• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM PENILAIAN STATU"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.Dalam bidang ilmu gizi digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuhlainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut,lingkaran perut, lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisaberdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibanding baku atau berupa indeksdengan membandingkan ukuran lainnyaseperti BB/U, BB/TB. TB/U (Sandjaja,dkk., 2010).

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau darisudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan berbagai macampengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, dkk., 2001).

Status gizi adalah salah satu indikator untuk menilai status kesehatan remaja yang mudah dan murah, yang dibutuhkan hanya disiplin dan komitmen untuk terus menerus secara rutin memantau berat badan dan tinggi badan.

Status gizi pada remaja dihitung dengan menggunakan rumus indeks massa tubuh atau yang biasa disingkat dengan istilah IMT atau BMI (Body Mass Index). Akan tetapi IMT bukan tanpa kelemahan, karena IMT hanya menggambarkan proporsi ideal tubuh seseorang antara berat badan saat ini terhadap tinggi badan yang dimilikinya. IMT tidak mampu mengambarkan tentang proporsi lemak yang terkandung di dalam tubuh seseorang.

Meskipun demikian, jika nilai IMT sudah menunjukkan ke arah kelebihan berat badan atau overweight/obesitas, biasanya seseorang diminta untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, apakah kelebihan berat badan tersebut merupakan hasil dari timbunan lemak atau otot, bisanya dengan menggunakan beberapa pengukuran antropometri seperti pengukuran lemak bawah kulit. Oleh karena itu, untuk mengetahui status gizi seseorang, maka dilakukan pengukuran antropometri ini

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Gambaran Status Gizi Pada Remaja ?

(2)

C. Tujuan

Laporan ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Gambaran Status Gizi Pada Remaja.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Remaja

1. Pengertian Masa Remaja

Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001).

Masa remaja dapat dibagi menjadi menjadi masa remaja awal ( usia dari 12 tahun sampai dengan usia 17 tahun ) sedangkan masa remaja akhir (usia dari 17 tahun hingga usia 20 tahun ). Masa remaja awal dan akhir dibedakan karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Hurlock, 1990).

Pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan- perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan (Hurlock, 1990).

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi. Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan, yaitu: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial (Papalia dan Olds, 2001).

2. Aspek – Aspek Perkembangan pada Masa Remaja

Perkembangan Fisik, Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik ( Papalia dan Olds, 2001).

(4)

yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia dan Olds, 2001).

Menurut Piaget seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Formal (Papalia dan Olds, 2001).

Tahap operasi formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat mempengaruhi dirinya (Santrock, 2001)

(5)

3. Ciri – ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu : peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah ( Aaro, 1990 ).

Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja (Aaro, 1990 ).

Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa (Aaro, 1990).

(6)

Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut. (Aaro, 1990)

B. Gizi

1. Pengertian Gizi

Deswani dkk (1990) dalam Supriasa (2002), mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut adalah gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antar konsumsi dan penyerapan zat gizi dan pengunaan zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. 2. Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuhan. Di negara yang sedang berkembang, kurang lebih 80% energi makanan berasal dari karbohidrat. Di Negara maju seperti Amerika dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah yaitu rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2001).

Untuk memelihara kesehatan, WHO menganjurkan agar 55-75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banayak hanya 10% berasal dari gula sederhana. Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering, gula, dan lain-lain. Hasil olah bahan ini adalah bihun, mie, roti, tepung-tepungan, selai, dan sebagainya. Sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas, dan sagu (Almatsier, 2001).

3. Lemak

(7)

dan minyak yang umu dikenal didalam makanan, malam, fosfolipida, sterol, dan ikatan lain sejenis yang terdapat didalam makanan dan tubuh manusia. Fungsi lemak adalah sebagai sumber energy, sebagai sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, menghemat protein, member rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan lainnya (Almatsier ,2001).

Lemak banyak terdapat dalam bahann makanan yang bersumber daari hewani, misalnnya daging berlemak, jeroan, dan sebagainya, sedangkan minyak banyak digunakan untuk memasak/menggoreng.Lemak dibutuhkan manusia dalam jumlah tertentu. Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25% dari total energy per hari, atau paling banyak 3 sendokk makan minyak goring untuk memasak makanan sehari (Sayogo, 2006).

