• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA INDONESIA"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KUMPULAN LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

Disusun Oleh:

Nama : Hayyuning Pratiwi

NPM : E1G015080

Hari : Jumat

Jam : 10.00 WIB

Kelompok : 6 (Enam)

Prodi : Teknologi Industri Pertanian Fakultas : Pertanian

Ko-Ast : Juliawanto

Dosen : 1. Drs. Hasan Basri Daulay, MS 2. Dra. Devi Silsia, M.Si

3. Fitri Electrika Dewi S., STP, M.Sc

LABORATORIUM TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

(2)

ACARA 1

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti “yang paling utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 13%, nitrogen 16%, dan kadang kala sulfur serta fosfor 1-2%.Protein dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein adalah daging, telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan.Disamping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi apabila tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak. Praktikum kali ini membahas mengenai identifikasi protein dan asam amino yang melibatkan sampel – sampel dari bahan makanan yang lazim di konsumsi sehari – hari(Tim Penyusun, 2016).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Mengetahui unsur-unsur utama penyusun protein.

2. Membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari protein. 3. Membuktikan adanya asaam aamino bebas pada protein.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarnno, 1997).

Protein adalah molekul yang konformasinya dinamis dan dapat mengalami pelipatan (folding) dan penguraian dalam kisaran waktu milidetik, serta dapat mengalami pelipatan-penguraian ratusan atau ribuan kali selama hidupnya. Pelipatan membentuk keadaan asli tidak memerlukan pencarian yang melelahkan terhadap struktur yang mungkin terbentuk. Konsentrasi protein yang sangat tinggi di dalam sel juga dapat memengaruhi kinetika pelipatan protein (Murray, 2006).

Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya adalah gugus pada molekul unit pembangunan protein yang relatif sederhana dibangun dari rangkaian dasar yang sama, dari 20 asam amino mempunyai rantai samping yang khusus, yang berikatan kovalen dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang khusus yang memberikan sifat kimia masing-masing individu, kelompok 20 unit pembangunan ini dapat dianggap sebagai abjad struktur protein (Lehninger, 1996).

Berat molekul protein bias mencapai empat puluh juta; bandingkan dengan berat molekul glukosa yang besarnya 180. Jenis protein sangat banyak, mungkin sampai 1010-1012. Ini dapat dibayangkan bila diketahui bahwa protein terdiri atas

sekian kombinasi berbagai jenis dan jumlah asam amino. Ada dua puluh jenis asam amino yang diketahui sampai sekarang yang terdiri atas asam amino esensial (asam amino yang tidak dapat dibuat tubuh dan harus di datangkan dari makanan) dan sebelas asam amino non esensial (Almatsier, 2010).

(5)

mengalami perubahan; mereka dapat kehilangan struktur sekunder, tersier, dan kuarternya sehingga aktivitas biologisnya juga hilang. Sebagian protein dapat dikembalikan ke bentuk aslinya, jika terdenaturasi tanpa harus menjadi insoluble (tidak dapat larut). Contoh setelah pemanasan ringan, protein dapat kembali ke bentuk aslinya jika kembali ke suhu normal. Perbedaan panas yang besar dapat menyebabkan denaturasi yang menetap. Putih telur (albumin) akan memadat dan menjadi insoluble jika dipanaskan. Suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menyebabkan koagulasi protein selular. Jika suhu tubuh naik sampai di atas 410C-420C, maka degenerasi sel, terutama di otak, mulai terjadi akibat

denaturasi protein (Sloane, 2004).

Protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan basa. Dengan larutan asam atau ph rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+, sehingga protein

bermuatan positif. Sebaliknya, dalam larutan basa gugus karboksilat bereaksi dengan ion OH-, sehingga protein bermuatan negatif. Adanya muatan pada

(6)

BAB III - Pereaksi Ninhidrin 0,1 % - HNO3

1. Memasukkan 1ml larutan telur kedalam cawan porselin. 2. Meletakkan kaca objek diatasnya , kemudian panaskan.

3. Memperhatikan adanya pengembunan pada gelas objek , yang menunjukkan adanya Hidrogen (H) dan Oksigen (O).

4. Mengambil gelas objek , lalu amati bau yang terjadi . bila tercium bau rambut terbakar, berarti mengandung unsur Nitrogen (N).

5. Bila terjadi pengarangan , berarti ada atom Karbon (K). 6. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain.

B. Uji adanya atom N

1. Memasukkan 1 ml larutan alnumin telur ke dalam tabung reaksi. 2. Menambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan.

3. Memerhatikan bau amonia yang terjadi

(7)

C. Uji adanya atom S

1. Memasukkan 1ml larutan alnumin telur ke dalam tabung reaksi. 2. Menambahkan 1ml NaOH 10% , kemudian panaskan.

3. Menambahkan 4 tetes larutan Pb- asetat 5%.

4. Bila larutan menghitam ,berarti PbS terbentuk. Kemudian tambahkan 4 tetes HCL pekat dengan hati hati.

5. Memerhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi. 6. Mengulangi percobaan menggunakan sampel yang lain.

D. Uji biuret

1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing- masing diisi dengan larutan albumin, kasein , ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2ml.

2. Menambahkan pada setiap tabung 1ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,5%.

3. Mencampurnya dengan baik. 4. Mengamati perubahan yang terjadi.

E. Uji Ninhidrin

1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing- masing diisi dengan larutan albumin, kasein , ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2ml.

2. Menambahkan pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin.

3. Kemudian memanaskan diatas penangas air hingga menidih selama 5 menit. 4. Mengamati perubahan warna yang terjadi.

F. Uji Xantroprotein

1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing- masing diisi dengan larutan albumin, kasein , ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2ml.

2. Menambahkan pada setiap tabung 1ml HNO3 pekat. Memerhatikan adanya

(8)

3. Kemudian memanaskan selama 1 menit dan amati terbentuknya warna kuning. 4. Selanjutnya mendinginkan di bawah air kran , lalu menambahkan NaOH 10%

setetes demi setetes melalui dingding tabung hingga teerbentuk lapisan.

5. Memerhatikan perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif bila pada peratasan antara protein dan NaOH terbentuk warna jingga.

G. Uji Millon

1. Menyediakan 4 tabung reaksi yang bersih, lalu masing- masing diisi dengan larutan albumin, kasein , ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2ml.

2. Menambahkan pada setiap tabung 1ml pereaksi millon.

3. Kemudian memanaskan campuran ini , mngkin terbentuk endapan kuning. 4. Selanjutnya mendinginkan di bawah air kran , lalu menambahkan 1 tetes

larutan NaNO2 1%.

(9)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

A. Uji adanya unsur C,H,O

NO Zat uji

3. Ekstrak daging / Kaldu (tidak diujikan)

1. Albumin / Putih telur + (tidak diujikan) 2. Kasein / Susu bubuk + (tidak diujikan) 3. Ekstrak daging / Kaldu - (tidak diujikan) 4. Ekstrak kacang hijau (tidak

diujikan) (tidak diujikan) C. Uji adanya atom S

NO Zat uji PbSHasil pengamatan (+/-)Belerang (S)

1. Albumin / Putih telur + +

2. Kasein / Susu bubuk + +

3. Ekstrak daging / Kaldu -

-4. Ekstrak kacang hijau -

-D. Uji biuret

NO Zat uji Hasil uji biuret Polipeptida (+/-)

(10)

2. Kasein / Susu bubuk Ungu + 3. Ekstrak daging / Kaldu orange -4. Ekstrak kacang hijau Kuning muda _

E. Uji Ninhidrin

NO Zat uji Hasil ninhidrin Asam amino bebas

(+/-)

1. Albumin / Putih telur

Mengandung senyawa prolin dan

hidroksil prolin, berwarna kuning

-2. Kasein / Susu bubuk

Tidak mengandung asam amino bebas, berwarna abu-abu

-3. Ekstrak daging / Kaldu

Tidak mengandung

NO Zat uji Hasil uji

(11)

4. Ekstrak kacang hijau

Penambahan HNO3

menjadi berwarna kuning

+

G. Uji Millon

NO Zat uji Hasil uji millon Torosin.

