Mengelola Informasi-informasi untuk
Laporan Diagnosis Klien/Kasus:
“Pelayanan Psiko-Edukasional”
•
Jangan hanya berdasar pada tugas layanan
administrasi tes, membuat skor (hasil) dan
membuat psikogram dan/atau
psikodinamika
Ini belum merupakan “pelayanan
psiko-edukasional” tetapi baru merupakan potret
sesaat (
snap-shot
) tanpa suatu “Cerita
Lengkap” tentang klien (kasus).
1. Menyajikan (mengadministrasikan) tes, menyekor
dan membuat hasil dalam bentuk psikogram
2. Membuat kesimpulan “klinis” – mengenai:
(a) penyebab yang mungkin menimbulkan
kondisi yang ditemukan dalam evaluasi tentang subjek/klien;
(b) apa yang bisa diharapkan dari subjek yang diperiksa (prognosis);
(c) penjelasan diagnosis dan penjelasan apa yang dapat dilakukan untuk membantunya
(perlakuan/treatment).
1.
Ciri-ciri dan kondisi fungsi klien pada saat
pemeriksaan harus dideskripsikan dan/atau
dievaluasi
2.
Kemungkinan faktor penyebab atau etiologi
harus ditemukan
3.
Prognosis (apa yang dapat diharapkan dari
subjek yang diperiksa – kemungkinan positif
atau negatif, baik atau buruk) dan
pendekatan perlakuan (treatment) yang
disarankan
Informasi-informasi penting tentang subjek
yang bermasalah (klien)
Gambaran kepribadian
Gambaran latar belakang klien, baik yang
terungkap melalui pengamatan,
wawancara, maupun dari pengukuran
psikologis
Dapat berupa informasi dari:
(a) pengamatan;
(b) wawancara (autoanamnesa: wawancara terhadap klien yang mampu menjawab secara mandiri; atau aloanamnesa: wawancara yang
dilakukan secara tidak langsung mengenai kondisi klien, misal dengan orangtua, guru, dll);
(c) angket/kuesioner;
(d) data sekunder lain: hasil belajar di sekolah; latar belakang pendidikan dan sekolah; latar belakang
fisik dan kesehatan; latar belakang orangtua, keluarga, dan tempat tinggal.
1.
Identitas Pribadi
2.
Perumusan Masalah
3.
Informasi Latar Belakang
4.Informasi Diagnostik Baku
5.Gambaran Kepribadian
6.
Psikodinamika
7.Saran-saran
8.
(Rencana
Follow-up
)*
Terdiri dari: nama subjek, umur, jenis
kelamin, kelas, agama, kedudukan dalam
keluarga, nama ayah dan ibu, pekerjaan
mereka, pendidikan mereka, agama
mereka, banyaknya saudara dalam
keluarga, usia-usia mereka, alamat klien,
dan informasi lain jika diperlukan.
Berisi “ringkasan masalah” atau minimal alasan
dilakukannya pemeriksaan
Dengan dmkn bisa juga disebutkan sebagai “Tujuan
Pemeriksaan”
Fokus pada: “perilaku-perilaku” siswa yang
dipermasalahkan dan/atau perlu diubah; perilaku-perilaku tersebut hendaknya ditulis dalam bentuk daftar perilaku yang konkret, yang dapat diamati atau dapat diukur.
Informasi dapat diperoleh dari: hasil amatan, wawancara
terhadap guru kelas, guru BP, kepala sekolah, orangtua, dll.
RUMUSAN TUJUAN PEMERIKSAAN ini penting karena
menjadi “penentu arah” tujuan layanan psikologis yang kita lakukan.
Yaitu informasi-informasi yang dapat digali dari:
(a) pengamatan;
(b) wawancara (
autoanamnesa atau
aloanamnesa)
(c) angket/kuesioner;
(d) data sekunder lain: hasil belajar di sekolah;
latar belakang pendidikan dan sekolah; latar
belakang fisik dan kesehatan; latar belakang
orangtua, keluarga, dan tempat tinggal.
Informasi dasar diagnostik yang berasal dari:
(a) pengamatan
(b) wawancara
(c) pengetesan (pengukuran psikologis)
(d) catatan yang dimiliki sekolah, termasuk
nilai-nilai raport, perilaku yang telah dicatat
(dibuat dalam catatan detil); dan/atau
(e) informasi-informasi informal lain (misal
catatan prestasi jika ada, atau bahkan catatan
treatment tertentu yang pernah dilakukan
sebelumnya).
Menggambarkan aspek kepribadian dan aspek
kebutuhan siswa
Dalam sub-informasi juga termasuk:
gambaran masalah fisik-motorik; kognitif
perseptif; aspek afeksi-sosial
(sosial-emosional); afektif-motivasional
Deskripsi juga dapat berisi kesimpulan
tentang: (a) kekuatan, (b) kelemahan, dan (c)
kesempatan sumber daya dari klien yang
mungkin bisa dimanfaatkan (baik internal
klien maupun eksternal)
Menggambarkan asalah masalah dalam bentuk pembahasan
kemungkinan-kemungkinan hubungan logis (dinamika) antara berbagai faktor yang telah disajikan sebelumnya sehingga dapat dihipotesiskan: apakah masalah terutama muncul karena adanya faktor internal dari siswa pribadi, penyimpnangan perilaku siswa dalam menghadapi lingkungannya (faktor interaksional) dan/atau faktor yang berasal dari luar diri siswa, seperti teman, guru, sekolah, orangtua, atau bahkan masyarakat secara lebih luas.
Bila dalam “gambaran kepribadian” muncul kekuatan dan kelemahan
subjek sebagai individu, maka dalam PSIKODINAMIK lebih
menggambarkan “dugaan kaitan sebab dan akibat” – hasil interaksi individu dengan lingkugannya maupun tuntuan situasi saat itu.
JADI hanya melihat aspek-aspek yang terlibat (sebagai EITOLOGI)
saja yang digambarkan dalam alur paradigma sebab-akibat (psikodinamika).
Dari Psikodinamika ini lalu dihasilkan kesimpulan berupa garis-garis besar dugaan penyebab permasalahan
Bila alur laporan pemeriksaan sudah sesuai, maka
saran-saran yang muncul akan sangat erat
berkaitan dengan garis besar dugaan penyebab permasalahan
Saran-saran dapat berupa tindakan nyata (sedapat
mungkin konkret, namun tidak menggurui), untuk membenahi masalah yang dialami siswa;
menunjukkan kekuatan yang ada dalam diri siswal atau pun memunculkan program tertentu yang
mungkin diperlukan untuk membentuk perilaku yang diinginkan dan/atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan
Follow-up dapat berupa tindakan lanjutan yang berisi tindakan pengamatan dan/atau mencari informasi lanjutan tentang perubahan perilaku
(jika muncul), terhadap reaksi pada orangtua atau lingkungan (sekolah), perbaikan pelaksanaan
tugas-tugas di sekolah, dan/atau perubahan dalam skor tes baku (inteligensi, dll), sosiometri, dsb.
Dengan demikian follow-up dimaksudkan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya sasaran
perbaikan dalam diri siswa (klien).