• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI - DOCRPIJM 1504172878RPIJM 2010 Bab VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VI - DOCRPIJM 1504172878RPIJM 2010 Bab VI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

KEUANGAN DAN

RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN

6.1 Petunjuk Umum

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah kabupaten/ Kota, maka pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahanm daerah dimaksud meliputi : Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintah daerah terserbut secara umum berperan menjalankan 3 ( tiga ) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhungan dengan unit organisasi pemerintah yang pada hakekatnya merupakan bagian atau hubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik ( Publik service ) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankansalah satu urusan pemerintah daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintah yang menjalankan tugas – tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengatuiran ( regulative function ).

(2)

kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolak ukur bagi tercapainya keseimbangan serta konsisten pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapanya sasaran yang telah disepakati bersama.

Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang – undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Mengacu pada Pertaturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tetang pengelolaan keunangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Klaten didasarkan pada Kebijakan umum APBD ( KUA ) dan prioritas dan Plafon Anggaran ( PPA ) yang telah di sepakatibersama antara Pemerinatah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD ( KUA ) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan manyepakati PPA yang selanjutunya menjadi bahan utama pemyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana Program dan kegiatan berserta anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah ( RKA - SKPD ) serta rencana pelaksanaannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing – masing.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) pada hahekatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, beberapa kebijakan terkait khususnya di bidang pendapatan, belanja dan pembiyayaan daerah di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan di bidang pendapatan Daerah Kabupaten Klaten

a. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan Pendapaatan Daerah lainnya. b. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendapatan daerah.

c. Menekan tingkat kebocoran.

d. Peningkatan peran serta masyarakat.

(3)

Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Klaten diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka melaksanakan tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan masyarakat, serta pendampingan belanja dan pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan sumber – sumber lainnya.

Kebijakan Belanja Daerah yang ditempuh meliputi :

a. Peningkatan belanja publik yang digunakan untuk mengatasi permasalahan di Kabupaten Klaten meliputi: Pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, Keterbatasan Pembiyayaan Pembangunan, Pelaksanaan Pemerintahan dan Pelaksanaan otonomi daerah, Kesenjangnan laju pertumbuhan antar wilayah, Keseimbangan dan kelestarian alam, Peningkatan daya saing, Perempuan dan generasi muda.

b. Peningkatan belanja aparatur dalam upaya meningkatkan pelayanan publik dan upaya perbaikan kesejahteraan bagi pegawai diantaranya: Kenaikan gaji PNS, Penerimaan kenaikan tunjangan jabatan baik struktural maupun fungsional dan penerimaan gaji ke – 13.

3. Kebijakan Anggaran Pembiayaan Daerah

Pembiayaan berfungsi untuk menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus anggaran. Kebijakan di bidang pembiayan meliputi ;

a. Pemerintah Kabupaten Klaten membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan belanja PILKADA yang akan diatur dengan Peraturan Daerah.

b. Mempertimbangkan kondisi Perekonomian Daerah, maka Pemerintah Kabupaten Klaten tidak melakukan pinjaman untuk mendanai program dan kegiatan Pembangunan Daerah.

c. Penyertaan modal pada Perusda Aneka Usaha, Perusda Bank Pasar dan BKK. d. Pembayaran hutang belanja tahun sebelumnya.

6.1.1 Komponen Keuangan

(4)

dalam tahun angagaran yang bersangkutan, merupakan sebuah Indikator keberhasilan dari apa yang sudah ditetapkan

6.1.1.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) adalah pendapat daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang – undangan. PAD bersumber dari :

1. Pajak Daerah, antara lain : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di

atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar. Pajak Pengembalian Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak Lain – lain. Pajak – pajak daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah, Pengaturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak daerah.

2. Retribusi Dearah, antara lain : Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi

Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retrtibusi Pemakaman, Retribusi Parkir di tepi jalan, Retribusi Pasar, Retribui Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan lain –lain. Retribusi ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang tentang Pajak daerah dan Retribusi daerah, dan Peraturan Pemerintahan No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah.

