• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada beberapa dekade akhir ini banyak organisasi perusahaan telah melakukan investasi pada teknologi-teknologi baru untuk tetap bersaing. Teknologi merupakan sumber potensial untuk dapat mencapai keunggulan kompetitif. Teknologi bisa menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi setiap organisasi bisnis, karena teknologi dapat meningkatkan pangsa pasar dan menyebabkan meningkatnya atau menurunnya dominasi perusahaan dalam arena kompetitif. Kemajuan teknologi akan memainkan peran penting dalam mencapai kemampuan perusahaan menghasilkan laba jangka panjang. Teknologi juga diidentifikasi sebagai factor yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan operasi perusahaan.

Keberhasilan menggunakan teknologi sebagai sumber keunggulan kompetitif sangat tergantung kepada manajemen teknologi, strategi teknologi yang dilakukan serta bagaimana mengembangkan kapabilitas teknologi itu sendiri. Manajemen teknologi merupakan suatu usaha mengelola teknologi,mengintegrasikan teknologi kedalam aktivitas operasional serta cara organisasi mengelola tenaga ahli dan tenaga operasional yang ada (Morone, 1989). Strategi teknologi adalah pola yang menetapkan tujuan dan peran teknologi dalam mencapai tujuan strategi bisnis dan tujuan perusahaan. Strategi teknologi mencakup keseluruhan proses untuk memperoleh dan mengeksploitasi teknologi untuk tujuan bisnis (Harrison dan Samson, 1997). Sedangkan pengembangan kapabilitas teknologi meliputi pengenalan dan adopsi teknologi baru, pengembangan keahlian dan ketrampilan yang berhubungan dengan aspek teknologi, pengembangan sistem organisasi melalui basis teknologi yang digunakan (Harrison dan Samson, 1997). Dengan kapabilitas teknologi yang dimiliki sangat memungkinkan bagi perusahaan untuk meningkatkan kemampuan

(2)

untuk berinovasi serta meningkatkan kinerja operasionalnya.

Dengan teknologi-teknologi tersebut perusahaan selalu berusaha untuk menawarkan produk bermutu tinggi dan berbiaya rendah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan pokok yang sama yaitu tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha yang semakin luas dan semakin meningkatnya persaingan dunia usaha, maka untuk menjaga eksistensi dan ekspansi usahanya perusahaan dituntut untuk selalu mengupayakan suatu mekanisme atau proses produksi dengan menggunakan teknologi maju dan memperhatikan aspek efisiensi dan efektivitas. Perusahaan berusaha agar tidak terjadi pemborosan dan semua sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara optimal.

Dalam upaya mengurangi pemborosan dan agar semua sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara optimal, maka timbullah suatu filosofi yaitu Just In Time (JIT). Just In Time juga merupakan suatu teknologi yang berupa sistem yang mengendalikan proses-proses teknis dan proses sumber daya manusia dalam organisasi. Filosofi Just In Time mengeliminasi semua aktivitas yang tidak penting dan tidak memberikan nilai tambah dimanapun aktivitas itu berada. Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa Just In Time mampu mengurangi lead time, menurunkan waktu proses, memperbaiki kualitas produk, meningkatkan produktivitas, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan menumbuh kembangkan keterlibatan manajerial (Arogyaswarni dan Simmon, 1991 ; Imman dan Mehwa, 1990). Just In Time dapat mendukung perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Just In Time mempunyai dua tujuan spesifik (Hansen) yaitu (1) meningkatkan laba, (2) memperbaiki posisi persaingan perusahaan. Tujuan tersebut dicapai dengan (1) pengendalian biaya (memungkinkan harga jual yang lebih bersaing, meningkatkan laba), (2) memperbaiki kinerja pengiriman, (3) meningkatkan mutu. Just In Time menawarkan peningkatan efisiensi biaya dan sekaligus fleksibilitas dalam menanggapi perubahan permintaan pelanggan

(3)

dengan mutu yang lebih baik dan produk yang lebih bervariasi. Mutu, fleksibilitas dan efisiensi merupakan prinsip dasar persaingan kelas dunia. Just In Time dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya. Namun bidang fungsional yang telah banyak menerapkan Just In Time adalah pembelian dan produksi (manufaktur).

Oleh karena keuntungan dan perbaikan kinerja manufaktur yang dapat diperoleh dari penerapan Just In Time, maka banyak perusahaan yang mempertimbangkan untuk menerapkan Just In Time. Perusahaan yang mengadopsi Just In Time juga memandang perbaikan yang berkelanjutan pada operasinya merupakan suatu keharusan jika mereka ingin mempertahankan keunggulan perusahaan dan keuntungan perusahaan di masa yang akan datang.