4. Protein

Istilah protein berasal dari kata yunani proteos, yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar dari tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan tubuh dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormone, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein (Almatsier, 2001).

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang,, dan lainnya.Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, dan kacang-kacangan lain. Angka Kecukupan Protein ( AKP ) orang dewasa menurut hasil-hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg BB, berupa protein patokan tinggi, yaitu protein telur. Catatan Biro Pusat Statistik pada tahun 1999, menunjukkan secara nasional konsumsi protein sehari- hari rata-rata penduduk Indonesia adalah 48,7 gram sehari. Ini telah melebihi rata-rata standar kecukupan protein sehari, yaitu 45 gram (Almatsier ,2001).

5. Vitamin

(8)

harus didapat dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik didalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organic maka vitamin dapat dirusak karena penyimpanan dan pengolahan (Almatsier, 2001). Vitamin dalam makan terbagi 2, yaitu:

a. Vitamin Larut Lemak 1) Vitamin A

Viatmin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan precursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol. Vitamin A berfungsi dalam dalam hal penglihatan, diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan lainnya. Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, susu,sayuran hijau dan lainnya.

2) Vitamin D

Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit dimana tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Fungsi vitamin D adalah dalam membanu pembentukan dan pemeliharaan tulang (Almatsier, 2001).

3) Vitamin E

Fungsi vitamin E adalah sebagai antioksidan yang larut dalam lemak dan mudah memberikan hidrogen dari gugus hidroksil ( OH ) pada struktur cincin ke radikal bebas. Vitamin E banyak terdapat pada tumbuh-tmbuhan, terutama pada minyak kecambah gandum dan biji-bijian. Sayur-sayuran juga memiliki kandungan vitamin E yang baik(Almatsier, 2001).

4) Vitamin K

Fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam pembekuan darah, walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran berwarna hijau, kacang buncis, kacang polong, kol, brokoli, dan lainnya (Almatsier, 2001).

b. Vitamin Larut Air 1) Vitamin C

(9)

koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Vitamin C banyak terdapat didalam pangan nabati , yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya, genadria, dan tomat. Vitamin C juga banyak terdapat didalam sayuran daun-daunan dan jenis kol (Almatsier, 2001). 6. Mineral

Mineral merupakan bagian tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dan hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani kecuali magnesium yang terutama alebih banyak didalam makanan nabati (Almatsier, 2001).

7. Air

Air berfungsi didalam tubuh sebagai melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur suhu tubuh, serta melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil.. Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas air setiap hari. Selain itu, mengkonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau kekurangann cairan tubuh, dan dapat menurunkan resiko penyakit batu ginjal. Mengkonsumsi cairan yang tidak terjamin keamanannya dapat menimbulkan gaangguan kesehatan seperti diare dan keracunan berbagai senyawa kimia yang terdapat pada air (Soekirman, 2008).

C. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

(10)

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2001).

Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, dkk, 2002).

Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Data objektif dapat diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai (Arisman, 2010).

Komponen penilaian status gizi meliputi (1) survei asupan makanan, (2) pemeriksaan biokimia, (3) pemeriksaan klinis, serta (4) pemeriksaan antropometris (Arisman, 2010).

3. Pemeriksaan Antopometri

Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja (Permaisih,2003). Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter (ukuran tunggal dari tubuh manusia), antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul, dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa,2002).

Dalam penelitian antropometri yang penting dilakukan adalah penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan (Arisman,2007).

(11)

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun (Supariasa,2002).

b. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat (Supriasa, 2002).

Tinggi badan dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat menempel pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua tangan bergantung relaks disamping badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi badan digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek berambut tebal (Arisman,2007).

Rumus IMT

IMT = BB(Kg) TB2(m)

Tabel 2.1 : Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Status Gizi IMT

Kurus Kurus tingkat berat < 17

Kurus tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal Normal 18,5 -25,0

Gemuk Gemuk tingkat ringan 25,1 – 27,0

(12)

c. LILA (Lingkar Lengan Atas)

Lingkar lengan atas merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.

