• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Mitral Insufisiensi Dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan Mitral Insufisiensi Dan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Insufisiensi mitralis merupakan akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat systole. Jika hal ini terjadi maka curah jantung akan berkurang dan menyebabkan kurang efektifnya pendistribusian oksigen ke seluruh tubuh.

Salah satu penyebab insufisiensi mitralis adalah demam reumatik. Data terakhir mengenai prevalansi demam rematik di Indonesia untuk tahun 1981-1990 didapati 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh lebih rendah dibanding negara berkembang lainnya.

Meskipun jumlah kasus demam rematik yang dapat berpotensi menyebabkan insufisiensi mitral di Indonesia tidak lebih tinggi dibanding negara berkembang lainnya tetapi kita harus waspada dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, dan lingkungan yang sehat,diharapkan dapat menurunkan resiko penyakit katup jantung seperti insufisiensi mitral.

Berdasarkan uraian diatas, kami selaku mahasiswa keperawatan tertarik untuk membuat makalah tentang mitral insufisiensi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Mitral Insufisiensi ? 2. Apa penyebab dari Mitral Insufisiensi ?

3. Bagaimana bisa terjadinya Mitral Insufisiensi ?

4. Bagaimana gejala yang ditimbulkan dari Mitral Insufisiensi ? 5. Bagaimana diagnosis banding dari Mitral Insufisiensi ?

(2)

8. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada Mitral Insufisiensi ? 9. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Mitral Insufisiensi ?

C. MAKSUD & TUJUAN PENULISAN

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi

Insufisiensi mitralis merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat systole.

Mitral regurgitasi adalah gangguan dari jantung dimana katup mitral tidak menutup dengan benar ketika jantung memompa keluar darah atau dapat didefinisikan sebagai pembalikan aliran darah yang abnormal dari ventrikel kiri ke atrium kiri melalui katup mitral. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada bagian mitral valve apparatus. Mitral Regurgitasi adalah bentuk yang paling umum dari penyakit jantung katup (Tierney et.al, 2006)

2. Etiologi

Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya).

a. Penyakit jantung rematik (PJR/RHD). PJR merupakan salah satu penyebab yang sering dari insufisiensi mitral berat. Insufisiensi mitral berat akibat PJR biasanya pada laki-laki. Proses rematik menyebabkan katup mitral kaku, deformitas, retraksi, komisura melengket/fusi satu sama lain, korda tendinae memendek, melengket satu dengan yang lain. b. Penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit jantung koroner dapat

menyebabkan insufisiensi mitral melalui 3 cara:

1) Infark miokard akut mengenai maksila Papillaris dapat berakibat ruptura dan terjadi insufisiensi mitral akut dan berat. Terjadi udema paru akut dan dapat berakibat fatal.

(4)

episode iskemia pada maksila papillaris dan mungkin terjadi pada saat AP.

3) PJK menyebabkan dilatasi ventrikel kiri (dan mungkin terjadi pada saat AP) dan terjadi insufisiensi mitral.

c. Dilatasi ventrikel kiri/kardiomiopati tipe kongestif. Dilatasi LV apapun penyakit yang mendasari menyebabkan dilatasi annulus mitralis, posisi m. Papillaris berubah dengan akibat koaptasi katup mitral tidak sempurna dan terjadi MR, adapun penyakit yang mendasari antara lain : diabetes/kardiomiopati diabetik, iskemia peripartal, hipertiroidisme, toksik, AIDS.

d. Kardiomiopati hipertrofik. Daun katup anterior berubah posisi selama sistol dan terjadi MR.

e. Klasifikasi annulus mitralis. Mungkin akibat degenerasi pada lansia. Dapat diketahui melalui ekokardiogram’ foto thoraks, penemuan biopsi.

f. Prolaps katup mitral (MVP). Merupakan penyebab sering MR. g. Infective Endocarditis (IE). Dapat mengenai daun katup maupun

chorda tendinae dan merupakan penyebab MR akut.

h. Kongenital. Endocardial Cushion Defect (ECD), insufisiensi mitral pada anomali ini akibat celah pada katub. Sindrom Marffan yakni akibat kelainan jaringan ikat.

3. Patofisiologi

Pada insufisiensi katup mitral, terjadi penurunan kontraktilitas yang biasanya bersifat irreversible, dan disertai dengan terjadinya kongesti vena pulmonalis yang berat dan edema pulmonal. Patofisiologi insufisiensi mitral dapat dibagi ke dalam fase akut, fase kronik yang terkompensasi dan fase kronik dekompensasi.