Triftofan (+/-)

1 Albumin/Putih telur Merah +

2 Kasein Merah +

3 Ekstrak daging Kuning pekat +

4 Ekstrak kacang hijau Kuning kemerahan +

4.2 Pembahasan

(12)

Pada percobaan asam amino dan protein dilakukan uji adanya unsur C,H,O dengan sampel-sampel tersebut. Pada sampel albumin (putih telur) didapati hasil pengamatan yakni adanya pengembunan yang menandakan positif terdapat unsur H dan O, ada pengarangan yang menandakan positif terdapat unsur C, dan ada bau rambut terbakar yang menandakan positif terdapat unsur N. Pada sampel kasein (susu bubuk) didapati hasil pengamatan adanya pengembunan dan bau rambut terbakar yang menandakan positif terdapat unsur H, O, dan N, tidak terjadi pengarangan yang menandakan negative terdapat unsur C. Pada sampel ekstrak kaldu daging tidak dilaksanakan pengujian, namun berdasarkan literature yang ada, kaldu daging positif mengandung unsur H, O, C, dan N. Pada sampel ekstrak kacang hijau didapati hasil adanya pengembunan dan ada bau rambut terbakar yang menandakan positif terdapat unsur H, O, dan N, namun tidak ada pengarangan yang menandakan negative mengandung unsur C.

Untuk menguji adanya unsur N, sampel diuji dengan penambahan NaOH 10% pada tiap sampel dan mengguji dengan kertas lakmus merah. Namun pengujian sampel dengan kertas lakmus merah tidak dilaksanakan praktikum kali ini. Berdasarkan literature yang ada apabila pada sampel yang telah ditambahkan larutan NaOH jika terdapat bau amoniak maka otomatis kertas lakmus merah akan menjadi biru saat di uji pada sampel yang menandakan sampel positif mengandung atom N. Pada sampel albumin(putih telur) didapati hasil pengamatan terdapat bau amoniak. Pada sampel kasein (susu bubuk) juga terdapat bau amoniak. Sedangkan pada sampel ekstrak kaldu daging tidak ada bau amoniak.Padasampel ekstrak kacang hijau didapati juga bau amoniak.Albumin, kasein, dan ekstrak kacang hijau positif mengandung atom N.

(13)

menandakan sampel negative terkandung atom S. Pada sampel ekstrak kacang hijau, perubahan warna yang terjadi tidak menghitam melainkan menjadi berwarna kuning dan juga tidak tercium bau belerang yang menandakan bahwa sampel negative terkandung atom S.

Untuk uji biuret, reaksi positif ditandai dengan perubahan sampel menjadi berwarna keunguan setelah penambahan NaOH dan 3 tetes CuSO4. Pada sampel

albumin (putih telur) dan kasein (susu bubuk) didapati perubahan warna menjadi ungu yang menandakan terjadi reaksi positif hasil uji biuret dan positif polipeptida. Sedangkan pada sampel ekstrak kaldu dagingdan ekstrak kacang hijau peruahan warna menjadi orange dan kuning muda yang manandai negative terjadi reaksi biuret dan negative polipeptida.

Pada uji Ninhidrin, semua asam amino atau peptide yang mengandung asam alfa amino bebas akan bereaksi dengan pereaksi ninhidrin. Reaksi dikatakan positif apabila pada sampel terjadi perubahan warna menjadi biru.Pada pengujian sampel albumin (putih telur) terbentuk warna kuning yang menandakan sampel mengandung prolin dan hidroksi prolin dan tidak mengandung asam amino bebas. Pada ekstrak kaldu daging,ekstrak kacang hijau ,dan kasein(susu sapi)mengalami perubahan warna abu-abu keunguan yang meandakan tidak adanya asam amino bebas yang terkandung.

Pada uji xantroprotein akan di uji dengan penambahan HNO3 pekat dan

penambahan NaOH 10% serta dilakukan pemanasan pada sampel. Reaksi positif bila terbentuk warna kuning pada sampel.Pada keempat sapel, hasil uji Xantoprotein menunjukan terjadinya reaksi positif karena pada keempat sampel terrjadi perubahan warna menjadi kuning.Berdasarkan literature, warna kuning yang terjadi disebabkan karena terbentuknya suatu protein yang mengandung asam amino dengan inti benzene, misalnya tirosin, triptofan, dan fenil alanine.

Pada uji Millon sampel akan diuji dengan pereaksi Millon. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan kuning yang terbentukserta jika ditambah NaNO2 1% akan menjadi merah. Pada keempat sampel setelah ditetes pereaksi

Millon, terbentuk endapan berwana kuning, dan setelah penambahan larutan NaNO21% terbentuk perubahan warna merah pada sampel albumin dan kasein,

(14)

pada sampel kaldu daging. Warna merah yang terbentuk menandakan protein positif mengandung tirosin, triptofan, dan fenil alanine.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Unsur penyusun utama protein adalah unsur karbon (C), Nitrogen (N), Hidrogen (H), Oksigen (O), dan Belerang (S).

(15)

4. Asam amino tirosin,triftofan, dan fenil alanine yang terdapat pada protein dapat dibuktikan dengan uji xantoprotein dan uji millon.

5.2 Saran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Lehninger, A. 1988. Dasar-dasar Biokimia, Terjemahan Maggy Thenawidjaya.

Jakarta : Erlangga.

Murray, R. K., dkk. 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Sloane, E. 2004. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Biokimia. Bengkulu: Laboratorium Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, UNIB.

(17)

JAWABAN PERTANYAAN

1. Jelaskan apa yang di maksud dengan asam amino alfa dan ikatan peptida ! Jawab :

 Asam amino alfa adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugusfungsionalkarboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam

biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α).

 Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atomkarbon pada gugus karboksil suatu molekul berbagi elektron dengan atom nitrogen pada gugus amina molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi, hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap panjang gelombang 190-230 nm.

2. Jelaskan Perbedaan polipeptida dan protein ! Jawab :

Polipeptida merupakan rangkaian asam amino . Polipeptida dibentuk menjadi protein structural dan fungsional sel. Sedangkan, protein merupakan komponenenutama semua sel hidup yang berfungsi sebgai pembentuk struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim dam lain-lain.

3. Apakah reaksi Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatis !

Jawab :

(18)

4. Tulis klasifikasi asam amino beserta anggotanya ! Jawab :

 Diklasifikasikan berdasar gugus R (rantai samping)

• Biasanya sifat-sifat seperti: hidrofobik/hidrofilik, polar/non polar, ada/tidaknya gugus terionisasi

- Asam amino non polar

 Memiliki gugus R alifatik

• Glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin

• Bersifat hidrofobik. Semakin hidrofobik suatu a.a spt Ile (I) à biasa terdapat di bagian dlm protein.

• Prolin berbeda dgn a.a à siklis. Tapi mempunyai byk kesamaan sifat dgn kelompok alifatis ini.

• Umum terdapat pada protein yang berinteraksi dengan lipid

- Asam amino polar

 Memiliki gugus R yang tidak bermuatan

• Serin , threonin, sistein, metionin, asparagin, glutamin • Bersifat hidrofilik à mudah larut dalam air

• Cenderung terdapat di bagian luar protein

• Sistein berbeda dgn yg lain, karena ggs R terionisasi pada pH tinggi (pH = 8.3) sehingga dapat mengalami oksidasi dengan sistein membentuk ikatan disulfide

• (-S-S-) à sistin (tdk tmsk dlm a.a. standar karena selalu tjd dari 2 buah molekul sistein dan tidak dikode oleh DNA)

 Asam amino dengan gugus R aromatik • Fenilalanin, tirosin dan triptofan • Bersifat relatif non polar à hidrofobik

• Fenilalanin bersama dgn V, L & I à a.a plg hidrofobik • Tirosin à gugus hidroksil , triptofan à cincin indol

• Sehingga mampu membentuk ikatan hidrogen à penting untuk menentukan struktur ensim

(19)

 Asam amino dengan gugus R bermuatan positif • Lisin, arginin, dan histidin

• Mempunyai gugus yg bsft basa pd rantai sampingnya

• Bersifat polar à terletak di permukaan protein dapat mengikat air.

• Histidin mempunyai muatan mendekati netral (pd gugus imidazol) dibanding

– lisin à gugus amino

– arginin à gugus guanidino

• Krn histidin dpt terionisasi pada pH mendekati pH fisioligis à sering berperan dlm reaksi ensimatis yg melibatkan pertukaran proton

Asam amino dengan gugus R bermuatan negatif • Aspartat dan glutamat

• Mempunyai gugus karboksil pada rantai sampingnya à bermuatan (-) / pada pH 7

- Asam amino non standar

• Merupakan asam amino diluar 20 mcm as. Amino standar

• Terjadi karena modifikasi yang terjadi setelah suatu asam amino standar menjadi protein.

