• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 33

UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL

ABSTRAK

LRA LKPP Tahun 2013 melaporkan hasil realisasi belanja Pemerintah sebesar Rp1.137,1 triliun yang diantaranya merupakan Belanja Bantuan Sosial (Bansos) sebesar Rp92.14 triliun. Berdasarkan LKPP tahun 2013 ditemukan permasalahan dana bantuan sosial terkait: Permasalahan Penganggaran, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Belanja Bansos. BPK merekomendasikan atas temuan permasalahan dana bantuan sosial tersebut perlunya mengimplementasikan sistem pengendalian internal dengan optimal.

I. Pendahuluan

Berdasarkan grafik dibawah ini dalam kurun waktu 2008-2013, Tren realisasi bantuan sosial yang dialokasikan melalui K/L mengalami kenaikan. Tahun 2013 realisasi anggaran bantuan sosial Belanja Bantuan Sosial (Bansos) sebesar Rp92,14 triliun. Hal ini berarti realisasi Belanja Bantuan Sosial Tahun 2013 lebih besar Rp16,52 triliun atau naik 21,84 persen dari Realisasi Tahun 2012 yaitu sebesar Rp75,62 triliun. Penyebab kenaikan realisasi belanja bantuan sosial tersebut disebabkan oleh bertambahnya cakupan sasaran penerima bantuan sosial dan meningkatnya besaran nilai bantuan yang diberikan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.

Grafik 1. Tren Realisasi Bansos 2005-2013 (Miliar Rp)

(2)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 34 Berdasarkan hasil pemeriksaan atas LKPP Tahun 2013, masih ditemukan permasalahan penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Belanja Bantuan sosial. Permasalahan penyaluran anggaran APBN yang tidak efektif dapat menyebabkan sistem perekonomian berada pada situasi yang sangat rawan karena tidak adanya mekanisme yang terstruktur untuk melakukan pemerataan pembangunan. Pemerataan Pembangunan diantaranya diperoleh dengan penerapan redistribusi pendapatan melalui mekanisme bantuan sosial dan subsidi.

II. ISI

A. Belanja Bantuan Sosial Tahun 2013

Mengacu pada PMK No. 81/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada K/L dan PMK No. 214/2013 tentang Bagan Akun Standar, Bantuan Sosial didefinisikan sebagai "Pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat.

Dalam hal ini, Risiko Sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi yang wajar. Oleh karena itu, program dan kegiatan Bantuan Sosial dilaksanakan oleh beberapa K/L sesuai tugas dan fungsinya dengan tujuan akhir mendukung pencapaian target-target pembangunan nasional. Selanjutnya, selain dialokasikan melalui kementerian/Lembaga, Bantuan Sosial juga dialokasikan melalui Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN), yaitu dana cadangan penanggulangan bencana.

LRA LKPP Tahun 2013 melaporkan hasil realisasi belanja Pemerintah sebesar Rp1.137,1 triliun yang diantaranya merupakan Belanja Bantuan Sosial (Bansos) sebesar Rp92.14 triliun atau 8,10% dari Belanja Pemerintah Pusat dan berarti 96,93 persen dari jumlah yang dianggarkan dalam APBN-P sebesar Rp95.05 triliun. Berdasarkan tabel dibawah ini Rincian realisasi Belanja Bantuan Sosial (Bansos) tahun 2013 yang memiliki persentase terbesar adalah anggaran belanja bantuan sosial untuk jaminan sosial sebesar 36,30%.

(3)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 35 Tabel 1: Realisasi Belanja Bantuan Sosial Tahun 2013

Uraian TA 2013

JUMLAH Prosentase (%)

Belanja Bantuan Sosial untuk Rehabilitasi Sosial

578.447.093.673

0,62781827

Belanja Bantuan Sosial untuk Jaminan Sosial

33.450.874.872.829 36,30594848

Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial

41.650.296.591.168

45,205201

Belanja Bantuan Sosial untuk Perlindungan Sosial

3.405.734.443.337 3,696418097

Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Kemiskinan

11.162.255.120.813 12,11496742

Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Bencana

1.888.463.993.681 2,049646735

Jumlah

92.136.072.115.501

100

Gambar 1: Belanja Pemerintah Pusat

Sumber: LKPP 2013

Tren belanja bantuan sosial berfluktuasi sepanjang tahun 2013 penyerapan terendah terjadi pada bulan januari sebesar Rp. 0,9 triliun dan penyerapan tertinggi pada bulan desember sebesar Rp. 15,51 triliun dan secara rata-rata penyerapan belanja bantuan sosial per bulan Rp.7,68 triliun.

