• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TPS THINK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TPS THINK"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR SHARE) DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 84

KOTA TENGAH KOTA GORONTALO

S K R I P S I

Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian

Oleh

Cici Fitri Moningka

NIM. 151412062

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir di Universitas Negri Gorontalo, Merupakan Hasil Karya saya Sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah, etika penulisan ilmiah dalam buku panduan karya tulis ilmiah Universitas Negri Gorontalo.

Apabila ditemukan seluruh skripsi ini bukan hasil karya sendiri maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Gorontalo, Juni 2016 Surat Pernyataan

(3)

ABSTRAK

Cici Fitri, Moningka. 2016.Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hakop Walangadi, S.Pd, M.Si dan pembimbing II Nurhyati Tine, S.Pdi., M.Hi.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengunaan model pembelajaran Think Pair Share pada mata pelajaran IPS di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo. Adapun tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Think Pair Share pada mata pelajaran IPS di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo. Jenis penelitian ini digunakan untuk menggambarkan penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.Adapun tehnik pengumpulan data ini dengan melakukan observasi, wawancara dan melihat Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran IPS di SDN 84 Kota Tengah Gorontalo.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share di SDN 84 Kota Tengah Gorontalo berbeda dengan Think Pair Share yang terdapat pada teori para ahli. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran berkelompok siswa tidak dibentuk berpasang-pasangan untuk menyampaikan pesan yang mereka ketahui kepada pasangan lain sebelum mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas.

(4)
(5)
(6)
(7)

M O TT O & PERSEM B A H A N

Apa yang Allah pilihkan bagi hamba-Nya yang beriman adalah pilihan terbaik, meski tampak sulit, berat, atau memerlukan pengorbanan harta, kedudukan, jabatan, keluarga, anak, atau

bahkan lenyapnya dunia dan seisinya.

“(Abdullah Azzam)”

Tuntutlah ilmu, tetapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah, tetapi tidak melupakan ilmu

(Cici Fitri Moningka)

T er i mak asi h banyak k uper sembahk an k epada k edua or ang t uak u t er ci nt a, ayah (Jemi Moni ngk a) dan i buk u (Sal sum Nusi ) yang t el ah ber susah paya membesar k ank u,member i k an

pengor banan,mendoak an k esuk sesank u dan sel al u member i k an duk ungan sel ama i ni .

Kepada adiku tercinta yosua moningka, sepupu-sepupuku

devi, mei,ayu,rindi,stivan lan,suapi,pidya,suci,inka,untuk teman-temanku lima dobol dan Mace-mace kece, yang selalu ada disetiap suka maupun

duka, Terutama , hikma, dela, isna, dan kelas B PGSD angkatan 2012 yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan studiku.

Terimakasih kepad keluarga besar

(Moningka,Nusi,alow,Warow,Karamoy,tumengkeng) dan orang-orang tersayang yang tidak bisa disebut satu persatu namanya terimakasih

atas dukungannya selama ini.

Sepeci al buat seseor ang yang sel al u mel uangk an

wak t u,member i k an mot i vasi dan duk ungan, ser t a k asi h sayang dan cinta, dari memasuki kuliah sampai menyelesaikan k uliah (MY H)

(Heriyant o. Y. Karim S.Km)

ALM AM ATER TERCINTA

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga tugas akhir penelitian Skripsi yang berjudul: “Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo ” dapat

diselesaikan.

Shalawat dan salam teruntuk kekasih Allah Azza wa Jalla Rasulullah Sahlallahu’ Alaihi Wassalam, sang revolusioner sejati yang telah merubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah peradaban manusia.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu usaha perwujudan pelaksanaan Tridarma perguruan Tinggi, serta sebagai salah satu persyaratan akademik guna menempuh ujian sarjana dalam penyelesaian Pendidikan Program Strata I pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negri Gorontalo. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dihadapkan dengan berbagai kesulitan dan hambatan, namun dengan adanya kemauan dan niat yang tulus dalam diri, semua kesulitan yang dialami tersebut dapat diatasi dengan baik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi tidak mungkin selesai tanpa peran serta berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si selaku pembimbing I dan Nurhayati Tine, S.Pdi. M.Hi selaku pembimbing II yang tulus dan sabar dalam membimbing peneliti dalam menyusun skripsi

Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ungkapan rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd Selaku Rektor Universitas Negri Gorontalo

(9)

II Universitas Negri Gorontalo. Dr. Fence M. Wantu, SH.MH, Selaku Wakil Rektor III Universitas Negri Gorontalo, dan Prof. Dr. Hasanudin Fatsah, M.Hum, Selaku Wakil Rektor IV Universitas Negri Gorontalo 3. Dr. Hj Wenny Hulukati, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negri Gorontalo

4. Dr. Arwildayanto, S.Pd, M.Pd Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo. Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd. kons, Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo, dan Dr. Sukirman Rahim, S.Pd M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo.

5. Dr. Hj Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negri Gorontalo dan Dr. Isnanto, S.Pd, M.Ed, Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Negri Gorontalo

6. Drs. H. Haris Mahmud, S.Pd, M.Si Selaku Penguji I yang memberikan Koreksi dan saran demi kesempurnaan skripsi ini dan Dra. Elmia Umar, M.Pd Selaku penguji II

7. Seluruh Staf Dosen dan staf tata usaha di lingkungan fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo.

8. Fatmawati Usully S.Pd. M. MPd. sebagai kepala sekolah SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

9. Bapak dan Ibu guru Khususnya Ibu Titin Dano S.Pd

10.Semua pihak yang turut memberikan peran sertanya dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu.

(10)

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu kiranya dapat memaafkan segala kekhilafan dan kesalahan dari penulis dan terimakasih atas seluruh bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan.

Amin...!!!