Lingkar lengan bawah diukur pada bagian proksimal tidak lebih dari 6 cm dari radial. Lingkar paha diukur di bagian paha, yaitu titik pertengahan antara titik paling proksimal tulang patella dan titik pertengahan lipat paha. Titik tengah lipat paha ditentukan dengan jalan menentukan terlebih dahulu letak SIAS ketika (subjek masih berdiri), dan simfasis pubis. Lingkar betis dapat diukur baik dalam keadaan berdiri maupun duduk. Jika subjek berdiri, berat badan harus tertumpu pada kedua kaki secara merata, dan jarak kedua kaki sekitar 25 cm. Jika subjeknya duduk, kedua kaki harus dijuntaikan. Pita pengukur kemudian dilingkarkan ke betis (tegak lurus dengan aksis memanjang betis), dan diturun-naikkan untuk mencari diameter terbesar. Hasil pengukuran ulang tidak boleh berbeda lebih dari 2 mm (Arisman, 2007).

Tabel 2.2 : Ambang Batas Pengukuran LiLA

Klasifikasi Batas Ukur

Wanita Usia Subur

KEK < 23,5 cm

Normal 23,5 cm

Bayi Usia 0-30 hari

KEP < 9,5 cm

Normal 9,5 cm

Balita

KEP < 12,5 cm

Normal 12,5 cm

Sumber: Sirajuddin, 2012.

LiLA mencerminkan cadangan energi, sehingga dapat mencerminkan: 1) Status KEP pada balita

2) KEK pada ibu WUS dan ibu hamil: risiko lahir bayi BBLR Kelemahan dari pengukuran LILA:

(13)

2) Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada TB.

3) Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.

4. Gizi Kurang

Suatu keadaan dimana terjadi defisiensi zat gizi yang kompleks, khususnya kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dan diakibatkan oleh rendahnya asupan makanan. Faktor penyebab gizi kurang disebabkan oleh asupan makanan dan penyakit infeksi. Asupan makanan dipengaruhi oleh kemiskinan, rendahnya pendidikan keluarga dan adat/ kepercayaan yang terkait dengan tabu makanan (Dahli, 2007).

5. Gizi Seimbang

Pemberian makanan yang sebaik-baiknya adalah harus memperhatikan kemampuan tubuh seorang untuk mencerna makanan, seperti umur, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi lain, seperti sakit, hamil dan menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan lima kelompok zat gizi ( karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral ) dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faal didalam tubuh.

Apabila konsumsi makanan sehati-hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan prooduktif. Dalam mengkonsumssi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada masalah yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan zat gizi pada jenis makanan lain, sehingga akan diperoleh masukan zat gizi seimbang. Untuk mengejar pertumbuhan yang normal, kebutuhan lebih didasarkan pada berat badan dan ini diperuntukkan bagi golongan anak-anak sampai umur pubertas (Suhardjo, dkk, 1990).

6. Gizi Lebih

(14)

untuk energy. Walaupun lemak sangat berguna untuk tubuh, kelebihan lemak dapat menimbulkn berbagai penyakit. Gizi lebih merupakan kelebihan jaringan lemak dalam tubuh. Salah satu dari penyakit gizi lebih adalah obesitas atau kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (supriasa, 2002).

7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor yang secara langsung mempegaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga produktivitas dan kondisi perumahan(Suhardjo, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi:

a. Faktor Langsung 1) Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola konsumsi penduduk menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi (Suhardjo, 1996).

2) Infeksi

Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya. Yang paling penting adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada katabolisme jaringan menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya terjadi infeksi ringan sudah menimbulkan kehilangan nitrogen (Suhardjo, 2000).

b. Faktor Tidak Langsung 1) Tingkat Pendapatan

(15)

makanan, maka erat hubungannya dengan gizi . Arti pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga:

a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.

b) Pendapatan orana-orang miskin meningkat otomatis membawa peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga (Khomsan, 2003).

2) Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang akan diberikan.

Pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bermanfaat dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam bidang gizi, bila dibandingka n dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik (Sayogo, 1996).