(4)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 36

B. Alokasi Anggaran Bantuan Sosial Tahun 2013

Proses penyusunan alokasi anggaran bantuan sosial khususnya anggaran K/L sesuai dengan siklus penyusunan APBN diatur dalam PP Nomor 90 Tahun 2010 dimulai pada bulan Maret-April Pemerintah menyusun Pagu Indikatif, sebagai indikasi dana yang tersedia bagi masing-masing K/L untuk mendukung pelaksanaan program/kegiatannya di tahun depan. Selanjutnya, setelah pembicaraan pendahuluan dengan DPR RI pada Bulan Mei, diterbitkan Pagu Anggaran bagi tiap-tiap K/L. Berdasar pagu anggaran tersebut, maka K/L akan menyusun RKA-KL hingga program dan kegiatan setelah dilakukan pembicaraan dengan komisi pasangan kerjanya dan ditelaah dokumennya oleh Kementerian Keuangan. RKA-KL masing-masing K/L tersebut kemudian dihimpun oleh Kementerian Keuangan (DJA) dalam bentuk Himpunan RKA-KL yang merupakan salah satu dokumen (selain Nota Keuangan) yang disampaikan kepada DPR RI saat Presiden menyampaikan RUU APBN. Himpunan RKA-KL yang dikompilasi dari seluruh K/L tersebut diklasifikasikan dalam Jenis Belanja, Organisasi, dan Fungsi dengan mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).

Alokasi anggaran bantuan sosial dilaksanakan oleh masing-masing K/L sesuai tugas pokok dan fungsi antara lain Kemendikbud, Kementerian Agama, Kementerian dalam negri, kementerian PU, Kementerian Sosial dan BNPB. Dilaksanakan oleh masing-masing Kementerian lembaga penanggung jawab dengan mengacu pada prinsip Money follow function.

Berdasarkan tabel dibawah ini anggaran bantuan sosial sebagian besar 90% dialokasikan untuk program-program perlindungan sosial yang menjadi prioritas RKP. Berbagai program prioritas yang dilaksanakan yaitu 1) (BOS)Kementerian Agama dan bantuan siswa dan mahasiswa miskin (BSM); serta (2) bidang kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), termasuk Jaminan Persalinan (Jampersal); (3) bidang perlindungan sosial melalui pelaksanaan program keluarga harapan (PKH), (4) bidang pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan PNPM Mandiri, serta (5) bantuan dalam rangka penanggulangan bencana alam.

(5)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 37 Tabel 2: Program-program Belanja Bantuan Sosial 2008-2013

(6)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 38

C. Modus Penyimpangan Dana Bantuan Sosial

Meskipun sudah ada PMK No. 81/PMK.05/2012 dan PMK No.214/2013 yang mengatur pengalokasian dan pengelolaan dana belanja bantuan sosial agar dapat dilaksanakan secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab namun penyelewengan masih bisa terjadi. Penyelewengan bisa dari aspek material seperti dimana angka yang dikucurkan kurang dari semestinya padahal obyeknya sudah benar dan dana bansos yang dikucurkan tidak sesuai sasaran. Berdasarkan tabel dibawah ini Menurut BPK ada beberapa modus penyimpangan dana bantuan sosial yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti budaya setempat, moral hazard pemegang kekuasaan dan pelaksanaan yang tidak komitmen sehingga terjadi penyelewengan dana bantuan sosial.

Tabel 3 Modus Penyimpangan No Modus Penyimpangan

1 Alokasi belanja bansos digunakan untuk kegiatan lain yang seharusnya dialokasikan ke dalam belanja non bansos, dengan harapan mempermudah dalam pertanggungjawaban. 2. Penyaluran dana bansos tidak tepat sasaran, jumlah, dan waktu

3. Penerima manfaat dana bansos tidak membuat laporan pertanggungjawaban yang dipersyaratkan.

4. Proses pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan dana bansos diperlakukan berbeda dibandingkan jika dibiayai dengan belanja non bansos, yaitu lebih longgar kepatuhannya. 5. Dana bansos dicairkan di akhir tahun dan ditampung ke pihak ketiga sebagai penyalur atau

penampung, dan penyalurannya ke penerima manfaat atau penggunaannya dilakukan pada tahun berikutnya dengan kendali yang sulitk karena sudah dianggap terealisasi 100 persen. 6. Penetapan penerima manfaat dana bansos tidak dilakukan sesuai dengan tahapan yang

diatur dalam pedoman

7. Penyaluran dana bansos ke penerima yang fiktif

D. Permasalahan Penganggaran, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Pada LKPP tahun 2013

1. Permasalahan Penganggaran, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Belanja Bansos pada delapan KL

Berdasarkan tabel dibawah ini terdapat temuan BPK pada LKPP tahun 2013 terkait anggaran bantuan sosial: Permasalahan Penganggaran, Pelaksanaan, dan Pertanggungjawaban Belanja Bansos pada delapan KL sebesar Rp2.880.952.164.468,04 yaitu sebagai berikut: adanya penyaluran tidak sesuai sistem pelaksanaan pertanggungjawabannya sebesar 2.192.928.236.017, belanja

