• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN SUMBER DAYAMANUSIA and POTE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN SUMBER DAYAMANUSIA and POTE"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan dengan judul “Pengembangan Potensi Peserta Didik” .

Terima kasih disampaikan kepada dosen mata kuliah Pengembangan Sumber Daya Manusia yang telah membimbing dan memberikan mata kuliah demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Padang, 28 November 2017

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berupaya melaksanakan pembangunan di berbagai bidang termasuk pendidikan. Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang untuk mempersiapkan setiap individu yang akan berperan dalam pembangunan bangsa melalui pengajaran dan pelatihan, sehingga pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam memajukan suatu bangsa.

Tujuan pembelajaran hakekatnya adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara optimal, oleh karena itu guru seyogyanya mengenali dan memahami potensi peserta didik yang menjadi siswa asuhnya. Dengan memahami potensi peserta didik, guru dapat memberi gambaran tentang kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan peserta didik, serta dapat mengetahui potensi yang perlu ditingkatkan dan kelemahan yang perlu diminimalisasi. Dengan demikian guru dapat merencanakan pembelajaran yang tepat agar peserta didik mencapai prestasi terbaiknya sesuai dengan potensinya.

B. Rumusan Masalah

Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan potensi?

2. Apa sajakah jenis-jenis potensi belajar yang ada dalam diri siswa? 3. Bagaimanakah cara mengembangkan potensi siswa?

(3)

C. Tujuan

Dalam menyusun makalah ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan berbagai jenis potensi yang ada dalam diri siswa. 2. Mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa.

(4)

BAB II PENDAHULUAN

A. Pengertian Potensi

Potensi adalah kemampuan yang masih terkandung dalam diri peserta didik yang diperoleh secara herediter (pembawaan). Menurut Sukmadinata (2007:159) kecakapan potensial merupakan kecakapan-kecakapan yang masih tersembunyi, masih kuncup belum terwujudkan, dan merupakan kecakapan yang dibawa dari kelahiran. Dengan demikian potensi merupakan modal dan sekaligus batas-batas bagi perkembangan kecakapan nyata atau hasil belajar. Peserta didik yang memiliki potensi yang tinggi memungkinkan memiliki prestasi yang tinggi pula, tapi tidak mungkin prestasinya melebihi potensinya.

B. Jenis-Jenis Potensi Siswa

Potensi psikologis berkaitan dengan kecerdasan, bakat (aptitude) dan kreativitas. Kecerdasan diantaranya yaitu kecerdasan umum (kemampuan intelektual), kecerdasan majemuk, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual.

Bakat terbagi menjadi bakat sekolah (scholastic aptitude)dan bakat dalam pekerjaan (vocational aptitude).

1. Potensi Fisik

(5)

2. Potensi Psikologis a. Kecerdasan

1) Potensi Kecerdasan Umum

Kecerdasan umum (general intelligence) atau kemampuan intelektual merupakan kemampuan mental umum yang mendasari kemampuannya untuk mengatasi kerumitan kognitif (Gunawan, 2006:218) . Kemampuan umum dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, berpikir abstrak, keahlian dalam pembelajaran. Menurut Sukmadinata (2007:256) seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi maka memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengenal, menerima, dan memahami pengetahuan, menganalisa, mengevaluasi, dan memecahkan masalah, membaca, menulis, serta mengingat fakta. Inteligensi atau kemampuan intelektual merupakan potensi bawaan (potential ability) yang dikaitkan dengan keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik di sekolah. 2) Kecerdasan Majemuk

Menurut Gardner (Sukmadinata, 2011:95) tingkat inteligensi atau IQ bukan satu-satunya kecerdasan yang dapat meramalkan kesuksesan, akan tetapi ada kecerdasan dalam spektrum yang lebih luas yaitu kecerdasan majemuk (multiple intelligentce) .Dalam diri anak terdapat berbagai potensi atau kecerdasan majemuk. Menurut Gardner setiap anak memiliki kecenderungan dari delapan kecerdasan, meskipun memiliki tingkat penguasaan yang berbeda.

1) Kecerdasan bahasa (verbal-linguistic intelligence), kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks (penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, orator, penyiar adalah orang-orang yang memiliki inteligensi linguistik yang tinggi.