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan bagi setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan mempunyai gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan bahan makanan engan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang (Suhardjo, 2000)

3) Pendidikan

(16)
(17)

BAB III

METODE PENGUKURAN

A. Metode dan Jenis Pengukuran

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode survey lapangan. Jenis pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah parameter antropometri. Sebagai indikator, antropometri dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Pada remaja jika ingin diketahui status gizinya parameter yang di ukur yaitu :

1. Berat Badan 2. Tinggi Badan 3. Lingkar lengan atas

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan, yang telah dilaksanakan pada tanggal 12 juni 2014.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang diteliti adalah remaja yang ada di kelurahan Palupi, Kec. Tatanga. 2. Sampel

Dalam pengukuran ini sampel yang di ukur berjumlah sepuluh (10) orang remaja yang berdomisili di Kelurahan Palupi. Sampel diambil atau dipilih secara acak.

D. Alat dan Bahan 1. Pulpen 2. Buku

3. Timbangan berat badan 4. Pita pengukur

5. Meteran (untuk tinggi badan)

E. Cara pengukuran

(18)

1. Pengukuran Berat badan (BB)

a. Remaja yang akan diukur naik ke atas timbangan berat badan.

b. Pastikan tanda panah pada timbangan berat badan berada pada angka nol.

c. Terakhir lihatlah angka yang di tunjuk oleh jarum timbangan yang merupakan angka yang menunjukan berat badan remaja

2. Pengukuran tinggi badan (Tb)

a. Remaja yang akan diukur berdiri dalam keadaan siap dengan kaki sedikit direnggangkan dan kepala tegak ke atas kemudian diukur dengan meter.

b. Tempelkan atau pasangkan alat ukur mulai dari ujung kepala sampai dengan bagian samping telapak kaki.

3. Pengukuran Lingkar Lengan (LILA) a. Persiapkan pita pengukur

b. Pilih lengan kiri (karena lengan kanan yang paling sering berfungsi). c. Posisikan lengan 90 ° mengarah ke atas

d. Tetapkan posisi bahu dan siku

e. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku untuk menentukan titik tengah lengan dengan cara membagi hasil ukuran panjanga antara siku dan bahu.

f. Lingkarkan meteran pada titik tengah lengan

(19)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengukuran

Pada pengukuran antroprometri ini sampel yang di ukur berjumlah lima 10 (sepuluh) orang responden, adapun hasil dari pengukuran tersebut adalah :

1. Sampel Pertama

Nama anak : Shary Wijayanti Umur anak : 18 tahun

Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 23,6 artinya sampel tidak terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Jika LILA <23,5 maka sampel terkena KEK.

2. Sampel Kedua

Nama anak : Marcel Alexander Pariama Umur anak : 15 tahun

Nama anak : Indri Frisca Claudia Umur anak : 13 tahun

(20)

Tinggi Badan : 158 Cm

Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 23,5 artinya sampel tidak terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Jika LILA <23,5 maka sampel terkena KEK.

4. Sampel Keempat

(21)

IMT = TBBB2 =

58

1,582 = 2.4958 = 23.3

b. Perhitungan LILA LILA = 23,7

Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 23,7 artinya sampel tidak terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Jika LILA <23,5 maka sampel terkena KEK.

6. Sampel Keenam

(22)

b. Perhitungan LILA LILA = 24,1

Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 24,1 artinya sampel tidak terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Jika LILA <23,5 maka sampel terkena KEK.

Berdasarkan perhitungan di dapatkan LILA adalah 23 artinya sampel terkena KEK (kekurangan energi koronik) dikarenakan pengukuran LILA bertujuan untuk mengetahui KEK pada wanita usia subur (WUS). Karena LILA <23,5 maka sampel terkena KEK.

(23)

1. Sampel Pertama

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 19. 5

LILA = 23.6

Hasil pengukuran antropometri a. Lila (Lingkar Lengan Atas )

Berdasarkan pengukuran LILA pada Shary hasilnya adalah 23,6 cm, jadi dapat dikategorikan Normal karena berada diatas standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.