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden

BUMD;

4. Lain lain pendapatan yang sah, antara lain: hasil penjualan kekayaan daerah

yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain – lain yang sah.

Tabel 6.1………

Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007

NO KOMPONEN TAHUN ANGGARAN

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Pajak Daerah 2 Retribusi

Daerah 3 Bagian Laba

(5)

Daerah 4 Lain-lain

pendapatan asli Daerah Jumlah Pendapatan Asli Daerah

Sumber ; Bappeda Kabupaten Klaten Tahun 2008

6.1.1.2 Dana Perimbangan

Bagian Dana Perimbangan ini adalah perimbangan keuangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, yang diatur berdasarkan pembagian kewenaangan, tugas dan tanggung jawab. Sebagaimana diketahui bahwa Dana Perimbangan merupakan pendapatan Negara yang ditetapkan berrdasarkan Undang – undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang

– undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pendapatan Daerah dari bagian Dana Perimbangan ini bersumber dari pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan Orang Pribadi ( termasuk pph Pasal 21 ), Sumber dayas Alam yang terdiri dari peran Hak Pengusaha Hutan, Provisi Sumber daya daya Hutan, iuran tetap / landrent dan Royalti. Selain pendapatan tersebut diatas, juga daerah merndapat Dana Perimbangan berupa Dana Alokasi Umum, dimana pengaturan yang lebih teknis ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. Dana Perimbangan Kabupaten Klaten terdiri dari:

a. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak; b. Dana Alokasi Umum ( DAU ); c. Dana Alokasi Khusus ( DAK );

Perkembangan dana Perimbangan yang telah diterima Kabupaten Klaten selama lima tahun terakhir adalah sebagai berikut:

Tabel 6.2 Perubahan dana Perimbangan Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007

Sumber : Bappeda Kabupaten Klaten tahun 2008

NO KOMPONEN TAHUN ANGGARAN

(6)

1 Bagi hasil pajak dan bukan pajak 2 Dana Alokasi

Umum 3 Dana Alokasi

Khusus Jumlah Dana Perimbangan

6.1.1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah selain dari PAD dan Dana Perimbangan, juga didapatkan adanya Pendapatan lain – lain yang sah. Pendapatan tersebut menunjukkan bagi hasil propinsi yang meningkat dua setengah kali lipat selama lima tahun terakhir. Sedangkan dana transfer pusat sukar diprediksikan yang terjadi pada tahun 2004, 2005 dan hanyalah merupakan penyesuaian dari transisi kebijakan otonomi daerah. Perkembangan pendapatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 6.3

Realisasi Lain – lain Pendapatan Daerah Yang Sah Tahun 2003-2007

NO KOMPONEN TAHUN ANGGARAN

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Hibah Propinsi 2 Bagi Hasil

Propinsi 3 Dana

Penyesuaian otonomi Khusus Jumlah Pendapatan Lain-lain Daerah

(7)

6.1.2 Komponen Pengeluaran Belanja

Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintah daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek belanja. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan uriusan pemerintahan yang menjadi kewenanngan daerah yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penangannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antar pemerintah dan permerintah daerah atau antar pemerinath daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang – undangan. Selama lima tahun terakhir belanja daerah meningkat hampir dua kali lipat. Sedangkan porsi belanja langsung cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Realisasi belanja daerah pada tahun 2003-2007 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6.4

Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007

NO KOMPONEN TAHUN ANGGARAN

2003 2004 2005 2006 2007 2008

A BELANJA TIDAK LANGSUNG 1 Belanja

Pegawai 2 Belanja

Bunga 3 Belanja

Hibah 4 Belanja

Bantuan sosial

5

(8)

