• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham (Sugiono, 2009). Menurut Difah (2011) dividen merupakan bagian dari laba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saham (Sugiono, 2009). Menurut Difah (2011) dividen merupakan bagian dari laba"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

12 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Kebijakan Dividen

Dividen merupakan pendapatan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (Sugiono, 2009). Menurut Difah (2011) dividen merupakan bagian dari laba bersih yang dibagikan pemegang saham. Sedangkan Basuki (2012) mendefinisikan dividen sebagai pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pada umumnya dividen merupakan daya tarik bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang (Basuki, 2012).

Handayani (2010) mengemukakan bahwa tujuan pembagian dividen adalah: a) memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham. Sebagian investor menanamkan dananya untuk memperoleh dividen dan tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham, b) menunjukkan likuiditas perusahaan. Pembayaran dividen diharapkan sebagai suatu indikator bahwa kinerja perusahaan baik dan mampu menghadapi gejolak ekonomi serta memberi hasil kepada investor, c) sebagian investor memandang risiko dividen lebih rendah dibanding capital gain, d) memenuhi kebutuhan konsumsi para pemegang saham, e) dividen digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham. Informasi secara

(2)

keseluruhan tentang kondisi intern perusahaan sering tidak diketahui oleh investor sehingga melalui dividen pertumbuhan perusahaan dan prospek perusahaan dapat diketahui.

Kebijakan dividen adalah kebijakan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan besarnya laba ditahan untuk kebutuhan perkembangan usaha (Gitosudarmo dan Basri, 2008). Kebijakan dividen harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan memperhatikan maksimalisasi kemakmuran para pemegang saham dan pembiayaan yang cukup. Kedua tujuan itu saling berhubungan dan harus memenuhi berbagai faktor hukum, perjanjian, internal, pertumbuhan, hubungan dengan pemilik dan hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif kebijakan.

Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah persentase dari setiap rupiah yang dihasilkan dibagikan kepada pemilik dalam bentuk tunai yang dihitung dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham. Rasio pembayaran dividen dapat dirumuskan dengan membagi dividend per share terhadap earning per share.

Semakin besar laba yang ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Aljannah, 2010). Ada tiga bentuk kebijakan pembayaran dividen yaitu:

1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan (constant payout ratio dividend policy). Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam

(3)

persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian dividen. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen menjadi rendah atau tidak ada. Dividen merupakan indikator dari kondisi perusahaan yang akan datang sehingga mungkin dapat berdampak buruk terhadap harga saham.

2. Kebijakan dividen teratur (regular dividend policy). Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali kebijakan dividen teratur digunakan dengan memakai target rasio pembayaran dividen. Target rasio pembayaran dividen adalah kebijakan di mana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil.

3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra (low regular and extra dividend policy) adalah kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Jika pendapatannya lebih tinggi dari normal pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen tersebut, di mana disebut dividen ekstra. Dividen rendah tetapi teratur dibayar setiap periode menunjukkan bahwa perusahaan memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pada perusahaan dan dividen ekstra diberikan sebagai pembagian hasil pada periode yang baik.

(4)

Beberapa teori mengenai kebijakan dividen dalam kaitannya dengan nilai saham berbeda satu sama lain bahkan saling bertentangan. Berikut ini adalah teori yang muncul mengenai kebijakan dividen (Aljannah, 2010):

1. Dividend Irrelevance Theory

Modligiani dan Miller berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan bukan ditentukan oleh kebijakan dividen melainkan oleh earning power dari aset perusahaaan. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan saham karena adanya penjualan saham baru. Modligiani-Miller membuktikan pendapatnya secara sistematis dengan berbagai asumsi:

a. Pasar modal yang sempurna di mana semua investor bersikap rasional. b. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan. c. Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi.

d. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri perusahaan.

e. Informasi tersedia untuk setiap individu terutama yang menyangkut tentang kesempatan investasi.

(5)

2. Bird in The Hand Theory

Myron Gordon dan John Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Pendapat Gordon dan Lintner ini oleh Modligiani dan Miller diberi nama the-bird-in-the-hand fallacy. Gordon dan Lintner beranggap bahwa investor memandang lebih berharga satu burung di tangan daripada seribu burung di udara. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa kemungkinan capital gain yang diharapkan adalah lebih besar risikonya dibanding dengan dividend yield yang pasti.

3. Tax Preference Theory

Teori ini dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy yang berpendapat bahwa bagi investor yang dikenal sebagai pajak pendapatan perseorangan adalah pendapatan setelah pajak. Tingkat keuntungan yang disyaratkan juga setelah pajak. Pajak atas capital gain lebih baik dibandingkan pajak atas dividen karena selain besaran pajak yang lebih rendah dibandingkan dividen, pajak atas capital gain baru akan dibayar setelah saham dijual (penundaan pembayaran pajak). Sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen.