Gorontalo, Juni 2016

(11)

DAFTAR ISI

MOTO DAN PERSEMBAHAN ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1Latar Belakang Masalah ...1

1.2Identifikasi Masalah ...2

1.3Rumusan Masalah ...2

1.4Tujuan Penelitian ...3

1.5Manfaat Penelitian ...3

BAB II KAJIAN TEORI ...4

2.1 Hakikat Pembelajaran ...4

2.1.1 Pengertian IPS ...4

2.1.2 Pentingnya IPS Dalam Program Pendidikan...5

2.1.3 Tujuan IPS ...7

2.1.4 Pengertian Pembelajaran IPS Di SD ...8

2.2 Pengertian Model Pembelajaran...9

2.2.1 Model Pembelajaran STAD ...10

2.2.2 Model Pembelajaran Jigsaw ...11

2.2.3 Model Pembelajaran NHT ...11

2.2.4 Model Pembelajaran Exampel Non Exampel ...12

2.2.5 Model Pembelajaran Terpadu ...12

2.2.6 Model Pembelajaran Picture And Picture ...12

2.3 Model Pembelajaran Think Pair Sahre...12

2.3.1 Pengertian Model Think Pair Share ...12

2.3.2 Kelebihan Model Think Pair Share ...13

2.3.3 Kelemahan Model Think Pair Share...14

2.3.4 Manfaat Model Think Pair Share ...15

2.3.5 Teknis Pelaksanaan Model Think Pair Share ...16

2.3.6 Tujuan Think Pair Share...17

BAB III METODE PENELITIAN ...18

3.1. Penetapan Lokasi Penelitian ...18

3.2. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...18

3.3 Peran Peneliti ...18

(12)

1. Jenis Data ...19

2. Sumber Data ...19

3.5. Teknik Pengumpulan Data ...20

1. Wawancara ...20

2. Observasi Partisipatif ...21

3. Dokumentasi ...22

4. kepustakaan ...22

3.6. Analisis Data ...22

1. Reduksi Data/ data reduction ...23

2. Penyajian Data/Data Display ...23

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ...23

3.7. Pengecekan Keabsahan Data ...24

1. Perpanjangan Pengamatan ...24

2. Meningkatkan Ketekunan ...24

3. Trianggulasi ...25

3.8. Tahap-Tahap Penelitian ...25

1. Tahap-Tahap Teoritis ...25

2. Tahap Eksplorasi ...25

3. Tahap Membercheck ...26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...27

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...27

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelirtian ...27

4.1.2 Visi Dan Misi Sekolah ...27

4.1.3 Keadaan Guru SDN 84 Kota Tengah Gorontalo ...28

4.1.4 Keadaan Siswa 84 Kota Tengah Gorontalo ...28

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...30

4.2.1 Temuan Umum ...30

4.2.2 Temuan Khusus ...31

4.2.3 Pengunaan Model Pembelajaran Think Pair Share di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo ...31

4.2.4 Kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan Model Think Pair Share dalam pembelajaran IPS...34

4.2.5. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran IPS ...35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN...37

5.1 Simpulan...37

5.2 Saran...38

DAFTAR PUSTAKA ...39 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Dokumentasi Penelitian

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 3 : Lembar Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Kelas

Lampiran 4 : Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Dengan Guru

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

Mutu pendidikan yang tinggi merupakan harapan bagi semua pihak baik dari orang tua,guru dan siswa itu sendiri karena pendidikan itu sangat penting untuk menambah wawasan setiap orang. Berbicara tentang pendidikn masih banyak kekurangan baik dari segi tenaga pendidikan (guru), maupun fasilitas yang dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan.pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum sekolah. Ilmu pengetahuan sosial ini dapat ditanamkan kepada siswa melalui pembelajaran di kelas dan tidak menutup kemungkinan ilmu pengetahuan sosial dapat diperoleh dari lingkungan. Pada dasarnya manusia membutuhkan pendidikan formal maupun pendidikan non formal, karena dengan pendidikan potensi dirinya dapat

berkembang melalui proses pembelajaran yang di ajarkan untuk melahirkan generasi baru yang cerdas dan handal. Dalam proses belajar mengajar guru harus mampu mengatur dan mengelola pembelajaran agar bisa mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan berjalan dengan baik, Sehingganya guru memerlukan keahlian khusus yang merekontruksi pemikiran siswa sesuai dengan esensi pedogogik.

(16)

model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa . Seperti halnya dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial terdapat beberapa model pembelajaran sala satunya adalah model pembelajaran Think Pair Share yang akan saya teliti dalam pembelajaran IPS di kelas IV.

Berdasarkan hasil observasi awal bahwa pembelajaran IPS khususnya di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo belum sepenuhnya di gemari siswa karena tidak semua siswa ikut berpartisipasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meski sudah menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Hal ini terlihat dari rendahnya respon siswa selama proses pembelajaran contohnya pada saat proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share belum sepenuhnya merangsang keberanian siswa untuk

mengungkapkan pendapatnya dan bekerjasama dalam berpikir berpasanagn selama proses pembelajaran, padahal model pembelajaran TPS adalah model

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa Dengan asumsi bahwa semua resitas atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian kualitatif deskriptif, dengan formulasi judul : Penggunaan Model Pembelajaran TPS ( Think Pair Share ) Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Penggunaan model pembelajaran Think pair Share belum sesuai yang diharapkan

(17)

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengunaan model Think Pair Share pada mata pelajaran IPS.

1.4 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :Untuk mengetahui penggunaan model Think Pair Share pada mata pelajaran IPS.

1.5Manfaat penelitian 1.6 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang penggunaan model pembelajaran think pair Share Dalam pembelajaran IPS di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi guru, manfaatnya sebagai acuan agar mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas mengajarnya dengan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran

2. Bagi siswa. Manfaatnya agar siswa terus meningkatkan keberanian dalam mengeluarkan pendapat dan akan fokus dan tetap senang pada pembelajaran IPS.

3. Bagi sekolah.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan sekolah akan terus menggunakan model-model pembelajaran sebagai alternatif untuk terus meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

4. Bagi peneliti.

(18)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1. Hakikat Pembelajaran

2.1.1. Pengertian IPS

IPS merupakan suatu program pendidikan dan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social studies), maupun ilmu pendidikan (sumantri, 2001 : 89). Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for social

Studies (NCSS), Menyebut IPS sebagai “Social Science Education”dan”Social

Studies”.

Istilah IPS dalam pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia Muncul bersamaan dengan diberlakunya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. Dengan kata lain, IPS seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini

dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut memiliki obyek material kajian yang sama yaitu manusia. Somantri (Sapriya:2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan Pendapat lain menyatakan Nasution (Isjoni, 2007: 21) “Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya”. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti, geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Sedangkan menurut Hasan (Isjoni, 2007: 22) “Pendidikan IPS dapat diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial”.