Keuangan 6 Belanja Tak

Terduga

B BELANJA LANGSUNG 1 Belanja

Pegawai 2 Belanja

Barang Dan Jasa

3 Belanja Modal

Jumlah

Sumber: Bappeda KabupatenKlaten tahun 2008

6.1.3 Komponen Pembiayaan

Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus, yang dirinci menurut urusan pemerinyah daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan. Pembiayaan daerah terdidri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Pengelolaan pembayaan daerah diarahkan pada kebetuhan percepatan pembangunan dengan mempertimbangkan kekuatan APBD. Struktur pembiayaan daerah yang terdiri dari kinerja anggaran defisit atau surplus. Apabila performance budgeting memperlihatkan terjadinya defisit anggaran, maka harus dikreasi jenis penerimaan daerah yang akan dijadikan pilihan untuk menutup defisit. Sebaliknya apabila terjadi surplus anggaran, maka harus dirumuskan jenis pengeluaran daerah yang akan dijadikan pilihan untuk prioritas distribusi dan alokasi surplus anggaran.

(9)

jika terjadi defisit pada tahun – tahun yang akan datang. Sumber – sumber dimaksud adalah : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun Lalu ( SiLA ) tahun sebelumnya, penerimaan dana cadangan, penerimaan pembiayaan lain – lain.

Tabel 6.5

Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Klaten 2003-2007

NO Sub komponen

biaya

TAHUN ANGGARAN

2003 2004 2005 2006 2007 2008

A PENERIMAAN BIAYA

1 SIlPA tahun anggaran 2 Pencairan

Dana Cadangan 3 Hasil

Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4 Penerimaan

pinjaman Daerah

5

Penerimaan kembali pemberian pinjaman 6 Penerimaan

Piutang Daerah

(10)

Dana Cadangan 2 Penyertaan

Modal (Investasi) Daerah 3 Pembayaran

Pokok Utang 4 Pemberian

Pinjaman daerah

C PEMBIAYAAN NETTO

D SiLPA TAHUN BERKENAAN

Sumber : BAPPEDA KaBUPATEN Klaten Tahun 2008

Pembiayaan daerah Kabupaten Klaten selama Tahun 2003-2007

6.2 Profil Keuangan Kabupaten Klaten

6.2.1 Keuangan Daerah

Profil Keuangan daerah ini menjelaskan kondisi keuangan Kabupaten Klaten dalam penyusunan RPIJM yang bertujuan untuk membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan investasi program PU/Cipta Karya Kabupaten Klaten. Kondisi keuangan daerah selama 5 tahun untuk mengetahui kemampuan pendanaan RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kabupaten Klaten.

(11)

Kebijakan otonomi daerah telah memberikan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten untuk mengolah keuangan daerah, terutama pelimpahan kewenangan pengelolaan keuangan daerah lebih dititik beratkan kepada kewenangan pengeluaran ( expenditure assignment ) dibandingkan kewenangan penerimaan ( revenue assignment ) sehingga pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasikan sumber – sumber keuangannya secara lebih terarah, hemat, dan tepat sasaran sebagaimana mandat otonomi daerah.

Dalam rangka meningkatkan kemandirian Kabupaten Klaten perlu meningkatkan potensi sumber daya dan model dasar daerah yang dimiliki. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi yang maksimal atas potensi sumber daya manusia, sumber daya tersebut dikembangkan menjadi pendukung utama dari berbagai kegiatan yang akan menghasilkan nilai tambah yang berdaya saing tinggi sehingga mampu mendukung kemandirian daerah.

6.2.2 Keuangan Perusahaan Daerah

Perusahaan daerah yang ada di Kabupaten Klaten ada 4 jenis yaitu: PDAM, PD Aneka Usaha, PD Bank Pasar, BKK. Realisasi Keuangan perusahaan daerah yang termasuk kedalam sub komponen PASDS memiliki proporsi terkecil (0,2%) dalam pendapat sub komponen PADS. Dari masing –masing perusahaan daerah tersebut, yang memiliki konstribusi rata – rata terbesar adalah PD Bank Pasar sebesar 51,59% diikuti oleh PDAM sebesar 29,49% ( lihat tabel 6.25 ). Sedangkan untuk rata – rata tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan daerah tertinggi adalah BKK 25% dan PDAM sebesar 4.89% sedangkan untuk perusahaan daerah lainnya mengalami deficit ( lihat tabel 6.26 ). Sebagai salah satu sumber keunangandaerah maka peningkatan pengelolaan keuangan perusahaan daerah sangat perlu dilakukan.

