• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM_237eb27027_BAB VIIIBAB 8 Aspek Lingkungan & Sosial Kab. HSU_Bantek RPI2JM_1.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM_237eb27027_BAB VIIIBAB 8 Aspek Lingkungan & Sosial Kab. HSU_Bantek RPI2JM_1.pdf"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan

dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta

Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian

aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi

eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan

rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

8.1

Analisis Perlindungan Lingkungan

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM

bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

8.1.1

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

A. Pemahaman Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS,

adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan

bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam

pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

(2)

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM

bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini,

KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau

program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi

mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Program KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) merupakan instrument yang

relative baru dikembangkan sebagai penguatan program untuk menyusun rumusan

kebijakan rencana program berorientasi pembangunan berkelanjutan (sustainable

development). Pembangunan berwawasan lingkungan adalah suatu konsep pembangunan

yang memadukan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup dalam upaya

mensejahterakan masyarakat. Hal itu mengacu pada pertumbuhan dengan memperhatikan

keterbatasan sumber daya alam dan kemampuan institusi masyarakat didalam melaksanakan

pembangunan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang merupakan dasar didalam

menyusun program program pembangunan. Disamping itu pembangunan berkelanjutan

tidak akan tercapai tanpa memasukkan unsur konservasi lingkungan ke dalam kerangka

proses pembangunan.

Fungsi dari KLHS adalah untuk :

1. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan keberlanjutan melalui penyusunan

Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) untuk meningkatkan manfaat pembangunan;

2. Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP, mengurangi kemungkinan

kekeliruan dalam membuat prakiraan/prediksi pada awal proses perencanaan kebijakan,

rencana, atau program pembangunan;

3. Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau

dicegah karena pertimbangan lingkungan telah dikaji sejak tahap formulasi kebijakan,

(3)

Gambar 8.1. Kedudukan KLHS Terhadap AMDAL

Gambar 8.2. Perbedaan KLHS dengan AMDAL

Beberapa manfaat dari disusunnya KLHS adalah sebagai berikut :

1. Merupakan instrumen proaktif dan sarana pendukung pengambilan keputusan;

2. Mengidentifikasi dan mempertimbangkan peluang-peluang baru melalui pengkajian

(4)

3. Mempertimbangkan aspek lingkungan hidup secara lebih sistematis pada jenjang

pengambilan keputusan yang lebih tinggi;

4. Mencegah kesalahan investasi berkat teridentifikasinya peluang pembangunan yang tidak

berkelanjutan sejak dini;

5. Tata pengaturan (governance) yang lebih baik berkat keterlibatan para pihak

(stakeholders) dalam proses pengambilan keputusan melalui proses konsultasi dan

partisipasi;

6. Melindungi asset-asset sumberdaya alam dan lingkungan hidup guna menjamin

berlangsungnya pembangunan berkelanjutan;

7. Memfasilitasi kerjasama lintas batas untuk mencegah konflik, berbagi pemanfaatan

sumberdaya alam, dan menangani masalah kumulatif dampak lingkungan.

KLHS menjadi instrumen penting dalam perencanaan penataan ruang karena

pengambil keputusan harus semakin mempertimbangkan dampak jangka panjang dan

kumulatif dari berbagai proyek. Selain itu integrasi aspek lingkungan yang saat ini

menggunakan instrumen AMDAL tidak mampu untuk mengukur dampak kumulatif secara

sistematis. KLHS dapat menelaah secara efektif dampak yang bersifat strategik dan dapat

memperkuat serta mengefisienkan proses penyusunan AMDAL suatu rencana kegiatan.

Secara rinci tujuan dari penyusunan KLHS adalah :

1. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dan keberlanjutan dalam penyusunan

kebijakan, rencana, atau program (KRP) ;

2. Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP ;

3. Membantu mengarahkan, mempertajam fokus, dan membatasi lingkup penyusunan

dokumen lingkungan yang dilakukan pada tingkat rencana dan pelaksanaan usaha atau

kegiatan.

