• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI MAKROEKONOMI KLASIK (Classical Macroeconomic Theory, CMT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI MAKROEKONOMI KLASIK (Classical Macroeconomic Theory, CMT)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI MAKROEKONOMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

DAN KOPERASI FAKULTAS PENDIDIKAN

EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2009

(2)

TEORI MAKROEKONOMI

KLASIK

(

Classical Macroeconomic Theory

,

CMT)

K u s n e n d i

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

DAN KOPERASI FAKULTAS PENDIDIKAN

EKONOMI DAN BISNIS

(3)

EKONOM PELOPOR

Teori makroekonomi Klasik (CMT)

=

kumpulan pemikiran para ahli ekonomi klasik.

Diantaranya yang paling utama: Adam Smith,

J.S. Mill, David Ricardo, J.B. Say, A.C. Pigou,

H.H. Gossen, Irving Fisher, Leon Walras, dan

Alfred Marshall.

Istilah “Klasik” berasal dari

Karl Marx

yang

ditujukan kepada para ekonom pengikut

pemikiran

Ricardo

dan

James Mill

.

Keynes

(4)

ASUMSI

Perekonomian menganut sistem ekonomi leissez faire,

laissez passer (sistem ekonomi kapitalis murni).

Aktivitas ekonomi, baik di pasar barang, pasar tenaga kerja

maupun di pasar uang diatur mekanisme pasar yang bekerja atas dasar persaingan sempurna (perfect competition).

Harga-harga (barang dan faktor produksi) feksibel

mengikuti perubahan permintaan dan penawaran. Asumsi ini dikenal sebagai market clearing assumption atau self-adjusting assumption.

Di dunia nyata berlaku Hukum Say: supply creats its

own demand” – penawaran dengan sendirinya menciptakan permintaan. Karena itu, unsur aktif yang menggerakan roda perekonomian adalah sisi penawaran (supply side) dan bukan sisi permintaan (demand side). CMT = Supply Side Economics.

Motivasi masyarakat membutuhkan uang hanya untuk

memenuhi kebutuhan transaksi. Fungsi uang sebatas

(5)

MODEL I:

OUTPUT AGREGAT

(PENDAPATAN NASIONAL, Y)

Model I:

Apa yang menentukan besar kecilnya

tingkat output agregat atau tingkat pendapatan

nasional (Y) yang dapat dihasilkan suatu

perekonomian?

Y ditentukan oleh jumlah input (faktor produksi) yang

tersedia, dan tingkat teknologi yang digunakan, yaitu

kemampuan merubah faktor produksi (input) menjadi

output agregat (Y).

Dalam CMT, tenaga kerja (N) dan kapital (K)

merupakan dua faktor produksi utama.

Teknologi = cara atau metode produksi yang

(6)

Fungsi Produksi Agregat (APF)

(1) Y = f(N, K)  APF jangka panjang

Dalam jangka pendek, K diasumsikan konstan (K diberlakukan sebagai input tetap, fxed input), dan N sebagai input variabel.

Y

N N

1

f(N )

Y

1

Y

2

N

2

f’( N)

(2) Y = f(N)  APF jangka pendek

Y

3

Penggunaan K dan atau

kualitas N meningkat

APF, tunduk pada law of

diminishing marginal product. Artinya, dengan

mempertahankan input K tetap, maka jika penggunaan input N ditambah sebanyak satu unit, maka Y akan naik tetapi dengan tambahan yang semakin lama semakin

berkurang.  Y sebagai akibat adanya  N = Marginal

(7)

MODEL II:

PERMINTAAN & PENAWARAN TENAGA

KERJA

Model II:

Apa yang menentukan besar kecilnya

penggunaan

tenaga

kerja

atau

tingkat

kesempatan kerja (N) suatu perekonomian?

Besar kecilnya N ditentukan di pasar tenaga kerja.

Di pasar tenaga kerja bertemu dua kekuatan:

permintaan

dan

penawaran

tenaga

kerja.

Permintaan tenaga kerja datang dari sektor bisnis

(dunia usaha). Penawaran tenaga kerja bersumber

dari sektor rumah tangga.