(20)

ACARA 2

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Protein merupakan salah satu unsur terpenting penyusun makhluk hidup. Seperti halnya unsur lainnya seperti karbohidrat, protein juga memiliki sifat dan fungsi. Sifat-sifat dan fungsi protein ditentukan oleh jenis dan urutan asam amino. Beberapa fungsi utama protein dalam organisme kehidupan antara lain; sebagai bahan penyusun selaput sel dan dinding sel, jaringan pengikat, pembentuk membran sel, mengangkut molekul-molekul lain (hemoglobin) dan sebagai zat antibodi. Sementara sifat fisiko kimia protein berbeda satu sama lain, tergantung pada jenis dan komposisi asam amino penyusunnya. Sebagian besar protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk disperse koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membrane semipermeable. Protein juga bersifat amfoter yakni dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Dan semua protein tidak dapat larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, atau benzene. Praktikum kali ini akan mengamati dan membahas uji kelarutan dan pengendapan protein (Tim Penyusun, 2016).

1.2 TujuanPercobaan

1. Mengetahui daya larut protein terhadap pelarut tertentu.

2. Mengetahui pengaruh larutan garam konsentrasi tinggi terhadap sifat kelarutan protein.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan makromolekul turunan polipeptida. Protein mempunyai molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan (g/mol). Protein tersusun dari atom – atom C, H, O dan N di tambah dengan beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis protein ( Tim Penyusun, 2016 ).

Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dn pengatur. Protein adlaah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-umsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).

Asam amino dan protein secara umum mempunyai sifat-sifat fisik yang sama.Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yangbiasa dijumpai pada protein. Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiapmolekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai strukturion dipolar. Sebagai contoh adalahreaksi asetilasi dan esterifikasi (Girindra, 1993).

(23)

Protein ialah polimer alami yang terdiri dari sejumlah unit asam amino (amino acid) yang berikatan satu dengan lainnya lewat ikatan amina (atau peptida). Jaring laba-laba, bulu hewan dan otot, putih telur, dan hemoglobin (molekul yang mengangkut oksigen dalam tubuh ke tempat yanag memerlukan) ialah protein. Peptida ialah oligomer dari asam amino yang memainkan peran penting dalam banyak proses biologis. Contohnya, peptide hormone insulin mengatur kadar gula darah, bradikinin mengatur tekanan darah, dan oksitosin meregulasi kontraksi uterus dan laktasi. Jadi, protein, pepetida, dan asam amino merupakan bahan yang penting bagi struktur, fungsi, dan reproduksi makhluk hidup (Haryanto, 2004).

Dalam sebuah molekul protein rantai polipeptida memiliki satu konformasi yang sudah tertentu pada suhu dan pH normal. Konformasi ini disebut konformasi asli, sangat stabil sehingga memungkinkan protein biasa diisolasi dalam konformasi aslinya itu. Dalam struktur protein, tulang rangka dari rantai peptida terdiri dari sebuah seri bidang datar kaku yang dipisahkan oleh gugus – CHR-. Struktur dari sebuah protein dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ikatan peptida yang terletak pada satu bidang datar, rotasi sumbu Cα¬-N dan rotasi Cα-C dan gugus –R yang berupa bagian dari asam amino polar, polar tanpa muatan dan bermuatan negatif atau positif (Robert, 1986).

(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

- Alat yang digunakan: - Bahan yang di gunalkan:

 Tabung reaksi - Larutan NaOH 40%

 Rak tabung reaksi - Larutan HCL 10%

 Pipet ukur - Aquades

 Pipet tetes - Larutan (NH4)2SO4Jenuh

1. Menyediakan 5 tabung reaksi, mengisi masing – masing tabung dengan : Aquadest, HCl 10%, NaOH 40%, Alkohol 96%, dan Kloform sebanyak 1 ml.

2. Menambahkan 2 ml larutan albumin telur pada setiap tabung reaksi. 3. Mengocok dengan kuat, kemudian mengamati sifat kelarutannya. B. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam

1. Menyediakan 5 buah tabung reaksi, mengisi masing – masing tabung dengan 2 ml albumin telur.

2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut turut ditambahkan larutan NaCL 5%, BaCl2 5%, CaCl2 5%, MgSO4 5%,dan (NH4)2 Jenuh Setetes demi setetses

(25)

3. Selanjutanya menambahkakan kembali larutan garam secara berlebihan. 4. Mengocok tabung reaksi tersebut, kemudian mengamati perubahan yang

terjadi.

C. Uji Endapan Protein Dengan Logam Dan Asam Organik

1. Menyediakan 5 buah tabung reaksi, mengisi masing – masing tabung dengan 2 ml albumin telur.

2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut turut ditambahkan 10 tetes larutan asam trikloroasetat 10%, asam sulfosasilat 5%, CuSO4 5%, HgCl2 5%, dan

Pb-Asetat 5%.

3. Mengocok setiap tabung dan mengamati perubahan yang terjadi. D. Denaturasi Protein

1. Menuangkan 3 ml albumin telur ke dalam tabung reaksi.

2. Memanaskan sampai mendidih selama beberapa menit dengan api kecil. 3. Mengamati apa yang terjadi.

E. Uji Kelarutan Protein

1. Menyediakan 5 tabung reaksi, mengisi masing – masing tabung dengan : Aquadest, HCl 10%, NaOH 40%, Alkohol 96%, dan Kloform sebanyak 1 ml.

2. Menambahkan 2 ml larutan kasein pada setiap tabung reaksi. 3. Mengocok dengan kuat, kemudian mengamati sifat kelarutannya.

F. Uji Pengendapan Protein Dengan Garam

1. Menyediakan 5 buah tabung reaksi, mengisi masing – masing tabung dengan 2 ml kasein.

2. Pada tabung 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut turut ditambahkan larutan NaCL 5%, BaCl2 5%, CaCl2 5%, MgSO4 5%,dan (NH4)2 Jenuh Setetes demi

setetses sampai timbul endapan.

3. Selanjutanya menambahkakan kembali larutan garam secara berlebihan.

(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HasilPengamatan A.Uji Kelarutan Protein

Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung3 Tabung 4 Tabung 5 Albumin

B. Uji Pengendapan Protein dengan Garam

Bahan Tabung

1

Tabung 2

Tabung3 Tabung4 Tabung5

Albumintelur 2ml 2ml 2ml 2ml 2ml

NaCl 5% Berlebih

C. Uji Pengendapan Protein dengan Logam dan Organik

Bahan Tabung

(27)

TCA 100% 10 tetes

Bahan uji dan perlakuan Pengamatan

Albumin telur dipanaskan Dari yg cair menjadi padat, dan terdapat endapan.

Kasein Tidak ada endapan.

Ekstrak Kaldu Daging Tidak ada endapan. Ekstrak Kacang Hijau Tidak ada endapan.

E. Uji Kelarutan Protein

Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung3 Tabung 4 Tabung 5

Kasein 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml 2 ml

F. Uji Pengendapan Protein dengan Garam

Bahan Tabung

1

Tabung 2

Tabung3 Tabung4 Tabung5

Kasein 2ml 2ml 2ml 2ml 2ml

NaCl 5% Berlebih

BaCl2 5% Berlebih

(28)

MgSO4 5% Berlebih

Praktikum kali ini mengamati mengenai uji kelarutan dan pengendapan protein dengan sampel albumin telur sebagai protein murni dan beberapa jenis protein yang diekstrak. Terdapat empat garis besar pengujian yang dilakukan yakni uji kelarutan protein dengan sampel albumin telur dan kasein susu bertujuan untuk mengetahui adanya protein berdasar sifat kelarutannya, uji pengendapan protein dengan garam dengan sampel serupa bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya protein yang mengendap, uji pengendapan protein dengan logam dan asam organik dengan sampel albumin telur, dan uji denaturasi protein dengan sampel albumin telur, kasein susu, ekstrak kacang hijau dan ekstrak kaldu daging juga bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya protein yang mengendap.

