• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (1)"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

A

NALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEBERHASILAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)

DI KECAMATAN TAKTAKAN KOTA SERANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

PEPY NOVIA HIDAYAH NIM 060381

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

“Jadikanlah Sabar dan Shalat sebagai Penolongmu”

(QS. Albaqarah: 153)

Kupersembahkan hasil karya kecilku ini untuk kedua orang tuaku

tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayang yang tak

terhingga, Kakak- kakakku tersayang dan semua orang yang selalu

mendukung serta memberi semangat dalam setiap langkah hidupku,

(3)

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan :

Nama : Pepy Novia Hidayah

NIM : 060381

Fakultas/Prodi : FISIP/Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan telah melaksanakan kegiatan penyusunan skripsi dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang” secara orisinil. Apabila suatu saat diketahui bahwa skripsi ini merupakan plagiat atau hasil penjiplakan dari skripsi lain, maka gelar yang diperoleh peneliti dapat dicabut sesuai dengan ketentuan.

(4)

ABSTRAK

Pepy Novia Hidayah. NIM. 060381. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Program Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2011.

Kata kunci: Kebijakan Publik, Faktor-Faktor Keberhasilan, Program Keluarga Berencana (KB)

Penelitian ini dilakukan dengan fokus penelitian Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Dengan Rumusan Masalah yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Teori yang digunakan untuk menganalisis yaitu implementasi kebijakan Publik menurut Model George C. Edward III. Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III disebut dengan Direct and Indirect impact in implementation. Menurut model yang dikembangkan oleh Edward III ada empat faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan yaitu faktor sumber daya, komunikasi, disposisi dan struktur birokrasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman.

(5)

ABSTRAC

Pepy Novia Hidayah. NIM. 060381. Analysis of the factors influence the success of the Family Planing Program in district Taktakan Serang City. Public Administration Department, Faculty of Social and Political, University of Sultan Ageng Tirtayasa, 2012.

Keyword: Public Policy, Success Factors, Family Planing Program

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya bagi kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta tak lupa juga kita yang senantiasa selalu istiqomah dan ikhlas untuk menjadi umatnya. Dan berkat Rahmat, Karunia, dan Ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Hasil penelitian yang selanjutnya dinamakan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dengan Judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) Di Kecamatan Taktakan Kota Serang”.

Hasil penelitian ini tentunya tak lepas dari bantuan Kedua Orang Tuaku, Ibunda Hj. Supenti dan Ayahanda H. Abdullah Komar yang selalu memberikan do‟a, nasihat, cinta dan

kasih sayang kepada peneliti yang tak hentinya serta bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril dan materil Maka dengan ketulusan hati, peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak sebagai berikut :

1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Mpd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(7)

4. Mia Dwianna M., S.Sos., M.Ikom. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA.

5. Gandung Ismanto, S.Sos, M. M. selaku pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA.

6. Rina Yulianti S.IP, M.Si. selaku ketua jurusan Administarasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA yang telah memberikan nasihat, pengarahan, motivasi yang sangat berharga kepada peneliti. Serta kepada

7. Anis Fuad, S.Sos. selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA.

8. Listyaningsih, S. Sos., M. Si selaku Dosen Pembimbing akademik. 9. Gandung Ismanto, S.Sos, M. M selaku Dosen Pembimbing I Skripsi. 10. Yeni Widyastuti, S. Sos, M. Si selaku Dosen Pembimbing II Skripsi

11.Arenawati, S. Sos, M. Si. selaku penguji seminar Proposal Skripsi dan penguji Sidang Skripsi.

12.Ipah Ema J.,M.Si. selaku penguji Sidang Skripsi.

13.Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNTIRTA yang membekali penulis dengan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.

14.Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang beserta Staff khususnya di Bidang KB yaitu Bapak Apay Supardi S. IP, M. Si selaku Kasubag KB yang telah memberi banyak informasi mengenai Program Keluarga Berencana. 15.Kepala Ibu Emi, S. Sos selaku Kepala, Ibu Sri Endah S. Sos selaku Kasubag dan Bapak

(8)

Kecamatan Taktakan yang telah memberi banyak informasi mengenai Program Keluarga Berencana serta izin Penelitian.

16.Kepala Kecamatan Taktakan Beserta Staff nya yang telah memberi izin Penelitian. 17.Seluruh Informan yang turut memberikan informasi dalam menyelesaikan penelitian ini. 18.Kakak-kakakku tercinta yang selalu sabar memberikan nasehat, motivasi baik secara materil

maupun non materil, dan doa kepada peneliti hingga saat ini.

19.Sahabat ku Ica, Abel, Manir, Ani, Wati, ling-ling. Terima kasih atas Doa dan dorongannya dan untuk semua waktu yang pernah kita lalui, teman berbagi, serta kebersamaan yang tidak lekang waktu.

20.Sahabat-sahabat ku kelas C ANE angkatan 2006. Asih, Nina, Santi, Ratna, Dona, Desi, Edah, Ikoh, Indah, Dian, Jane, Ujang, Acho, Azhar, Eko, Icha, Pepy, Ephan, Lutvia atas kebersamaannya di kelas C. Semoga kita semua sukses di masa depan dan akan selalu menjalin silaturahmi. Amiin…

21.Sahabat seangkatan ANE 2006 Teman-teman kelas A dan B yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu.

22.Semua pihak yang telah membantu peneliti hingga selesainya skripsi ini.

(9)

Serang, Deember 2012

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

LEMBAR ORIGINALITAS

ABSTRAK ... i

ABSTARC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

(11)

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 17

1.4 Tujuan Penelitian ... 17

1.5 Manfaat Penelitian ... 17

1.6 Sistematika Penulisan ……….. 19

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Pengertian Kebijakan ... 20

2.1.2 Pengertian Publik ... 23

2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik ... 24

2.1. 4 Pengertian Implementasi Kebijakan ... 30

2.1.5 Implementasi Kebijakan Model Edward III ... 35

2.1.6 Pengertian Penduduk ... 40

2.1.7 Keluarga Berencana ... 42

2.2 Kerangka Pemikiran ... 52

2.3 Asumsi Dasar ... 54

(12)