4. Residual Theory of Dividend

Teori ini menyatakan bahwa selama perusahaan memiliki proyek investasi yang menghasilkan return lebih tinggi dari required return maka perusahaan

(6)

akan mempergunakan laba untuk membelanjai investasi itu. Pendanaan eksternal (penerbitan saham baru) lebih mahal daripada pendanaan internal. Adanya

flotation cost (biaya emisi saham) menyebabkan perusahaan mengutamakan pendanaan internal. Jika perusahaan memiliki sisa laba setelah semua proyek investasi yang dapat diterima dibelanjai, baru kemudian dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham.

5. Clientele Effect Theory

Teori ini menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai

dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini akan lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

Berdasarkan teori kenaikan dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham dan begitu juga sebaliknya. Fenemona ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gain. Pada prakteknya kebijakan dividen yang meningkat tidak selalu diikuti dengan meningkatnya harga saham. Kebijakan dividen dipengaruhi oleh peluang investasi dan ketersediaan dana untuk membiayai investasi baru. Kenyataan ini cenderung menimbulkan kebijakan dividen residual.

(7)

Hanafi (2012) menyebutkan bahwa kebijakan dividen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:

1. Kesempatan Investasi

Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham semakin sedikit. Investasi itu akan lebih baik jika menghasilkan NPV yang positif.

2. Profitabilitas dan Likuiditas

Perusahaan yang memiliki aliran kas atau profitabilitas yang baik dapat membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang memiliki kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Perusahaan dapat membayar dividen untuk menghindari akuisisi sekaligus membuat senang para pemegang saham.

3. Akses ke Pasar Keuangan

Jika perusahaan memiliki akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan dapat membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik dapat membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.

4. Stabilitas Pendapatan

Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa mendatang dapat diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu dapat membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang

(8)

memiliki pendapatan yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang lebih tinggi.

5. Pembatasan-pembatasan

Kontrak utang, obligasi ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividen dalam situasi tertentu. Perusahaan harus menjaga tingkat modal kerja atau rasio likuiditas tertentu dan perusahaan tidak dapat membayar dividen sebelum dividen untuk pemegang saham preferen dibayar. Pada situasi normal atau baik pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi pada situasi buruk (aliran kas lebih kecil) pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividen oleh perusahaan.

Dividen merupakan aliran kas keluar yang dapat mengurangi ketersediaan kas di perusahaan sehingga mengurangi pula kemampuan perusahaan dalam melakukan investasi di masa mendatang. Bagi investor dividen merupakan return investasi yang menjadi indikator peningkatan wealth baginya dan pembagian dividen juga merupakan cara bagi investor agar manajemen tidak memegang kas terlalu banyak karena akan menimbulkan masalah keagenan (Suharli dan Oktorina, 2005).

2.1.2 Teori Keagenan

Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan atau memaksimalkan kemakmuran principal (pemegang saham). Tetapi pada kenyataannya tidak jarang

(9)

agent (manajer) yang ditunjuk untuk bertindak on the best of interest of stockholders

dalam menggapai tujuan utama tersebut memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan. Tujuan lain dari manajer adalah memperbesar skala perusahaan dengan cara ekspansi. Motif utamanya adalah untuk meningkatkan keamanan manajer dari ancaman takeover perusahaan lain. Kepentingan meningkatkan status, power, gaji manajer, dan melindungi karyawan yang ada dibawahnya menjadi alasan lain manajer tidak bertindak melindungi dan memaksimalkan kemakmuran bagi pemegang saham. Konflik kepentingan tersebut disebut dengan agency problem (Brigham dan Houston, 2010).

Hubungan antara agen dan prinsipal biasanya dalam situasi asimetri informasi. Situasi asimetri informasi disebabkan karena adanya pihak yang memiliki informasi lebih (agen) dibandingkan pihak lain (prinsipal). Agen memiliki informasi lebih karena mereka berhubungan langsung dengan operasional perusahaan. Adanya kepentingan pribadi mendorong agen untuk menyembunyikan informasi yang tidak diketahui prinsipal. Wicaksana (2012) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan munculnya masalah keagenan yaitu:

1. MoralHazard

Moral Hazard adalah perilaku seseorang yang tidak menanggung risiko akibat tindakan yang dilakukannya. Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan-perusahaan besar dengan manajer yang cenderung memanfaatkan insentif yang sesuai dengan keinginannya untuk bayaran yang diterima dari perusahaan dan kemungkinan hal tersebut tidak termasuk dalam kontrak.

(10)

2. Jumlah Laba yang Ditahan

Adanya kecenderungan manajemen melakukan investasi berlebihan melalui peningkatan dana pertumbuhan dengan tujuan untuk memperbesar kekuasaan,

prestise atau memperbesar kemampuan untuk mendominasi dewan komisaris, maupun penghargaan bagi dirinya sendiri yang dapat menghancurkan kesejahteraan pemegang sahamnya (principal).

3. Horison Waktu

Konflik ini muncul akibat dari kondisi arus kas masa depan yang diharapkan oleh prinsipal yang kondisinya belum pasti. Sementara manajemen menekankan pada hal-hal yang yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. 4. Penghindaran Risiko Manajerial

Konflik ini muncul ketika ada batasan diversifikasi portofolio yang berhubungan dengan pendapatan manajerial atas pencapaian kinerja. Sehingga manajer akan meminimalkan risiko saham perusahaan dari keputusan investasi yang meningkatkan risikonya.

Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Teori residual kas dividen menyebutkan bahwa kelebihan kas yang ada seharusnya dibagikan dalam bentuk dividen. Semakin banyak dividen yang dibayarkan oleh perusahaan semakin besar kemungkinan berkurangnya laba ditahan. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan harus mencari sumber dana eksternal untuk melakukan investasi. Pembayaran dividen mungkin dapat menjadi alat monitoring atau evaluasi hasil kerja manajemen meskipun pembayaran dividen yang tinggi

(11)

mengakibatkan pembiayaan eksternal yang mahal (Brigham dan Houston, 2010). Pembagian dividen kurang disukai oleh manajemen karena akan mengurangi utilitas manajemen yang disebabkan oleh berkurangnya dana yang berada dalam pengendaliannya dan lebih menyukai memperlakukannya sebagai laba ditahan.

2.1.3 Laporan Keuangan

Menurut PSAK 1 (IAI, 2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang berisikan data keuangan berupa posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang digunakan sebagai alat komunikasi bagi perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

Pihak yang berkepentingan diantaranya Shareholder dan Stakeholders (Fahmi, 2012). Shareholder terdiri dari pemegang saham minoritas maupun mayoritas yang biasanya berada di luar perusahaan. Stakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang memiliki peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders secara umum terbagi atas dua yaitu internal stakeholders

dan external stakeholders. Internal stakeholders terdiri dari pemegang saham, manajemen dan top executive, karyawan dan keluarga karyawan. External stakeholders terdiri dari konsumen, pemasok, bank, pemerintah, pesaing, akuntan publik, bapepam, underwriter, lembaga penilai, pengadilan, akademis dan peneliti. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar

(12)

kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik serta informasi arus kas. Menurut PSAK 1 (IAI, 2009) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari:

1. Laporan posisi keuangan (statement of financial position) adalah laporan yang berisikan informasi mengenai posisi aset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan pada waktu tertentu.

2. Laporan laba rugi komprehensif (statement of comprehensive income) adalah laporan yang menyajikan pendapatan, beban, laba atau rugi dan laba atau rugi per saham untuk periode akuntansi tertentu.

3. Laporan perubahan ekuitas (statement of changes in equity) adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai saldo laba untuk periode tertentu.

4. Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan yang menyajikan informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari kegiatan operasi, pendanaan, dan investasi untuk periode tertentu.

5. Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement) adalah laporan yang berisi informasi ringkasan dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan atau kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain.

6. Laporan posisi keuangan awal periode (statement of financial position at beginning of period) adalah laporan posisi keuangan yang disajikan ketika entitas

(13)

menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu ataupun hasil-hasil usaha dari suatu perusahaan pada satu periode tertentu dengan membandingkan dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan (Irawati, 2006). Laporan keuangan yang utama digunakan dalam menghitung rasio keuangan yaitu laporan posisi keuangan, laporan rugi laba dan laporan arus kas (Fahmi, 2012). Manfaat analisis rasio keuangan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu:

1. Pihak Internal (Manajemen)

Analisis rasio keuangan berguna bagi pihak manajemen sebagai cara untuk mengantisipasi keadaan di masa mendatang dan sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang.

2. Pihak Eksternal (Investor)

Bagi para investor rasio keuangan bermanfaat dalam meramalkan atau menentukan prediksi kemampuan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya di masa mendatang.

(14)

2.1.4.1 Rasio Profitabilitas

Rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aset perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (Irawati, 2006). Menurut (Al Shabibi dan Ramesh, 2011) profitabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Rasio pembayaran dividen bergantung pada laba yang diperoleh. Semakin tinggi laba yang diperoleh semakin banyak dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham.

Rasio profitabilitas merupakan sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi penuh dari likuiditas, aktivitas, dan leverage pada hasil operasi (Bearley et. al., 2008). Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Semakin tinggi profitabilitas perusaahaan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Rasio profitabilitas yang paling umum digunakan di antaranya gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), earning power ratio,

return on assets (ROA)/ return on investment (ROI), dan return on equity (ROE). Penelitian ini menggunakan net profit margin dan return on assets sebagai proksi dari profitabilitas.

Net profit margin adalah rasio yang mengukur laba bersih terhadap penjualan (Fahmi, 2012). Menurut Basuki (2012) net profit margin mengukur laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Margin laba yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan. Rumus yang digunakan adalah dengan membagi earning after tax terhadap sales.

(15)

Menurut Irawati (2006) return on assets merupakan kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan. Return on assets ini sering disebut dengan Earning Power.

