BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Konteks Masalah
Sebagai mahluk sosial manusia memiliki dorongan keinginan untuk saling
berhubungan dengan individu lainnya. Dorongan sosial tersebut mengharuskan
setiap individu untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain. Manusia selalu
berkeinginan untuk berbicara, tukar menukar gagasan, mengirim dan menerima
informasi, berbagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya (Suranto Aw, 2011: 1) Karakteristik kehidupan sosial yang dimiliki
manusia mewajibkan setiap individu untuk membangun sebuah relasi dengan
yang lain, sehingga terjalin sebuah ikatan persahabatan yang bersifat timbal balik
dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itulah kebutuhan komunikasi dianggap
sama pentingnya dengan kebutuhan dasar manusia. Kegiatan komunikasi sosial
paling sederhana dimulai pertama sekali dari lingkungan keluarga. Melalui
keluarga seorang anak belajar berinteraksi dengan orang tua, saudara, memberi
dan menerima informasi serta terlibat dalam suatu prilaku kerjasama yang semua
bertujuan untuk membentuk individu tersebut mampu menghadapi dunia luar.
Seiring berjalannya waktu, anak-anak beranjak remaja dan dewasa, perubahan
tahapan fisik dan psikologis mendorong individu untuk mencari
kelompok-kelompok untuk mengembangkan kemampuan dan wawasan mereka.
Dorongan untuk ikut berpartisipasi dalam sebuah kelompok merupakan
suatu bentuk realita kehidupan yang dapat kita temui baik di lingkungan sekolah
maupun di tempat bekerja. Orang sering kali menghabiskan banyak waktu dan
kegiatan mereka di dalam kelompok dimana mereka diterima. Irving Janis dalam
bukunya Victims of Groupthink (1972) menjelaskan apa yang terjadi di kelompok
kecil dimana anggota-anggotanya memiliki nasib yang sama, terdapat tekanan
yang kuat untuk menuju pada ketaatan. Irving Janis menamai fenomena tersebut
sebagai groupthink (West & Turner, 2008:274)
Michael Burgoon dan Michael Ruffiner memberi batasan komunikasi
memperoleh maksud dan tujuan yang dikehendaki seperti berbagi informasi,
pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat
menunjukan karakteristik pribadi dan karakteristik anggota lainnya (dalam
Jalaludin Rakhmat, 1994). Komunikasi kelompok terjadi pada sekumpulan kecil
orang sehingga umpan balik dapat diamati langsung dan saat komunikasi
berlangsung baik, komunikator maupun komunikan bisa bertukar pesan.
Penyesuaian diri merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia untuk
mencapai kesuksesan baik dalam kehidupan kelompok sosial sehari-hari, dalam
kelompok ditempat bekerja (kantor) maupun dalam bidang akedemik (sekolah
maupun kampus). Disiplin, kreatifitas dan memiliki etos kerja yang tinggi
menurut Indaryani dan Milwardani adalah indikator sumber daya manusia yang
berkualitas dan fondasi yang amat menentukan (dalam
Sikap disiplin
merupakan sikap yang harus ditingkatkan karena memberi manfaat dan
sumbangan yang besar apalagi pada negara yang masih berkembang seperti
negara Indonesia. Para pendidik melihat komunikasi kelompok sebagai metode
pendidikan belajar mengajar yang efektif (Jalaludin Rahmat, 2007).
Kata “belajar” bukanlah sekedar kata yang tidak memiliki makna. Kata itu
bagi sebagian besar anak menjadi bayangan yang begitu menyeramkan. Harus
dipahami bahwa sesungguhnya dasar dari hal ini adalah merupakan persoalan
motivasi dan minat, baik orangtua, guru dan anak memiliki andil yang
mengakibatkan belajar menjadi sesuatu yang seram dan suram bagi kebanyakan
anak-anak. Ada empat pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak yaitu
budaya, keluarga, lingkungan sekolah dan diri anak itu sendiri (Raymond J.
Wlodkowski: 2004). Tentunya keempat bagian tersebut masing-masing
memberikan pengaruhnya melalui perspektif yang melibatkan sudut pandang
psikologis, sosiologis, dan komunikasi seorang anak.
Sesungguhnya setiap anak yang lahir memiliki minat dan motivasi belajar.
Mereka secara alamiah adalah para penjelajah yang selalu ingin tahu. Mereka
mengamati lingkungannya untuk membuatnya masuk akal. Mereka memiliki
hasrat dan keinginan yang sangat kuat untuk belajar. Namun tiba pada masanya
tampak semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia (Raymond dan
Judith, 2004). Menurut Zakarilya (2002) anak-anak usia sekolah, dari Sekolah
Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Umum (SMU), cenderung lebih banyak
mengisi waktunya dengan bermain dan menonton televisi dari pada belajar (dalam
merupakan hambatan dalam menumbuhkan minat belajar anak adalah mahalnya
biaya pendidikan (sekolah). Tingkat keluarga miskin yang masih tinggi menjadi
salah satu permasalahan nasional bangsa Indonesia. Hambatan ini tentunya
membuat anak-anak merasa pesimis untuk mendapat kesempatan melanjut
sekolah ke jenjang yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi, untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mereka.
Upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan minat belajar anak
adalah langkah awal untuk menciptakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang
berkualitas dalam proses pembangunan Indonesia ke depannya. Minat belajar,
disiplin dan kreatifitas modal utama setiap anak agar tumbuh menjadi manusia
yang berkualitas. Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab setiap lapisan
masyarakat mulai dari keluarga, lingkungan tempat anak berinteraksi, sekolah,
pemerintah bahkan termasuk organisasi prolaba (perusahaan) dan nirlaba (LSM
dan Yayasan).
Pemerintah sekarang ini telah mengambil inisiatif merangkul LSM (lembaga
swadaya masyarakat) untuk membantu mengatasi tantangan-tantangan dalam
pembangunan Indonesia, termasuk dalam peningkatan kualitas pendidikan
Indonesia. Kerjasama yang baik di antara pemerintah dan lembaga masyarakat
(LSM) diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Globalisasi
selama abad 20 memunculkan pentingnya peran LSM. LSM telah dikembangkan
untuk menekankan masalah kemanusiaan, bantuan pembangunan dan
pembangunan berkelanjuta
disebut juga organisasi non-pemerintah dapat dipecah menjadi khusus organisasi
sub-kelompok seperti kontraktor pelayanan publik, organisasi rakyat,
organisasi-organisasi sukarela dan LSM pemerintah atau organisasi-organisasi pendukung keanggotaan
(dalam
mengejar kegiatan untuk mengurangi penderitaan, mempromosikan kepentingan
kaum miskin, melindungi lingkungan, menyediakan layanan sosial dasar, atau
melakukan pengembangan komunitas. Meskipun sektor LSM telah menjadi
semakin diprofesionalkan selama dua dekade terakhir, prinsip-prinsip altruisme
dan voluntarisme tetap mendefinisikan karakteristik kunci (Komisi Ekonomi PBB
untuk Eropa
Yayasan Abdi Satya merupakan salah satu LSM yang memiliki visi dan misi
meningkatkan kualitas pendidikan bagi masyarakat (keluarga) yang kurang
mampu. Melalui program belajar gratis yang mereka lakukan, yayasan Abdi Satya
menjadi perpanjangan tangan pemerintah bahkan lembaga pendidikan sekolah
untuk menggali bakat dan minat belajar anak-anak yang mengikuti program
belajar gratis ini. Yayasan Abdi Satya yang berlokasi di kecamatan Pantai Cermin
dipilih berdasarkan adanya beberapa desa yang penduduknya masih belum begitu
perduli pentingnya pendidikan oleh karena tingkat perekonomian masyarakat
yang masih rendah. Lokasi sekolah yang juga cukup jauh dari pemukiman
penduduk juga menjadi faktor penghambat untuk anak-anak di kecamatan Pantai
Cermin untuk bersekolah. , 2006).
Berdasar uraian penjelasan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai peranan komunikasi kelompok dalam meningkatkan minat
belajar anak yang menjadi peserta Program Belajar Gratis ini melalui dorongan
kelompok kecil dan persahabatan yang terjalin dalam kelompok belajar mereka.
I.2 Fokus Masalah
Perumusan masalah ini bertujuan untuk membatasi pembahasan penelitian
agar lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam memfokuskan topik yang telah
ditentukan. Berdasarkan latar belakang dari uraian di atas maka fokus masalah
penelitian ini adalah berikut:
1. Fokus penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana peranan komunikasi
kelompok dalam meningkatkan minat belajar anak dan remaja.
2. Minat belajar yang dimaksudkan dalam penelitiaan ini terbatas pada
3. Responden penelitian ini adalah kelompok-kelompok belajar yang terdaftar
pada Program Belajar Gratis yang berorentasi pada hubungan persahabatan.
4. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 sampai selesai.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana aktifitas komunikasi kelompok dalam
kelompok belajar anak dan remaja di kecamatan Pantai Cermin.
2. Untuk mengetahui minat belajar anak-anak dan remaja yang mengikuti
program belajar gratis tersebut.
3. Untuk mengetahui sejauhmana peranan komunikasi kelompok dapat
meningkatkan minat belajar anak dan remaja di kecamatan Pantai Cermin.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas
keanekaragaman wacana penelitian di bidang LSM, khususnya tentang
bantuan yang efektif dan tepat melalui komunikasi kelompok.
2. Secara teoritis, melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Departemen Ilmu
Komunikasi, untuk menggali fenomena komunikasi khususnya dalam
mengetahui pentingnya peran komunikasi kelompok sebagai pendorong
untuk meningkatkan minat belajar dan kreatifitas anak-anak dan remaja
3. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada Yayasan
Abdi Satya tentang masalah yang dibahas oleh peneliti dan untuk bahan
penulisan selanjutnya teman-teman yang tertarik membahas perkembangan