Bab I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Kriminalitas merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
merupakan suatu tindakan yang dapat menyebabkan pihak tertentu dirugikan baik
secara fisik maupun materi. Menurut hukum, kriminalitas adalah perbuatan manusia
yang melanggar atau bertentangan dengan apa yang ditentukan dalam kaidah, artinya
perbuatan yang melanggar larangan yang ditetapkan dalam kaidah, dan tidak
memenuhi atau melawan perintah-perintah yang telah ditetapkan dalam kaidah yang
berlaku dalam masyarakat bersangkutan bertempat tinggal. Ada beberapa pengertian
kriminalitas menurut para ahli, diantaranya :
1. R.Susilo
Secara yuridis mengartikan kejahatan (kriminalitas) sebagai suatu perbuatan atau
tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang.
2. M.A Elliat
Kejahatan adalah problem dalam masyarakat modern atau tingkah laku yang gagal
dan melanggar hukum dan dapat dijatuhi hukuman yang bisa berupa hukuman
penjara, hukuman mati, hukuman denda dan lain lain.
3. Dr. J.E Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro
Kejahatan adalah setiap perbuatan (termasuk kelalaian) yang dilarang oleh hukum
4. Mr. W. A. Bonger
Kejahatan adalah perbuatan yang sangat antisosial yang memperoleh dengan sadar
dari Negara berupa pemberian penderitaan.
Jumlah kriminalitas yang terjadi di Negara Indonesia khususnya didaerah
Tanah Karo dipengaruhi oleh banyak faktor seperti :
1. Asusila
Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma atau
kaidah kesopanan.
2. Penganiayaan
Penganiayaan merupakan suatu tindakan yang mempunyai kesengajaan dalam
melakukan suatu perbuatan untuk membuat rasa sakit pada orang lain atau luka pada
tubuh orang lain ataupun orang itu dalam perbuatannya merugikan kesehatan orang
lain.
3. Pencurian
Pencurian adalah tindakan yang mengambil benda atau barang milik orang lain secara
diam-diam, dengan maksud untuk memiliki barang itu secara melawan hukum.
4. Perjudian
Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di
antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi
pemenang.. Pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si
pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai.
5. Pemerasan/ Pengancaman
Pemerasan adalah tindakan melawan memaksa seseorang dengan kekerasan atau
pencurian yang didahului disertai kekerasan atau ancaman kekerasan, baik diambil
sendiri oleh tersangka maupun penyerahan barang oleh korban.
Pengancaman adalah dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain dengan
atau tulisan atau dengan ancaman akan membuka rahasia, memaksa seseorang supaya
memberikan barang, atau supaya memberi utang atau menghapus piutang.
6. Penggelapan
penggelapan adalah penyalahgunaan hak atau penyalahgunaan kepercayaan oleh
seorang yang mana kepercayaan tersebut diperolehnya tanpa adanya unsur melawan
hukum.
7. Penipuan
Penipuan adalah tindakan yang dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain dengan melawan , dengan memakainama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain
untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun
menghapuskan piutang.
8. Pengerusakan
Pengerusakan adalah tindakan yang dengan sengaja dan melawan menghancurkan,
merusakkan, membuat tidak dapat dipakai atau menghilangkan suatu benda yang
seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain.
Kantor Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan instansi pemerintah
yang mempunyai tugas utama untuk menjaga keamanan rakyat. Kantor Kepolisian
Negara Republik Indonesia memiliki data tentang kriminalitas yang terjadi. Sehingga
dalam hal ini penulis hanya akan menganalisa faktor-faktor kriminalitas yang sering
terjadi dalam masyarakat Tanah Karo berdasarkan catatan yang terdapat pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia Resor Tanah Karo.
Dari uraian diatas, maka penulis menuliskan skripsi yang berjudul
“Membentuk Persamaan Regresi Berganda dengan Menggunakan Metode
Stepwise Tentang Jumlah Kriminalitas di Kepolisian Resor Tanah Karo”. Telah
dikumpulkan data jumlah kriminalitas di kepolisian Resor Tanah Karo dari tahun
1.2Perumusan Masalah
Adapun permasalahan dalam tulisan ini adalah untuk menentukan persamaan penduga
yang sesuai terhadap jumlah kriminalitas di Kepolisian Resor Tanah Karo
1.3Pembatasan Masalah
Adapun Pembatasan Masalah sebagai berikut
1. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah kriminalitas yang ada di
Kepolisian Resor Tanah Karo , penulis hanya mencatat faktor-faktor yang
sering terjadi setiap caturwulan.
2. Pembatasan variabel pada data-data kriminalitas yang umum terjadi di
Kepolisian Resor Tanah Karo. Tidak termasuk di dalamnya data korupsi.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan faktor-faktor yang paling
mempengaruhi jumlah kriminalitas dan menentukan persamaan regresi berganda
untuk jumlah kriminalitas di Kepolisian Resor Tanah Karo.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat tulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan juga bagi
pembaca pada umumnya. Tulisan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai satu masukan
atau penunjang dalam berbagai bidang khususnya dalam pembuat perencanaan untuk
1.6Tinjauan Pustaka
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menggunakan beberapa buku panduan antara
lain:
Drafer. Smith, Analisis Regresi Terapan. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 1992
Dari buku ini dikutip prosedur Regresi Bertatar (Stepwise). Prosedur seleksi
bertatar akan mencari kesimpulan dengan menyusupkan peubah satu demi satu
sampai diperoleh persamaan regresi yang memuaskan. Urutan penyisipannya
ditentukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial sebagai ukuran
pentingnya peubah yang masih diluar persamaan.