Return on assets adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menilai sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan (Fahmi, 2012). Maka return on assets

dapat dirumuskan dengan membagi earning after tax terhadap total assets. 2.1.4.2 Rasio Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu (Fahmi, 2012). Menurut Griffin (2010) likuiditas mempengaruhi daya tarik saham kepada investor. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid. Tetapi bila perusahaan tidak mampu membayar dapat dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid (Irawati, 2006). Likuiditas merupakan salah satu faktor yang diduga kuat mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya berarti perusahaan itu juga mampu dalam membayar dividen. Semakin tinggi likuiditas perusahaan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.

Rasio likuiditas yang paling umum digunakan di antaranya current ratio, cash ratio, quick ratio, dan net working capital ratio. Penelitian ini menggunakan current ratio sebagai proksi dari likuiditas. Current ratio merupakan kemampuan perusahaan

(16)

memenuhi kebutuhan utang jangka pendeknya ketika jatuh tempo (Fahmi, 2012). Rasio ini membandingkan antara aset lancar yang dimilki perusahaan dengan liabilitas jangka pendek. Current ratio dapat dirumuskan dengan membagi current assets terhadap current liabilities.

2.1.4.3 Rasio Leverage

Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar penggunaan pendanaan melalui utang atau persentase aset perusahaan dibiayai oleh utang (Fahmi, 2012). Menurut John dan Muthusamy (2010) leverage adalah faktor krusial yang mempengaruhi perilaku dividen suatu perusahaan. Jika tingkat leverage tinggi berarti perusahaan lebih berisiko dalam arus kas. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage

tinggi akan membayar dividen yang lebih rendah untuk menghindari biaya yang meningkatkan modal eksternal perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin besar penggunaan utang yang mengakibatkan semakin besar pula risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Sementara penggunaan leverage yang tepat dapat membantu manajemen memperoleh laba yang diharapkan. Semakin besar leverage perusahaan semakin rendah kemampuan perusahaan membayar dividen. Rasioleverage yang umum digunakan di antaranya debt to assets ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio. Penelitian ini menggunakan debt to assets ratio dan debt to equity ratio sebagai proksi dari leverage.

Debt to assets ratio adalah rasio yang mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari pinjaman terhadap total aset (Fahmi, 2012). Rasio ini menunjukkan

(17)

bagian dari keseluruhan aset yang dibelanjai oleh utang. Debt to assets ratio dapat dirumuskan dengan membagi total debt terhadap total assets.

Debt to equity ratio merupakan rasio yang mengukur perimbangan antara kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri dan menunjukkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor (Fahmi, 2012). Menurut Wicaksana (2012) debt to equity ratio adalah suatu rasio yang mengindikasikan proporsi hubungan antara utang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Debt to equity ratio dapat dirumuskan dengan membagi total debt

terhadap total equity.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang dividend payout ratio (DPR) telah banyak dilakukan sebelumnya antara lain Suharli dan Oktorina (2005), Anil dan Kapoor (2008), Budiarto (2009), Handayani (2010), Karami (2011), Dewanti dan Sudiartha (2011), Sumiadji (2011), Ipaktri (2012), Wicaksana (2012), Sulisetyani dan Rahayu (2013). Namun penelitian terdahulu tersebut menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda.

Penelitian Suharli dan Oktorina (2005) yang menguji rasio profitabilitas, likuiditas dan hutang dalam memprediksi tingkat pengembalian investasi. Proksi yang digunakan masing-masing adalah return on investment (ROI), current ratio dan debt to equity ratio

(DER) memperoleh hasil bahwa profitabilitas dan likuiditas memiliki pengaruh positif signifikan dan hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi. Anil dan Kapoor (2008) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi dividend

(18)

payout ratio pada perusahaan teknologi informasi di India. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh tidak signifikan dan cash flow

berpengaruh positif signifikan terhadap dividend payout ratio. Sementara variabel lain seperti corporate tax, risk dan growth opportunities tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

Penelitian yang dilakukan Budiarto (2009) dengan judul prediksi tingkat pengembalian investasi sekuritas pada perusahaan manufaktur melalui informasi akuntansi perusahaan. Pengujian dilakukan pada industri otomotif periode 2003-2007 dengan menggunakan variabel profitabilitas yang diproksikan oleh net profit margin

(NPM), likuiditas yang diproksikan oleh current ratio dan leverage yang diproksikan oleh debt to equity ratio (DER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya likuiditas yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi. Sementara profitabilitas dan leverage tidak berpengaruh signifikan.

Handayani (2010) dengan judul penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2005-2007. Variabel independen yang digunakan adalah return on assets

(ROA), debt to equity ratio (DER), current ratio dan size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Variabel independen lainnya seperti return on assets (ROA), debt to equity ratio (DER) dan size berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).