(5)

(regurgitasi volume). Kombinasi stroke volume ke depan dan regurgitasi volume dikenal sebagai total stroke volume. Pada kasus akut, stroke volume ventrikel kiri meningkat (ejeksi fraksi meningkat) tetapi cardiac output menurun. Volume regurgitasi akan menimbulkan overload volume dan overload tekanan pada atrium kiri dan peningkatan tekanan di atrium kiri akan menghambat aliran darah dari paru yang melalui vena pulmonalis.

Pada fase kronik terkompensasi, insufisiensi mitral terjadi secara perlahan-lahan dari beberapa bulan sampai beberapa tahun atau jika pada fase akut diobati dengan medikamentosa maka pasien akan memasuki fase terkompensasi. Pada fase ini ventrikel kiri menjadi hipertropi dan terjadi peningkatan volume diastolik yang bertujuan untuk meningkatkan stroke volume agar mendekati nilai normal. Pada atrium kiri, akan terjadi kelebihan volume yang menyebabkan pelebaran atrium kiri dan tekanan pada atrium akan berkurang. Hal ini akan memperbaiki drainase dari vena pulmonalis sehingga gejala dan tanda kongesti pulmonal akan berkurang.

Pada fase kronik dekompensasi akan terjadi kontraksi miokardium ventrikel kiri yang inadekuat untuk mengkompensasi kelebihan volume dan stroke volume ventrikel kiri akan menurun. Penurunan stroke volume menyebabkan penurunan cardiac output dan peningkatan end-systoli volume. Peningkatan end-systolic volume akan meningkatkan tekanan pada ventrikel dan kongesti vena pulmonalis sehingga akan timbul gejala gagal jantung kongestif. Pada fase lebih lanjut akan terjadi cairan ekstravaskular pulmonal (pulmonary ekstrav askular fluid). Ketika regurgitasi meningkat secara tiba-tiba, akan mengakibatkan peningkatan tekanan atrium kiri dan akan diarahkan balik ke sirkulasi pulmonal, yang dapat mengakibatkan edema pulmonal.

(6)

terhadap kondisi kapasitas, perubahan daun katup mitral dan ukuran ventrikel kiri serta akan menurunkan kekuatan menutup dari katup mitral.

4. Manifestasi Klinis

Regurgitasi katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala. Kelainannya bisa dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan dengan stetoskop, dimana terdengar murmur yang khas, yang disebabkan pengaliran kembali darah ke dalam atrium kiri ketika ventrikel kanan berkontraksi. Secara bertahap, ventrikel kiri akan membesar untuk meningkatkan kekuatan denyut jantung, karena ventrikel kiri harus memompa darah lebih banyak untuk mengimbangi kebocoran balik ke atrium kiri.

Ventrikel yang membesar dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar keras), terutama jika penderita berbaring miring ke kiri. Atrium kiri juga cenderung membesar untuk menampung darah tambahan yang mengalir kembali dari ventrikel kiri. Atrium yang sangat membesar sering berdenyut sangat cepat dalam pola yang kacau dan tidak teratur (fibrilasi atrium), yang menyebabkan berkurangnya efisiensi pemompaan jantung. Pada keadaan ini atrium betul-betul hanya bergetar dan tidak memompa; berkurangnya aliran darah yang melalui atrium, memungkinkan terbentuknya bekuan darah. Jika suatu bekuan darah terlepas, ia akan terpompa keluar dari jantung dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil sehingga terjadi stroke atau kerusakan lainnya.

(7)

5. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan jika terdengar bunyi 'klik' yang khas melalui stetoskop (midsistolik) yang disebabkan tegangan mendadak daun katup yang berlebihan dan korda tendinae. Jika terdengar murmur pada saat ventrikel berkontraksi, berarti terjadi regurgitasi (late sistolic murmur). Ekokardiografi memungkinkan dokter untuk melihat prolaps dan menentukan beratnya regurgitas

6. Diagnosis Banding

1) Insufisiensi mitral

Bentuk jantung pada insufisiensi mitral ini hampir sama dengan stenosis mitral. Pada insufisiensi mitral, ventrikel kiri nampak besar; sedang pada stenosis mitral ventrikel kiri normal atau mengecil.

