• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD SENOPATI BANTUL SKRIPSI. Disusun oleh : RIDWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD SENOPATI BANTUL SKRIPSI. Disusun oleh : RIDWAN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT DENGAN

PERILAKU CARING PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

RSUD SENOPATI BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh :

RIDWAN

2213030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDRAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul

“Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul”.

Penyusunan usulan penelitian ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan,

arahan, dan bantuan berbagai pihak untuk menyelesaikan usulan penelitian ini dan

pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada :

1.

dr. Kuswanto Hardjo, M Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2.

Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.MB selaku Ketua Program Studi

S1 Ilmu Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3.

Ngatoiatu Rahmani, S.Kep.,Ns.,MNS selaku Pembimbing yang telah memberikan

semangat, bimbingan dan arahan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

4.

Retno sumiyarini,M.Med.Ed selaku Penguji yang telah meluangkan waktu untuk

menguji usulan penelitian ini.

5.

Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat saya sebutkan satu persatu

penulis menyadari masih banyak kekurangan cara penyusunan Skripsi ini..

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,

sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan

penulis mendapatkan masukan guna perbaikan usulan penelitian ini.

Penulis

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

i

HALAMAN PENGESAHAN

... ii

HALAMAN PERNYATAAN

... iii

KATA PENGANTAR ...

iv

DAFTAR ISI ...

v

DAFTAR TABEL ...

vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...

ix

INTISARI ...

x

ABSTRACT

...

xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. KEASLIAN PENELITIAN ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Kecerdasan Emosional ... 10

B. Perilaku ... 13

C.

Caring

... 18

D. Kerangka Teori ... 30

E. Kerangka Konsep ... 31

F. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Desain Penelitian ... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Definisi Operasional ... 35

F. Alat Dan Metode Pengumpulan Data ... 36

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 38

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 40

I.

Etika Penelitian ... 42

(6)

vi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan ... 49

C. Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ... 7

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 35

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional Perawat ... 36

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Caring Perawat ... 37

Tabel 3.4 Coding ... 40

Tabel 4. 1 Jumlah Perawat di Ruang Rawat Inap... 45

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap ... 46

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di Ruang ... 46

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Perawat di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul ... 47

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul ... 47

Tabel 4. 6 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Kecerdasan Emosional

dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap ... 48

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori ... 30

Gambar 2 Kerangka Konsep ... 31

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN 2.

INFORMED CONSENT

LAMPIRAN 3. KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT

LAMPIRAN 4. KUESIONER PERLIAKU

CARING

LAMPIRAN 5. RENCANA JADWAL PENELITIAN

LAMPIRAN 6. SURAT IJIN PENELITIAN

LAMPIRAN 7. SURAT ETIK PENELITIAN

LAMPIRAN 8. LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

LAMPIRAN 9. HASIL ANALISA DATA

(10)

x

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL PERAWAT DENGAN

PERILAKU

CARING

PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Ridwan

1

, Ngatoiatu Rahmani

2

INTISARI

Latar Belakang:

Perilaku

caring

adalah esensi dari keperawatan yang membedakan

perawat dengan profesi lain

.

Caring

merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis,

dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

caring

adalah kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan mengenal makna emosi dan

hubungan emosi-emosi, serta mampu memberikan alasan dan penyelesaian.

Tujuan Penelitian:

Mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku

caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul.

Metode Penelitian:

Jenis penelitian ini adalah

deskriptif

kolerasi

dengan pendekatan

cross sectional.

Jumlah sampel diambil dengan

stratified random sampling

sebanyak

25 perawat dan sampel pasien sebanyak 25. Instrumen kecerdasan emosional

menggunakan kuesioner Mulyani (2008), sedangkan instrumen perilaku

caring

perawat menggunakan kuesioner Yuliawati (2012).Teknik analisa data yang

digunakan dengan uji

Kendall Tau.

Hasil Penelitian:

Kecerdasan emosional perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit

Penambahan Senopati Bantul memiliki kategori sedang (68%). Perilaku caring

perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul Dalam

kategori cukup (48%). Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional

perawat dengan perilaku

caring,

hal ini ditunjukkan dengan hasil analisa bivariat

Kendall Tau,

yaitu

p=0,029 < 0,05.

dengan

.

r=

0,433

Kesimpulan:

Ada hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan perilaku

caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul,

ditunjukkan dengan hasil uji Kendall tau diperoleh nilai p 0,029 < 0,05.

Kata Kunci: Kecerdasan Emosional Perawat, Perilaku

Caring

Perawat

1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Jend. A. Yani Yogyakarta

2

(11)

xi

THE CORRELATION BETWEEN NURSE’S EMOTIONAL INTELLIGENCE AND NURSE’S CARING BEHAVIOR IN INPATIENT WARD OF PANEMBAHAN SENOPATI

GENERAL HOSPITAL OF BANTUL

Ridwan1, Ngatoiatu Rahmani2

ABSTRACT

Background: Caring behavior is the essence of nursing which distinguishes a

nurse from other professions. Caring is a dynamic approach by which a nurse works to provide more attention to a patient. One of factors that may influence caring behavior is emotional intelligence which is an ability to understand emotional expressions and emotional relations and also to give reasons and solutions.

Objective: To identify The Correlation between Nurse's Emotional Intelligence

and Nurse's Caring Behavior in Inpatient Ward of Panembahan Senopati General Hospital of Bantul

Method: The type of this study was descriptive and correlational with cross

sectional approach. The number of samples was 25 nurses and 25 patients selected through stratified random sampling technique. The instrument of emotional intelligence applied Mulyani questionnairre (2008). Instrument of caring behavior applied Yuliawati questionnairre (2012). Data analysis technique applied Kendall Tau test formula.

Result: Nurse's emotional intelligence in inpatient ward of Panembahan Senopati

general hospital of Bantul was in sufficient category (68%). Nurse's caring behavior in inpatient ward of Panembahan Senopati general hospital of Bantul was in sufficiemt category (48%). There were significant correlations between emotional intelligence and caring behavior which were reflected from the result of bivariate analysis of Kendall Tau test with p value of 0,029 < 0,05 and r value of 0,43.

Conclusion: There were significant correlations between emotional intelligence

and caring behavior in inpatient ward of Panembahan Senopati general hospital of Bantul which were figured out by the result of Kendall Tau test with p value of 0,029 < 0,05.

Keywords : Nurse's Emotional Intelligence, Nurse's Caring Behavior 1

A student of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta

2

A counseling lecturer of S1 Nursing Study Program in Jenderal Achmad Yani School of Health Science of Yogyakarta

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja keperawatan merupakan komponen utama dalam sistem pelayanan kesehatan karena perawat merupakan kelompok pekerja terbesar yang memberikan pelayanan kesehatan dalam sistem tersebut dan sifat pelayanan yang diberikan adalah 24 jam dalam 1 hari dan 7 hari dalam 1 minggu (Huber, 2006). Data Kemenkes (2015) menunjukkan jumlah tenaga kesehatan (bidan dan perawat) di Indonesia tahun 2015 sebanyak 335.646 orang, dengan jumlah bidan sebanyak 111.736 (33,3%) dan perawat sebanyak 223.910 orang (66,7%).

Perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien, memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan, mengarahkan, merencanakan serta mengatur pelayanan kesehatan, merujuk pasien ke petugas kesehatan lain, memberikan konsultasi kesehatan dan melakukan investigasi atau penelitian dalam bidang kesehatan. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian asuhan keperawatan, sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks (Hidayat, 2004).

Perawat merupakan salah satu profesi yang memerlukan kepedulian sosial dan kemampuan khusus yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang (Dwidiyanti 2007). Perilaku caring mempengaruhi keberhasilan pemberian pelayanan keperawatan yang berkualitas. Pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui pemberian asuhan keperawatan yang didasari oleh perilaku

(13)

2

Caring merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien, caring juga merupakan kunci dari kualitas pelayanan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2009). Perilaku caring adalah esensi dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi lain. Caring tidak hanya mempraktikkan seni perawatan, memberi kasih sayang untuk meringankan penderitaan pasien dan keluarga, meningkatkan kesehatan dan martabat, tetapi juga memperluas aktualisasi diri perawat (Morison & Burnard, 2009). Saat perawat mampu berlaku caring dengan memahami klien, maka pasien akan merasa nyaman, mendapatkan dukungan terhadap kehidupannya dan mempercepat proses pemulihan penyakitnya (Potter & Perry, 2009).

Perilaku caring perawat sangat penting bagi pasien, namun masih banyak dijumpai perawat yang jauh dari sifat tersebut. Penelitian tentang perilaku caring

perawat pernah dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Hafsiah (2012) tentang hubungan perilaku caring dengan tingkat kepuasan pasien di RSUD Pariaman, didapatkan bahwa banyak perawat yang bersikap kurang caring terhadap pasien. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 66% klien menilai perawat masih memiliki perilaku caring yang kurang, dan sebanyak 57,1% klien tidak merasa puas dengan perilaku caring dari perawat. Penelitian yang dilakukan oleh Zees (2011) tentang faktor budaya organisasi yang berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo menunjukkan bahwa sebagian perawat pelaksana (53,3%) kurang memiliki perilaku caring terhadap pasien.

Perilaku caring yang kurang, memiliki dampak negatif baik bagi perawat maupun pasien. Dampak negatif bagi perawat yaitu perawat akan melupakan kebutuhan pasien dan bahkan melupakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya serta perawat tidak akan memiliki perasaan empati kepada pasien. Sedangkan dampak negatif bagi pasien adalah pasien akan merasa takut, khawatir, hilang kontrol dan putus asa, perasaan terasing, tidak ada yang menolong dan sakit makin bertambah, proses kesembuhan pasien akan menjadi lebih sulit, dan

(14)

3

hubungan interpersonal perawat pasien tidak terjalin (Watson, 2004 dalam Muhlisin & Ichsan, 2008).

Perilaku caring dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologi, adat istiadat, lawan bicara, motivasi, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan emosional (Jayus, 2011). Beberapa penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat diantara dilakukan oleh Desima (2013) yang menunjukkan adanya hubungan antara stress kerja dengan perilaku

caring perawat. Penelitian yang dilakukan Qomariah (2012) juga menemukan adanya hubungan kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat. Penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat dilakukan oleh Sarifuddin (2015), hasil penelitian menyimpulkan adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan.

Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan mengenal makna emosi dan hubungan emosi-emosi, serta mampu memberikan alasan dan penyelesaian. Kecerdasan emosional ini sangat dibutuhkan oleh perawat sebab, perawat selalu berhubungan dengan pasien yang latar belakang budaya dan sifatnya berbeda. Selain harus memiliki sikap telaten serta penuh perhatian, perawat harus selalu bersedia menolong dengan penuh semangat, maka diperlukan pula kesediaan untuk selalu mengikuti segala yang ada hubungannya dengan masalah pelayanan kesehatan pada umumnya. Seorang perawat yang tidak mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi dapat ditandai dengan sikap emosi yang tinggi, cepat bertindak berdasarkan emosinya, pemurung dan tidak sensitif dengan perasaan dan kondisi orang lain (Goleman 2009). Kerfoot (1996) dalam Rego, Godinho & MQQueen (2010) menyampaikan bahwa pasien yang menerima pelayanan tenaga kesehatan dengan keterampilan sempurna, namun tidak disertai dengan sikap emosi yang baik dalam pelayanannya, maka pelayanan tersebut dinilai pasien sebagai pelayanan yang tidak adekuat. Hal ini didukung oleh penelitian Meliala (2014) yang menunjukkan ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat di RSU Kahanjahe.

(15)

4

Penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat telah dilakukan di beberapa tempat, namun belum pernah dilakukan di DIY. Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena provinsi ini memiliki jumlah penduduk terpadat kedua setelah DKI Jakarta, berbanding lurus di DI Yogyakarta sendiri memiliki instansi pendidikan keperawatan terbanyak sehingga banyak mengeluarkan calon tenaga keperawatan di kemudian hari. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri memiliki beberapa rumah sakit umum daerah salah satunya RSUD Panembahan Senopati Bantul yang memiliki akreditasi B. Penelitian. Di RSUD Panembahan Senopati Bantul belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nasir (2015) tentang hubungan antara kecerdasan spiritual dengan sikap caring

perawat di ruang rawat ICU dan IGD Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul. Hasil penelitian menunjukkan sikap caring perawat di ruang rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar adalah kategori baik. Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian di RSUD Panembahan Senopati Bantul untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku caring

perawat.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 19 Desember 2016 melalui wawancara dengan 10 pasien di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Panembahan Senopati Bantul, sebanyak 5 pasien menyatakan bahwa perawat berperilaku tidak ramah dan judes dalam melayani pasien. Sebanyak 7 pasien menyatakan kurangnya komunikasi perawat dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat tidak memberitahukan tindakan keperawatan apa saja yang akan dilakukan kepada pasien. Sebanyak 6 pasien menyatakan perawat kurang mempedulikan pada saat pasien membutuhkan bantuan di malam hari, ketika memanggil perawat untuk meminta bantuan ia harus menunggu cukup lama, dan perawat tidak menanggapi dengan cepat jika ada keluhan dari pasien.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tergerak untuk meneliti apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat di ruang

(16)

5

rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul dengan harapan dapat memberikan masukan bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.