Tabel 6.6

Kontribusi Bagian Laba Dan Pajak ABT PDAM Kabupaten Klaten

(12)

3 Pajak ABT Jumlah

Tabel 6.7

Dana Pinjaman Jangka Panjang PDAM Kabupaten Klaten

NO PINJAMAN

6.3 Permasalahan dan Analisa Keuangan

6.3.1 Kondisi Keuangan Pemerintah Kababupaten Klaten

Membesar dan menguatnay peran PAD dalam struktur penerimaan daerah akan semakin mencerminkan kemandirian suatu aerah dalam pembiayaan rumah tangganya sesuai misi yang diemban Otonomi Daerah dalam UU Nomer: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Namum upaya penguatan peran PAD tersebut membutuhkan suatu perencanaan strategis jangka pendek, menengah dan panjang yang sistematis dan terpogram serta melibatkan segenap instansi terkait, mengingat pada saat ini kontribusi PAD Kabupaten Klaten terhadap Penerimaan Daerah masih sangat kecil, yaitu 5,90% dari total penerimaan pendapatan.

Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerinyah Kabupaten Klaten adalah pada upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), permasalahan yang masih dijumpai adalah:

a. Masih terbatasnya sarana prasarana yang digunakan untuk menunjang penarikan pajak/retribusi;

(13)

c. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam mebayar pajak/retribusi; d. Belum optimalnya dukungan dan peran serta masyarakat;

e. peran BUMD dalam memberikan konstribusi terhadap PAD masih rendah; f. Lemahnya sanki yang diberikan bagi wajib pajak dan wajib retribusi yang

melanggra hukum;

g. Masih rendahnya tingkat pendidikan sehingga menyebabkan rendahnay kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Pemda Kabupaten Klaten; h. Masih rendahnya sumber daya aparatur birokrasi, khusunya tenaga yang

memiliki keahlian profesi dibidang kesehatan, pendidikan, maupun tenaga yang dapat mendukung pelaksanaan program pembangunan pada sektor pelayanan dasar.

6.3.2 Proyeksi Kemampuan Keuangan Kababupaten Klaten

6.3.2.1 Proyeksi Penerimaan dan Belanja

Dari data sumber penerimaan APBD Kabupaten Klaten tahun 2003-2008, laju pertumbuhan ( r ) rata – rata penerimaan APBD selama 5 ( lima ) tahun terakhir sebesar 15,71 %. Laju pertumbuhan rata – rata ini sebagai dasar proyeksi penerimaan APBD dalam tahun perencanaan, seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini.

Sedangkan laju pertumbuhan rata- rata dari Belanja APBD Kabupaten Klaten Tahun 2004-2007 selama 4 ( empat ) tahun terakhir sebesar 20,61%. Laju pertumbuhan rata –rata belanja APBD ini tidak dapat dijadikan acuan sebagai laju pertumbuhan proyeksi ( r proyeksi ) Belanja APBD pada tahun perencanaan, karena laju seimbang antara penerimaan APBD dan belanja APBD.

Untuk itu untuk, laju pertumbuhan proyeksi Belanja APBD disamakan dengan laju pertumbuhan proyeksi penerimaan APBD yaitu sebesar 15,71%.

6.3.2.2 Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan

(14)

Penerimaan APBD Kabupeaten Klaten lainnya yaiti berasal SILPI, pinjaman dll yang juga telah memberi konstribusi pada APBD, konstriusi penerimaan pembiayaan pada akhir tahun memberi konstribusi pada APBD , Penerimaan pembiayaab pada akihur tahun sebesar 7,10%. Perkembangan penerimaan dari sisa lebih Pembiayaan Anggaran Tahun lalu ( SiLPA ) dari taun ke tahun meningkat bahkan melebihi konstribusi PAD Kabupaten Klate. LIHAT TABEL 6.15.

