• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN APLIKASI AgNPs DALAM KATALIS

N/A
N/A
bianda capella

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN APLIKASI AgNPs DALAM KATALIS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN APLIKASI AgNPs DALAM KATALIS

Oleh:

Bianda Capella Aulia Shafiyah NIM: 162012333049

Anggota Kelompok 1:

1. Tabita Fransiska Kristi (162012333012)

2. Bianda Capella Aulia Shafiyah (162012333049)

3. Syasya Nadia Rahmah (162012333055)

Dosen Pembimbing: Mirza Ardella Saputra, S.Si., M.Sc., Ph.D

PRODI REKAYASA NANOTEKNOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MAJU DAN MULTIDISIPLIN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2022

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 2

BAB I. PENDAHULUAN ... 3

1.1. TUJUAN ... 3

1.2. LATAR BELAKANG ... 3

1.3. RUMUSAN MASALAH... 3

BAB II. METODOLOGI ... 4

2.1. ALAT ... 4

2.2. BAHAN ... 4

2.3. PROSEDUR KERJA ... 4

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5

3.1. DATA OBSERVASI VISUAL ... 5

3.2. DATA OBSERVASI EFEK TYNDALL ... 5

3.3. DATA ANALISIS UV-VIS DALAM UJI KESTABILAN ... 6

3.4. DATA ANALISIS PSA ... 7

3.5. DATA ANALISIS LAMBERT-BEER’S LAW ... 8

3.6. DATA KATALISIS REDUKSI 4-NITROPHENOL ... 10

KESIMPULAN ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 11

(3)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. TUJUAN

Tujuan dilakukan praktikum kali ini adalah untuk mensintesis nanopartikel perak yang stabil dan dapat dimonitor melalui perubahan warna, yang kemudian dikarakterisasi menggunakan berbagai teknik spektroskopi. Nanopartikel yang disintesis kemudian digunakan sebagai katalis untuk mereduksi beberapa senyawa nitroarenes, terutama 4-nitrophenol.

1.2. LATAR BELAKANG

Unsur perak merupakan salah satu logam transisi yang memiliki warna abu-abu dan tembus cahaya. Unsur perak ini memiliki konduktivitas termal dan listrik paling tinggi dan dapat ditemukan dalam bentuk murni atau campuran dengan unsur lainnya. Perak sendiri dapat diaplikasikan pada beberapa bidang. Sejak zaman dahulu perak digunakan sebagai perhiasan, koin dan berbagai ornamen. Karena sifatnya yang konduktif, perak sering digunakan sebagai bahan untuk membuat alat elektronik. Perak memiliki sifat anti mikroba, oleh karena itu perak biasa digunakan untuk tambalan untuk memperbaiki gigi yang rusak. Dalam bidang fotografi, perak digunakan pada film kamera analog untuk menghasilkan foto dengan mengandalkan fotokimia reaktivitas nanocluster perak dan perak halida.

Dalam beberapa tahun terakhir ini nanopartikel perak (AgNPs) banyak dikembangkan dalam berbagai bidang karena memiliki banyak manfaat. Nanopartikel perak dipelajari secara ekstensif karena sifat uniknya seperti konduktivitas listrik dan termal yang sangat baik, stabilitas kimia, aktivitas katalitik, perilaku optik non-linier dan efek antimikroba (Elbossaty, 2017). Menurut Sun (2014), nanopartikel perak dapat digunakan sebagai alat kesehatan, bahan pembersih, dan pakaian. Dalam bidang Kesehatan, nanopartikel perak dapat digunakan sebagai plaster luka dimana nanopartikel perak tersebut memiliki properti anti mikroba.

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah reduksi kimia. Metode reduksi kimia didasari dengan proses REDOKS dimana pada proses reduksi akan terjadi penangkapan elektron sementara pada proses oksidasi akan terjadi pelepasan elektron. Reduksi kimia merupakan metode yang digunakan untuk melakukan preparasi nanopartikel perak yang stabil dan membentuk disperse koloid dalam air atau pelarut organik lainnya. Bahan kimia yang paling umum digunakan dalam proses reduksi adalah borohidrat, sitrat, askorbat dan elemen hidrogen.