Karami (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh leverage dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan proksi masing-masing adalah debt to equity ratio

(19)

(DER) dan current ratio. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kedua variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Dewanti dan Sudiartha (2011) meneliti pengaruh cash ratio, debt to equity ratio dan earning per share terhadap cash dividend. Penelitian dilakukan pada perusahaan food and beverages

periode 2005-2010 yang menghasilkan kesimpulan bahwa variabel debt to equity ratio

dan earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap cash dividend. Variabel

cash ratio menunjukkan bahwa adanya pengaruh signifikan terhadap cash dividend. Sumiadji (2011) melakukan penelitian tentang variabel keuangan yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan variabel independen ROA, cash ratio, DER, EPS dan total assets turnover (TATO). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel cash ratio, EPS dan TATO berpengaruh signifikan terhadap DPR. Sementara ROA dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Penelitian yang dilakukan Ipaktri (2012) tentang pengaruh kepemilikan manajerial, profitabilitas, likuiditas dan arus kas bebas terhadap kebijakan dividen kas. Penelitian yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ini menghasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap DPR. Sementara kepemilikan manajerial dan arus kas bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

Wicaksana (2012) menguji pengaruh cash ratio, debt to equity ratio dan return on assets terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel independen tersebut (cash ratio, DER dan ROA) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.

(20)

Sulisetyani dan Rahayu (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Debt to Total Assets

(DTA), Net Profit Margin (NPM) terhadap Devidend Payout Ratio (DPR). Studi empirik pada perusahaan manufaktur sektor otomotif serta makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011 ini menghasilkan kesimpulan bahwa variabel Return On Investment (ROI) berpengaruh signifikan terhadap Devidend Payout Ratio (DPR). Sementara variabel Earning Per Share (EPS), Debt to Total Assets

(DTA) dan Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh signifikan terhadap Devidend Payout Ratio (DPR). Ringkasan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut.

(21)

No Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Persamaan dengan Penelitian Penulis Perbedaan dengan

Penelitian Penulis Hasil Penelitian 1 Suharli dan Oktorina (2005) Memprediksi Tingkat Pengembalian Investasi Pada Equity Securities Melalui Rasio Profitabilitas, Likuiditas, dan Hutang Pada Perusahaan Publik di Jakarta Variabel independen yang digunakan adalah Profitabilitas (ROI), Likuiditas (CR) dan Hutang (DER) serta Return Invetasi (DPR) sebagai variabel dependen. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Suharli dan Oktorina (2005) adalah pada cara menghitung profitabilitas, likuiditas, dan leverage yaitu dengan menghitung Return On Assets, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Suharli dan Oktorina (2005) adalah pada variabel independen, penulis menambahkan Net Profit Margin dalam profitabilitas dan

Debt to Assets Ratio

dalam Leverage. 1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap DPR. 2. Likuiditas berpengaruh positif terhadap DPR. 3. Leverage berpengaruh negatif terhadap DPR. 2 Kanwal Anil dan Sujata Kapoor (2008) Determinants of Dividend Payout Ratios-A Study of Indian Information Technology Sector Variabel inderpenden yang digunakan adalah Current and Anticipated Earnings, Cash Flow, Corporate Tax, Risk, Growth Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Kanwal Anil dan Sujata Kapoor (2008) adalah sama-sama menggunakan Dividend Payout Penulis tidak menggunakan Cash Flow, Corporate Tax, Risk dan

Growth Opportunities. Cara menghitung profitabilitas, penulis

1. Variabel profitabilitas berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap DPR.

2. Cash Flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR.

3. Corporate Tax tidak berpengaruh signifikan

(22)

Variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio.

dependen. sedangkan Anil dan Kapoor menggunakan Earning Power Ratio. signifikan terhadap DPR. 5. Growth Opportunities tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. 3 Budiarto (2009) Prediksi Tingkat Pengembalian Investasi Sekuritas pada Perusahaan Manufaktur Melalui Informasi Akuntansi Perusahaan Variabel independen yang digunakan adalah Profitabilitas (NPM), Likuiditas (CR), Leverage (DER), dengan variabel dependen yaitu Return Investasi (DPR). Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Budiarto (2009) adalah seluruh variabel independen dan variabel dependen ada dalam penelitian penulis. Penulis menambahkan Return On Assets dalam menghitung profitabilitas dan

Debt to Assets Ratio

dalam menghitung leverage. 1. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi berupa dividen. 2. Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi berupa dividen. 3. Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi berupa dividen. 4 Handayani (2010) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Variabel independen yang digunakan adalah Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Current Ratio

dan Size dengan

Dividend Payout Ratio Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Handayani (2010) adalah sama-sama menggunakan Return On Assets, Debt to Equity Ratio, Current Ratio sebagai Penulis menggunakan tambahan proksi Net Profit Margin dan

Debt to Assets Ratio

pada variabel independen. Penulis tidak menggunakan Size 1. Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

2. Debt to Equity Ratio

berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

3. Current Ratio tidak berpengaruh signifikan

(23)

2007 4. Size berpengaruh signifikan terhadap

Dividend Payout Ratio. 5 Candra Karami (2011) The Influence of Leverage and Liquidity on Dividend Policy Variabel independen yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio dan Current Ratio dalam mengukur Leverage dan Likuiditas. Sementara Variabel dependen yang digunakan adalah Dividend Payout Ratio. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Candra Karami (2011) adalah sama-sama mengukur leverage dan likuiditas dengan Debt to Equity Ratio dan Current Ratio pada variabel independen. Penulis menggunakan tambahan variabel yaitu profitabilitas yang diukur dengan

Net Profit Margin

dan Return On Assets serta mengukur Debt to Assets Ratio dalam menghitung

Leverage pada variabel independen.