(19)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora merupakan dua bidang kajian yang potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai. Karakteristik ilmu yang erat kaitanya dengan kehidupan manusia dan banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan Tuhan, membuat dua bidang kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral,etika, dan perilaku. Sedangkan menurut Somantri (Sapriya, 2009: 11) “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu, serta memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial. IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang

disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu sosial yang membahas tentang kebudayaan, kegamaan, lingkungan dan juga membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada permasalahan yang ada, dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

2.1.2. Pentingnya IPS Dalam Program Pendidikan

Setiap orang sejak lahir, tidak terpisah dari manusia lain, dengan demikian maka Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) diangap sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia serta untuk mempolakan sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang lain.

(20)

1. Permasalahan yang menyangkut pengorganisasian antara lain di bidang pemerintahan, perundang-undangan, pendidikan, penyediaan keperluan hidup, kesehatan, dan kesejateraan

2. Ketenangan-ketenangan di dalam masyarakat baik dalam arti psikis maupun fisik (misalnya keseimbangan lingkungan,polusi,dan masalah lalu lintas. 3. Masalah pertentangan dan kekaburan nilai.

Akibat dari hal-hal tersebut terjadi gejala kehilangan pandangan menyeluruh, timbulnya spesialis yang makin intensif di bidang pengetahuan, misalnya mengakibatkan ketidak pastian diri, terampas rasa identitas individu, kehilangan nilai-nilai sosial dan tujuan etis.

Mata pelajaran IPS diperlukan sebagai:

1. Pengalaman hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa depan yang mantap dan utuh suatu bangsa yang bulat.

2. Laju perkembangan kehidupan, teknologi, dan budaya indonesia memerlukan kebijakan pendidikan yang seirama dengan laju itu.

3. Agar output persekolahan benar-benar lebih cocok dan sesuai serta bermanfaat.

4. Setiap orang akan dan harus terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat. oleh sebab itu perlu disiapkan ilmu khususnya, yaitu IPS.

Dilihat dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana dunia pendidikan selalu tertinggal dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka IPS diperlukan sebagai wadah ilmu pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan kehidupan dalam dunia pengajaran.sebab IPS mampu melakukan lompatan-lompatan ilmu secara konsepsional untuk kepentingan praktis kehidupan yang baru, sesuai dengan perkembangan jaman. IPS oleh para pendirinya secara sengaja diciptakan dan dibina ke arah menuntun generasi muda mampu hidup dalam alamnya (jaman dan lingkungannya) dengan bekal pengetahuan yang baru.

(21)

pengetahuan dan teknologi yang menarik lajunya pengetahuan dan teknologi yang menarik lajunya kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, IPS mau tak mau harus berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.Di dalam kehidupan yang moderen dengan komunikasi yang serba lancar dan cepat, hubungan antar orang menjadi makin intensif, dan peristiwa-peristiwa makin kompleks. Para pendidik pendidik sama-sama menyadari bahwa [engetahuan mengenai saling hubungan antara orang dengan orang, orang dengan benda-benda kebutuhan hidup, orang dengan lembaga, dan orang dengan lingkungan perlu lebih dikembangkan dan di miliki oleh anak didik. Dengan bekal tersebut bekal pengetahuan tersebut diharapkan agar hubungan antarorang, antarkelompok, antarlembaga dan antarbangsa, akan terjalin lebih lancar, kepincangan dan ketenangan sosial akan teratasi, sehingga dapat tercapai kehidupan masyarakat yang serasi.

IPS berusaha mengintegrasikan materi dari berbagai ilmu sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan manusia misalnya melalui penelitian, penemuan, atau eksperimen. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi sederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.

Untuk dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru yang mengajar IPS mengetahui benar-benar akan tujuan IPS, di samping pengorganisasian, bahan pelajaran, dan model yang akan dipakai dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

2.1.3 Tujuan IPS

(22)

Studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik. Dengan pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan yang demikian, lulusan sekolah pendidikan dasar diharapkan dapat mengembangkan pribadinya sebagai warga masyarakat, minimal mampu berdiri di atas kaki sendiri dan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dari semua hal di atas maka saya akan menjelaskan dan menggambarkan bagaimana pengertian pembelajaran IPS di SD.

2.1.4. Pengertian Pmbelajaran IPS DI SD

Dalam pembelajaran IPS selalu berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Ilmu pengetahuan sosial selalu melibatkan mnusia untuk berusaha memenuihi kebutuhan materinya,

(23)

anak. Dalam proses pembelajarn diupayakan mengaitkan bahan pelajaran IPS dengan pelajaran-pelajaran lain. Di samping itu perlu digunakan kejadian yang aktual untuk mendukung atau memperkuat pelajaran IPS yang sudah ada. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS SD guru harus mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang aktif, inovatif, dan kreatif. Guru adalah salasatu faktor yang sangat penting untuk mencapai hasil belajar. Oleh karena itu guru harus mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. .

Visiuniversal. 2014. http://visiuniversal.blogspot.co.id/2014/04/pembelajaran-ips-di-sekolah-dasar.html. Di akses pada tangal 7 april 2016.

2.2. Pengertian Model Pembelajaran

Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Pemanfaatan media yang realita jugas dalam proses pembelajaran merupakan acara yang cukup

efektif, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Dalam pengertian lain,model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya,seperti “globe” yang merupakan model dari bumi tempat kita hidup. Dalam istilah selanjutnya,istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual.Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan “model belajar mengajar” adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran,serta para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian,aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis.

Selain itu model pembelajran juga merupakan gambaran upaya guru untuk membuat situasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga mendorong siswa untuk belajar.

(24)

kelas, atau pembelajaran tambahan diluar kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran,sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya,

b. Model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakanginya.

Arens (Majid 2013 : 12) menyatakan model mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,sintaksinya,lingkungan dan sistem pengelolaannya.Dengan demikian, maka model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada pendekatan,strategi,metode dan prosedur.

Joyce dan Weil (Soli Abimanyu dkk 2010 : 10) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mecapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksnakan aktivitas pembelajaran. Dalam buku Model-Model Pembelajaran menurut Dr. Rusman,M.Pd Joyce dan Weil berpendapat bahwa moel pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulim (rencana pembelajaran jangka panjang),merancang bahan-bahan pembelajaran,dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Karena banyak sekali model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.