Just In Time tidak berdiri sendiri tetapi ia terdiri dari beberapa elemen dimana elemen-elemen tersebut bila dijalankan menjadi suatu kesatuan yang saling terkait akan dapat mengurangi pemborosan dan mengeliminasi aktivitas yang tidak penting dan tidak memberikan nilai tambah dimanapun aktivitas tersebut berada.

Elemen-elem tersebut penting bagi tercapainya penerapan Just In Time yang berhasil. Elemen-elemen tersebut (Russel, 1998) adalah sumber daya yang fleksibel, tata letak pabrik berbentuk sel, sistem produksi tarik, produksi dalam lot kecil, waktu penyiapan mesin singkat, perataan tingkat produksi, kualitas pada sumbernya, pemeliharaan pencegahan kerusakan mesin dan jaringan kerja dengan pemasok. Tingkat penerapan Just In Time dapat ditunjukan oleh sejauh mana penerapan elemen-elemen tersebut pada proses manufaktur perusahaan tersebut.

Penerapan Just In Time yang berhasil dapat meningkatkan kinerja manufaktur. Penerapan Just In Time akan menghasilkan kualitas yang baik, penurunan persediaan, peningkatan produktivitas, penurunan tenggang waktu produksi, penyiapan yang cepat, performa pengiriman lebih baik, peningkatan tingkat produksi, serta meningkatkan fleksibilitas. Untuk dapat mengetahui hasil

(4)

yang diperoleh perusahaan dalam menerapkan Just In Time, maka dilakukan perhitungan terhadap kinerja manufaktur perusahaan. Untuk dapat benar-benar mengevaluasi apakah perusahaan telah mencapai hasil tersebut maka dilakukan pengukuran kinerja manufaktur dari sisi non keuangan.

Penelitian mengenai tingkat adopsi teknologi terhadap kinerja perusahaan sudah pernah diteliti oleh Lena Ellitan (2002) dalam jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen Vol II No 3 September 2002 dengan judul “Tingkat Adopsi Teknologi dan Kinerja Perusahaan : Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur Skala Besar di Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Advances Manufacturing Technologies (AMT) mempunyai pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan kinerja keuangan dan pertumbuhan kinerja manufaktur. Sedangkan Just in Time (JIT) dan Manufacturing Resources Planning (MRP II) memiliki pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan kinerja manufaktur dan pertumbuha kinerja manufaktur. Hasil penelitian ini juga mengindikasi bahwa meningkatnya tingkat adopsi teknologi akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian pada tingkat penerapan Just In Time pada sistem produksi perusahaan dan hubungannya dengan kinerja non keuangan dengan judul :

“HUBUNGAN TINGKAT PENERAPAN SISTEM TEPAT WAKTU (JUST IN TIME) PADA SISTEM PRODUKSI DENGAN KINERJA NON KEUANGAN “

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah apakah tingkat penerapan Just In Time pada sistem produksi memiliki hubungan dengan kinerja non keuangan.

(5)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tingkat penerapan Just In Time pada sistem produksi memiliki hubungan dengan kinerja non keuangan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain : 1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat membantu perusahaan untuk mengevaluasi penerapan Just In Time pada sistem produksi perusahaan serta dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan konerja non keuangan.

2. Bagi Penulis

Diharapkan dengan penelitian ini penulis dapat memperluas wawasan pengetahuan tentang masalah yang diteliti dan untuk mengetahui penerapan teori yang diperoleh dari perkuliahan dan dari buku-buku literatur lainnya. 3. Bagi Peneliti lain

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya terutama untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

1.5 Kerangka Pemikiran

Just In Time adalah seperangkat metode atau teknik yang di aplikasikan pada fungsi pembelian, fungsi pabrikasi, dan fungsi penghantaran. Filosofi Just In Time pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an.

Definisi Just In Time menurut Seglund ( 1984:43 ) “Just In Time is a philosophy based on a simplicity” Menurut Evereet E Adam ( 1992:568 )

“Just In time is a manufacturing system whose goals it is to optimize processes and procedures by continuosly pursuing waste reduction”

(6)

Menurut Arnaldo Hernadez ( 1993:253 )

“Just In Time adalah usaha untuk meningkatkan produktivitas dengan menghapuskan segala bentuk pemborosan”

Berdasarkan definisi di atas Just In Time merupakan suatu filosofi yang berdasarkan pada kesederhanaan. Sistem produksi Just In Time bertujuan untuk mengoptimalkan proses dan prosedur serta meningkatkan produktivitas. Just In Time juga merupakan metode produksi yang mencoba untuk mengeliminasi pemborosan pada proses, serta memandang bahwa tahapan pada proses yang tidak menambah nilai dari produk yang akan diberikan kepada konsumen harus dihilangkan. Pekerjaan yang merupakan pemborosan akan meningkatkan biaya dan mengurangi daya saing.

