THE EVALUATION OF QUEUE SISTEM PERFORMANCE MILK COLLECTION AT KUD AGRO NIAGA (KAN) JABUNG MALANG
Performance evaluation queue system of milk collection at KUD AGRO NIAGA (KAN) JABUNG MALANG Andrea Angga 1) Usman Effendi 2) Ika Atsari Dewi 3) 1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-UB 2) 3) Staff Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP-UB
ABSTRAC
The availability and quality of raw materials is very important to supporting the continuity of the production process. Delays on the arrival of raw materials and low quality raw materials that could affect the smooth production process of cooperatives. Milk cooperatives to function as units of labor procurement and management of milk. Delays of milk collection in KAN Jabung Malang it caused by milk supplier must be wait to queue up at milk transfer stations. If the event has become an issue awaiting the dairy cooperative will have uninterrupted supply of raw milk, reduced milk quality and further loss of members due to not want to wait too long. The analysis shows that the model is implemented queue (M/M/1): (FIFO / ∞ / 70). The first alternative solutions are offered with the arrival schedule. The second alternative is to increase service facilities, and a third alternative expedite service time by training with the method maps the right hand and left hand. The first and the second alternative is not recommended because it can change Yag systems that can be used so that the company is continuing with a third alternative. Keywords: milk, milk purveyor, queues, single channel multi-phase
ABSTRAK
Ketersediaan dan kualitas bahan baku sangat penting dalam menunjang kelangsungan proses produksi. Keterlambatan kedatangan bahan baku dan kualitas bahan baku yang rendah dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi koperasi susu. Koperasi susu berfungsi sebagai unit kerja pengadaan serta pengelolaan susu. Keterlambatan pengumpulan susu di KAN Jabung Malang terjadi karena penyetor susu harus menunggu antrian di stasiun penampungan susu. Apabila kejadian menunggu sudah menjadi suatu masalah maka koperasi susu akan mengalami gangguan pasokan bahan baku susu, penurunan kualitas susu dan lebih lanjut kehilangan anggota akibat tidak ingin menunggu terlalu lama. Hasil analisa menunjukkan bahwa model antrian yang diterapkan adalah (M/M/1) : (FIFO/∞/70). Alternatif pemecahan masalah yang pertama ditawarkan adalah dengan menjadwal kedatangan. Alternatif kedua yaitu dengan menambah fasilitas pelayanan, dan alternatif yang ketiga mempercepat waktu pelayanan dengan cara pelatihan dengan metode peta tangan kanan dan tangan kiri. Alternatif pertama dan kedua tidak disarankan karena dapat merubah sistem yag dipakai perusahaan sehingga yang dapat dilanjutkan adalah dengan alternatif ketiga.
Kata kunci: susu, penyetor susu, antrian, single channel multi phase PENDAHULUAN
Ketersediaan dan kualitas bahan baku sangat penting dalam menunjang kelangsungan proses produksi. Keterlambatan kedatangan bahan baku dan kualitas bahan baku yang rendah dapat mempengaruhi kelancaran proses produk-si. Oleh karena itu ketersediaan dan kualitas bahan baku harus menjadi perhatian perusahaan agar proses produksi dapat berjalan lancar. Pada industri susu, ketersediaan bahan baku berupa susu segar berkualitas menjadi perhatian serius dari perusahaan. Perusahaan akan melaksanakan suatu kebijakan untuk memperoleh bahan baku berupa susu segar yang banyak dengan kualitas terbaik agar kapasitas produksi perusahaan dapat
terpenuhi serta kualitas hasil produksi dapat terjaga.
Berdasarkan analisa nasional, setiap tahun kebutuhan susu nasional mencapai 11,09 liter per kapita per tahun, sedangkan produksi susu segar yang dapat dihasilkan oleh industri susu nasional hanya 30% dari kebutuhan dalam negeri, sehingga terjadi kekurangan bahan baku susu segar yang seharusnya dapat diatasi dengan memaksimalkan kualitas dan kuantitas susu pada tingkat koperasi (Bakesbang, 2010). Pada bebera-pa perusahaan susu, bahan baku susu segar tidak dapat dipenuhi secara langsung oleh perusahaan sendiri, namun perusahaan susu akan bekerja-sama dengan lembaga pengadaan susu, salah satunya adalah koperasi susu.
Koperasi Susu berfungsi sebagai unit kerja pengadaan serta pengelolaan susu. Susu tersebut didapatkan dari anggota koperasi yang memiliki hewan ternak berupa sapi. Penyetoran di koperasi dilakukan secara individu, yaitu setiap anggota langsung membawa susu segar ke koperasi setelah memerah sapinya. Waktu penyetoran dibagi menjadi dua kali dalam sehari. Pada saat penyetoran selalu terjadi antrian karena susu disetorkan pada waktu yang bersamaan dan hanya tersedia satu jalur antrian.
KUD Agro Niaga Jabung memiliki banyak petani susu yang sudah menjadi anggota. Di tempat penampungan pusat saja, harus melayani 70 anggota yang menyetorkan susu pada pagi dan sore hari dalam waktu 30 menit sehingga antrian akan semakin panjang. Aktivitas pela-yanan terhadap anggota koperasi yang akan menyetorkan susu harus segera dilayani dengan cepat agar waktu tunggu tidak terlalu lama.