1. Debt to Equity Ratio

berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

2. Current Ratio

berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 6 Lisna Dewanti dan Merta Sudiartha (2011) Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Cash Dividend pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar Variabel dependen yang digunakan adalah Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share serta Cash Dividend sebagai variabel dependen. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Dewanti dan Sudiartha (2011) adalah sama-sama mengukur Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio sebagai variabel Penulis menguji variabel profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin dan

Return On Assets, likuiditas diukur melalui Current Ratio bukan Cash Ratio serta penulis tidak menguji

1. Cash Ratio berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend.

2. Debt to Equity Ratio

tidak berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend.

3. Earning Per Share tidak berpengaruh signifikan terhadap Cash Dividend.

(24)

Periode 2005-2010 independen. 7 Sumiadji (2011) Analisis Variabel Keuangan yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Variabel independen yang digunakan adalah Return On Assets, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share dan Total Assets Turnover serta Dividend Payout Ratio sebagai variabel dependen. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Sumiadji (2011) adalah sama-sama mengukur Return On Assets dan Debt to Equity Ratio sebagai variabel independen.

Penulis menguji Net Profit Margin yang merupakan proksi dari profitabilitas dan Current Ratio

yang merupakan proksi dari likuiditas. Penulis tidak

menggunakan

Earning Per Share

dan Total Assets Turnover yang merupakan proksi dari rasio penilaian dan rasio aktivitas.

1. ROA, CR, DER, EPS, dan TATO secara simultan berpengaruh terhadap DPR. 2. Variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.

3. Variabel CR

berpengaruh signifikan terhadap DPR.

4. Variabel DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. 5. Variabel EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. 6. Variabel TATO berpengaruh signifikan terhadap DPR. 8 Ipakrti (2012) Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Likuiditas, dan Arus Kas Bebas Terhadap Kebijakan Dividen Kas Variabel independen yang digunakan adalah Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Likuiditas dan Arus Kas Bebas serta Dividend Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Ipaktri (2012) adalah sama-sama mengukur Current Ratio sebagai proksi dari likuiditas. Penulis menguji profitabilitas dengan mengukur Net profit Margin dan Return On Assets.Sementara penelitian Ipaktri menggunakan

Return On Equity

sebagai proksi dari profitabilitas.

1. Kepemilikan Manjerial tidak berpengaruh signifikan terhadap

Dividend Payout Ratio. 2. Profitabilitas

berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

3. Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap

(25)

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dependen. variabel kepemilikan

manajerial dan arus kas bebas dalam variabel independen.

berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 9 I Gede Ananditha Wicaksana (2012) Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Asset Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Variabel independen yang digunakan adalah Cash ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Assets, serta Dividend Payout Ratio sebagai variabel dependen. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Wicaksana (2012) adalah sama-sama menggunakan Return On Assets dan Debt to Equity Ratio sebagai variabel independen. Penulis menambahkan Net Profit Margin dalam memproksikan profitabilitas dan

Debt to Assets Ratio

dalam memproksikan leverage. Penulis menggunakan Current Ratio

sebagai proksi dari likuiditas, sementara penelitian

Wicaksana

menggunakan Cash Ratio.

1. Cash Ratio berpengaruh signifikan terhadap

Dividend Payout Ratio. 2. Debt to Equity Ratio

berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

3. Return On Assets

berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. 10 Sulisetyani dan Rahayu (2013) Analisis Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Variabel independen yang digunakan adalah Return On Investment, Earning Per Share, Debt to Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Sulisetyani dan Rahayu (2012) adalah sama-sama menggunakan Net Penulis menguji likuiditas yang diproksikan oleh Current Ratio. Penulis menambahkan Debt 1. Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap Devidend Payout Ratio.

2. Earning Per Share tidak berpengaruh signifikan terhadap Devidend Payout

(26)

dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Margin serta Dividend Payout Ratio sebagai variabel dependen.

dan Debt to Total Assets Ratio sebagai variabel independen. memproksikan leverage. Penulis tidak

menguji Earning Per Share sebagai variabel independen.

tidak berpengaruh signifikan terhadap

Devidend Payout Ratio. 4. Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap Devidend Payout Ratio.

(27)

2.2Kerangka Pemikiran

Dividen merupakan distribusi pendapatan perusahaan yang merupakan hak pemegang saham yang dapat berbentuk kas, aktiva atau bentuk lain (Sugiono, 2009). Kebijakan dividen adalah kebijakan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan besarnya laba ditahan untuk kebutuhan perkembangan usaha (Gitosudarmo dan Basri, 2008). Sementara itu prosentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen kepada pemegang saham disebut dividend payout ratio (DPR). Pembagian dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya nilai perusahaan (Utami, 2008).