Menurut Shigeo Shingo (1998;1480) ada tujuh macam pemborosan yang harus dihilangkan yaitu:

1. Kelebihan produksi

2. Kegiatan menunggu dalam proses produksi 3. Aktivitas pengangkutan dalam pabrik 4. Proses produksi

5. Persediaan

6. Pergerakan pekerja 7. Pengerjaan ulang produk

Ketujuh pemborosan ini dapat dihilangkan dengan cara menghilangkan atau mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah kepada produk, karena dengan pengurangan serta penghilangan aktivitas yang tidak bernilai tambah maka proses produksi dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.

Filosofi Just In Time juga merupakan pendekatan pemanufakturan yang berprinsip bahwa barang-barang harus menggunakan sistem produksi “demand pull” oleh permintaan daripada sistem produksi “pushed trough” berdasarkan jadwal produksi yang tetap. Dalam Just In Time, setiap operasi pabrik hanya memproduksi apa yang diperlukan untuk operasi berikutnya atau untuk memenuhi

(7)

permintaan konsumen. Bahan atau subperakitan datang tepat waktu untuk memproduksi sehingga dapat memenuhi permintaan karena persediaan dianggap sebagai pemborosan (Schonberger, 1982:157). Just In Time memandang persediaan yang tidak dipakai sebagai pemborosan dan memfokuskan diri dengan mengurangi segala bentuk persediaan yang digunakan dalam pabrik.

Dengan menghilangkan pemborosan dan aktivitas tidak bernilai tambah serta produksi tepat waktu yang ditarik oleh permintaan, maka Just In Time menawarkan peningkatan efisiensi biaya dan sekaligus fleksibilitas dalam menanggapi perubahan permintaan konsumen dengan mutu yang lebih baik dan produk yang bervariasi, karena mutu, fleksibilitas dan efisiensi merupakan prinsip dasar dari persaingan kelas dunia. Oleh karena hal-hal tersebut maka perusahaan manufaktur tertarik untuk menerapkan Just In Time.

Dalam Just In Time terkandung elemen-elemen yang saling terkait sehingga dapat mewujudkan sistem produksi Just In Time. Elemen-elemen tersebut dapat menentukan keberhasilan penerapan Just In Time pada proses produksi atau manufaktur dan juga elemen tersebut dapat mengurangi pemborosan.

Menurut Russel (2000:715) elemen-elemen tersebut adalah : 1. Sumber daya manusia yang fleksibel

2. Tata letak pabrik berbentuk sel 3. Sistem produksi tarik

4. Produksi lot kecil 5. Penyiapan yang cepat 6. perataan tingkat produksi 7. Kualitas pada sumbernya

8. Pemeliharaan pencegahan kerusakan mesin 9. Jaringan kerja dengan pemasok

Seperti telah disebutkan diatas elemen-elemen tersebut penting bagi keberhasilan penerapan Just In Time pada sistem produksi. Selain itu dengan kita mengevaluasi seberapa jauh elemen-elemen tersebut diterapkan dan dilaksanakan pada proses

(8)

produksi maka kita akan mengetahui tingkat penerapan Just In Time pada sistem produksi manufaktur tersebut.

Penerapan Just In Time pada sistem produksi melalui penerapan elemen tersebut menurut Hansen (1998:131) dan Russel (1998:733) akan menghasilkan: 1. Kualitas yang lebih baik

2. Peningkatan produktivitas

3. Pengurangan tenggang waktu produksi 4. Penurunan persediaan

5. Pengurangan waktu penyiapan 6. Peningkatan tingkat produksi

7. Perbaikan pada performa pengiriman

8. Meningkatkan fleksibilitas perusahaan dalam menanggapi permintaan konsumen dalam hal kualitas yang lebih baik dan ragam yang lebih banyak.

Keberhasilan tersebut dapat tercapai karena dengan sistem produksi Just In Time perusahaan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan, menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah pada produksi dan penghapusan pemborosan.