2) Regurgitasi Aorta

Hipertrofi ventrikel kiri yang jelas, pengurangan bunyi jantung pertama (S1) dan tidak adanya opening snap pada auskultasi menyokong kearah regurgitasi aorta.

7. Pemeriksaan Penunjang

Regurgitasi katup mitral biasanya diketahui melalui murmur yang khas, yang bisa terdengar pada pemeriksaan dengan stetoskop ketika ventrikel kiri berkontraksi. Elektrokardiogram (EKG) dan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri. Pemeriksaan yang paling informatif adalah ekokardiografi, yaitu suatu tehnik penggambaran yang menggunakan gelombang ultrasonik. Pemeriksaan ini dapat menggambarkan katup yang rusak dan menentukan beratnya penyakit.

(8)

Setiap jenis penggantian katup memiliki keuntungan dan kerugian. Katup mekanik biasanya efektif, tetapi menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga biasanya untuk mengurangi resiko tersebut diberikan antikoagulan. Katup babi bekerja dengan baik dan tidak memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak mampu bertahan selama katup mekanik. Jika katup pengganti gagal, harus segera diganti.

Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi. Permukaan katup jantung yang rusak mudah terkena infeksi serius (endokarditis infeksius). Karena itu untuk mencegah terjadinya infeksi, seseorang dengan katup yang rusak atau katup buatan harus mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani pembedahan.

8. Komplikasi

Komplikasi dapat berat atau mengancam jiwa. Mitral stenosis biasanya dapat dikontrol dengan pengobatan dan membaik dengan valvuloplasty atau pembedahan. Tingkat mortalitas post operatif pada mitral commisurotomy adalah 1-2% dan pada mitral valve replacement adalah 2-5%. (7,9)

9. Penatalaksanaan

Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum ventrikel kiri menjadi sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak dapat diatasi. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki katup (valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup mekanik maupun katup yang sebagian dibuat dari katup babi. Memperbaiki katup bisa menghilangkan regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat ditolerir dan kerusakan jantung dapat dicegah.

(9)

memiliki resiko terbentuknya bekuan darah, tetapi tidak mampu bertahan selama katup mekanik. Jika katup pengganti gagal, harus segera diganti.

Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi.

Permukaan katup jantung yang rusak mudah terkena infeksi serius (endokarditis infeksius). Karena itu untuk mencegah terjadinya infeksi, seseorang dengan katup yang rusak atau katup buatan harus mengkonsumsi antibiotik sebelum menjalani tindakan pencabutan gigi atau pembedahan.

Terapi medikamentosa: 1. Digoxin

Digoxin amat berguna terhadap penanganan fibrilasi atrium. Ia adalah kelompok obat digitalis yang bersifat inotropik positif. Ia meningkatkan kekuatan denyut jantung dan menjadikan denyutan jantung kuat dan sekata.

2. Antikoagulan oral.

Antikoagulan di berikan kepada pasien untuk mengelakkan terjadinya pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik. Emboli bisa terjadi akibat regurgitasi dan turbulensi aliran darah.

3. Antibiotik profilaksi.

Administrasi antibiotic dilakukan untuk mengelakkan infeksi bacteria yang bisa menyebabkan endokarditis.

Terapi surgikal :

(10)

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

Anamnesa

a. Identitas / Data demografi

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.

b. Keluhan utama

Sesak napas, ada beberapa macam sesak napas yang biasanya dikeluhkan oleh klien, antara lain :

Ortopnea terjadi karena darah terkumpul pada kedua paru pada

posisi terlentang, menyebabkan pembuluh darah pulmonal mengalami kongesti secara kronis dan aliran balik vena yang meningkat tidak diejeksikan oleh ventrikel kiri.

Dyspnea nocturnal paroximal merupakan dispnea yang berat.

Klien sering terbangun dari tidurnyaatau bangun, duduk atau berjalan menuju jendela kamar smabil terengah-engah. Hal ini terjadi karena ventrikel kiri secara mendadak gagal mengeluarkan curah jantung, sehingga tekanan vena dan kapiler pulmonalis meningkat menyebabkan transudasi cairan kedalam jaringan interstisial yang meningkatkan kerja pernapasan.

c. Riwayat penyakit dahulu  penyakit jantung rematik

 penyakit jantung koroner

 trauma

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada riwayat penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular lainnya.

e. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum

(11)

 Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan

tekanan arteri

 Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya.