3.1 Metode Penelitian ... 55

3.2 Instrumen Penelitian ... 56

3.3 Tekhnik Penelitian ... 57

3.4 Informan Penelitian ... 60

3.5 Tekhnik Analisi Data ... 62

3.6 Pengujian Validitas ... 65

3.7 Lokasi Penelitian ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 70

4.2 Deskripsi Data ... 76

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ... 76

4.2.2 Daftar Informan ... 79

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian... 82

BAB IV PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 112

5. 2 Saran ... 114

(13)

LAMPIRA

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Peserta Keluarga Berencana Aktif di Kota Serang ... 7

Tabel 1.2 Akseptor Baru Menurut Pemakaian Alat Kontrasepsi Di Kota Serang Tahun 2010 ... 8

Tabel 1.3 Pencapaian Target Akseptor Baru Keluarga Berencana Di Kota Serang Tahun 2010 ... 8

Tabel 1.4 Jumlah Pengguna KB di Kecamatan Taktakan ... 10

Tabel 1.5 Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I ... 11

Tabel 1.6 Jumlah Bayi Lahir di Kecamatan Taktakan ... 12

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 62

Tabel 3.3 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 69

Tabel 4.1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan Taktakan ... 71

Tabel 4. 2 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Taktakan ... 72

Tabel 4.3 Jumlah Sarana Pelayanan KB di Kecamatan Taktakan ... 73

(14)

Digunakan di Kecamatan Taktakan ………. 71

Tabel 4.5 Indikator Pertanyaan ………... . 78

Tabel 4.6 Daftar Informan………. 79

Tabel 4.7 Latar Belakang Pendidikan Pegawai UPT BPMPKB

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Segitiga Perumusan Kebijakan ... 28

Gambar 2.2 Kejelasan Makna Kebijakan Publik ... 34

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir ... 53

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN 2 Catatan Lapangan

LAMPIRAN 3 Matriks Hasil Wawancara Sebelum Reduksi Data

LAMPIRAN 4 Matriks Hasil Reduksi Data

LAMPIRAN 5 Panduan Wawancara

LAMPIRAN 6 Member Chek

LAMPIRAN 7 Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN 8 Rekapitulasi Hail Pendataan Keluarga Tingkat Kecamatan Tahun 2010 Kecamatan Taktakan

LAMPIRAN 9 Kecamatan Taktakan dalam angka 2011

LAMPIRAN 10 Jumlah Data Kelahiran dan Kematian Bayi Tahun 2011

LAMPIRAN 11 Daftar Nama Petugas Pendata Kecamatan Taktakan

LAMPIRAN 14 Riwayat Hidup Peneliti

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang masalah

Memiliki keturunan adalah bagian tidak terpisahkan dari eksistensi manusia. Namun, memiliki keturunan dalam jumlah tidak terkendali, dapat menjadi ancaman terbesar bagi kelangsungan eksistensi itu sendiri. Perspektif seperti itu relevan untuk situasi dan kelangsungan eksistensi manusia Indonesia, yang lebih makmur, lebih sejahtera. Terutama berkaitan dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang kian lama kian mengkhawatirkan.

Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 1990-2000, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta jiwa.

Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen) disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa.

(18)

Laju pertumbahan penduduk di Indonesia sangat cepat dan terus meningkat. laju pertumbuhan penduduk harus segera ditanggani dan mendapat perhatian serius dari pemerintah juga masyarakat karena jumlah penduduk Indonesia pada saaat ini sudah mencapai 237,6 juta jiwa dan merupakan urutan ke-empat dunia setelah Cina yang berjumlah 1,3 milyar jiwa, India yang berjumlah 1,1 milyar jiwa dan Amerika Serikat yang berjumlah 350 juta jiwa (www.majalahforum.com: 23 Mei 2011 diakses jam 09. 00 WIB)

Tingkat Pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi dan tiak diatur serta dibatasi akan berdampak negatif pada berbagai bidang kehidupan, baik itu kehidupan bidang sosial, ekonomi maupun politik juga berpengaruh terhadap penggunaan kehidupan masyarakat yang pada gangguan kemanan, ketertiban masyarakat dan akhirnya berpengaruh pula pada kegiatan pembagunan nasional.

Upaya pemerintah untuk menahan ledakan penduduk ini, yaitu dengan suatu program yang dikenal dengan istilah Keluarga Berencana. Keluarga berencana merupakan program yang digalakkan pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Hal ini disebabkan jumlah penduduk indoneisa menduduki posisi nomor empat terbanyak di dunia. Jika tidak dikendalikan maka ledakan penduduk ini akan mejadi masalah sosial yang bisa menggagu pembangunan bangsa.

Keluarga Berencana (KB) menurut WHO (1970) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mengetahui kelahiran yang diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diiinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu pada saaat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.

(19)

kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta masyarakat pada umumnya. Dengan berhasilnya pelaksanaan keluarga berencana diharapkan angka kelahiran dapat diturunkan, sehingga tingkat kecepatan perkembangan penduduk tidak melebihi kemampuan kenaikan produksi. Dengan demikian taraf kehidupan dan kesejahteraan rakyat diharapkan akan lebih meningkat.

Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu daerah yang telah berhasil meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam ber KB yakni pada tahun 1990 hanya 12,49 persen meningkat pada tahun 2010 menjadi 68,13 persen. Sebaliknya untuk angka kelahiran (TFR ) mampu diturunkan, pada tahun 1980 sebesar 4,99 per wanita menjadi 2,7 per wanita. (http://www.ipkbkaltim.com: diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)

BKKBN Kaltim selain berupaya meningkatkan keikutsertaan KB dan menurunkan angka kelahiran juga melakukan berbagai upaya di antaranya melakukan pembinaan terhadap para remaja dengan membentuk Pusat Informasi Konseling (PIK) yang tersebar di 14 Kabupaten/kota yang jumlahnya mencapai 277 Pik Remaja. Selain itu pula melakukan pembinaan dan mengembangkan kemandirian keluarga, khususnya bagi keluarga Pra sejahtera dan KS I, dengan membentuk usaha ekonomi produktif melalui usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) jumlahnya telah mencapai 425 kelompok. (http://www.ipkbkaltim.com: diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)

(20)

cakupan atau indikator penilaian seperti peserta KB Aktif (PA), peserta KB Baru (PB), konseling, informasi dan edukasi tercapai. Kota Tegal juga berhasil dalam peningkatan pelayanan KB.