6.3.2.3 Proyeksi Public Savings

Kondisi eksisting publiik saving yang direncanakan pad tahun anggaran (tabungan masyarakat ) di Kabupaten Klaten jika diperhitungkan dengan rumus; PS = ( PAD + PBB + DBH + DAU + DAK ) – Belanja Wajib ( Belanja meningkat + Kewajiban Daerah )

Proyeksi atbungan masyarakat ( publik saving ) dihuitung berdasarkan proyeksi jumlah penerimaan APBD dikurangi proyrksi jumlah belanja APBD pada tahun perencanaan. Proyeksi Dana public saving Kabupaten Klaten muli tahun 2008 sampai dengan 2012 dari tahun ke tahun mengalami penurunan dari 10,05%, pada tahun 2008 menjadi 5,885% pada tahun 2012.

6.4 Analisa Tingkat Ketersediaan Dana

Tujuan dari analisa tingkat ketersdiaan dana adalah menganalisa ketersediaan dana Pemerintah Kabupaten Klaten yang dapat digunakan dalam Pembangunan RPIJM.

6.4.1 Analisa Kemampuan Keuangan Daerah

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebelumnya maka tingkat ketersediaan dana Pemerintah Kabupaten Klaten dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dengan peningkatan Realisasi Belanaj Kabupaten Klaten sebesr rata – rata

(15)

tingkat kebocoran, Peningata pera serta masyarakat serta Peningkatan asli daerah melalui pran Perusda dan BUMD perlu untuk dilakukan. Proporsi endapatanuntuk masing – masing komponen adalah sebagi brikut:

a. Pendapatan Asli daerah Sendiri : 4,85% b. Dana Perimbangan : 884,75% c. Lain – lain pendapatan daerah yang sah : 5,18% d. Penerimaan Pembiayaan : 5,23%

2. Beberapa Komponen PADS yang hanya memberikan konstrubisi 4,85% dari pendapatan daerah yang diantaranya sebagai berikut :

- Hasil Pajak dearah : 1,64%

- Hasil Retribusi daerah : 1,44% - Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan : 0,23%

- Lain – lain PAD yag sah : 1,55%

Kontribusi yang masih sangat kecil terhadap pendapatan daerah secara keseluruha ini perlu adanya upaya untuk lebih meningkatkan pendapatan dari sub komponen tersebut diatas.

3. Sub Komponen Pajak Daerah yang memiliki konstribusi terbesar adalah Pajak peneranan jalan dengan konstribusi 88,5% diikuti pakjak reklame sebesar 5.92% sedangkan sumbanaan pajak yang lain hanya berkisar antara 0-2%. Sedangkan untuk sub komponen retribusi yang paling besar konstribusi nya adalah retribusi Pelayanan Kesehatan, diikuti retribusi pasar dan retribusi Penggantian Biaya Cetak Ktp dan Akte Capil. Sedangkan untuk rata – rata pertumbuha sector sub komponen pajak terbesar adalah di pajak hibran 20,27%,Pajak pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C 17,44 % dan Pajakreklame 9,39%.

Untukrata – rata pertumbuhan retribusi, terbesar adalah pada retribusi Tempat Kusus Parkir 8,59% danretribisi Ijin Penyelenggaraan Bidang Kepariwisataan 8,08% serta retribusi pelayanan kesehatan 7.34%.

(16)

mendukung penanaan pembangunan untuk RPIJM dengan memperhitungkan besarnya cicilan pinjaman dengan penadapatan. Besarnya cicilan pinajman jika dibandingkan dengan pendapatan daerah dari taHun 2003 sampai dengan tahun 2007 adalah:

- Tahun2003 : 0,022% - Tahun 2004 : 0,014% - Tahun 2005 : 0,009% - Tahun 2006 : 0,053% - Tahun 2007 : 0,000%

5. Berdasarkahasil dari perhitungan proyeksi belanja dan pendapatan Kabupaten Klaten pada tahun 2008 maka dapat diketahui Estimasi sumber dana yang dapat dipergunakan untuk membiayai bidang PU/Cipta Karya. Ini di ketahui melalui perhitungan DCSRdengan menggunakan rumus perhitungan :