B. Rumusan Masalah

“Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku

caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran kecerdasan emosional perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul.

b. Diketahui gambaran perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan manajemen keperawatan terutama mengenai perilaku perawat yang dapat meningkatkan kepuasan pasien serta untuk pengembangan konsep caring yang didasari oleh kecerdasan emosional perawat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pihak Manajemen Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi manajemen rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan perencanaan, pengembangan, dan pembinaan terhadap sumber daya

(17)

6

keperawatan guna menghasilkan tenaga keperawatan yang mampu menerapkan perilaku caring dalam setiap pemberian pelayanan keperawatan. b. Bagi Kepala Ruang

Sebagai masukan untuk mengupayakan peningkatan kecerdasan emosional perawat sehingga dapat meningkatkan perilaku caring perawat pelaksana.

c. Bagi Perawat Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat untuk menggali dimensi-dimensi kecerdasan emosional diri perawat sehingga diharapkan dapat mendasari perawat dalam melakukan hubungan interpersonal maupun intrapersonal.

d. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku caring perawat.

e. Bagi Pasien Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan perilaku caring perawat kepada pasien sehingga tingkat kepuasan pasien akan meningkat.

(18)

7

E. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Perbedaan Persamaan

Qomariah (2012) Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring Perawat pada Praktek Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan.

Desain penelitian deskriptif korelatif. Metode pengambilan sampel cluster random sampling dengan sampel penelitian berjumlah 86 responden. Instrumen penelitian berupa kuesioner demografi, kuesioner kecerdasan spiritual, dan kuisioner perilaku caring. Uji hipotesis dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan perilaku caring perawat (p=0,003, r=0,315).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional. Tempat penelitian RSUP Haji Adam Malik Medan dalam penelitian ini RSUD Panembahan Senopati Bantul, dan alat analisis menggunakan uji korelasi Pearson dalam penelitian ini menggunakan uji Kendall tau.

.

Variabel terikat yaitu perilaku caring perawat, desain penelitian deskriptif korelatif, pendekatan waktu cross sectional, sampel penelitian perawat, teknik pengambilan sampel cluster random sampling, dan instrumen menggunakan kuesioner

Desima (2013) Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malang.

Desain penelitian Cross Sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 42 perawat rawat inap dan 42 pasien di ruang rawat inap dengan teknik pengambilan sampel total sampling, data diambil dengan cara kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah Uji statistik Chi Square.

Ada ada hubungan antara tingkat stres kerja dengan perilaku caring perawat (p=0,001).

Variabel bebas tingkat stres kerja dalam penelitian ini kecerdasan emosional, tempat penelitian Rumah Sakit Islam Malang dalam penelitian ini RSUD Panembahan Senopati Bantul, teknik pengambilan sampel total sampling dalam penelitian ini random sampling, analisis data uji chi square dalam penelitian ini menggunakan uji Kendall tau.

Variabel terikat perilaku caring perawat, pendekatan waktu cross

sectional, sampel penelitian

perawat dan instrumen menggunakan kuesioner.

(19)

8

8 Peneliti Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Perbedaan Persamaan

Meliala (2014) Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Caring Perawat di RSU Kahanjahe Desain penelitian deskriptif korelasi melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling

dengan responden 46 perawat dan 78 pasien. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Uji hipotesis menggunakan Korelasi Spearman.

Ada hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat (p=0,019).

Tempatpenelitian dalam penelitian ini RSUD Panembahan Senopati Bantul, sampel penelitian perawat, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling, instrument penelitian kuesioner dan wawancara dalam penelitian ini hanya menggunakan kuesioner

Variabel bebas kecerdasan emosi dan terikat perilaku

caring perawat, desain

penelitian deskriptif korelasi, pendekatan waktu cross sectional. Sarifuddin (2015) Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Caring Perawat Pada Praktek Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan. Desain penelitian deskriptif korelasi melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total sampling dengan jumlah 71 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan Uji Korelasi Spearman.

Ada hubungan positif yang kuat antara kecerdasan emosi dengan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan (p=0,001, r = 0,581).

Tempat penelitian dalam penelitian ini RSUD Panembahan Senopati Bantu, teknik pengambilan sampel total sampling dalam penelitian ini random sampling, dan analisis data menggunakan uji korelasi Spearman dalam penelitian ini menggunakan uji Kendall tau.

Variabel bebas kecerdasan emosi dan terikat perilaku

caring perawat, desain

penelitian deskriptif korelasi, pendekatan waktu cross sectional, sampel penelitian perawat dan instrumen menggunakan kue-sioner.

(20)

9 Peneliti Judul penelitian Metode penelitian Hasil penelitian Perbedaan Persamaan

Nasir (2015) Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Sikap Caring Perawat di Unit Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Desain penelitian deskriptif korelasi melalui pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Total sampling dengan jumlah 34 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan Uji Kendall tau.

Ada hubungan yang positif kecerdasan spiritual dengan sikap caring perawat (p=0,000, r=0,437).

Variabel bebas kecerdasan spiritual dalam penelitian ini kecerdasan emosional, variabel terikat sikap caring dalam penelitian ini perilaku caring. Teknik pengambilan sampel total sampling dalam penelitian ini random sampling.

Desain penelitian deskriptif korelasi, pendekatan cross sectional, instrument penelitian kuesioner, dan analisis data menggunakan Kendall tau.

(21)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul adalah salah satu rumah sakit umum daerah di Kabupaten Bantul Yogyakarta, Nama Panembahan Senopati ditetapkan secara resmi pada 29 Maret 2003 yang menjadikan rumah sakit ini lalu disebut Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan Senopati Bantul. Sesuai SK Menkes No. 142/Menkes/SK/I/2007 tanggal 31 Januari 2007 tentang Peningkatan Kelas, RSUD Panembahan Senopati Bantul mulai berganti tipe dari rumah sakit tipe C menjadi rumah sakit tipe B non pendidikan dengan jumlah tempat tidur 289

Tabel 4. 1 Jumlah Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

No Ruang Pendidikan JML

Perawat

Total 1 Flamboyan

(Dalam & Syaraf)

D3 S1 15 3 18 2 Cempaka

(Dalam & Syaraf)

D3 S1 15 2 17 3 Melati (Bedah) D3 S1 15 2 17 4 Bakung

(Dalam & Syaraf)

D3 S1 16 2 18 2. Karakteristik Responden

Hasil penelitian terhadap karakteristik perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul disajikan pada tabel 4.2

(22)

46

46

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap

Rumah SakitPenambahan Senopati Bantul

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 7 28,0 Perempuan 18 72,0 Jumlah 25 100 2 Umur < 30 tahun 13 52,0 30 - 40 tahun 5 20,0 > 40 tahun 7 28,0 Jumlah 25 100 3 Pendidikan D3 Keperawatan 23 92,0 S1 Keperawatan 2 8,0 Jumlah 25 100

Sumber: data primer 2017

Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan sebagian besar perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul berjenis kelamin perempuan (72%), dengan rata-rata umur < 30 tahun (52%), dan berpendidikan D3 keperawatan (92%).