B. Kaidah Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Secara umum, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan,

sekaligus mendorong pemenuhan tujuan- tujuan keberlanjutan pembangunan dan

pengelolaan sumberdaya dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan. Kaidah

terpenting KLHS dalam perencanaan tata ruang adalah pelaksanaan yang bersifat

partisipatif, dan sedapat mungkin didasarkan pada keinginan sendiri untuk memperbaiki

mutu KRP tata ruang (selfassessment) agar keseluruhan proses bersifat lebih efisien dan

efektif. Asas-asas hasil penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi

penataan ruang adalah :

1. Keterkaitan (interdependency)

(5)

3. Keadilan (justice)

Keterkaitan (interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara satu

komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu

variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan

antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.

Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek,

kepentingan, maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti

diantaranya adalah keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup, keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan

pemulihan cadangan sumber daya alam, keseimbangan antara pemanfaatan ruang dengan

pengelolaan dampaknya,dan lain sebagainya.

Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan

program yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-sumber

alam, modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada sekelompok orang

tertentu.

Atas dasar kaidah diatas, maka penerapan KLHS terhadap KRP bertujuan untuk

mendorong pembuat dan pengambil keputusan atas KRP menjawab pertanyaan-pertanyaan

berikut :

1. Apa manfaat langsung atau tidak langsung dari usulan sebuah KRP?

2. Bagaimana dan sejauh mana timbul interaksi antara manfaat KRP dengan lingkungan

hidup dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya alam?

3. Apa lingkup interaksi tersebut? Apakah interaksi tersebut akan menimbulkan kerugian

atau meningkatkan kualitas lingkungan hidup? Apakah interaksi tersebut akan

mengancam keberlanjutan dan kehidupan masyarakat?

4. Dapatkah efek-efek yang bersifat negatif diatasi, dan efek-efek positifnya dikembangkan?

5. Apabila KRP mengintegrasikan seluruh upaya pengendalian atau mitigasi atas efek-efek

tersebut dalam muatannya, apakah masih timbul pengaruh negatif KRP tersebut

terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan secara umum?

C. Metode Penyusunan KLHS

Runag lingkup yang menjadi kajian dalam penyusunan KLHS harus meliputi hal hal

sebagai berikut :

1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;

2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;

3. Kinerja layanan/jasa ekosistem;

4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

(6)

6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

KLHS adalah proses untuk mempengaruhi penentuan pilihan-pilihan pembangunan

yang diusulkan dalam KRP yang terutama dilakukan melalui kegiatan konsultasi dan dialog

secara tepat dan relevan. Hal ini menyebabkan pelaksanaan KLHS harus sesuai dengan

kebutuhan tanpa terpaku dalam metoda dan prosedur yang baku. Melalui penyusunan KLHS

maka semua kebijakan, rencana dan program yang akan dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten akan mendorong lahirnya pemikiran untuk alternatif –alternatif baru

pembangunan melalui tahapan atau proses sebagai berikut :

1. Identifikasi isu-isu utama lingkungan atau pembangunan berkelanjutan yang perlu

dipertimbangkan dalam KRP;

2. Analisis dampak setiap alternatif strategi pembangunan dari KRP, khususnya isu-isu yang

relevan dan memberikan masukan untuk optimalisasi;

3. Mengkaji paling tidak dampak kumulatif yang mendasar dari KRP dan memberi masukan

untuk optimalisasi.;

4. Memaparkan proses KLHS, kesimpulan dan usulan rekomendasi kepada para pengambil

keputusan.

Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan KLHS adalah

sebagai berikut :

1. Melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi sumberdaya yang diperlukan.

2. Melakukan pengumpulan data, peta dan informasi terkait

3. Melakukan pekerjaan yang terkoordinasi untuk menjaring masukkan mengenai

pengembangan infrastruktur di Kabupaten Hulu Sungai Utara

4. Melakukan survey dan observasi untuk kelengkapan data.

5. Melakukan evaluasi dan analisis terhadap hasil survey dan observasi.

6. Menyelenggarakan presentasi hasil evaluasi dan analisisnya.

Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPI2-JM. Diagram alir pentahapan

(7)

Sumber: Permen LH No.9/2011

Gambar 8.3. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

Beberapa identifikasi/kajian yang dilakukan dalam rangka KLHS RPI2-JM dapat

mengutip dokumen KLHS yang disusun dalam perumusan RTRW.

