• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Kepala Sekola Untuk Menciptakan Suasana Religius di SMP Negeri 1 Kedungjati Tahun Ajaran 2015/2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Program Kepala Sekola Untuk Menciptakan Suasana Religius di SMP Negeri 1 Kedungjati Tahun Ajaran 2015/2016 - Test Repository"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROGRAM KEPALA SEKOLAH UNTUK

MENCIPTAKAN SUASANA RELIGIUS DI SMP N 1

KEDUNGJATI KECAMATAN KEDUNGJATI

KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

MIFTAKHUN NURUL JANNAH

NIM 111 11 011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

(4)
(5)
(6)

vi

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Bambang Wiryanto dan Ibu Trismiyati, karena dengan bimbingan, pengorbanan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku bisa bangkit dari rasa malas demi meraih masa depan dan cita-cita.

2. Adikku Syifa Fitri Choirullah yang selalu mendukungku dan selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Simbah kakung H. Samsi yang sudah menanti-nanti cucunya untuk bisa menyelesaikan tugas akhir kuliyahnya demi meraih masa depan yang sukses. 4. Bapak Drs. Juz’an, M.Humyang telah sabar membimbing dan mendo’akan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Sahabatku Siti Nina Nur Anisa, Nurus Sa’adah, Arifah Wulandari, Dewi Uswatun Khasanah, Setya Ayu Arizka, Nafiatul Khasanah, Luluil Hidayah dan Khairus sa’adah , yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

6. Seseorang yang selalu menemani dan memotivasi dalam setiap langkahku

7. Pengasuh PP. Al-Hasan (KH. Ichsanuddin) serta para Ustadz-Ustadz yang senantiasa mendo’akan dan membimbing dalam menuntut ilmu.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). 4. Bapak Drs. Juz’an, M.Hum., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan

ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak M. Farid Abdullah, S.PdI., M. Hum., selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)
(9)

ix ABSTRAK

Jannah, Miftakhun Nurul. 2016. Program Kepala Sekola Untuk Menciptakan Suasana Religius di SMP Negeri 1 Kedungjati Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum.

Kata kunci: Kepala Sekolah Menciptakan Suasana Religius

Kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius itu perlu dukungan dari berbagai pihak baik dari guru ,karyawan maupun para peserta didik demi terciptanya suasana religius di sekolah. Dalam tataran nilai, budaya religius berupa: semangat berkorban, semangat persaudaraan, semangat saling menolong dan tradisi mulia lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya religius berupa: tradisi sholat berjamaah, gemar bersedekah, rajin belajar dan perilaku yang mulia lainnya. Adapun fokus penelitian ini adalah: (1) Apa upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati ? (2) Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang keberhasilan menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati ?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Maksudnya dalam penelitian deskriftif kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian deskriftif kualitatif ini adalah ingin menggambarkan dan menginteraksikan objek sesuai apa adanya. Tehnik pengumpulan data yang digunakan yaitu: wawancara, observasi, dan dokumentasi. Studi kasus ini melibatkan berbagai pihak, yaitu: kepala sekolah, waka kurikulum, guru.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

F. Metode Penelitian ... 13

G. Metode Analisis Data……… 16

(11)

xi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Kepala Sekolah ... 20

B. Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas ... 22

2. Dimensi-dimensi Religius ... 25

3. Fungsi Religiusitas ... 28

4. Wujud Budaya Religius di Sekolah ... 30

5. Bentuk-bentuk Religiusitas………. 37

6. Menerapkan Strategi Suasana Religius………... 49

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data 1. Lokasi Penelitian…………... 54

2. Identitas Sekolah... 54

3. Visi dan Misi... 55

4. Tujuan Sekolah... ….. 58

5. Data Guru dan Karyawan……… 64

6. Data Siswa……….. 68

7. Sarana dan Prasarana... 70

8. Ekstrakurikuler... 71

B. Upaya Menciptakan Suasana Religius ……… 72

(12)

xii BAB IV PEMBAHASAN

A. Upaya Kepala Sekolah Menciptakan Suasana Religius ... 80

B. Upaya Penciptaan Suasana Religius ... 83

C. Faktor Pendorong dan Penghambat ... 84

D. Proses Menciptakan Suasana Religius……… 86

E. Hasil Menciptakan Suasana Religius………. 89

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 89 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Data Guru ……….. 64

Tabel II Data Karyawan ………. 64

Tabel III Data Siswa ……… 68

Tabel IV Sarana dan Prasarana………. 70

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mencetak generasi muda yang berprestasi. Pendidikan itu sangat berperan penting dalam kehidupan, dengan adanya pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan. Pendidikan akan samakin berkembang pesat apabila orang-orang disekitar peduli akan pendidikan, terutama peran orang-orang tua dan keluarga dalam mendidik anaknya itu sangatlah berpengaruh dan masyarakat sebagai motivasi untuk meraih cita-cita dalam mewujudkan perubahan terhadap kemajuan zaman yang semakin canggih dan modern, terutama peran tenaga pendidik yang selalu sabar dan ikhlas dalam membimbing peserta didiknya untuk memperoleh pendidikan.

Menurut Zamroni dalam Mulyasa (2007: 5-6) menyebutkan bahwa pendidikan adalah suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup dan sikap dalam hidup, agar kelak ia dapat membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, sehingga kehadirannya di tengah-tenagh masyarakat akan bermakna dan berfungsi secara optimal.

(16)

2

diterapkan kepada anak mulai sejak dini. Salah satu keberhasilan pendidikan itu pasti ada campur tangannya dengan para tenaga pendidik contohnya di lembaga pendidikan sekolah merupakan sarana yang paling penting untuk menunjang proses belajar mengajar bagi peserta didik untuk mendapatkan pendidikan. Upaya sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan pasti ada peran kepala sekolah demi mewujudkan pendidikan.

Usaha sekolah dalam mewujudkan budaya religius sekolah tidak akan tercapai secara optimal bila tidak didukung oleh semua komponen sekolah seperti guru, karyawan, siswa bahkan para orangtua siswa. Mereka dalam bahasa manajemen disebut sebagai pelanggan internal pendidikan. Secara lebih rinci, Salis membagi dua kelompok, yaitu: internal customer

(pelanggan internal) meliputi : pegawai, pelajar, dan orangtua pelajar; dan

external customer (pelanggan eksternal) meliputi : perguruan tinggi, dunia bisnis, militer dan masyarakat luas.

Semua jenis pelanggan tersebut adalah hal penting yang harus dikenali oleh lembaga pendidikan atau kepala sekolah untuk kerjasama antara supervisor (penyelia) dan pelanggan pendidikan agar menghasilkan lulusan yang dapat memuaskan para pelanggan pendidikan.

(17)

3

Strategi dapat dilakukan untuk menggerakkan beberapa komponen tersebut antara lain:

1. Motivating (memberi motivasi)

Motivasi adalah daya dorong yang dimiliki seseorang pegawai baik yang bersifat intrisik maupun ekstrinsik yang membuatnya mau dan rela bekerja sekuat tenaga dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan sasarannya.

