kejadian
anemia adalah :
1. Sekitar 20% kematian ibu hamil dan bayi baru lahir diakibatkan oleh
anemia. Kebanyakan studi menunjukkan kematian tersebut lebih banyak
disebabkan anemia tingkat rendah, sedang daripada anemia berat. Resiko
kematian ibu dan bayi akan berkurang sebesar 25% dan 28% untuk setiap
kenaikan 100 g hemoglobin diantara 5-12 g/dl.
2. Anemia pada wanita hamil mengakibatkan berat bayi lahir rendah dan
rawan untuk meninggal saat perinatal.
3. Defenisi zat besi, baik anemia maupun non-anemia akan menurunkan
produktivitas kerja pada orang dewasa.
4. Pada anak sekolah menyebabkan keterbatasan perkembangan kognitif
sehingga prestasi sekolah menurun.
Studi oleh Halterman et al. (2001) pada 5398 anak usia 6-16 tahun di
AS menunjukkan bahwa mereka yang mengalami defisit zat besi (anemia dan
non-anemia) memiliki nilai matematika lebih rendah daripada anak yang normal.
Anak yang mengalami defisit zat besi mempunyai resiko 2,3-2,4 kali untuk
memperoleh nilai matematika dibawah rata-rata dibandingkan anak normal.
2.2.1 Klasifikasi Anemia
Secara morfologis anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran
1. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan
jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah.Ada dua jenis anemia
makrositik yaitu anemia megaloblastik dan non-megaloblastik.Kekurangan
vitamin B12, asam folat, atau gangguan sintesis DNA merupakan
penyebab anemia megaloblastik, sedangkan anemia non-megaloblastik
disebabkan oleh eritropoiesis yang di percepat dan peningkatan luas
permukaan membran.
2. Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah merupakan salah satu tanda anemia
mikrositik.Penyebabnya adalah defisiensi besi, gangguan sintesis globin,
porfirin, dan heme, serta gangguan metabolisme besi lainnya.
3. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah.Penyebab
anemia jenis ini adalah kehilangan darah yang parah, meningkatnya
volume plasma secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan
endokrin, ginjal dan hati.
2.2.2 Penyebab Anemia
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin (Hb), baik karena kekurangan konsumsi atau karena
gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, peridoksin
(vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam
transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi membran
sel darah merah (Almatsier, 2009)
Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah karena pola
konsumsi masyarakat Indonesia yang masih didominasi sayuran sebagai sumber
zat besi (non heme iron). Sedangkan, daging dan protein hewani lain (ayam dan
ikan) yang diketahui sebagai sumber zat besi yang baik (heme iron), jarang
dikonsumsi terutama oleh masyarakat di pedesaan sehingga hal ini menyebabkan
rendahnya penggunaan dan penyerapan zat besi (Sediaoetama, 2003). Selain itu
penyebab anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang
meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, kehilangan darah karena menstruasi
dan infeksi parasit (cacing).Di Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan
masalah yang besar untuk kasus anemia defisiensi besi, karena diperkirakan
cacing menghisap darah 2-100 cc setiap harinya (Proverewati & Asfuah).
Penyebab Anemia menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah :
1. Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja putri) lebih
banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya
sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani sehingga kebutuhan tubuh
akan zat besi tidak terpenuhi.
2. Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi asupan
makanan.
3. Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi, khususnya
4. Remaja putri mengalami haid setiap bulan, dimana kehilangan zat besi ±
1,3 mg/hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada pria.
2.2.3 Tanda-Tanda Anemia
Menurut Proverewati & Asfuah (2009), tanda-tanda anemia pada
remaja putri adalah :
1. Lesu, lemah, letih,lelah dan lunglai (5L)
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
Menurut Aulia (2012) tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah
1. Mudah lelah
2. Kulit pucat
3. Sering gemetar
4. 5L
5. Sering pusing dan mata berkunang-kunang
6. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat, serta
7. Anemia yang parah ( kurang dari 6 gr/dl darah) dapat menyebabkan nyeri.
2.2.4 Dampak Anemia Bagi Remaja Putri
Anemia pada remaja putri akan berdampak menurunnya kemampuan dan
konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak
sehingga menimbulkan gejala muka tampak pucat, letih, lesu dan cepat lelah
Menurut Sedioetama (2003), dampak anemia bagi remaja putri adalah :
1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar
2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal
3. Menurunkan kemampuan fisik
4. Mengakibatkan muka pucat.
2.2.5 Pencegahan Anemia
Menurut Almatsier (2009), cara mencegah dan mengobati anemia adalah :
1. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi
a) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan
nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe)
b) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan
nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam usus.
2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD).