4-nitrophenol merupakan salah satu senyawa nitroarenes yang paling umum dan penting, baik dari segi jumlah yang digunakan maupun potensi dampak lingkungan. 4-nitrophenol banyak ditemukan pada polusi yang ada di air limbah industri. 4-nitrophenol memiliki banyak aplikasi yang dapat dimanfaatkan terutama digunakan untuk pembuatan obat-obatan (misalnya acetaminophen), pestisida (misalnya metil dan etil parathion) dan juga digunakan dalam perawatan kulit, produksi zat warna, dan untuk keperluan militer (Deka et al., 2016).

1.3. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dapat dikaji dalam praktikum kali ini adalah:

1. Bagaimana cara mensintesis nanopartikel logam Ag dengan menggunakan reduksi kimia?

2. Apa saja metode karakterisasi yang dilakukan untuk analisis nanopartikel logam Ag?

3. Bagaimana hasil dari setiap karakterisasi dan analisis yang telah diuji?

(4)

BAB II. METODOLOGI 2.1. ALAT

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah gelas beaker, labu ukur, vials, pipet tetes, mikropipet, timbangan analitik, spatula, laser pen, kuvet, pH meter, tabung falcon, UV- Vis, dan PSA.

2.2. BAHAN

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah trisodium citrate, silver nitrate, hydrogen peroxide (H2O2), potassium bromide (KBr), sodium borohydrate (NaBH4), akuades, dan 4-nitrophenol.

2.3. PROSEDUR KERJA

2.3.1. SINTESIS NANOPARTIKEL Ag DENGAN REDUKSI KIMIA

Untuk melakukan sintesis nanopartikel Ag secara reduksi kimia pertama-tama menambahkan 0.2 mL trisodium citrate 1.25 × 10-2 M, 5 mL silver nitrate 3.75 × 10-4 M, dan 5 mL hydrogen peroxide 0.05 M secara berturut-turut masing-masing ke dalam 4 buah vial. Setelah itu pada vial pertama ditambahkan 800 µL KBr dan 1500 µL akuades, vial kedua ditambahkan 1100 µL KBr dan 1200 µL akuades, vial ketiga ditambahkan 1300 µL dan 1000 µL akuades, dan vial keempat ditambahkan 2300 µL akuades. Kemudian keempat vial tersebut ditambahkan 0.75 mL NaBH4 dan dilanjut dengan menutup keempat vial tersebut dan di-swirl dengan hati-hati dan kemudian dilihat perubahan warna yang terjadi.

2.3.2. ANALISIS LAMBERT-BEER’S LAW

Untuk melakukan analisis lambert-beer’s law sebenarnya dilakukan dengan menggunakan larutan standar AgNP yang telah diketahui konsentrasinya. Tetapi dalam praktikum kali ini digunakan salah satu sampel yaitu sampel 800 µL. Sampel 800 µL mula-mula dilakukan pengenceran berseri di mana 3 mL sampel mula-mula dimasukkan ke dalam tabung falcon kemudian ditambahkan akuades sebanyak 3 mL.

Pada tabung falcon ke dua dimasukkan 3 mL larutan dari tabung falcon 1 dan ditambahkan 3 mL akuades. Pengenceran berseri tersebut dilakukan terus menerus hingga pengenceran kedelapan. Setelah dilakukan pengenceran, dilakukan analisis dengan menggunakan analisis dengan menggunakan UV-Vis dari pengenceran keempat hingga pengenceran kedelapan. Setelah didapatkan data UV-Vis, data diolah terlebih dahulu hingga mendapatkan regresi linear dan persamaan y=mx+c dan nilai R2.