Pada uji kelarutan protein dengan sampel albumin telur diberikan penambahan ke masing masing tabung berisi albumin telur tersebut berurutan larutan aquadest, asam klorida 10%, natrium hidroksida 40%, alcohol 96%, dan hasilnya pada penambahan akuadest sampel tidak larut dan warnanya tetap. Pada penambahan asam klorida sampel larut dan berwarna putih, pada penambahan natrium hidroksida sampel larut dan berwarna putih, pada penambahan alcohol sampel larut dan bening, penambahan kloroform tidak di uji. Sedangkan dengan sampel Kasein, penambahan seluruh larutan di masing-masing tabung tidak mengalami kelarutan yang disebabkan karena kasein yang digunakan bukan kasein susu murni melainkan ekstrak kasein susu bubuk, jadi kelarutan protein tidak dapat teridentifikasi.

(29)

dengan penambahan NaCl terdapat sedikit endapan begitu juga dengan penambahan BaCl2 dan CaCl2 menghasilkan sedikit endapan. Sedangkan pada

penambahan MgSO4 pada sampel tidak didapati adanya endapan. Pada

penambahan (NH4)2SO4 jenuh didapati banyak endapan. Hasil ini sesuai dengan

literature yang ada pada buku penuntun praktikum yakni semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ion pelarutnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein. Sedangkan pada sampel kasein susu sapi yang ditambahkan larutan serupa pada tiap tabungnya hasilnya seluruhnya terdapat endapan, namun endapan yang dihasilkan bukan karena protein terpisah, namun karena endapan yang dihasilkan merupakan zat lain selain protein lantaran sampel kasein tersebut bukan kasein murni(susu bubuk) yang telah banyak diekstrak.

Pada uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic digunakan sampel albumin telur yang diberi penambahan pada masing masing sampel yakni 10 tetes TCA, asam sulfosalisilat, CuSO4, HgCl2, dan Pb-asetat. Sampel dengan

penambahan TCA dan asam sulfosalisilat tidak dilakukan pengujian. Pada sampel dengan penambahan CuSO4 menghasilkan warna biru muda dan terdapat

endapan. Penambahan HgCl2 pada sampel menyebabkan adanya endapan dan

berwarna putih, sedangkan pada penambahan Pb-asetat pada sampel tidak mengakibatkan adanya endapan dan berwarna putih.

(30)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Sebagian besar protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk dispersi koloida dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui membran semipermeable. Dan protein bersifat amforter yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Namun protein tidak dapat larut dalam pelarut organik. Seperti eter, kloroform, atau benzena.

2. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan ion pelarutnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein.

3. Penambahan asam organic pada protein menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut dan menyebabkan protein tidak larut, penambahan logam berat menyebabkan protein berdenaturasi irreversible yang menyebabkan protein juga mudah mengendap.

5.2 Saran

(31)

PERTANYAAN

1. Jelaskan mengapa dengan penambahan garam berkonsentrasi tinggi kelarutan protein menjadi berkurang, sehingga dapat mengendap!

2. Pada percobaan manakah garamnya lebih efektif untuk mengendapkan protein?

Mengapa?

3. Jelaskan mengapa susu atau putih telur dapat digunakan sebagai antibodi pada keracunan logam-logam berat?

JAWABAN

1. Pengendapan yang terjadi dikarenakan penambahan garam yang berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan terjadi dehidrasi protein atau sering dikenal dengan kehilangan air, sehingga proses dehidrasi ini molekul protein yang mempunyai kelarutan paling kecil akan mudah mengendap.

2. Pada percobaan CaCl2 dan BaCl2 yang lebih efektif mengendapkan

protein. Karena jumlah endapan yang dihasilkan lebih banyak dan waktu yang dibutuhkan relatif sama dari pada percobaan yang lain.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Girindra. 1993. Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai. Surabaya: Buletin Tekhnik Pertanian

Hart,H. 1990. KIMIA ORGANIK, alih bahasa: Sumanir Ahmadi. Jakarta: Erlangga

Haryanto.2004. Penuntun Praktikum Biokimia. Samarinda: Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakutas Pertanian, Universitas Mulawarman Ngili. 2001. Acuan Pelajaran Kimia SMU Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Robert. 1986. Biokimia . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 66 Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Biokimia. Bengkulu: Universitas

Bengkulu

(33)

ACARA 3

(34)

BAB I PENDAHULUAN 1.3 LatarBelakang

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu, kasein (protein susu, dan laktosa (karbohidrat susu). Protein dalam susu mencapai 3,25%. Struktur primer terdiri dari rantai polipeptida dari asam-asam amino yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptida linkages). Protein juga memiliki pH isoelektrik tertentu. pH isoelektrik merupakan suati nilai pH dimana jumlah muatan listrik positif sama dengan muatan negatifnya. Pada pH tersebut, protein tidak bermuatan positif maupun negatif, sehingga dapat membentuk agregat (gumpalan-gumpalan yang keruh) dan mengendap, karena sebagian protein menunjukkan kelarutan yang minimal pada pH isolektriknya. Sifat inilah yang akan digunakan untuk memisahkan atau mengisolasi kasein dari susu. Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein. Kasein merupakan komponen terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein dapat diendapkan oleh asam, enzim rennet, dan alkohol. Selain penambahan asam, pengendapan kasein susu juga dilakukan dengan penambahan renin, yaitu suatu enzim proteolitik yang diperoleh dari induk sapi betina. (Tim Penyusun, 2016)

1.4 TujuanPercobaan

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Susu terdiri dari tiga komponen utama yaitu air, lemak dan protein. Disamping itu susu adalah bahan makanan yang sempurna karena mengandung protein, lemak, karbohidrat (laktosa), vitamin, dan garam anorganik. Dalam susu terdapat fosfat baik sebagai protein maupun sebagai ion posfat anoorganik. Kesegaran susu dapat ditandai dengan masih aktifnya enzim-enzim yang terdapat didalamnya, diantaranya amylase, lipase, peroksidase, katalase, dan sebagainya (Tim Penyusun, 2001).

Protein susu memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein. Kasein merupakan komponen terbesar dalam susu dan sisanya berupa whey protein. kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, beta casein, dan kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang melimpah dalam susu bersama dengan lemak dan laktosa. Kasein merupakan protein konjugasi antara protein dengan fosfat membentuk fosfoprotein. Kasein berupa serbuk amorf warna putih (Shiddieqy, 2004).

Kasein berasal dari bahasa latin yaitu Caseine yang berasal dari kata Caesus yaitu keju. Kasein adalah zat yang digunakan sebagai stabilisator emulsi air susu. Kasein merupakan proteida fosfor yang dijumpai dalam endapan koloida air susu. Kasein merupakan hasil pengolahan susu yang larut dalam larutan alkali dan asam pekat, mengendap dalam asam lemak serta tidak larut dalam air (Silalahi, 2006).

Dalam kasein tidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan

mengandung juga zat anorganil seperti kalsium, fosfor, dan magnesium. Dalam keadaan murni, kasein berwarna putih seperti salju, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa yang khas. Kasein murni tidak larut dalam air dingin dan garam netral. Kasein terdispersi dalam air panas, basa, dan garam basa seperti natrium asetat, dan natrium oksalat( Aisyah, 1993).

(36)
(37)

BAB III

1. Menyiapkan selembar kertas saring.

2. Dipanaskan dalam oven pada temperatur 105°C.

3. Setelah kandungan air pada kertas saring habis, dimasukkan kertas saring tersebut dalam desikator, hingga mencapai suhu kamar.

4. Ditimbang kertas saring tersebut, dicatat hasilnya. B. Pemisahan Kasein

1. Kedalam gelas piala dimasukkan 50 ml susu sapi segar, selanjutnya dipanaskan sampai temperatur 40°C.

2. Asam asetat glasial ditambahkan setetes demi setetes sambil mengaduknya sehingga semua kasein mengendap.

3. Selanjutnya suspensi tersebut didinginkkan pada suhu kamar. Selanjutnya lakukan penyaringan.

4. Hasil endapan dicuci beberapa kali dengan menggunakan aquades dan selanjutnya ditambahkan 30 ml etanol.

5. Endapan yang di dapat dicuci dengan menggunakan campuran etanol-eter (1:1)

(38)

7. Kertas saring yang berisi bubuk dipindahkan ke kaca arloji dan dibiarkan bagian eternya menguap.

8. Melakukan penimbangan kasein dan menghitung rendemen dari kasein tersebut.

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Uraian Bobot (dalam gram )

1 Bobot kertas saring mula – mula (a) 1,890 2 Bobot kertas saring + kasein (b) 9,812 3 Bobot kasein = (b) - (a) = (c) 7,922

4 Rendemen kasein = 2 (c) / 100 ml sampel 15,844gr/100ml sampel

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan praktikum pemisahan kasein dari susu sapi. Bahan yang digunakan adalah susu cair. Metoda yang dilakukan dalam percobaan pemisahan kasein dari susu sapi adalah dengan cara pengasaman yaitu dengan menambahkan asam asetat glacial.