Berikut ini, macam-macam model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajara IPS.

(25)

menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, usahakan setiap berangotakan dengan heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan melalui diskusi dan kuis. Kurniasih (2015: 22-24)

2.2.2. Model pembelajaran jigsaw

Jigsaw adalah model kooperatif yang didesai untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada model pembelajaran jigsaw ini kreatif siswa sangat dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan

3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.mengetahui latar belakan siswa agar terciptannya suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. Kurniasih (2015: 24-28)

2.2.3. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

(26)

setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor. Kemudian guru mengajukan salah satu nomor untuk mewakili kelompok.

Kurniasih (2015: 29-31)

2.2.4. Model pembelajaran Exampel Non Exampel.

Model pembelajaran Exampel Non Exampel barangkali kurang familiar dibanyak kalangan. Model pembelajaran ini menggunakan media gambar sebagai media pembelajarannya. Model ini bertujuan untuk mendorong siswa agar belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang telah dipersiapkan terlebi dahulu. Dengan memperlihatkan contoh gambar yang ada diharapkandapat memusatkan perhatian siswa terhadap gambar-gambar dan materi yang sedang dipelajari. Kurniasih (2015: 31-34)

2.2.5. Model pembelajaran terpadu

Model pembelajaran terpadu merupakan perorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Dan model ini merupakan strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak. Kurniasih (2015:34- 44)

2.2.6. Model pembelajaran Picture And Picture

Model pembelajaran Picture and picture merupakan model pembelajaran yang kooperatif atau mengutamakan adanya kelompok-kelompok dengan menggunakan media gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Dan model ini memiliki karakteristik yang inovatif, kreatif, dan tentu saja sangat menyenangkan. Kurniasih (2015: 44-47)

Dari macam-macam model pembelajaran di atas peneliti tertarik

mengangkat model pembelajaran think pair Share yang akan di jelaskan di bawah pengertian dan langkah-langkah dari model TPS.

2.3. TPS (think pair Share)

2.3.1. Pengertian model think pair Share

(27)

mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini berkembang pertama kali Frang Lyman dan koleganya di universitas Maryland. Pada Dasarnya, model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitas atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu.

Model think pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. 2.3.2. Kelebihan Model pembelajaran tipe think pair Share

Banyak sekali sisi keunggulan dari model pembelajaran ini, diantaranya:

(28)

memikirkan materi yang diajarkan. (11) Siswa akan terlatih untuk membuat konsep pemecahan masalah. (12) Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang akan dibentuk tidak gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapat mereka. (13) Siswa dapat memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingganya ide yang mereka dapatkan menyebar pada setiap anak. (14) Memudahkan guru dalam memantau siswa pada proses pembelajaran.(15) Pelaksanaan model pembelajaran ini menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru diawal pertemuan sehingga diharapkann siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya. (16) Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu

berusaha hadir pada setiap pertemuan. (17) Proses pembelajaran dinamis , karena konsep pembelajaran ini juga menuntus siswa untuk aktif mencari permasalahan dan menemukan jawabannya. (18) Dengan pembelajaran TPS ini dapat diminimalisir peran sentral guru, sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. (19) Hasil belajar lebih mendalam, karena model pembelajaran TPS siswa dapat didefinisikan secara bertahap materi yang diberikan, sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal. (20) Meningkatkan sistem kerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima. imas Kurniasih (2015: 58-59)

2.3.3. Kelemahan TPS (tipe think pair Share)

(29)

kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. (5) Lebih sedikit ide yang muncul. (6) Jika ada persilisihan, tidak ada penengah. (7) Menggantungkan pada pasangan. (8) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan. (9) Ketidak sesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. (10) Metode pembelajaran tipe think pair Share belum banyak diterapakan di sekolah. (11) Sangat memerlukan

kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal. (12) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak. (13) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa. (!4) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas. (15) Jumlah

kelompok yang terbentuk banyak. (16) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS. imas Kurniasih (2015: 61-62)

2.3.4. Manfaat metode think-pair-Share

Manfaat TPS antara lain adalah: 1) memungkinkan siswa untuk bekerja dan bekerja sama dengan orang lain; 1)mengoptimalkan partisipasi siswa; dan 3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain. Skil-skil yang umumnya dibutuhkan dalam strategi ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain.

(30)

membatasi kesempatan berfikir melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil pemikirannya le mitra ( Jones susilo , 2005 : 45)

1. Think Pair Share meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan

banyaknya informasi yang di ingat siswa ( Guntyer , Ester dan Schwab , susilo,2005 : 46), dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar .Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru , tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab.

2. Think Pair Share meningkatkan lamanya “ time on task “ dalam kelas

kualitas kontribusi siswa dalam diskusi kelas.

2.3.5. Tekhnis pelaksanaan model pembelajaran think-pair-share Adapun teknis pelaksanaan model pembelajaran ini adalah:

Dimulai dengan langkah berfikir (thingking) sebagaimana nama model pembelajaran ini. Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

Langkah selanjutnya adalah berpasangan (pairing)

1. Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

(31)

pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Hal ini efektif untuk berkeliling ruang dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Cara lain yang dapat dapat dilakukan adalah dengan melakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang

disampaikan guru.

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan

hasil diskusinya.

Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. . imas Kurniasih (2015: 62-63 )

2.3.6. Tujuan Think Pair Share (TPS)

Tujuan think pair share Menurut Nurhadi (2004:66) tujuan dari TPS adalah ”tujuan secara umumnya adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, dan mengajarkan keterampilan sosial”.

Selanjutnya menurut Trianto (2009:59) berpendapat bahwa “Tujuan pembelajaran kooperatif TPS adalah a) dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, b) unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, c) membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Penetapan Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SDN 43 Kota Gorontalo. Peneliti memilih lokasi ini, didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi ini pernah menjadi tempat observasi pada semester sebelumnya,sehingga mempermudah peneliti memperoleh data.Penentuan lokasi ini juga didasarkan pertimbangan bahwa di SDN 84 Kota Gorontalo ini masih memiliki masalah yang harus di teliti.

3.2.Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,catata lapangan dokumen pribadi dan dokumentasi lainnya.