Peserta KB aktif di Kota Tegal mencapai 37.134 akseptor yang terdiri dari 3.307 pengguna IUD, Medis Operasi Wanita ( MOW ) atau streril sejumlah 2.933, Medis Operasi Pria ( MOP ) atau vasektomi 51, pengguna kondom 888, implant 3.097, suntik 23.260 dan pil 3.598. Jumlah Pasangan Usia Subur ( PUS ) mencapai 49.652 sehingga jika diprosentasekan mencapai 74,78 %.

Dari jumlah PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah mereka yang sedang hamil sejumlah 1.134, ingin anak segera 4.223, menunda kehamilan 3.070 dan tidak ingin punya anak lagi 4.091. peserta KB mandiri sejumlah 64,55 % atau sekitar 23.696 dengan jumlah akseptor pria mencapai 946 atau sekitar 2,54 %. Sementara untuk pengguna Kontrasepsi Jangka Panjang ( MKJP ) selain pengguna Kondom, suntik dan Pil mencapai 12.746 atau sekitar 34.32 %. Permintaan Masyarakat akan KB di Kota Tegal yang ditargetkan dalam Perkiraan Permintaan Masyarakat ( PPM ) KB Aktif hanya 72,71 % dalam tahun 2011 ternyata sampai dengan bulan Mei 2011 sudah melebihi target yakni sekitar 74,78 % . Sementara untuk Permintaan KB Baru mencapai 3.908 akseptor atau sekitar 43,36 % di bulan yang sama. (http://cakrawalainterprize.com, diakses tanggal 26 Juli 2011, jam 19.00 WIB)

(21)

menekan laju populasi pertambahan penduduk. Upaya yang telah ditempuh dan perlu terus dilakukan untuk mengendalikan jumlah penduduk dan peningkatan jumlah penduduk salah satunya adalah melalui Program Keluarga Berencana (KB). Hal ini diperkuat melalui UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN).

Dengan adanya Undang-Undang nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangaunan Keluarga Sejahtera dan PP No. 7 tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN). Maka program Keluarga Berencana (KB) nasional tidak menjadi peraturan tetap yang mengikat, tetapi kebijakan tersebut tergantung setiap kebijakan strategis yang dikeluarkan pemerintah propinsi dan pemerintah kota/kabupaten.

Berbagai macam bentuk pengelolaan dan kelembagaan program keluaraga berencana yang dimiliki setiap provinsi atau daerah-daerah di Indonesia, maka Kota Serang yang merupakan bagian dari provinsi Banten yang juga dikenal sebagai ibu kota provinsi Banten ini mempunyai suatu lembaga teknis yang dibentuk untuk mengurusi masalah social dan keluarga berencana (KB) yaitu Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana (BPMPKB).

(22)

Data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan, Perempuan dan Keluaraga Berencana (BPMPKB) tentang jumlah pengguna program Keluarga Berencana (KB) di Kota serang tahun 2010 dari 6 kecamatan yang ada di Kota Serang adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Peserta Keluarga Berencana Aktif di Kota Serang Tahun 2010 No Jenis KB (Kontrasepsi) Jumlah Peserta KB Aktif

1. IUD 5444

2. MOW 1762

3. MOP 466

4. KONDOM 1699

5. IMPLANT 3078

6. SUNTIK 40864

7. PIL 16088

Jumlah 69401

Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang, tahun 2010

(23)

Tabel 1.2

Akseptor Baru Menurut Pemakaian Alat Kontrasepsi di Kota Serang Tahun 2010

Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang, tahun 2010

Tabel 1.3

Pencapaian Tareget Akseptor Baru Keluarga Berencana (KB) di Kota Serang Tahun 2010

No KECAMATAN TARGET REALISASI PERSENTASE

1. Curug 1774 1354 76,32

Sumber: Badan Pemberdayaan Mayarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Serang, tahun 2010

(24)

melebihi target yaitu realisasi mencapai 3131. Ini menunjukan Kecamatan Taktakan merupakan salah satu kecamatan yang cukup berhasil dalam pencapaian target program Keluarga Berencana di Kota Serang selain Kecamatan Serang dan Kasemen. Oleh karena itu peneliti memfokuskan penelitian di Kecamatan Taktakan.

Lokus penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yaitu di Kecamatan Taktakan, Kecamatan Taktakan memiliki jumlah penduduk 76124 jiwa terdiri dari 396633 lak-laki dan 36461 perempuan, 17866 KK (14969 laki-laki dan 2897 perempuan), memiliki 12 Desa, 90 RW, 225 RT. Pasangan Usia Subur (PUS) yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB) berjumlah 14821, yaitu dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1. 4

Jumlah Pengguna KB di Kecamatan Taktakan

No Desa Jumlah

Sumber: UPT PPLKB Kecamatan Taktakan 2010

(25)

kecamatan Taktakan yaitu sebesar 65,4 % orang dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 14821 orang dengan jumlah penduduk sebanyak 76124 jiwa. Hal ini terlihat bahwa tingkat peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana (KB) cukup baik, karena dari jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) berjumlah 14821 terdapat 9699 yang aktif dalam menggunakan KB. Sedangkan dari jumlah PUS yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah mereka yang sedang hamil sejumlah 625, ingin anak segera 1949, menunda kehamilan 1533 dan tidak ingin punya anak lagi 1015.

Selain itu juga dari pendataan yang dilakukan oleh Petugas Penyuluhan Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB) kecamatan, ada beberapa keluarga yang dikatagorikan sebagai keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 yaitu dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:

Tabel 1.5

Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera 1

No. Desa Jumlah

(26)

Tabel di atas dapat dilihat bahwa yang keluarga yang tergolong keluarga pra sejahtera atau keluarga kalangan menengah kebawah yaitu berjumlah 6421 jiwa dan yang tergolong keluarga Sejahtera 1 atau keluarga kalangan menengah keatas yaitu berjumlah 14190 jiwa. Dengan adanya data-data tersebut diketahui bahwa program Keluarga Berencana (KB) yang dilaksnakan di kecamatan Taktakan tersebut tidak terlepas dari kendala-kendala atau masalah-masalah dalam pelaksanaan program keluarga berencana tersebut.