Apa yang menentukan besar kecilnya permintaan

(8)

Permintaan Tenaga Kerja (1)

• Dalam model CMT, produsen dan konsumen adalah dua aktor

perekonomian utama yang selalu mengejar kepentingannya masing-masing. Produsen mengejar laba maksimum, dan konsumen mencapai kepuasaan maksimum. Dengan demikian, pertimbangan utama bagi produsen dalam memutuskan untuk menambah atau mengurangi penggunaan input N ditentukan oleh apakah penambahan atau pengurangan penggunaan input N (tenaga kerja) itu akan mendatangkan laba yang maksimum atau tidak.

• Syarat untuk mencapai laba maksimum: (1) MR = MC

• Dalam pasar persaingan sempurna berlaku: (2) MR = P

• Berdasarkan persamaan (1) dan (2), diperoleh syarat untuk mencapai laba maksimum:

(3) P = MC

• Berdasarkan APF jangka pendek, hanya ada satu input variabel N maka:

(4) MC = W/MPN

• Dari persamaan (3) dan (4), diperoleh syarat laba maksimum menjadi:

(9)

Laba maksimum: MPN = W/P

Laba maksimum: MPN = W/P

Y = f(N)

L = TR – TC

TR = P.Y

TC = W.N

L = P.Y – W.N

L = P.Y – W.f

-1

(Y)

L maksimum jika: dL/dY = 0

dL/dY = P – W(dN/dY) = 0

Mengingat: dY/dN = MPN maka dN/dY =

1/MPN, jadi:

dL/dY = P – W(1/MPN) = P – W/MPN = 0

P = W/MPN

P.MPN = W

MPN = W/P

Y = f(N)

L = TR – TC

TR = P.Y

TC = W.N

L = P.Y – W.N

L = P.Y – W.f

-1

(Y)

L maksimum jika: dL/dY = 0

dL/dY = P – W(dN/dY) = 0

Mengingat: dY/dN = MPN maka dN/dY =

1/MPN, jadi:

dL/dY = P – W(1/MPN) = P – W/MPN = 0

(10)

Permintaan Tenaga Kerja (2)

MPN = W/P

;

mengandung arti, untuk mencapai

laba maksimum produsen akan menggunakan

input N sampai dicapai posisi di mana tambahan

produk yang dihasilkan N, yaitu MPN sama dengan

biaya, yaitu upah riel (W/P) yang harus

dikeluarkan untuk membayar balas jasa pemilik

input N. Jadi, jika

MPN

W/P

, laba tidak akan

maksimum.

MPN >

W/P

naik

N

MPN <

W/P

N

turun

MPN =

W/P

Laba

max.

MPN

W/P

samp ai dicap

(11)

Kurva Permintaan Tenaga Kerja (D

N

)

W/P, MPN N MP N = DN (W/ P)1 (W/ P)2 N 1 A B

(W/P)1 = MPN diminta N = N1

Laba max.

N

2

(W/P)2 = MPN diminta N = N2

Laba max.

KESIMPULAN: jika (W/P) naik (supaya laba yang diperoleh max.) maka permintaan terhadap N (DN) akan turun, dan

(12)

Penawaran Tenaga Kerja

• Jika permintaan tenaga kerja merupakan fungsi negatif dari tingkat upah riel (W/P), bagaimana dengan penawaran tenaga kerja?

• Model Klasik menyatakan, penawaran tenaga kerja adalah fungsi positif dari tingkat upah riel. (W/P)  (penawaran tenaga kerja)  Semakin tinggi tingkat upah riel, semakin tinggi jumlah penawaran tenaga. Mengapa tinggi rendahnya penawaran tenaga kerja berhubungan positif dengan tingkat upah riel?

• Pemilik faktor produksi tenaga kerja (rumah tangga konsumen) tidak kena ilusi uang (money illusion). Artinya, tenaga kerja selalu membandingkan kenaikan upah nominal (W) dengan kenaikan harga-harga (P). Jika W naik 20% tetapi P juga naik 20% maka tenaga kerja tidak menganggap pendapatannya telah naik, tetapi menganggap pendapatannya tetap tidak berubah. Tenaga kerja  Pendapatan riel = W – tingkat infasi.