Menurut (Maleong,2005) peneliti kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,persepsi,motivasi,tindakan dll. Secara holistik dan dengan cara deskriftif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada satu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.

3.3 Peran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peran peneliti tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peneliti adalah instrument kunci , partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrument lainnya adalah sebagai penunjang. Artinya peneliti terjun langsung dilapangan dengan tujuan mendapatkan mendapatkan data-data yang akurat sesuai dengan kebutuhan peneliti. Karena peneliti bertindak sebagai pengamat penuh, sebelum melakukan penelitian peneliti memberitahukan terlebih dahulu ke pihak sekolah akan melakukan penelitian agar status peneliti diketahui oleh pihak sekolah.

(33)

penelitian, sehingga penelitian dapat di terima oleh mereka dengan baik serta menjamin keterbukaan dalam memberikan informasi yang lengkap dan akurat pada peneliti.

Sebelum peneliti memasuki area penelitian yaitu SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo maka peneliti harus menemui key (kunci) terlebih dahulu yaitu guru kelas IV yang di lakukan oleh peneliti menyarankan izin penelitian. Mengkonfirmasi informan yang dapat diwawancarai, menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan bersikap administratif maupun semua masalah yang berhubungan dengan setting dan subjek penelitian untuk mencari informan. Untuk itu, agar diperoleh data yang valid, peneliti mengunjungi lokasi, pada tahap ini yang diutamakan adalah bagaimana kita sebagai peneliti dapat diterima dengan baik pada waktu memasuki setting area yaitu di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

3.4. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data dipilih secara purposive. Berikut ini penulis akan menguraikan jenis dan sumber data.

1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Jenis data ini adalah data sekunder yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.

2. Sumber data

(34)

pembelajaran TPS dalam mata pelajaran IPS materi perkembangan alat transportasi masa lalu dan masa kini di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

Adapun sumber data adalah langsung dari sumber data yaitu, Guru, Kepala dan siswa. Penentuan informan di dasarkan pada kriteria sebagai berikut: 1) subjek cukup lama dan secara intensif menyatu dengan lokasi penelitian, 2) subjek yang masih aktif terlibat di lingkungan aktivitas sekolah, 3) subjek yang memiliki banyak waktu sehingga dapat memberikan keterangan dan informasi yang lebih mendalam, 4) dapat memberikan keterangan dan informasi yang dapat dipercaya dan merupakan informasi yang sebenarnya, 5) subjek tergolong asing bagi peneliti, dimaksudkan agar dalam pengumpulan data dapat dilakukan secara serius.

Adapaun data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menyangkut pengunaan model pembelajaran TPS (think pair share )dalam pembelajaran IPS

kelas IV yang meliputi; kurikulum, model pengajaran, nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh pihak sekolah, sikap dan keteladanan para guru, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penerapan model pembelajaran TPS (think pair share ) dalam pembelajaran IPS kelas IV

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah interview, observasi dan dokumentasi. secara baik.

1. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data dapat dikumpulkan semaksimal mungkin.

(35)

kelas yang IV. Tahap kedua, peneliti mempersiapkan pedoman wawancara dengan daftar pertanyaan sementara yang memuat hal pokok berdasarkan rumusan masalah. Tahap ketiga, melakukan wawancara dengan tetap menjaga kesopanan sikap peneliti serta suasana yang kondusif. Pada tahap ini peneliti mengajukan pertanyaan yang bersifat Grand Tour, yaitu pertanyaan yang bersifat umum dalam situasi santai. Disamping memberikan informasi yang akurat, responden diberikan kesempatan secara bebas dan terbuka sebelum peneliti mengarahkan pertanyaan yang difokuskan pada hal-hal yang diungkap sesuai rumusan masalah dengan berpedoman pada beberapa pertanyaan yang telah disampaikan. Tahap keempat, menghentikan responden sudah kelihatan kelelahan. Pada akhir percakapan peneliti akan merangkum serta mengecek apakah yang telah disampaikan responden itu sudah sesuai dengan hal-hal pada rumusan masalah.

2. Observasi partisipatif

Ada beberapa alasan mengapa teknik observasi partisifatif ini digunakan, yaitu pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

Dengan teknik ini, peneliti mengamati aktivitas-aktivitas sehari-hari obyek penelitian, karakteristik fisik situasi dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama peneliti di lapangan, jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif (descriptive observation) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi apa yang terjadi di sana. Kemudian, setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti dapat menyempitkan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus. Peneliti dapat menyempitkan lagi penelitiannya dengan melakukan observasi selektif (selective observation). Sekalipun demikian, peneliti masih terus melakukan observasi

deskriptif sampai akhir pengumpulan data.

(36)

pengumpulan data di lapangan. Format rekaman hasil observasi catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format rekaman hasil observasi.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Dokumen atau arsip-arsip dan rekaman yang ada relevansinya dengan kebutuhan dan budaya sekolah. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,laporan,foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam.

3.6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam

penelitian ini analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam hal analisis kualitatif, (sugiono,2014,334) bodgan menyatakan bahwa data dalah proses mencari dan menyusun proses secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah yang di tempuh dalam menganalisis data yang di kemukakan Sugiono,2014

1. Reduksi Data/ data reduction

(37)

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila perlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Penyajian Data/Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya mendisplaykan data/penyajian data. Dalam penelitian ini, penyaji data bertujuan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami berdasarkan keterangan dan informasi yang diperoleh, serta memudahkan peneliti dalam penarikan kesimpulan. Informasi yang

dimasukan adalah uraian tentang penggunaan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran IPS materi perkembangan alat transportasi masa lalu dan masa kini. Disisni peneliti membuat teks naratif yang mempunyai satuan kesatuan berdasarkan data yang diperlukan. Serta terseleksi di lapangan.

3. Penarikan kesimpulan /Verifikasi

(38)

3.7.Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian,sering hanya ditekankan pada uji validitas dan relibilitas.validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitindengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.” Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian.kalau dalam obyek penelitian seperti sekolah para guru bekerja dengan keras maka peneliti melaporkan bahwa para guru bekerja dengan keras.