Untuk membangkitkan motivasi guru dan karyawan, maka kepala sekolah harus jeli dalam melihat setiap harapan, keinginan dan kebutuhan mereka. Seseorang yang terpenuhi kebutuhannya, maka dia akan menunjukkan komitmen kerja yang tinggi, sebaliknya seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhannya maka akan cenderung menunjukkan resistance

(perlawanan) yang akan menghambat tercapainya tujuan lembaga.

2. Developing (mengembangkan)

Dalam mengembangkan (developing), salah satu perilaku yang sering dilakukan adalah memberi latihan (coaching) dan bimbingan (montoring).

3. Supporting (memberi dukungan)

(18)

4

(consideration) dan perhatian (attention) terhadap kebutuhan dan keinginan para bawahan.

4. Recognizing (memberi pengakuan)

Memberi pengakuan (Recognizing) adalah perilaku memberi pujian dan memperlihatkan apresiasi kepada pegawai untuk mencapai kinerja yang efektif. Tujuan pemberian pengakuan ini adalah untuk memperkuat perilaku yang diinginkan serta terciptanya komitmen yang kuat terhadap keberhasilan tugas.

Adapun beberapa strategi dalam memberi pengakuan yaitu: a. Mengakui setiap keberhasilan

b. Mengakui perbaikan-perbaikan dalam kinerja c. Mengakui usaha pegawai meskipun gagal d. Berilah pengakuan tepat pada waktunya e. Gunakan bentuk pengakuan yang cocok 5. Rewarding (memberi imbalan)

Memberi imbalan (Rewarding) adalah kategori perilaku kepemimpinan menyangkut pemberian manfaat yang berwujud (tangible benefits) kepada pegawai. Imbalan-imbalan tersebut dapat berupa kenaikan gaji, promosi jabatan, beasiswa studi lanjut serta pendelegasian-pendelegaian yang mendidik.

(19)

5

a. Menetapkan prosedur pemberian

b. Mencari tahu imbalan apa yang menarik

c. Sesuaikan dengan standar kerja yang telah dicapai

d. Berilah imbalan pada waktu yang tepat (Sahlan, 2009 : 56-60).

Kepala sekolah merupakan posisi yang sangat penting dalam suatu sekolah. Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terdapat berbagai dimensi, yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Bersifat unik karena sekolah memiliki karakter tersendiri, tempat terjadinya proses belajar mengajar, dan tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Oleh karena sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat

koordinasi yang tinggi. ‘Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala

sekolah.’

Secara sederhana, kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepala sekolah dilukiskan sebagai orang yang memiliki harapan tinggi bagi para staf dan para siswa.

‘Kepala sekolah adalah mereka yang banyak menentukan irama

(20)

6

kepala sekolah visioner dalam menggerakkan kehidupan sekolah guna mencapai tujuan. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang unik, serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah (Deni dan Halimah, 2008 : 24-25).

Kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius itu perlu dukungan dari berbagai pihak baik dari guru ,karyawan maupun para peserta didik demi terciptanya suasana religius di sekolah.

Dalam tataran nilai, budaya religius berupa: semangat berkorban, semangat persaudaraan, semangat saling menolong dan tradisi mulia lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya religius berupa: tradisi shalat berjamaah, gemar bersodaqoh, rajin belajar dan perilaku yang mulia lainnya.

Dengan demikian, budaya religius sekolah pada hakikatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagi tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.

(21)

7

warga sekolah secara kontinyu dan konsisten, sehingga tercipta religious culture tersebut dalam lingkungan sekolah.

Saat ini, usaha penanaman nilai-nilai religius dalam rangka mewujudkan budaya religius sekolah dihadapkan pada berbagai tantangan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, pendidikan dihadapkan pada keberagamaan siswa, baik dari sisi keyakinan beragama maupun keyakinan dalam satu agama. Lebih dari itu, setiap siswa memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pembelajaran agama diharapkan menerapkan prinsip-prinsip keberagamaan sebagai berikut:

1. Belajar Hidup dalam Perbedaaan

2. Membangun Saling Percaya (Multual Trust)

3. Memelihara Saling Pengertian (Multual Undestanding)

4. Menjunjung Sikap Saling Menghargai (Mutual Respect)

5. Terbuka dalam Berfikir

6. Apresiasi dan Interdependensi

7. Resolusi Konflik (Asmaun, 2010 : 76-77).

Berawal dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji hal tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul skripsi

‘‘Program Kepala Sekolah Untuk Menciptakan Suasana Religius di SMP

N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun

(22)

8 B. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang muncul untuk mendapatkan jawaban pada peneliti ini adalah:

1. Apa upaya kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 ?

2. Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang keberhasilan menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 ?

3. Bagaimana hasil upaya Kepala Sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 ? C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja upaya kepala sekolah dalam meningkatkan keberhasilan dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015. 2. Untuk mengetahui faktor apa yang menghambat dan menunjang

keberhasilan dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui hasil apa saja dalam menciptakan suasana religius

(23)

9 D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat diadakannya penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan tinggi.

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam aspek program kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di sekolah.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan dalam menciptakan suasana religius di sekolah

b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna menciptakan suasana religius di sekolah.

E. Penegasan Istilah

1. Upaya Kepala Sekolah

a. Pengertian Kepala Sekolah

(24)

10

‘memimpin’ dan ‘mengelola’ guru beserta stafnya untuk bekerja

sebaik-baiknya demi mencapai tujuan sekolah (Deni dan Halimah, 2008 : 67).

2. Religiusitas.

b. Pengertian Religiusitas

Apa itu religius? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 198) dinyatakan bahwa religius berarti: bersifat religi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan religi (keagamaan) (Muhaimin, 2005 : 61-62).

Agama sebagai salah satu nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dapat membentuk corak dan dinamika kehidupan bermasyarakat, karena agama dapat menjadi sumber inspirasi, pengerak dan juga berperan sebagai pengontrol bagi kelangsungan dan ketentraman hidup suatu kelompok masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya membentuk kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan dilingkungan kehidupan yang masing-masing kelompok memiliki corak dan ciri tersendiri yang membedakan dengan kelompok masyarakat lainnya.

(25)

11

pembelajaran atau pembimbingan baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas.

Sekolah merupakan satuan organisasi sosial yang bergerak di bidang pendidikan formal yang di dalamnya berlangsung penanaman nilai-nilai budaya yang diupayakan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari sekolah inilah berlangsungnya pembudayaan berbagai macam nilai yang diharapkan dapat membentuk warga masyarakat yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan sebagai bekal hidup peserta didik di masa yang akan datang.

Budaya sekolah berarti memberi pengertian bahwa sekolah perlu didudukan sebagai suatu organisasi yang di dalamnya terdapat individu-individu yang memiliki hubungan dan tujuan bersama. Tujuan itu diarahkan untuk memenuhi kebutuhan individu-individu atau memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan.

(26)

12

Walupun kebudayaan sekolah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat namun memiliki ciri-ciri khas sebagai suatu sub-culture.