Dari percobaan yang telah kami lakukan yaitu pemanasan, pengasaman, penyaringan dan pemurnian kasein. Didapat bahwa jumlah kasein yang ada pada 50 ml susu adalah 7,922 gram. Langkah-langkah yang kami lakukan yakni Pemanasan kasein 40°C. Pemanasan hanya dilakukan sampai 40°C, bertujuan agar kandungan air susu seperti tritofan, serina, dan treonina tidak rusak. Pada Pengasaman dilakukan dengan asam asetat yang bertujuan untuk mengendapkan kasein yang terdapat pada susu sapi, sehingga kasein dapat dengan mudah dipisahkan dengan air susu. Lalu proses Penyaringan, Penyaringan dilakukan dengan tujuan memisahkan kasein dengan air susu dengan pemisahan berdasarkan ukuran. KemudianPemurnian kasein. Pemurnian kasein dilakukan dengan penambahan alkohol 95% yang bertujuan untuk memurnikan kasein yang diperoleh dari komponen-komponen susu yang lain.

Bobotkaseindankertassaring yang

adadimasukankedalamperhitunganrumus mencari rendemenkaseinsusuyakni 2(c)/ 100 ml, karena sampel susu segar yang di gunakan hanya 50 ml. Sehingga bobot sampel kasein harus di kali 2.Jadirendemenkasein yang kami dapatadalah15,844gr/100ml sampel.

(40)

dapatkanberbedajauhkarenabesarkemungkinanlangkah-langkahpemurniantidaksepenuhnyamurni, atau yang terpisahbukanhanyaakaseinnamunzat-zat lain yang ikutterdispersi. Susu yang kami gunakanjugabukanmerupakansusumurnimelainkansusudalamkemasan. Kesalahandalampercobaandapatterjadijugakarenakelalaianmatadalammelihatalat-alatukursepertigelasukur, neracaanalitik, stopwatch, hingga thermometer.

(41)

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah diujikan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Kasein dapat diisolasi dengan cara hidrolisis kimiawi, baik denganpengasaman, penambahan basa maupun enzim secara sempurna. 2. Rendemenkasein yang didapatadalah15,844gr / 100ml sampelsusucair.

5.2 Saran

(42)

JAWABAN PERTANYAAN

1.Jelaskan prinsip pemisahan kasein...? Jawab :

Dalam prinsip pemisahan kasein yang pertama menyediakan serta kertas saring sudah di timbang,dan memasukan susu sapi segar setelah itu di campur setetes demi tetes asam asetat glasial di aduk sampai merata,sehingga tunggu samapi kasein nya mengendap.

2.Jelaskan tujuan pencucian dengan etanol dan eter dari endapan kasein yang di peroleh tersebut...?

Jawab :

Tujuan dari pencucian tersebut,agar endapan kasein yang di peroleh menjadi endapan kasein yang sudah total dan bersih,sehingga endapan kasein yang di peroleh dicuci dengan larutan etanol dan larutan eter menghasilkan kasein yang bewarna putih.yang disebut rendemen kasein.

3.Faktor apakah yang mempengaruhi rendemen kasein...? Jawab :

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, G. 1993. Biokimia I. Jakarta : Gramedia

Pudjianti, Anna. 1999. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press

Silalahi, Jansen.2006.Makanan Fungsional.Kanisius. Jogjakarta: UGM Press Shiddieqy. 2004.Biokimia Untuk Universitas.Jakarta : UI Press

Tim Penyusun. 2001. Petunjuk Praktikum Biokimia. P.MIPA : UNS Press Tim Penyusun. 2016. PenuntunPraktikumBiokimia. Bengkulu: Jurusan

(44)

ACARA 4

(45)

BAB I PENDAHULUAN

1.5 LatarBelakang

Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia yaitu, karbohidrat, protein, dan lemak atau lipid. Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat dalarn alam. Dalam tahun 1880-an disadari bahwa gagasan "hidrat dari karbon" merupakan gagasan yang salah dan karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida dan keton atau turunan mereka. Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran molekulnya, diantaranya monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.Untukmengetahuiadanyakarbohidratdalamsuatubahanmakakitaperlu melakukanidentifikasipadabahanitusendiri.Denganmelakukanpembuktianadanyap olisakarida,dansebagainya(Tim Penyusun, 2016).

1.6 TujuanPercobaan

1. Mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam suatu bahan. 2. Membedakan antara monosakarida dan disakarida. 3. Membuktikan adanya polisakarida.

(46)

BAB II deoksiribosa, deoksiheksosa dan lain- lain Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur Karbon (C), Hydrogen (H), dan Oksigen (O). Perbandingan antara hydrogen dan oksigen pada umumnya adalah 2:1 seperti halnya dalam air; oleh karena itu diberi nama karbohidrat. Dalam bentuk sederhana, formula umum karbohidrat adalah CnH2nOn. Biomolekul karbohidrat merupakan golongan utama

bahan organik, dan ditemukan pada semua bagian sel, terutama pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan paling banyak mengandung karbohidrat, 50-80% bobot kering sel yaitu karbohidrat selulosa. Karbohidrat juga merupakan komponen gizi utama bahan makanan yang berenergi lebih tinggi dari biomolekul lain. Satu makromolekul karbohidrat adalah satu polimer alam yang dibangun oleh monomer polisakarida. Kedudukan karbohidrat sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya mengubah karbohirat (glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida untuk menghasilkan energi (Jalip, 2008).

(47)

misalnya mengubah karbohirat (glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida untuk menghasilkan energi (Hawab, 2004).

Monosakarida adalah monomer gula atau gula yang tersusun dari satu molekul gula berdasarkan letak gugus karbonilnya monosakarida dibedakan menjadi aldosa dan ketosa. Sedang kan menurut jumlah atomnya dibedakan menjadi triosa , tetrosa, dll. Monosakarida yang mengandung gugus aldehid dan gugus keton dapat mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti ferrisianida, hidrogen peroksida dan ion cupro. Pada reaksi ini gula direduksi pada gugus karbonilnya oleh senyawa pengoksidasi reduksi. Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mareduksi. Sifat mereduksi ini disebabkan adanya gugus hidroksi yang bebas dan reaktif (Poedjiyadi,2006).

Polisakarida adalah polimer yang tersusun oleh lebih dari lima belas monomer gula. Dibedakan menjadi dua yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida. Monosakarida dan disakarida mempunyai rasa manis, sehingga disebut dengan "gula". Rasa manis ini disebabkan karena gugus hidroksilnya,. Sedangkan Polisakarida tidak terasa manis karena molekulnya yang terlalu besar tidak dapat dirasa oleh indera pengecap dalam lidah (Sumardjo,2006).

Berdasarkan gugus fungsinya KH dikelompokkan menjadi:

a. Aldosa, adalah KH yang memiliki gugus fungsi aldehid pada atom C terminal CH=O

b. Ketosa adalah KH yang memiliki gugus fungsi keton pada atom C kedua =O

Berdasar kompleksitasnya, dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu 1. Monosakarida; karbohidrat tunggal

2. Oligosakarida; karbohidrat yg tersusun dari beberapa(6 - 8) monosakarida 3. Polisakarida; karbohidrat yang tersusun dari lebih dari 10 monosakarida

(48)

BAB III

1. Memasukkan 15 tetes larutan uji kedalam tabung reaksi.

2. Menambahkan 3 tetes pereaksi Molisch. Diaduk sampai homogen.

3. Memiringkan tabung reaksi, lalu dialirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4

pekat melalui dinding tabung agar tidak bercampur.

Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada bata antara kedua lapisan.