Karakteristik pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul disajikan pada tabel 4.3

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-laki 10 40,0 Perempuan 15 60,0 Jumlah 25 100 2 Umur < 30 tahun 14 56,0 30 - 40 tahun 5 20,0 > 40 tahun 6 24,0 Jumlah 25 100 3 Pendidikan SD 5 20,0 SMP SMA 3 17 12,0 68,0 Jumlah 25 100

Sumber: data primer 2017

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan sebagian besar pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul berjenis kelamin

(23)

47

perempuan (60%), dengan rata-rata umur < 30 tahun (56%), dan berpendidikan SMA (68%).

3. Analisis Univariat

a. Kecerdasan Emosional Perawat

Hasil penelitian kecerdasan emosional perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul

Kecerdasan emosional Frekuensi Persentase (%) Tinggi Sedang Rendah 8 17 0 32,0 68,0 0 Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2017

Tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul memiliki kecerdasan emosional kategori sedang (68%).

b. Perilaku Caring Perawat

Hasil pengukuran perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul

Perilaku caring perawat Frekuensi Persentase (%) Baik Cukup Kurang 9 12 4 36,0 48,0 16,0 Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2017

Tabel 4.5 menunjukkan sebagian besar perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul memiliki perilaku caring kategori cukup (48%).

(24)

48

4. Analisis Bivariat

Tabulasi silang dan hasil uji statistik hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul disajikan pada tabel 4.6.

Tabel 4. 6 Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Caring Perawat di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta

Kecerdasan Perilaku Caring  p-

emosional Baik Cukup Kurang Total value

f % F % F % f %

Tinggi 6 24,0 1 4,0 1 4,0 8 32,0 0,433 0,029 Sedang 3 12,0 11 44,0 3 12,0 17 68,0

Rendah 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 Total 9 36,0 12 48,0 4 16,0 25 100 Sumber: Data Primer Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui perawat dengan kecerdasan emosional tinggi sebagian besar memiliki perilaku caring yang baik (24%). Perawat dengan kecerdasan emosional sedang sebagian besar memiliki perilaku caring cukup (44%).

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji Kendall tau seperti disajikan pada tabel 4.6, diperoleh p-value sebesar 0,029 <  (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,433 menunjukkan keeratan hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring adalah kategori sedang yaitu berada pada interval 0,400-0,599. Nilai koefisien korelasi positif menunjukkan semakin tinggi kecerdasan emosional perawat maka perilaku caring perawat akan semakin baik.

(25)

49

B. Pembahasan

1. Kecerdasan Emosional Perawat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta memiliki kecerdasan emosional kategori sedang (68%). Hasil penelitian ini berbeda dengan Ardiana (2010) dan Sarifudin (2015) yang menunjukkan kecerdasan emosional perawat berada dalam kategori tinggi. Perbedaan hasil ini disebabkan pada kedua penelitian tersebut kecerdasan emosional perawat hanya dikategorikan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah.

Dalam penelitian ini tidak ditemukan perawat yang memiliki kecerdasan emosional kategori rendah. Hal ini dapat disebabkan karena pada jenis pekerjaan medis dituntut setiap sumber daya manusianya memiliki kompetensi untuk menjalin hubungan yang baik dengan pasien, keakuratan diagnosa, keahlian dalam menangani dan menyembuhkan pasien (Tutiarta, 2008).

Goleman (2009) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdoa. Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan oleh perawat, sebab perawat selalu berhubungan dengan pasien yang latar belakang budaya dan sifatnya berbeda. Selain harus memiliki sikap telaten serta penuh perhatian, perawat harus selalu bersedia menolong dengan penuh semangat, maka diperlukan pula kesediaan untuk selalu mengikuti segala yang ada hubungannya dengan masalah pelayanan kesehatan pada umumnya. Seorang perawat yang tidak mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi dapat ditandai dengan sikap emosi yang tinggi, cepat bertindak berdasarkan emosinya, pemurung dan tidak sensitif dengan perasaan dan kondisi orang lain (Goleman, 2009)

(26)

50

Kecerdasan emosional kategori sedang dapat dipengaruhi oleh karakteristik usia perawat yang sebagian besar < 30 tahun (52%), dapat disimpulkan usia responden mayoritas tergolong dalam usia dewasa muda, sehingga tingkat kecerdasan emosinya masih dalam tahap perkembangan, karena kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fariselli, Ghini dan Freedman (2006) bahwa orang yang lebih tua mungkin lebih tinggi dalam kecerdasan emosional, penemuan ini menunjukkan kecerdasan emosional adalah kemampuan berkembang, ada kemungkinan bahwa semakin bertambahnya pengalaman hidup akan berkontribusi pada kecerdasan emosi (Fariselli, Ghini, dan Freedman, 2006).

Selain usia, faktor pendidikan juga dapat mempengaruhi tingkat kecerd asan emosi, dari data karakteristik pendidikan responden mayoritas berpendidikan DIII yaitu 92%, sedangkan S1 hanya 8%, responden dengan pendidikan S1 cenderung lebih tinggi tingkat kecerdasan emosinya dibandingkan dengan pendidikan DIII. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tukijan dan Harnoto (2010) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi kecerdasan emosional. Hal ini dapat disebabkan semakin bertambah tingkat pendidikan perawat maka akan semakin banyak pen galaman dan wawasan yang didapat oleh perawat sewaktu dibangku perkuliahan baik yang menyenangkan maupun yang buruk yang akan berdampak dalam cara berpikir, bersikap maupun cara berperilaku, sehingga dapat terlihat penyesuaian dan pengalamannya di dunia pekerjaan. Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan berbagai bentuk emosi dan bagaimana mengelolanya (Agustian 2005).

2. Perilaku Caring Perawat

Perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul sebagian besar kategori cukup (48%). Hasil penelitian ini sesuai dengan Sarifuddin (2015) yang menunjukkan perilaku caring perawat

(27)

51

pelaksana pada praktek keperawatan di Ruang Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan dalam kategori cukup.

Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain (Marriner & Tomey, 1994 dalam Dwidiyanti, 2007). Menurut Carruth et all (1999) dalam Dwidiyanti (2007) caring bukan semata-mata perilaku, namun juga cara untuk dapat memberikan motivasi tindakan yang lebih bermakna untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan pasien. Caring sebagai suatu bentuk moral sehingga perawat harus bermoral baik dan memiliki kepedulian terhadap kesehatan pasien, yang mempertahankan martabat dan menghargai pasien sebagai seorang manusia yang utuh (Dwidiyanti, 2007).