• Dalam sehari, setiap pemilik faktor produksi tenaga kerja memiliki waktu 24 jam yang dapat digunakan untuk beristirahat (leisure), dan atau berkerja. Keduanya sama-sama memberikan kepuasan. Beristirahat memperoleh kepuasan tertentu. Bekerja juga memperoleh kepuasan, yaitu mendapatkan upah (W).

Masalah: bagaimana waktu 24 jam yang dimiliki

(13)

Keseimbangn Alokasi Waktu Istirahat - Bekerja

Waktu Istirahat dan Bekerja 24 jam 0 Y

Istirahat = 0 jam  24 jam bekerja  pendapatan (Y) = (24 jam)(W/P) = 0Yo

Y 1 Y o W U 1

U1 = kurva alokasi waktu dengan kepuasan sama, jika (W/P) per jam = (W/P)1

Y A 8 E 1 U 2 E 2

Jika (W/P) per jam naik menjadi

(W/P)2, garis alokasi waktu istirahat – berkerja menjadi WY1. Kurva U

bergeser menjadi U2 (U2 > U1) dan keseimbangan menjadi E2

1 4

Y

B

Bekerja = 0 jam  24 jam dialokasikan untuk istirahat = 0WYoW = garis alokasi waktu istirahat –

bekerja

Alokasi waktu yang digunakan bekerja = 8 jam  Y = 0YA.

Keseimbangan di E1

Jumlah waktu yang

dialokasikan untuk kerja naik menjadi 14 jam, dan pendapatan 0YB

Ketika (W/P) = (W/P)1  alokasi waktu kerja = 8 jam

(14)

Upah

Riel Jumlah Jam Kerja

(W/P)1 8 jam (W/P)2 14 jam

Kurva Penawaran Tenaga Kerja (S

N

)

W/P

S N

Jumlah Jam Kerja (W/

P)1 (W/ P)2

8 14

0 )

(

       

P W d

dS P

W f

S N

(15)

Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

• Di pasar tenaga kerja bertemu dua kekuatan, yaitu permintaan dan penawaran tenaga kerja:

DN = f(W/P); dDN/d(W/P) < 0

SN = f(W/P); dSN/d(W/P) > 0

• Keseimbangan pasar tenaga kerja terjadi dititik E, yaitu ketika jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran tenaga kerja DN = SN.

• Keseimbangan pasar tenaga kerja menentukan tingkat upah riel (W/ P)e dan volume kesempatan kerja (Ne).

• Jika upah riel = (W/P)1 terjadi kelebihan permintaan tenaga kerja (DN).

• Jika upah riel = (W/P)2 terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja (SN).

W/P

N (W/

P)e

SN

DN

E

Ne (W/

P)1 (W/ P)2

Kelebih an SN

(16)

MODEL III:

KESEMPATAN KERJA &

PENDAPATAN NASIONAL (OUTPUT AGREGAT), Y

• Model I menjelaskan dalam jangka pendek, tingkat Y yang dapat dicapai

sebuah perekonomian ditentukan oleh penggunaan input tenaga kerja atau tingkat kesempatan kerja.

• Model II menjelaskan bagaimana tingkat upah riel menentukan jumlah

permintaan dan penawaran tenaga kerja, serta volume kesempatan kerja. Model III merupakan gabungan Model I dan II.

Model III menjelaskan bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja menentukan tingkat upah riel, volume kesempatan kerja, dan tingkat pendapatan nasional (output agregat), Y.

• Model III:

Y = f(N)  Fungsi produksi agregat

DN = f(W/P); dDN/d(W/P) < 0  Fungsi permintaan tenaga kerja

SN = f(W/P); dSN/d(W/P) > 0  Fungsi penawaran tenaga kerja

(17)

Kesempatan Kerja

&

Pendapatan

Nasional (1)

PASAR TENAGA KERJA DN = f(W/P); SN = f(W/P);

DN = SN

PASAR TENAGA KERJA DN = f(W/P); SN = f(W/P);

DN = SN

VOLUME KESEMPATAN KERJA (N) VOLUME KESEMPATAN KERJA (N) menentuk an TINGKAT UPAH RIEL (W/P) TINGKAT UPAH RIEL (W/P) melalui

FUNGSI PRODUKSI AGREGAT: Y = f(N)

FUNGSI PRODUKSI AGREGAT: Y = f(N)

(18)

W/P N (W/P)e Ne SN DN E1 Y N Ne Ye f(N)

Kesempatan Kerja &

Pendapatan nasional

(2)

Apakah tingkat Y dan N full employment

(Ye dan Ne) dapat berubah? Menurut Klasik dapat, yaitu jika terdapat

perubahan dalam variabel eksogen.