Mekanisme penyusunan KLHS sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dilakukan

dengan tahapan atau proses sebagai berikut :

1. Penapisan

Penapisan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menentukan apakah suatu

KRP perlu dilengkapi dengan KLHS atau tidak. Penentuan KRP telah memenuhi kriteria

pelaksanaan KLHS dilakukan melalui kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Pelingkupan

Pelingkupan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menetapkan nilai penting KLHS,

tujuan KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan kerincian penulisan

dokumen, pengenalan kondisi awal, dan telaah awal kapasitas kelembagaan. Kegiatan

ini dilakukan melalui pendekatan sistematis dan metodologis yang memenuhi kaidah

ilmiah. Mengingat terbatasnya waktu dan sumber daya yang tersedia, dalam kajian ini

tidak dilakukan proses konsultasi publik.

3. Pengkajian

Pengkajian adalah rangkaian langkah-langkah untuk melakukan kajian ilmiah, pemetaan

kepentingan, dialog dan konsultasi serta penemuan pilihan-pilihan alternatif rumusan

(8)

melakukan serangkaian diskusi dan konsultasi dengan para pihak (stakeholders) terkait,

khususnya dengan instansi pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

4. Perumusan dan pengambilan keputusan

Perumusan dan pengambilan keputusan adalah rangkaian langkah-langkah persetujuan

rekomendasi hasil KLHS dan interaksi antar pihak berkepentingan dalam rangka

mempengaruhi hasil akhir KRP.

Keseluruhan hasil pengkajian ini secara lengkap dituangkan dengan jelas dan

sistematis sehingga dapat dijadikan pedoman pembangunan berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan.

Gambar 8.4. Mekanisme Penyelenggaraan KLHS

Pada tahap analisa atau pengkajian, harus dilakukan serangkaian kajian dengan

menerapkan daftar uji pada setiap langkah proses KRP, meliputi :

1. Uji Kesesuaian Tujuan dan Sasaran KRP.

Kepentingan pengujian adalah untuk memastikan bahwa :

a. tujuan dan sasaran umum KRP memang jelas,

b. berbagai isu keberlanjutan maupun lingkungan hidup tercermin dalam tujuan dan

sasaran umum KRP,

c. sasaran terkait dengan keberlanjutan akan bisa dikaitkan langsung dengan

indikator-indikator pembangunan berkelanjutan,

d. keterkaitan KRP dengan KRP-KRP lain bisa dijelaskan dengan baik,

e. konflik kepentingan antara KRP dengan KRP-KRP lain segera bisa teridentifikasi.

2. Uji Relevansi Informasi yang Digunakan.

Kepentingan utama pengujian ini adalah bukan menilai kelengkapan dan validitas data,

tetapi identifikasi kesenjangan antara data yang dibutuhkan dengan yang tersedia serta

(9)

kesatuan fungsi ekosistem dan wilayah-wilayah rencana selain wilayah administratifnya

sendiri.

Selanjutnya pengujian juga lebih mengutamakan relevansi informasi dan sumbernya agar

proses kerja bisa efektif namun tetap memperhatikan kendala-kendala setempat.

3. Uji Pelingkupan Isu-isu Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan dalam KRP.

Pengujian ini ditujukan untuk memandu penyusun KRP memperhatikan isu-isu

lingkungan hidup maupun keberlanjutan di tingkat lokal, regional, nasional, maupun

internasional, dan melihat relevansi langsung isu-isu tersebut terhadap wilayah

perencanaannya.

4. Uji Pemenuhan Sasaran dan Indikator Lingkungan Hidup dan Pembangunan

Berkelanjutan.

Pengujian ini efektif bila konsep rencana sudah mulai tersusun, sehingga dapat dilakukan

penilaian langsung atas arahan-arahan rencana terhadap indikator-indikator teknis

lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Uji ini sebenarnya merupakan iterasi

atau pengembangan dari uji yang dilakukan di awal proses penyusunan KRP

sebagaimana dijelaskan pada nomor 1.