3.2.2 Uji Iodium

1. Memasukkan 3 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi atau porselin tetes.

2. Menambahkan 2 tetes larutan Iodium. 3. Mengmati warna spesifik yang terbentuk. 3.2.3Uji Benedict

1. Memasukkan dalam tabung reaksi 5 tetes larutan uji dan 15 tetes pereaksi Benedict. Dicampur dengan baik.

2. Mendidihkan diatas api kecil selama 2 menit atau dimasukkan diatas penangas air mendidih selama 5 menit.

Bahan sukrosa, fruktosa, desktrin, laktosa, maltosa, galaktosa, glukosa, arabinosa ) masing-masing konsentrasi 1%.

(49)

3. Didiginkan perlahan-lahan.

4. Memperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.

(50)
(51)

Arabinosa 1%

Terbentukendapanberwarnamerahbata

+

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, dilakukan praktikum identifikasiKarbohidratdenganberbagaimacamuji yang ada. Uji – ujitersebutdiantaranyaujimolisch, ujiiodium, danuji benedict.Tujuantuuanpercobaankaliinidiantaranyajugauntukmengetahuiperbedaandar imonosakaridadandisakarida, mengetahuiadanyapolisakarida, danmengetahuiadanyagula.Adapunsampel yang digunakan pada setiap uji kali ini adalah larutan amilum 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, fruktosa 1%,glukosa 1% dan arabinosa 1%.

Pada uji Molisch, semua larutan ditambahkan peraksi molisch dan diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4 pekatkedalam setiap tabung

dengan hati-hati. Namun praktikan tidak berhasil melakukan percobaan uji molisch ini karena H2SO4 yang digunakan bukan H2SO4 pekat. Tetapi menurut

sumber yang ada, maltosa, glukosa, dan arabinosa mengandung karbohidrat yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu jika direaksikan dengan pereaksi molisch lalu ditambah H2SO4 pekat.

Pada uji Iodium, semua sampel akan ditambahkan peraksi Iodium.Percobaan ini tidak berhasilkarenaadanyakendala yang dilakukanpraktikan. Namun menurut sumber yang ada,maltosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa mengandung karbohidrat.

(52)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Padapengujiankarbohidratpadaujimolisch, hasil yang menunjukkanbahwalarutanpositifmengandungkarbohidratadalahpadasukro sa, maltosa, fruktosa, glukosadanarabinosa.

2. Monosakaridamerupakansenyawakarbohidrat yang paling sederhana yang tidakdapatdiuraikan/dihidrolisislagi.

(53)

3. Padaujiiniterbuktibahwaterbentuknyapolisakaridayaitupadaamilumdanfruk tosa.

4. Dalamuji benedict, yang terdapatgulapereduksiadalahpadasampelsukrosa, laktosa, fruktosa, glukosa, dan arabinosa.

5.2 Saran

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Hawab, HM. 2004.Pengantar Biokimia.Jakarta: Bayu Media Publishing. Jalip, IS. 2008. Praktikum Kimia Organik, Edisi ke-1. Jakarta: Laboratorium

Kimia Universitas Nasional.

Poedjiyadi, Anna dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

(55)

JAWABAN PERTANYAAN

1.Mengapaujimolischdisebutuji yang bukanspesifikuntukkarbonhidrat...? Jawab :

Pereaksimolisch yang terdiridari α-naftoldalamalkoholakanbereaksidengan furfural tersebutmembentuksenyawakompleksberwarnaungu yang disebabkanolehdayadehidrasiasamsulfatpekatterhadapkarbohidrat.

Ujitersebutbukanujispesifikuntukkarbohidrat, walalupunhasilreaksi yang

negatifmenunjukkanbahwalarutan yang

diperiksatidakmengandungkarbohidrat.Warnaungukemerah-merahanmenyatakanreaksipositif, sedangkanwarnahijauadalahnegatif.Glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltosa, danpatitermasuksenyawakarbohidrat yang seluruhnyamenghasilkancincinungukecoklatanpadareaksinyadenganpereaksiMolis ch.

2.Padauji benedict manakah yang menunjukanhasilnegatifdanmengapa...? Jawab :

Terdapathasilnegatifpada 1 % amilum yang

reaksinyabewarnabiru,Karenakurangnyakadargulapereduksi yang ada.

3.Jelaskanujilain yang dapatdigunakanuntukmembuktikanadanyagulapereduksi...? Jawab :

PadaujifehlingaldehidmereduksilaruTan fehlingmenghasilkanendapan Cu2O, yang berwarnakuningataumerah.

Padapati, sekalipunterdapatglukosarantaiterbukapadaujungrantaipolimer, namunkonsentrasinyasangatlahkecil,

(56)
(57)

ACARA 5

(58)

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Latar Belakang

Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia yaitu, karbohidrat, protein, dan lemak atau lipid. Karbohidrat sangat akrab dengan kehidupan manusia karena karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia, dan karbohidrat juga banyak macamnya. Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang di konsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya. Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai hasil hidrolisis bermacam jenis karbohidrat seperti sukrosa dan amilum atau pati (Tim Penyusun, 2016).

1.2 Tujuan Praktikum

(59)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang mengandung hidrogen dan oksigen yang secara empiris memiliki rumus Cx(H2O)y. Karbohidrat adalah polihidroksi dari aldehida atau keton Kelompok karbohidrat tersusun atas hidroksi aldehid, alkohol, asam berupa turun-turunannya dan beberapa komponen yang dapat dihidrolisis menjadi seperti gugusnya (Beran, 2000).

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang di konsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya. Jumlah monomernya, karbohidarat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu monosakarida, oligosakaraida, dan polisakarida (Winarno, 2008).

(60)

Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari – hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain misalnya dalam buah nanas dan dalm buah wortel. Dengan hidrolisi sukrosaakan terpecah dan menghasilkan glukosa dan fruktosa.Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekulglukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen (Tim Penyusun, 2016).

(61)

BAB III

3. Setelah didinginkan, kemudian di netralkan dengan NaOH 2% dan di uji dengan kertas lakmus.

4. Selanjutnya menguji dengan benedict. 5. Menyimpulkan hasil dari hidrolisis sukrosa. B. Hidrolisis Pati

1. 5 ml amilum 1% dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2,5 ml HCl.

2. Dicampurkan dengan baik, lalu dipanaskan dalam penangas air mendidih.

3. Setelah 3 menit, sampel diuji dengan iodium dengan mengambil 2 tetes larutan ditambahkan 2 tetes iodium dalam porselin tetes. Dicatat perubahan warna yang terjadi.

Bahan

(62)

4. Uji iodium dilakukan setiap 3 menit sampai hasil berwarna kuning pucat.

5. Kemudian dilanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi.

6. Setelah didinginkan, ambil 2ml larutan hasil hidrolisis. Lalu dinetralkan dengan NaOH 2%. Diuji dengan kertas lakmus.

(63)

BAB IV

Benedict Dari warna awal bening menjadi kuning pucat lalu dan setelah ditambahkan

Hasil akhir dengan uji benedict: Biru

(64)

perubahan warna bening menjadi kuning pekat, kuning pucat, hingga bening lagi pada praktikum.

4.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai hidrolisis karbohidrat yang bertujuan untuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa dan mengidentifikasi hasil hiidrolisis amilum atau pati. Pada hidrolisis sukrosa dilakukan percobaan dengan sampel sukrosa yang diberi penambahan asam klorida pekat. Dilakukan pula pemanasan pada larutan tersebut selama 30 menit. NaOH 2% ditambahkan guna penetralan larutan yang bersifat asam karna asam klorida pekat. Digunakan kertas lakmus guna penentu kenetralan larutan tersebut. kemudan dilakukan pengujian benedict guna mengetahui adanya gula pereduksi dalam suatu sample bahan. Hasil percobaan yang didapat menghasilkan warna akhir hijau muda dari warna awal bening kemudian kuning pucat setelah adanya pemanasan dan reaksi tersebut positif menghasilkan glukosa dan fruktosa. Pada literature yang ada, gula pereduksi memberikan uji positif dengan pereaksi benedict. Uji positif diperoleh apabila gula yang bentuk hemiasetal dan hemiketalnya berada dalam kesetimbangan dengan bentuk terbuka. Glukosa dan fruktosa termasuk dalam jenis gula pereduksi. Sedangkan sukrosa termasuk dalam jenis gula non pereduksi yang tidak memberikan uji positif karena struktur gula nonpereduksi berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya.