Sekolah bertugas untuk menyampaikan kebudayaan kepada generasi baru dan karena itu harus selalu memperhatikan masyarakat dan kebudayaan umum.

Suatu sekolah harus dapat menciptakan budaya sekolahnya sendiri sebagai identitas diri, dan juga sebagai rasa kebanggaan akan sekolahnya. Kegiatan tidak hanya terfokus pada intrakurikuler, tetapi juga ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Selain itu, dalam menciptakan budaya sekolah yang kokoh, kita hendaknya juga berpedoman pada misi dan visi sekolah yang tidak hanya mencerdaskan otak saja, tetapi juga pengembangan watak dan karakter siswa, serta mengacu pada 4 tingkatan kecerdasan yaitu : kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan rohani (SQ) dan keserdasan sosial (Muhaimin, 2001 : 112-113).

(27)

13

ibadah yang paling ringan dikerjakan apabila mengerjakannya dengan ikhlas, agar meningkatkan moral religiusitas peserta didik di sekolah dapat diwujudkan dengan cara ibadah dan muamalah.

c. Pengertian Ibadah

Kata ibadah terambil dari akar dari abada yang biasa diartikan antara lain dengan mengabdi, tunduk, taat, merendahkan diri dan sebagainya. Sehingga tidak heran bila beberapa kamus-kamus bahasa mengemukakan definisi ibadah berdasarkan arti-arti tersebut.

Sebagaimana perkataan Ibadah ini mempunyai ma’na yang jami’,

maka perkataan Ibadah ini mempunyai ma’na yang jami’ pula. Yakni,

dapat dimasukkan ke dalam perkataan mu’amalah segala rupa hukum.

Mu’amalah ditinjau dari jurusan tasawwuf, terbagi dua :

1. Mu’amalah dengan Tuhan yang diciptakan

2. Mu’amalah dengan makhluk (para hamba dan lain-lain) (Hasbi,

1987 : 1-7).

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa religiusitas adalah ketaatan dan keyakinan seseorang di dalam menjalankan ajaran-ajaran agamanya yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ibadah.

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

(28)

14

Maksudnya dalam penelitian deskriftif kualitatif data yang dikumpulkan bukan berupa angka melainkan data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian deskriftif kualitatif ini adalah ingin menggambarkan dan menginteraksikan objek sesuai apa adanya.

2. Kehadiran peneliti

Sesuai pendekatan kualitatif, maka semua fakta berupa kata-kata maupun tulisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan dokumen yang terkait disajikan dan digambarkan apa adanya untuk selanjutnya ditelaah guna memperoleh makna. Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangat penting yaitu peneliti bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpulan data hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian .

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015/2016.

4. Sumber Data

(29)

15

Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi:

a. Data Primer: data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Data yang diperoleh dari data primer ini harus diolah lagi. Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

b. Data Sekunder: Data yang didapat dari catatan, buku, majalah berupa laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah, dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dari data sekunder ini tidak perlu diolah lagi. Sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpulan data (Wiratna, 2014 : 73-74).

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang cukup dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu;

a. Wawancara

(30)

16

Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang :

1)Peran kepala sekolah dalam menciptakan suasana relegius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

2)Apa faktor-faktor yang menghambat dan menunjang kepemimpinan kepala sekolah dalam menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti (Wiratna, 2014 : 75). Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan situasi dan kondisi SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun 2015 yang meliputi: wawancara, letak geografis, keadaan siswa.

c. Dokumentasi

Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berupa dokumen atau catatan-catatan yang ada di SMP N 1 Kedungjati.

G. Metode Analisis Data

(31)

17

berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh ditulis dalam laporan atau data yang terperinci. Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkuman, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil mengihtiarkan dan memilih-milih berdasarkan satuan konsep, tema, dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tetang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai tambahan atas sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.

2. Penyajian Data

Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya. 3. Penyimpulan dan Verivikasi

(32)

18 H. Sistematika Penulisan

Pembahasan skripsi ini diuraikan dalam bentuk bab-bab yang berdiri sendiri-sendiri namun saling berhubungan antara satu bab dengan yang lainnya karena keseluruhan bab merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Dari masing-masing bab tersebut terbagi menjadi beberapa sub bab yang saling berhubungan. Dengan diharapkan terbentuk sistem penulisan dan pembahasan yang sistematis.

BAB 1 : PENDAHULUAN

Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Metode Analisis Data, Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB 11 : KAJIAN TEORI

Berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan landasan teori tentang peran kepala sekolah dan suasana religius di sekolah.

BAB 111 : HASIL PENELITIAN

Berisi paparan data dan gambaran umum SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan dan hasil wawancara.

BAB 1V : PEMBAHASAN

(33)

19

sekolah untuk menciptakan suasana religius di SMP N 1 Kedungjati Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Ajaran 2015/2016.

BAB V : PENUTUP

(34)

20 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Upaya Kepala Sekolah

Upaya kepala sekolah sangat besar karena kepala sekolah merupakan pengambil kebijakan yang tertinggi dalam suatu sekolah. a. Kepala Sekolah sebagai Educator (pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. (Mulyasa, 2007 : 98-101).

b. Kepala Sekolah sebagai Manajer

(35)

21

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan (Mulyasa, 2007:107).

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Kependidikan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan (Mulyasa, 2007 : 111).

e. Kepala Sekolah sebagai Leader

(36)

22

dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi (Mulyasa, 2007 : 115). f. Kepala Sekolah sebagai Innovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif (Mulyasa, 2007:118).

B. Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas.

Religiusitas Menurut Kamus Pendidikan, Pengajaran dan Umum, (Religi : Agama, kepercayaan), ( Religius : Yang bersifat keagamaan) (Sulisman dan Sudarsono, 1994 : 198).

Religi mencakup kehidupan keagamaan baik agama tradisional maupun agama yang datang kemudian yang mengatur hubungan dengan Yang Maha Pencipta serta hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya (Said, 2003 : 177).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “religius” adalah bersifat

religi, yang bersangkut paut dengan religi, sedangkan “religi”

(37)

23

paling mendasar dijadikan sebagai landasan dalam pendidikan, karena agama memberikan dan mengarahkan fitrah manusia, memenuhi kebutuhan batin, menuntun kepada kebahagiaan dan menunjukan kebenaran.

Keberagamaan atau religiusitas (kata sifat: religius) tidak selalu identik dengan agama. Agama lebih menunjukkan kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan, dalam aspek resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya. Sedangkan keberagamaan

atau religiusitas lebih melihat kepada aspek yang “di dalam lubuk hati

nurani” pribadi ( Muhaimin, 2008:288). Oleh karna itu, religiusitas

atau sifat religius lebih dalam dari agama yang tampak formal.

Keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragam bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dengan demikian, agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.

(38)

24

persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. Jadi Agama adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak.

Budaya religius sekolah merupakan cara berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai religius (keberagamaan). Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh. Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah

syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”(Sahlan, 2010: 75).

(39)

25 2. Dimensi-dimensi Religiusitas.