2.3.3. KATALISIS REDUKSI 4-NITROPHENOL

Untuk melakukan analisis katalis reduksi dengan 4-nitrophenol, larutan 1.05 × 10-5 M 4-nitrophenol, 0.25 M larutan NaBH4, dan 8.75 × 10-6 M larutan AgNP sampel 800 µL disiapkan terlebih dahulu. Sebelumnya, untuk mengencerkan sampel tersebur dibutuhkan 81.7 µL sampel dan 3.42 mL air untuk membuat 3.5 mL larutan. Sebelum dimasukkan ke dalam kuvet, larutan 4-nitrophenol diuji pH dengan menggunakan pH meter. Kemudian 1.5 mL larutan 4-nitrophenol, 150 µL larutan NaBH4 dan 1.5 mL larutan AgNP yang telah diencerkan dimasukkan ke dalam kuvet. Setelah itu dilakukan analisis dengan UV-Vis setiap 15 detik pada λ = 300 nm hingga 600 nm sebanyak 15- 20 kali. Setelah dianalisis, sampel tersebut diuji pH lagi dengan menggunakan pH meter.

2.3.4. KARAKTERISASI NANOPARTIKEL Ag

Karakterisasi nanopartikel Ag dilakukan dengan menggunakan 6 analisis. Analisis pertama dan kedua dilakukan secara visual yaitu observasi visual dan observasi efek tyndall. Analisis ketiga yaitu analisis menggunakan UV-Vis dalam uji kestabilan.

Analisis keempat menggunakan PSA yang dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel yang terbentuk. Analisis kelima yaitu analisis menggunakan hukum lambert-beer’s yang datanya akan diolah dari data UV-Vis menjadi regresi linear. Dan analisis terakhir yaitu analisis katalisis reduksi 4-nitrophenol dengan menggunakan UV-Vis.

(5)

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. DATA OBSERVASI VISUAL

Gambar 1. Data observasi visual (a) sampel sebelum ditambahkan NaBH4 dan (b) sampel setelah ditambahkan NaBH4

Pada gambar 1.a dapat dilihat bahwa keempat sampel tersebut masih belum ada perubahan warna sama sekali setelah ditambahkan 0.2 mL trisodium citrate 1.25 × 10-2 M, 5 mL silver nitrate 3.75 × 10-4 M, 5 mL hydrogen peroxide 0.05 M, dan KBr serta akuades dengan konsentrasi yang berbeda-beda setiap vialnya sesuai yang telah dijelaskan pada metodologi sintesis nanopartikel logam. Pada gambar 1.b menunjukkan adanya perubahan warna dari transparan menjadi kuning pekat yang menandakan nanopartikel Ag telah terbentuk. Pada praktikum kali ini trisodium citrate bertindak sebagai stabilizer, hydrogen peroxide bertindak sebagai oksidator, KBr bertindak sebagai capping agent dan NaBH4

sebagai reduktor. Sehingga sesaat setelah NaBH4 ditambahkan, larutan akan segera bereaksi. Jika NaBH4 ditambahkan di awal atau tidak sesuai urutan maka nanopartikel akan langsung terbentuk, sehingga tidak dapat mengontrol ukurannya. Pada proses sintesis ini ini, Ag akan berubah menjadi Ag0 yang akan di-capping oleh KBr yang kemudian bagian luar setelah di-capping akan dibungkus oleh trisodium citrate yang bertindak sebagai stabilizer sehingga ukuran dapat terkontrol dan mencegah terjadinya aglomerasi nantinya.

3.2. DATA OBSERVASI EFEK TYNDALL

Gambar 2. Observasi efek tyndall pada sampel (a) tanpa KBr, (b) KBr 800 µL, (c) KBr 1100 µL dan (d) KBr 1300 µL

Uji observasi efek tyndall dilakukan untuk mengetahui apakah nanopartikel logam sudah terbentuk atau tidak dengan melihat apakah cahaya laser yang disinari ke sampel dihamburkan atau tidak. Pada keempat sampel (gambar 2. a-d) menunjukkan hasil bahwa nanopartikel sudah terbentuk, di mana cahaya laser dihamburkan tegak lurus dari arah datangnya cahaya oleh keempat sampel tersebut. Menurut Kariyati (2016) hal tersebut

a

b

a b

c d

(6)

dapat terjadi disebabkan cahaya yang dihamburkan oleh partikel-partikel yang ada di dalam sampel dimana partikel tersebut cukup besar untuk dapat menghamburkan sinar.