1. Perpanjangan Pengamatan

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih diangap orang asing,masih dicurigai sehingga informasi yang diberikan,belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan.Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan

selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. 2. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai contoh mengamati sekelompok masyarakat yang sedang berolahraga pagi. Bagi orang awam olahraga adalah untuk meningkatkan kebugaran fisik. Tetapi bagi peneliti kualitatif tentu akan lain kesimpulannya. Setelah peneliti mencermati secara mendalam, olahraga pagi itu bagi sekelompok masyarakat itu merupakan wahana untuk transaksi bisnis. Selanjutnya untuk dapat memahami perdagangan narkoba, maka peneliti harus melakukan pengamatan secara terus-menerus dan memahami sandi-sandi mereka.

3. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

(39)

yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan : (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,(b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Teknik Triangulasi dengan penyidik, artinya dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.

3.8 Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap orientasi ( persiapan Penelitian)

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan antara lain

a. Mengkaji dan mengamati kondisi nyata pada objek penelitian

b. Mengkaji dan menganalisis permasalahan umum dan spesifik pada objek penelitian.

c. Mencari literatur dan referensi lain yang relevan dan mendukung masalah atau fokus penelitian.

2. Tahap eksplorasi

Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Melakukan wawancara dengan responden yang menjadi informan berdasarkan indikator-indikator yang di gunakan dalam pedoman wawancara dalam bentuk pertanyaan.

b. Mencatat data/ keterangan/informasi yang diberikan informan dengan menggunakan alat bantu seperti buku catatan dan perekam melalui HP atau kamera.

c. Menganalisis dan menginterpretasikan data hasil wawancara atau pengamatan

(40)

3. Tahap Membercheck

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah :

a. Merangkum hasil analisis data yang di buat dalam bentuk ringkasan laporan b. Memberikan laporan hasil analisis kepada respondens untuk melakukan

koreksi dari hasil informasi yang telah diberikan. c. Memperbaiki kembali hasil koreksi dari respondens.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokai Penelitian

4.1.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo yang terletak di jalan kalimantan kelurahan dulalowo timur kecamatan Kota Tengah Kota gorontalo. SDN 84 Kota Tengah ini didirikan tahun 1980. Gedung SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo dibangun di atas lahan seluas 1197. –M2 dan luas bangunan 1000.-M2 Kantor sekolah ini memiliki beberapa bangunan, diantaranya yaitu ruang kepala sekolah, ruang dewan guru dan tata usaha, UKS, perpustakaan, kamar mandi,WC, dan 11 ruang kelas. Serta beberapa bangunan lain yang mengelilingi sekolah ini, yakni perumahan sekolah dan kantin sekolah.

Bangunan yang ada di SDN 84 Kota Tengah sudah layak digunakan.

Halaman sekolah cukup luas untuk melaksanakan upacara bendera serta lapangan yang digunakan untuk kegiatan olahraga. Sebagai sekolah yang mengutamakan keselamatan dan keamanan belajar siswa siswinya, maka sekolah ini dibuatkan pagar yang sudah di cat dan di masing-masing depan kelas dari kelas satu sampai kelas enam terdapat tanaman bunga-bunga guna untuk menambah keindahan sekolah tersebut.

4.1.2.Visi Dan Misi Sekolah

Adapun Visi Misi di sekolah SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo yaitu : Visi :

1. Terwujudnya peningkatan kualitas pendidikan sekolah berwawasan keunggulan

Misi :

1. Membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan dasar tentang baca tulis hitung guna melanjutkan pendidikan

2. Mengembangkan pengetahuan dibidang baca tulis alquran

(42)

4.1.3.Keadaan Guru SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo

Guru adalah profesi yang penuh dengan tantangan, kreativitasnya, ketangguhannya dan pemikiran yang mendalam untuk terus menerus mengkaji dan mengasah kemampuannya. Oleh karena itu mengajar hanya dapat dilakukan dengan baik dan benar oleh seseorang yang telah melewati pendidikan tertntu yang memang dirancang untuk mempersiapkan guru.

Untuk mengetahui keadaan guru SDN 84 Kota Tengah Kota Grontalo maka berikut ini peneliti menjabarkan nama-nama guru serta jabatan dari masing-masing guru :

Tabel 1 nama-nama guru SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo

No Nama Guru L/P Pendidikan Jabatan Ket

1 Fatmah Usuly, S.Pd, M.Pd Nip. 19570702 198008 2 001

P S2 Kepala Sekolah PNS

2 Habiba Adam

Nip. 19600101 197909 2 000

P SPG Guru Kelas I PNS

3 Jufri U Naki, S.Pd

Nip. 19600225 198304 2 006

L SI Guru Kelas II A PNS

4 Srifitrisno K. Takuwa, S.Pd

Nip. 19760629 199808 2 000

P SI Guru Kelas III A PNS

5 Rosnira, S.Pd

Nip. 19730715 200604 2 028

P SI Guru Kelas III B PNS

6 Yuliana, S.Pd

Nip. 19870610 201001 2

(43)

002

7 Titin Dano, S.Pd

Nip. 19740306 200604 2 019

P SI Guru Kelas IV B PNS

8 Mansur Husain, S.Pd Nip. 19650226 200604 1 004

L SI Guru Kelas V A PNS

9 Nurma, S.Pd P SI Guru Kelas V B Honor

11 Moh Efendi Lagona, S.Pd Nip. 19790120 200604 2 008

L SI Guru Kelas VI A PNS

12 Zakaria, S.Pd

Nip. 19861017 200901 2 002

P SI Guru Kelas VI B PNS

13 Riyanto Tolingi

Nip. 19680628 200604 1 012

L SI Guru Penjaskes PNS

14 Yuliani, S.Pd P SI Operator Honor

15 Idraak Kaaba, S.PdI Nip. 19741224 200501 1 003

4.1.4.Keadaan Siswa SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo

(44)

Untuk mengetahui keadaan jumlah siswa SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo Penulis jabarkan

keadaan siswa sebagai berikut :

Tabel 1 Keadaan siswa SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo

No Kelas Jumlah

laki-laki

Jumlah perempuan

Jumlah siswa Ronbel

1 Kelas I 14 19 33 1 ronbel

4.2.Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1.Temuan Umum

Berdasarkan apa yang telah ditemui di lapangan dan mewawancarai responden,peneliti menemukan gambara secara umum tentang penggunaan model pembelajaran think pair share (TPS) dalam penggunaan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. guru kelas IV