Persepsi pasien yang cukup terhadap perilaku caring perawat dapat dipengaruhi oleh karakteristik jenis kelamin pasien yang sebagian besar perempuan (60%). Pada umumnya, wanita lebih teliti dalam melakukan penilaian terhadap perilaku orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Robbins dan Judge (2008) yang menyatakan bahwa wanita menghabiskan waktu lebih banyak untuk menganalisis suatu hal dibandingkan pria. Selain itu, orang tua umumnya lebih mendorong dan menguatkan ungkapan ekspresi diri pada anak perempuan daripada anak laki-laki, sehingga menyebabkan wanita lebih ekspresif daripada pria (Robbins & Judge, 2008). Dengan demikian pasien wanita lebih teliti dalam menilai perilaku orang lain dan lebih mampu mengekspresikan penilaiannya mengenai perilaku orang lain, termasuk perilaku caring perawat. Menurut Wahyu (2006) menyatakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi persepsi dan harapan pasien untuk memenuhi kebutuhan termasuk pelayanan kesehatan.

Faktor karakteristik lain yang bisa mempengaruhi persepsi terhadap perilaku caring adalah usia pasien. Usia pasien dalam penelitian ini sebagian besar < 30 tahun (56%). Usia pasien mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku perawat termasuk perilaku caring. Seseorang yang memiliki usia lebih tua umumnya lebih bijaksana dalam menilai dan berespon terhadap perilaku

(28)

52

orang lain daripada orang yang lebih muda (Iezzoni, 2003 dalam Meebon, 2006). Selain itu, Robbins dan Judge (2008) menambahkan bahwa kecenderungan seseorang untuk merenung (membuat persepsi) berkurang seiring bertambahnya usia. Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian Silvestri, Ziran, Barrette-Grischow, dan Hull (2008) yang meneliti hubungan kepuasan intelektual, emosional dan temporal pasien terhadap pelayanan perawat dengan usia pasien. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pasien yang lebih tua lebih puas terhadap tiga kategori tersebut dibandingkan pasien yang lebih muda. Dengan demikian, pasien yang berusia lebih tua lebih mudah menerima perlakuan orang lain, termasuk perilaku caring perawat dibandingkan pasien yang berusia lebih mudah.

Pendidikan pasien yang sebagian besar SMA (68%) juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi pasien terhadap perilaku caring

perawat. Tingkat pendidikan seseorang akan cenderung membantunya untuk membentuk suatu pengetahuan sikap dan perilakunya terhadap sesuatu. Dengan pengetahuan yang baik seseorang dapat melakukan evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek yang ditentukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka daya untuk mengkritisi segala sesuatu akan meningkat. Sehingga seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi semestinya akan lebih kritis dalam menentukan apakah pelayanan yang telah diberikan dapat memberikan rasa puas atau tidak. Peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif (Lestari, dkk, 2009).

3. Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Caring Perawat

Hasil tabulasi silang menunjukkan perawat dengan kecerdasan emosional tinggi sebagian besar memiliki perilaku caring yang baik sebanyak 6 perawat (24%). Perawat dengan kecerdasan emosional sedang sebagian besar memiliki perilaku caring cukup sebanyak 11 perawat (44%).

(29)

53

Hasil perhitungan statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Hasil Penelitian ini sesuai dengan Sarifuddin (2015) yang menunjukkan adanya hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan di ruang rawat inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Perawat yang memiliki kecerdasan emosi tinggi mereka memiliki rasa empati yang tinggi kepada klien, sehingga mereka lebih care kepada klien dalam memenuhi kebutuhan klien secara menyeluruh.

Pelayanan yang diberikan perawat yang disertai dengan sikap emosi yang baik, berdampak pada kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat termasuk dalam berperilaku caring. Perilaku caring yang didasari dengan kecerdasan emosional yang baik akan mendukung terciptanya pelayanan keperawatan yang sesuai dengan harapan pasien. Kerfoot (1996) dalam Rego, Godinho & McQueen (2008) menyampaikan bahwa pasien yang menerima pelayanan tenaga kesehatan dengan keterampilan sempurna, namun tidak disertai dengan sikap emosi yang baik dalam pelayanannya, maka pelayanan tersebut dinilai pasien sebagai pelayanan yang tidak adekuat. Selain itu, Kernbach dan Schutte (2005) juga menyebutkan bahwa kecerdasan emosional yang baik, yang ditunjukkan oleh pemberi pelayanan kesehatan, mampu meningkatkan laporan tingkat kepuasan pasien dalam berhubungan dengan petugas kesehatan. Dengan demikian tampak jelas bahwa tindakan atau pelayanan perawat kepada pasien yang didasari dengan penerapan kecerdasan emosional yang tinggi akan membawa pengaruh terhadap persepsi pasien dalam menilai perilaku perawat termasuk perilaku caring. Oleh karena itu, perawat perlu menginternalisasikan kecerdasan emosional yang baik dalam setiap pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Dwidiyanti (2007) menjelaskan bahwa caring sebagai suatu affect yang digambarkan sebagai suatu emosi, perasaan belas kasih atau empati terhadap pasien yang mendorong perawat untuk memberikan asuhan keperawatan bagi pasien. Oleh sebab itu, kecerdasan emosi meliputi mengenali emosi diri,

(30)

54

mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, empati, membina hubungan sosial, sangat mempengaruhi perilaku caring perawat, dengan demikian kecerdasan emosi harus ada dalam diri perawat sehingga perawat dapat berperilaku caring. Pernyataan tersebut juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Goleman (2009) yang menyatakan bahwa pelayanan keperawatan sangat diperlukan sosok perawat yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi. Kecerdasan emosi sangat dibutuhkan dalam berinteraksi dengan pasien, keluarga, teman sesama perawat, dokter dan tim kesehatan yang lain. Saat perawat berinteraksi sangat dibutuhkan sikap empati, mampu mengenali emosi diri dan emosi orang lain, sehingga akan terjalin hubungan saling percaya dan saling membantu antara perawat dengan pasien, perawat dengan keluarga, perawat dengan dokter, perawat dengan tim kesehatan yang lainnya. Sifat-sifat

caring seperti sabar, jujur, rendah hati, sikap rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain. Artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir, bertindak dan berperasaan. Tidak mudah untuk mendapatkan sifat-sifat tersebut. Oleh karena itu diperlukan kecerdasan emosi yang tinggi untuk mendapatkan sifat-sifat

caring tersebut (Dwidiyanti, 2007).

4. Keeratan Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Caring

Perawat

Keeratan hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat adalah sedang. Keeratan hubungan yang sedang antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat disebabkan masih banyak faktor lain yang turut memengaruhi perilaku caring perawat seperti faktor-faktor dalam diri pembentuk persepsi (pasien yang mempersepsikan perilaku caring perawat), faktor-faktor dalam diri target yang dipersepsikan (perawat), dan faktor-faktor dalam konteks situasi dimana persepsi tersebut dibentuk (hospitalisasi) (Robbins & Judge, 2008).

