• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM

Hendrico Lumbantoruan Elsa Salsabilla

Lulu Intan Aprilian Kiki Kurniawati

Risna Rosdiana

200110140135 200110140136 200110140137 200110140138 200110140139

Kelompok 5 3 dan 10 Maret 2015

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN BIOKIMIA FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015

(2)

1. Derajat Keasaman a. Cara Kerja

• Teteskan saliva pada kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru.

b. Hasil Pengamatan

No Larutan Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan Reaksi

(+/-)

Warna

1 Lakmus merah + Biru Saliva bersifat basa

2 Lakmus biru - Biru Saliva bersifat basa

c. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, berdasarkan hasil pengamatan derajat keasaman enzim dengan lakmus. Uji lakmus merah setelah ditetesi air ludah yang diencerkan (sesuai takaran) warna lakmus tetap merah.

Apabila diuji dengan lakmus biru, warna lakmus tetap biru. Hal tersebut disebabkan karena air ludah bersifat netral (zat netral mempunyai pH = 7 ).

Enzim sangat peka terhadap perubahan derajat keasaman dan kebasaan (pH) lingkungannya. Enzim dapat nonaktif bila berada dalam asam kuat atau basa kuat.Pada umumnya, enzim intrasel bekerja efektif pada kisaran pH 7,0. Jika pH dinaikkan atau diturunkan di luar pH optimumnya, maka aktivitas enzim akan menurun dengan cepat.

Tetapi, ada enzim yang memiliki pH optimum sangat asam, seperti pepsin, dan agak basa, seperti amilase. Pepsin memiliki pH optimum sekitar 2 (sangat asam). Sedangkan, amilase memiliki pH optimum sekitar 7,5 (agak basa).

(3)

2. Komposisi Dasar a. Cara Kerja

1. Uji Biuret

• Masukkan 3 mL larutan conto + 2 mL NaOH 10% + 1 tetes larutan CuSO4 0,1%. Campur dengan baik lalu amati.

2. Uji Molish

• Masukkan larutan conto + 5 tetes pereaksi molish. Campurkan dengan 3 mLH2SO4. Amati perubahan warna.

Pengamatan

No Larutan Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan Reaksi

(+/-)

Warna

1

Saliva (Uji Biuret)

+ Ungu muda

Saliva mengandung protein

2

Saliva (Uji Molish)

+

Batas kemerahan

Saliva mengandung karbohidrat (sisa makanan)

b. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini saliva diuji dengan dua pengujian yaitu uji biuret dan uji molish. Uji biuret ini untuk membuktikan bahwa komponen utama penyusun enzim saliva adalah protein, dan terbukti pada percobaan ini didapat hasil positif yang ditandai dengan timbulnya warna ungu muda pada larutan saliva.

Selanjutnya dilakukan uji molish, uji molish adalah uji umum untuk karbohidrat. Dari hasil pengamatan didapat hasil positif pada uji molish

(4)

ini, yang berarti bahwa dalam saliva tersebut mengandung karbohidrat yang mungkin terdapat karena adanya sisa makanan didalam mulut yang bercampur dengan saliva tersebut.

3. Penentuan pH Optimum a. Cara Kerja

• Masukkan 2 mL HCl + 1 mL saliva + 1 mL amilum. Panaskan di penangas air (3 C) selama 13 menit. Lakukan uji yodium77 dan benedict.

• Masukkan 2 mL asam laktat + 1 mL saliva + 1 mL amilum.

Panaskan di penangas air (3 C) selama 13 menit. Lakukan uji77 yodium dan benedict.

• Masukkan 2 mL H2O + 1 mL saliva + 1 mL amilum. Panaskan di penangas air (3 C) selama 13 menit. Lakukan uji yodium77 dan benedict.

• Masukkan NaCl + 1 mL saliva + 1 mL amilum. Panaskan di penangas air (3 C) selama 13 menit. Lakukan uji yodium dan77 benedict.

b. Hasil Pengamatan

 Uji Yodium

No Larutan Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan Reaksi

(+/-)

Warna

1 HCl 0,4% -

Kuning bening

Saliva menghidrolisis amilum menjadi maltosa

2 Asam laktat -

Kuning bening

Saliva menghidrolisis amilum menjadi maltosa

(5)

3 H2O -

Kuning bening

Saliva menghidrolisis amilum menjadi maltosa

4 Na2CO3 -

Kuning bening

Saliva menghidrolisis amilum menjadi maltosa

No Larutan Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan Reaksi

(+/-)

Warna

1 HCl 0,4% -

Tidak ada endapan merah

Amilum tidak mengandung gula pereduksi bebas

2 Asam laktat -

Tidak ada endapan merah

Amilum tidak mengandung gula pereduksi bebas

3 H2O -

Tidak ada endapan merah

Amilum tidak mengandung gula pereduksi bebas

4 Na2CO3 -

Tidak ada endapan merah

Amilum tidak mengandung gula pereduksi bebas c. Pembahasan

Uji penentuan pH optimum ini untuk membuktikan bahwa derajat ke asaman (pH) mempengaruhi aktifitas enzim.

Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu dan umumnya tergantung pada pH lingkungannya. Enzim menunjukan aktivitas maksimal pada pH optimum, umumnya antara pH 6-8,0. Jika pH rendah atau tinggi, maka dapat menyebebkan enzim mengalami denaturasi,sehingga menurunkan aktivitasnya.