Manajemen pada umumnya menahan laba untuk melunasi utang dan sebagai tambahan investasi. Pembayaran dividen dapat berdampak pada peningkatan laba per lembar saham yang akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kebijakan dividen residual menyatakan bahwa laba yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk proyek investasi selama proyek itu menghasilkan return yang melebihi required return. Apabila ada sisa laba setelah pembiayaan proyek, dividen dapat dibagikan kepada pemegang saham tanpa mengurangi kemampuan perusahaan untuk mewujudkan rencana operasi di masa mendatang. Indonesia merupakan negara yang berkembang begitu pula industri-industri yang berada di dalamnya sedang dalam tahapan pertumbuhan yang tinggi. Sehingga kebutuhan dana internal untuk pertumbuhan perusahaan tidak bisa dihindari dibanding pendanaan eksternal yang selalu melekat dengan risiko berupa beban bunga.

(28)

Kebijakan dividen harus diformulasikan untuk dua dasar tujuan dengan memperhatikan maksimalisasi kekayaan para pemegang saham dan pembiayaan yang cukup. Kedua tujuan itu saling berhubungan dan harus memenuhi berbagai faktor hukum, perjanjian, internal, pertumbuhan, hubungan dengan pemilik dan hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif kebijakan.

Dividen merupakan salah satu alasan utama investor dalam berinvestasi. Laporan keuangan menjadi sumber informasi bagi para investor termasuk di dalamnya para pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan dan memprediksi besar return

yang dapat diterima. Sebab aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh para investor (Aljannah, 2010). Laporan keuangan itu berisi informasi kinerja keuangan yang tampak dalam bentuk rasio keuangan untuk mempermudah dalam memahami hasil kinerja, prestasi dan kondisi keuangan perusahaan dari aspek profitabilitas, likuiditas dan leverage yang merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen.

Profitabilitas merupakan kemampuan dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi profitabilitas perusaahaan, semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Net profit margin (NPM) dan

return on assets (ROA) digunakan sebagai proksi dari profitabilitas. Rasio ini dapat memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen dalam malaksanakan kontrol biaya ataupun pengelolaan aktivanya untuk memperoleh laba.

(29)

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Likuiditas merupakan salah satu faktor yang diduga kuat mempengaruhi kebijakan dividen. Semakin tinggi likuiditas perusahaan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Current ratio digunakan sebagai proksi likuiditas dalam penelitian ini karena current ratio adalah rasio yang paling umum dan banyak digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan.

Wicaksana (2012) mengemukakan bahwa aturan struktur finansial konservatif memberikan batas imbangan yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing atau eksternal dan modal sendiri. Diasumsikan bahwa pembelanjaan yang sehat itu pertama-tama harus dibangun dari modal sendiri yaitu modal yang tahan risiko maka aturan finansial tersebut menetapkan bahwa besarnya modal asing dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya modal sendiri. Jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari pinjaman maka akan menimbulkan beban tetap berupa bunga pinjaman. Namun jika perusahaan menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri maka perusahaan wajib memberikan balas jasa pada mereka dalam bentuk dividen. Semakin besar pembelanjaan perusahaan yang menggunakan modal dari para pemegang sahamnya maka semakin besar pula dividen yang harus dibagikan (Wicaksana, 2012). Sehingga semakin tinggi penggunaan utang (leverage) dalam suatu perusahaan maka semakin sulit perusahaan dalam membayar dividen. Penelitian ini menggunakan debt to assets ratio (DAR) dan debt to equity ratio (DER) sebagai proksi leverage.

(30)

Wicaksana (2012) menyatakan bahwa ukuran kinerja keuangan dengan analisis rasio dari sudut pandang pemberi jaminan adalah yang pertama likuiditas perusahaan yang dapat dinilai melalui current ratio dan cash ratio dan yang kedua leverage

keuangan perusahaan yang dapat dinilai melalui debt to assets ratio (DAR), debt to equity ratio (DER). Sementara dari sudut pandang investor adalah profitabilitas, aktivitas, dan nilai pasar.

Pembayaran dividen menjadi suatu masalah bagi para investor ketika berada pada kondisi yang terjadi pada beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan tersebut diantaranya PT Sepatu Bata Tbk., PT Multi Bintang Indonesia Tbk. dan PT Goodyear Indonesia Tbk. Pada kondisi profitabilitas yang meningkat signifikan dari tahun sebelumnya berbanding terbalik dengan besar pembayaran dividen yang turun signifikan. Likuiditas perusahaan yang meningkat berbanding terbalik dengan pembayaran dividen yang turun signifikan. Sementara saat pembayaran dividen mengalami peningkatan disertai dengan leverage

yang mengalami peningkatan. Hal tersebut menjadi masalah bagi investor karena perusahaan seperti itu melekat dengan risiko yang tinggi dalam kemampuannya berinvestasi kembali di masa mendatang dan kesulitan dalam melunasi kewajiban yang akan berdampak terancamnya kehilangan hak atas return investasinya. Sehubungan dengan itu penelitian ini menggunakan rasio keuangan yang diduga dapat mempengaruhi dividend payout ratio yaitu net profit margin, return on assets,

(31)

LEVERAGE (DAR, DER)

Gambar 2.1

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Sumber : Suharli dan Oktorina (2005), Budiarto (2009), Handayani (2010), Sumiadji (2011), Wicaksana (2012), Sulisetyani dan Rahayu (2013).