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui menekan jumlah penduduk dengan cara membatasi kelahiran bayi. Menurut data yang diperoleh oleh peneliti jumlah bayi yang lahir pada Juni tahun 2011 di kecamatan Taktakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.4

Jumlah Bayi Lahir di Kecamatan Taktakan Juni Tahun 2011

No Desa Jumlah

Sumber: Puskesmas Kecamatan Taktakan 2011

(27)

sedangkan bayi lahir mati terdapat 1 bayi. Jumlah bayi yang ada di Kecamatan Taktakan yaitu berjumlah 1.659 bayi. Sedangkan bila diprosentasikan bayi lahir hidup di Kecamatan Taktakan yaitu 99 %, dan selama bulan Juni 2011 tidak terdapat kematian ibu. Sedangkan selama tahun 2011 angka kelahiran menurut data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di Kota Serang mencapai 1.750 bayi. (http://bataviase.co.id: diakses tanggal 27 Juli, Jam 08.00 WIB) Dengan melihat data tersebut Kecamatan Taktakan dapat dikatakan cukup berhasil dalam mengurangi angka kematian bayi dan kematian ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena hal ini peneliti mengambil lokus di kecamatan tersebut. Dengan upaya inilah pertumbuhan penduduk ditekan melalui mengikuti program keluarga berencana (KB).

Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh peneliti dari lokasi penelitian yang bertempat di Kecamatan Taktakan Kota Serang, ditemukan hal sebagai berikut: Pertama, sudah mulai berkurang dan berubahnya cara pandang dari masyarakat kalangan menengah ke bawah yang menganggap bahwa dengan memiliki keturunan atau anak yang banyak dapat mendatangkan rezeki yang banyak pula. Terlihat dari lebih banyaknya yang ikut KB dibandingkan dengan yang tidak ikut KB. Hal ini didasarkan wawancara dengan Bapak Indra selaku PLKB Kecamatan Taktakan dan Ibu Sri Endah sebagai Kasubag UPT BPMPKB.

Kedua, adanya kepercayaan dari masyarakat yang menjunjung tinggi agamanya bahwa program KB dilarang oleh agama karena menunda atau tidak ingin memiliki anak merupakan perbuatan yang tidak mensyukuri dan menolak rezeki dari tuhan karena anak merupakan anugrah dari Tuhan yang harus disyukuri. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Indra selaku PLKB Kecamatan Taktakan.

(28)

program keluarga berencan karena untuk mengikuti program tersebut membutuhkan kedisiplinan dari penggunanya, dimana masyarakat harus secara teratur dan disiplin untuk melaksanakan aturan dari prgram tersebut sesuai dengan akseptor KB yang digunakan. Sedangkan masih banyaknya warga yang tergolong masyarakat miskin sehingga mereka tidak terlalu memperdulikan program tersebut karena mereka lebih memikirkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini didasarkan atas wawancara dengan Eniah warga Desa Taktakan dan Jenab warga Desa Kalang Anyar.

Keempat, kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor sehingga dapat menghambat kelancaran pelaksanaan kegiatan- kegiatan program keluarga berencana sperti: membutuhkan 1 buah kendaraan operasional mobil penerangan (yang sedang diusahakan dan baru disetujui dari pusat) dan membutuhkan komputer. Apabila ada kegiatan-kegiatan seprti untuk mendata 12 desa serta untuk membuat laporan kegiatan Keluarga Berencana menggunakan laptop milik pribadi pegawai. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Panji selaku PLKB Kecamatan.

Kelima, sosialisasi yang dilakukan oleh PLKB melalui penyuluhan dengan berbagai cara pendekatan berbagai tokoh yaitu dari tokoh agama,masyarakat dan pemerintah desa serta masyarakat dengan berdiskusi tentang manfaat dan pentingnya KB. Kemudian dengan cara per individu dengan datang ke rumah-rumah atau istilah lain yaitu dor to dor agar peserta KB meningkat. Hal ini didasarkan atas wawancara yang dilakukan dengan Bapak Panji dan Bapak Indra selaku PLKB Kecamatan.

(29)

Sehingga dalam menjangkau 12 desa yang ada di Kecamatan Taktakan petugas dibagi 2 zona untuk tiap petugas yaitu stiap zona terdiri dari 6 desa. Dan dibantu oleh kader-kader yang berasal dari ibu-ibu rumah tangga dan ibu-ibu PKK dalam tiap desa. Sehingga apabila ada jadwal pendataan dalam perhari 1 orang petugas mendapatkan bagian mendatangi 2 desa dan disetiap desa terdapat 1 kampung yang menjadi pusat pertemuan antara PLKB dan petugas Kecamatan. Hal ini didasarkan atas wawancara yang dilakukan dengan Bapak Panji selaku PLKB.

Berdasarkan pemaparan permasalahan-permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti, mengangkat dan mengambil judul masalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kacamatan Taktakan

Kota Serang”.

1.2Identifikasi Masalah

Dari pemaparan yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka identifikasi masalah yang diperoleh yaitu :

1. Sudah mulai berkurang dan berubahnya cara pandang dari masyarakat kalangan menengah ke bawah yang menganggap bahwa dengan memiliki keturunan atau anak yang banyak dapat mendatangkan rezeki yang banyak pula.

(30)

anak merupakan anugrah dari tuhan yang harus disyukuri

3. Pola pikir masyarakat yang tidak ingin direpotkan dengan melaksanakan program keluarga berencan karena untuk mengikuti program tersebut membutuhkan kedisiplinan dari penggunanya, dimana masyarakat harus secara teratur dan disiplin untuk melaksanakan aturan dari prgram tersebut sesuai dengan akseptor KB yang digunakan.

4. Kurang memadainya fasilitas lapangan dan kantor

5. Sosialisasi oleh petugas kepada masyarakat menggunakan berbagai cara pendekatan dengan para tokoh agar peserta KB meningkat.

6. Kurangnya jumlah petugas lapangan/sumber daya manusia.

1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam mengadakan penelitian penulis membatasi permasalahan penelitian pada fokus utama masalah yaitu tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana dengan lokus penelitian di Kecamatan Taktakan Kota Serang. Berdasarkan batasan dan indentifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu ” Faktor -Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang?”

1.4Tujuan Penelitian

(31)

Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana (KB) di Kecamatan Taktakan Kota Serang.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian yang memiliki judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Keluarga Berencana di Kecamatan Taktakan Kota Serang adalah :

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan teori-teori yang telah ada sehingga memperkaya hasil-hasil ilmu pengetahuan.

b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai Kebijakan publik.