Misal, ada peningkatan

penggunaan teknologi sedang yang lainnya tidak berubah. Akibatnya:

1. MPN naik sehingga kurva DN

bergeser menjadi DN’

2. Fungsi produksi juga bergeser ke atas menjadi f’(N)

3. Keseimbangan pasar tenaga kerja berubah menjadi E2 dengan tingkat (W/P) naik menjadi (W/P)1, volume

kesempatan kerja bertambah menjadi N1, dan Y meningkat menjadi Y1.

DN’

(19)

Model IV:

Apa yang menentukan tabungan,

investasi, dan tingkat bunga?

Tingkat bunga ditentukan di pasar modal. Di

pasar modal bertemu dua kekuatan, yaitu

permintaan dana untuk investasi dan penawaran

dana pinjaman. Keseimbangan permintaan dan

penawaran dana pinjaman menentukan tingkat

bunga.

Teori penentuan tingkat bunga Klasik dikenal

sebagai

teori dana pinjaman

(

loanable fund

theory

) yang dibangun berdasarkan Hukum Say.

Hukum Say bersama dengan teori kuantitas uang

telah diposisikan sebagai ide fundamental yang

melandasi keseluruhan

CMT

.  

MODEL IV:

TABUNGAN, INVESTASI DAN TINGKAT

(20)

Hukum Say

“Supply creates its own demand”

Penawaran dengan sendirinya menciptakan permintaan Output agregat (Q) Output agregat (Q) Pendapata n (Y) Pendapata n (Y) Penawaran agregat (AS) Penawaran agregat (AS) Permintaa n agregat (AD) Permintaa n agregat (AD) Proses Produksi Agregat Proses Produksi Agregat dijual dibelanjak an Q = Y

AS = AD menciptaka n Fungsi uang: Unit of account & Medium of

exchange

Menjamin tidak ada penggangguran sumber daya. Karena itu,

perekonomian akan selalu ada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full

(21)

Tabungan dan Investasi (1)

Q at factor cost = C + S

Q at factor cost = C + S

Proses Produksi Agregat

Proses Produksi Agregat

Hukum Say Hukum

Say

Y at market price

= C + I

Y at market price

= C + I

Equilibriu m

Equilibriu m

AS = ADAS = AD

AS = C + SAS = C + S AD = C + IAD = C + I

C + S = C + I C + S =

C + I

(22)

Tabungan dan Investasi (2)

Dalam model Klasik, tabungan adalah perilaku

masyarakat untuk menunda konsumsi sekarang, atau menunda kepuasan atas pembelanjaan pendapatan untuk konsumsi sekarang. Mengapa masyarakat mau menabung (menunda konsumsinya)? Ada dua alasan:

(1) Masyarakat mau menabung bukan berarti tabungan tersebut akan dipegang sebagai uang tunai, melainkan dialokasikan sebagai dana pinjaman untuk pihak lain (pengusaha) yang membutuhkan dana untuk investasi. Jadi dalam model Klasik, tabungan itu akan langsung digunakan untuk investasi. Dengan demikian besarnya tabungan (S) akan selalu sama dengan besarnya investasi (I) S = I.

(23)

Tabungan dan Investasi (3)

Apa yang menentukan besar kecilnya pengeluaran

investasi (I)? Dalam model Klasik, pengeluaran

investasi ditentukan secara negatif oleh tingkat

bunga.