 Auskultasi :

Bising yang bersifat meniup (blowing) di apeks, menjalar ke aksila dan mengeras pada ekspirasi

o Bunyi jantung I lemah karena katup tidak menutup sempurna

o Bunyi jantung III yang jelas karena pengisian yang cepat dari atrium ke ventrikel pada saat distol.

2. Tanda – tanda vital :

Pemeriksaan tanda vital secara umum terdiri atas nadi, frekuensi pernapasan, tekanan darah, dan suhu tubuh

a. Pemeriksaan persistem

o B1 (Breath) : Dyspnea, Orthopnea, Paraxymal nocturnal dyspnea

o B2 (Blood) : Thrill sistolik di apeks, hanya terdengar bising sistolik di apeks, bunyi jantung 1 melemah, o B3 (Brain) : pucat, sianosis

o B4 (Bladder) : output urin menurun

o B5 (Bowel) : nafsu makan menurun, BB menurun

o B6 (Bone) : lemah

b. Elektrokardiogram : Menilai derajat insufisiensi f. Pemeriksaan Diagnostik

: Menilai ada/tidaknya penyakit penyerta

: Gambaran P mitral dengan aksis dan kompleks QRS yang normal : Axis yang bergeser ke kiri dan adanya hipertrofi ventrikel kiri : Ekstra sistol atrium

(12)

: Perkapuran pada anulus mitral d. Fonokardiogram

Menilai gerakan katup, ketebalan dan perkapuran serta menilai derajat regurgitasi insufisiensi mitral

g. Pemeriksaan Laboratorium : Mengetahui ada/tidaknya reuma aktif/ reaktivas

2. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan

No Diagnosa curah jantung berhubungan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang dan bebas gejala gagal jantung misalnya parameter hemodinamika dalam batas normal, output urine

adekuat )

Kriteria: klien akan melaporkan c. Palpasi nadi

perifer.

d. Awasi adanya pengeluaran urine,catat pengeluaran, dan kepekatan urine. e. Istirahatkan klien

dengan tirah baring optimal. f. Atur posisi tirah

baring yang ideal. Kepala tempat tidur harus

dinaikan 20-30 cm atau klien

Kejadian mortalitas dan morbiditas sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam.

b. S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop umum ( S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi, murmur dapat

menunjukan/inkompete nsi stenosis mitral. c. Penurunan curah

jantung dapat menunjukan

(13)

dalam aktivitas mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas normal

120/80mmHg, nadi 80x/menit, yidak terjadi aritmia dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3 detik.

didudukan dikursi. g. Kaji perubahan

pada sensorik, contoh letargi, cemas dan depresi.

h. Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan yang tenang.

i. Berikan oksigen tambahan dengan

k. Hindari manuver dinamik seperti berjongkok waktu BAB dan

mengepal-ngepalkan tangan. l. Kolaborasi untuk

pemberian obat ( diuretik, vasodilator, captopril).

m. Pemberian cairan

atau tidak teratur untuk di palpasi dan pulsus alteran ( denyut kuat lain dengan denyut lemah) mungkin ada. d. Ginjal berespon untuk

menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium, pengeluaran urine biasanya menurun selama tiga hari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah ke sirkulasi bila pasien tidur. e. Istirahat akan

(14)

IV, pembatasan jumlah total sesuai dengan indikasi. Hindari cairan garam.

n. Pantau seri EKG dan perubahan foto dada.

pernafasan dan penggunaan oksigen. Frekuensi jantung menurun, yang akan memperpanjang periode diastole pemulihan sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.

f. Posisi tersebut pada pasien penurunan curah jantung berfungsi Untuk mengurangi kesulitan bernapas dan

mengurangi jumlah darah yang kembali kejantung, sehingga dapat mengurangi kongesti paru. g. Dapat menunjukkan

tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung. h. Stress emosi

menghasilkan vasokonstriksi yang terkait dan

meningkatkan tekanan darah dan

(15)

i. meningkatkan sediaan oksigen untuk

kebutuhan miokardio dalam melawan efek hipoksia/iskemia.

j. Mengatur diet, sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan klien. Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah,mengatur atau mengurangi edema,seperti pada hipertensi atau gagal jantung.

k. Berjongkok

(16)

sehingga akan meningkatkan beban kerja jantung secara simultan.

l. Banyaknya obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup,memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.

m. Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri,pasien tidak dapat menoleransi

peningkatan volume cairan (preload),pasien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan

meningkatkan kerja miokard.