Karena LILA wanita usia subur berada diatas standar (normal) maka Shary tidak beresiko KEK (kekurangan energi kronik).

b. Klasifikasi Status Gizi 1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 19. 5. Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami KEK. 2. Sampel Kedua

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 19. 5

Hasil pengukuran antropometri a. Klasifikasi Status Gizi

1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 19. 5. Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami kekurangan energi.

3. Sampel Ketiga

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 18. 07

LILA = 23.5

(24)

Berdasarkan pengukuran LILA pada Indri Frisca hasilnya adalah 23,5 cm, jadi dapat dikategorikan Normal karena berada diatas standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.

Karena LILA wanita usia subur berada diatas standar (normal) maka Indri Frisca tidak beresiko KEK (kekurangan energi kronik).

b. Klasifikasi Status Gizi 1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 18. 07. Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami KEK.

4. Sampel Keempat

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 16.01

LILA = 22.7

Hasil pengukuran antropometri a. Lila (Lingkar Lengan Atas )

Berdasarkan pengukuran LILA pada Shary hasilnya adalah 22,7 cm, jadi dapat dikategorikan KEK karena berada dibawah standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.

Karena LILA wanita usia subur berada dibawah standar (normal) maka Verren beresiko mengalami KEK (kekurangan energi kronik).

b. Klasifikasi Status Gizi 1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan kurus tingkat berat yaitu 16,01. Dengan demikian sampel beresiko mengalami gizi kurang maupun mengalami KEK.

5. Sampel Kelima

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 23.3

LILA = 23.7

(25)

Berdasarkan pengukuran LILA pada Indri Frisca hasilnya adalah 23,7 cm, jadi dapat dikategorikan Normal karena berada diatas standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.

Karena LILA wanita usia subur berada diatas standar (normal) maka Melsandy tidak beresiko KEK (kekurangan energi kronik).

b. Klasifikasi Status Gizi 1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan normal yaitu 23.3 . Dengan demikian sampel tidak beresiko Kurus maupun mengalami KEK. 6. Sampel Keenam

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 15.9

Hasil pengukuran antropometri a. Klasifikasi Status Gizi

1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan kurus tingkat berat yaitu 15.9. Dengan demikian sampel beresiko mengalami gizi kurang maupun mengalami KEK.

7. Sampel Ketujuh

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 17

a. Klasifikasi Status Gizi 1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan kurus tingkat ringan yaitu 17. Dengan demikian sampel beresiko Kurus maupun mengalami KEK.

8. Sampel Kedelapan

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 27.3

LILA = 24.1

(26)

a. Lila (Lingkar Lengan Atas )

Berdasarkan pengukuran LILA pada Meilin hasilnya adalah 24.1 cm, jadi dapat dikategorikan Normal karena berada diatas standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.

Karena LILA wanita usia subur berada diatas standar (normal) maka Meilin tidak beresiko KEK (kekurangan energi kronik).

b. Klasifikasi Status Gizi 1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan gemuk tingkat berat yaitu 27,3. Dengan demikian sampel beresiko mengalami obesitas. 9. Sampel Kesembilan

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 17

LILA = 23

Hasil pengukuran antropometri a. Lila (Lingkar Lengan Atas )

Berdasarkan pengukuran LILA pada Mercy hasilnya adalah 23 cm, jadi dapat dikategorikan KEK karena berada dibawah standar pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu 23,5 cm.

Karena LILA wanita usia subur berada dibawah standar (normal) maka Mercy beresiko mengalami KEK (kekurangan energi kronik).

b. Klasifikasi Status Gizi 1) IMT (BB/ TB2)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat kategori ambang batas IMT, maka Status Gizi dari sampel dalam keadaan kurus tingkat ringan yaitu 17. Dengan demikian sampel beresiko mengalami gizi kurang maupun mengalami KEK.

10.Sampel Kesepuluh

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa : IMT = 20,1

Hasil pengukuran antropometri a. Klasifikasi Status Gizi

(27)
(28)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil hasil penilitan yang telah dilakukan bahwa, dari 10 orang remaja yang mengikuti pengukuran antropometri ( IMT dan LILA), adalah sebagai berikut :

1. Sampel Pertama memiliki IMT = 19. 5 dan LILA = 23.6, berarti sampel tersebut memiliki status gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT dan LILA berada diatas ambang batas standar pengukuran.