Apabila kejadian menunggu sudah menjadi suatu masalah maka KUD susu akan mengalami gangguan pasokan bahan baku susu, penurunan kualitas susu dan lebih lanjut kehilangan anggota akibat tidak mau menunggu terlalu lama. Waktu tunggu dari pemerahan sampai susu diproses idealnya adalah dua jam dalam keadaan terhin-dar terhin-dari sinar matahari secara langsung dan pada suhu 3º-4ºC. Lebih dari itu susu akan mengalami kerusakan. Untuk menghindari penurunan kuali-tas selama proses pemerahan sampai pengolahan, hendaknya proses ini dijalankan dengan optimal sehingga tidak memakan waktu lama, paling tidak sebelum dua jam susu harus diproses (Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 96 Tahun 1984).
Salah satu ukuran yang dapat dijadikan acuan dalam menilai kinerja sistem antrian adalah seberapa lama seorang pelanggan diperkirakan harus menunggu sebelum dilayani. Acuan lain adalah persentase waktu sarana pelayanan tersebut tidak dipergunakan. Acuan pertama memandang sistem dari sudut pandang pelang-gan, sementara acuan kedua mengevaluasi derajat pemanfaatan sarana tersebut (Taha, 2003). Oleh karena itu antrian yang terjadi di stasiun penampungan susu diperlukan suatu pengkajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah antrian.
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana kinerja sistem antrian penampungan susu di KUD Agro Niaga Jabung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja sistem antrian penampungan susu milik KUD Agro Niaga Jabung, sehingga dapat dilakukan suatu perbaikan agar sistem antrian optimal.
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah KUD Susu Agro Niaga (KAN) Jabung, Kab. Malang. Penelitian dilakukan pada sistem antrian stasiun timbangan susu milik KUD tanpa melibatkan aspek biaya. Sistem antrian ini dimulai ketika petani susu masuk ke stasiun timbangan susu, kemudian dilayani oleh fasilitas pelayanan yaitu dengan memeriksa kualitas susu, menimbang berat susu, dan berakhir ketika petani mening-galkan stasiun timbangan susu setelah susu dimasukkan ke dalam tangki pendingin.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jumlah kedatangan pelanggan, yaitu jumlah petani susu yang masuk dalam antrian.
2. Waktu pelayanan, yaitu waktu yang digunakan server (operator) melayani (menguji kualitas dan menimbang berat susu).
Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah:
a. λ = Rata-rata kedatangan (angka rata-rata kedatangan per periode),
b. µ = Rata-rata pelayanan (angka rata-rata pelayanan per periode) per …server
(channel),
c. C = Banyaknya server.
Performasi suatu sistem pelayanan dapat dipahami bila mengetahui berapa lama obyek harus menunggu untuk dilayani, berapa rata-rata jumlah obyek yang menunggu untuk dilayani, persentase waktu menganggur dan fasilitas pelayanan, serta pengaruhnya terhadap kelang-sungan proses produksi. Parameter yang diguna-kan dalam sistem antrian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a. Untuk menentukan besarnya tingkat
pelayanan rata-rata (µ)
b. Untuk menentukan besarnya tingkat kedatangan objek pengamatan (λ)
c. Jumlah rata-rata pelanggan dalam antrian (Lq) d. Rata-rata pelanggan dalam sistem (L)
e. Lamanya waktu menunggu dalam sistem antrian (Wq)
f. Lamanya waktu menunggu dalam sistem (W) Dari analisa yang dilakukan, diketahui bahwa pelanggan yaitu berupa petani susu sangat menghendaki:
a. minimalisasi waktu tunggu b. minimalisasi waktu pelayanan
c. jumlah fasilitas pelayanan yang sesuai
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Usaha Sapi Perah KAN Jabung memproduksi susu segar sebanyak 7.845.825 kg per tahun atau 21.495 kg per hari dengan total solid sebesar 12,36%. Produk susu segar KAN Jabung dipasarkan antara lain ke PT. Nestle Indonesia sebanyak 22.899 kg per hari dan untuk masyarakat umum sebanyak 179 kg per hari. Sarana yang dimiliki oleh KAN Jabung untuk Unit Usaha Sapi Perah adalah 4 pos penampung-an tpenampung-anpa cooler (pendingin), 7 pos penampungan dengan 1 pos pusat yang beranggotakan 70 anggota tetap, 10 unit pendingin, perlengkapan penampungan susu, 3 unit tangki susu dengan kapasitas 4.000 kg, 5.000 kg, dan 8.000 kg, 1 unit alat pasteurisasi, 1 unit alat homogenizer dan 1 unit alat pengemasan.
Karakteristik Model Single Channel Multi Phase pada Antrian Penampungan Susu
1. Karateristik kedatangan
Sumber input yang mendatangkan pelang-gan bagi sebuah sistem pelayanan memiliki karateristik sebagai berikut:
a. Ukuran populasi
Karakteristik ukuran populasi pada antrian penampungan susu di KAN Jabung adalah merupakan jenis populasi yang terbatas, yaitu 70 orang yang merupakan anggota tetap koperasi. Ukuran populasi merupakan sumber konsumen atau sumber kedatangan dengan jumlah terbatas.
b. Perilaku kedatangan
Karakteristik perilaku konsumen pada antrian penampungan susu di KAN Jabung merupakan jenis konsumen yang sabar. Pelang-gan yang sabar adalah mesin atau orang-orang yang menunggu dalam antrian hingga mereka dilayani dan tidak berpindah dalam garis antrian.
c. Pola kedatangan
Karakteristik pola kedatangan konsumen pada antrian penampungan susu di KAN Jabung merupakan pola kedatangan pelanggan secara acak (Arrival Pattern Random). Pola kedatangan menggambarkan bagaimana distribusi pelanggan
memasuki sistem. Distribusi kedatangan terdiri dari:
Constant arrival distribution: pelanggan yang datang setiap periode tertentu.