DSCR = (PAD+DAU+OTSUS+(DBH – DBHDR) )- BELANJA PKK PINJ + BUNGA + BIAYA LAIN

6. Bedasarkan itulah maka bsarnya perkiraan dana jika dana pembangunan diperoleh melalui pinjaman sebesar 30% daripendapatan daerah adalah dengan nilai pinjaman sebesar Rp. 333.639.884.073.90. Untuk pinjaman sebesar itu, Debt Service Coverage Ratio ( DSCR ) adalah sebesar 5,46. hal ini mengindikasikan bahwa kemempuan APBD Kabupaten Klaten dalam menyediakan sejumlah dana dalam periode waktu tetentu untuk menutup kewajiban pinjaman masih bisa dilakukan. Selengkapnya mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel 6.24

6.5 Rencana Pembiayaan Program

6.5.1 Rencana Pembiayaan

(17)

dengan dukungan ini, pembangunan di Kabupaten Klaten menjadi terpacu dan mampu meningkatkan masyarakatnya menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.

Sumber – sumber pembiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Indonesia, Bantuan Luar Negeri dan Masyarakat. Untuk sector air minum, limbah dan sampah biasanya komponen yang lebih dominan dalam membiayayai adalah pemerintahan Kabupaten/Kota, sebaliknya pada penanggulangan harus didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini pemerinyah Kabupaten/ Kota dan masyarakat ( community based development ).

6.5.2 Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM

Untuk mendanai penyelenggaraan RPIJM, terdapat beberapa sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan oleh Kabupeten Klaten. Sumber – sumber pendanaan tersebut sebagian telah diatur dalam peraturan perundangan mengenai besaran maupun menganai tata cara pembentukan dan penggunaannya. Sedangkan sebagian lainnya masih belum diatur secara jelas ataupun terbatas pengaturanya jika dikaitkan dengan pendanaan layanan publik.

6.6 Petunjuk Umum Rencana Peningkatan Pendapatan

Rencana tidak pendapatan adalah serangkaian kegiatan yang mencakup kegiata analisis sumber – sumber pendapatan daerah sebagai salah stu sumber pendanaan infrastruktudi Kabupaten Klaten. Kegiatan ini dilakukan dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktor – faktor internal merupakan faktor yang berpengaruh an berbeda di dala kendala manajemen. Sedangkan faktor ekternal merupakan faktor yang berpengaruh, namun berda di luar kendali maajemen. Dimana faktor eksternal bersifat

unccertainty.

Tujuan dan pengembangan Rencana tindak Peningkatan Pendapatan Daerah adalah meningkatnay pendapatan, khususnya pendapataan Kabupaten Klaten, dalam upaya mencukupi kebutuhan pembiayaan program investasi pembangunan infrasetruktur di kabupaten Klaten termasuk dalam mendanai operasi dan pemeliharaan infrrastruktur yang ada.

Peningkatan Pendapatan Pemerintah Kabupaten Klaten dilakukan antara lain melalui optimalisasi sumber pendapaatan asli daerah ( PAD ) yang berasa Retribusi dan pajak, termasuk di dalamnya peningatan fungsi dan peran kelembagaan yag terkait.

(18)

Peningkatan kemampuan pendanaan daerah berdasrakan prospek keuangan Kabupaten Klaten mendatang antara lain sebagai berikut :

a. Bahwa peran sektor Pajak daerah dan BUMD dalam memberikan sumbangan ke PAD, tampaknya akan semakin penting. Oleh karena itu perlu terus melakukan ekstensifikasi melalui perluasan basis pajak tanpa harus menambah beban kepada masyarakat, melakukan intensifikasi malalui perbaikan kedalaman dan senantiasa meningkatkan kesadaran wajib pajak dan retribusi dalam memenuhi kewajibanya. b. Prioritas pembangunan daerah harus benar – benar fokus pada sektor – sektor yang mampu menarik investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dalam upaya meningkatkan daya beli masyarakat, menekan ketimpangan pendapatan masyarakat ( menekan angka kemiskinan ), dan tetap memperhatikan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.