2. Secara Praktis a. Pada peneliti

Karya ilmiah ini berguna untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam hal mempelajari tentang analisis kebijakan pada khususnya, dan khasanah ilmu pengetahuan lain selama mengikuti program studi ilmu administrasi negara.

b. Pada Instansi terkait

(32)

mempengaruhi keberhasilan Program KB, Sehingga hal ini akan menjadi masukan bagi pelaksanaan Program Keluarga Berencana dalam melakukan sosialisasi tentang Keluarga Berencana guna menekan jumlah pertumbuhan penduduk sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Pada peneliti lain

Pada pembaca atau peneliti selanjutnya karya peneliti ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan bagi pembaca pada peneliti selanjutnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

Pada bab II dijelaskan mengenai; Deskripsi Teori, Kerangka Berfikir Penelitian dan Asumsi Dasar Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Informan Penelitian, Teknik Analisis Data, dan Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data, dan Tempat dan waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

(33)

BAB V PENUTUP

Pada bab ini dipaparkan mengenai; Kesimpulan Hasil Penelitian, dan Saran Peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam penelitian

(34)

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti menggunakan beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian.

Teori-teori tersebut untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori kebijakan, kependudukan dan kebijkan program Keluarga Berencana (KB).

2.1.1Pengertian Kebijakan

Kebijakan (policy) mengandung arti yang bermacam-macam. Menurut Ahmad & Santoso (1996:192) kebijakan merupakan sebagai rangkaian konsep pokok dan asas yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan atau suatu konsep dasar yang jadi pedoman dalam melaksanakan suatu kepemimpinan dan cara bertindak.

Selain itu definisi kebijakan lainnya diungkapkan oleh Suharto (2008:3), yang menjelaskan bahwa:

(35)

“Kebijakan (policy) adalah sebuah instrument pemerintahan, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolaan submer daya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik yakini rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideology, dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.”

Pengertian di atas memberikan gambaran pada kita bahwa kebijakan merupakan alat yang digunakan pemerintah yang juga memeperhatikan sumber daya yang dimiliki untuk kepentingan publik. Definisi kebijakan lainnya dikemukakan oleh Lasswell (dalam Parson, 2005: 17)

“Kata kebijakan (policy) umumnya dipakai unutuk menunjukan pilihan terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat. kebijakan bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis (political) yang sering kali diyakini mengandung makna keberpihakan dan korupsi”

Definisi kebijakan menurut Laswell memberikan pengertian bahwa kebijakan diyakini bebas dari unsur politis yang kerap dimaknai sebagai sebuah konsolidasi. Kebijakan merupakan pilihan penting dalam organisasi.

Berbeda dengan pandangan Dunn (2003: 51) mendefinisikan kata kebijakan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau kebijakan berasal dari bahasa

Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan pur (Kota)

Pengertian kebijaksanaan berikutnya dikemukakan oleh Anderson (dalam Islamy 1991: 17), yaitu: “A purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of cancern

(36)

kegiatan atau keputusan yang berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan, program, keputusan, standar, proposal dan grand design. Secara umum, istilah kebijakan dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Dengan demikian, dari beberapa definisi kebijakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan adalah rangkaian konsep pokok yang menjadi garis besar dalam pelaksanaan suatu pekerjaan yang mengandung program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah bercirikan konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.

2.1.2Pengertian Publik

Istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat atau negara. Sebenarnya dalam bahasa Indonesia sesuai bila diberi terjemahan praja, hanya sejak zaman belanda kata-kata sangsekerta tersebut sudah salah kaprah. Arti sebenarnya dari kata praja tersebut adalah rakyat, sehingga untuk pemerintah yang melayani keperluan seluruh rakyat diberi istilah pamong praja (pelayan rakyat).

Arti publik menurut Kencana (1999: 18) adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berfikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.

Menurut Baber dalam Parsons (2005: 10) berpendapat bahwa sektor publik mengandung 10 ciri penting yang membedakan dari sektor swasta, yaitu:

1. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih mendua (ambiguous);

(37)

3. Sektor publik memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi yang sangat beragam;

4. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahnkan peluang dan kapasitas;

5. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atau kegagalan pasar;

6. Sektor publik melakukan aktivitas yang lebih banyak mengandung signifikansi simbolik;

7. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas; 8. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar untuk merespon isu-isu

keadilan dan kejujuran (fairness);

9. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik.

10.Sektor publik harus memprtahankan level dukungan publiK minimal diatas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.

2.1.3Pengertian Kebijakan Publik

Berbicara tentang kebijakan publik, maka tentu saja kita akan bersinggungan dengan apa yang disebut dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan kegiatan atau proses yang dilakukan oleh pihak berwenang dalam negara untuk menetapkan kebijakan-kebijakan umum yang terkait dengan kebaikan dan kepentingan bersama. Dalam pengambilan keputusan ini biasanya para desicion-makers akan melakukan berapa rangkaian yang saling berikat, mulai dari: menetapkan masalah yang benar, merumuskan alternatif-alternatif guna menyelesaikan masalah yang ada, menghitung kerugian dan keuntungan (cost and benefits) yang dapat tercipta dari alternatif kebijakan yang telah disusun, sampai dengan pengambilan keputusan.

Dunn (2006:64) menjelaskan bahwa Kebijakan publik ialah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.

(38)

tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang perlu diperhatikan.”

Selanjutnya, menurut Young dan Quinn dalam Suharto (2005: 44-45) membahas beberapa konsep kunci yang termuat dalam kebijakan publik:

1. Tindakan pemerintah yang berwenang. Kebijakan publik adalah tindakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan hukum, politis dan finansial untuk melakukannya.

2. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan masalah dunia nyata. Kebijakan publik merespon masalah atau kebutuhan kongkrit yang berkembang di masyarakat.

3. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.

4. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan publik pada umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudah ada dan karenanya tidak memerlukan tindakan tertentu.

5. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang aktor. Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi terhadap langkah-langkah atau rencana tindakan yang tlah dirumuskan, bukan sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat oleh sebuah badan pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan lembaga pemerintah.”

Definisi lain diungkapkan Dye dalam Agustino (2006:41) mengatakan bahwa ”kebijakan publik adalah apa yang dipilh oleh pemerintah untuk dikerjakan atau tidak

dikerjakan”. Sedangkan Rose mendefinisikan kebijakan publik sebagai ”sebuah rangkaian panjang dari banyak-atau-sedikit kegiatan yang saling berhubungan dan memiliki konsekuensi bagi yang berkepentingan sebagai keputusan berlainan.”