Untuk dapat mengetahui sejauh mana perusahaan telah mencapai hasil tersebut maka dapat dilakukan pengukuran dan evaluasi pada kinerja non keuangan. Informasi non keuangan dapat menjadi indikator kunci untuk mengetahui seberapa baik penerapan strategi yang telah dipilih oleh perusahaan. Ukuran prestasi non keuangan dapat menjadi piranti bagi perencanaan dan pengendalian proses produksi serta mengevaluasi prestasi suatu departemen, tim pekerja dan manajer, produk atau pabrik. Perhitungan kinerja non keuangan menurut Hongren (2000;762) dan Atkinson (2001;244) adalah:

1. Segi waktu 2. Persediaan 3. Kualitas

(9)

5. Kemampuan penghantaran dan efisiensi mesin.

Kinerja non keuangan yang akan diteliti pada perusahaan adalah mengenai keefektifan pada saat produksi dengan melakukan efisiensi waktu produksi yang dapat dilihat dari ketepatan waktu pengiriman, kualitas produk itu sendiri dan efisiensi kerja mesin dengan lamanya persediaan disimpan.

Berdasarkan uraian diatas dengan mempertimbanglan latar belakang, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian

“Tingkat penerapan Just In Time pada sistem produksi memiliki hubungan dengan kinerja non keuangan”

(10)

Gambar 1.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Elemen-elemen Just In Time pada sistem produksi 1. Sumber daya manusia yang fleksibel 2. Tata letak pabrik berbentuk sel 3. Sistem produksi tarik

4. Produksi lot kecil 5. Penyiapan yang cepat 6. Perataan tingkat produksi 7. Kualitas pada sumbernya

8. Pemeliharaan pencegahan kerusakan mesin 9. Jaringan kerja dengan pemasok

Tingkat penerapan Just In Time pada sistem produksi (variable X1)

Hasil penerapan Just In Time pada sistem produksi 1. Kualitas yang lebih baik

2. Peningkatan produktivitas

3. Pengurangan tenggang waktu produksi 4. Penurunan persediaan

5. Pengurangan waktu penyiapan 6. Peningkatan tingkat produksi

7. Perbaikan pada performa pengiriman 8. Meningkatkan fleksibilitas perusahaan

dalam menanggapi permintaan konsumen dalam hal kualitas yang lebih baik dan ragam yang lebih banyak

Kinerja non keuangan (variable X2)

1. Efektivitas produksi 2. Efisiensi waktu produksi 3. Ketepatan waktu pengiriman 4. Kualitas produksi

5. Efisiensi kerja mesin

(11)

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode yang Digunakan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat penerapan Just In Time pada produksi dengan kinerja perusahaan yang dilihat dari sisi non keuangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki ( Nazir ;1998:66 )

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Penelitian lapangan ke objek penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data primer dan keterangan yang menyangkut masalah yang diteliti. Penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara:

a) Observasi (observation)

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap sumber data yang akan dianalisis. Ciri yang spesifik dari observasi ini adalah tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Observasi dilakukan langsung ke lokasi perusahaan yang diteliti, untuk mendapatkan gambaran mengenai proses perencanaan dan pengendalian persediaan yang berlangsung dan untuk mendapatkan fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

b) Wawancara (interview)

(12)

mengadakan wawancara secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon dengan pejabat dan staf yang berwenang dalam perusahaan, untuk memberikan penjelasan mengenai masalah dari objek penelitian yang akan dibahas. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah responden sedikit atau kecil.

2. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara membaca atau mempelajari literatur-literatur yang memuat teori-teori tentang pokok pemasalahan. Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perusahaan industri manufaktur kendaraan bermotor di Bandung. Penelitian dilakukan dari bulan April sampai Juni.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk ekstraksi fitur tekstur akan didapatkan nilai dari histogram fitur yang dihasilkan dan akan dilakukan pengujian dengan kuantisasi panjang histogram, sedangkan

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penata- laksanaan fisioterapi pada anak kondisi tortikolis sinistra e.c brachial palsy dengan

Istilah rehabilitasi vokasional berarti bagian dari suatu proses rehabilitasi secara berkesinambungan dan terkoordinasikan yang menyangkut pengadaan pelayanan-pelayanan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini menggunakan tema ”Analisis Perbedaan Faktor Kredibilitas, Minat Beli, dan Kelas Produk

Berdasarkan hasil observasi dan penjelasan di atas kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, skor

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektifitas penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet kayu akasia (Acacia mangium) dengan menggunakan konsentrasi yang

Koordinator penelitian klinik kerjasama dengan National Institute of Allergy and Infectious Diaseses (NIAID) untuk Acute Febrile Illness dan South East Asia Infectious

Etika (ethic) bermakna sekumpulan azaz atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) mengenai benar salah tentang hak dan kewajiban yang di