(31)

55

Faktor-faktor dalam diri pembentuk persepsi pasien meliputi sikap, motivasi, minat, pengalaman mas a lalu dan harapan-harapan seseorang. Sikap setiap individu dalam mempersepsikan sesuatu dapat berbeda. Hal ini dikarenakan setiap orang dapat memiliki interpretasi yang berbeda terhadap suatu hal yang sama. Motivasi dan minat seseorang juga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap persepsi mereka. Motivasi ini dipenga ruhi oleh kondisi atau situasi yang dialami individu. Minat individu terhadap sesuatu yang sedang dipersepsikan akan mempengaruhi individu tersebut dalam mempersepsikannya. Persepsi individu juga dipengaruhi oleh adanya pengalaman masa lalu terhadap sesuatu yang dipersepsikan tersebut. Pengalaman yang baik atau buruk akan berpengaruh terhadap persepsi individu pada hal yang sama. Harapan-harapan yang dimiliki individu juga sangat mempengaruhi persepsinya. Kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan individu dapat dipersepsikan sebagai hal yang buruk, dan sebaliknya (Robbins & Judge, 2008).

Faktor-faktor dalam diri target yang mempengaruhi persepsi individu antara lain adanya sesuatu yang baru dalam diri target, gerakan, suara atau performa target yang diobservasi, latar belakang, kedekatan dan kemiripan pada target yang diobservasi. Faktor-faktor dalam konteks situasi (seperti waktu, keadaan kerja, keadaan sosial) juga dapat mempengaruhi persepsi dimana individu melihat berbagai objek atau peristiwa yang dipersepsikan tersebut (Robbins & Judge, 2008).

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengambilan data sampel ruang rawat inap di RSUD Panembahan Senopati Bantul tidak bisa dilakukan semua, ada beberapa ruang yang tidak bisa dilakukan penelitian sehingga jumlah responden terbatas.

2. Peneliti tidak menjelaskan langsung maksud dan tujuan penelitian kepada responden karena banyaknya tuntutan perkerjaan perawat sehingga peneliti hanya menjelaskannya kepada kepala ruang.

(32)

56

3. Belum dilakukan pengontrolan terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi perspsi pasien terhadap perilaku caring perawat, seperti faktor-faktor dalam diri pembentuk persepsi (pasien yang mempersepsikan perilaku caring perawat), faktor-faktor dalam diri target yang dipersepsikan (perawat), dan faktor-faktor dalam konteks situasi dimana persepsi tersebut dibentuk (hospitalisasi).

(33)

LAMPIRAN 1

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul memiliki kecerdasan emosional kategori sedang (68%).

2. Perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul kategori adalah cukup (48%).

3. Ada hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul, ditunjukkan dengan hasil uji Kendall tau diperoleh nilai p 0,029 < 0,05. Keeratan hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku caring perawat adalah sedang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,433.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Manajemen Rumah Sakit

Manajemen rumah sakit hendaknya mengembangkan program peningkatan Self awareness perawat, bekerja sama dengan Psikolog, dilakukan melalui pelatihan yang menekankan pada kemampuan perawat untuk mendengarkan kata hati, mendengar dan belajar dari orang lain, dan menyampaikan aspek (emosi) diri.

2. Bagi Kepala Ruang

Kepala ruang melalui fungsi pengarahan dan pengawasan hendaknya mengupayakan kemampuan kecerdasan emosi berkembang pada diri para perawat meliputi aspek-aspek kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, pengelolaan hubungan, dengan langkah diadakan berbagai pelatihan, pendidikan

(34)

LAMPIRAN 1

58

tambahan dan training yang berkaitan untuk meningkatkan kecerdasan emosi perawat guna meningkatkan perilaku caring perawat pada praktek keperawatan 3. Bagi Perawat Rumah Sakit

Perawat hendaknya terus berupaya meningkatkan kecerdasan emosionalnya dengan cara secara rutin melakukan evaluasi terhadap kecerdasan emosinya. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan pengontrolan terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi perspsi pasien terhadap perilaku caring perawat, seperti faktor-faktor dalam diri pembentuk persepsi (pasien yang mempersepsikan perilaku caring perawat), faktor-faktor dalam diri target yang dipersepsikan (perawat), dan faktor-faktor dalam konteks situasi dimana persepsi tersebut dibentuk (hospitalisasi).

5. Bagi Pasien Rumah Sakit

Pasien hendaknya lebih kritis dalam menilai perilaku caring yang diberikan perawat agar memperoleh pelayanan yang lebih berkualitas.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A. G. (2005). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARGA Publishing.

Akbar, S.N. (2013). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Stress Kerja pada Perawat di RSUD Banjarbaru. Jurnal Ecopsy.

Ardiana, A. (2010). Hubungan Kecerdasan Emosional Perawat dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Pasien di Ruang Rawat Inap Rsu Dr. H. Koesnadi Bondowoso. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Depok.

Basford & Slevin. (2006). Teori dan Praktik Keperawatan Pendekatan Integral Asuhan Pasien; Alih Bahasa2, Agung Waluyo

Blais. (2007). Praktik Keperawatan Profesional Konsep Perspektif, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Casmini. (2007). Emotional Parenting. Yogyakarta: Nuansa Aksara.

Ciarrochi, J., Forgas, J.P., & Mayer, J.D. (2001). Emotional Intelligence in Everyday Life: a Scientific Inquiry. USA: Psychology Press.

Desima, R. (2013). Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malang. Jurnal Keperawatan. ISSN 2086-3071

Dwidiyanti, M. (2007). “Caring” Kunci Sukses Perawat/Ners Mengamalkan Ilmu. Semarang: Hasani.

Fariselli, L., Ghini, M. dan Freedman, J. 2006, Age and Emotional Intelligence. www.6second.org. Diakses 10 September 2017.

Ferguson, F.J., Austin, E.J. (2010) . Associations of trait and ability emotional intelligence with performance on Theory of Mind tasks in an adult sample. Personality and Individual Differences; 49 : 414–418. Retrieved from: http:// www.elsevier.com/locate/paid. Diakses 26 Maret 2017.

(36)

Hafsyah, L. (2011). Hubungan Perilaku Caring yang Dilakukan Perawat dengan Tingkat Kepuasan Klien di Ruang Penyakit dalam RSUD Pariaman. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Hidayat, A. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi I. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Huber, D.L. (2006). Leadership & Nursing Care Management. (3th Edition). Philadelphia: Saunders Elseiver.

Ivancevich, J.M., Konopaske, R., dan Matteson, M.T. (2005). Organization Behavior and Management. North America: McGraw-Hill.

Jayus. (2011). Etika Berkomunikasi Dalam Islam dalam http://www.share-pdf.com/2014/1/18/5c347c09f1004483bdddc16e7dc5040f/umri-komunikasi

Etika-Berkomunikasi-Dalam-Islam.htm, Diakses 26 Maret 2017.

Kemenkes RI. (2015). Data Tenaga Keperawatan.

http://data.go.id/dataset/data-tenaga-keperawatan. Diakses 20 November 2016.