(7)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 39 bansos yang masih mengendap sebesar RP.682.886.702.655,87, dan penyaluran tidak sesuai peruntukannya sasarannya sebesar Rp1.787.400.000,00.

Tabel 4 :Daftar Kementerian/Lembaga Penyalur Dana Bantuan Sosial Bermasalah

Nilai (RP)

Kementerian/ Lembaga/ Badan

Penyaluran Tidak sesuai sistem pelaksanaan dan pertanggung

jawabannya

Dana Bansos yg tdk disalurkan (mengendap di pihak ketiga)Belum disetor ke kas negara

Penyaluran tidak sesuai peruntukannya/ Sasarannya 1 Kementerian Agama 526.679.329.123,00 2. Kementerian Perumahan Rakyat 46.329.303.487,00 **( Sampai dengan pemeriksaan berakhir, pada Kementerian Perumahan Rakyat telah dilakukan penyetoran ke Kas Negara sebesar Rp46.329.303.487,00.) 3. Kementerian Pemuda dan Olah Raga 42.300.000,00 4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 109.835.770.045,87** (telah dipertanggungjawabkan sebesar Rp106.940.942.709) 5. Kementerian Koperasi dan UKM 1.784.200.000,00 6 Kementerian Pemuda dan Olah Raga 3.200.000,00 7 Kementerian Agama 23.368.501.453,62

(8)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 40 8. Kementerian Perumahan Rakyat 24.284.341.322,17 9. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1.916.954.789.695,00 10. Kementerian Pemuda dan Olah Raga

251.689.105.000,00

JUMLAH 2.192.928.236.017,17 682.886.702.655,87 1.787.400.000,00

2. Pengelompokan Jenis Belanja pada saat Penganggran Tidak Sesuai dengan Kegiatan yang Dilakukan Realisasi belanja Bansos di dua KL

Anggaran Belanja Bansos direalisasikan untuk kegiatan yang seharusnya dianggarkan pada Belanja Barang sebesar sebesar Rp3.349.825.795,00;

Tabel 5

Pengelompokan jenis belanja yang tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan Kementerian/Lembaga /Badan Nilai (Rp) Keterangan 1 Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2.996.602.795,00 Belanja Barang → Belanja Sosial 2 . Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

353.223.000,00 Belanja Barang → Belanja Sosial

Jumlah 3.349.825.795,00

E. UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS BANTUAN SOSIAL

Dalam LKPP TA 2013 terdapat permasalahan penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban belanja bantuan sosia pada delapan KL dan berdasarkan temuan KPK terdapat permasalahan dana bantuan sosial pada saat pelaksanaan pemilu yaitu terjadi penyalahgunaan pencairan dana bantuan sosial maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk menjaga efektivitas bantuan sosial.

(9)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 41 Berdasarkan pendapat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)1 memberikan masukan terkait dengan pelaksanaan Bantuan Sosial Tahun 2014, agar anggaran Bantuan Sosial yang dilaksanakan oleh K/L dipindahkan semua ke Kementerian Sosial, dan Pemerintah Daerah agar menahan pencairan anggaran Bantuan Sosial sampai dengan selesainya pelaksanaan Pemilu 2014.

Terkait dengan hal tersebut dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Program dan anggaran Bantuan Sosial dalam APBN tahun 2014 didasarkan pada ketentuan perundangan (a.l. UU, PP, Perpres, Keppres, dan Perda untuk di APBD), serta sejalan dengan arah kebijakan pembangunan nasional (RKP tahun 2014). Bantuan Sosial dilaksanakan oleh K/L sesuai dengan TUSI masing-masing dan penganggarannya berbasis kinerja agar pelaksanaan program-program perlindungan ke masyarakat yang menjadi prioritas pembangunan nasional tahun 2014 dapat tercapai.

2. Pemindahan seluruh anggaran Bantuan Sosial ke Kementerian Sosial dapat melanggar ketentuan perundangan (a.l. UU, PP, Keppres), tidak sesuai dengan TUSI K/L, dan penganggaran berbasis kinerja, serta dapat mengganggu pencapaian pelaksanaan dan sasaran perlindungan sosial dalam pembangunan nasional tahun 2014.