Religiusitas menurut Glock & Stark dalam Ancok dan Suroso (1994: 77-78) ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan (ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama

(ritualistic), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama (intelektual).

a. dimensi keyakinan

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan di mana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga di antara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

b. dimensi praktik agama.

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu:

1) Ritual

(40)

26

agama yang diyakini dengan melaksanakannya sesuai ajaran yang telah ditetapkan.

Indikatornya antara lain: selalu melakukan sembahyang dengan rutin, melakukan kegiatan keagamaan seperti mendegarkan ceramah agama, melakukan dakwah agama, melakukan kegiatan amal, bersedekah, dan berperan serta dalam kegiatan keagamaan seperti ikut berpartisipasi dan bergabung dalam suatu perkumpulan keagamaan.

2) Ketaatan

Ketaatan yaitu dimana seseorang yang secara batiniah mempunyai ketetapan untuk selalu menjalankan aturan yang telah ditentukan dalam ajaran agama dengan cara meningkatkan frekuensi dan intensitas dalam beribadah.

Indikatornya antara lain: khusuk ketika mengerjakan sembahyang atau kegiatan keagamaan, membaca doa ketika akan melakukan pekerjaan dan selalu mengucapkan syukur pada Tuhan. Individu yang menghayati dan mengerti serta selalu ingat pada Tuhan akan memperoleh manfaat, antara lain: ketenangan hati, perasaan yang tenang, aman dan merasa memperoleh bimbingan serta perlindungan-Nya.

(41)

27

berusaha mencari solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang membuat dirinya tertekan.

c. Dimensi pengamalan

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam Islam, dimensi ini meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup.

d. Dimensi pengetahuan agama.

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya dalam Islam, Dimensi ini menyangkut tentang isi Al-Qur’an, pokok -pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun Iman), hukum-hukum Islam dan sejarah Islam.

e. Dimensi pengalaman atau Penghayatan

(42)

28

Berdasarkan pada teori-teori yang telah dikemukakan di atas maka peneliti mengacu pada teori Glock dan Stark sebagai dasar dalam pembuatan skala karena teori tersebut mencakup lima dimensi yang mendasari individu dalam religiusita. Dimensi tersebut meliputi: keyakinan, praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama, pengamalan atau konsekuensi.

3. Fungsi Religiusitas

Fungsi religiusitas bagi manusia erat kaitannya dengan fungsi agama. Agama merupakan kebutuhan emosional manusia dan merupakan kebutuhan alamiah yang terjadi dalam batin manusia. Menurut Jalaluddin (1995 : 233-236) fungsi agama bagi manusia meliputi.

a. Berfungsi Sebagai Edukatif

Dalam agama terdapat ajaran-ajaran agama yang harus dipatuhi oleh penganutnya. Ajaran tersebut mengandung unsur suruhan dan larangan mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.

b. Berfungsi Sebagai penyelamat

(43)

29

mengajarkan para penganutnya melalui pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.

c. Berfungsi Sebagai Pendamaian

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian ataupun penebus dosa.

d. Berfungsi Sebagai Sosial kontrol

Ajaran agama oleh penganutnya diangap sebagai norma sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.

e. Fungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan, yaitu iman dan kepercayaan. Rasa ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.

f. Berfungsi transformatif

(44)

30

mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelum itu.

g. Berfungsi Kreatif

Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru ( Jalluddin, 1996 : 233-236).

4. Wujud Budaya Religius di Sekolah

Budaya religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik, dan masyarakat sekolah. Sebab itu budaya tidak hanya berbentuk simbolik semata sebagaimana yang tercermin di atas, tetapi di dalam penuh dengan nilai-nilai. Perwujudan budaya juga tidak hanya muncul begitu saja, tetapi melalui proses pembudayaan diantaranya yaitu:

1. Senyum, Salam, Sapa (3S)

(45)

31

penghormatan sehingga antara sesama saling dihargai dan dihormati.

Senyum, sapa dan salam dalam perspektif budaya menunjukkan bahwa komunitas masyarakat memiliki kedamaian, santun, saling tenggang rasa, toleran dan rasa hormat. Dulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun, damai dan bersahaja. Namun seiring dengan perkembangan dan berbagai kasus yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, sebutan tersebut berubah menjadi sebaliknya. Sebab itu, budaya senyum, salam dan sapa harus dibudayakan pada semua komunitas, baik di keluarga, sekolah atau masyarakat sehingga cerminan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang santun, damai, toleran dan hormat muncul kembali.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk membudayakan nilai-nilai tersebut perlu dilakukan keteladanan dari para pemimpin, guru dan komunitas sekolah. Di samping itu perlu simbol-simbol, slogan atau motto sehingga dapat memotivasi siswa dan komunitas lainnya dan akhirnya menjadi budaya sekolah.

2. Saling Hormat dan Toleran

(46)

32

Masyarakat yang toleran dan memiliki rasa hormat menjadi harapan bersama. Dalam perspektif apapun toleransi dan rasa hormat sangat dianjurkaan. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbinneka dengan ragam agama, suku dan bahasa sangat mendambakan persatuan dan kesatuan bangsa, sebab itu melalui Pancasila sebagai falsafah bangsa menjadi tema persatuan sebagai salah satu sila dari pancasila, untuk mewujudkan hormat sesama anak bangsa.

Fenomena perpecahan dan konflik yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan karena tidak adanya toleransi dan rasa hormat diantara sesama agama atau masyarakat yang memiliki paham, ide, atau agama yang berbeda. Sebab itu melalui pendidikan dan dimulai sejak dini, sikap toleran dan rasa hormat harus dibiasakan dan dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejalan dengan budaya hormat dan toleran, dalam Islam terdapat konsep ukhuwah dan tawadlu. Konsep tawadlu secara bahasa adalah dapat menempatkan diri, artinya seorang harus dapat bersikap dan berperilaku sebaik-baiknya (rendah hati, hormat, sopan dan tidak sombong). Konsep ini sangat terlihat dalam budaya pesantren, bagaimana seorang santri hormat atau tawadlu pada kyai. Dalam Islam guru sangat dihormati sebab itu ada

konsep “berkah”, artinya seorang murid hanya akan mendapatkan

(47)

33 3. Puasa Senin Kamis

Puasa merupakan bentuk peribadatan yang memiliki nilai yang tinggi terutama dalam pemupukan spiritualitas dan jiwa sosial. Puasa hari senin dan kamis ditekankan di sekolah disamping sebagai bentuk peribadat sunnah muakkad yang sering dicontohkan Rasulullah SAW, juga sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran

tazkiyah agar siswa dan warga sekolah memiliki jiwa yang bersih, berpikir dan bersikap positif, semangat dan jujur dalam belajar dan bekerja, dan memiliki rasa kepedulian terhadap sesama.

Nilai-nilai yang ditumbuhkan melalui proses pembiasaan berpuasa tersebut merupakan nilai-nilai luhur yang sulit dicapai oleh siswa-siswi di era sekarang ini, disamping hantaman budaya negatif dan arus globalisasi juga karena piranti untuk penangkal arus budaya negatif tersebut yang tidak maksimal baik dalam bentuk pendidikan maupun keteladanan dari tokoh dan warga masyarakat. Sebab itu melalui pembiasaan puasa senin kamis diharapkan dapat menumbuhkan nilai-nilai luhur tersebut yang sangat dibutuhkan oleh generasi saat ini (Sahlan, 2010: 116-119). 4. Shalat.

(48)

34

kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh banyak ibadah lainnya. Karena shalat juga merupakan rukun Islam.

Umat Islam diharapkan mengerjakan shalat pada waktunya dengan didorong rasa taat dan tunduk kepada perintah Allah. Rahasia waktu-waktu yang ditentukan itu tidak seorangpun tahu kecuali Allah dan Rosul. Sedemikian pula tentang cahaya dari berkah dan rahmat Allah yang turun pada waktu-waktu tersebut (An-nadwi, 1992 : 18).

Dalam Islam dibagi dua macam, yaitu shalat fardhu dan shalat sunnah. Pelaksanaan shalat dan pengulangan shalat sehari semalam terdapat hikmah yang besar sebagai santapan sehat dan komplit untuk jiwa, sebagai penjagaan dari malaikat Allah, sebagai penyaring hati dan jiwa dari debu-debu materi (An-nadwi, 1992 : 19). Shalat wajib disyaratkan untuk berjamaah karena dengan berjamaah umat Islam akan mendapatkan faedah yang berharga diantaranya ada yang bersifat sosial dan kebersamaan, seperti persatuan, solidaritas dan persaudaraan (An-nadwi, 1992 : 49).

(49)

35

maupun ruhani. Berdasarkan pengalaman para ilmuwan muslim seperti, al-Ghozali, Imam Syafi’I, Syaikh Waqi, menuturkan bahwa kunci sukses mencari ilmu adalah dengan mensucikan hati dan mendekatkan diri pada Allah SWT (Sahlan, 2010: 120).

5. Membaca Al-quran.

Al-quran biasa didefinisikan sebagai firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril sesuai redaksinya kepada nabi Muhammad, dan diterima umat Islam secara mutawatir (Shihab, 1997 : 43). Fungsi Al-quran bukan hanya sebutan untuk dibaca, juga memperingatkan kepada seseorang untuk mengingatkan dari hari pembalasan, berdialog dengan orang-orang yang hidup bahwa hari pembalasan itu ada (Shihab, 1997 : 48).

Oleh karena itu bacaan dan hafalan Al-quran harus dilakukan terus menerus, sebab kekalnya Al-quran merupakan salah satu keistimewaan tersendiri. Hal ini tercermin daripada penghafalnya yang tidak pernah putus dari generasi ke generasi. Termasuk masalah tulisan dan hafalan secara lisan dan tulisan. Terus menerus membacanya Al-quran harus tetap dilestarikan, karena merupakan salah satu bagian terpenting dari ajaran Islam dan penganutnya (Al-Ghazali, 1996 : 23).

(50)

36

ketakwaan yang berimplikasi pada sikap dan perilaku positif, dapat mengontrol diri, dapat tenang, lisan terjaga, dan istiqamah dalam beribadah.

Tadarrus al-Qur’an disamping sebagai wujud peribadatan, meningkatkan keimanan dan kecintaan pada al-Qur’an juga dapat menumbuhkan sikap positif di atas, sebab itu melalui tadarrus

al-Qur’an siswa-siswi dapat tumbuh sikap-sikap luhur sehingga dapat

berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar dan juga dapat membentengi diri dari budaya negatif (Sahlan, 2010: 120-121). 6. Doa.

Orang Islam percaya kepada kekuasaan Tuhan dalam mewujudkan kepentingan manusia. Dan manusia diperinah untuk memohon pertolongan Allah karena Allah berjanji akan mengabulkan doanya.

(51)

37

Istighasah adalah do’a bersama yang bertujuan memohon pertolongan dari Allah SWT. Inti dari kegiatan ini sebenarnya dhikrullah dalam rangka taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah SWT). Jika manusia sebagai hamba selalu dekat dengan Sang Khaliq, maka segala keinginannya akan dikabulkan oleh-Nya.

Istilah ini biasa digunakan dalam salah satu madzab atau tarikat yang berkembang dalam Islam. Kemudian dalam perkembanganya juga digunakan oleh semua aliran dengan tujuan meminta pertolongan dari Allh SWT. Dalam banyak kesempatan, untuk menghindarkan kesan eklusif maka sering digunakan istilah

do’a bersama (Sahlan, 2010: 121).

5. Bentuk-bentuk religiusitas (Heri, 2008: 26-30).

a. Kewajiban terhadap Allah SWT

Terdapat sepuluh kewajiban terhadap Allah SWT, yang harus dilaksanakan oleh kita,

1. Beriman kepada Allah SWT

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah kepada

Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu,

berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah .

Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al-Hujaraat: 15).

(52)

38

Maksudnya kita harus yakin bahwa Allah itu ada serta Dia memiliki sifat-sifat yang mulia (Asmaul Husna). Beriman kepada Allah merupakan dasar utama keimanan, dari sinilah melahirkan ketaatan terhadap yang lainnya. Hanya ketaatan yang berdasarkan keimanan kepada Allah sajalah yang benar dan akan diterima. Kebalikan dari beriman kepada Allah adalah musyrik, meyakini adanya tuhan atau kekuasaan selain Allah. Perbuatan musyrik adalah dosa besar yang tidak akan diampuni Allah kecuali bertaubat dengan sungguh-sungguh (taubatan nasuha).

2. Ta’at kepada Allah SWT

“Sesungguhnya jawaban orang-orang beriman; bila mereka

diseru kepada Allah dan Rasulnya di antara mereka ialah

ucapan, “ Kami mendengar dan kami patuh”. Dan mereka

itulah orang-orang yang beruntung” (QS. An Nuur: 51).

(53)

39 3. Berzikir kepada Allah SWT

“ Maka berzikirlah (ingatlah) kepada-ku, niscaya Aku ingat

pula kepadamu” QS. Ai-Baqarah: 152).

Berzikir artinya mengingat Allah, Berzikir bisa dilakukan dengan mengingat Allah dalam hati; atau menyebutnya (berupa ucapan-ucapan zikrullah) dengan lisan; atau bisa juga dengan mentadaburi atau mentafakuri (memikirkan kekuasaan Allah) yang terdapat pada alam semesta. Dalam surat Al Ahzab ayat 41 kita diperintah untuk senantiasa berzikir kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya. Mengapa kita harus berzikir? Dengan berzikir kita akan senantiasa ingat kepada Allah, hati menjadi tentram dan akan menjauhkan kita dari perbuatan tercela.

Kebalikan dari berzikir adalah menolak dari mengingat Allah. Orang seperti ini akan selalu gampang (gelisah tak

Berdo’a artinya mengajukan permohonan kepada Allah.

Berdo’a merupakan bukti pengakuan kita terhadap kekuasaan

(54)

40

Apabila kita meminta kepada manusia; semakin banyak permintaan kita kepada orang itu semakin keberatanlah ia, bahkan bisa jadi ia akan marah dan menolak mentah-mentah permintaan kita. Tetapi meminta atau memohon kepada Allah berbeda. Semakin banyak dan semakin sering kita meminta kepada-Nya, maka Allah akan senang kepada kita. Kebalikan

dari do’a adalah takabur kepada Allah. Takabur artinya merasa

diri besar, merasa bisa memenuhi semua kebutuhan oleh sendiri, tidak merasa memerlukan Allah dan sombong terhadap-Nya.

Orang seperti ini dimurkai Allah. “ Allah sangat murka

terhadap orang yang tidak pernah berdo’a kepada-Nya”,

demikian firman Allah dalam sebuah hadis qudsi. 5. Bertakwakal kepada Allah SWT

“Karna itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min

bertawakal” (QS. Ali Imran: 122 dan Al Maidah: 11).

(55)

41

sangat tidak suka kepada orang yang tidak bertawakal kepada-Nya.

6. Husnudhan kepada Allah SWT Dlam hadits qudsi, Allah berfirman:

“Aku menurut dugaan hamba-hambaKu terhadap Aku”

(diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Husnudhan artinya berbaik sangka kepada Allah SWT. Kita selalu berbaik sangka kepada Allah dan apapun yang ditetapkan oleh Allah untuk kita, itulah yang terbaik.

Seperti dijelaskan dalam hadits qudsi di atas, bahwa Allah menurut dugaan hamba-hamba-Nya, contohnya apabila orang berperasangka baik kepada Allah, maka Allah-pun akan berbuat baik kepadanya; tapi apabila ada orang yang berprasangka buruk maka keburukanlah yang akan didapatkan oleh orang tersebut.

Kebalikan dari husnudhan adalah su’udhan atau berperaasangka buruk kepada Allah. Akibat yang akan diperolehnya adalah keburukan sebagaimana anggapannya terhadap Allah.

7. Bersyukur kepada Allah SWT

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami ( Allah )akan

menambah (nikmaat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari

(nikmatKu), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih”

(56)

42

Bersyukur secara sederhana dapat diartikan sebagai ungkapan terima kasih kita kepada Allah. Dengan cara bagaimana kita bersyukur kepada Allah? Dengan cara melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya, serta memanfaatkan semua yang dianugrahkan Allah secara benar.

Syukur merupakan ciri utama dari iman, dengan demikian orang yang tidak pernah bersyukur kepada Allah berarti ia tidak (kurang) beriman sekaligus kufur (ingkar) kepada Allah SWT. 8. Bersabar terhadap cobaan dari Allah SWT

“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan

(kepada Allah) dengan sabar dan shalat, karna sesungguhnya

Allah itu beserta orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah: 153).

Bersabar adalah tabah menerima cobaan atau ujian dari Allah SWT. Tapi tentu saja sambil berusaha untuk mengubah atau memperbaikinya apabila kita mampu.

(57)

43

9. Ikhlas dalam Beribadah kepada Allah SWT

“Tiada mereka diperintah kecuali supaya menyembah kepada

Allah dengan ikhlas dalam menjalankan agama yang lurus dan

mendirikan shalat serta mengeluarkan zakat. Itulah agama yang

lurus” (QS. Al Bayyinah:5).

Ikhlas artinya bersih dari mengharap selain Allah. Maksudnya aktivitas apa pun yang kita lakukan itu adalah semata-mata karena Allah. Kita melaksanakan ibadah, itu karna Allah memerintahkannya dan kita laksanakan dengan ikhlas. Kita menjauhi dosa dan maksiat; karena Allah melarangnya, dan kita pun ikhlas untuk menjauhinya.

(58)

44

diharap selain Allah. Ini merupakan perbuatan tercela dan tanda orang munafik.

10.Mengharap Ridla Allah SWT

Allah ridla kepada mereka dan mereka pun ridla kepada-Nya”

(QS. Al Bayyinah: 8).

Mengharap ridla Allah disebut juga mardotillah. Apapun yang dilakukan, kita mengharap Allah meridlainya. Mengharap ridla Allah tentu saja harus sesuai dengan ketentuan dan ajaran Islam; karena tidak mungkin Allah ridla apabila yang kita lakukan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam atau tidak diperintah Allah maupun Rasulnya; apalagi bila sampai bertentangan dengan ajaran Islam.

Orang yang senantiasa mengharap ridla Allah, maka ia akan bahagia dan diberkahi dalam hidupnya; baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya orang yang tidak mengharap ridha Allah berarti ia tidak akan bahagia dan tidak diberkahi hidupnya di dunia apalagi di akhirat.

b. Kewajiban terhadap Sesama Manusia

(59)

45

SWT . Berdasarkan hal tersebut maka kewajibannya pun hampir sama, yakni:

1. Menghormati dan memenuhi hak-haknya

Ada lima hak dasar manusia yang harus dihormati, yaitu: a. Hak untuk hidup

b. Hak untu beragama

c. Hak untuk mendapat pendidikan d. Hak untuk bekerja

e. Hak untuk berpendapat/menentukan pilihan

Dalam pelaksanaan hak asasi tersebut tidak berarti diperbolehkan berbuat semaunya dengan dalil memiliki hak asasi karena pada dasarnya pelaksanaan hak asasi kita dibatasi oleh hak asasi orang lain, artinya kita tidak boleh sampai merugikan atau melanggar hak asasi orang lain.

Agama islam sebenarnya sangat menjunjung hak-hak dan nilai nilai kemanusiaan. Jangankan sampai merampas hak-hak kemanusiaan, menyinggung perasaannya saja tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, salah apabila ada yang menganggap bahwa umat islam adalah kejam, sadis dan suka sehingga dicap sebagai teroris.

(60)

46

kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, bahkan bagi semesta alam.

2. Bersikap lemah-lembut dan sopan santun

Dalam pergaulan hidup sehari-hari sangat diperlukan sikap lemah lembut dan sopan santun. Hal ini perlu dilakukan tanpa memandang (membedakan) suku bangsa, ras , keturunan, agama, golongan, kedudukan, tingkat sosial, maupun tingkat pendidikan.

Pada dasarnya setiap orang senang diperlakukan dengan lemah lembut dan sopan santun. Hal itu sebenarnya mengajarkan sikap sopan-santun serta kasih-sayang kepada sesama manusia dan makhluk Tuhan. Dalam Islam ada anjuran menyayangi semua yang ada di muka bumi, karena dengan demikian akan disayang Tuhan dan para malaikat yang ada di langit.

3. Saling menolong dalam kebaikan

Manusia memiliki tiga predikat kebaikan dalam hidupnya yaitu sebagai insan Tuhan, insan sosial, dan insan politik. Sebagai insan Tuhan harus melaksanakan tugas yakni beribadah. Sebagai insan sosial ia harus bermasyarakat atau hidup rukun dengan warga Negara yang baik.

(61)

47

terhadap sesama manusia (habluminannas) dan terhadap alam semesta (hablum minal alam).

Saling menolong tanpa memandang (membedakan) ras, suku, bangsa, agama, keturunan, status sosial dan pendidikan merupakan kewajiban manusia dalam hidupnya. Berbahagialah mereka yang dalam hidupnya bisa hidup rukun, saling menolong, dan bermanfaat bagi sekitarnya. Rasulullah bersabda,

Sebaik-baik manusia adalah yang memberi / membawa

manfaat bagi orang-orang di sekitarnya”.

4. Mengajak kebaikan dan mencegah keburukan

Kedua hal ini, yakni mengajak kebaikan dan mencegah keburukan, merupakan suatu rangkaian yang tak bisa dipisahkan dengan mengajak dalam kebaikan berarti kita mencegahnya dari berbuat buruk; dan dalam mencegah keburukan berarti kita telah menuju kearah kebaikan.

Sebagai umat Islam atau beragama yang baik, tentu akan bersedia untuk mengingatkan dan diingatkan, menasehati dan dinasehati, menegur dan ditegur, mengajak dan diajak (dalam hal yang benar) serta mencegah dan dicegah dalam hal keburukan. c. Kewajiban terhadap Alam Sekitar

(62)

48

Dzariyat:56) dan sebagai khalifah di muka bumi (seperti tertera dalam surat Al Baqarah: 30).

Fungsinya kedua dari manusia sebagai khalifah di muka bumi artinya manusia bertugas mengelola semua yang ada dan telah diciptakan Allah di muka bumi erat kaitannya dengan alam sekitar.

Sehubungan dengan itu ada tiga kewajiban utama manusia terhadap alam sekitar, yaitu:

1) Mengelola sumber daya alam

Di dalam semesta ini banyak terdapat sumber daya yang dapat diolah dan didayagunakan oleh manusia; baik yang terdapat di darat maupun di lautan. Di antara sumber daya itu ada yang sudah ditemukan, diolah, dan didayagunakan; namun ada juga yang belum secara optimal terutama yang berada di lautan. Sesungguhnya di lautan itu banyak terdapat sumber daya apabila dikelola dan didayagunakan dengan lebih baik, namun tentu saja memerlukan sarana, prasarana dan fasilitas yang lebih canggih.

2) Tidak merusak lingkungan

(63)

49

Dalam mengolah dan mengelola sumber daya yang terdapat di alam ini manusia dipersilakan untuk mengarahkan semua potensi serta peralatan yang dimilikinya secara maksimal. Namun ada satu syarat harus dipenuhi, yakni tidak boleh membuat kerusakan di muka bumi.

3) Memanfaatkan sumber daya alam

Manusia diberi kebebasan untuk mengolah, mengelola dan mendayagunakan semua potensi serta sumber daya yang terdapat di alam ini secara maksimal; namun harus diperuntukkan bagi kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian tidak bolehkan kita berbuat tamak dalam memanfaatkan sumber daya itu hanya untuk kebutuhan sendiri atau kelompok-nya saja, tapi juga harus untuk kesejahteraan semua manusia. Tidak hanya untuk manusia yang hidup sekarang, tapi juga yang akan hidup di masa datang (Heri, 2008 : 41-42).

6. Menerapkan Strategi Suasana Religius

a. Keteladanan

(64)

50

Dalam mewujudkan budaya religius sekolah menurut Muhaimin, dapat dilakukan melalui pendekatan keteladanan dan pendekatan persuasif atau mengajak kepada warga sekolah dengan cara yang halus, dengan memberikan alasan dan prospek baik yang bisa meyakinkan mereka. Sikap kegiatannya berupa proaksi, yakni membuat aksi atas inisiatif sendiri, jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar dapat ikut memberi warna dan arah pada perkembangan nilai-nilai religius di sekolah (Sahlan, 2009: 131).

b. Aturan

Norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat. Norma bermasyarakat lewat pendidikan. Normative digandengkan re-educative (pendidikan ulang) untuk menanamkan dan mengganti paradigma berpikir warga sekolah yang lama dengan yang baru.

Pada strategi pertama tersebut dikembangkan melalui pendekatan perintah dan larangan atau reward dan punishment. Allah swt memberikan contoh dalam hal Shalat agar manusia melaksanakan setiap waktu dan setiap hari, maka diperlukan hukuman yang sifatnya mendidik (Muhaimin, 2008: 188).

c. Membangun Kesadaran Diri

(65)

51

kepada siswa bahwa ketika berbicara dengan kepada orang lain utamanya yang lebih tua, sebaliknya menggunakan bahasa yang sopan.

Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan pandangan Malik Fadjar, yang menyatakan bahwa Fungsi utama pendidikan agama di sekolah adalah memberikan landasan yang mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan yang mendukung pembentukan pribadi beragama yang kuat (Sahlan, 2010: 133).

d. Manajemen Sarana dan Prasarana

Menurut Mulyasa, sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar-mengajar (Mulyasa, 2005:49). Sarana pendidikan yang dimaksud meliputi gedung, ruang kelas, meja kursi serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya suatu proses pendidikan atau pengajaran di suatu lembaga pendidikan, seperti halaman, kebun sekolah/madrasah, jalan menuju sekolah/madrasah, tempat ibadah dan sebagainya.

(66)

52

ditetapkan. Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien (pakar, 2003: 86). Yang dimaksud dengan sarana prasarana pendidikan di sini adalah sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sekolah/madrasah. Mulyasa menambahkan, manajemen sarana prasarana pendidikan mempunyai tugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan (Mulyasa, 2005:49-50).

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan pada dasarnya bertujuan: 1) mencitakan sekolah/madrasah yang bersih, rapi, indah sehingga menyenangkan bagi masyarakat sekolah/madrasah, 2) tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai baik, dengan kepentingan kependidikan. Secara lebih rinci Tim pakar Manajemen Universitas Negeri Malang (2003) mengidentifikasi beberapa hal tentang tujuan manajemen sarana prasarana pendidikan, yang antara lain sebagai berikut:

(67)

53

2) Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan efisien.

3) Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga keberadaan sarana dan prasarana selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap waktu diperlukan oleh semua personalia sekolah. (Pakar, 2003:87).

(68)

54 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. GAMBARAN UMUM SMP N 1 KEDUNGJATI

Gambaran umum yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian meliputi:

1. Lokasi penelitian

SMP N 1 Kedungjati terletak di jalan perintis kemerdekaan No. Desa Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Jawa Tengah dengan kode pos . Memiliki luas tanah Luas Lahan Sekolah : 10.000 m2 Luas Bangunan Sekolah : 4.055 m2. . Secara Geografis SMP N 1 Kedungjati terletak di dataran rendah didaerah pedesaan dengan potensi wilayah.

2. Identitas

Nama Sekolah : SMP N 1 Kedungjati

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No 82, RT 4 RW 2 Kedungjati, Kecamatan Kedungjati, Kabupaten Grobogan

Kode Pos : 58167

No. Telepon : 081326516328

Akreditasi : A

(69)

55

1) Meningkat dalam prestasi akademik. 2) Meningkat dalam prestasi non akademik.