Kernbach, S., & Schutte, N.S. (2005). The Impact Of Service Provider Emotional

Intelligence On Customer Satisfaction. Journal of Services Marketing,

19(7), 438-444.

Landa, J.M.A. dan Zafra, E.L. (2010). The Impact of Emotional Intelligence on Nursing: An Overview. Psychology 1:50-58. Retrieved from

http://www.SciRP.org/journal/psych. Diakses 25 Maret 2017.

Lestari, Sunarto, dan Kuntari, T. (2009). Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.

Meeboon, S. (2006). The Effects of Patient snd Nursing Unit Characteristics on Outcomes smongh Hospitalized Patients With Chronic Illness in Thailand.

A Dissertation, Faculty Of The College Of Nursing. The University of Arizona. Januari.

Meliala, P.B. (2014). Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Caring Perawat di RSU Kahanjahe. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Muhlisin, A dan Ichsan, B. (2008). Aplikasi Model Konseptual Caring Dari Jean Watson Dalam Asuhan Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697.

(37)

Morrison, P. & Burnard, P. (2009). Caring and Communicatting: Hubungan Interpersonal Dalam Keperawatan. Edisi kedua. (Terj. Widyawati, E. Meiliya). Jakarta: EGC.

Nandari, A.K. (2012) Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga http://repository.uksw.edu/bitstream/

123456789/1086/2/T1_802007039_Full text.pdf. Diakses 20 November

2016.

Nasir, M. (2015). Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Sikap Caring Perawat di Unit Gawat Darurat RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan, Buku 1, edisi 7.

Jakarta: Salemba Medika.

Qomariah, N. (2012). Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Caring Perawat pada Praktek Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUP Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rego, A., Godinho, L., Mc Queen, A., Cunha, M.P. (2007). Emotional Intelligence and Caring Behavior in Nursing. Retrieved from

http://www.ibacnet.org/. Diakses 25 Maret 2017.

Rego, Armenio, Lucinda., & McQueen, A. (2010). Emotional Intellegence and Caring Beharvior in Nursing. The Service Industries Journal.

Robbins, S.P., & Judge, T.A. (2008). Perilaku Organisasi. (Diana Angelica, dkk, Penerjemah). (Edisi 12). Jakarta: Salemba Empat.

Rosalina, W.L. (2008). Pengaruh Kecerdasan Emosional Perawat terhadap Perilaku Melayani Konsumen dan Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu. Jurnal Ekonomi dan Bisnis; 2 (3). Retrieved from http://www.pdii.lipi.go.id /. Diakses 25 Maret 2017.

Sarifuddin, Y.B. (2015) Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Caring Perawat Pada Praktek Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Kabupaten Pekalongan. Skripsi. Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

(38)

LAMPIRAN 3

LEMBAR KUESIONER

Kuesioner Penelitian Kecerdasan Emosional

A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Umur : ………Tahun Pedidikan : B. Petunjuk Pengisian

1. Pilih salah satu jawaban yang sesuai pendapat anda dengan memberi tanda check (√). Anda bisa memilih salah satu alternatif jawaban sebagai berikut :

Sangat sesuai (SS) Sesuai (S)

Tidak sesuai (TS)

Sangat tidak sesuai (STS)

2. Apabila ada hal yang kurang jelas, mintalah penjelasan kepada penyaji angket.

Kuesioner Kecerdasan Emosional

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya sering tidak menyadari tentang perasaan saya hampir sepanjang waktu.

2 Saya tahu hal-hal yang sering membuat saya khawatir dan was-was.

3 Sepanjang hari saya uring-uringan dan tidak tahu apa yang menyebabkan saya merasa kesal

4 Saya sangat mengetahui kelemahan-kelemahan yang saya miliki termasuk kelemahankelemahan perasaan saya.

5 Pada saat saya capai dan sibuk mengerjakan sesuatu, tanpa saya sadari saya berkata kasar kepada anak atau pasangan saya dan akhirnya saya sering menyesali perbuatan saya

(39)

6 Saya tiba-tiba menjadi marah dan tidak sadar apa yang menyebabkan saya marah

7 Saya sadar bahwa setiap kesedihan yang saya alami ada yang menyebabkannya

8 Ketika saya jengkel dan marah saya sangat menyadari dan tahu masalah apa yang menimbulkannya.

9 Saya tidak dapat menangis meskipun saya dalam keadaan amat sedih.

10 Saya tidak dapat mengungkapkan kesedihan saya pada orang lain walaupun dengan orang yang dekat dengan saya.

11 Setiap perasaan saya tersinggung, saya berusaha untuk mengungkapkan sesuatu yang menyakitkan kepada orang yang menyinggung saya tsb dengan sikap yang netral dan menahan sikap yang kasar.

12 Ketika saya sedih, saya bisa menangis dan setelah menangis hati saya menjadi lega, dan dapat melakukan pekerjaan dengan tenang. 13 Sulit bagi saya untuk mengungkapkan

kemarahan saya kepada orang lain, walaupun hati ini terus menerus masih terasa sakit. 14 Kalau ada sesuatu yang lucu, saya langsung

saja tertawa.

15 Saya termasuk orang yang tidak mudah tertawa dibandingkan dengan orang lain, saya akan tertawa kalau sesuatu hal sangat lucu. 16 Saya baru akan bekerja apabila saya disuruh

oleh pimpinan saya

17 Saya akan melakukan pekerjaan saya tanpa disuruh oleh pimpinan saya.

18 Saya akan menyelesaikan pekerjaan saya apabila ada orang lain yang mengingatkan tugas saya.

19 Saya akan menyelesaikan tugas, dan berusaha untuk menyelesaikannya dengan hasil yang sangat bagus.

20 Setiap tugas yang diberikan oleh atasan saya, biasanya saya paling awal dalam menyelesaikan tugas dibandingkan dengan teman teman kerja saya

21 Saya baru akan melaksanakan pekerjaan saya apabila pasangan saya selalu mengingatkan saya untuk menyelesaikan tugas saya.

(40)

22 Saya senang membuat cara-cara baru dalam bekerja agar hasil kerja saya menjadi lebih baik.

23 Saya biasanya baru akan menyelesaikan tugas saya apabila saya diberi ultimatum oleh pimpinan saya.

24 Saya dapat menerima pendapat orang lain, karena pendapat orang lain kadang dapat menimbulkan inspirasi bagi saya.

25 Bagi saya sangat sulit untuk menahan kejengkelan, sehingga tiba-tiba saya mengatakan dengan kata-kata kasar pada orang yang cengeng dan manja.

26 Saya berusaha mendengarkan keluhan orang lain, meskipun mereka berbicara sangat lama. 27 Saya tidak dapat mengerti mengapa orang-orang sering menangis ketika dalam kesedihan

28 Walaupun saya dalam keadaan yang sangat marah, saya berusaha untuk mengerti perasaan orang lain yang telah menyakiti saya.