Arrival pattern random: pelanggan yang datang secara acak.
2. Disiplin antrian
Disiplin antrian merupakan aturan antrian yang mengacu pada peraturan pelanggan yang ada di dalam barisan untuk menerima pelayanan. Karakteristik disiplin antrian pelang-gan pada antrian penampunpelang-gan susu di KAN Jabung adalah disiplin antrian First In First Out
(FIFO) atau merupakan disiplin antrian yang digunakan di beberapa tempat pelayanan dimana petani susu yang lebih dahulu datang maka lebih dahulu dilayani.
3. Karakteristik Pelayanan
Komponen ketiga dari setiap sistem antrian adalah fasilitas pelayanan. Terdapat dua hal penting dalam fasilitas pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Desain sistem pelayanan
Pelayanan pada umumnya digolongkan menurut jumlah saluran yang ada (sebagai contoh jumlah kasir) dan jumlah tahapan (sebagai contoh jumlah pemberhentian yang harus dibuat). Karak-teristik fasilitas pelayanan pelanggan pada antrian penampungan susu di KAN Jabung menggunakan desain sistem pelayanan Single Channel Multi Phase yaitu sistem antrian jalur tunggal dengan tahapan berganda yaitu tahap pengujian dan tahap penimbangan sehingga me-nunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan.
b. Distribusi waktu pelayanan
Distribusi waktu pelayanan menggam-barkan waktu yang dibutuhkan untuk melayani pelanggan. Pengujian distribusi data waktu pelayanan, terbagi menjadi dua, yaitu data waktu pelayanan untuk pengujian kualitas susu segar dan penimbangan susu segar. Rincian karakteris-tik distribusi waktu pelayanan pada antrian penampungan susu KAN Jabung akan dibahas dalam sub bab berikutnya.
Pengukuran Waktu Antar Kedatangan dan Waktu Pelayanan
Analisa Keseragaman dan Kecukupan Data Waktu antar Kedatangan
Pengukuran waktu antar kedatangan dan pelayanan menggunakan uji keseragaman dan kecukupan data. Menurut Anaviroh (2011), uji keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah hasil pengukuran waktu cukup seragam. Kecukupan data waktu antar kedatangan dapat diketahui dengan menentu-kan nilai N’. Uji keseragaman data waktu
antar kedatangan digunakan untuk menentu-kan nilai rata-rata, Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB). Data waktu antar kedatangan diambil sebanyak 700 data (nilai N). Anaviroh (2011) menyatakan, jika nilai N’ lebih kecil daripada nilai N, maka pengamatan yang dilakukan dianggap telah cukup. Hasil perhitungan uji kecukupan data waktu kedatangan menunjukkan, jumlah data yang dibutuhkan (N’) adalah 155,07 ≈ 156 data. Dapat dikatakan bahwa data waktu kedatangan yang akan digunakan telah tercukupi karena jumlah data yang diambil (N) lebih besar dari data yang seharusnya digunakan (N’).
Gambar 4.1. Grafik Data Waktu Antar Kedatangan
Berdasarkan pada Gambar 4.1., dapat diketahui bahwa sebaran data waktu antar kedatangan berkisar antara 3–15 detik, sedang-kan data-data yang melebihi BKA sebesar 14,79 detik dan BKB sebesar 1,49 detik sebanyak 5 data, disebut dengan data ekstrim. Data yang digunakan adalah 695 data yang berada di rentang kisaran BKA dan BKB. Sebaran data waktu antar kedatangan pada grafik diatas menunjukkan bahwa penyetor susu datang ke tempat penampungan susu secara berkala dan bersifat acak. Berikut di bawah ini adalah grafik data waktu antar kedatangan hasil tanpa menampilkan data ekstrim yang digunakan untuk perhitungan yang tampak pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Grafik Data Waktu Antar Kedatangan tanpa Data Ekstrim
Analisa Keseragaman dan Kecukupan Data Waktu Pelayanan
Analisa Keseragaman dan Kecukupan Data Waktu Pelayanan Pengujian Kualitas Susu
Analisa keseragaman dan kecukupan data waktu pelayanan pengujian kualitas susu dilakukan dengan menggunakan data seba-nyak 140 data. Berdasarkan hasil perhitungan, data waktu pelayanan yang seharusnya digu-nakan (N’) adalah sebanyak 39,31 ≈ 40 data. Hal ini berarti, data waktu pelayanan yang diambil selama pengamatan sebanyak 140 data telah mencukupi karena data penga-matan lebih besar dari data yang seharusnya diambil (N’). Langkah selanjutnya adalah melakukan uji keseragaman data. Berdasar-kan perhitungan yang dilakuBerdasar-kan, diperoleh nilai BKA sebesar 25,43 detik dan nilai BKB sebesar 9,10 detik.