Tablet Tambah Darah (TTD) adalah tablet besi folat yang setiap tablet
mengandung 200mg Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dalam 0,25
mg asam folat. Wanita dan remaja putri perlu minum tablet tambah darah
karena wanita mengalami haid sehingga memerlukan zat besi untuk
mengganti darah yang hilang. Wanita mengalami hamil, menyusui,
sedini mungkin semenjak remaja. Tablet tambah darah mampu mengobati
wanita dan remaja putri yang menderita anemia, meningkatkan
kemampuan belajar, kemampuan kerja dan kualitas sumber daya manusia
serta generasi penerus. Meningkatkan status gizi dan kesehatan remaja
putri dan wanita. Anjuran minum yaitu minumlah satu tablet tambah darah
seminggu sekali dan dianjurkan minum satu tablet setiap hari selama haid
3. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti :
kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
2.3 Pengetahuan Gizi
Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni: indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007)
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang dikonsumsi sehingga tidak
menimbulkan penyakit dengan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi
dalam makanan tidak hilang, serta bagaimana hidup sehat. (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan
gizi yang bersangkutan. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya
pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang
kecerdasan dan produktivitas. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan
dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah.Program
pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku anak terhadap kebiasaan makannya.(Soekirman, 2000).
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi
sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat yang dibutuhkan untuk fungsi
normal tubuh.Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap
status gizi seseorang.Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh
memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.Status gizi kurang terjadi
apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi dalam jumlah yang
berlebihan sahingga menimbulkan efek yang membahayakan.
Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin, sehingga
apabila seseorang telah memasuki usia remaja atau dewasa mampu memenuhi
kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku makannya. Karena pengetahuan
tentang gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang akan dikonsumsi
setiap hari.
Kurangnya pengetahuan gizi dan kurangnya keterampilan dalam
menerapkan informasi yang didapat dari berbagai media massa, media elektronik
atau buku-buku yang berhubungan dengan gizi, dalam kehidupan sehari-hari
merupakan faktor yang sangat penting dalam menimbulkan keadaan gizi salah.
Pernyataan tersebut sejalan dengan berbagai pendapat yang menyatakan bahwa
pendapatan, masalah kependudukan, sistem pertanian, sosial ekonomi dan budaya
juga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau pengertian tentang gizi.
Suatu hal yang menunjukkan tentang pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada tiga kenyataan, yaitu:
1. Status gizi baik sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan
2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika apabila makanan yang
dimakannya mampu menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan lebih optimal, pemeliharaan dan energi
3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar menggunakan pangan dengan baik bagi keseimbangan gizi.
2.4 Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dimakan tiap hari
oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat
tertentu.Dari pola konsumsi pangan terlihat bahwa disemua propinsi Indonesia
sebagian besar penduduknya mengonsumsi beras.Namun demikian polanya tidak
merata, dimana sebagian besar wilayah, beras dikonsumsi sebagai bahan pokok
utama, sedangkan diwilayah lain, beras dikonsumsi bersama-sama dengan bahan
pangan sumber karbohidrat lainnya, seperti ubi kayu, jagung, sagu, dan ubi jalar.
Pola konsumsi pangan seseorang adalah salah satu bagian dari aspek
anthropologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai suatu kelompok, tingkah
laku ini mncakup juga soal-soal yang berhubungan dengan pangan atau makanan
Menurut Margaret Mead dalam (Almatsier, 2001) mengemukakan bahwa
pola pangan (food patern)adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan
sosial budaya yang dialaminya. Pola konsumsi pangan merupakan kegiatan sosial
budaya yang mempunyai pengaruh kuat terhadap apa dan bagaimana pangan
tersebut dimakan atau lebih dikenal dengan kebiasaan makan.
Pola konsumsi atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia oleh
kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan pangan meliputi sikap,
kepercayaan, dan pemilihan makanan. Sikap berdasarkan nilai-nilai “afektif” yang
berasal dari lingkungan alam, sosial, budaya dan ekonomi. Sedangkan
kepercayaan orang yang berkaitan dengan nilai-nilai ”kognitif”, selanjutnya pemilihan makanan berdasarkan sikap dan kepercayaan merupakan proses
“psikomotor”.
Begitu berpengaruhnya pola makan terhadap hidup, maka untuk membuat
hidup sehat pola makan juga harus sehat.Pola makan yang sehat adalah pola
makan yang mengandung gizi seimbang.Pola makan gizi seimbang ini harus
dijadikan dasar untuk menciptakan kehidupan yang sehat.