(39)

pada proses perumusan. Berikutnya Nugroho (2008: 54) mendefinisikan kebijakan Publik:

“Kebijakan Publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan negara yang bersangkutan. Kebijakan Publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada masyarakat yang di cita-citakan.”

Kebijakan publik merupakan keputusan politik yang dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah. Karena itu, karakteristik khusus dari kebijakan publik adalah bahwa keputusan politik tersebut dirumuskan oleh apa yang disebut Easton (Agustino, 2006:42) sebagai “otoritas” dalam sistem politik, yaitu: “para senior, kepala tertinggi, eksekutif, legislatif, para hakim, administrator, penasehat, para raja, dan sebagainya.”

Dan Easton mengatakan bahwa mereka-mereka yang berotoritas dalam sistem politik dalam rangka memformulasikan kebijakan publik itu adalah:

“Orang-orang yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suau masalah tertentu dimana pada satu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari yang diterima serta mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu”.

Dalam kaitannya dengan definisi-definisi tersebut maka Agustino (2006: 42) dapat menyimpukan beberapa karakteristik utama dari suatu kebijakan publik yaitu:

(40)

beberapa tindakan pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalahan. Secara negatif, kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan. Kelima, kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah”.

Selanjutnya menurut Suharto (2005: 78) bahwa dalam merumuskan suatu kebijakan dapat dikelompokan melalui tiga tahap yaitu:

”1. Tahap Identifikasi

a. Identifikasi masalah dan kebutuhan: tahap pertama perumusan kebijakan sosial adalah mengumpulkan data mengenai permasalahan sosial yang dialami masyarakat dan mengidentifikasikan kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi.

b. Analisis Masalah dan kebutuhan: yaitu mengolah, memilah dan memilih data mengenai masalah dan kebutuhan masyarakat yang selanjutnya dianalisis dan di transformasikan kedalam laporan yang terorganisasi.

c. Penginformasian rencana kegiatan d. Perumusan tujuan kebijakan e. Pemilihan model kebijakan f. Penentuan indikator sosial

g. Membangun dukungan dan legitimasi publik

2. Tahap Implementasi

a. Perumusan Kebijakan: rencana kebijakan yang sudah disepakati bersama dirumuskan kedalam strategi dan pilihan tindakan beserta pedoman peraturan pelaksannya.

b. Perancangan dan Implementasi Program: kegiatan utama pada tahap ini adalah mengoperasioanalkan kebijakan kedalam usulan-usulan Program atau proyek sosial untuk dilaksanakan atau diterapkan kepada sasaran program 3. Tahap Evaluasi

(41)

Gambar 2.1

Model segitiga Perumusan Kebijakan

Sumber : Suharto (2005:78)

Kemudian definisi lain diungkapkan oleh Hogwood Dan Gunn (1990) dalam Suharto (2005:4) yang menyatakan bahwa kebijakan publik adalah ”seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu”. Mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Hogwood dan Gunn kebijakan publik mencakup beberapa hal yaitu:

”1) Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atau pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai.

2) Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang telah dipilih.

3) Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah.

4) Program yakni seperangkat kegiatan yang emncakup rencana penggunaan sumberdaya lembaga dan strategi pencapaian tujuan.

5) Keluaran (output) yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah sebagai produk dari kegiatan tertentu.”

Selanjutnya menurut Friedrich dalam Agustino (2006:41) yang mengatakan bahwa kebijakan adalah:

”Serangkaian tindakan atau kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.”

Jadi, menurut peneliti bahwa kebijakan publik merupakan suatu rangkaian atau proses perencanaan tidakan yang dibuat oleh pemerintah untuk kepentingan negara dan

Identifikasi

(42)

masyarakat, sebagai suatu upaya untuk melaksanakan tata pemerintahan yang baik, dimana bila terjadi suatu kesulitan-kesulitan atau hambatan dalam peraturan yang telah dibuat dapat diminimalisir dengan solusi peraturan tersebut.

Pemerintah membentuk sebuah institusi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 1970, sebagai institusi pemerintah nondepartemen yang bertugas mengoordinasikan program KB secara nasional. Sejak itu, KB di Indonesia mulai dirancang sebagai salah satu program pemerintah. Dari sinilah pemerintah mulai mencurahkan perhatian pada persoalan kependudukan.

Program KB, sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kependudukan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, program KB memiliki posisi strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui pengendalian kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan (secara kuantitatif), maupun pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga (secara kualitatif) dalam mewujudkan keluarga yang kecil dan sejahtera. Sehingga tidak aneh, apabila KB diposisikan sebagai bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi. Sebab, apabila KB tidak berhasil, akan berimplikasi negatif terhadap sektor pembangunan lain seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sektor lainnya.

2.1.4Pengertian Implementasi Kebijakan

(43)

kebijakan, dalam proses kebijakan ada beberapa tahapan yaitu perumusan kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi kebijakan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada tahap implementasi. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak tujuan yang diinginkan.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang penting dalam keseluruhan struktur dan proses kebijakan, karena melalui tahap ini dapat diketahui berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu kebijakan. Didalam Implementasi kebijakan menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang hendak dicapai melalui berbagai cara dalam mengimplementasikannya sebagaimana yang diungkapkan Mazmanian dan Sabatier (1983:61) dalam Agustino (2006:139) implementasi kebijakan adalah :

” Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan. Keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya.”

Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang kompleks dan rumit. Untuk dapat melukiskan kerumitan dalam proses implementasi kebijakan tersebut dapat dilihat dari definisi implementasi kebijakan yang berbeda diungkapkan oleh Bardach dalam Agustino (2006:54) mengemukakan bahwa implementasi kebijakan, sebagai :

(44)

pemimpin dan para pemilih yang mendengarkanya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakanya dalam bentuk yang memuaskan orang”.

Kerangka lain mengatakan pendapat bahwa implementasi adalah tindakan yang dilakukan baik oleh kelompok pemerintah maupun swasta agar tujuan yang telah digariskan dapat tercapai sebagaimana diungkapkan oleh Metter dan Horn (1975) dalam Agustino (2006:139 ):

” Implementasi kebijakan ialah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”.