(45)

itu guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang berjumlah 2-5 orang siswa dalam satu kelompok dan memberikan tugas kesetiap kelompok. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya dan kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok sebelumnya. Siswa berkesempatan untuk membagikan hasil kerjanya pada kelompok lain. Setiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya, setelah siswa mempresentasikan hasil diskusi, guru membahas kembali materi dan membuat kesimpulan” seharusnya dengan langkah-langkah tersebut siswa-siswinya dapat memahami materi yang dijelaskan dan juga dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Akan tetapi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial ketertarikan siswa dalam belajar menggunakan model pembelajaran Think Pair Share ini belum nampak. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran Ilmu

pengetahuan sosial di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

4.2.2.Temuan Khusus

(46)

Pembahasan

Penelitian ini telah dilaksanakan dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif melalui model dan prosedur penelitian yang sesuai dengan sifat dan maksud untuk memperoleh hasil penelititian yang baik terutama dalam pennggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial di kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo

4.2.3. Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share Di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa penggunaan model pembelajara think pair share (TPS) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN 84 Kota Tengah Gorontalo mengaktifkan siswa menjawab pertanyaan yang di lontarkan guru dalam proses pembelajaran meski kuranggnya ketegasan guru dalam penguasaan kelas dalam menjelaskan materi sehingga siswa

tidak memperhatikan saat guru menjelaskan. Selain itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dilakukan oleh guru dengan cara siswa dibentuk ke dalam kelompok yang hetorogn 2-6 orang oleh guru, setelah itu mempresentasikan apa yang mereka kerjakan dalam berkelompok meski terdapat beberapa siswa yang tidak mau bekerjasama dalam kelompok bahkan ada beberapa kelompok yang lambat dalam mengerjakan tugasnnya bahkan saat presentasi kelompok ada siswa yang tidak memperhatikan. Hal ini membuat guru harus menjelaskan berulang-ulang sampai siswa itu sendiri paham dengan apa yang sudah diberikan oleh guru dan membutuhkan tenaga dan strategi dalam mengelola kelas atau memimpin diskusi kelompok kecil agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.

(47)

Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran think pair Share yang tidak dilakukan oleh Guru yaitu: (1) Memotivasi siswa untuk belajar

seperti menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari (2) membimbing kelompok bekerja dan belajar contoh, guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas (3) memberikan penghargaan contoh kelompok yang berani lebih dulu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya diberikan penghargaan berupa hadiah. Padahal langka-langkah ini dapat membantu guru untuk dapat dengan mudah melaksanakan apa saja yang akan dilakukan di lapangan serta dapat dengan mudah mengkondisikan siswa seperti pendapat Rusman langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim

(48)

(muhajir) dalam pembelajaran berkelompok dia merasa senang akan tetapi yang membuatnya malas dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok karena tidak mengerti dengan materi sehingga dia merasa malu dan takut salah dalam berpendapat. (Wawancara 22 April 2016). “Seperti dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial materi” Pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Siswa dibentuk kedalam kelompok yang heterogen 2-6 orang, kemudian guru membagi kartu informasi. Setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda untuk didiskusikan bersama kelompoknya dengan memahami kartu informasi. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan apa yang mereka kerjakan di depan kelas walaupun dengan langkah-langkah tersebut Masih ada beberapa siswa yang tidak fokus pada pembelajaran dan ada siswa yang tidak mau menerima pendapat dari siswa lain karena merasa pendapatnyalah yang paling benar seperti yang telah dijelaskan beberapa siswa SDN 84 Kota Tengah

Gorontalo di atas.

Menurut Gunter pembelajaran think pair share adalah pembelajaran dengan cara siswa saling belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam seluruh kelas. Hal senada juga disampaikan ibrahim, dkk, mereka menyatakan bahwa TPS (Think pair Share) atau (Berfikir berpasangan berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mengetahui pola interaksi siswa. Think pair share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirinci dalam oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.

(49)

Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. (5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompok-kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya. (5) Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi . Siswa mengikuti proses yang tertentu sehingga membatasi kesempatan berfikir melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil pemikirannya le mitra ( Jones susilo , 2005 : 45) namu pembelajaran Think Pair Share yang peneliti temukan di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo

berbeda dengan apa yang telah peneliti ketahui dan apa yang telah dijelaskan oleh le mitra (Jones susilo , 2005 :45). Selain itu masih kuranggnya ketegasa dari guru dalam pengelolaan kelas. Seperti memberikan teguran yang keras dalam proses pembelajaran atau memimpin kelompok kecil dan masih kurangnya keaktifan guru dalam penguasaan kelas, guru lebih banyak berada di depan kelas

ketimbang berkeliling dan memonitoring diskusi kelompok.

4.2.4.Kendala-Kendala yang dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pemebelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh guru maupun siswa yang menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan untuk mempelajari caran agar lingkungan sekitar juga dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa dan guru.

(50)

yang menjadi salah satu kendala dalam proses pembelajaran. Kendala-kendala dalam proses pembelajaran atau Masalah-masalah yang dialami apabila tidak segera diatasi tentunya akan menghambat proses pembelajaran dan akan berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik sebagai guru kita harus mengetahui kondisi siswa dan menemukan solusi dari masalah tersebut. Berikut penjelasan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran

a. Guru

karena siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosil, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depan. Sehingga sulit untuk memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran dan pengelolaan kelompok kecil seperti banyak siswa yang sering melapor perlu dimonitornig.

b. Siswa

Tidak semua siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan siswa tidak berusaha dan tidak memahami materi yang diajarkan bahkan diantara mereka ada yang sulit berkomunikasi dengan teman kelompoknya serta lebih cendrung bersemangat belajar di luar kelas bahkan kadang-kadang siswa egois tidak mau menerima pendapat dan saran teman kelompoknya.

4.2.5.. Upaya-Upaya Yang DiLakukan Dalam Mengatasi Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam Pembelajaran IPS.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti memberikan solusi sebagai upaya untuk perbaikan model pembelajaran Think Pair Share yang diterapkan melalui deskripsi sebagai berikut :

a. Guru

(51)

dalam penggunaan model pembelajaran Think pair share oleh guru adalah sebagai berikut:

1. Guru harus membuat kesimpulan proses pembelajaran

2. Guru harus menjelaskan kembali materi yang belum diungkapkan atau yang belum dimengerti siswa dalam proses pembelajaran.