Jika nanopartikel belum terbentuk maka tidak ada sesuatu yang akan menghamburkan cahaya yang mengakibatkan cahaya yang diberikan akan diteruskan.

3.3. DATA ANALISIS UV-VIS DALAM UJI KESTABILAN

Gambar 3. Hasil analisis UV-Vis pada setiap sampel

Analisis UV-Vis untuk mengetahui apakah nanopartikel telah terbentuk dan utnuk menguji kestabilan dari setiap sampel dilakukan setiap minggu, mulai dari minggu pertama di mana sampel baru dibuat hingga minggu keempat. Dari keempat grafik tersebut menunjukkan bahwa nanopartikel logam telah terbentuk yang ditandai dengan adanya peak di sekitar 400 hingga 500 nm (Ashraf et al., 2016). Analisis uji kestabilan ini dilakukan karena untuk mengetahui apakah sampel masih layak untuk digunakan sebagai katalis nantinya. Untuk mengetahui apakah sampel tersebut masih layak atau tidak dapat dilihat dari peak yang terbentuk apakah masih ada atau tidak. Pada gambar 3 menunjukkan bahwa setiap sampel setiap minggunya masih memiliki peak yang menunjukkan bahwa sampel tersebut masih stabil. Seharusnya setiap minggunya peak mengalami pergeseran ke bawah yang menandakan bahwa absorbansinya mulai berkurang, tetapi pada grafik di setiap sampel pada minggu ketiga menunjukkan peak terlihat lebih tinggi. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada minggu tersebut sebelum dilakukan uji kestabilan pada saat mengencerkan tiap sampel, sampel masih kurang diencerkan kembali sehingga masih terlalu pekat dan menghasilkan peak yang tinggi.

Sampel Tanpa KBr

Sampel KBr 800 µL

Sampel KBr 1100 µL Sampel KBr 1300 µL

(7)

3.4. DATA ANALISIS PSA

Gambar 4. Hasil analisis menggunakan PSA (a,c,e,f) seluruh sampel pada minggu pertama serta (b dan d) sampel tanpa KBr dan KBr 800 µL pada minggu keempat

Analisis PSA digunakan untuk mengetahui ukuran nanopartikel yang terbentuk serta sebaran distribusinya melalui nilai polydispersity index (PI). Pada saat sampel baru saja dibuat, keempat sampel tersebut dilakukan analisis menggunakan PSA untuk mengetahui ukuran nanopartikelnya. Gambar 4.a merupakan hasil PSA pada sampel tanpa KBr. Pada grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebaran ukuran nanopartikel Ag paling banyak di antara 45 hingga 55 nm dengan rata-rata diameter nanopartikel sebesar 50.7 nm dan nilai PI sebesar 0.307. Gambar 4.c merupakan hasil PSA pada sampel KBr 800 µL yang dapat dilihat bahwa sebaran ukuran nanopartikel Ag paling banyak berada di antara 45 hingga 55 nm dengan rata-rata diameter nanopartikel sebesar 51 nm dan nilai PI sebesar 0.304.

Gambar 4.e merupakan hasil PSA pada sampel KBr 1100 µL. Grafik tersebut menunjukkan bahwa modus dari data tersebut berada di antara 56 hingga 58 nm dengan rata-rata diameter nanopartikel sebesar 60.2 nm serta nilai PI sebesar 0.287. Gambar 4.f merupakan hasil PSA pada sampel KBr 1300 µL dengan sebaran ukuran nanopartikel terbanyak berada di antara 60 hingga 65 nm dengan rata-rata diameter sebesar 62.1 nm. PI yang didapatkan pada sampel tersebut sebesar 0.168. Pada minggu pertama ini menunjukkan bahwa keempat sampel tersebut memiliki nilai polydispersity index yang tergolong rendah. Menurut Dipahayu dan Kusumo (2021), nilai polydispersity index yang rendah yaitu saat nilai tersebut berada di bawah 0.5. Jika nilai PI rendah maka dapat disimpulkan bahwa keempat sampel tersebut menunjukkan hasil yang homogen.

a b

c d

e f

(8)