Dari tiga definisi yang telah dikemukanan dari beberapa tokoh mengenai implementasi kebijakan tersebut diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan menyangkut ( minimal ) tiga hal yaitu:

1) Adanya tujuan atau sasaran kebijakan

2) Adanya aktifitas atau kegiatan pencapain tujuan 3) Adanya hasil kegiatan

Dari beberapa rangkaian definisi diatas dapat diartikan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kegiatan melakukan suatu kebijakan terdahulu, yang kemudian pelaksanaan kebijakan itu dilaksanakan untuk mengatasi pembangunan yang dibutuhkan masyarakat yang kemudian pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

(45)

”Implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output) keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.”

Studi Implementasi kebijakan publik merupakan suatu kajian mengenai pelaksanaan dari suatu kebijakan pemerintah. Setelah suatu kebijakan dirumuskan dan disetujui, langkah berikutnya adalah bagaimana agar kebijakan tersebut dapat mencapai tujuannya. Menurut Nugroho (2008:433)Dalam Bukunya Kebijakan Publik bahwa Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Adapun untuk mengimplementasikan kebijakan publik dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kejelasan Makna Kebijakan Publik

Sumber : Nugroho (2008:433)

Kebijakan Publik

Program Intervensi Kebijakan Publik

Proyek Intervensi

Kegiatan Intervensi

(46)

Rangkaian di atas mermperlihatkan bahwa kebijakan Publik dalam bentuk Undang-Undang atau perda adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering di istilahkan sebagai peraturan pelaksana. Sedangkan peraturan publik yang bisa langsung operasional antara lain keppres, inpres, keputusan-keputusan kepala daerah, keputusan kepala dinas dan lainnya. Adapun rangkaian implementasi kebijakan Yaitu dimulai dari program, ke Proyek dan kekegiatan. Tujuan dari kebijakan publik pada prinsipnya melakukan intervensi. Oleh karena itu, implementasi kebijakan sebenarnya adalah tindakan (action) intervensi itu sendiri.

Dari beberapa definisi Implementasi Kebijakan dapat disimpulkan bahwa implementasi Kebijakan dapat diartikan sebagai proses pelaksanaan dari kebijakan yang telah dirumuskan sebelumnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan guna mengatasi setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dimana kebijakan tersebut telah digariskan dalam sebuah bentuk peraturan atau keputusan.

2.1.5 Implementasi Kebijakan Model Edward III

Model Implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III disebut dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Menurut model yang dikembangkan oleh Edward III terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasikan suatu kebijakan, yaitu faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan disposisi.

1. Faktor Sumber Daya

(47)

kebujakan, jika para personil yang bertanggungjawab mengimplementaskan kebijakankurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Indikator-indikator yang dipergunakan untuk melihat sejauhmana sumber daya dapat berjalan dengan rapi dan baik adalah:

a) Staf : sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf/pegawai, atau lebih tepatnya street-level bureaucrats. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh staf yang tidak memadai, mencukupi ataupun tidak kompeten di bidangnya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan staf pelaksana kebijakan.

b) Informasi: dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk. Pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan, implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap regulasi pemerintah yang telah ditetapkan, implementor hatus mengetahui apakah orang lain yang terlibat dalam pelaksanaan tersebut patuh terhadap hukum.

(48)

konteks yang lain, efektivitas kewenangan dapat menyurut manakala diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri mapun kelompoknya.

2. Faktor komunikasi

Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa yang menjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap proses kegiatan melibatkan unsur manusia dan sumber daya yang akan selalu berurusan dengan permasalahan ”Bagaimana hubungan yang dilakukan”. Implemantasi yang efektif baru akan terjdai apabila para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan mereka kerjakan, dan hal itu hanya akan diperoleh melalui komunikasi yang baik, yang juga dari komunikasi tersebut membentuk kualitas partisipatif masyarakat. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:

a) Transmisi: penyaluran komuikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali komunikasi yang telah melalui beberapa tingkatan birokrasi menyebabkan terjdainya salah pengertian (miskomunikasi). b) Kejelasan: komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas,

akurat, dan tidak ambigu, sehingga dapat dihindari terjadinya perbedaan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan seperti yang telah ditetapkan (tidak tepat sasaran).

(49)

3. Faktor Disposisi (Sikap)

Disposisi ini diartikan sebagai sikap para pelaksana untuk mengimplementasikan kebijakan. Dalam implemtasi kebijakan menurut Edward III , jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai kemampuan untuk mengimplemenatsikan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Hal-hal pentig yang perlu diperhatikan pada variabel disposisi menurut Edward III, antara lain:

a) Pengangkatan birokrat: pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memilki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga. Disposisi atau sikap para implementor yang tidak mau melaksanakan kebijakan yang telah ditepkan akan menimbulkan hambatan-hambatan bagi tercapainya tujuan dari pengimplementasian kebijakan. b) Insentif: Edward III menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk

mnegatasi kecenderungan sikap para pelaksana kebijakan adalah dengan memanipulasi insentif. Pada umumnya, orang bertindak berdasarkan kepentingan mereka sediri, maka manipulasi insentif oleh pembuat kebijakan dapat mengurangi tindakan para pelaksana kebijakan. Deng menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin dapat memotivasi para pelaksana kebijakan untuk dapat melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.

(50)

Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan sudah mencukupi dan para implementor mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk melakukannya, implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif, karena terdapat ketidakefisienan struktur birikrasi yang ada. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kejasama banyak orang. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi yan g baik.

Menurut Edward III terdapat dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasi ke arah yang lebi baik, yaitu dengan melakukan standar operating prosedurs (SOP) dan fragmentasi.

a) Standar operating prosedurs (SOP): adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pelaksana kebijakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan setiap hari dengan standart yang telah ditetapkan.

b) dan fragmentasi: adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan dan aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit.

2.1.6 Pengertian Penduduk

Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi Fertilitas (Kelahiran)

(51)

lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia.

Konsep- konsep dari fertilitas yaitu sebagai berikut:

a. Lahir hidup (live birth): menurut UN & WHO, adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, di mana si-bayi menunjukan tanda-tanda kehidupan, misalnya: bernafas, ada denyut jantungnya atau denyut tali pusat atau gerankan-gerakag otot.

b. Lahir mati (still birth): kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukan tanda-tanda kehidupan.

c. Abortus: kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu.

d. Masa reproduksi (Chidbearing age): masa di mana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-49) (2007: 55-56)

1. Mortalitas (Kematian)

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang

kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.

Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna perancangan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat. Data kematian juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program – program kebijakan penduduk.

