• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Politik juga dapat diartikan sebagai aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengah masyarakat (http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-politik-menurut-para-ahli.html). Sehingga dapat dikatakan bahwa inti dari politik adalah kekuasaan, dan politik bersangkut paut dengan negara dan pemerintahan.

Politik bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemen peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama (Andrew Heywood dalam Budiardjo, 2008 : 16). Menurut Peter Merkl dalam Budiardjo (2008 : 15-16), politik dalam bentuk paling baik adalah usaha mencapai suatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan, sedangkan politik dalam bentuk yang paling buruk adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri. Politik adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan. Hal tersebut senada dengan pendapat Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan dalam Budiardjo (2008 : 60) yang mengatakan kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau kelompok orang dapat

(2)

menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah tujuan dari pihak pertama.

Jepang merupakan negara dengan kehidupan politik yang sangat maju. Kehidupan politik Jepang telah berlangsung lama sejak zaman Yamato yang merupakan sistem politik tradisional. Seiring perkembangan zaman, kehidupan politik Jepang berubah dan semakin berkembang. Pergantian kekuasaan, pemerintahan, kebijakan negara, pengambilan keputusan, dan proses menuju negara demokrasi merupakan rangkaian panjang sejarah politik Jepang sampai sekarang.

Politik Jepang setelah perang dunia kedua didasarkan atas kebijakan-kebijakan yang diberlakukan antara tahun 1945 dan tahun berakhirnya masa pendudukan pasukan sekutu tahun 1952, ketika keamanan Jepang-Amerika dibentuk dan perjanjian perdamaian ditandatangani. Selama masa itu, pendudukan Amerika melaksanakan banyak perubahan dalam segala bidang dengan melaksanakan demokratisasi dan penghapusan militerisme dan fasisme. Gabungan-gabungan industri besar (zaibatsu) dibubarkan dan dilaksanakanlah reformasi sampai tuntas. Undang-Undang Dasar Jepang yang baru merupakan perlindungan hukum terhadap pembaharuan itu. Partai-partai konservatif sebelum perang kembali muncul dalam bentuk yang telah diperbaharui dan partai-partai reformis yang hanya mempunyai kekuatan kecil sebelum perang memperoleh keuntungan besar dengan adanya kebijakan demokratisasi itu. Sesudah perang, terbentuk suatu pemerintah koalisi antara partai konservatif dan sosialis yang berkuasa sampai sekarang (Fukutake, 1988 : 176).

(3)

Jepang disamping merupakan sebuah negara dengan kehidupan politik, perekonomian dan kebudayaan yang sangat maju ternyata memiliki suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Fenomena itu berupa sebuah bentuk kebudayaan dalam hal sistem organisasi sosisal masyarakat Jepang. Yakuza merupakan kelompok sosial masyarakat Jepang yang diidentikkan dengan organisasi kejahatan yang penuh dengan kekerasan dan kekejaman. Yakuza muncul pertama kali pada zaman Edo, tepatnya pada masa pemerintahan Shogun Tokugawa. Berawal dari perang saudara yang berlangsung selama berabad-abad mencapai akhir bersejarah ketika Tokugawa Ieyasu menyatukan Jepang pada 1604. Tetapi pada saat itu Jepang belum stabil. Perdamaian mengakibatkan sekitar 500.000 samurai menganggur, padahal keahlian mereka adalah di bidang ketentaraan dan seni bela diri.

Akhirnya sebagian samurai berusaha mencari profesi lain untuk melanjutkan hidup seperti berdagang, atau sebagai cendikiawan dan ahli filsafat. Namun tidak semua yang berhasil dan para samurai yang tidak mempunyai pekerjaan akhirnya memilih jalan lain yaitu mengganggu masyarakat. Masyarakat menyebut samurai pengganggu ini sebagai hatamoto yakko atau kabukimono, yang berarti samurai pengembara tak bertuan yang suka berpakainan mencolok dan gemar melakukan kekerasan atau kejahatan. Kemudian muncul machi yakko, yaitu sekelompok pemuda kota yang bergabung untuk menghalau serangan para hatamoto yakko. Kelompok ini berasal dari berbagai golongan, seperti juru tulis, pemilik toko, atau seniman. Mereka cukup handal dalam menggunakan pedang dan lihai dalam hal berjudi. Mereka dianggap sebagai pahlawan kota oleh masyarakat.