Pada minggu keempat juga dilakukan analisis menggunakan PSA pada sampel tanpa KBr dan sampel KBr 800 µL. Pada sampel tanpa KBr (gambar 4.b) menunjukkan bahwa sebaran ukuran nanopartikel paling banyak berada di sekitar 60 hingga 65 nm. Diameter rata-rata dari sampel tersebut sebesar 71 nm dengan nilai PI sebesar 0.263. Gambar 4.d merupakan hasil PSA dari sampel KBr 800 µL. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa sebaran ukuran nanopartikel paling banyak berada di antara 50 hingga 55 nm dengan rata- rata diameter sebesar 58.1 nm serta nilai PI sebesar 0.270. Jika dilihat dari nilai PI yang dihasilkan dapat diketahui bahwa kedua sampel tersebut masih tersebar secara homogen.

Jika sampel tanpa KBr dan sampel KBr 800 µL pada minggu pertama dibandingkan dengan sampel tanpa KBr dan sampel KBr 800 µL pada minggu keempat terjadi perubahan ukuran. Pada sampel tanpa KBr jika dibandingkan dari minggu pertama dan minggu keempat terjadi perubahan ukuran yang sangat signifikan, dari yang awalnya 50.7 nm berubah menjadi 71 nm. perubahan ukuran tersebut dapat terjadi karena nanopartikel Ag mengalami aglomerasi yang menyebabkan nanopartikel semakin besar. Aglomerasi dapat terjadi karena tidak adanya capping agent dan stabilizer yang menyelimuti partikel.

Sementara pada sampel KBr 800 µL terjadi perubahan ukuran yang tidak terlalu besar, yaitu dari 51 nm berubah menjadi 58.1 nm. Hal tersebut karena adanya penambahan capping agent dan stabilizer pada larutan yang menyebabkan larutan lebih sulit untuk teraglomerasi.

Pada minggu keempat hanya melakukan analisis pada dua sampel saja karena kekurangan waktu. Hipotesis jika semua sampel dianalisis menggunakan PSA pada minggu keempat adalah pada sampel KBr 1300 µL mengalami perubahan ukuran yang paling sedikit dibandingkan dengan sampel yang lain. Karena semakin banyak KBr yang diberikan maka semakin banyak capping agent yang ada dalam larutan sehingga sangat mungkin untuk meminimalisir aglomerasi.

3.5. DATA ANALISIS LAMBERT-BEER’S LAW

Gambar 5. Data (a) UV-Vis dan (b) regresi linear dari analisis Lambert-Beer’s Law Analisis hukum Lambert-Beer’s digunakan untuk mencari konsentrasi konsentrasi dari larutan sampel yang ada. Gambar 5.a merupakan data hasil analisis UV-Vis setelah dilakukan pengenceran berseri. Dapat dilihat dari grafik tersebut bahwa semakin banyak pengencerannya maka peak akan semakin landai. Hal ini terjadi karena konsentrasi dari

a

b

(9)

sampel yang semakin sedikit. Gambar 5.b merupakan regresi linear dari analisis Lambert- Beer’s Law dari data UV-Vis yang telah diolah lagi. Dapat dilihat bahwa persamaan yang muncul adalah 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591 dan nilai R2 sebesar 0.9919. Nilai R2 ini menunjukkan bahwa sampel yang digunakan untuk analisis ini bagus. Kemudian persamaan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mencari konsentrasi yang tidak diketahui. Dari persamaan tersebut kami mencoba untuk menghitung konsentrasi dari setiap sampel dari hasil uji stabilitas pada minggu terakhir, sebagai berikut.