Dengan demikian, program dan anggaran Bantuan Sosial dalam APBN tidak dapat dikonsolidasikan semuanya ke Kementerian Sosial. Demikian pula halnya dengan penahanan pelaksanaan anggaran Bantuan Sosial di Pemda juga dirasa kurang tepat karena tidak sejalan dengan Perda dan mengganggu program perlindungan sosial di Daerah.

Namun demikian, masukan KPK (termasuk juga BPK) terhadap penyalahgunaan pelaksanaan Belanja Bantuan Sosial perlu ditanggapi secara positif oleh Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam rangka untuk mencegah maka anggaran bantuan Sosial tersebut tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok (disalahgunakan), tidak tepat sasaran dan inefisien, serta tidak sejalan dengan program pembangunan nasional.

(10)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN | 42

III. KESIMPULAN

Dalam kurun waktu 2008-2013, Trend realisasi bantuan sosial yang dialokasikan melalui K/L mengalami kenaikan namun temuan-temuan dalam LKPP TA 2013 masih terdapat permasalahan penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban belanja Bantuan sosial pada delapan KL. Berdasarkan pendapat KPK perlu dilakukan upaya-upaya untuk menjaga efektivitas dana bantuan sosial.

Upaya-upaya untuk menjaga efektivitas dana bantuan sosial perlu dilakukan beberapa hal. Pertama, setiap Kementerian Lembaga harus memperhatikan penganggaran, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban belanja bantuan sosial sesuai dengan peraturan perundangan.

Kedua, pada saat membuat alokasi anggaran perlunya perencanaan anggaran dengan memperhatikan (program, kegiatan, anggaran, kinerja kementerian lembaga tahun sebelumnya) sesuai dengan ketentuan perundangan, dan perlunya review oleh BPKP secara menyeluruh terhadap program Bantuan di seluruh kementerian lembaga.

Ketiga. Peningkatan fungsi pengawasan berjenjang di K/L yang bersangkutan, yaitu sejak perencanaan program/kegiatan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban termasuk monitor dan evaluasinya.

Keempat, perencanaan program/kegiataan yang dibiayai dana bansos oleh beberapa K/L dilakukan secara terpadu dan terintegrasi antara lain dengan menetapkan sasaran secara bersama-sama.

Kelima, pengawasan atas penyaluran dan penggunaan dana bansos melibatkan unsur masyarakat, aparatur setempat, dan unsur profesi.

Keenam, aturan mengenai kriteria penyaluran dana bansos diperjelas batasannya dan diperketat proses penetapan sasarannya.

Ketujuh, tambah anggaran optimalisasi untuk dana bansos diperketat persyaratan penerimanya.

Kedelapan, pemberian sanksi tegas kepada instansi yang menyalurkan dana bansos tidak sesuai kriteria, misalnya dengan pengurangan alokasi anggaran di tahun berikutnya. (MS)

Gambar

Grafik 1. Tren Realisasi Bansos 2005-2013 (Miliar Rp)
Gambar 1: Belanja Pemerintah Pusat
Tabel 4 :Daftar Kementerian/Lembaga Penyalur Dana Bantuan Sosial Bermasalah

Referensi

Dokumen terkait

Pameran Seni Rupa Alam Terbuka “Art for Love” bertujuan untuk memamerkan lukisan dari pelukis Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang dalam rangka penggalakkan

Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin ditampilkan menggunakan LCD (Liquid Crystal Display) dapat dihubungkan dengan bus data dari

Laringitis akut adalah radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut atau manifestasi dari merupakan kelanjutan dari rinofaringitis

1) Telah dibuat perangkat pengujian mutu fisik beras secara real time dengan menggunakan teknologi pengolahan citra dan JST. Perangkat ini terdiri dari

Pada tuturan di atas mengalami campur kode berbentuk baster yang dilakukan penyiar radio musik Radio Most FM Malang. Hal tersebut dikarenakan serpihan yang disisipkan merupakan

transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis! tidak mampu  berkomunika si! gangguan tidur! nyeri) ditandai dengan cemas! apatis! gelisah! halusinasi. Setelah

Secara umum potensi bahan galian unggulan di Kabupaten Karawang yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut adalah Batu Gamping, Batu Andesit dan Sirtu. Hal ini didasarkan atas

Untuk menjelaskan semua gambaran umum data penelitian, maka akan dilakukan analisis statistic deskriftif yang akan dijelaskan secara terperinci sebagai berikut: Pada