2) Kecerdasan matematika – logis (logical-mathematical intelligence), kecakapan untuk menghitung, mengkuantitatif, merumuskan proposisi dan hipotesis, serta memecahkan perhitungan-perhitungan matematis yang kompleks (para ilmuwan, ahli matematis, akuntan, insinyur, pemrogram komputer).

(6)

4) Kecerdasan kinestetis atau gerakan fisik (kinesthetic intelligence). Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan-kecekatan fisik (olahragawan, penari, pencipta tari, perajin profesional, dokter bedah).

5) Kecerdasan musik (musical intelligence). Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada, (komposer, musisi, kritikus musik, penyanyi, pengamat musik).

6) Kecerdasan hubungan sosial (interpersonal intelligence). Kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain secara efektif (guru, konselor, pekerja sosial, aktor, pimpinan masyarakat, politikus)

7) Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence). Kecakapan mengenali dan memahami diri serta menata diri sendiri secara efektif (agamawan, psikolog, psikiater, filsuf).

8) Kecerdasan naturalis adalah kecakapan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta (petani, ahli botani, arkeolog, antropolog, ahli ekologi, ahli tanah,atau pecinta lingkungan).

Dalam pandangan Gardner tidak ada manusia bodoh, terutama jika individu diberikan rangsangan yang tepat. Setiap peserta didik memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda dari 8 kecerdasan majemuk.

3) Kecerdasan Emosi

Konsep kecerdasan emosi semakin popular dan meluas serta menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kecerdasan emosi dalam mencapai keberhasilan, hal itu terjadi setelah Goleman menerbitkan buku Emotional Intelligence tahun 1995. Kecerdasan emosi memiliki peran yang penting dalam pendidikan, maupun dunia kerja bahkan ke semua bidang kehidupan yang melibatkan hubungan antar manusia. Menurut Goleman (1997:57) setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam wilayah kecerdasan emosi, misalnya beberapa orang amat terampil dalam menangani kecemasan sendiri tetapi sulit mengatasi rasa marah. Kecerdasan emosi dikembangkan melalui proses belajar.

4) Kecerdasan Spiritual

(7)

menemukan eksistensi God-Spot dalam otak manusia. Pada God-spot itulah terdapat fitrah manusia yang terdalam. Danah Zohar dan Ian Marshal adalah penggagas pertama mengenai konsep kecerdasan spiritual (SQ). Materi kecerdasan spiritual akan dibahas pada materi khusus (Agustian, 2001).

b. Bakat

Bakat merupakan kecakapan dasar atau suatu potensi yang merupakan pembawaan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan pada bidang tertentu. Setiap individu memiliki bakat hanya berbeda baik dalam derajat maupun jenisnya. Bakat dapat dikelompokkan menjadi bakat bilangan, bakat bahasa, bakat tilikan ruang, tilikan hubungan sosial, dan bakat gerak motoris (Makmun, 2009:55). Pembagian jenis bakat mungkin dikaitkan dengan bidang studi atau bakat sekolah (scholastic aptitude) atau bidang pekerjaan (vocational aptitude). Bakat sekolah berkaitan dengan kemampuan penguasaan ilmu, penguasaan mata pelajaran, seperti bakat matematika, bahasa, fisika, sejarah, IPS, olah raga, musik, menggambar dan keterampilan. Bakat pekerjaan berkaitan dengan penguasaan bidang pekerjaan seperti bidang teknik, pertanian, dan ekonomi.

c. Kreativitas

Kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan kreativitas individu dapat mencapai keberhasilan dan kebahagiaan. Orang kreatif adalah orang yang unggul, mereka terus belajar dan membuat kreasi. Banyak karya-karya besar baik dalam bidang seni lukis, seni musik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lahir dari orang-orang kreatif. Setiap orang memiliki potensi kreatif meskipun dalam derajat yang berbeda. Seperti halnya potensi yang lain bakat kreatif dikembangkan melalui interaksinya dengan lingkungan

.

(8)

C. Mengembangkan Potensi peserta didik

1. Pengembangan Pengetahuan pada Usia Belajar

Pengembangan pengetahuan terhadap anak dimulai sejak usia belajar, menurut Neisser (1976) ada tiga alasan mengapa harus dimulai pada masa dini.