5. Uji Penilaian Efek-efek yang Akan Ditimbulkan.

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk dapat memperkirakan dimensi besaran dan

waktu dari efek-efek positif maupun negatif yang akan ditimbulkan. Bentuk pengujian ini

dapat disesuaikan dengan kemajuan konsep maupun ketersediaan data, sehingga

pengujian dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif. Pengujian secara kuantitatif maupun

kualitatif sama-sama bernilai apabila diikuti dengan verifikasi berupa proses konsultasi

maupun diskusi dengan pihak-pihak yang terkait.

6. Uji Penilaian Skenario dan Pilihan Alternatif.

Pengujian ini membantu penyusun KRP untuk memperoleh pilihan alternatif yang

beralasan, relevan, realistis dan bisa diterapkan. Keputusan pemilihan alternatif bisa

dilakukan dengan sistem pengguguran (memilih satu opsi dan menggugurkan yang

lainnya) atau mengkombinasikan beberapa pilihan dengan penyesuaian.

7. Uji Identifikasi Timbulan Efek atau Dampak dampak Turunan maupun

Kumulatif.

Pengujian ini merupakan pengembangan dari jenis pengujian nomor 5, dimana

jenis-jenis KRP tertentu diperkirakan juga akan menimbulkan efek-efek atau dampak-dampak

lanjutan yang lahir dari dampak langsung yang ditimbulkan, maupun akumulasi efek

dalam jangka waktu panjang dan pada skala ruang yang besar.

(10)

a. mengemasnya dalam berbagai model daftar pertanyaan, misalnya model daftar uji

untuk menilai mutu dokumen, model daftar uji untuk menilai konsistensi muatan KRP

terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan, model daftar uji untuk menuntun pengambil

keputusan mempertimbangkan kriteria-kriteria dan opsi-opsi yang mendukung

keberlanjutan, dan lain sebagainya

b. melakukannya secara berurut sejalan dengan proses persiapan, pengumpulan data,

kompilasi data, analisis dan penyusunan rencana

c. melakukannya secara berulang/iteratif

d. mengembangkan atau memodifikasi jenis pertanyaan-pertanyaannya sesuai dengan

kepentingan pengujian atau kemajuan pengetahuan.

Gambar 8.5. Kerangka Kerja dan Metodologi KLHS

Dalam pelaksanaannya, penyusunan KLHS dilakukan terhadap 3 kondisi KRP, yaitu

KRP yang sudah disusun atau dilaksanakan sebelumnya, KRP yang masih dalam proses

perencanaan atau penyusunan dan yang terakhir adalah KRP yang sedang dalam proses

penyusunan. Pendekatan pelaksanaan KLHS terhadap ketiga kondisi KRP tersebut berbeda

(11)

Gambar 8.6. Integrasi Pelaksanaan KLHS dalam Perencanaan KRP

Gambar 8.7 Skema Alternatif Pelaksanaan Integrasi KLHS

D. Rencana Penyusunan KLHS Usulan Program

Berdasarkan hasil analisa pada Bab 6 sebelumnya, didapatkan rumusan beberapa

usulan program Cipta Karya tahun 2015-2019 yang akan direncanakan di Kabupaten Hulu

Sungai Utara, yang selanjutnya setelah melalui proses penapisan terdapat usulan program

yang perlu dilakukan studi KLHS terlebih dahulu. Proses penyusunan KLHS RPI2-JM

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Identifkasi Pemangku Kepentingan

Pemangku kepentingan yang akan trelibat baik dalam proses penyusunan KLHS maupun

terkena dampak dari penerapan KRP, terdiri dari pemangku kepentingan pemerintah dan

pemangku kepentingan non pemerintah, sebagai berikut :

Dinas/Instansi/institusi  Insitusi yang berwenang menyusun K/R/P

(12)

Pemerintahan Institusi lingkungan hidup

 Institusi terkait lainnya

Institusi/Lembaga Non

Pemerintahan

 Dewan Perwakilan

 LSM/Ormas

 Perguruan Tinggi/Akademisi/Asosiasi Profesi

 Asosiasi/Dunia Usaha

 Lembaga yang mewakili masyarakat terkena dampak

Seberapa besar keterlibatan pemangku kepentingan dalam penyusunan KLHS dilihat

keterkaitan peran dan fungsi sebagaimana tertuang dalam tupoksi masing-masing SKPD

terkait, serta potensi dampak yang kan diterima SKPD tersebut atas penerapan KRP

tersebut terkait dengan pelaksanaan tupoksinya. Kajian keterlibatan SKPD dalam KLHS

adalah sebagai berikut :