(4)

Setelah kabukimono berhasil dikalahkan, para pahlawan tersebut menjadi tidak memiliki pekerjaan. Inilah awal mulanya kelompok machi yakko menjadi pengganggu bagi masyarakat dan menjadikan mereka dikenal sebagai yakuza. Yakuza tradisional terdiri dari kelompok bakuto atau penjudi, dan tekiya atau pedagang. Anggotanya kebanyakan berasal dari golongan orang miskin, orang yang tidak memiliki lahan, pelanggar hukum, dan yang dianggap berbeda oleh kaum mayoritas. Setiap kelompok yakuza tradisional menjaga wilayah kekuasaannya masing- masing tanpa menimbulkan konflik dan sampai sekarang organisasi ini masih eksis dalam masyarakat Jepang (Kaplan & Alec Dubro, 2011 : 4-16).

Sebagai organisasi kejahatan yang terorganisir, yakuza melakukan berbagai tindak kejahatan dan menguasai bisnis-bisnis ilegal seperti narkoba, prostitusi, dan bisnis lainnya yang dilakukan secara ilegal. Namun yang mencolok dari yakuza tidak hanya kejahatan dan bisnis-bisnis ilegalnya. Yakuza juga terlibat dalam kehidupan politik pemerintahan Jepang sejak perang dunia kedua berakhir. Keterlibatan yakuza dalam politik pemerintahan Jepang sangat erat kaitannya dengan kelompok-kelompok ultranasionalis yang sudah ada di Jepang sejak tahun 1880. Kelompok ultranasionalis di Jepang ada dua yaitu kelompok kanan dan kiri. Kelompok ultranasionalis kanan atau yang disebut kelompok sayap kanan terdiri dari sekelompok aktivis pemuja kaisar dan antikomunis. Sedangkan kelompok ultranasionalis kiri atau kelompok sayap kiri terdiri dari orang-orang yang memiliki paham komunis dan sosialis. Kedua kelompok ini saling bertentangan dan masing- masing berusaha memperluas pengaruhnya dalam pemerintahan.

(5)

Yakuza memiliki hubungan yang cukup baik dengan kelompok sayap kanan. Hal itu dikarenakan yakuza dan kelompok sayap kanan memiliki pendapat yang sejalan, yaitu sangat meninggikan kaisar, sama-sama menginginkan Jepang menjadi kekuatan militer terbesar, dan keduanya sering melakukan tindak kekerasan untuk mencapai tujuannya. Selain itu, yakuza dan kelompok sayap kanan sangat membenci paham komunis. Hal itu kemudian yang menyebabkan sering terjadi pertikaian kedua kelompok tersebut dengan kelompok sayap kiri yang beraliran komunis dan sosialis. Kerjasama dan paham yang sejalan antara yakuza dengan kelompok sayap kanan menjadikan kedua kelompok tersebut seolah tidak ada bedanya. Masyarakat Jepang menganggap orang-orang yang ada dalam kelompok sayap kanan merupakan anggota yakuza. Yakuza mulai berpengaruh dalam kehidupan politik pemerintahan Jepang sejak perang dunia kedua berakhir, yaitu pada saat pasukan Amerika menduduki Jepang yang kalah dalam perang. Kekalahan Jepang meninggalkan kehancuran di seluruh wilayah. Bangsa Jepang harus menanggung malu dan perekonomian negara dalam keadaan kritis. Dalam waktu dua minggu setelah Jepang menyerah kalah, pasukan Amerika mulai mendarat di Jepang dan mendirikan markas besar negara- negara sekutu yang bernama SCAP (Supreme Commander for the Allied Powers). Keberadaan pasukan Amerika di Jepang bertujuan untuk membuat ulang Jepang.