I = f(i)

di mana

dI/di < 0

. Artinya, semakin

tinggi biaya bunga yang harus dibayar, semakin

rendah pengeluaran investasi.

i

S S

i' i”

S1 S2

i

I I

(24)

Penentuan Tingkat Bunga (Loanable Fund Theory)

Tingkat bunga ditentukan di pasar modal. Di pasar modal bertemu dua kekuatan: penawaran dana pinjaman dan permintaan akan dana. Penawaran dana pinjaman berasal dari dari tabungan masyarakat (S), sedang permintaan dana datang dari pihak pengusaha yang membutuh-kan dana untuk investasi (I). Atas dasar hal tersebut maka teori bunga Klasik disebut sebagai teori dana pinjaman (loanable fund theory):

S = f(i); dS/di > 0 I = f(i); dI/di < 0

S = I (keseimbangan pasar modal)

i

S, I S

I E

S = I i

Penawaran

dana pinjaman

Permintaan dana investasi

AS = AD

Perekonomian ada pada tingkat kesempatan kerja

(25)

Perubahan Tingkat Bunga & Komposisi

Pendapatan Nasional

Apakah keseimbangan S = I akan selalu terjadi pada kesempatan kerja penuh?

Misalkan, karena sesuatu hal, kurva

permintaan dana bergeser dari I’ menjadi I”. Di pasar barang terjadi AS > AD. Akibatnya: (1) Di pasar modal terjadi kelebihan

penawaran dana pinjaman (S > I) sebesar E1A.

(2) Karena S > I maka tingkat bunga akan turun menjadi i2. Dan turunnya tingkat bunga tersebut menyebabkan penawaran dana pinjaman (S) berkurang.

(3) S turun mengandung arti pengeluaran konsumsi (C) naik. C naik berarti AD naik. Sehingga dicapai keseimbangan baru di E2, di mana S2 = I2 dan AS menjadi sama kembali dengan AD, yang berarti

perekonomian tetap pada posisi

kesempatan kerja penuh.

i S, I S I” E 1

S1 = I1

I’ A

i1

i2

S2 = I2

E

2

Kelebihan penawaran dana pinjaman (S > I)

(26)

Perluasan Model:

Kebijakan Fiskal, Tingkat Bunga &

Output Agregat

Kebijakan Fiskal

• Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah melalui APBN. Misalnya pemerintah menjalankan kebijakan fiskal ekspansif dengan defisit APBN sebesar  G.

• Pembiyaan defisit APBN sebesar  G dilakukan dengan menjual

obligasi. Artinya, pemerintah membiayai defisit APBN melalui pinjaman kepada masyarakat.

• Apa akibatnya terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional (output agregat)?

Analisis

• Defisit APBN sebesar  G yang dibiayai pinjaman kepada

masyarakat menjadikan di pasar modal terjadi kenaikan permintaan dana untuk investasi sebesar  G. Karena itu kurva permintaan dana

(27)

• Pada tingkat bunga (i1), pasar modal mengalami kelebihan permintaan dana sebesar E1-A. Sedang di pasar barang mengalami kelebihan permintaan agregat (AS < AD). Artinya, perekonomian mengalami gangguan. Gangguan tersebut akan dikoreksi sebagai berikut:

• Karena di pasar modal terdapat kelebihan permintaan dana, maka tingkat bunga akan naik menjadi E2. Naiknya tingkat bunga akan menyebabkan: (1) masyarakat lebih suka menabung. Artinya, pengeluaran konsumsi (C) dikurangi. Jadi penawaran dana pinjaman (S) naik menjadi S2; (2) pengeluaran investasi berkurang. Ketika C dan I turun mengandung arti AD juga turun, sampai dicapai posisi keseimbangan baru di E2 di mana AS kembali sama dengan AD serta penawaran dana pinjaman sama dengan permintaan dana (S = I + G), dan perekonomian kembali normal pada tingkat kesempatan kerja penuh.

(28)

Kebijakan Fiskal & Tingkat Bunga

• Defisit APBN sebesar  G

dibiayai melalui pinjaman

pada masyarakat.

Akibatnya, kurva permintaan I bergeser menjadi I +  G.

Di pasar modal terjadi kelebihan permintaan dana sebesar E1-A. Dan di pasar barang mengalami kelebihan AD (AS < AD).