(52)

Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor – faktor pendorong dan penarik bagi orang – orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar.

Menurut Munir (2007:114) migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.

2.1.7Keluarga Berencana

2.1.7.1Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana menurut WHO (1970) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mengetahui kelahiran yang diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontorl waktu pada saaat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).

(53)

Keluarga Berencana (KB) adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, keluarga serta dan bangsa pada umumnya, meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehinga pertambahan pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan produksi. Keluarga Berancana merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak (spasing) atau membatasi (limting) jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemingkinan kembalinya fase kesuburan (ferundity).

Dari beberapa definisi diatas mengenai Keluarga Berencana (KB), maka peneliti menarik kesimpulan bahwa Keluarga Berencana adalah perencanaan pasangan suami istri untuk mengatur dan menentukan jumlah anak yang diinginkan yang dilakukan secara berkelanjutan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Keluarga Berencana juga merupakan tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dan bangsa serta menekan pertumbuhan penduduk agar terciptanya kesejahteraan. 2.1.7.2Tujuan dan Manfaat Keluarga Berencana

1. Tujuan Keluarga Berencana

Program keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan untuk mengurangi tingkat pertumbuhan penduduk sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk tersebut. Selain itu terdapat beberapa tujuan lain yang dapat dicapai dengan program keluarga berencana, yaitu:

a. Mengingkatkan kesejahteraan ibu dan anak b. Meningkatkan harapan hidup

(54)

d. Mengurangi angka kematian ibu hamil dan melahirkan

Dengan program keluarga berncana ini kita dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia sehigga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan produksi nasional.

2. Manfaat Keluarga Berencana

Program keluarga berncana ini banyak memberi manfaat terutama bagi ibu yang sedang hamil. Dengan program ini kita dapat mengatur jumlah dan jarak kehamilan sesuai dengan keiinginan, sehingga kesehatan ibu dapat terjamin secara medis atas program keluarga berncana yang ikuti dan sarankan.

Dengan keluarga berncana maka dapat mencegah munculnya bahaya akibat:

a. Kehamilan terlalu dini b. Kehamilan yang terlambat

c. Kehamilan yang terlalu dekat jaraknya d. Kehamilan yang terlalu sering

Kehamilan seperti ini data menimbulkan bahaya kematian bagi ibu dan bayinya. Namun, dengan program keluarga berncana, hal ini dapat dicegah sehingga kesehatan ibu terjamin. Dengan membatasi jumlah anak, maka juga akan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga, karena dengan jumlah anak berkurang dibandingkan dengan keluarga yang memiliki banyak anak.

(55)

1. Sasaran Program KB

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2009-2014 yang meliputi:

1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun.

2. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.

3. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi6 persen.

4. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.

5. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.

6. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.

7. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

8. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

9. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.

2. Ruang Lingkup KB

Ruang lingkup KB antara lain: Keluarga berencana; Kesehatan reproduksi remaja; Ketahanan dan pemberdayaan keluarga; Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas; Keserasian kebijakan kependudukan; Pengelolaan SDM aparatur; Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan; Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara.

2.1.7.4Kebijakan dan Program-Program Keluarga Berencana

Menurut Rencana Strategi (Renstra) BPMPKB TA 2009, kebijakan dalam program-program Keluarga Berencana adalah sebagai berikut:

Kebijakan Bidang Keluarga Berencana (KB), adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan akses informasi dan kualitas pelayanan KB dan KR.

(56)

c. Meningkatkan pembinaan KIE dan pelayanan kesehatan reproduksi guna penaggulangan masalah kesehatan reproduksi.

d. Meningkatkan pembinaan dan mengintegrasikan informasi dan pelayanan konseling bagi remaja tentang kehidupan seksual yang sehat, HIV/AIDS, NAPZA, dan perencanaan perkawinan melalui kegiatan pembinaan kelompok remaja dan instansi masyarakat lainnya.

e. Meningkatkan ketahanan keluarga dalam kemapunan penguasaaan penumbuhkembangan anak, pembinaan kesehatan ibu, bayi, anak dan remaja, serta pembinaan lingkungan keluarga secara terpadu melaui kelompok kegiatan bina keluarga dan pendidikan anak usia dini.

f. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi keluarga dalam kegiatan usaha ekonomi produktif, termasuk pengetahuan dan keterampilan usaha, serta fasilitas dalam mengakses sumber modalnya.

g. Memaksimalkan upaya-upaya advokasi, promosi dan KIE keluarga berncana dan memberdayakan untuk peneguhan dan kelangsungan program serta pembinaan kemandidrian institusi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan KB.

h. Meningkatka kualitas pengelolaan manajemen pembangunan keluarga berncana, termasuk pengelolaan SDM, data dan informasi.

(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009)

Program pelayanan Kontrasepsi, sasaran tercapainya target perolehan peserta KB baru maupun akseptor aktif.

Kegiatan:

1. Pelayanan konseling KB

2. Pelayanan pemasangan kontrasepsi 3. Pengadaan alat kontrasepsi

4. Pelayanan KB Medis Oprasi.

(RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009)

2.1.7.5VISI BPMPKB

(57)

2.1.7.6MISI BPMPKB

1. Terwujudnya kemapuan dan kemandirian masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan

2. Mewujudkan keadilan dan kesejahteraan gender dan pengarusutamaan HAk anak serta perlindungan bagi perempuan dan anak.

3. Mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (RENSTRA KB BPMPKB Kota Serang, 2009:20-21).

2.1.7.7 Jenis-Jenis Kontarasepsi A. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata „kontra‟ yang berarti

mencegah/menghalangi dan „konsepsi‟ yang berarti pembuahan atau

pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi.

Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi melakukan hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi yang

memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan secara tepat. Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil (baik yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik,

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.3
Tabel 1. 4
Tabel 1.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Sistem Informasi Laboratorium Klinik Keperawatan merupakan bagian dari sistem yang ada di institusi pendidikan keperawatan, dimana dalam pembuatan aplikasi sistem

(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta

Kebiasaan dalam pengelolaan pembuatan kue rumahan di Desa Lampanah memiliki kebiasaan kurang baik, hal ini di sebabkan karena pengelolaan kue rumahan oleh

Menurut Hilman dan Romadoni (2001), penelusuran dokumen paten akan membantu dalam melakukan analisis perkembangan teknologi dunia yang terkait dengan rencana

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga