• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA SYEIKH MUHAMMAD

BIN SHALIH AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN

PENDIDIKAN ISLAM

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

MUHAMAT MUDHOFIR NIM: 111-12-029

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

ٗمٍخ ٗجغدٚ ٍٗمػ ٗرءٚشِٚ ٕٗ٠د ًجشٌا َشو

Kemuliaan seseorang adalah agamanya, harga

dirinya (kehormatannya) adalah akalnya,

sedangkan ketinggian kedudukannya adalah

akhlaknya.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil

alamin dengan rahmatdanhidayah Allah

SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1.

Kepada kedua orang tuaku bapak Abdul Khalim dan Ibu Nur

Khotimah karena dengan segala limpahan kasih sayang,

pengorbanan dan doanya penulis dapat menyelesaikan studi

dan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Semoga Allah

swt selalu melimpahkan rahmat, kasih sayang, dan kucurahan

karunia kesehatan, panjang umur, diberkahi umurnya dan

nantinya bisa menunaikan ibadah haji dengan keadaan sehat,

selamat tidak ada halangan suatu apapun dan kembali menjadi

haji yang mabrur.Amiin

2.

Kepada Bapak Farid Abdullah, M. Hum selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing dan memotifasi penulis dengan sabar dan ikhlas

hingga sampai terselesaikannya skripsi ini.

3.

Seluruh dosen di IAIN Salatiga yang telah memberika hikmah

dan pengajaran, motifasi dan apresiai, sehingga penulis selalu

bersemangat untuk terus maju dan berkembang, semoga Allah

(8)

viii

tuntafa‟u bih yang terus

mengalir dan menyebar. Sehat dan

panjang umur untuk beliau semua.

4.

Keluarga PAI A, Keluarga PPL SMK N 2 salatiga dan

Kelompok KKN posko 39 yang telah memberikanku

pengalaman hidup yang luar biasa.

5.

Teman, rekan, sahabat selama studi di IAIN Salatiga semua

angkatan, terkhusus angkatan 2012, dan semua yang rekan

yang mendukung dan memberikan kontribusi yang berarti bagi

proses studi penulis selama ini.

6.

Dan Semua yang telah mendo’akan aku yang tak dapat penulis

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA SYEIKH MUHAMMAD SHALIH AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM”.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyahdan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan didalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

(10)

x

4. Bapak Farid Abdullah, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Agus Ahmad Suadi, Lc., M.A selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

(11)

xi

ABSTRAK

Muhamat Mudhofir. 2016. 111-12-029. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam kitab Makarimul al-Akhlaq Karya Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin Relevansinya Dengan Pedidikan Islam. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H.M. Farid Abdullah, S.Pd.I.,M.Hum

Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Karakter, Pendidikan Islam.

Pendidikan karakter sangat penting bagi manusia untuk membentuk karakter mulia seseorang. Maraknya perilaku menyimpang seperti tawuran, mencuri, berjudi, dan tata kehidupan yang lainnya itu umumnya menunjukkan kesadaran karakter dan moral yang merosot pada masyarakat. Karenanya, perlu adanya kajian mengenai pendidikan karakter yang mampu mengurangi permasalahan tersebut. Selain itu, dalam penelitian ini akan juga merelevansikan nilai pendidikan karakter dalam kitab makarimul al-akhlaq dengan pendidikan Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul Akhlaq karya Syikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin (2) Relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin dengan pendidikan Islam.

Peneletian ini menggunakan pendekatan Content Analisis dan termasuk penelitian pustaka (library reseach), sehingga bahan pustaka merupakan sumber data utama. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan. Dan penelitian ini dianalisis menggunakan Content Analisis yaitu analisis tentang isi pesan atau komunikasi.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATAPENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Penegasan Istilah ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II BIOGRAFI AL-UTSAIMIN ... 16

A. Kelahiran Al-Utsaimin ... 16

B. Pendidikan dan Guru-Guru Al- Utsaimin ... 17

(13)

xiii

D. Murid-muridnya...24

E. Corak Keilmuannya...25

F. Teori dalam Mengajar...26

G. Menerima Penghargaan Dari Raja Faishal...26

H. Ditawari Jabatan Sebagai hakim Kepala...27

I. Karya-Karyanya...27

J. Sakit dan Wafatnya...30

BAB III DISKRIPSI PEMIKIRAN MUHAMMAD SHALIH AL-UTSAIMIN TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ ... 31

A. Pengertian Nilai-Nilai Dan Pendidikan Karakter ... 31

1. Pengertian Nilai...31

2. Pendidikan...32

3. Karakter...33

4. Pendidikan Karakter...34

5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter...37

B. DISKRPSI KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA MUHAMMAD SHALIH AL-UTSAIMIN ... 40

1. Karakter Tehadap Allah SWT...41

2. Karakter Terhadap Sesama Makhluk...43

(14)

xiv

BAB IV RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AKHLAQ KARYA MUHAMMAD BIN SHALIH

AL-UTSAIMIN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM ... 52

A. Analisis Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Makariul Al-Akhlaq...52

1. Analisis Nilai Pendidikan karakter Terhadap Allah...53

2. Analisis Nilai Pendidikan Karakter Terhadap sesama makhluk..57

3. Analisis Nilai Pendidikan Karakter di Lingkungan...60

B. Relevansi Nilai Pendidikan Karakter Dengan Pendidikan Islam...66

BAB V PENUTUP...83

A. Kesimpulan...84

B. Saran...85

DAFTAR PUSTAKA...87 RIWAYAT HIDUP PENULIS

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perguruan tinggi merupakan lembaga akademik dengan tugas utamanya menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni. Tujuan pendidikan sejatinya, tidak hanya mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, ketrampilan sosial, dan karakter. Oleh sebab itu, berbagai progam dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter.

Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan karakter yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk memelihara yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, muatan pendidikan karakter secara spikologis mencakup dimensi moral thingking, moral feeling, dan moral action. (Darmiyati Zuhdi, 2013: 3).

(17)

2 petunjuk bagi mereka yang bertaqwa .

Islam menyebutkan orang yang baik dan berperilaku positif itu mereka orang-orang yang bertakwa yang tidak meragukan al-Qur‟an. Allah juga menyebutkan bahwa al-Qur‟an merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa yang pada dasarnya adalah mereka yang mempunyai karakter dan bertujuan untuk menjadikan manusia yang seutuhnya (insan kamil). (Departemen Agama, 1990:8).

Manusia merupakan mahkluk yang tidak bisa berlepas diri dari pendidikan, yaitu sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik). Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. (Sukardjo dan Ukim, 2009:1).

Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Struktur antropologisnya yang terbuka pada lingkungan memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang berasal dari luar dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan berpengetahuan. (Doni Koesoema, 2007:109).

(18)

3

jumlah jam yang minim, materi pendidikan yang terlalu teoritis, sampai kependekatan pendidikan agama yang cenderung bertumpu pada aspek kognisi, dari pada afeksi dan psikomotorik peserta didik. Berhadapan dengan berbagai kendala dan masalah-masalah seperti ini, pendidikan agama kurang fungsional dalam membentuk karakter, moral, dan bahkan kepribadian peserta didik. (Al-Masnur, 2011: 165).

Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Pendidikan karakter sendiri bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapain karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetisi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam pelaku sehari-hari dalam masyarakat. (Novan, 2012:11).

(19)

4

manusia yang lebih baik, warga masyarakat yang baik, dan menjadi warga negara yang baik.

Alasan yang mendorong penulis, memilih judul tersebut karena karakter merupakan pilar utama (setelah Aqidah) dalam membangun sebuah tatanan kehidupan manusia. Seseorang tidak akan bisa selamat, karena dalam sebuah masyarakat tidak akan bisa tegak dan kokoh, dan suatu Negara tidak akan jaya tanpa di topang oleh nilai-nilai karakter yang baik. Berbagai upaya yang dilakukan orang dalam berinteraksi atau bermu‟amalah dengan masyarakat. Hal ini membutuhkan suatu metode atau cara-cara yang bisa menjaga atau mempererat hubungan antara manusia atau yang lain. Metode atau cara tersebut kita istilahkan dengan pendidikan karakter. Karena pentingnya kedudukan karakter dalam kehidupan, maka peneliti mengambil nilai-nilai pendidikan karakter sebagai bahan penelitian.

Dalam konteks penanaman dan pembinaan karakter diatas, penulis berpendapat bahwa Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dengan ilmu dan pengalamanya melalui karya-karyanya memberi bimbingan kepada segenap muslim agar menjadi individu-individu yang bersih dari sifat-sifat yang tidak terpuji, berkarakter baik dan mengerti bagaimana seharusnya ia bersikap menghadapi segala peristiwa yang dialami bangsanya. Salah satu karya beliau yang patut untuk diteliti karena memuat tentang konsep atau nilai pendidikan karakter adalah kitab Makarimul Al-Akhlaq.

(20)

5

karakter dalam kitab Makarimul al- Akhlaq karya syeikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin maka judul penelitian ini adalah: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ

KARYA SYEIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN

RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum adalah bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang disampaikan oleh Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Ustsaimin. Rumusan masalah tersebut, dirinci sebagai berikut:

1. Apa nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlak karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin

dengan pendidikan Islam?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter yang digagas oleh Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin dalam kitab Makarimul al-Akhlak. Adapun tujuan umum tersebut dirinci menjadi tujuan khusus sebagai berikut:

(21)

6

2. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin

dengan pendidikan Islam?

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat hasil penelitian ini adalah ditinjau secara teoritis dan praktis. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi khasanah pendidikan, khususnya tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syaikh Muhammad Bin Salih al-Utsaimin.

2. Secara praktis

Harapan selanjutnya kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada:

a. Objek pendidikan, baik guru, orang tua maupun murid dalam memperdalam agama Islam. sehingga dapat dijadikan refrensi, refleksi ataupun perbandingan kajian yang dapat dipergunakan lebih lanjut dalam pengembangan pendidikan Islam.

(22)

mudah-7

mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah bersumber dari pustaka (Hadi, 1990: 3). Dan yang dijadikan obyek kajian adalah hasil karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran

2. Sumber Data

Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang dikategorikan sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Sumber data primer mencakup data pokok yang dijadikan objek kajian, yakni data yang menyangkut tentang pengkajian ini. Adapun sumber data tersebut adalah kitab Makarimul al-Akhlaq karya Sheikh Muhammad Salih Bin al-Ustsaimin.

b. Sumber data sekunder

Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini adalah buku-buku yang mendukung dalam pembahasan skripsi ini yang ada di dalamnya diantaranya:

(23)

8

2) Imam Nawawi Al Bantani. Nashaihul Ibad. 3) Az-Zarnuji. Ta’limul muta’allim.

4) Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini. 5) Maslikhah. Ensiklopedia pendidikan 6) Doni Koesiemo. Pendidikan Karakter 7) Jalaluddin. Teologi Pendidikan

8) Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia 9) Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Perspektif Islam. 10) Buku-Buku Pendukung Lainnya.

3. Metode pengumpulan data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan ini, penulis menggunakan penelitian keperpustakaan (Library research) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membaca buku-buku sumber, baik primer maupun sekunder.

b. Mempelajari dan mengkaji serta memahami kajian yang terdapat dalam buku-buku sumber.

c. Menganalisis untuk diteruskan identifikasi dan mengelompokkan serta diklasifikasi sesuai dengan sifatnya masin-masing dalam bentuk per bab.

4. Metode Analisis Data

(24)

9

Bungin (2001:135) menjelaskan bahwa analisis isi yaitu tehnik penelitian untuk mengajari dan menganalisis komunikasi secara sistematis, objektif, dan Komunikatif terhadap pesan yang nampak.

Analisis ini juga bisa didefinisikan sebagai teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru shahih data dengan memperhatikan konteksnya. (Anton Bekker,dkk,1990.65).

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan terhadap judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yg terdapat dalam judul ini antara lain:

1. Nilai-Nilai

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercemin dalam prilaku, sikap, dan perbutan-perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai dapat diartikan sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 2006:801).

Jadi menurut penulis nilai merupakan sesuatu atau kepercayaan yang mendasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya baik dan buruk atau menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi kehidupannya.

(25)

10

Kata pendidikan yang umum kita gunakan sekarang dari Bahasa Arab yaitu tarbiyah, dengan kata kerja rabba, yang artinya pengajaran. Kata pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah ta’lim, dengan kata kerjanya ’allama, yang berartipendidikan. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya tarbiyah wa ta’lim.

Kata rabba yang berarti mendidik sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Dalam bentuk kata benda, kata rabba ini digunakan juga untuk Tuhan, karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara bahkan mencipta. (Zakiyah, 1992:26).

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya mengajar dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:263).

(26)

11 b. Pengertian Karakter

Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. (Musfiroh, 2008: 28). Karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabi‟at, watak. (Saptono, 2002: 17).

Sehingga jika seseorang berperilaku kejam, tamak atau tidak jujur, maka dikatakan berkarakter jelek, sedangkan orang yang ramah, sopan dan jujur disebut memiliki karakter yang baik. Dengan demikian, karakter sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang.

c. Pendidikan Karakter

Prof. Suyanto dalam bukunya Masnur Muslich menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Imam Ghozali mengatakan bahwa karakter itu lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi (Masnur Muslich, 2011:70).

(27)

12

pembentukan karakter dan akhlak mulia anak secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan norma dan nilai yang ada. Melalui pendidikan karakter diharapkan anak mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Narwanti, 2011:17).

Jadi dari berbagai definisi di atas menurut penulis pendidikan karakter adalah proses bimbingan oleh pendidik (guru, orang tua, masyarakat, lingkungan) kepada peserta didik baik jasmani maupun rohani yang dilakukan secara sadar dan sengaja agar terbentuk kepribadian atau perilaku yang utama sebagai manusia seutuhnya (insan kamil).

3. Nilai-Nilai pendidikan Karakter

Nilai-nilai pendidikan karakter itu merupakan nilai yang dapat

membantu interaksi bersama orang lain secara lebih baik, nilai tersebut

mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti hubungan dengan sesama (orang

lain, keluarga), diri sendiri (learning to be), hidup bernegara, lingkungan dan Tuhan. (Masnur Muslih, 2011:67)

(28)

13

kamil) dan terciptalah kehidupan yang bermatabat. (Darmiyati Zuchdi,

2011:25).

4. Pendidikan Islam

Islam sebagai sebagai agama dan sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan. Islam sebagai bentukan dari kata istislam (penyerahan diri sepenuhnya kepada ketntuan Allah), salama (kelematan), salima (kesejahteraan). Dengan demikian secara

terminologis pengertian Islam tak dapat dilepaskan dari makna kata asal. Bila Islam dikaitkan dengan pendidikan maka penyusunan rumusannya setidak-tidaknya harus dapat menggambarkan ungsur makna kata-kata tersebut. (Jalaluddin,2003:70).

Pendidikan Islam adalah pendekatan menyeluruh terhadap wujud manusia baik dari segi jasmani maupun rohani, baik dari kehidupan fisik maupun mental dalam melaksankan kegiatan di bumi ini.(Abdulah, 2006:48).

(29)

14

Pendidikan Islam memberikan landasan spiritual, moral dan etik yang didasarkan pada kesatuan pandangan yang dibangun atas kepercayaan kepada Tuhan, hubungan yang baik dengan manusia dan alam sekitar. (Abudin Nata, 2013:48)

5. Kitab Makarimul al-Akhlaq

Kitab Makarimul al-Akhlaq adalah sebuah karya Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin yang disajikan untuk seorang hamba sebagai pedoman dan rujukan berperilaku sesuai tuntunan islami yang dapat membawa ke arah kebaikan dan menjadikan seseorang berbudi pekerti santun dan berjiwa lembut. Kandungannya begitu dalam dan hakikatnya begitu tinggi, sehingga bila dipahami dengan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari dapat mengantarkan kita pada kebersihan hati, kesucian jiwa dan kesantunan budi pekerti dan kitab ini berisisi tentang bagaimana menyempurnakan karakter sesuai dengan syari‟at Islam, bermuamalah dengan Allah, karakter kepada sesama makhluk, disini ditunjukkan dengan pendidikan karakter toleransi, peduli sosial, tidak sombong, dermawan, menjaga harga diri, dan bermoral baik.

G. Sistematika Penulisan

(30)

15

BAB I: Pendahuluan. Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, Sistematika Penulisan skripsi.

BAB II: paparan data-data yang berisi tentang sejarah biografi Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin.

BAB III: Deskrisi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab makarimul al-akhl aq karya muhammad bin shalih al-utsaimin

BAB IV: analisis data yang meliputi tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul al-Akhlaq karya Syaikh Muhammad Bin Shalih al-Utsaimin relevansinya dengan pendidikan Islam.

BAB V: PENUTUP

(31)

16

BAB II

BIOGRAFI SYEIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN

A. Kelahiran Syeikh Muhammad Bin Al-Utsaimin

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin lahir di kota 'Unaizah, salah satu kota Al-Qashim, Pada tanggal 27 Ramadhan 1347 Hijriah. Beliau lahir dan di besarkan dalam lingkungan keluarga yang terkenal agamis dan istiqamah. Beliau menikah dengan satu seorang dan dikaruniai delapan orang anak lima laki-laki dan tiga perempuan. Kakek beliau dari pihak ibu bernama Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman al Damigh. Kepadanyalah beliau belajar, menghafalkan al-Qur-an, dan sebelum menginjak usia 15 tahun beliau telah hafal kitab tentang ushul al-fiqh yaitu

“Zaad al-Mustaqniq” dan kitab tentang ilmu nahwu/bahasa yaitu “Alfiyah ibn

Malik”. Beliau menguasai sastra Arab, ilmu menghitung dan menulis tulisan

(32)

17

B. Pendidikan Dan Guru-Guru Syeikh Muhammad shalih Al-Utsaimin

1. Pendidikan

Dalam mencari ilmu, Syaikh Utsaimin mengikuti jejak dan teori salafus shalih. Beliau memulainya dengan menghafal Al-Qur'an saat masih kecil. Beliau membacanya di hadapan kakek dari jalur ibunya, Asy-Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Alu Damigh Rahimahullah. Kemudian beliau berguru kepada Syaikh Al-Allaamah Al-Mufassir Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di Rahimahullah yang tercatat sebagai guru pertama beliau.

Kepada Syaikh Abdurrahman, beliau belajar ilmu tauhid, tafsir, hadits dan fikih. Beliau menimba ilmu dari Syaikh Abdurrahman selama kurang lebih sebelas tahun,dan beliau termasuk salah seorang muridnya yang paling menonjol.

Di saat beliau mengenyam pendidikan formal di Riyadh, beliau sempat mendalami Shahih Al-Bukhari, beberapa risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan sebagian kitab-kitab fikih kepada Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah.Sejak meninggalnya Syaikh Abdurrahman As-Sa'di, beliau menjadi imam Masjid Jami' di Unaizah, mengajar di perpustakaan nasional Unaizah, di samping mengajar di Ma'had Al-Ilmi.

(33)

18 2. Guru-Gurunya

Syaikh Utsaimin belajar di kota Unaizah pada guru beliau yaitu Syaikh Abdurrahman as-Sa‟di salah seorang ulama terkemuka di daerah

Najd selama 11 tahun. Beliau mengajar di Masjid Jami‟ di Unaizah pada

tahun 1371 H, akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena beliau pergi ke kota Riyadh untuk belajar pada tahun 1372 H. setelah meminta

izin kepada Syaikh Sa‟di guru beliau. Di sanalah nampak bahwa beliau orang yang menonjol dalam ilmu agama, dimana beliau mampu meringkas studi selama 2 tahun dalam satu tahun, sehingga beliau dapat menyelesaikan pelajaran yang seharusnya 4 tahun menjadi 2 tahun.

Setelah itu, beliau ditunjuk sebagai pengajar di Ma‟had Unaizah al-Ilmi, lalu melanjutkan di Kuliah syariah di Riyadh hingga lulus. Di kota ini, beliau bertemu dan belajar pada guru beliau ke dua, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah-, Syaikh Utsaimin sangat terkesan padanya,

dimana beliau berucap : “Saya terkesan pada Syaikh bin Baz akan

perhatian beliau pada hadits Nabi, dan saya sangat terkesan pula pada akhlak beliau”.

C. Karakter Syeikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin

1. Karakter seorang guru sekaligus pendidik

(34)

19

sekaligus guru, beliau kunjungi murid-muridnya, menanyakan yang tidak hadir, dan membantu mereka yang butuh pertolongan.

Raja Khalid bin Abdul Aziz pernah menghadiahi pada beliau sebuah bangunan, maka beliaupun menginfakkannya untuk asrama murid-muridnya yang ditempati secara gratis, dan beliau sediakan ruang makan dan juru masaknya untuk menyediakan makanan bagi mereka. Dan beliau sediakan perpustakaan buku dan kaset.

Syaikh Utsaimin benar-benar mempergunakan metode penelitian dan mencari kejelasan dalam masalah ilmu agama, dan mengajarkan yang demikian itu pada murid-muridnya serta menasehati mereka untuk mencari kejelasan dan tidak tergesa-gesa dalam permasalahan yang berhubungan dengan agama. Dan beliau sangat bersemangat untuk menanamkan kepada muridnya sikap tidak fanatik pada suatu madzhab atau suatu pendapat, dan bersikap menerima kebenaran, dimana dalil dijadikan hakim/pemutus permasalahan, sekalipun menyelisihi madzhab beliau, yaitu madzhab al-Imam Ahmad bin Hanbal.

(35)

20 2. Tidak Suka Pujian

Syaikh Utsaimin menasehati murid-muridnya agar mereka tidak menjadikan perselisihan dalam masalah fikih sebagai pintu saling membenci. Pernah suatu ketika, Syaikh Utsaimin berfatwa yang menyebabkan beliau dituduh dengan suatu tuduhan. Dalam suatu majelis salah seorang muridnya bertanya tentang fatwa itu dan akibat yang

ditimbulkannya, lalu Syaikh menjawab yang intinya : “Sesungguhnya

manusia itu, jika mereka melihat seorang yang mashur, mereka akan menjelekkannya, serta mencelanya lantaran dengki dalam diri mereka”. Pada sore harinya, Syaikh meminta hasil rekaman ceramah yang terdapat

ucapannya tadi, lalu meminta agar dihapus, dan berkata : “Perkataan saya tadi, yaitu “manusia yang mashur” tidak sepatutnya saya ucapkan, ini

adalah bentuk memuji diri sendiri”.

Pernah salah seorang muridnya meminta izin kepada beliau, untuk membacakan bait syair dihadapan beliau :

شِشَزَْٕر ِضْسَلأا ِٟف ُُٖساََْٛٔأَٚ ٌشْجَف ُُٗجُمْؼَ٠ ًَْ١ٌٍَّا اَزَ٘ َِّْإ ِٟزَُِّأ َب٠

(36)

21

Lalu Syaikh Utsaimin menghentikan bacaan syair itu, dan berkata :

“Saya tidak setuju atas pujian ini, karena saya tidak menyukai kebenaran

diikat dengan seseorang, maknanya, bahwa jika seorang manusia meninggal dunia, terkadang orang setelahnya putus asa darinya”. Dan Syaikh Utsaimin meminta agar bait terakhir diganti dengan :

ََِْٕٙ ََاَدبَِ

شَفَّظٌا َٚ ُذْ١ِ٠ْأَّزٌا َٝجَرْشُ٠ بٍَِْٙثِِّث ا ُْٛفٍََع ِيََّٚلأْا َجَْٙٔ بَُٕج

Selama manhaj kita manhaj salaf Dengan semisalnyalah diharapkan

kemenangan.

Dan saya tambahkan : “Saya menasehati kalian dari sekarang, agar tidak menjadikan kebenaran terikat dengan seseorang”.

Disamping itu, beliau juga menempatkan seseorang sesuai kedudukan mereka, menjunjung kehormatan para ulama. Dalam suatu undangan pembukaan usaha perekaman kaset yang besar, beliau menjumpai pada kaset itu tertulis nama penceramahnya dalam sampul besar, dan tatkala beliau melihat sampul kaset Syaikh al-Albani berbentuk kecil, beliau tidak menyukai dan memerintahkan mereka untuk membuat dalam ukuran besar atau membikin kecil sampul lainnya seperti sampul kaset Syaikh al-Albani.

3. Menyembunyikan amal kebajikan

(37)

22

ingin menikah dan membayar separoh maharnya jika terpenuhi syarat-syaratnya. Beliau memberikan bantuan kepada orang-orang fakir dan mereka yang membutuhkan, bersama tiga orang muridnya beliau

mendirikan pondok Tahfidzul Qur‟an di kota Unaizah, membangun

beberapa masjid di sejumlah tempat di negerinya, dan menginfakkan tiga juta real untuk pembuatan sumber air di Unaizah, sebagaimana juga beliau ikut andil dalam pembangunan masjid di luar negeri: seperti di Eropa, Amerika dan lainnya.

4. Menasehati pemuda

(38)

23

yang mencela Syaikh tadi mengantarkan beliau ke penginapan, dan setelah sampai di penginapan pemuda itu baru tahu siapa jati diri Syaikh, lalu ia pun menangis serta meminta maaf dan Syaikh pun memaafkannya dan mengajarkan padanya cara berwudhu serta shalat, dan sejak saat itu pemuda itu menjadi seorang pemuda yang shalih taat beragama.

5. Rumah dari tanah

(39)

24

dalam mobil terjadilah dialog antara beliau dengan sopirnya seorang Arab

dalam masalah agama. Lalu bertanyalah sopir itu : “Siapa nama anda ya Syaikh?” beliau menjawab : “Muhammad bin Utsaimin”. Mendengar hal

ini, sopir itu terkejut tidak percaya dan memastikan lagi : “Anda Syaikh

Muhammad bin Utsaimin?” lalu beliau membalas : “Ya, Syaikh Utsaimin”.

Lalu sopir taxi itu menggelengkan kepalanya sambil meragukan ucapan beliau, dan menganggap ucapan beliau sebagai sikap terlalu berani

mengaku sebagai Syaikh Utsaimin. Lalu Syaikh berkata padanya : “Kalau anda, siapa nama anda?” sopir itu menjawab : “Syaikh Abdul Aziz bin Baz”. (ia menjawab sekenanya, lantaran tidak percaya dengan jawaban

Syaikh Utsaimin). Syaikh Utsaimin pun tertawa, lalu bertanya lagi : “Kamu

Syaikh Abdul Aziz bin Baz?” sopir itu membalas : “Ya, sebagaimana anda (mengaku) Syaikh Utsaimin”.

Demikianlah keadaan Syaikh, jika beliau diantara para ulama, beliau adalah seorang ulama terkemuka yang tidak dapat diingkari seorangpun, dan jika diantara masyarakat biasa beliau seperti mereka. (http://www. majalahislami.com.figur-ulama-ahlus-sunnah).

D. Murid-Muridnya

(40)

25

sayang beliau kepada murid-muridnya , seolah-olah mereka seperti anak- anak beliau sendiri.

Sebagai salah satu bentuk perhatiannya, beliau membangun asrama untuk mereka, yang meliputi tempat tinggal, perpustakaan yang di lengkapi dengan kitab-kitab dan manuskrip (perpustakaan nasional). Beliau memantau hasil belajar mereka, bahkan kadang-kadang beliau menandatangani laporan bulanan menggantikan posisi wali murid. Beliau banyak memberikan nasihat kepada muridnya untuk senantiasa menaati pemerintah selama untuk ketaatan kepada Allah, juga mencintai dan mendoakan kebaikan untuknya. Beliau menegakkan syariat Allah, menggalakkan syiar-syiar Islam, serta beramal ma‟ruf nahi mungkar.

E. Corak Keilmuannya

Syaikh Utsaimin selalu mengacu dan mengikuti dalil. Hal ini dapat terlihat dengan jelas dalam bukunya, "Syarhu Al-Mumti' 'Alaa Zaadi Al-Mustaqni ", meskipun tarjih-tarjih beliau banyak yang selaras dengan pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Rahimahullah. Tapi, terkadang juga berbeda pendapat dengan mereka berdua, sesuai dengan tuntutan dalil.

Ungkapan Beliau juga cukup berharga dan patut di perhatikan adalah: "Carilah dalil sebelum kamu meyakini sesuatu: "Jangan pernah meyakini sesuatu sebelum mengetahui dalilnya, karena kamu akan tersesat. "

(41)

26

Syaikh Utsaimin sangat fokus dalam menghafal matan-matan , oleh karenanya beliau mengintruksikan murid-muridnya untuk menghafal dan mengulangnya pada setiap pelajaran. Beliau mencurahkan segenap kemampuannya untuk mensyarah dan mentahqiiq berbagai permasalahan, dan menjelaskan pendapat ulama yang rajih, dengan mengenyampingkan kepentingan pribadi. Di sela-sela itu, beliau menyediakan waktu khusus untuk mendengarkan murid-muridnya, barang kali ada penambahan materi, koreksi atau sanggahan.

Dalam memberikan penjelasan, beliau cenderung mengunakan sistem dialog dan menggelitik murid-muridnya dengan sejumlah pertanyaan. Beliau menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, setelah berdiskusi dengan mereka dan mendengarkan pendapat mereka.

G. Menerima Penghargaan Dari Raja Faishal

Panitia Penghargaan International dari Al-Malik Faishal memutuskan untuk memberikan Penghargaan kepada yang terhormat Syaikh Muhammad bin Shalih bin Utsaimin pada tahun 1414 Hijriah, atas dedikasi dan sumbangsihnya ikut memikirkan permasalahan-permasalahan (hukum-hukum) Islam dan kaum muslimin.

H. Ditawari jabatan sebagai Qadhi (Hakim kepala)

(42)

27

hakim, bahkan telah menetapkan beliau sebagai hakim kepala di kota al-Ihsa, akan tetapi Syaikh Utsaimin mengajukan udzur tidak dapat menerima jabatan itu, dan beliau lebih mengutamakan untuk melanjutkan belajar pada guru

beliau Syaikh Sa‟di. Beliau pernah berkomentar : “Saya banyak terkesan pada Syaikh Sa‟di akan cara beliau mengajar, memaparkan ilmu serta

memahamkan pada murid dengan contoh dan makna. Demikian pula saya sangat terkesan akan akhlak beliau, karena Syaikh Sa‟di mempunyai akhlak mulia, berilmu serta ahli ibadah, beliau bercanda dengan anak-anak, dan tertawa bersama orang dewasa. Dan beliau – masyaa Allah – diantara orang

yang paling baik akhlaknya yang pernah aku lihat”.

Tatkala Syaikh Sa‟di meninggal dunia pada tahun 1376 H di Unaizah,

Syaikh Utsaimin menggantikannya sebagai Imam dan pengajar di Masjid

Jami‟ di kota itu, disamping tugasnya yang lain yaitu mengajar di Maktabah

Unaizah al-Wataniyah dan al-Ma‟had al-Ilmi”. Kemudian beliau berpindah mengajar ke fakultas Syariah dan Ushuluddin di cabang Universitas al-Imam Muhammad bin Saud di kota al-Qashim hingga beliau wafat.

I. Karya-Karya Beliau

Buku-buku yag telah ditulis oleh Syaikh Utsaimin diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Talkhis Al Hamawiyah, selesai pada tanggal 8 Dzulhijah 1380 H. 2. Tafsir Ayat Al Ahkam (belum selesai).

(43)

28 4. Musthalah Hadits.

5. Al Ushul min Ilmil Ushul.

6. Risalah fil Wudhu wal Ghusl wash Shalah. 7. Risalah fil Kufri Tarikis Shalah.

8. Majalisu Ar Ramadhan. 9. Al Udhiyah wa Az Zakah.

10. Al Manhaj li Muridil Hajj wal Umrah. 11. Tashil Al Faraidh.

12. Syarh Lum‟atul I‟tiqad.

13. Syarh Al Aqidah Al Wasithiyah. 14. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama‟ah.

15. Al Qowaidul Mustla fi Siftillah wa Asma‟ihil Husna.

16. Risalah fi Annath Thalaq Ats Tsalats Wahidah Walau Bikalimati 17. Takhrij Ahadits Ar Raudh Al Murbi‟

18. Risalah Al Hijab.

19. Risalah fi Ash Shalah wa Ath Thaharah li Ahlil A‟dzar. 20. Risalah fi Mawaqit Ash Shalah.

21. Risalah fi Sujud As Sahwi 22. Risalah fi Aqsamil Mudayanah. 23. Risalah fi Wujubi Zakatil Huliyyi.

24. Risalah fi Ahkamil Mayyit wa Ghuslihi (belum dicetak). 25. Tafsir Ayatil Kursi.

(44)

29

27. Ushul wa Qowa‟id Nudhima „Alal Bahr Ar Rajaz (belum dicetak). 28. Ad Diya‟ Allami‟ Minal Hithab Al Jawami‟.

29. Al Fatawaa An Nisaa‟iyyah

30. Zad Ad Da‟iyah ilallah Azza wa Jalla. 31. Fatawa Al Hajj.

32. Al Majmu Al Kabir Min Al Fatawa.

33. Huquq Da‟at Ilaihal Fithrah wa Qarraratha Asy Syar‟iyah. 34. Al Khilaf Bainal Ulama, Asbabuhu wa Muaqifuna Minhu. 35. Min Musykilat Asy Sayabab.

36. Risalah fil Al Mash „alal Khuffain.

37. Risalah fi Qashri Ash Shalah lil Mubtaisin. 38. Ushul At Tafsir.

39. Risalah Fi Ad Dima‟ Ath Tabiiyah. 40. As‟illah Muhimmah.

41. Al Ibtida‟ fi Kamali Asy Syar‟i wa Khtharil Ibtida‟.

42. Izalat As Sitar „Anil Jawab Al Mukhtar li Hidayatil Muhtar.

Dan masih banyak karya-karya beliau hafidahullah ta‟ala yang lain.

J. Sakit Dan Wafatnya

(45)

30

laser, namun pengobatan ini dapat menyebabkan kerontokan pada rambut, lalu beliau bertanya: "Apakah jenggotku juga bisa rontok?" Pihak dokter menjelaskan bahwa hal itu sangat mungkin terjadi. Beliau berkata: "Saya tidak mau berjumpa dengan Rabbku tanpa jenggot " Beliau memutuskan untuk kembali ke Saudi Arabia, dan dirawat di rumah sakit Al-Malik Faishal. Beliau meninggalkan rumah sakit pada tanggal 9 Ramadhan menuju Masjidil Haram Mekkah untuk menyampaikan pelajaran rutinnya melalui pengeras suara. Beliau duduk di ruangan khusus di dalam Masjidil Haram, di samping pintu Al-Umrah. Dari ruangan itu, Beliau bisa menjawab setiap pertanyaandari para hadirin, hanya saja beliau tidak bisa menerima tamu yang hendak berkunjung kepada beliau. Beberapa waktu Kemudian, beliau di bawa ke rumah sakit kembali kali ini, beliau masuk ke ruang ICU. Kondisinya sempat membaik, tapi setelah itu memburuk kembali, hingga ajal menjemputnya.

(46)

31

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN MUHAMMAD BIN SHALIH AL-UTSAIMIN TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

MAKARIMU AL-AKHLAQ

A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter 1. Pengertian Nilai

Nilai yaitu suatu penetapan atau kualitas suatu obyek yang menyangkut suatu jenis atau minat. Jadi nilai adalah suatu penghargaan atau kualitas terhadap suatu hal yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang karena menyemangkat, memuaskan, menarik, menguntungkan, dan sistem keyakinan. (Bambang Darsono,1986:20).

Pendapat lain menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga, baik menurut standar logika (benar-salah), estetika (baik-Buruk), etika (adil-tidak adil), agama (dosa, halal-haram), dan hukum (sah-tidak sah) serta menjadi acuan dan atau sistem kenyakinan diri maupun kehidupan. (Djahiri,Dkk, 1996:22-23).

(47)

32

Jadi menurut penulis nilai merupakan sesuatu atau kepercaan yang mendasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya baik dan buruk atau menilai suatu yang bermakna atau tidak bermakna bagi kehidupannya.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak muliia, dan ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Zahra Idris pendidikan adalah serangkaian kegiatan interaksi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan peserta didik secara tatap muka atau dalam menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan perserta didik seutuhnya. (Zahara Idris,1930:4).

Pendidikan pada hakikatnya usaha memanusiakan manusia. Artinya, dengan pendidikan manusia diharapkan mampu menemukan dirinya dari mana berasal, hadir di dunia ini untuk apa dan setelah kehidupan ini akan ke mana, sehingga ia menjadi lebih manusiawi, baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak. (Ibnu Rusn, 2009;123).

(48)

33

kelak di masa depan yang mempunyai kepribadian utama, kebaikan dan kegemaran pekerja untuk kepentingan tanah air. Dalam artian dapat menjadi orang-orang yang beriman, bertakwa dan mempunyai akhlak mulia. (Mansur, 2007:328).

Dari berbagai definisi di atas menurut penulis bahwa pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi peserta didik. Salah satu yang dikembangkan adalah persoalan tentang akhlak, karena merupakan salah satu unsur pendidikan akhlak.

3. Karakter

Dalam kamus bahasa indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabi‟at, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:682). Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadiaan,

berperilaku, bersifat, bertabi‟at, atau berwatak. Dalam tulisan bertajuk

Urgensi Pendidikan Karakter, Prof, Suyatno Ph.D, menjelaskan bahwa

karakter adalah adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang yang berkarakter baik adalah individu yang membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari putusan yang ia buat.

(49)

34

baik, jujur menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Menurut suyatno karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan kerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Menurut Tadkiroatun Musfiroh memandang karakter mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan. Menurut kemendiknas karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikanyang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. (Agus wibowo, 2012:33).

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa karakter identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka hubungan dengan Tuhan dengan diri sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama.

4. Pendidikan Karakter

(50)

35

dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius. Pendidikan karakter suatu suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah, yang mengikuti komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tidakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Pendidikan karakter itu memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral atau pendidika akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi pribadi yang baik, jika dimasyarakat menjadi warga yang baik, dan jika dalam kehidupan bernegara menjadi warga negara yang baik. Adapun kriteria yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan indonesia adalah pendidikan nilai yakni pendidikan nilai-nilai luhur yng bersumber dari budaya bangsa indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. (Agus Wibowo, 2012:34).

(51)

36

dan dalam berusaha keras dalam mencapai tujuan masa depannya. tujuan ini dilakukan dengan menajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan seperti kejujuran, kebaikan, kedermawanan, keberanian, kebebasan, persamaan, rasa hormat atau kemuliaan. (Zubaedi, 2011:16).

Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberika keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hat. (Muchlas Samani, 2003:45).

(52)

37

dalam menyelenggarakan pendidikannya dilandasi dengan pendidikan karakter.

Dengan demikian pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral untuk berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai karakter mulia.

5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dianggap sebagai pendidikan nilai moralitas

manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Tampak di sini

terdapat unsur pembentukan nilai tersebut dan sikap yang didasari pada

pengetahuan untuk melakukannya. Nilai-nilai pebndidikan karakter itu

merupakan nilai yang dapat membantu interaksi bersama orang lain secara

lebih baik, nilai tersebut mencakup berbagai bidang kehidupan, seperti

hubungan dengan sesama (orang lain, keluarga), diri sendiri (learning to be),

hidup bernegara, lingkungan dan Tuhan. (Masnur Muslih, 2011:67)

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam buku pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang disusun kemendiknas melalui badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum (kementrian Pendidikan Nasional, 2010). Diantaranya adalah:

(53)

38

b. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencrminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang yang dapat dipercaya.

c. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pebdapat, dan hal-hal lain yang yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan tersebut.

d. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk perturan atau tata tertib yang berlaku.

e. Kerja Keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh atau berjuang hingga titik drah penghabisan dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya.

(54)

39

melainkan tidak boleh melempar ugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

h. Demokratif, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

i. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam.

j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan.

k. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

l. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat prestasi yang lebih tinggi.

(55)

40

n. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

o. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan pada dirinya.

p. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tidakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

q. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

r. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan dori sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama. (Suyadi, 2013:9).

B. Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Perspektif Al-Utsaimin

Di dalam kitab Makarimul Al-Akhlaq terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa ditanamkan dan diterapkan pada pendidikan Islam, agar mereka mengetahui dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan.

(56)

41

ketetapan asli, karakter juga bisa diperoleh atau diupayakan dengan jalan berusaha. Maksudnya, bahwa sebagai seorang manusia sebagaimana telah ditetapkan padanya karakter yang baik dan bagus, sesungguhnya juga memungkinkan baginya untuk berperilaku dengan karakter yang baik dengan jalan berusaha dan berupaya untuk membiasakannya. (Al-Utsaimin, 1428:7).

Karakter yang mulia bisa berupa sifat yang alami (yakni karunia dari Allah kepada hamba-Nya) dan berupa juga sifat yang dapat diusahakan dan diupayakan. Akan tetapi, tidak diragukan lagi bahwa sifat yang alami adalah sifat yang lebih baik dari sifat yang diusahakan. Karena karakter yang baik jika bersifat alami akan menjadi perangai dan kebiasaan seeorang.

Nilai Pendidikan karakter yang ada pada kitab Makarimul Al-Akhlaq dapat penulis kelompokkan menjadi tiga skala besar. Pertama: karakter kepada Allah SWT. Kedua: Karakter terhadap sesama makhluk. Ketiga: Karakter terhadap lingkungan.

1. Karakter terhadap Allah SWT

a. Taat kepada hukum Allah SWT dengan cara menerima, dan

(57)

42

sombong untuk mengamalkannya, atau juga terlalu meremehkan dalam mengamalkannya. Maka, tindakan semua ini menafikan atau membatalkan karakter yang baik dalam bemuamalah dengan Allah SWT. (Al-Utsaimin, 1428:15).

Dalam kitab Makarimul al-Akhlaq terdapat contoh masalah dalam shalat, tidak diragukan lagi bahwa perkara shalat pun terasa berat bagi sebagian orang, terutama bagi orang-orang munafik.

Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu „alahi wa Sallam:

ٌّٕا ٍٝػ حلاصٌا ًمثأ

ب

حلاصٚ ءبشؼٌا حلاص : ٓ١مف

شجفٌا

Artinya: Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah

shalat isya‟ dan shalat subuh.

Akan tetapi perkara sholat bagi seorang mukmin tidaklah berat,

Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang-orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah: 45-46).

Maka, shalat bagi mereka bukanlah perkara yang berat, akan tetapi sangat mudah dan ringan. Untuk itu Nabi Muhammad Shallallahu

„alaihi Wa Sallam bersabda:

حلاصٌا ٟف ٟٕ١ػ حشل ذٍؼجٚ

(58)

43

b. Rela akan keputusan dari Allah dengan ikhlas dan sabar

هٌ الله سذل بّث ٝظشر ْأ : ٖساذلأ ٛذٔ الله غِ كٍخٌا ٓغد

menetapkan takdir tersebut melainkan di baliknya terhadap hikmah yang agung dan tujuan yang terpuji, yang mana dngan hikmah tersebut Allah berhak memperoleh pujian dan ucapan rasa syukur. Untuk itu Allah SWT memuji orang-orang yang sabar. Allah

Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".(Al-Baqarah

2:156)

2. Karakter terhadap sesama makhluk

Adapun karakter dengan sesama makhluk, telah diartikan dalam kitab Makarimul al-Akhlaq dengan definisi:

ٗجٌا خللاغٚ ,ٜذٌّٕا يذثٚ ,ٜرلأا ّفو

(59)

44

Hendaknya seseorang menahan dirinya dari menyakiti yang lainnya, baik itu dengan harta atau dengan sesuatu yang berkaitan dengan jiwa, atau mungkin juga yang berhubungan dengan kehormatan dirinya. Untuk itu, orang yang belum mampu menahan dirinya dari menyakiti sesama, maka dia belumlah berperilaku baik, akan tetapi sebaliknya dia adalah oarang yang berperilaku buruk. (Al-Utsaimin, 1428: 22).

1) Berperilaku baik terhadap sesama

(60)

45

menahan dirinya dari menyakiti yang lainnya. (Al-Utsaimin, 1428:23).

b. Mengerahkan bantuan. 1) Kedermawanan

طؼث ٕٗظ٠ بّو ظ١ٌ َشىٌاٚ .دٛجٌاٚ َشىٌا يزجر ْأ

،ظفٌٕا يزث ٟف ْٛى٠ َشىٌا ًث ،ػمف يبٌّا يزث ٗٔأ طبٌٕا

ٍُؼٌا يزث ٟفٚ ،يبٌّا يزث ٟفٚ ،ٖبجٌا يزث ٟفٚ

Kedermawanan dan kemurahan hati, artinya hendaklah engkau selalu mengerahkan sifat kedermawanan hati. Dan arti kedermawanan di sini bukanlah seperti yang disangka-sangka oleh sebagian orang, yaitu hanya memberikan harta saja. Akan tetapi arti sesungguhnya adalah rela memberikan jiwa, kedudukan, harta dan ilmu pengetahuan.

٠ ،ُ٘ذػبغ٠ ،طبٌٕا جئاٛد ٟعم٠ ًبصخش بٕ٠أس ارإ

ٗجٛز

ششٕ٠ ،ُٙ١ٌإ يٛصٌٛا ْٛؼ١طزغ٠ ل ِٓ ُٙٔٛئش ٌٝإ ٟف

از٘ ُفصٔ ً٘ ،طبٌٕا ٓ١ث ٌٗبِ يزج٠ ،طبٌٕا ٓ١ث ٍّٗػ

،ٜذٌٕا يزث ٗٔلأ ،كٍخٌا ٓغذث ٗفصٔ ،ُؼٔ ؟كٍخٌا ظذث

(61)

46

figur yang mempunyai karakter yang baik, karena dia telah mengerahkan sifat kedermawanannya. (Al-Utsaimin, 1428: 24). 2) Sikap pemaaf

ٚأ ذٍُّظ ارإ هٔأ : ٓغد كٍخث طبٌٕا خفٌبخِ ِٓٚ

ٓ١فبؼٌا الله حذزِا ذلٚ خفصرٚ ٛفؼر هٔئف ،ه١ٌإ ءٟعأ

طبٌٕا ٓػ

Dan di antara contoh adab pergaulan yang baik dengan sesama manusia adalah; seandainya anda dianiaya atau dipergauli dengan perlakuan yang tidak baik, maka anda mau memaafkan dan mengampuninya (jika nantinya ia meminta maaf dan

mengakui kesalahannya). Karena Allah Subhanahu wa Ta‟ala

telah memuji orang-orang yang bersifat pemaaf terhadap sesama.

(62)

47

Maka, yang lebih utama pada kondisi seperti ini adalah hendaknya anda membalas orang tersebut karena kelancangannya terhadap anda, karena hal tersebut merupakan perbuatan yang dapat mendamaikan.

c. Menampakkan keceriaan.

1) Rasa kasih sayang terhadap sesama

سٚشغٌا ًخذُرٚ ٗجٌٛا خللاطف

Al-Utsaimin menggambarkan wajah yang ceria dapat membuat orang lain merasa gembira, bisa menimbulkan rasa kasih sayang dan rasa cinta, dan juga dapat memberikan kelapangan dada pada diri anda dan diri orang yang bertatap muka dengan anda. Dan dengannya juga seorang akan dicintai oleh rekan-rekannya, mulia dihadapan mereka. (Al-Utsaimin, 1428: 30).

3. Karakter terhadap lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat hidup dan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Di lingkunganlah tempat mereka melakukan segala aktifitasnya, di dalam lingkungan ini ada berbagai nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya:

(63)

48

Seorang ibu sangatlah lelah ketika mengandung anaknya, ketika melahirkan,dan setelah melahirkan. Dan ia pun lebih kepada buah hatinya dari pada sang ayah. Oleh karenaitu, dia adalah figur yang paling berhak memperoleh perlakuan yang baik dan kebaktian dari anaknya dari pada sang ayah.

كثبع ُٙمذف

،

هٍّر ل ذٕو ٓ١د ًاش١غص نب١ثس ث١د

شجٌا بّٙججاٛف ًاشظ لٚ ًبؼفٔ هغفٌٕ

Hak mereka telah berlalu, dimana mereka berdua telah mendidikmu sewaktu masih kecil, ketika engkau dahulu belum mampu untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat ataupun yang bahaya. Maka, kewajiban dirimu sekarang adalah berbakti kepada keduanya.

طبٌٕا ِٓ ذداٚ ًو ٍٝػ عبّجلإبث ٓ١ػ ضشف شجٌاٚ

Dan berbakti kepada kedua orang tua hukumnya adalah

fardu‟ain bagi setiap individu dengan ijma‟ atau kesepakatan

para ulama. (Al-Utsaimin, 1428: 43).

2) Menyanyangi saudara dengan menjalin persaudaraan

ـم٠ لأ خٍصٌا

(64)

49

orang yang durhaka, sedangkan orang yang tidak menyambung tali persaudaraan disebut sebagai seorang pemutus. menyambung tali persaudaraan juga wajib hukumnya, sedang memutuskannya merupakan sebab datangnya laknat dan terhalangnya seseorang untuk masuk surga.

b. Pendidikan Karakter di lingkungan masyarakat 1) Berbuat baik dengan tetangga

Berbuat baik dengan tetangga dapat menjadikan hubungan antara sesama berjalan dengan harmonis.

يضٌّٕا ِٓ ةسبللأا ُ٘ :ْاش١جٌاٚ

،

ُ٘لٚأ ُ٘بٔدأٚ

َاشولإاٚ ْبغدلإبث

Yang dimaksud dengan tetangga di sini ialah: mereka yang rumahnya saling berdekatan dengan anda. Dan yang rumahnya paling dekat dengan anda, mereka adalah tetangga yang paling berhak mendapatkan pergaulan baik dan perilaku mulia dari anda.(Al-utasimin, 1428: 48).

2) Berperilaku baik dengan tetangga secara muthlak.

سبجٌا ْبو ًب٠أ

(65)

50

orang sekarang ini, mereka lebih banyak berbuat tidak baik dengan tetangga dari pada dengan yang lainnya. Terkadang kamu mendapatinya melampaui batas terhadap tetangganya dengan mengambil sebagian dari hak miliknya dan juga dengan mengusik ataupun mengganggunya. (Al-utsaimin, 1428: 51). 3) Tidak menyombongkan diri terhadap sesama

شخبفز٠ ْأ ِٟٕٙ ْبغٔلإبف

(66)

51

Bahwasannya di antara cara untuk mensyukuri nikmat Allah SWT yang ada pada anda suatu kelebihan dari manusia yang lainnya seperti dalam harta, kedudukan, kepimpinan, ilmu dan selainnya, maka hendakhlah anda harus bisa lebih rendah hati, sehingga anda mampu menambahkan suatu kebaikan di atas kebaikan yang lainnya. Karena orang yang berhasil merendahkan hati sedang ia berada pada posisi teratas, maka itulah orang yang benar-benar rendah hati.

5) Menjaga kehormatan

(67)

52

(68)

53

BAB IV

RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAKARIMUL AL-AKHLAQ KARYA MUHAMMAD SHALIH

AL-UTSAIMIN DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Kitab Makarimul Al-Akhlaq Karya Syeikh Muhammad Bin Salih Al-Utsaimin

Syeikh Muhammad bin Salih A-Utsaimin dalam kitabnya membahas mengenai perilaku yang mulia dan berkarakter yang baik. Maka bagi setiap manusia untuk menjadikan jiwanya sebagai jiwa yang mulia, sehingga ia mencintai sifat kedermawan, kelembutan dan kesabaran. Dan hendaknya menyambut dengan wajah yang beseri-seri, dada yang lapang serta jiwa yang tenang, karena semuanya itu termasuk pendidikan karakter yang baik.

Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha sadar yang mengarahkan pada perilaku lahir dan batin manusia sehingga menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur, mampu melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan, memiliki kepribadian utuh baik kepada dirinya maupun orang lain. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter harus merata terhadap semua obyek agar tercipta kehidupan rukun dan damai.

(69)

54

Pertama: Nilai karakter religius, bertaqwa, taat, sabar dan besyukur ditunjukkan dengan karakter dengan Allah dengan menerima hukum-hukum-Nya dengan cara melaksanakan (menerapkan) dan Menerima takdir-hukum-hukum-Nya dengan sabar dan ridha. Kedua: Nilai Karakter toleransi, komunikatif/ bersahabat, cinta damai, peduli sosial, dermawan ditujunkkan dengan karakter terhadap sesama makhluk ditunjukkan dengan berbuat baik terhadap sesama, dermawan, sikap pemaaf, kasih sayang terhadap sesama. Ketiga: Nilai karakter toleransi, komunikatif, peduli sosial, dermawan, cinta damai ditunjukkan dengan pendidikan karakter di lingkungan keluarga, dan masyarakat dengan berbakti kepada kedua orang tua, menyanyangi saudara dengan menjalin persudaraan, berbuat baik dengan dengan tetangga, bersikap baik dengan tetangga, tidak sombong, rendah diri dan menjaga kehormatan.

Dari penjelasan tersebut bahwa nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Makarimul Al-Akhlaq begitu kompleks yakni menyangkut hubungan secara vertikal (habl min Allah) dan hubungan secara horizontal (habl min al-nas). Sebagaimana dalam teori mengenai ruang lingkup pendidikan karakter

yang mencakup karakter dalam dimensi ketuhanan, sesama makhluk, dan kemasyarakatan, baik lingkungan, keluarga, kerabat maupun interaksi sosial yang lebih luas.

(70)

55 a. Bertakwa

Bertakwa adalah tanda keimanan seseorang. Takwa adalah suatu bentuk pengabdian seorang hamba kepada Tuhannya untuk melaksanakan semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya.

Takwa yang berarti takut, seorang hamba yang bertaqwa jika melanggar larangan Allah akan merasa takut pada azab Allah. Orang yang beriman akan bertaqwa di manapun berada, baik ketika sendirian maupun ketika bersama orang lain.

Pendidikan ditujukan kepada upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa. Di antara ciri mereka yang bertaqwa adalah beriman kepada yang ghoib, mendirikan sholat, menafkahkan sebagian rezeki, anugrah Allah, beriman kepada

al-Qur‟an dan kitab samawi sebelum al-Qur‟an, serta keyakinan kehidupan akhirat. (Jalaluddin, 2003:56).

Oleh karena itu Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa

(71)

56

kitab Risalatul Mu‟awanah adalah bersikap menuju jalan

akhirat, yaitu taat kepada Allah SWT atas segala apa yang diperintahkan olehNya. (Al-Haddad, 2010: 15).

b. Bersyukur

Bersyukur adalah sudah menjadi kewajiban manusia atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Bersyukur yang berarti memuji atau mengucapkan terima kasih kepada yang telah memberikan kebaikan, diucapkan lewat lisan dan anggota tubuh lainnya melakukan amal ibadah.

Semakin banyak orang bersyukur maka akan semakin besar nikmat yang diberikan. Orang yang tidak pernah bersyukur berarti telah kufur nikmat. Sesungguhnya manusia tidak akan pernah bisa menghitung berapa banyak nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada dirinya sehingga bersyukur adalah kewajiban manusia.

Bersyukur identik dengan ucapan “alhamdulillah” yang

berarti segala puji bagi Allah, namun yang lebih penting dari itu adalah tidak sekedar diucapkan di lisan, tapi dihayati dalam hati atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah dan kemudian melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

c. Rela akan keputusan dari Allah dengan ikhlas dan sabar

Referensi

Dokumen terkait

Teori ini mengacu pada pengertian keseluruhan lebih bermakna dari pada bagian-bagian. Dan keseluruhan bukan kumpulan dari bagian- bagian. manusia dianggap sebagai mahluk organisme

Membersihkan diri terlebih dahulu dari akhlak tercela dan sifat yang buruk karna ilmu adalah ibadah hati dan sholat rahasia,pendekatan batiniyah kepada Allah,maka

Analisis isi adalah Teknik mengumpulkan dan menganalisis isi dari sebuah teks.27 Menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan

Kesimpulan Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang pendidikan nilai karakter islami dalam kitab al-Qudwah al-Hasanah dan tentang relevansinya pendidikan

pembahasannya terdapat uraian-uraian tentang kewajiban, kesunahan dan anjuran yang harus dilakukan oleh seseorang yang cinta bersikap menuju jalan akhirat, yang dari setiap

Hanya saja kitab Ta’limul muta’allim lebih fokus terhadap adab belajar mengajar murid dan guru sedangkan kitab Washoya bukan hanya memaparkan tentang cara mencari ilmu

Pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia baik kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat, Umar bin Ahmad Baradja berharap kepada orang tua atau wali murid dan pengajar

Penanaman nilai kepada warga sekolah, maknanya bahwa pendidikan karakter baru akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non-kependidikan di