(65)

penambahan iodium dan suasana asam, serta homogen menjadi biru saat suasana netral.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Identifkasi hasil hidrolisis sukrosa dilakukan dengan uji Benedict menghasilkan hasil positif/(+) yang menandakan perubahan warna dari kuning pucat menjadi hijau muda yang berarti bahwa sukrosa terhidrolisis oleh asam dan pemanasan menjadi glukosa dan fruktosa.

2. Identifkasi hasil hidrolisis pati dilakukkan dengan uji iodium dan uji hidrolisis. Hidrolisis pati mampu mengubah polisakarida menjadi monosakaroda ( pati – glukosa ). Hal ini ditandai dengan perubahan warna bening menjadi kuning pekat, kuning pucat, hingga bening lagi pada praktikum.

5.2 Saran

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Beran, J.A. 2000. Chemistry in the Laboratory 2nd ed. NewYork: Jhon Willey and Sons Inc

Girindra, A.1993. Biokimia 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hermanto, S. 2012. Petunjuk Praktikum Biokimia 1. Jakarta : UIN Syahid

Lehninger. 1982 . Dasar - dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga. Tim Penyusun. 2016. PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Bengkulu: Jurusan

Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

(67)

JAWABAN PERTANYAAN

Soal pertanyaan :

1. Apa kegunaan uji benedict.saliwanof ,barfoed dalam percobaan hidrolisi sukrosa...?

2. Bagaimana cara mengetahui bahwa hidrolisis pati telah sempurna...?

3. Mengapa larutan hasil hidrolisis harus dinetralkan terlebih dahulu...?

Jawaban pertanyaan :

1. Kegunaan dari uji benedict, seliwanof dan berfoed pada pada pratikum biokimia dalam percobaan hidrolisis sukrosa, dapat di jelaskan setelah larutan sukrosa dengan larutan HCl di campurkan dengan baik lalu dipanaskan selama 30 menit dan kemudian didinginkan supaya dalam kondisi netral, kegunaan uji pada benedict, seliwanof dan berfoed tersebut ssebelum terhidrolisis maka larutan tersebut memberi hasil negatif.

2. Cara mengetahui bahwa hidrolisis pati telah sempurna dengan cara melakukan percobaan dengan iodium dan benedict, sehingga pada uji tersebut larutan akan berubah warnanya, disitulah yang menunjukan hidrolisis pati telah sempurna.

(68)

ACARA 6

(69)

BAB I PENDAHULUAN

1.8 Latar Belakang

Minyak / lemak merupakan lipid terdapat dalam jumlah besar di alam. Kegunaan bahan ini dalam kehidupan sehari-hari cukup luas seperti bahan penggorengan, bahan pengencer cat, dll. Dari segi kimia lipid dapat dipandang sebagai senyawa turunan ester dari gliserol dan asam-asam lemak tinggi. Minyak umumnya diperoleh dari bahan-bahan tumbuhan maupun bahan hewan. Minyak dari tumbuhan dikenal dengan minyak nabati. Minyak/lemak hewan diperoleh dari memanaskan jaringan lemak, sedangkan minyak tumbuhan diperoleh dengan dua cara. Cara pertama dengan menggunakan panas dan pengempresan, sedangkan cara kedua menggunakan proses ekstrasi pelarut. Untuk mengetahui komposisi penyusun lipida dapat dilakukan dengan pengujian sifat fisiokimianya. Pengujian sifat fisika dan kimia lemak dan minyak juga dipakai untuk keperluan identifikasi jenis minyak dan penilaian mutu minyak. Pada praktikum kali ini dilakukan uji identifikasi lemak dan minyak (Tim Penyusun, 2016)

1.2 Tujuan Praktikum

1. Menentukan kelarutan lipid pada pelarut tertentu. 2. Menentukan sifat asam basa pada minyak.

3. Mengidentifikasi sifat ketidakjenuhan minyak.

(70)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Lipid (yunani, lipos = lemak) adalah segolongan besar senyawa tak larut air yang terdapat di alam. Lipid cenderung larut dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Membran semua sel terdiri dari lipid. Lipid utama dalam membran sel ialah fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan, kolesterol,postaglandin, steroid. (Suwandi, 1989).

berdasarkan sifat fisiknya (kelarutan) dari pada secara struktur kimianya. Secara umum lipid dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu “lipid sederhana” dan “lipid komplek”. Termasuk golongan lipid sederhana adalah senyawa-senyawa yang tidak mempunyai gugus ester dan tidak dapat dihidrolisis. Golongan ini meliputi steroid. Golongan lipid komplek tersusun oleh senyawa-senyawa yang mempunyai gugus ester dan dapat dihidrolisis. Golongan ini meiputi minyak, lemak, dan lilin. Berdasarkan sumbernya, lipid dikelompokkan sebagai lemak hewan, ( animal fat), lemak susu(milk fat), minyak ikan (fish oil) dll. Klasifikasi lipid ke dalam lipid majemuk karena lipid tersebut mengandung asam lemak yang dapat disabunkan, sedangkan lipid sederhana tidak mengandung asam lemak dan tidak dapat disabunkan. (Tim Penyusun, 2016).

Penggolongan lipid secara detail yaitu: a. Lipid Sederhana

Lipid sederhana adalah ester-ester asam lemak yang mengandung gugus lain selain alkohol. Berdasarkan jenis alkohol, lipid sederhan dibagi menjadi:

 Lemak dan minyak, yaitu ester asam-asm lemak dengan gliserol.

 Malam (wax), yaitu ester asam-asam lemak dengan alkohol monohidroksi berantai panjang. (Girinda, 1993.).

b. Lipid Majemuk

Lipid majemuk adalah ester-ester asam lemak yang mengandung gugs lain selain alkohol dan asam lemak. Kelas lipid terdiri atas:

(71)

 Serebrosida (glikolipid), yaitu senyawaan-senyawaan yang terdiri atas asam-asam lemak dengan karbohidrat, mengandung nitrogen tetapi tidak mempunyai gugus fosfat.

 Lipid majemuk yang lain, yaitu senyawaan-senyawaan yang tidak dapat digolongkanke dalam fosfolipid dan serebrosida. Termasuk ke dalam kelompok ini, antara lain sulfolipid, aminolipid, dan juga lipoprptein (Antony, 1992).

c. Turunan Lipid

Turunan lipid adalah senyawa-senyawa hasil hidrolisis kedua kelas atas. Ke dalam kelas ini dimasukkan senyawa yang secara umum kelarutannya masih menyerupai lipid dan kebanyakan tidak dapat dihidrolisis lagi. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam-asam lemak, baik yang jenuh maupun yang tidak jenuh, alkohol berat (rantai karbon pamjang), dan sterol (sterol adalah alkohol steroid), `aldehid berat dan benda-benda keton. Gliserida atau disebut juga asilgliserol, kolesterol dan ester-esternya disebut lipid netral (Antony, 1992).

(72)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.2 Alat dan Bahan

Alat Bahan

- Tabung reaksi - Minyak sawit - Penjepit tabung reaksi - Margarin - Rak tabung reaksi - Mentega - Pipet ukur - Alkohol 96% - Sikat tabung reaksi - Kloroform - Kertas lakmus - Eter - Alat pemanas - Aquades

- Pipet tetes - Larutan Na2CO3 0,5 %

- Porselin tetes - Iodium - NaOH

3.3 Prosedur Kerja A. Uji kelarutan minyak

1. Menyiapkan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering. berturut turut dan isi dengan aquades, alkohol 96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO3 0,5 % sebanyak 1 ml.

2. Menambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak sawit. 3. Dikocok sampai homogen, lalu biarkan beberapa saat. 4. Mengamati sifat kelarutannya.

B. Uji keasaman minyak

1. Meneteskan sedikit minyak kelapa kedalam tabung reaksi.

2. Menguji dengan kertas lakmus.

3. Mengamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.

4. Mengulangi percobaan pada minyak kelapa sawit.

C. Uji sifat ketidakjenuhan minyak

(73)

3. Menambahkan setetes demi setetes iodium, sambil di kocok hingga warna iodium berubah.

4. Menghitung jumlah tetesan yang dibutuhkan.

5. Mengulangi percobaan dengan menggunakan margarin. 6. Membandingkan jumlah tetesan yang dibutuhkan. D. Uji penyabunan minyak

1. Memasukkan 5 ml minyak kedalam erlenmeyer. 2. Menambahkan 1,5 gr NaOH dan 25 ml alkohol 96%. 3. Memanaskan sampai mendidih selama 15 menit.

4. Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna, mengambil 3 tetes larutan, kemudian larutkan dalam air. bila larut berarti sudah sempurna.

5. Menguapkan alkohol yang tersisa sampai habis.

6. Didinginkan, lalu menambahkan 75 ml air dan panaskan sampai semua sabun larut.

E. Uji noda minyak

1. Memasukkan 2 ml campuran alkohol eter kedalam tabung reaksi bersih dan tambahkan 2-3 tetes minyak kelapa. mengocok kuat kuat sampai semua minyak larut.

2. Meneteskan campuran tersebut pada kertas saring dan kertas tulis, biarkan pelarut menguap.

3. Melihat noda yang terbentuk. 4. Mencuci noda dengan air.

(74)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan A. Uji Kelarutan Minyak

Bahan Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung

4

2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes Kocok tabung reaksi sampai homogen, biarkan beberapa saat Hasil :

1 Minyak kelapa Ph 6 Asam

2 Minyak kelapa tengik

Ph 6 Asam

C. Uji Ketidak Jenuhan Minyak

Bahan Tabung 1 Tabung 2

Minyak kelapa 2 tetes

Margarin Seujung spatel

(75)

Hasil jumlah tetes air

brom 30 50

Kesimpulan : Terjadi pengendapan minyak / lemak ketika warna brom tidak berubah lagi.

D. Uji Penyabunan Minyak

Reaksi penyabunan sempurna, ada busa seperti sabun ketika dilarutkan. E. Uji Noda

Tidak ada noda karena minyak yang di uji bulum pernah digunakan dan masih murni.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan beberapa uji guna mengidentiifikasi lemak dan minyak. Uji tersebut diantaranya adalah uji kelarutan minyak, uji keasaman minyak, uji ketidak jenuhan minyak, uji penyabunan minyak, dan uji noda. Pada praktikum ini seharusnya diakukan juga uji lemak, namun ketidaktersediaan bahan menyebabkan identifikasi lemak tidak diuji.

Pada uji Kelarutan Minyak, uji ini bertujuan untuk mengamati sifat kelarutan minyak. Digunakan 5 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan pelarut yakni tabung ke-1 berisi aquadest, tabung ke-2 berisi alkohol, tabung ke-3 berisi eter, tabung ke-4 berisi kloroform, tabung ke-5 berisi Na2CO3 0,5%. Sampel

yang digunakan yakni 2 tetes minyak kelapa yang kemudian dimasukan kedalam masing- masing tabung terisi pelarut. Campuran sampel dan pelarut kemudian dikocok kemudian diamati kelarutannya, larut atau tidak larut. Hasil yang didapat yakni pada tabung pertama, kedua, dan kelima, minyak tidak larut dan bahan uji mengendap dan mengapung. Pada tabung ketiga minyak sedikit larut sedangkan pada tabung keempat minyak benar-benar larut dimana pada tabung ketiga dan keempat masing-masing berisi larutan eter dan Kloroform yang merupakan golongan pelarut organic (nonpolar).

(76)

minyak kelapa bersifat asam dengan pH 6 hal ini sesuai dengan literature yang ada pada buku penuntun.

Pada uji ketidak jenuhan minyak yang bertujuan untuk mengetahui sampel minyak yang diuji tersebut jenuh atau tidak jenuh. Pada uji ini sampel yang digunakan yaitu minyak kelapa pada tabung reaksi pertama dan margarin pada tabung reaksi kedua. Larutan pengujinya yakni klorofrom yang ditetes ke masing-masing tabung. Setelah melakukan percobaan sesuai prosedur kerja, hasil yang didapat yakni pada tabung pertama jumlah tetesan yang dibutuhkan sebanyak 30 tetes dan pada tabuang kedua jumlah tetesan yang dibutukan sebanyak 50 tetes. Kesimpulan nya terjadi pengendapan minyak/lemak kelapa dan ketika warna brom tidak berubah lagi. Dan margarine jauh lebih jenuh daripada minyak.

Pada Uji Penyabunan Minyak yang bertujuan untuk mengetahui reaksi penyabunan yang sempurna digunakan sampel yakni 5 ml minyak dengan penambahan 1,5 gr NaOH, 25 ml alcohol 95 %, dan 75 ml air. Setelah melakukan percobaan sesuai dengan prosedur kerja, hasil yang didapat yaitu pada penambahan 15 gr NaOH dan 25 ml NaOH 95 % larutan bewarna putih keruh dan minyak mengendap/tidak tercampur dengan larutan, kemudian selama pemanasan 15 menit warna berubah menjadi kuning menggumpal/membeku lalu setelah ditambahkan 25 ml air dipanaskan hingga semua sabun larut dalam air warna berubah menjadi putih keruh dan berbusa. Hasil tersebut menandakan bahwa reaksi penyabunan sempurna.

(77)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1.

Lemak memiliki sifat-sifat yang khas yaitu tidak larut atau sedikit larut dalam air dan dapat diekstrasi dengan pelarut non-polar seperti chloroform, eter, benzene, heksana, aseton dan alcohol panas.

2. Untuk menguji keasaman minyak, dilakukan dengan meletakkan kertas lakmus pada sampel. Sehingga dkdapat bahwa minyak memiliki kadar asam yang rata-rata 6.

3.

Pada uji lemak berdasarkan sifat tidak jenuh. Sampel minyak kelapa, air brom yang diperlukan dalam percobaan 30 tetes, sedangkan sampel margarin, air brom yang diperlukan adalah sebanyak 50 tetes. Hal tersebut menunjukkan bahwa margarin lebih jenuh daripada minyak kelapa.

4. Untuk menguji hidrolisis pada minyak, yaitu dengan menggabungkan minyak dengan NaOH dan alkohol sehingga akan terbentuk lah lapisan sabun.

5. Menguji noda minyak yang terbentuk yaitu dengan meneteskan larutan sampel pada kertas saring dan kertas biasa sehingga akan terlihat bahwa bentuk noda dari setiap sampel berbeda.

5.2 Saran

(78)

DAFTAR PUSTAKA

Antony, Wilbraham, C., and Matta Michael S. 1992. Kimia Organik dan Hayati. Bandung: ITB.

Girindra, A.1993. Biokimia 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

M. Suwandi, dkk. 1989. Kimia Organik: Karbohidrat, Lipid, Protein. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Tim Penyusun. 2016. PENUNTUN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Bengkulu: Jurusan

Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

Wanten,Geert JA, and Philip C Calder. 2007. Immune modulation by parenteral lipid emulsions. The American Journal of Clinical Nutrition. Am J Clin Nutr

Referensi

Dokumen terkait

Minyak kelapa, minyak zaitun, mentega dan margari bersifat nonpolar sehingga pada uji larutan klorofrom dan dietyl eter keempat bahan uji tersebut terlarut dan pada

Pada uji ini telah kita ketahui bahwa tidak terdapat cincin ungu yang dimaksudkan akan tetapi terdapat endapan pada tabung reaksi yang disebabkan oleh penambahan

pH optimum dari enzim amylase misalnya dapat diperoleh dengan menentukan jumlah milligram gula yang terbentuk dari beberapa reaksi yang menggunakan

Hasil yang diperoleh dari data tersebut, pada tabung reaksi pertama yang berisi sampel putih telur saja, setelah dipanaskan akan mengalami perubahan bentuk larutan, dari yang

Percobaan 3 “uji Seliwanoff” 1mL pereaksi Seliwanoff - Dimasukkan dalam tabung reaksi yang berbeda-beda - Ditambahkan ekstrak pisang yang berbeda pada masing-masing tabung reaksi

Pemanasan yang dilakukan pada Uji Millon, Uji Xanthoprotein, dan Uji Ninhydrin bertujuan untuk mempercepat reaksi antara pereaksi dengan larutan protein sehingga

Pada Uji Xantoprotein yang kami lakukan didapatkan hasil bahwa sampel yang mengandung asam amino terosin tidak ada karena semua sampel yang kami uji menunjukkan tidak adanya perubahan

Seny awa Reaksi Uji Hasil uji positif untuk contoh Pengamatan dan warna K A R B O H I D R A T Uji Molisch’s Karbohidrat Semua karbohidrat Cincin ungu violet Uji Anthron