(17)

pembesaran jantung dan perubahan kongesti pulmonal

2 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perembesan cairan,

kongesti paru akibat

sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan

interstitial.

Tujuan: dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas,criteria hasil: klien tidak

a. Auskultasi bunyi nafas

b. Kaji adanya edema

c. Ukur intake dan output

d. Timbang berat badan

e. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam

toleransi kardiovaskular f. Kolaborasi dalam

pemberian diet tanpa garam g. Kolaborasi dalam

pemberian diuretic h. Kolaborasi dalam

pemantauan data

atau kelbihan volume cairan

3. Penurunan curah jantung

mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,retensi natriumatau air, dan penurunan pengeluaran urine.

4. Perubahan tiba-tiba dari

berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan

5. Memenuhi kebutuhan

cairan tubuh orang

dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung.

6. Natrium meningkatkan

(18)

terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan membuat kebutuhan miokardium meningkat. 7. Diuretik bertujuan untuk

menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan resiko terjadinya edema paru. curah jantung ke jaringan.

Tujuan aktifitas sehari-hari klien dapat terpenuhi dan

beraktifitas tanpa gejala-gejala yang berat terutama mobilisasi ditempat tidur.

a. Catat frekuensi dan irama jantung serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah d. Jelaskan pola

1. Respon klien terhadap dan takikardi serta

penikatan TD

4. Aktivitas yang maju

(19)

peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas. e. Pertahankan Klien

tirah baring sementara sakit akut.

f. Tingkatkan Klien duduk dikursi dan tinggikan kaki klien.

g. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis. h. Evaluasi tanda

vital saat kemajuan akktifitas terjadi. i. Berikan waktu

istirahat diantara waktu aktifitas. j. Pertahankan

penambahan O2 sesuai instruksi. k. Selama aktifitas

kaji EKG

dipsnea,sianosis,ke rja dan frekuensi nafas serta keluhan subjektif.

l. Berikan diet sesuai kebutuhan

otot sehingga membantu venous return

8. Untuk mengetahui fungsi

jantung bila di kaitkan dengan aktivitas

9. Untuk mendapatkan cukup

waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung

10. Untuk meningkatkan

oksigenasi jaringan 11. Melihat dampak dari

aktivitas terhadap fungsi jantung

12. Untuk mencegah retensi

cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas jantung

13. Meningkatkan jumlah

(20)

m. Rujuk keprogram rehabilitasi jantung.

3. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Pada evaluasi terdapat evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dinuat segera setelah perawat melakukan tindakan keperawatan yang berisikan respon pasien baik subyektif maupun obyektif dan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dibuat saat akhir jaga. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.

(21)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Insufisiensi mitralis merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak menutup secara sempurna. kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat systole.

Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya).

B. SARAN

(22)

Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan Insufisiensi Mitral.

DAFTAR PUSTAKA

file:///I:/Mitral%20Stenosis%20&%20Mitral%20Regurgitasi%20~%20Berbagi %20Manfaat%20.com.htm

Harisson. 2000. prinsip-prinsip ilmu penyaakit dalam vol 3, isselbacher dkk,jakarta egc

Referensi

Dokumen terkait

Informasi yang dikumpulkan melalui sumber yang sudah ada disebut sebagai data sekunder. Karena data tersebut sudah ada, maka peneliti tidak perlu

Siswa dapat membuat Siswa dapat membuat kreasi Mid kreasi Mid Mapping contoh bentuk-bentuk Mapping contoh bentuk-bentuk kepedulian sosial kepedulian sosial

 pertama kalinya kalinya munculnya munculnya demam demam begitu begitu penting, penting, karena karena dapat dapat mengurangi mengurangi intervensi diagnostik dan

Dokumen Pelawan eTender ini hanya boleh diekses di dalam eProcure Portal ( https://app.procurehere.com ) sahaja dan hanya mereka yang diberikan kebenaran oleh pihak Penender/Pembida

• [5:114] Isa putera Maryam berdo'a: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami

Hal ini dilakukan untuk dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan yaitu mengungkap dan menjelaskan bentuk dan konsep Patjarmerah sebagai festival kecil

Pada Bab IV ini, setelah data diperoleh pada bab- bab sebelumnya, pada bab ini akan disajikan dalam bentuk mendeskripsikan tentang setting sosial dan pandangan

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk memeriksa tekanan darah dan juga mengevaluasi adanya penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya hipertensi