Gambar 4.3. Grafik Data Waktu Pelayanan Pengujian Kualitas Susu
Berdasarkan Gambar 4.3. hasil analisa menunjukkan bahwa sebaran data waktu pelayanan berkisar antara 11–24 detik. Sebar-an data waktu pelaySebar-anSebar-an berada di rentSebar-ang antara BKA dan BKB, yang berarti tidak terdapat data ekstrim dan nilai rata-rata pelayanan sebesar 17,26 detik. Hal ini berarti, fasilitas pelayanan dalam melakukan pelayan-an kurpelayan-ang optimal karena rata-rata waktu pelayanan untuk fase pengujian sebesar 17,26 detik dimana batas waktu yang digunakan untuk menjadi pelayanan yang optimal sebesar ± 8 detik.
Analisa Keseragaman dan Kecukupan Data Waktu Pelayanan Penimbangan Susu
Waktu pelayanan penimbangan susu dila-kukan setelah peternak susu melewati tahap pelayanan pengujian kualitas susu. Analisa distribusi waktu pelayanan penimbangan menggunakan data sebanyak 140 data. Berda-sarkan hasil perhitungan analisa kecukupan data, data waktu pelayanan yang seharusnya digunakan (N’) adalah sebanyak 25,90 ≈ 26 data. Hal ini berarti, data waktu pelayanan yang diambil selama pengamatan sebanyak
140 data telah mencukupi karena data pengamatan lebih besar dari data yang seharusnya diambil (N’).
Gambar 4.4. Grafik Data Waktu Pelayanan Penimbangan Susu
Uji keseragaman data waktu pelayanan penimbangan susu dapat dilakukan dengan mengetahui nilai BKA (Batas Kontrol Atas), BKB (Batas Kontrol Bawah) dan nilai rata-rata. Nilai BKA dan BKB waktu pelayanan penimbangan susu berturut-turut sebesar 33,09 detik dan 17,91 detik. Berdasarkan pada Gambar 4.4, menunjukkan rentang waktu pelayanan berkisar antara 14–27 detik dan data ekstrim sebanyak 2 data. Nilai rata-rata waktu pelayanan sebesar 18,65 detik. Hal ini berarti fasilitas pelayanan dalam melayani pelanggan masih belum optimal. Kurang optimalnya fasilitas pelayanan dikarenakan batas waktu yang digunakan untuk menjadi pelayanan yang optimal sebesar 8 detik sehingga melebihi waktu pelayanan optimal. Berikut ini tampak pada Gambar 4.5., grafik data waktu pelayanan penimbangan hasil tanpa menampilkan data ekstrim yang diguna-kan untuk perhitungan.
Gambar 4.5. Grafik Data Waktu Pelayanan Penimbangan Susu tanpa Data Ekstrim Penentuan Distribusi Waktu Antar Kedatangan dan Pelayanan
Penentuan distribusi waktu antar keda-tangan dan waktu pelayanan dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji ini dilakukan untuk menguji tingkat kesesuaian
antara distribusi hasil pengamatan dengan distribusi teoritis tertentu. Menurut Anaviroh (2011) uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menentukan seberapa baik sebuah sampel data acak mengikuti pola distribusi teoritik tertentu (normal, Poisson, uniform, eksponensial). Uji ini didasarkan pada perbandingan fungsi distribusi kumulatif sampel dengan fungsi distribusi kumulatif hipotesis.
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, nilai probabilitas data waktu antar kedatangan peternak susu lebih besar dari 0,05, yaitu sebesar 2,293. Hal ini berarti, H1 diterima dan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa data waktu kedatangan peternak susu terdistribusi Poisson. Pengujian distribusi data waktu pelayanan, ter-bagi menjadi dua, yaitu data waktu pelayanan untuk pengujian kualitas susu segar dan penim-bangan susu segar. Berdasarkan hasil analisa pada pengujian data waktu pelayanan uji kualitas susu segar, diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 yaitu 5,402 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Kesimpulan yang dapat diambil adalah data waktu pelayanan uji kualitas susu segar terdistribusi eksponensial.
Hasil pengujian distribusi data waktu pelayanan penimbangan susu segar menunjuk-kan bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 5,492. Hal ini berarti, H1 diterima dan H0 ditolak, sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah data waktu pelayanan penim-bangan susu segar terdistribusi eksponensial. Menurut Iswiyanti (2004), tingkat pelayanan mengikuti distribusi eksponensial artinya tingkat pelayanan bersifat konstan dari waktu ke waktu. Artinya, waktu untuk melayani pendatang tidak bergantung pada lama waktu yang telah dihabis-kan untuk melayani pendatang sebelumnya, dan tidak bergantung pada jumlah pendatang yang menunggu untuk dilayani. Analisa distribusi waktu kedatangan, waktu pelayanan pengujian susu segar dan waktu pelayanan penimbangan susu segar dengan menggunakan software SPSS 17.