• Tingkat bunga naik menjadi i2, sehingga S meningkat menjadi S2, dan I turun menjadi I2 (crowding-out of

invesment), sampai dicapai

posisi keseimbangan baru di E2 di mana AS kembali sama dengan AD serta penawaran dana pinjaman sama dengan permintaan dana (S = I + G), dan perekonomian kembali normal pada tingkat kesempatan kerja penuh.

I + G I S i S, I E1

S1 = I1

i1

G

i2 E2

A

S2 = I2 + G

(29)

Perluasan Model:

Kebijakan Moneter, Tingkat Bunga &

Output Agregat

Kebijakan Moneter

• Kebijakan moneter dilakukan bank sentral melalui

pengendalian jumlah uang beredar (M). Misalnya bank

sentral menjalankan kebijakan moneter yang ekspansif,

yaitu menambah jumlah uang beredar sebesar

M. Apa

(30)

Kebijakan Moneter & Tingkat

Bunga

Ketika bank sentral menambah jumlah uang

beredar sebesar  M, maka jumlah

penawaran dana pinjaman (S) meningkat, sehingga kurva S bergeser menjadi S +  M. Akibatnya, di pasar modal mengalami kelebihan penawaran dana pinjaman sebesar E1-A. Tingkat bunga didorong turun menjadi i2.

Turunnya tingkat bunga, menjadikan

pengeluaran investasi (I) naik, sedang tabungan masyarakat (S) turun (berarti pula pengeluaran konsumsi masyarakat C naik), sampai dicapai posisi keseimbangan baru di E2, di mana S2 +  M = I2 dan AS = AD, yang berarti perekonomian tetap pada posisi kesempatan kerja penuh.

i

S, I S

E

1

S2 + M = I2

I

S + M

i1

i2

S1 = I1

E

2

E1-A =

kelebihan penawaran dana

pinjaman

KESIMPULAN: (1) Kebijakan moneter yang ekspansif menyebabkan tingkat bunga turun, dan turunnya tingkat bunga mendorong pengeluaran C turun sedang pengeluaran I naik. Kenaikan I sebagai akibat penurunan tingkat bunga disebut efek crowding-in of invesment. (2) Sama seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter hanya menyebabkan perubahan komposisi tingkat pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh.

M

(31)

Model

V:

Apa

yang

menentukan

penawaran dan permintaan uang serta

tingkat harga agregat?

Di pasar uang bertemu permintaan (M

D

) dan

penawaran uang (M

S

).

Teori permintaan uang Klasik mengacu pada

teori kuantitas uang. Dan teori kuantitas uang

itu dikembangkan dengan berlandasankan

keberlakuan Hukum Say. Berdasarkan teori

kuantitas uang, para ekonom Klasik sampai

pada penjelasan tentang penentuan tingkat

harga agregat (P), serta penurunan kurva

permintaan agregat (AD).

(32)

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan dalam pasar kerja, maka semakin banyak orang yang tertarik masuk ke pasar tenaga kerja, namun sebaliknya apa bila

Sama sekali tidak ,karena seperti yang diterangkan diatas semua harga adalah fleksibel, jadi bila upah turun karena supply tenaga kerja melimpah, maka harga

Kesempatan kerja dapat tercipta apabila terjadi permintaan tenaga kerja di pasar kerja, sehingga dengan kata lain kesempatan kerja juga menujukkan permintaan

Peningkatan dalam pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kesempatan kerja dan peningkatan permintaan tenaga kerja sehingga banyak masyarakat yang terserap dalam

Berbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel, maka menurut Keynes pasar

Permintaan tenaga kerja sewa dipengaruhi upah bayangan tenaga kerja, penawaran tenaga kerja keluarga dalam usaha jagung, total pengeluaran konsumsi pangan dan investasi

Secara serentak peningkatan aggregate demand akan meningkatkan permintaan tenaga kerja dan kapital yang akan meningkatkan semua variabel penting dalam pertumbuhan ekonomi

upah Q tenaga kerja Keseimbangan tanpa pajak S1 Permintaan Upah yang dibayar perusahaan Upah tanpa pajak Upah yang diterima pekerja Pajak Penghasilan irisan pajak Beban pajak