2. Sampel Kedua memiliki IMT = 19. 5, berarti sampel tersebut memiliki status gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT berada diatas ambang batas standar pengukuran.

3. Sampel Ketiga memiliki IMT = 18. 07 dan LILA = 23,5, berarti sampel tersebut memiliki status gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT dan LILA berada diatas ambang batas standar pengukuran.

4. Sampel Keempat memiliki IMT = 16.01 dan LILA = 22.7, berarti sampel tersebut memiliki status gizi kurus tingkat berat karena hasil pengukuran IMT dan LILA berada dibawah ambang batas standar pengukuran.

5. Sampel Kelima memiliki IMT = 23.3 dan LILA = 23.7, berarti sampel tersebut memiliki status gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT dan LILA berada diatas ambang batas standar pengukuran.

6. Sampel Keenam memiliki IMT = 15.9, berarti sampel tersebut memiliki status gizi kurus tingkat berat karena hasil pengukuran IMT berada dibawah ambang batas standar pengukuran.

7. Sampel Ketujuh memiliki IMT = 17, berarti sampel tersebut memiliki status gizi kurus tingkat ringan karena hasil pengukuran IMT berada dibawah ambang batas standar pengukuran.

8. Sampel Kedelapan memiliki IMT = 27.3 dan LILA = 24.1, berarti sampel tersebut memiliki status gizi gemuk tingkat berat karena hasil pengukuran IMT dan LILA melebihi ambang batas normal standar pengukuran.

(29)

10. Sampel Kesepuluh memiliki IMT = 20.1, berarti sampel tersebut memiliki status gizi yang normal karena hasil pengukuran IMT berada diatas ambang batas standar pengukuran.

Berdasarkan hasil pengukuran antropometri di atas dapat disimpulkan bahwa dari 10 orang remaja tersebut yang memiliki status gizi kurus tingkat berat sebanyak 2 orang, yang memiliki status gizi kurus tingkat ringan sebanyak 2 orang, yang memiliki status gizi normal sebanyak 5 orang, dan 1 orang yang memiliki status gizi gemuk tingkat berat.

B. Saran

1. Kepada praktikan disarankan lebih memperhatikan cara melakukan pengukuran tubuh atau antropometri statis lebih serius pada saat melakukan praktikum sehingga tidak terjadi kesalahan peda saat melakukan pengukuran antropometri statis.

Gambar

Tabel 2.1 : Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Tabel 2.2 : Ambang Batas Pengukuran LiLA

Referensi

Dokumen terkait

tabung reaksi menggunakan alat yang salah (ujung bolpoint) sehingga sampel mengalami kontaminasi dan diduga protein di dalamnya mengalami kerusakan. Berdasarkan uji biuret,

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan di perempatan sebelah Banjar Lantang bejuh, Sesetan tida melebihi Nilai Ambang Batas menurut Kepmenaker No.. Jadi

Berdasarkan data tersebut yaitu kelompok 7 memiliki sampel air kosan di Pondok Cina, kelompok 8 memiliki sampel air sumur di Beji, kelompok 9 memiliki sampel air sumur di Rumah

Dari hasil uji yang disajikan pada Tabel 1 semua kandungan logam yang terdapat pada limbah tailing bauksit sampel masih dibawah ambang batas baku mutu yang ditetapkan

presentasenya dibawah standar serta sampel MV-7, MV-6 dan MV-5 yang presentasenya yang mendekati ambang batas standar perlu dicampur dengan presentase senyawa Al

Dari data tersebut ternyata bahwa semua sampel pakan yang diambil pada lokasi peternakan dari 4 daerah pengambilan terdapat kandungan kadar Cd masih dibawah ambang batas

Hampir segala aspek usaha tani yang dilakukan oleh keempat.. petani memiliki kesamaan, seperti perlakuan-perlakuan dalam budidaya

Data observasi visual a sampel sebelum ditambahkan NaBH4 dan b sampel setelah ditambahkan NaBH4 Pada gambar 1.a dapat dilihat bahwa keempat sampel tersebut masih belum ada perubahan