Kebijakan pengembangan pendapatan daerah yang akan dilaksanaan selama 5 ( lima ) tahun kedepan ( 2009-20023 ) diarahkan pada:

c. Pajak daerah. Kebijakan yang diformulasikan adalah : perluasan berbasis sasaran pajak daerah ( ekstensifikasi ) dengan prinsip nondiskriminasi dan melindungi Usaha Makro Kecil dan Menengah ( UMKM ); perbaikan manajemen yang berbasis pada profesionalisme SDM pemungut pajak,perbaikan / penyederhanaan sistem dan prosedur tatalaksana pemungutan; peningkatan investasi melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif; optimalisasi pemanfaatna aset – aset daerah yang potensial; penerapan sistem incentive ssesuai tata pemerintahan yang baik; dan didukung oleh updating data potensi PAD.

Retribusi daerah. Kebijakan yang diformulasikan adalah: peningkatan kualitas pelayaan publik yang terkiat dengan penarikan retribusi daerah dan penegakan aturan secara berkelanjutan sesuai prinsip tata pemerintahan yang baik.

a. Perusahaan daerah. Kebijakan yang diformulasikan adalah: peningkatan efektifitas pengelolaan perusda berbasis profesionalitas sesuai prinsip sesuai prinsip tata pengelolaan bisnis yang baik.

b. Dana perimbangan. Kebijakan yang diformulasikan adalah : peningkatan koordinasi dan konsultasi yang intensif dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi; dan peningkatan pengelolaan dan pemenfaatan DAU, DAK, Pendapatan Bagi Hasil Pajak.

(19)

d. Aspek makro. Kebijakan yang diformulasikan adalah: penciptaan lingkungan usaha yang kondusif bagi investasi; pemulihan eonomi; kestabilanfiskal daerah serta jalannya pemerintahan; dan peningkatan pendayagunaan potensi sumber dana masyarakat secara berkelanjutan,adil dan merata.

6.6.2 Peningkatan Kapasitas Pembiayaan

Untuk meningkatkan kapasitas pembiayaan untuk Bidang Kecitakaryaan, Pemerintah Kabupaten Banyums mencari alternatif sumber – sumber pembiayaan yang dapat digunakan untukmenutup anggaran defisit. Alternatif sumber pembiayaan antara lain dari sisa lebih pembiayaan Anggaran tahun Lalu ( SiLPA ) tahun sebelumnya, penerimaan dan cadangan, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipahkan dan penerimaan pembiayaan lain

Gambar

Tabel 6.1……………
Tabel 6.2 Perubahan dana Perimbangan Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007
tabel berikut ini :
Tabel 6.4 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007
+3

Referensi

Dokumen terkait

Negosiasi antara kedua belah pihak tersebut akhirnya menghasilkan kespakatan Public Private Partnership (P3) atau Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk

Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan hasil usaha. Kewajiban dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu fermentasi akhir (proofing) berpengaruh nyata terhadap sifat fisik roti tawar substitusi seperti tinggi roti, volume roti,

dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Konsep Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) pada Pembuatan Marning Jag ung di UKM “Mantab” Boyolali.. Tugas Akhir

Menurut penulis alasan di atas cukup untuk menjelaskan tentang aborsi janin terindikasi penyakit genetik. Kalaupun hal itu dirasa belum cukup untuk menjelaskan maka

Tetapi, bila koordinat dari suatu vektor disajikan sebagai baris atau kolom dalam suatu matriks, maka secara esensi penyajian bergantung pada urutan vektor-vektor basis. Begitu

Bentuk memanjang mempunyai satu inti di tengah dan satu flagela panjang yang keluar dari bagian anterior tubuh tempat terletaknya kinetoplas, belum mempunyai membran

Berdasarkan dukungan sosial yang rentan mengalami sindrom depresi postpartum adalah yang selain mendapat dukungan tinggi sebesar (26,7%). Kesimpulan : Sebagian besar ibu