3) Meningkat kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan. 4) Terwujudnya perilaku berakhlak mulia.

5) Memiliki lingkungan sekolah yang sehat, nyaman dan kondusif.

6) Memiliki konservasi alam. b. MISI SEKOLAH

1. Peningkatan Prestasi Akademik

a) Menyelenggarakan proses pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan potensi siswa.

b) Menyelenggarakan pembimbingan (jam tambahan) di luar jam intrakurikuler untuk bidang studi yang diuji nasionalkan.

c) Mengikuti berbagai lomba akademik baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun provinsi.

(70)

56

2. Peningkatan prestasi non akademik.

a) Menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan minat dan bakat siswa.

b) Menyelenggarakan dan mengikuti berbagai event olah raga dan kesenian baik di tingkat kecamatan, kabupaten, maupun tingkat propinsi.

c) Mengikuti berbagai event jambore pramuka tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Nasional.

d) Mengikuti berbagai event Jambore PMR tingkat Kabupaten dan Provinsi.

e) Mengikuti lomba MAPSI tingkat Sub Rayon dan Rayon. 3. Peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan

kependidikan

a) Mengutamakan kerja sama ( Team Work ) dalam menyelenggarakan tugas-tugas kependidikan.

b) Meningkatkan kompetensi guru melalui diklat-diklat baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional. c) Memberdayakan MGMP di sekolah.

(71)

57

4. Peningkatan Perilaku Aklak Mulia

a) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut.

b) Membudayakan siswa untuk bersikap dan berprilaku sesuai norma susila, hukum, agama, sosial dan memiliki budi pekerti luhur.

c) Menyelenggarakan kegiatan kemanusiaan untuk meningkatkan kerukunan, kebersamaan, dan kepedulian siswa terhadap sesama.

d) Membentuk karakter siswa untuk bersikap dan berprilaku sesuai normasusila, hukum, agama, sosial dan memiliki budi pekerti luhur.

5. Memiliki lingkungan sekolah yang sehat, nyaman dan kondusif.

a) Menciptakan lingkungan sekolah yang aman ,tertib, bersih, indah dan sehat

(72)

58

c) Memiliki titik-titik bio-pori ( peresapan air ) untuk melestarikan fungsi ` lingkungan

d) Memiliki green house untuk melestarikan fungsi lingkungan e) Penghijauan lingkungan sekolah untuk mencegah

pencemaran

f) Menanam pohon untuk mencegah kerusakan lingkungan c. Tujuan Sekolah

Sejalan dengan tujuan pendidikan dasar sebagaimana yang dirumuskan dan Sistem Pendidikan Nasional yaitu : meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, maka SMP Negeri 1 Kedungjati diarahkan selama 4 tahun pada akhir tahun pelajaran adalah :

1) Peningkatan skor ( GSA ) nilai Ujian Nasional ( UN ) sebesar + 1,0 2) Menjadi juara 1 lomba mata pelajaran tingkat Kabupaten

3) Memliki Laboratorium IPA dan ruang keterampilan yang

representative dan memanfaatkannya secara optimal

4) Memiliki Laboratorium Bahasa yang representative dan memanfaatkannya secara optimal

5) Memiliki Perpustakaan yang representative dan memanfaatkannya secara optimal

(73)

59

7) Memiliki tim kesenian yang siap berkompetisi dan mampu menjadi juara 1 pada event antar sekolah ditingkat Kabupaten

8) Memiliki tim seni baca Alqur’an yang siap berkompetisi dan mampu menjadi juara 1 pada event antar sekolah di tingkat Kabupaten

9) Terwujudnya lingkungan sekolah yang kondusif dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah

10)Memiliki lingkungan yang sehat, indah dan nyaman 11)Memiliki tempat pemisahan sampah di setiap ruang 12)Tersedianya MCK yang proporsional

13)Terjaganya kelestarian lingkungan sekolah 14)Memiliki tim KKR dan PMR yang handal 15)Memiliki tim inti Pramuka yang solid

16)Terbentuknya Team Work yang solid dalam menyelesaikan program sekolah

17)100 % siswa memiliki sikap perilaku yang baik dan menjalankan ibadah sesuai dengan kaidah yang dianut

18)Tim Bola Volly yang siap berkompetisi dan mampu menjadi juara 1 di event antar pelajar di tingkat Kabupaten

19)100 % pemerintah dan masyarakat percaya atas pelayanan sekolah Untuk mencapai Visi tersebut sekolah menetapkan indikator sbb :

(74)

60

2) Melaksanakan perencanaan kurikulum satuan pendidikan yang mampu mengakomodasikan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

3) Melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang efektif dan efisien 4) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang mencakup

pengembangan kompetensi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pelestarian budaya

5) Meningkatkan komptensi dan kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.

6) Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai bagi pelaksanaan pembelajaran

7) Melaksanakan pengelolaan management yang berbasis sekolah 8) Pemanfaatan IT dalam pembelajaran

9) Menyediakan sumber pembiayaan yang melibatkan partisipasi masyarakat

10)Pembenahan drainase dan pembuatan biopori serta penghijauan Adapun secara operasional tujuan yang akan dicapai oleh SMP Negeri 1 Kedungjati Kab. Grobogan meliputi :

1) Terwujudnya kehidupan sekolah yang agamis, dan berbudaya 2) Mempertahankan Peningkatan Mutu Akademik ditunjukkan

Gambar

TABEL I
TABEL II DATA KARYAWAN
TABEL IV
TABEL V

Referensi

Dokumen terkait

Senada dengan pendapat tersebut dukungan orangtua terhadap penciptaan budaya religius di sekolah adalah sebagai berikut Orangtua yang melakukan zakat fitrah dan zakat mal

Di tahun 2016 Bank Mandiri Kembali menyelenggarakan proram WMM dengan format baru dan memberikan apresiasi memiliki keinginan yang besar untuk membangun.. + | Apa

merupakan model integer linear programming dicetuskan oleh (Quan, Wang, Jun & Jun, 2012) Penjadwalan dengan model integer linear programming ini memiliki kendala 6

Dia menyatakan bahwa arahannya Bagi para manajer jauh lebih jelas, menunjukkan bahwa visi dan misinya diklarifikasi Dari segi perspektif organik, Goldie merasa

bahwa siswa mau terlibat secara aktif selama proses pembelajaran karena guru mengemas kegiatan pembelajaran tersebut dengan menggunakan berbagai media interaktif yang

Dalam keluarga, kaum perempuan merupakan tiang keluarga, kaum perempuan akan melahirkan dan mendidik generasi penerus. Kualitas generasi penerus bangsa ditentukan

Yapa kuja kalu yani wirlinyi wurnturu palka-mani kalu yulkardiji ngula-warnuju kalu-nyanu yirrarni jurrungka wanta-jangkarlu.. Walyka-mani kajana

Faktor maternal yang berisiko yang mempunyai dampak terjadinya BBLR antara lain paritas, jarak kelahiran, penyakit dan komplikasi dalam kehamilan, usia kehamilan,