Pasukan sekutu kemudian menangkap para penjahat perang, jenderal militer, dan para politikus radikal sayap kanan. Selama masa pendudukan Amerika, terjadi banyak perubahan dalam segala bidang dengan melaksanakan demokratisasi dan penghapusan militerisme. Namun tujuan Amerika bukan hanya untuk membentuk suatu negara Jepang yang baru. Kekhawatiran Amerika

(6)

terhadap komunisme juga merupakan salah satu faktor penyebab pendudukan Amerika untuk mencegah masuknya pengaruh Uni Soviet di Jepang. Kekhawatiran tersebut menimbulkan terjadinya penyelewengan kekuasaan oleh Amerika. Selama masa pendudukan ternyata pasukan Amerika bekerjasama dengan yakuza untuk menyingkirkan kaum kiri. Dengan alasan memera ngi komunisme, Amerika membantu dan membiayai operasi penyingkiran kelompok sayap kiri oleh yakuza.

Solidnya organisasi yakuza, disamping karena kombinasi antarklan yang sangat baik juga dipengaruhi oleh sosok kepemimpinan Kodama Yoshio, godfather dari semua godfather yakuza. Kodama memiliki semua kemampuan untuk membuat yakuza semakin kuat dalam segala bidang. Kerjasama dengan intelijen Amerika, hubungan yang sangat dekat dengan para pemimpin politik Jepang, dan berhasil mempersatukan kelompok-kelompok yakuza adalah sebagian dari prestasi Kodama. Kodama bahkan memiliki beberapa anak didik yang kemudian sukses berkarir di dunia politik Jepang. Kasus besar yang sangat menarik perhatian terhadap yakuza adalah kasus suap perusahaan pembuatan pesawat Amerika, Lockheed Corporation dengan perusahaan penerbangan Jepang, All N ippon Airways yang juga melibatkan Kodama dan politikus Jepang. Kodama juga memiliki pengaruh besar dalam Jiyūminshutō (Partai Liberal Demokrat) yang merupakan partai politik paling berkuasa di Jepang sejak akhir perang dunia kedua sampai sekarang. Bantuan dana Kodama dalam proses penggabungan Jiyūtō (Partai Liberal) dan Minshutō (Partai Demokrat) menjadi Jiyūminshutō pada tahun 1955 merupakan sebuah fakta dan bukti pengaruh yakuza dalam politik pemerintahan Jepang. Banyak fakta lain yang membuktikan pengaruh

(7)

tersebut, diantaranya beberapa pemimpin yakuza yang berhasil memenangkan pemilu, kabinet pemerintahan yang beberapa diantaranya diduduki oleh orang-orang yakuza, bahkan beberapa perdana menteri Jepang pun terlibat dengan yakuza. Kerjasama dan keterlibatan yakuza dalam politik pemerintahan Jepang merupakan fakta yang tidak dapat dipisahkan dari perkembangan politik Jepang. Hal inilah yang menjadi alasan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Yakuza Dalam Politik Pemerintahan Jepang Setelah Perang Dunia Kedua”.

1.2 Rumusan Masalah

Yakuza dianggap mewakili kejahatan terorganisir di Jepang karena yakuza memiliki struktur organisasi yang tersusun dengan rapi untuk mengatur segala aktivitas anggotanya. Loyalitas yang tinggi dalam organisasi membuat yakuza dapat bertahan sampai sekarang dan mampu menjalankan kegiatan-kegiatan ilegal dengan rapi. Selain karena faktor kordinasi yang baik antarklan, hubungan yang terjalin antara yakuza dengan tokoh-tokoh politik dalam pemerintahan Jepang juga sangat berpengaruh terhadap keberadaan yakuza sampai sekarang. Yakuza mengetahui siapa yang berkuasa dan ingin membentuk aliansi dengan pemegang kekuasaan. Tokoh politik sayap kanan, anggota parlemen, dan petinggi partai berkuasa di Jepang merupakan target utama yakuza dalam menjalin kerjasama.