Hasil Analisis Sistem Antrian Single Channel Multi Phase pada Antrian Penyetoran Susu di KAN Jabung
Model antrian yang diterapkan di KAN Susu Jabung adalah (M/M/1):(FIFO/∞/70). Model antrian ini memiliki sistem satu jalur kedatangan dengan beberapa jalur pelayanan serta jumlah pelanggan terbatas, yaitu 70 orang, yang merupakan anggota tetap koperasi. Fase pelayanan di KAN Susu Jabung terdiri dari dua fase, yaitu pelayanan untuk pengujian kualitas susu segar dan penimbangan susu segar. Analisa
sistem antrian menggunakan software Windows
QSB berupa Queueing Simulation System. Hasil analisa sistem antrian penyetoran susu dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil Analisa Awal Sistem Antrian Penyetoran Susu di KAN Jabung
No. Performa Simulasi Antrian Hasil
1. Rata-rata kedatangan penyetor susu tiap jam 450 orang
2. Rata-rata pelayanan fasilitas fase pengujian tiap jam 136 orang 3. Rata-rata pelayanan fasilitas fase penimbangan tiap jam 129 orang 4. Rata-rata penyetor susu yang diharapkan dalam sistem (L) 4 orang 5. Rata-rata waktu menunggu yang dibutuhkan dalam sistem (W) 38,95 detik 6. Maksimum rata-rata waktu menunggu yang dibutuhkan dalam sistem 52,46 detik
Sumber : Data Primer, 2013 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.1, tingkat kedatangan (λ) sebesar 450 orang per jam, tingkat pelayanan fase pengujian (μ1) 136 orang per jam dan tingkat pelayanan fase penimbangan (μ2) sebesar 129 orang per jam. Dapat dikatakan bahwa tingkat kedatangan lebih besar daripada tingkat pelayan-an. Hal ini berarti sistem antrian belum mencapai kondisi steady-state dimana kondisi steady-state
terjadi apabila nilai waktu pelayanan lebih besar daripada waktu kedatangan sehingga kemung-kinan terjadinya antrian sedikit.
Rata-rata waktu menunggu penyetor susu dalam sistem sebesar 38,96 detik dengan nilai maksimum waktu menunggu sebesar 52,46 detik. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk dapat
melayani seorang pelanggan dalam satu sistem, dibutuhkan waktu sebesar 38,96 detik. Total waktu penyetoran susu yang diberikan oleh pelayanan KAN Jabung adalah 30 menit. Sumber populasi yang merupakan anggota koperasi berjumlah sebanyak 70 orang.
Apabila dilakukan perhitungan, waktu yang diberikan oleh pelayanan KAN Jabung terhadap anggota koperasi tidak dapat terlayani sepenuhnya, dalam artian waktu yang dibutuhkan melebihi waktu penyetoran yang sudah ditetapkan oleh fasilitas pelayanan KAN Jabung. Maka, pelayanan penyetoran susu di KAN Jabung masih dikatakan belum efektif. Tabel 4.2. Hasil Analisa Sistem Antrian Waktu Pelayanan
No. Data Analisa Fase Pengujian Fase Penimbangan
1. Rata-rata penyetor susu apabila terdapat
antrian (Lq) 2 1
2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan penyetor susu apabila terjadi antrian (Wq)
9,06 detik 16,81 detik
3. Waktu siklus pelayanan (Ws) 17,26 detik 18,65 detik
4. Waktu baku (Wb) 26,54 detik per orang 23,31 detik per orang
5. Allowance (A) 23% 20%
6. Nilai penyesuaian (P) 1,25 1,25
Sumber : Data Primer, 2013 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui hasil analisa sistem antrian tiap fase pelayanan, yaitu rata-rata jumlah penyetor susu jika terdapat antrian pada fase pengujian dan fase penimbang-an berturut-turut yaitu 1,18 ≈ 2 orpenimbang-ang dpenimbang-an 0,78 ≈ 1 orang dengan rata-rata waktu yang dibutuhkan penyetor, berturut-turut 9,06 detik dan 16,81 detik. Rata-rata jumlah penyetor susu dalam sistem sebanyak 4 orang dengan nilai maksimum sebanyak 9 orang dan rata-rata waktu menunggu 38,95 detik dengan nilai maksimum 52,46 detik.
Hasil analisa waktu siklus fase pengujian kualitas dan penimbangan susu berturut-turut 17,26 detik dan 18,65 detik. Menurut Anaviroh (2011) waktu siklus pada umumnya dipengaruhi oleh output yang dikehendaki selama periode
waktu operasi. Waktu siklus kedua fase pelayanan masih dikatakan belum optimal. Hal ini dikarenakan waktu siklus setiap fase pelayanan apabila dihitung masih belum dapat melayani 70 orang dalam selang waktu 30 menit, dimana setiap fase pelayanan seharusnya hanya membutuhkan waktu ± 8 detik untuk dapat menyelesaikan proses penampungan susu.
Nilai allowance (kelonggaran) berdasarkan hasil analisa yaitu pada fase pengujian kualitas dan penimbangan berturut-turut sebesar 23% dan 20%. Nilai kelonggaran didasarkan atas faktor-faktor yang terjadi pada operator seperti gangguan ataupun kebutuhan pribadi, yaitu menggaruk anggota badan, berbicara, menata dan membersihkan meja kerja. Pada sistem
antrian ini, operator terkadang masih melakukan kegiatan yang menyebabkan efisiensi waktu pelayanan menjadi lama, seperti berbicara dengan teman kerja, melakukan cek alat beberapa kali dan terkadang kurang cekatan dalam melayani pelanggan.