1. Konsentrasi Sampel Tanpa KBr

Diketahui absorbansi tertinggi adalah 1.49752

Dengan menggunakan persamaan 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591, maka 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591

1.49752 = 43019𝑥 − 0.0591 1.55662 = 43019𝑥

1.55662 43019 = 𝑥 𝑥 = 3.62 × 10−5𝑀

2. Konsentrasi Sampel KBr 800 µL

Diketahui absorbansi tertinggi adalah 1.50672

Dengan menggunakan persamaan 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591, maka 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591

1.50672 = 43019𝑥 − 0.0591 1.56582 = 43019𝑥

1.56582 43019 = 𝑥 𝑥 = 3.64 × 10−5𝑀

3. Konsentrasi Sampel KBr 1100 µL

Diketahui absorbansi tertinggi adalah 1.33678

Dengan menggunakan persamaan 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591, maka 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591

1.33678 = 43019𝑥 − 0.0591 1.39588 = 43019𝑥

1.39588 43019 = 𝑥 𝑥 = 3.25 × 10−5𝑀

4. Konsentrasi Sampel KBr 1300 µL

Diketahui absorbansi tertinggi adalah 0.89347

Dengan menggunakan persamaan 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591, maka 𝑦 = 43019𝑥 − 0.0591

0.89347 = 43019𝑥 − 0.0591 0.95257 = 43019𝑥

0.95257 43019 = 𝑥 𝑥 = 2.21 × 10−5𝑀

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar absorbansi maka semakin besar pula konsentrasinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa absorbansi sebanding dengan konsentrasi.

(10)

3.6. DATA KATALISIS REDUKSI 4-NITROPHENOL

Gambar 6. Hasil analisis (a) UV-Vis dan (b) regresi linear dari katalisis reduksi 4- nitrophenol

Katalisis reduksi 4-nitrophenol dilakukan analisis dengan menggunakan UV-Vis karena untuk membuktikan bahwa reaksi reduksi dalam larutan 4-nitrophenol oleh sampel telah terjadi. Gambar 6.a menunjukkan hasil analisis dengan menggunakan UV-Vis setiap 15 detik. Dapat dilihat bahwa semakin lama peak semakin menurun. Hal ini dikarenakan wavelength dari 4-nitrophenol semakin menghilang dan akan digantikan oleh wavelength dari 4-aminophenol. Wavelength dari 4-aminophenol kurang lebih sama dengan 4- nitrophenol, sehingga pada grafik UV-Vis ini tidak terlalu terlihat perbedaannya. Selain itu regresi linear pada gambar 6.b menunjukkan bahwa regresi linear tersebut merupakan orde 1, yang artinya laju reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi satu reaktan saja serta berbanding lurus dengan konsentrasinya.

Gambar 7. Reaksi reduksi pada saat katalisis 4-nitrophenol

Gambar 7 merupakan reaksi reduksi yang terjadi pada saat katalisis 4-nitrophenol.

Dalam proses reduksi, sebelum hasil berubah menjadi NH2, fenol akan tereduksi terlebih dahulu menjadi fenolat karena ada tambahan NaBH4. Dengan tereduksinya fenol menjadi fenolat tersebut, pada saat larutan 4-nitrophenol diuji pH dengan menggunakan pH meter menunjukkan pH awal 6.6. Setelah itu terjadi reaksi reduksi kembali oleh nanopartikel perak yang bertindak sebagai katalis yang mengubah fenolat menjadi aminofenol. Setelah semua reaksi telah terjadi memutar, ketika larutan tersebut diuji lagi menggunakan pH meter menunjukkan pH akhir 9.6. pH yang mula-mula asam berubah menjadi basa menandakan bahwa reaksi reduksi telah terjadi.

a

b

(11)

KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa proses sintesis nanopartikel logam Ag berhasil disintesis dengan metode reduksi kimia. Hasil yang didapatkan yaitu hasil observasi visual yang menunjukkan terjadinya perubahan warna yang signifikan dari transparan menjadi kuning kecoklatan yang menandakan nanopartikel perak telah terbentuk. Dengan observasi menggunakan efek tyndall juga memperkuat bahwa nanopartikel perak telah terbentuk dilihat dari cahaya yang dibiaskan. Pada analisis menggunakan UV-Vis menunjukkan bahwa nanopartikel perak telah terbentuk karena terdapat peak di sekitar 400 hingga 500 nm. Analisis UV-Vis juga menunjukkan bahwa hingga minggu keempat semua sampel masih dalam keadaan stabil. Analisis menggunakan PSA dapat mengetahui bahwa ukuran nanopartikel saat minggu pertama pada sampel tanpa KBr sebesar 50.7 nm dengan PI 0.307, pada sampel KBr 800 µL sebesar 51 nm dengan PI 0.304, pada sampel KBr 1100 µL sebesar 60.2 nm dengan PI 0.287 dan pada sampel KBr 1300 µL sebesar 62.1 dengan PI sebesar 0.168. Pada minggu keempat dapat diketahui bahwa ukuran nanopartikel pada sampel tanpa KBr sebesar 71 nm dengan PI 0.263 dan pada sampel KBr 800 µL sebesar 58.1 nm dengan PI 0.270. Dengan menggunakan analisis Lambert-Beer’s Law dapat mengetahui besar konsentrasi sampel yang tidak diketahui sebelumnya serta dapat mengetahui bahwa absorbansi sebanding dengan konsentrasi. Pada analisis katalisis reduksi 4-nitrophenol dapat diketahui bahwa telah terjadi proses reduksi dari 4-nitrophenol menjadi 4-aminophenol.