Supranto. J, Ekonometrik, Buku Dua, LP FEUI 1984
i. Dari buku ini dikutip tentang pengambilan kesimpulan mengenai tetapan
atau kecocokan dari penduga (regresi linier) berdasarkan koefisien R2
Koefisien determinan R2 merupakan koefisien penentu yang mempunyai
kegunaan yakni sebagai ukuran kecocokan/ ketepatan (goodness of fit) bagi
garis regresi linier untuk pendekatan suatu kelompok data yang
berhubungan dengan kelompok-kelompok data lainnya secara linier, makin
besar nilai R2 makin baik.
ii. Pengujian berdasarkan Koefisien Korelasi Rank Spearman, awalnya
dilakukan pengurutan rank menaik atau menurun dari dua karakteristik yang
berbeda-beda. Kemudian ditentukan koefisien Korelasi Rank Spearman
sebagai berikut:
r 1 6 ∑
dimana,
dj = Selisih dua rank ke-j dari dua karakteristik yang berbeda.
n = Banyaknya data observasi/ banyaknya individu atau pengamatan yang
di rank-kan.
Uji yang digunakan adalah rumus:
dimana :
t-tabel = t , α ; n-2 adalah derajat kebebasan dan α adalah taraf nyata
hipotesa
Bila t t , α , maka varian (ej) = varian (ek) berarti model yang
digunakan adalah cocok.
Hamang. Abdul, Metode Statistik, Graha Ilmu 2005
Dari buku ini dikutip Koefisien Determinasi Berganda contoh yang
dilambangkan dengan R2y.1z, menunjukkan proporsi keragaman total nilai-nilai
peubah y yang dapat diterangkan oleh model yang digunakan :
R . 1 n 1 sJKG
JKG y y
Y merupakan nilai ramalan bagi Y, yang diperoleh dengan cara memasukkan (x1i,x2i) , untuk i=1,2,…,n ke dalam regresi berganda.
Sudjana, 1996. Tehnik Analisa Regresi Dan Korelasi. Matriks adalah suatu kumpulan besaran (variabel dan konstanta) yang tersusun dalam baris dan
kolom berbentuk persegi panjang. Pemanfaatan misalnya dalam menjelaskan
persamaan linier, transformasi koordinat dan lainnya.Di dalam Buku Sudjana
dinyatakan bahwa untuk melakukan proses stepwise ini perlu dihitung matriks
korelasi yang elemen-elemennya terdiri atas koefisien korelasi sederhana rij
antara Xi dan Yi dengan bentuk
r11 r12 r13 … r1k
r21 r22 r23 …
: :
: :
ry1 ry2 ry3 ryk
Selanjutnya hitung koefisien Korelasi Ganda R. Proses ini menghilangkan
variabel bebas dari model, dengan sifat apabila variabel itu dihilangkan tidak
1.7Metode Penelitian
Untuk mendapatkan persamaan regresi linier ganda yang digunakan sebagai penduga
jumlah tindakan kriminalitas. Penulis menggunakan metode stepwise forward dengan
langkah-langkah penyelesaian sebagai berikut:
Langkah 1. Pengumpulan data
Langkah 2. Menentukan matriks korelasi antara variabel respon (Y) terhadap
variabel bebas (X).
Langkah 3. Pemilihan variabel yang pertama diregresikan yaitu variabel yang
mempunyai harga mutlak koefisien korelasi terbesar terhadap variabel
respon (Y).
Langkah 4. Pembentukan regresi pertama yaitu regresi sederhana untuk variabel
terpilih pada Langkah 2. Keberartian regresi diuji dengan hipotesa:
H0 : Regresi tidak berarti.
H1 : Regresi berarti (signifikan).
Bila terima H0 maka proses diberhentikan dan diakhiri sedangkan
sebaliknya jika terima H1 maka variabel yang diregresikan tetap
didalam model.
Langkah 5. Pemilihan variabel kedua diregresikan. Bila pada langkah 3 terima H1
maka dilakukan pemilihan variabel kedua untuk diregresikan
berikutnya. Variabel terpilih adalah variabel sisa (di luar regresi) yang
mempunyai korelasi parsial terbesar.
Langkah 6. Pembentukan regresi kedua yaitu merupakan regresi ganda. Bila pada
Langkah 3 ternyata terima H1 selanjutnya variabel yang terpilih pada
Langkah 2 dan 4 diregresikan sekaligus (regresi ganda).
Keberartian regresi diuji dengan hipotesa :
H0 : Regresi ganda tidak berarti.
H1 : Regresi berganda berarti (signifikan).
Kemudian diuji keberartian koefisien regresi dengan rumus:
sedangkan, Ftabel=F(1,n-p)
Bila tidak signifikan maka proses dihentikan sedangkan sebaliknya bila
signifikan maka seluruh variabel tetap.
Langkah 7. Pembentukan penduga apabila proses pemasukan variabel terhadap
regresi sudah selesai, maka ditetapkan persamaan regresi yang menjadi
penduga linier yang diinginkan yaitu merupakan persamaan regresi
yang diperoleh terakhir.