PROFITABILITAS (NPM, ROA)

LIKUIDITAS

(Current Ratio) Dividend Payout Ratio

(+)

(+)

(32)

Gambar 2.2

Kerangka Pikir Konseptual

Kinerja perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI dalam menghasilkan laba

Hasil pengujian statistik secara parsial maupun simultan Kebijakan Dividen Perumusan Hipotesis Faktor non keuangan Laba Ditahan Faktor keuangan : 1. Profitabilitas (X1) 2. Likuiditas (X2) 3. Leverage (X3)

Dividen Tunai Dividen Saham

Faktor yang mempengaruhi Laba dibagikan dalam bentuk dividen

Dividend Payout Ratio (Y) Pengujian Statistik Kajian Teoritis : 1. Teori Kebijakan Dividen 2. Teori Keagenan Kajian Empiris : 1. Suharli dan Oktorina (2005) 2. Anil dan Kapoor

(2008) 3. Budiarto (2009) 4. Handayani (2010) 5. Karami (2011) 6. Dewanti dan Sudiartha (2011) 7. Sumiadji (2011) 8. Ipaktri (2012) 9. Wicaksana (2012) 10. Sulisetyani dan Rahayu (2013)

(33)

2.3Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Dividend Payout Ratio

Profitabilitas merupakan kemampuan dan efektivitas penggunaan aset perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentu (Irawati, 2006). Profitabilitas merupakan sekelompok yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, aktivitas dan utang pada hasil operasi. Handayani (2010) dan Basuki (2012) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan variabel yang penting sebagai perimbangan para manajer perusahaan dalam rangka menentukan kebijakan dividen.

Return saham yang diterima pemegang saham merupakan bagian dari laba setelah dikurangi kewajiban tetapnya berupa bunga dan pajak. Meningkatnya profitabilitas yang dicapai perusahaan akan meningkatkan harapan investor untuk memperoleh pendapatan dividen yang tinggi pula. Semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin besar pula laba yang diperoleh dan persentase pembayaran dividen semakin besar. Dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. 2.3.2 Pengaruh Likuiditas Terhadap Dividend Payout Ratio

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi semua kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang mampu melakukan pembayaran artinya keadaan perusahaan dalam keadaan likuid tetapi jika perusahaan tidak mampu membayar maka perusahaan dikatan dalam keadaan illikuid (Irawati, 2006).

Suatu perusahaan yang lancar dalam melunasi kewajibannya yang jatuh tempo meyakinkan para investor akan harapannya pada perusahaan tersebut dapat membayar dividen. Tujuan pembagian dividen menunjukkan likuiditas perusahaan. Pembayaran

(34)

dividen diharapkan sebagai suatu indikator bahwa kinerja perusahaan baik dan mampu menghadapi gejolak ekonomi serta memberi hasil kepada investor. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.

2.3.3 Pengaruh Leverage Terhadap Dividend Payout Ratio

Rasio utang atau lebih dikenal dengan istilah leverage adalah kemampuan suatu perusahaan dalam penggunaan proporsi utang untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan. Semakin besar modal sendiri yang digunakan dalam beroperasi maka semakin kecil risiko yang ditanggung perusahaan. Sebaliknya semakin besar penggunaan utang akan meningkatkan risiko bagi perusahaan. Keputusan dalam menentukan jumlah utang yang optimal merupakan suatu proses yang rumit karena akan berdampak pada profitabilitas perusahaan dan besar dividen yang dibagikan.

Meningkatnya pinjaman akan mengurangi laba bersih karena digunakan untuk membayar bunga pinjaman maka hak pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (Basuki, 2012). Suharli dan Oktorina (2005) dan Budiarto (2009) menyatakan bahwa semakin besar leverage akan mengurangi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa leverage

berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.

Menurut Sugiyono (2012) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada fakta empiris yang

(35)

diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan konsep, konstruk, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Secara Parsial Berpengaruh

Signifikan Terhadap Dividend Payout Ratio.

H2 : Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage Secara Simultan Berpengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa pada materi energi bunyi dan sifatnya, (a) guru kurang sabar dalam menyampaikan konsep kepada siswa, (b) guru

[r]

[r]

The acceleration a(t) of an object moving along a straight line is the derivative of the velocity v(t).. If C, q, t, denote the cost, units produced and time respectively,

peranan sistem informasi akuntansi atas aktiva tetap khususnya pada. Fakultas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu http://www.sibleyfineart.com http://www.wikiart.org https://id.pinterest.com

Asumsi peneliti bahwa modul gawat darurat bencana khusunya pada saat pre hospital, pada mahasiswa perawat sangat diperlukan dan di modifikasi sesuai dengan perkembangan

Expert Tip – if you frequently use the same reports, you can avoid the need to keep using the Select report Dialog Box and the Select output settings Dialog Box by creating