DAFTAR PUSTAKA

Ashraf, J. M., Ansari, M. A., Khan, H. M., Alzohairy, M. A., & Choi, I. (2016). Green synthesis of silver nanoparticles and characterization of their inhibitory effects on AGEs formation using biophysical techniques. Scientific Reports, 6(1). https://doi.org/10.1038/srep20414

Deka, P., Bhattacharjee, D., Sarmah, P., Deka, R. C., & Bharali, P. (2016). Catalytic Reduction of Water Contaminant ‘4-Nitrophenol’ over Manganese Oxide Supported Ni Nanoparticles. Trends in Asian Water Environmental Science and Technology, 35–48. https://doi.org/10.1007/978-3- 319-39259-2_3

Dipahayu, D., & Kusumo, G. G. (2021). Formulasi dan Evaluasi Nano Partikel Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Varietas Antin-3. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(6), 781–

785. https://doi.org/10.25026/jsk.v3i6.818

Elbossaty, W. F. (2017). Green Tea as Biological System for the Synthesis of Silver Nanoparticles.

Journal Biotechnology & Biomaterials, 7(3). https://doi.org/10.4172/2155-952X.1000269 Kariyati. (2016). Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran Kimia (Teknologi dan Rekayasa) [Online].

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga KependidikanBidang Otomotif dan Elektronika.

Sun, Q., Cai, X., Li, J., Zheng, M., Chen, Z., & Yu, C. P. (2014). Green synthesis of silver nanoparticles using tea leaf extract and evaluation of their stability and antibacterial activity. Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering Aspects, 444, 226–231.

https://doi.org/10.1016/j.colsurfa.2013.12.065

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan pelarut yang kedua menggunakan sampel B, dimana hassil yang didapatkan dari sampel B sama dengan hasil dari sampel A, yaitu sampel B larut pada saat dicampurkan dengan

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sampel tempe dan susu(tabung 7 dan 8 ) memiliki warna yang sama dengan larutan 6, hal tersebut disebabkan pada sampel tempe dan susu terdapat

Dari gambar (2.b) dapat dilihat pola difraksi karbon aktif yang tidak menunjukkan puncak yang tajam, puncak tersebut memberikan informasi bahwa karbon aktif tidak berbentuk

Selanjutnya dilakukan uji Ferri klorida, pada uji ini ditambahkan dengan 1 tetes larutan FeCl3 dan terjadi perubahan warna menjadi hijau kehitaman yang menujukkan

Gambar D.* -ura perbandingan free moisture con  free moisture content  tent  s /a%!u sampel I3  s /a%!u sampel I3.. Proses %eseimbangan %andungan air di dalam ba"an

Sampel A yang dicampurkan 10 tetes ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL air tidak berubah warna dan dapat larut karena cuka apel memiliki kepolaran yang sama

Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah sampel susu kedelai A, B dan C positif mengandung kalsium karena membentuk endapan putih ketika sampel susu kedelai ditambahkan dengan

Hasil pengujian kandungan Rhodamin B Pada jajanan di sekitar Universitas Medika Suherman Sampel Visual Pengujian Sampel A Tidak ada perubahan Negative - Sampel B Tidak ada perubahan