Meskipun yakuza kebanyakan dikenal sebagai organisasi kejahatan, mafia, atau gangster yang sering membuat kekacauan dan menjalankan bisnis ilegal, namun keberadaan yakuza sebagai organisasi kejahatan yang mampu masuk ke dalam kehidupan politik Jepang terutama setelah perang dunia kedua merupakan fakta yang terjadi saat itu.

(8)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang akan dibahas pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan politik pemerintahan Jepang setelah perang dunia kedua?

2. Bagaimana pengaruh yakuza dalam politik pemerintahan Jepang setelah perang dunia kedua?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar penelitian lebih teratur maka ruang lingkup pembatasan harus dibatasi. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga masalah yang akan dibahas dapat lebih terarah.

Dalam penulisan skripsi ini, ruang lingkup yang akan diba has difokuskan pada pengaruh yakuza dalam politik pemerintahan Jepang setelah perang dunia kedua sampai sekarang. Untuk mendukung pembahasan ini, penulis juga akan menjelaskan mengenai gambaran umum yakuza dan keadaan politik pemerintahan Jepang setelah perang dunia kedua.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Politik menurut Budiardjo (2008:15) adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Di dalam politik terdapat unsur kekuasaan (power) serta wewenang (authority). Kedua

(9)

unsur ini diperlukan baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses politik.

Kekuasaan (power) menurut Barbara Goodwin dalam Budiardjo (2008:60) adalah kemampuan untuk mengakibatkan seseorang bertindak dengan cara yang oleh yang bersangkutan tidak akan dipilih, seandainya ia tidak dilibatkan. Dengan kata lain memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendaknya.

Yakuza merupakan contoh dari suatu kelompok yang mampu mempengaruhi seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang mereka inginkan. Yakuza merupakan organisasi kejahatan yang mampu berpengaruh dalam kehidupan politik pemerintaan Jepang setelah perang dunia kedua. Yakuza mengetahui siapa yang berkuasa dalam pemerintahan dan ingin membentuk aliansi dengan pemegang kekuasaan. Sampai saat ini, peran yakuza dalam dunia politik Jepang masih berlanjut, yaitu sebagai penyedia uang dan sebagai penjahat bayaran (Kaplan & Alec Dubro, 2011 : 34-59).

Zairun (1982:3) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu proses bangunan lembaga yang merupakan hasil proses pembagian dan penyatuan usaha yang ditujukan ke arah tercapainya suatu tujuan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Winardi (2003 : 11) mengatakan bahwa organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, dan manusia adalah subsistem terpenting, dan dimana terlihat bahwa masing- masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan.

(10)

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam melakukan dan menyusun sebuah penelitian, dibutuhkan kerangka teori yang memuat pokok-pokok persoalan, namun tidak menyimpang dan melebar. Hal ini untuk memberi arah dan acuan sementara terhadap jalannya suatu penelitian. Dalam mengerjakan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian historis (Historical Research). Menurut Sumadi Suryabrata (1983 : 16) tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan kuat. Penulis menggunakan pendekatan ini dikarenakan pengaruh yakuza dalam politik pemerintahan Jepang merupakan bagian dari perjalanan panjang sejarah yakuza sejak dulu sampai sekarang. Keseluruhan peristiwa di dalamnya sudah terjadi (historis).

Penulis juga menggunakan pendekatan penelitian sosiologis, karena pembahasan dalam pendekatan ini mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status sosial, dan sebagainya (Dudung Abdurrahman, 1999 : 11). Penulis menggunakan pendekatan ini untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial yang terjalin antara yakuza dengan politikus Jepang dan untuk mengetahui konflik yang terjadi sebagai akibat dari adanya pengaruh yakuza dalam politik Jepang.