Pertama; pengetahuan awal, memungkinkan pendidikan, orang tua dan guru memberikan pengetahuan padanya sesuai tingkat kemampuan kondisi anak, namun demikian perkembangan psikologis anak diperhatikan, Menurut J.Byl, Aristoteles, dan Kretshmer (dalam Sujanto, 1980;69) bahwa anak siap untuk belajar dan mendapat pengetahuan dimulai pada usia 7 tahun (disebut masa intelek). Pada usia ini sang-anak sudah siap diisi dan dibekali dengan pengetahuan.

Kedua; anak memiliki keyakinan, kepercayaan, yang semu, dalam arti kata ia butuh bimbingan rohani dan mental pada usia belajar orang tua dan guru mendapat kesempatan yang banyak memantapkan keyakinan dan kepercayaan anak untuk mengisi dan membekali dengan pengetahuan, manakala ia sudah dewasa, ia telah mendapat keyakinan, kepercayaan yang sangat sukar untuk diubah oleh seorang pendidik, baik orang tua maupun guru di sekolah.

Ketiga; anak memiliki banyak pengharapan terhadap sesuatu, pengharapan-pengharapan pada diri anak memungkingkan untuk dilakukan, diciptakan melalui pengetahuan yang diberikan kepadanya. Kita dapat memberi contoh, tauladan yang banyak kepada anak, yang pada akhirnya dia dapat menemui pengharapannya, namun pengharapan itu dibekali dengan motivasi ekstinsik disamping motivasi intrinsic yang telah ada pada diri sang anak.

2. Menyeimbangkan antara Intellegensi dan Emosi

Bukanlah menjadi jaminan bagi seseorang yang memikili intellegensi yang tinggi akan dapat berkembang tanpa memiliki kecakapan emosional yang tinggi. Akan tetapi bagi seseorang yang memiliki intellegensi yang tinggi belum tentu memiliki kecakapan emosional yang tinggi pula.Anak yang berbakat adalah anak yang memiliki intellegensi yang tinggi dan kecakapan emosional yang tinggi, mereka kelak menjadi orang yang mampu berbuat, berkarya, aktif, kreatif, dan mandiri.

(9)

perlu selalu diasah dengan berfikir, seperti menganalisa, memecahkan masalah, berhitung, berdiskusi, bermain catur, mengisi teka teki silang, dan lain sebagainnya.

D. Peranan Guru dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) menyebutkan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksankan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sedangkan dalam pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa pendidik khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Dalam pembelajaran guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran hendaknya lebih diarahkan kepada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif pnyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir mencari jawaban tungal yang paling tepat).

Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.

E. Prinsip-Prinsip Pengembangan Diri

Beberapa prinsip hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan diri antara lain sebagai berikut :

(10)

b. Setelah kita mempunyai keinginan tersebut, selanjutnya kita perlu pemahaman tentang belum optimumnya hasil kerja kita, sehingga menimbulkan ketidakpuasan serta keinginan ingin meningkatkannya.

c. Setelah kita mendiagnosis diri kita sendiri, kita dapat membuat beberapa alternatif dalam rangka pengembangan diri kita, yakni ke arah mana kita akan mengembangkan diri.

d. Setelah menentukan target-target pengembangan diri, kita mulai mencari sumber belajar untuk pengembangan diri tersebut.

e. Mulai melaksanakan program pengembangan diri, yakni melakukan aktivitas-aktivitas dalam rangka pengembangan diri yang telah ditargetkan tersebut. f. Akhirnya, apabila program atau kegiatan pengembangan diri telah dilaksanakan, perlu pemantauan dan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana kita telah mencapai tujuan pengembangan diri yang telah direncanakan tersebut.

F. Faktor-Faktor Yang Menghambat peran guru dalam pengembangan potensi siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi, sehingga terdapat perbedaan intelegensi seseorang dengan yang lain ialah:

1. Pembawaan, Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri yang dibawah sejak lahir. Batas kesangupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama ditentukan oleh pembawaan kita. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik maupun non fisik) dapat dikatakan telah matang jika telah mencapai kesangupan menjalangkan fungsinya masing-masing. Anak tidak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena soal-soal itu masih terlampau sukar baginya.Organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk mengenai soal itu dan kematangan erat hubungannya dengan umur. 2. Pembentukan, pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja seperti yang dilakukan disekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar)

(11)

berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi) dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbulah minat terhadap sesuatu, apa yang mereka minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik

1. Kebebasan, kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih metode juga bebas dalam memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam pembentukan intelegensi. (Dalyono, 2007.)

Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya;

2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tersebut;

3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya;

4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan;

5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa;

6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu;

(12)

G. Tahap-tahap Perkembangan Peserta Didik

Menurut Piaget sejak lahir peserta didik mengalami tahap-tahap perkembangan Kognitif. Setiap tahapan perkembangan kognitif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Perkembangan peserta didik sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya baik dalam aspek kognitif maupun aspek non kognitif, melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Perkembangan kemampuan peserta didik usia sampai 5 tahun (TK).

Pada usia ini, anak (peserta didik) berada dalam periode “praoperasional” yang dalam menyelesaikan persoalan, ditempuh melalui tindakan nyata dengan jalan memanipulasi benda atau objek yang bersangkutan. Peserta didik belum mampu menyelesaikan persoalan melalui cara berpikir logik sistematik. Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan belum cukup tinggi untuk dapat menghasilkan tranformasi yang tepat. Demikian juga perkembangan moral peserta didik masih berada pada tingkatan moralitas yang baku.

Peserta didik belum sampai pada pemilihan kaidah moral sendiri secara naral. Perkembangan nilai dan sikap sangat dipengaruhi oleh situasi yang berlaku dalam keluarga. Nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga akan diadopsi oleh peserta didik melalui proses imitasi dan identifikasi. Keterkaitan peserta didik dengan suasana dan lingkungan keluarga sangat besar.

2. Perkembangan Kemampuan peserta didik usia 6-12 tahun (SD).

Pada usia ini peserta didik dalam periode operasional konkrit yang dalam menyelesaikan masalah sudah mulai ditempuh dengan berpikir, tidak lagi terlalu terikat pada keadaan nyata. Kemampuan mengolah informasi lingkungan sudah berkembang sehingga ransformasi yang dihasilakan sudah lebih sesuai dengan kenyataan.

Demikian juga perkembangan moral anak sudah mulai beralih pada tingkatan moralitas yang fleksibel dalam rangka menuju ke arah pemilihan kaidah moral sendiri secara nalar. Perkembangan moral perserta didik masa ini sangata dipengaruhi oleh kematangan intelektual dan interaksi dengan lingkungannya. Dorongan untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk ke dalam kelompok sebaya mulai nampak dan semakin berkembang. Pertumbuhan fisik mendorong peserta didik untuk memasuki permainan yangmembutuhkan otot kuat.

(13)
(14)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peserta didik adalah individu unik yang mempunyai eksistensi, yang memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang khas. Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok di taman sari yang indah. Mereka memiliki pesonanya masing-masing sehingga tidak bisa diseragamkan begitu saja atau dipangkas sama rata. Mereka sunguh memerlukan perlakuan khusus dan individual selain sekedar perlakuan kolektifikasi.

B. SARAN

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, soekidjo. (2009).Pengembangan Sumber Daya Manusia.Jakarta: Rineka Cipta

Yuniarsih, tjutju. (2008).Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung: CV. Alfabeta Reni Akbar, dkk. (2001).Keberbakatan Intelektual. Jakarta : Grasindo

Referensi

Dokumen terkait

Ujian test tulis diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 100 soal yang terdiri dari 30 butir soal untuk menguji materi hafalan juz amma, 20 butir

Maka, peneliti membatasi masalah hanya terpaut mengenai persepsi mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan yang mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di semester

Hasil temuan penelitian ini menunjukan bahwa: (1) SOIna adalah satu-satunya organisasi di Indonesia yang menyelenggarakan pelatihan dan kompetisi olahraga bagi

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkah dan rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah berupa skripsi berjudul Evaluasi

Hal pertama yang dapat kita lihat dominasi bentuk bangunan yang geometris atau hal lain yang menjadi acuan adalah ornament bangunan yang terletak pada penggunaan material yang

Ada sebagian orang yang senang sekali membatasi hidup orang lain berdasarkan warna yang dia gunakan, misalnya mengatakan “kamu sih suka baju warna hitam,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba dan arus kas memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi keuangan yang terjadi pada seluruh

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya mendapatkan kepuasan dalam empat indikator, diantaranya indikator daya tarik peringkat diri, indikator