Sesuai dengan perkembangan ilmu gizi didunia, saat ini dirumuskan
tentang standar makan sehat yang mengandung gizi seimbang dengan pola food guide pyramid. Formula ini tidak lebih baik karena menambah porsi sayur dan buah serta roti dua kali lipat, ditambah serealia dan roti tambahan berikutnya
Pola gaya hidup modern membuat remaja cenderung lebih menyukai
makan diluar rumah bersama kelompoknya. Remaja putri sering mempraktekkan
diet dengan cara yang kurang benar seperti melakukan pantangan-pantangan,
membatasi atau mengurangi frekuensi makan untuk mencegah kegemukan. Pada
umumnya remaja mempunyai kebiasaan makan yang kurang baik.Remaja sering
mengkonsumsi makanan dalam jumlah tidak seimbang dibandingkan dengan
kebutuhannyakarena takut kegemukan.Kebiasaan remaja rata-rata tidak lebih dari
tiga kali sehari dan disebut makan bukan hanya dalam konteks mengkonsumsi
makanan pokok saja tetapi makanan ringan juga dikategorikan sebagai makanan.
Survei yang dilakukan Hunlock (1997) menunjukkan bahwa remaja suka
sekali jajan makanan ringan. Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah
kue-kue yang rasanya manis. Sedangkan jenis sayuran dan buah-buahan yang
mengandung vitamin A dan vitamin C jarang dikonsumsi, sehingga dalam diet
mereka rendah akan zat besi, Vitamin A dan Vitamin C.
2.4.1 Pembentukan Pola Konsumsi Pangan
Pola makan seorang individu ditinjau dari frekuensi makan dirumah yaitu
apabila frekuensi makan individu dirumah itu baik misalnya 3 kali makan utama
dengan 1-2 kali makan selingan maka konsumsi makanan jajanannya akan
berkurang karena sudah kenyang terlebih dahulu sehingga nafsu memakan
makanan jajanan berkurang. Sedangkan pola makan ditinjau dari penggunaan
bahan makanan yang beraneka ragam pada makanan yang dihidangkan
bahan makanan sudah terpenuhi dan zat-zat gizi yang diperlukannya sudah
tersedia dalam makanan yang menjadi menunya.
Pada usia remaja harus dibiasakan menyukai makanan yang beraneka
ragam. Remaja perlu diperkenalkan variasi, baik jenis maupun rasa
makanan.Misalnya untuk karbohidrat tidak hanya pada sepiring nasi, tetapi juga
terdapat pada semangkuk mie, setangkup roti, sepiring irisan kentang goreng dan
lain-lain, kemudian dibiasakan untuk menyukai berbagai macam sayur dan
buah.Jika memungkinkan bawa bekal makan siang dari rumah, selain dapat
menghemat bekal dari rumah bisa terjamin kesehatan dan keamanannya.(Dedeh
dkk, 2010).
Remaja sebaiknya tahu atau memahami makanan yang
dikonsumsi.Banyak remaja menyenangi makanan berkalori tinggi yang kurang
mengandung vitamin dan mineral, sehingga membuat badan lebih gemuk.Remja
sulit mengubah kebiasaan makannya kecuali melihat ada keuntungannya.Mereka
harus melihat hubungan antara kondisi yang diinginkan dengan makanan yang
harus dimakan sebelum mengambil keputusan.
Anak sekolah terutama pada masa remaja tergolong pada masa
pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental secara peka terhadap
rangsangan dari luar.Konsumsi makan merupakan salah satu faktor penting yang
2.4.2 Pola Makan Dilihat Dari Ragam dan Frekuensi Bahan Makanan yang Dikonsumsi
- Ragam (Jenis)
Bahan makanan yang dikonsumsi oleh siswa sangat beragam,
membiasakan makan makanan yang beraneka ragam adalah prinsip
pertama dari gizi seimbang yang universal.Artinya, setiap manusia dimana
saja membutuhkan makanan yang beraneka ragam atau bervariasi, karena
tak ada satupun makanan yang mengandung seluruh zat gizi yang
dibutuhkan tubuh. Makin beragam pola hidangan makanan, makin mudah
terpenuhi kebutuhan akan berbagai zat. Bahan makanan yang dikonsumsi
dikelompokkan kedalam bahan makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,
sayuran, buah-buahan dan lain-lain.
1. Makanan Pokok
Makanan pokok merupakan bahan makanan yang mengandung
karbohidrat. Makanan pokok terdiri atas bahan makanan serelia dan
umbi-umbian.Yang termasuk makanan pokok antara lain : beras,
jagung, tepung terigu, roti,kentang, singkong, ubi jalar, gembili, talas,
uwi, mie gandum, tepung beras dan lain-lain.Adapun standar makanan
pokok nasi adalah 100 gram beras yang berbentuk nasi untuk satu kali
makan.Jadi hidangan sehari semalam terdiri dari 4-5 porsi atau piring
2. Lauk Pauk
Bahan makanan lauk hewani merupakan bahan makanan sumber
protein yang berasal dari hewan. Yang termasuk dalam bahan lauk
hewani antara lain :daging sapi, kambing, ayam, telur, jerohan, keju,
bebek, menthok, ikan, udang, cumi-cumi. Bahan lauk nabati adalah
lauk berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hasil olahannya, antara lain :
tempe, tahu, kacang-kacangan, lauk nabati merupakan sumber protein.
1 potong ikan atau 2 potong tempe dan sejenisnya setara dengan ≥ 50 gram lauk pauk yang harus kita konsumsi dalam sehari (Persagi,1991).
3. Sayuran
Sayuran merupakan bagian dari tubuh yang dapat dimakan, antara lain
daun, bunga, umbi, maupun batang, sayuran merupakan sumber
mineral dan vitamin, setiap jenis sayuran memiliki warna, rasa, aroma
dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga bahan pangan
sayur-sayuran dapat menambah variasi makanan, yang termasuk sayur-sayuran
antara lain, kol, wortel, kentang, loncang, buncis, sawi hijau dan
lain-lain. Standar porsi sayur yang harus dikonsumsi dalam sehari ialah 1
mangkok sayur dengan isi sayur daun hijau setara dengan ≥ 200 gram
(Persagi, 1991)
4. Buah-buahan
Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari
pada umumnya buah merupakan tempat biji.Dalam pengertian
“pencuci mulut”. Yang termasuk buah antara lain mangga, jeruk, apel,
pisang, semangka dan lain-lain. 1 potong buah segar setara dengan ≥
150 gram buah yang harus kita konsumsi dalam sehari (Persagi,1991).
- frekuensi
Penilaian frekuensi penggunaan bahan makanan mengunakan food frekuensi yang memutar daftar bahan makanan dan frekuensi penggunaan bahan makanan tersebut dalam periode tertentu yaitu :
1. Sering : Bila konsumsi bahan makanan > 1 kali perhari,
yang artinya bahan makanan dikonsumsi setiap
kali makan.
2. Tidak sering : Bila konsumsi bahan makanan ≤ 1 kali perhari yang artinya bahan makanan dikonsumsi 1
sampai 3 kali seminggu, 4 sampai 5 kali
seminggu, 1 sampai 2 kali perbulan, 1 sampai 2
kali per tahun, bahkan tidak pernah (Suhardjo,
1989).
Ragam bahan makanan itu berhubungan dengan frekuensi makan, dan
semua itu bisa kita lihat dari pedoman gizi seimbang. Dalam TGS, makanan
sumber karbohidrat diletakkan sebagai dasar tumpeng, sumber lemak diletakkan
pada puncak TGS karena penggunaanya dianjurkan seperlunya, sumber protein
hewani dan nabati diletakkan berdasarkan level yang sama dibawah puncak
tumpeng konsumsi kedua protein ini juga dianjurkan dengan porsi yang sama.
hari, dalam TGS setiap hari minum air putih paling sedikit 2 liter atau 8 gelas
(Dedeh, dkk, 2010).
Prinsip kedua dari pola makan dengan Gizi Seimbang adalah pentingnya
hidup bersih. Pola makan ber-Gizi Seimbang akan menjadi tak berguna bila tidak
diikuti dengan penerapan prinsip dan kebiasaan hidup bersih. Prinsip lain Gizi
Seimbang adalah kesesuaian atau keseimbangan antara asupan dan pengeluaran
energi untuk beraktivitas. TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih
makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan
menurut usia dan sesuai dengan keadaan kesehatan. Jumlah atau porsi makanan
sesuai dengan anjuran makanan bagi remaja yang disajikan pada tabel2.3 berikut:
Tabel 2.3 Jumlah Porsi Makanan yang Dianjurkan Pada Usia Remaja
Makan Pagi Makan Siang Makan Malam
06.00-07.00 WIB 13.00-14.00 WIB 20.00 WIB
Nasi 1 porsi 100 gram beras
Nasi 2 porsi 200 gram beras
Nasi 1 porsi 100 gram beras
Telur 1 butir 50 gram Daging 1 porsi 50 gram Daging 1 porsi 50 gram Susu sapi 200 gram Tempe 1 porsi 50 gram Tahu 1 porsi 100 gram
Sayur 1 porsi 100 gram Sayur 1 porsi 100 gram Buah 1 porsi 75 gram Buah 1 porsi 100 gram
2.5 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Adahubungan antara pengetahuan gizi responden dengan pola makan
remaja putri meliputi frekuensi, jenis dan jumlah makan responden.
2. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan kejadian anemia.
3. Ada hubungan antara pola makan meliputi frekuensi, jenis dan jumlah
makan responden dengan kejadian anemia.
Anemia
- Anemia - Tidak
anemia Pola Makan Remaja Putri
SMP Negeri 2 Kotapinang
- Jumlah - Jenis - Frekuensi Pengetahuan Gizi