Tabel 8.1 Identifikasi Pemangku Kepentingan Instansi Pemerintah

No Instansi Alasan Rekomendasi

1. Bupati Hulu Sungai Utara Sebagai pengambil kebijakan Terlibat dalam penyusunan KLHS

2. DPRD Sebagai pengambil kebijakan Terlibat dalam

penyusunan KLHS 3. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

menyusun dan melaksanakan di bidang perencanaan pembangunan daerah

Terlibat dalam penyusunan KLHS 4. Badan Lingkungan Hidup penyusuanan dan pelaksanaan di bidang

lingkungan hidup

Terlibat dalam penyusunan KLHS 5. Badan Penanggulan

Bencana Daerah

menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana

Terlibat dalam

tugas pembantuan di bidang pembinaan kebudayaan, pariwisata pemuda dan olahraga.

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 7. Dinas Perikanan dan

Peternakan

Membantu melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang perikanan dan bidang pertanian sub bidang peternakan dan kesehatan hewan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS

8. Dinas Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah, Perindustrian Dan Perdagangan

Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang koperasi, usaha kecil dan menengah, perindustrian dan perdagangan

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 9. Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan Informatika

Tugas pembantuan di bidang pembinaan system transportasi, lalu lintas angkutan jalan, lalu lintas angkutan sungai dan danau, serta komunikasi dan informatika

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 10. Dinas Pendapatan

Daerah

Tugas pembantuan di bidang pendapatan daerah meliputi pelaksanaan dan pengawasan pajak bumi bangunan dan biaya perolehan atas tanah dan bangunan

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 11. Dinas Pendidikan Tugas pembantuan di bidang pembinaan

Pendidikan taman kanak-kanak dan sekolah Dasar, Pendidikan Menengah, pendidikan masyarakat, pendidikan guru dan tenaga kerja

(13)

No Instansi Alasan Rekomendasi

12. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Tugas dalam pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan pencatatan sipil, pelaksanaan dan pengawasan pengelolaan data dan dokumen kependudukan

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 13. Badan Kependudukan

Dan Keluarga Berencana Daerah

pembinaan, pengendalian dan pengawasan tugas di bidang kesekretariatan, pengendalian

kependudukan dan pelaporan, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, keluarga sejahtera, dan advokasi dan penggerakan masyarakat

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS

14. Kesatuan Bangsa Dan Politik

pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan

ekonomi, sosial, budaya, agama dan kewaspadaan nasional serta bina bidang politk

Tidak Terlalu Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 15. Badan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Daerah

Tugas pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan anggaran, akuntansi, perbendaharaan, aset, penatausahaan dan penggunausahaan aset

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 16. Dinas Pasar, Kebersihan

Dan Tata Kota

Pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan di bidang Pasar, Kebersihan, dan Tata Kota

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 15. Dinas Pekerjaan Umum pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan

pengairan, cipta karya, bina marga

Terlibat Dalam Penyusunan KLHS 16. Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan Dan Ketahanan Pangan

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi, pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan penyuluh, petani dan kemitraan, penyediaan sarana dan prasarana serta pengkajian teknologi, evaluasi pengembangan kapasitas sumber daya manusia penyuluhan, evaluasi pengembangan kapasitas sumber daya manusia penyuluhan

Tidak Terlalu Terlibat Dalam Penyusunan KLHS

2. Identifkasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Pada prinsipnya semua kegiatan pembangunan infrastruktur yang dilakukan dalam

rangka memberikan kemudahan dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka

peningkatan kualitas hidup dan taraf hidup masyarakat. Untuk itu pencapaian tujuan

tersebut dapat Berdasarkan usulan program kegiatan sebagaimana yang diapparkan pada

bab 6, maka terdapat beberapa usulan program yang masuk kategori dalam Kebijakan,