(6)

Setiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu suhu dimana enzim memiliki aktivitas maksimal. Enzim didalam tubuh manusia mempunyai suhu optimal sekitar 37ºC. di bawah atau di atas suhu optimum, aktivitas enzim menurun. Suhu mendekati titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak aktif. Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim meningkat. Namun, kenaikan enzim yang cukup besar dapat menyebabkan enzim mengalami denaturasi dan mematikan aktivitas katalisnya. Sebaian enzim mengalami denaturasi pada suhu di atas 60ºC. Beberapa enzim ada yang aktivitasnya pada pH tinggi dan ada pula yang pada pH rendah.

Misalnya, pepsin merupakan enzim pencernaan yang terdapat dalam usus halus dan memiliki pH 7,7.

4. Uji Aktivitas Kerja Enzim a. Cara Kerja

• Masukkan 5 mL ekstrak jagung + 1 mL saliva. Siapkan dalam penangas air (3 C). setiap 1 menit lakukan uji Iod sampai77 negatif (-). Lalu lakukan uji benedict.

• Masukkan 5 mL amilum + 1 mL saliva. Siapkan dalam penangas air (3 C). setiap 1 menit lakukan uji Iod sampai77 negatif (-). Lalu lakukan uji benedict.

b. Hasil Pengamatan

 Uji Benedict

No Larutan Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan Reaksi

(+/-)

Warna

1 Ekstrak jagung

+ Hijau Enzim dapat

menghidrolisa ekstrak jagung menjadi gula

(7)

pereduksi

2 Amilum + Hijau

Enzim dapat

menghidrolisa amilum menjadi gula pereduksi

 Uji Barfoed

No Larutan Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan Reaksi

(+/-)

Warna

1

Ekstrak jagung

- Biru muda

Enzim tidak

menghidrolisa ekstrak jagung hingga menjadi monosakarida

2 Amilum - Biru muda

Enzim tidak

menghidrolisa amilum hingga menjadi

monosakarida

 Uji Biuret

No Larutan Uji

Hasil Pengamatan

Kesimpulan Reaksi

(+/-)

Warna

1

Ekstrak jagung

+ Ungu

Enzim tetap mengandung protein wakau sudah bereaksi dengan ekstrak jagung

2 Amilum + Ungu muda

Enzim tetap mengandung protein wakau sudah bereaksi dengan amilum

(8)

c. Pembahasan

Uji Iodium bertujuan membuktikan adanya polisakarida, dalam hal ini adalah amilum. Identifikasi ini didasarkan pada pembentukan kompleks adsorpsi berwarna spesifik oleh

polisakarida akibat penambahan iodium. Reaksi amilum dengan Iodium menghasilkan berwarna biru kehitaman. Uji

Benedict bertujuan membuktikan adanya gula reduksi (monosakarida maupun oligosakarida). Pengujian ini

berdasarkan gula yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alakalis menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata. Reaksi positif ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau

kekuningan, dan setelah dilakukan pemanasan terbentuk endapan berwarna merah bata, kepekatan warna sebanding dengan

kandungan gula pereduksi yang ada. Pada konsentrasi substrat tertentu, bertambahnya konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatis (V) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim (E) sampai batas tertentu, sehingga reaksi mengalami kesetimbangan. Pada saat setimbang, peningkatan knsentrasi enzim sudah tidak berpengaruh.

(9)

KESIMPULAN

1. Saliva yang diteteskan pada kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru dan saliva yang diteteskan pada kertas lakmus biru tetap berwarna biru, ini mendakan saliva bersifat basa.

2. Saliva yang diuji biuret (+) mengandung protein dan (+) mengandung karbohidrat dari sisa makanan dengan uji molish.

3. Pada uji yodium saliva menghidrolisis amilum menjadi maltosa dan pada uji benedict amilum tidak mengandung gula pereduksi bebas.

4. Pada uji benedict, ekstrak jagung dan amilum dapat dihidrolisa oleh enzim sampai menjadi maltosa. Pada uji barfoed, ekstrak jagung dan amilum tidak dihidrolisa oleh enzim hingga monosakarida. Kemudian pada uji biuret enzim tetap mengandung protein walau sudah bereaksi dengan amilum.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi, Anna. Dan Supriyanti, Titin, 2009, Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI- Press.

Referensi

Dokumen terkait

Substrat urease menggunakan 1 tetes PP yang berfungsi sebagai indikator, sehingga enzim terlihat aktif bekerja spesifik, PP dapat diganti dengan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA (KI-3061) PERCOBAAN II. KINETIKA

Hal ini sesuai dengan Poedjiadi (1994) bahwa pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat, namun karena enzim adalah suatu protein, pada suhu

Suspensi mitokondria sendiri adalah sumber dari enzim suksinat dehidrogenase karena reaksi oksidasi suksinat menjadi fumarat yang dikatalisis enzim ini merupakan bagian dari

pH optimum dari enzim amylase misalnya dapat diperoleh dengan menentukan jumlah milligram gula yang terbentuk dari beberapa reaksi yang menggunakan

Pengujian pertama dilakukan dengan tabung pertama yang dicelup dalam air es, 5 menit setelah tabung tersebut di celup dalam air es , di tetesi saliva encer sebanyak 2 tetes

dimasukkan bara api kedalamnya ternyata hanya menyala sedikit sangat berbeda keadaannya apabia dibandingkan dengan hati saat dididihkan.Itu membuktikan juga bahwa dimana enzim

Bahan minyak dan lemak yang digunakan pada percobaan di antaranya minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam oleat, dan asam stearat.. Komposisi