29 Saya mengetahui kesenangan atau hobi teman-teman saya.

30 Saya tidak suka melihat orang yang sedang sedih, sehingga saya merasa muak apabila ada orang yang menangis.

31 Saya sulit menahan emosi ketika saya bertemu dengan orang yang menjengkelan, sehingga saya sering berbuat agresif atau marah dengan orang tersebut.

32 Saya mudah mendapatkan teman, walaupun di tempat yang asing.

33 Saya lebih senang melakukan pekerjaan sendiri.

34 Saya senang melakukan pekerjaan bersama-sama dengan teman saya.

35 Saya lebih suka pergi menikmati kesunyian dan kesendirian dibandingkan bersama-sama dengan orang lain.

36 Orang yang telah menyakiti hati kita sebaiknya dibalas dengan perbuatan yang setimpal.

37 Saya sering diharapkan teman-teman saya untuk datang dalam pertemuan, kata mereka saya orang yang dapat memeriahkan suasana

(41)

dalam kelompok.

38 Saya kadang tidak tahu bahwa ternyata kata-kata yang saya ucapkan sering menyakitkan orang lain.

39 Saya sering memaksakan pendapat saya untuk diterima pada saat rapat dan saya sering tidak setuju dengan pendapat kelompok kerja saya.

(42)

LAMPIRAN 4

KUESIONER PERILAKU CARING

1. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Usia : Pendidikan : Status perkawinan : 2. Petunjuk Pengisian

a) Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik danteliti, kemudian berilah jawaban yang benar menurut Bapak/ibu

b) Beri tanda cek-list (√) pada salah satu kolom jawaban yang saudara pilih. Anda bisa memilih salah satu alternatif jawaban sebagai berikut : Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Tidak setuju (TS)

Sangat tidak setuju (STS)

c) Setiap jawaban akan kami jaga kerahasiaannya.

Kuesioner Perilaku Caring Perawat

No Aspek yang dinilai Penilaian

SS S TS STS

1 Perawat memperlakukan saya sebagai manusia yang memiliki harga diri

2 Perawat melihat masalah yang saya hadapi dari sudut pandang saya

3 Perawat mengerti apa yang harus dikerjakannya

4 Penjelasan perawat tentang kondisi saya membuat saya cemas dan khawatir

5 Perawat selalu siap membantu saya, jika saya membutuhkan bantuan

(43)

6 Perawat mendorong saya untuk percaya diri bahwa saya memiliki kekuatan untuk menghadapi kondisi penyakit saya

7 Perawat mendorong saya untuk percaya bahwa saya memiliki sisi positif yang dapat saya banggakan

8 Perawat memberikan pujian atas keberhasilan dan usaha yang saya lakukan dalam proses penyembuhan saya 9 Perawat jarang peduli dengan perasaan saya

10 Perawat kurang memberikan perhatian penuh kepada saya 11 Perawat memperlakukan saya dengan penuh hormat 12 Perawat mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat

saya berbicara

13 Perawat jarang mengunjungi kamar saya untuk mengecek keadaan saya

14 Perawat tidak memperkenalkan namanya kepada saya saat pertama kali bertemu

15 Perawat merespon panggilan saya dengan lambat

16 Saat bersama saya, perawat memberikan perhatian penuh kepada saya

17 Perawat memberikan sentuhan atau perhatian saat dibutuhkan untuk membuat saya merasa lebih nyaman 18 Perawat menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan

terhadap saya

19 Perawat mendorong saya untuk mengungkapkan perasaan 20 Perawat bersikap tenang ketika saya atau keluarga saya

marah

21 Perawat kurang membantu saya untuk mengerti perasaan saya

22 Perawat manjawab pertanyaan saya dengan kurang jelas 23 Perawat memberikan penjelasan tentang penyakit saya 24 Setelah memberikan penjelasan, perawat bertanya kepada

saya apakah saya sudah mengerti dengan penjelasan yang disampaikan

25 Perawat membantu saya untuk menetapkan tujuan yang dapat saya capai untuk kesehatan saya

26 Perawat membantu saya membuat rencana untuk mempercepat proses penyembuhan saya

27 Perawat membantu saya membuat rencana untuk meningkatkan kesehatan saat saya sudah pulang ke rumah 28 Perawat menjelaskan peraturan (yang boleh atau tidak

boleh dilakukan) saat berada di rumah sakit

29 Perawat membantu saya untuk merasa lebih nyaman (seperti mengubah posisi tidur saya, membatasi pengunjung)

(44)

setelah melakukan tindakan

31 Perawat medorong saya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan saya

32 Perawat menghormati privacy saya seperti menutup bagian tubuh yang terbuka saat melakukan tindakan 33 Perawat mengecek semua kebutuhan saya sebelum

meninggalkan kamar saya

34 Perawat membantu saya melakukan perawatan diri, seperti mandi dan menggosok gigi sebelum saya dapat melakukannya sendiri

35 Tindakan perawat membuat saya ragu dengan kondisi kesehatan saya

36 Perawat terampil dalam melakukan tindakan perawatan terhadap saya

37 Perawat terampil dalam mengoprasikan peralatan kesehatan yang ada di ruang perawatan.

38 Perawat memberikan perawatan dan obat-obatan tepat waktu

39 Perawat jarang memberikan laporan kemajuan kesehatan saya kepada keluarga

40 Perawat mempersilakan keluarga saya mengunjungi saya kapan saja jika diinginkan

41 Perawat mengecek kondisi saya dengan teliti

42 Perawat mengetahui kapan saatnya menghubungi dokter 43 Perawat kurang mengetahui apa yang saya rasakan

44 Perawat membantu saya untuk meyakini bahwa saya memiliki kekuatan untuk menghadapi penyakit

45 Perawat membantu saya untuk berpikir positif terhadap diri sendiri

(45)

Gambar

Gambar 1 Kerangka Teori ..........................................................................................
Tabel 4. 1 Jumlah Perawat di Ruang Rawat Inap   Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Tabel 4. 2  Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di Ruang Rawat Inap   Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Perawat di Ruang  Rawat Inap Rumah Sakit Penambahan Senopati Bantul

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan area optimum menggunakan metode CCD (Central Composite Design) serta untuk mendapatkan formula optimum

Spindle merupakan suatu poros tempat meletakan platter.Poros ini memiliki sebuah penggerak yang berfungsi untuk memutar pelat harddisk yang disebut dengan

Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah

Tujuan utama dari keputusan-keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan.Bagi perusahaan yang terdaftar di bursa, harga saham bisa

Pendaftaran pernikahan pada Kantor urusan Agama (KUA) Kecamatan Seberang Ulu 1 bertujuan untuk melegalkan status pernikahan dimata hukum islam dan hukum negara sesuai

The objective of this study is to evaluate the wavelet fusion method on the land cover classification of pan-sharpened LANDSAT multispectral images in Bodetabek Area,

Aktivasi adalah perlakuan terhadap arang yang bertujuan memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul permukaan sehingga