Rencana dan Program (KRP) yang perlu dilakukan kajian atau penyusunan KLHS sebelum

diimplementasikna, yaitu terdiri dari :

a. Pertanahan & Tata Ruang

1) Kesenjangan Perkembangan Wilayah & struktur Ruang

2) Pemanfaatan Lahan Basah Untuk Budidaya Perikanan di Sepanjang Jaringan

Irigasi

3) Perubahan Kawasan Lindung Mangrove, Sempadan Pantai, Sempadan Sungai dll

(sesuai Perda pasal 24)

4) Optimalisasi Pemanfaatan DAS

5) Penataan Sempadan Sungai Perubahan Rona Lingkungan Pada Kawasan DAS

(14)

7) Penanganan & Pengelolaan Daerah Tangkapan Resapan Air

8) Pengendalian Pemanfaatan Lahan Gambut dengan ketebalan > 3 m yang tidak

sesuai daya dukungnya (Beruntung Baru & Gambut)

9) Penurunan Ruang Terbuka Hijau (Permukiman)

10)Permasalahan Tumpang Tindih Kepemilikan Lahan

11)Berkurangnya luasan lahan pertanian tanaman pangan & holtikultura

12)Pemantapan Kawasan Hutan

13)Penyelesaian Kegiatan Non Kehutanan dalam Kawasan Hutan (Forest-Land

Tenure)

b. Ekonomi Wilayah

1) Kesenjangan Tingkat Pendapatan Masyarakat di Wilayah Perdesaan & Perkotaan

2) Berkurangnya peluang usaha masyarakat kecil karena eksploitasi sumber daya

yang tidak berkelanjutan

3) Belum Optimalnya Pertumbuhan Ekonomi Wilayah & pengembangan potensi

ekonomi sektoral & geografi

4) Belum optimalnya kesempatan kerja serta daya saing & industri hilir masih rendah

5) Penurunan/Rendahnya Produksi Pertanian karena anomali iklim, OPT (organisme

pengganggu tanaman), terbatasnya penerapan teknologi, terbatasnya Prastan &

alih fungsi lahan

c. Infrastruktur Wilayah

1) Belum optimalnya Penanganan & Pengelolaan air bersih dan Sanitasi

2) Keterbatasan Akses Transportasi Darat

3) Kurang Optimalnya Pemanfaatan Transportasi Sungai (pendangkalan)

4) Belum Berkembangnya MRT (mass rapid transportation) untuk Transportasi

Umum

5) Terdapatnya hambatan samping jalan Raya/Bahu Jalan

6) Belum optimalnya jaringan listrik

7) Belum optimalnya jaringan komunikasi

8) Belum optimalnya jaringan irigasi & drainase

d. Sosial Kemasyarakatan

1) Perubahan Perilaku & Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

2) Migrasi Penduduk pada Kawasan Cepat Tumbuh

3) Kualitas SDM masih rendah

4) Belum Terkendalinya Pertumbuhan & Penyebaran Penduduk

e. Dampak Lingkungan

(15)

2) Terjadinya Banjir karena pemanfaatan ruang yang tidak berwawasan lingkungan

3) Sering terjadinya kebakaran hutan dan lahan

4) Perubahan Ekosistem karena pengurugan rawa/ pengeringan lahan

5) Penurunan Kualitas & Kuantitas Air Tanah

6) Erosi & Perambahan Hutan

7) Pencemaran Lingkungan akibat Aktifitas Tambang, Industri & Transportasi

f. Kelembagaan

1) Keterbatasan Informasi & Promosi Potensi Daerah

2) Belum berkembangnya koperasi/Bumdes

3) Belum optimalnya koordinasi antar lembaga

3. Identifkasi KRP

Berdasarkan usulan program kegiatan sebagaimana yang diapparkan pada bab 6,

maka terdapat beberapa usulan program yang masuk kategori dalam Kebijakan, Rencana

dan Program (KRP) yang perlu dilakukan kajian atau penyusunan KLHS sebelum

diimplementasikan, yaitu terdiri dari :