Alternatif Pemecahan Masalah Antrian pada KAN Susu Jabung
Pada antrian penyetor susu di KAN Jabung, perlu dilakukan suatu pemecahan masa-lah agar sistem antrian dapat berjalan dengan baik. Menurut Hartono (2010) sistem antrian yang baik akan memberikan solusi yang optimal bagi operator serta perasaan puas bagi pelang-gan. Alternatif pemecahan masalah yang dapat diberikan untuk sistem antrian penyetor susu diantaranya adalah:
1. Alternatif pertama, menjadwal kedatangan pelanggan sedemikian rupa sehingga diha-rapkan tidak terjadi penumpukan antrian di fasilitas pelayanan
Alternatif pertama dapat dilakukan karena anggota koperasi terbatas, yaitu 70 orang. Pada alternatif ini kedatangan anggota koperasi dilakukan dengan pembagian jad-wal berdasarkan jarak dari rumah ke stasiun penampungan susu. Penyusunan jadwal anggota koperasi dapat dibagi berdasarkan letak wilayah rumah dari yang terdekat dengan stasiun penampungan susu hingga yang paling jauh. Dengan menggunakan acuan jarak rumah ke stasiun penampungan, maka diharapkan anggota koperasi yang memiliki rumah paling dekat dengan stasiun penampungan susu harus segera menyetor-kan susu lebih awal dibandingmenyetor-kan dengan anggota koperasi yang memiliki jarak rumah paling jauh dengan stasiun penampungan susu. Namun, karena karakteristik pola kedatangan yang terdapat pada antrian susu KAN Jabung bersifat acak/ arrival pattern
random sehingga data waktu kedatangan
penyetor susu bersifat Poisson yang berarti mutlak acak. Disamping itu, pada aplikasi-nya alternatif ini sulit dilakukan karena mencakup perilaku manusia yang tidak dapat diprediksi.
2. Alternatif kedua, menambah fasilitas pelayanan yaitu dengan menambah channel/
saluran yang diharapkan dapat memecah antrian yang terjadi di penampungan susu
Alternatif kedua ini tidak mungkin dilaku-kan karena dengan penambahan alat maka perlu adanya penamabahan operator sehing-ga sistem akan berubah menjadi multi channel
multi phase. Sedangkan perusahaan tidak
ingin merubah sistem yang sudah digunakan di perusahaan tersebut.
3. Alternatif ketiga, mempercepat waktu pela-yanan di setiap fase dengan cara melakukan pelatihan sehingga tingkat kedatangan dan pelayanan seimbang
Alternatif ketiga ini dapat diterapkan untuk memecahkan masalah antrian yang terjadi pada sistem antrian penampungan susu KAN Jabung adalah dengan memberi pelatihan untuk operator. Tujuan dari alternatif ini adalah diharapkan tingkat pela-yanan di fase pengujian dan penimbangan dapat mendekati tingkat kedatangan penye-toran susu sehingga terbentuk kondisi steady
state. Hartono (2010) menyatakan bahwa
kondisi steady state terjadi apabila pelayanan harus mampu melayani pelanggan lebih cepat daripada tingkat kedatangan dalam jangka panjang atau baris antrian akan memanjang menjadi tak terbatas. Salah satu metode yang dapat dilakukan dengan meng-gunakan metode peta tangan kanan-tangan kiri.
Fasilitas pelayanan yang diberikan oleh operator dimulai saat fase pengujian, dimana operator akan mengambil sampel susu dari
milk can anggota koperasi, kemudian
melaku-kan uji awal berupa uji organoleptik yaitu dengan menganalisa warna dan bau. Kemu-dian, operator akan mencatat hasil analisa uji organoleptik. Apabila sesuai dengan kriteria yang ditentukan, maka milk can akan dipin-dahkan ke bagian penimbangan. Operator bagian penimbangan akan menimbang de-ngan menggunakan alat timbang dan kemu-dian mencatat hasil timbangan tersebut. Kemudian, milk can yang berisi susu yang sudah ditimbang dan dicatat, dituangkan ke dalam ke tangki penampungan susu. Setelah itu, milk can diserahkan kembali ke anggota koperasi.
Berdasarkan peta tangan kanan-tangan kiri yang telah dibuat, upaya untuk memperce-pat waktu pelayanan dilakukan dengan membagi tugas antara tangan kanan dengan tangan kiri. Dimana tangan kiri digunakan untuk mengambil sampel dan menganalisa langsung, sedangkan tangan kanan meme-gang alat tulis untuk mencatat (memberi tanda) di worksheet apakah susu layak diterima atau tidak. Sebelum perbaikan, pela-yanan di pengujian kualitas susu, dilakukan dengan cara menguji terlebih dahulu dengan menggunakan tangan kanan, dan selanjutnya mencatat hasil analisa dengan tangan kanan pula. Hal tersebut yang menyebabkan waktu pelayanan fase pengujian menjadi lebih lama.
Berdasarkan hasil analisa, pelatihan yang dilakukan kepada operator dengan menggu-nakan metode tangan kanan-tangan kiri berpengaruh terhadap waktu pelayanan fase pengujian. Pada Gambar 4.6 dapat diketahui bahwa kisaran rentang waktu pelayanan fase pengujian kualitas susu berkisar antara 5–13 detik, dengan nilai BKA dan BKB berturut-turut 14,25 detik dan 4,27 detik. Waktu pelayanan untuk fase pengujian kualitas mengalami penurunan setelah perbaikan, yaitu dari 17.26 detik menjadi 9,39 detik.