3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampaikan.

4. Guru memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitanya dengan pelaksanaan materi yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan dari berbagai macam kendala yang muncul dari penggunaan model pembelajaran Think Pair Share bahwa dalam penggunaan model membutuhkan tehnik tertentu dari

(52)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diberikan simpulan sebagai Berikut:

Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share di SDN 84 Kota Terngah Gorontalo berbeda dengan apa yang peneliti ketahui berdasarkan penjelasan dari beberapa teori para ahli tentang Model pembelajaranThink Pair Share, dimana Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa untuk membuat variasi suasana pola diskusi

kelas, dengan asumsi bahwa semua resitas atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam model pembelajaran think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Model Pembelajaran Think

Pair Share di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo dalam pembelajaran ilmu

pengetahuan sosial belum sesuai dengan prosedur yang digunakan dalam langkah-langkah model Think Pair Share hal ini di sebabkan selama proses pembelajaran tidak semua siswa berperan aktif di karenakan guru belum sepenuhnya menguasai penggunaan model Think Pair Share tersebut.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diberikan beberapa saran sebagai berikut:

(53)

melakukan penguasaan kelas contoh dalam memonitoring atau memimpin kelompok kecil guru harus sering mengelilingi kelas selama proses pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran bisa berjalan dengan baik. Selain itu penyampain materi harus dibuat sedemikian menarik sehingga siswa akan memusatkan perhatianya terhadap materi selama proses pembelajaran berlangsung.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli.dkk 2009 : 10.Strategi Pembelajaran 3 sks Direktoret Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional

Aqib Zainal, 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif). Bandung : YRAMA WIDYA

Djalil Aria.dkk 2009: Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta : Universitas Terbuka

Hidayati , Mujinem. 2010 . Pengembangan Pendidikan IPS SD 3 SKS .Direktoret Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional

Ibrahim, Muslimin ddk. Pembelajaran kooperatif surabaya: UNESA 2012.

Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Negri Gorontalo. 2014/2015. Panduan Karya Tulis Ilmiah. Gorontalo : UNG Press.

Kurniasih Imas. Sani Berlin. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru Jakarta: Kata Pena.

Majid Abdul. 2013 : II. Strategi pembelajaran. Bandung: remaja Rosdakarya Maleong,2005. Metodologi kualitatif revisi. Bandung. PT RemajaRosdakarya. Rahmat Abdul S.Sos, S.Pd, M.Pd.(2009). Super Teacher. Bandung: MQS

Publishing

Rusman. Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: PT Rajawali Pers, 2011.

Saleh, Stivan. 2013. Penerapan Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Di Kelas V SDN 2 TAPA KEC. TAPA KAB, BONE BOLANGO

Sardiman. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Pers, 2011. Suprijono agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : PT pustaka pelajar. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Bandung : Alpabeta

Soebandi bandi, dkk.2008 model pembelajaran kritik dan apresiasi seni rupa. Solo : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Susilowati,dkk.2010. Pembelajaran kelas rangkap 2 SKS Direktoret Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional

Taneo Silvester Petrus. 2010. Kajian IPS SD 3 SKS Direktoret Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional

Uno,hamja B.2010 prorofesi kependidikan. Jakarta : Umi Aksara

Irwansahaja.( 2014). http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/08/pengertian pembelajan-ilmu-pengetahuan.html. Di akses pada tangal 7 april 2016. Visiuniversal. 2014.

(55)

DOKUMENTASI PENELITIAN

(56)
(57)

DOKUMENTASI PADA SAAT PROSES PEMBELAJARAN 1. Guru menjelaskan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial

(58)

DOKUMENTASI KERJA KELOMPOK SISWA

1. Situasi pemb elajaran berkelompok Think Pair Share di SDN 84

(59)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan pendidikan : Sekolah Dasar Materi pelajaran : IPS

Kelas/semester : IV/ II Alokasi waktu : 2 X 35 Menit A. Standar kompetensi

2. Mengenal sumber daya alam,kegiatan ekonomi,dan kemajuan teknologi di lingkungan Kab/Kota dan propinsi.

B. Kompetensi Dasar

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan

C. Indikator

1. Menjelaskan pengertian,tujuan,fungsi manfaat dan peranan koperasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

D. Tujuan pembelajarn Siswa dapat:

1. Menjelaskan pengertian,tujuan,fungsi, manfaat dan peranan koperasi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

E. Nilai Karakter

1. Religius : ( Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama)

2. Cinta tanah air

3. Kreatif : (Berfikir,bersikap,dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,lingkungan fisik,sosial,budaya,ekonomi dan politik bangsa). 4. Demokratis : ( cara berfikir,bersikap dan bertindak dan bertindak

yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.). F. Metode pembelajaran

Gambar

Tabel 1 nama-nama guru SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo
Tabel 1 Keadaan siswa SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo
Gambar kegiatan kerjasama

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis tanah memberi pengaruh nyata terhadap C-organik tanah dan N-total tanah, serta bahan organik yang berbeda memberi pengaruh

Konsentrasi larutan RNA yang digunakan untuk elektroforesis dibuat sama, yaitu 250 g/mL dengan tujuan agar intensitas cahaya yang dihasilkan oleh semua pita

(1) Puskesmas dapat mengajukan klaim pelayanan rawat inap dan pelayanan kebidanan yang termasuk dalam komponen pelayanan non kapitasi Jaminan Kesehatan Nasioanal

Nyeri pada disfungsi diskus diakibatkan oleh beban yang terus menerus seperti mengu- nyah pada satu sisi, mengerat gigi, dan terjadi penekanan yang dapat menyebabkan timbul- nya

Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan Indie Community Music Center di Yogyakarta ini adalah untuk menciptakan sebuah konsep rancangan bagi komunitas musik indie Yogyakarta

Dari data hasil penelitian, pada komunikasi ke bawah yaitu dari Indomanutd pusat dengan setiap region adalah melalui beberapa tahap yaitu pesan atau informasi

berkaitan paragmatik tidak dapat dipisah- kan dengan kajian ilmu sosiolinguisik di- mana konteks dan lawan tutur menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan

apabila terjadi hal demikian pihak Bank tidak dapat mengajukan atau meminta bantuan Pengadilan untuk melakukan eksekusi terhadap jaminan telah dilelang yang tidak