(11)

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keadaan politik pemerintahan Jepang setelah perang dunia kedua.

2. Untuk mengetahui pengaruh yakuza dalam politik pemerintahan Jepang setelah perang dunia kedua.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

1. Dapat menambah wawasan mengenai sejarah dan perkembangan yakuza di Jepang.

2. Dapat menambah wawasan mengenai perkembangan dan keadaan politik pemerintahan Jepang terutama setelah perang dunia kedua.

3. Dapat memberikan dan menambah informasi sejauh mana pengaruh yakuza dalam politik pemerintahan Jepang terutama setelah perang dunia kedua.

4. Dapat dijadikan sumber ide dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti organisasi yakuza lebih jauh.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur atau tatacara yang sistematis yang dilakukan seorang peneliti dalam upaya mencapai tujuan seperti memecahkan masalah atau menguak kebenaran atas fenomena tertentu (Siswantoro, 2005 : 55 ).

(12)

Dalam mengerjakan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan peristiwa atau gejala apa adanya. Menurut Koentjaraningrat (1976 : 30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu dalam memecahkan masalah penelitian, mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasikan, mengkaji, dan menginterpretasikan data.

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati objek masalah yang terjadi, kemudian mengumpulkan data berdasarkan fakta- fakta yang ada, kemudian mengembangkan data yang telah didapat sesuai dengan informasi dan data yang sesuai dan berhubungan dengan masalah dalam skripsi ini. Data-data yang berhubungan dan dibutuhkan dalam penelitian ini didapat dan dikumpulkan melalui metode Penelitian Kepustakaan atau Library Research. Menurut Nasution (1996 : 14), metode kepustakaan atau Library Research adalah mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Kemudian merangkainya menjadi suatu informasi yang mendukung penulisan skripsi ini. Studi kepustakaan merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Beberapa aspek yang perlu dicari dan diteliti meliputi : masalah, teori, konsep, kesimpulan serta saran.

Metode kepustakaan merupakan metode yang mengutamakan pengumpulan data dari beberapa buku atau re ferensi yang berkaitan dengan pembahasan untuk mencapai tujuan penelitian (Mulyadi dalam Syahwani, 2006 : 13).

(13)

Data dihimpun dari berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah penelitian yang terdapat di Perpustakaan Pusat USU, Perpustakaan Sastra Jepang USU, Perpustakaan FISIP USU, serta jurnal maupun artikel dan berbagai situs internet.

Referensi

Dokumen terkait

Penerima manfaat adalah Kelompok Tani/Gapoktan/Kelompok Wanita Tani dan atau kelompok masyarakat lainnya yang telah terbiasa melakukan kegiatan budidaya bawang merah dan

 Today, DB2, Oracle, and SQL Server are the most prominent commercial DBMS products based on the relational model.. Personal

Melalui pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) ada beberapa tahap yang Melalui pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) ada beberapa tahap yang harus dilewati oleh siswa,

• Berdasarkan rapat pleno Tim Reviewer dan Satlak PPK-IPM Provinsi tanggal 17 Juli 2007 serta juga mempertimbangkan hasil monev kinerja PPK-IPM di Kab/Kota s/d bulan Juni yang

bintang iklan yang tepat untuk menyampaikan pesan iklan bahwa Mie Sedaap White Curry adalah produk.. mi instan dengan kelezatan

Setelah dilakukan penyuluhan tentang SADARI pada posttest 1 dan posttest 2, sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tentang SADARI dengan kategori tinggi

Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pembagian pembebanan ekonomis dalam meminimumkan biaya bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)

Pengembangan spiritual masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses kegiatan bersama yang dilaksanakan oleh pembina, pengurus serta anggota anggota