Gambar 4.6. Grafik Data Waktu Pelayanan Pengujian Kualitas Susu setelah Perbaikan
Data waktu pelayanan fase pengujian kualitas susu untuk uji distribusi menunjuk-kan data terdistribusi eksponensial. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas uji
Kolmogorov-Smirnov dimana nilai probabilitas lebih dari 0,05 yaitu 4,469 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan Gam-bar 4.7. menunjukkan bahwa rentang data
waktu pelayanan fase penimbangan berkisar antara 7–16 detik dengan nilai BKA dan BKB berturut-turut yaitu 14,18 detik dan 4,59 detik. Rata-rata waktu pelayanan mengalami penurunan dari 18,65 detik menjadi 11,38 detik.
Gambar 4.7. Grafik Data Waktu Pelayanan Penimbangan Susu setelah Perbaikan
Data waktu pelayanan fase pengujian penimbangan untuk uji distribusi kenormal-an data menunjukkkenormal-an data terdistribusi eksponensial. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas uji Kolmogorov-Smirnov dimana nilai probabilitas lebih dari 0,05 yaitu 4,917 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
Analisa sistem antrian setelah perbaikan yaitu dengan mempercepat waktu pelayanan menggunakan model antrian (M/M/1): (FIFO/∞/70) dimana distribusi tingkat keda-tangan Poisson, tingkat pelayanan kedua fase terdistribusi eksponensial dan sumber popu-lasi terbatas, yaitu 70 orang anggota koperasi. Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Analisa Sistem Antrian Penyetoran Susu Sebelum dan Sesudah Perbaikan
No Performa Simulasi Antrian Hasil
Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan
1. Mean kedatangan tiap jam 450 orang 450 orang
2. Mean pelayanan fase pengujian/ jam 136 orang 391 orang
3 Mean pelayanan fase penimbangan / jam 129orang 328 orang
4. Mean yang diharapkan dalam sistem (L) 4 orang 3 orang
5. Mean waktu menunggu yang dibutuhkan dalam
sistem (W) 38,95 detik 22,79 detik
6. Maksimum mean waktu menunggu yang
dibutuhkan dalam sistem 52,46 detik 32,97 detik
Sumber : Data Primer, 2013 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan tingkat kedatangan penyetor susu (λ) baik sebelum perbaikan maupun sesudah perba-ikan sebanyak 450 orang per jam, nilai λ ini bernilai tetap karena KUD Agro Niaga (KAN) Jabung Malang memiliki anggota yang tetap berjumlah 70 orang dan aktivitas penyetoran susu untuk jadwal tiap harinya
bersifat tetap. Sedangkan tingkat pelayanan fase pengujian (μ1) setelah perbaikan seba-nyak 391 orang per jam sedangkan sebelum perbaikan sebanyak 136 orang per jam. Hal ini menunjukkan bahwa nilai μ1 setelah perbaikan memiliki nilai lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa pegawai KUD Agro Niaga Jabung Malang setelah perbaikan
bekerja lebih cepat hal ini dibuktikan dengan jumlah orang yang dilayani lebih banyak yaitu sebesar 391 orang. Sedangkan fase penimbangan (μ2) setelah perbaikan sebanyak 328 orang per jam sedangkan sebelum perbaikan nilai μ2 sebanyak 129 orang . Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan pada fase penimbangan setelah perbaikan lebih cepat. Melihat kondisi di atas terlihat bahwa dengan adanya pelatihan ternyata memberikan efek sistem menjadi lebih baik. Rata-rata waktu menunggu dalam sistem (W) setelah perbaikan sebesar 22,79 detik hal ini lebih cepat daripada sebelum perbaikan sebesar 38,95 detik. Sedangkan nilai maksimum waktu menunggu setelah perbaikan sebesar 32,97 detik. Hal ini berbeda dengan sebelum perbaikan yang memiliki nilai 52,46 detik yang berarti
dengan adanya pelatihan membuat sistem antrian menjadi lebih baik karena pelayanan menjadi lebih cepat. Sedangkan total waktu yang diberikan oleh pelayanan KAN Jabung adalah 30 menit dengan sumber populasi sebanyak 70 orang. Apabila dilakukan perhitungan, rata-rata waktu menunggu dalam sistem (W) setelah perbaikan telah sesuai dengan waktu yang diberikan oleh KAN Jabung dimana total rata-rata waktu menunggu dalam sistem sebesar 22,79 detik dengan maksimum total rata-rata waktu menunggu dalam sistem yaitu 32,97 detik. Berdasarkan keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja pelayanan dalam sistem telah efektif dilihat dari nilai waktu pelayanan yang lebih cepat setelah dilakukan perbaikan.
Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Analisa Sistem Antrian Sebelum dan Sesudah Perbaikan N o Data Analisa Fase I Fase II
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 1. Mean penyetor susu apabila terdapat antrian
(Lq)
2 orang 1 orang 1 orang 2 orang 2. Mean waktu yang dibutuhkan apabila terjadi
antrian (Wq)
9,06 detik 1,39 detik 16,81 detik 9,73 detik 3 Waktu siklus pelayanan (Ws) 17,26 detik 9,39 detik 18,65 detik 11,38 detik 4. Waktu baku (Wb) 26,54 detik 9,22 detik 23,31 detik 10,95 detik
5. Allowance (A) 23% 10% 20% 10%
6. Nilai Penyesuaian (P) 1,25 1,25 1,25 1,25
Sumber : Data Primer, 2013 (diolah)
Berdasarkan Tabel 4.4., menunjukkan rata-rata banyaknya penyetor susu apabila terda-pat antrian di fase pengujian dan fase penim-bangan setelah perbaikan sistem berturut-turut 0,18 ≈ 1 orang dan 1,8 ≈ 2 orang. Sedangkan pada fase pengujian dan fase penimbangan sebelum perbaikan berturut-turut 2 orang dan 1 orang. Hal ini menunjuk-kan bahwa akibat adanya pelatihan membuat sistem berjalan lebih cepat sehingga banyak-nya antrian pun semakin turun. Rata-rata waktu yang dibutuhkan penyetor susu dalam fase pelayanan pengujian dan penim-bangan setelah perbaikan sistem apabila terdapat antrian, berturut-turut sebesar 1,39 detik dan 9,73 detik, hal ini lebih cepat dibandingkan sebelum perbaikan berturut-turut 9,06 detik dan 16,81 detik. Waktu siklus fase pengujian setelah perbaikan sebesar 9,39 detik dan fase penimbangan sebesar 11,38 detik. Waktu siklus setelah dilakukan adanya perbaikan, cenderung mengalami penurun-an. Hal ini berarti, adanya pelatihan yang
diberikan untuk operator memberikan pe-ngaruh dalam mempercepat waktu pela-yanan di setiap fase.
Nilai allowance (kelonggaran) berdasarkan hasil analisa yaitu pada fase pengujian kualitas dan penimbangan sebesar 10%. Apabila dibandingkan dengan nilai kelong-garan sebelum adanya perbaikan, terlihat adanya penurunan signifikan dimana sebe-lum perbaikan, nilai kelonggaran fase pengujian sebesar 23% dan fase penimbang-an sebesar 20%. Adpenimbang-anya penurunpenimbang-an dikare-nakan operator di setiap fase sudah mempersiapkan diri sebelum melakukan tugasnya seperti ke kamar mandi terlebih dahulu, membatasi percakapan antar opera-tor, dan efisiensi pergerakan tangan kanan dan tangan kiri dalam melakukan pekerja-annya. Sehingga kinerja operator dalam menangani pelayanan dapat lebih efektif. Sedangkan nilai penyesuaian untuk masing-masing fase baik sebelum dan sesudah perbaikan memiliki nilai yang tetap yaitu
sebesar 1,25. Nilai p bernilai 1,25 (p>1) memiliki arti bahwa pekerja diharapkan bekerja lebih cepat diatas normal, sebab adanya keterbatasan waktu pelayanan yaitu sebesar 30 menit sehingga dituntut pekerja bekerja lebih cepat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Model antrian yang diterapkan di penam-pungan susu KAN Jabung adalah (M/M/1): (FIFO/∞/70). Kedatangan penyetor susu mengikuti distribusi poisson dengan tingkat kedatangan pemyetor susu sebesar 450 orang per jam dan pelayanan baik fase pengujian kualitas susu dan penimbangan mengikuti distribusi eksponensial dengan tingkat pelayanan berturut-turut sebesar 136 orang per jam dan 129 orang per jam. Jumlah rata-rata individu dalam sistem adalah 4 orang dan waktu tunggu di dalam sistem selama 38,95 detik. Jumlah individu dalam fase pengujian dan penimbangan, apabila terda-pat antrian berturut-turut sebanyak satu orang. Hal ini mengakibatkan waktu tunggu antrian pada fase pengujian sebesar 9,06 detik dan fase penimbangan sebesar 16,81 detik.
Alternatif pemecahan masalah yang ditawar-kan menghasilditawar-kan pelayanan mengikuti distribusi eksponensial dengan tingkat pelayanan fase pe-ngujian dan penimbangan berturut-turut sebesar 391 orang per jam dan 328 orang per jam. Jumlah rata-rata individu dalam sistem sebanyak 3 orang dengan waktu dalam sistem 22,79 detik. Jumlah individu dalam fase pengujian dan penimbangan, apabila terdapat antrian berturut-turut satu orang dan dua orang, sedangkan waktu tunggu apabila terdapat antrian pada fase pengujian sebesar 1,39 detik dan fase penimbangan sebesar 9,73 detik sehingga dapat sistem baru yang ditawarkan lebih optimal.
Saran
Penelitian ini dilakukan dengan mengutama-kan model keputusan tingkat aspirasi. Model ini menentukan jumlah pelayanan yang optimum dengan ukuran waktu menunggu dan persentase waktu menganggur. Diharapkan pada penelitian selanjutnya juga membahas mengenai biaya untuk perbaikan sistem yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Anaviroh. 2011. Model Antrian Satu Server dengan Pola Kedatangan Berkelompok (Batch Arrival). Skripsi Sarjana. UNY. Yogyakarta.
Bakesbang. 2010. Kebutuhan Nasional Susu Segar. Jakarta
Hartono, B. B. 2010. Studi Pengaruh Adanya Pagar Pembatas Trotoar Pada Simpang Jl. Pasirkaliki-Jl. Padjajaran. Bandung. Dilihat 20 Desember 2012.
repository.maranatha.edu
Iswiyanti, A. 2004. Analisis Antrian Loket Karcis Taman Margasatwa Ragunan DKI Jakarta. Majalah Ekonomi dan Komputer No.3 Tahun XII Halaman 2-3.
Taha, A.H. 2003. Operations Research : an