Tabel 8.2 Identifikasi KRP

No Komponen

Kebijakan/Rencana/Program Kegiatan Lokasi

1 Penyehatan Lingkungan

Permukiman

a. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat

 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

 Amuntai

b. Sistem Penanganan Persampahan Skala Regional

 Penambahan Sel/Lobang TPA Regional Tabing Liring

 TPA Regional Tebing Liring

2 Pengembangan Permukiman

a. Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

 Rencana Pembangunan Rusunawa

 Kel. Paliwara

Untuk bahasan KLHS dalam RPI2-JM ini hanya sampai pada tahap identifikasi KRP

yang diperkirakan akan berdampak atau berpengaruh pada pembangunan berkelanjutan,

mengingat pembahasan KLHS merupakan suatu kajian tersendiri yang harus dilakukan

dengan seksama dan mendalam serta dikaji secara komprehensif dengan melibatkan

pemangku kepentingan terkait, demikian pula pembahasannya dilakukan secara bertahap

dalam beberapa kali forum focus group discussion (FGD). Jika dipaksakan pembahasan pada

penyusunan dokumen RPI2-JM ini maka selain prosesnya tidak memungkinkan dilakukan

secara intensif dan komprehensif, juga waktu pembahasannya sangat terbatas dan pada

akhirnya output yang diharapkan tidak akan maksimal dan akurat menghasilkan

(16)

beberapa KRP yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pembangunan berkelanjutan,

maka diperlukan studi KLHS lebih lanjut terhadap KRP tersebut.

8.1.2

AMDAL, UKL, UPL dan SPPLH

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai

dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha

dan/atau Kegiatan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup,

yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha

dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau

Kegiatan.

Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH) adalah merupakan

pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk melakukan

pengelolaan dan pemantauanlingkungna hidup atas dampak lingkungan hidup dari Usaha

dan/atau kegiatannya diluar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL

Panduan kerangka Lingkungan dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait

yang berlaku, antara lain:

1. Undang-undang (UU) No. 32/2009 Tentang Perlindungaan dan Pengelolaan lingkungan

hidup, pasal 22-33 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat

menimbulkan dampak lingkungan besar dan signifikan diharuskan wajib AMDAL. Pasal 34

mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yang kemungkinan dapat menimbulkan

dampak lingkungan yang wajib UKL/UPL. Pasal 35 rencana kegiatan atau pekerjaan yang

diminta untuk dilengkapi dengan SPPL.

2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan, Dokumen Lingkungan

Hidup (AMDAL dan UKL-UPL) menyediakan informasi yang diperlukan untuk proses

pengambilan keputusan terkait dengan penerbitan izin lingkungan. Informasi yang

disajikan berupa dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/atau

kegiatan dan langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi social dan institusi,

pemantauan lingkungannya serta komitmen pemrakarsa

3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 32-33, Keputusan Kelayakan Lingkungan

atau ketidaklayakan diambil oleh Mentri/Gubernur/Bupati/Walikota dari hasil rekomendasi

hasil penilaian Andal & RKL-RPL dari Komisi Penilai Amdal dengan jangka waktu 10 hari

(17)

4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 47, izin lingkungan diterbitkan oleh Mentri,

gubernur, atau bupati/walikota bersamaan dengan diterbitkannya keputusan kelayakan

lingkungan hidup

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15/2012, tentang Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan hidup

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 10 tahun 2008 tentang Penetapan Jenis

Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib

Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan

Lingkungan (UPL); dan

Seluruh program investasi inrfrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh

Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak

sub-proyek, dirumuskan dalam bentuk :

a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan

(ANDAL) dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan

Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), khususnya bagi kegiatan sub proyek yang

diprakirakan menimbulkan dampak penting atau perubahan mendasar bagi

lingkungan.

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL),

bagi kegiatan sub proyek yang tidak menimbulkan dampak penting pada lingkungan.

c. Standar Operasi Baku (SOP) untuk petunjuk pelaksanaan mitigasi dilapangan

termasuk petunjuk pelaksanaan operasional dan pemeliharaan sarana yang

dibangun.

d. Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau

UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial,

kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif

terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk

dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin pada masyarakat dan

lingkungan. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang

penting terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui

(18)

4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan

untuk mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat

alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi / kawasan lindung, alur laut

internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak

membiayai pembelian, produksi atau penggunaan :

a. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;

b. Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsur asbes;

c. Bahan/material yang termasuk dalam ketegori B3 (bahan beracun dan berbahaya).

Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan,

menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau

bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di

Indonesia;

d. Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan

yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida;

e. Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak

membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang

mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada ataupun yang

sedang dibangun;

f. Kekayaan budaya. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai

kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa

benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual;

dan

g. Penebangan kayu. RPIJM bidang Infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai

kegiatan yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan

penebangan kayu.

Prosedur pelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan

awal sub proyek sesuai dengan kriteria persyaratan Safeguard, evaluasi dampak lingkungan;

pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan,

perumusan dokumen SOP, UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL),

pelaksanaan dan pemantauan pelaksanaan.

Tabel 8.3 Kategori Pendugaan Safeguard Lingkungan

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

A

Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan

(19)

Kategori Dampak Persyaratan Pemerintah

B

Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan

UKL/UPL

C

Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah dan air.

Tidak ada Catatan :

 ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan

 RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan

 UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan

 UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup yang terkait dengan Bidang Pekerjaan Umum Cipta Karya adalah

sebagai berikut :

Tabel 8.4 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup N. 5 Tahun 2012 Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Wajin AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran

1 Persampahan

a. Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Sampah domestik dengan sistem control landfill atau sanitary landfill

(luas < 10 Ha dan kapasitas < 10.000 ton)

b. TPA di daerah pasang surut , Semua kapasitas/besaran

c. Pembangunan Transfer Station (kapasitas operasional) ≥ 500 ton/ hari

d. Pembangunan incenarator Semua kapasitas

e. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: ≥ 500 ton/ Hari f. Bangunan Komposting dan Daur Ulang (kapasitas sampah baku) ≥ 500 ton/ hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api ≥ 500 ton/ hari

2 Pembangunan perumahan/ permukiman

a. Kota metropolitan ≥ 25 ha

b. Kota besar ≥ 50 ha

c. Kota sedang ≥100 ha

d. Keperluan Settlement transmigrasi ≥ 2000 ha

3 Air limbah domestik

a. Pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT), termasuk

fasilitas penunjangnya Luas ≥2 haKapasitas ≥ 11 m3 / hari

b. Pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) limbah

domestik termasuk fasilitas penunjangnya Luas ≥ 3 haKapasitas ≥ 2.4 ton/ hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah Luas ≥ 500 ha

Kapasitas ≥ 16.000 m3 / hari

4 Pembangunan saluran drainase (primer dan/atau skunder) di permukiman

a. Kota besar/ metropolitas ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang ≥ 10 km

5 Jaringan air bersih di kota besar/ metropolitas

a. Pembangunan jaringan distribusi ≥ 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi >= 10 km

(20)

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas

menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan

dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang

wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel beriku ini.

Tabel 8.5 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala

(Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

1 Normalisasi Sungai

a. Kota Besar/Metropolitan

Perubahan alur, dasar Dan tebing b. Kota Sedang (panjang

sungai)

d. Sodetan Semua Besaran

2 Persampahan

a. Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan sistem control landfill atau sanitary landfill

(luas < 10 Ha fisik, kimia dan sosial ekonomi budaya, introduksi jenis kawasan

Gangguan kesehatan, estetika, bau, asap, pembakaran, emisi bio gas (H2S, NOX, Sox, Cox, b. TPA di daerah pasang

surut

incenarator < 500 ton/hari e. Bangunan Komposting

dan Daur Ulang

(kapasitas sampah baku)

> 50 s/d 100 ton/Ha 3 Pembangunan Perumahan

dan Permukiman

Perubahan tata guna lahan skala kawasan, perubahan daya dukung dan tingkat pelayanan kota, bangkitan LHR, bangkitan sampah dan limbah, perubahan tingkat a. Kota Metropolitan (luas) 2 Ha s/d <25

Ha

(21)

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

Ha kemerosotan,

Permukiman Perubahan bentuk

lahan, pengaruhnya dan sarana kota, perubahan kondisi sosial ekonomi dan budaya, kehilangan bangunan bersejarah atau peningkatan nilai asset bangunan bersejarah a. Kota Metropolitan dan

Besar >= 1Ha

5 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kualitas air tanah maupun air permukaan sekitar

6 Pembangunan Sistem Perpipaan Air Limbah timbulnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisigas hasil pembakaranpencemaran atau perubahan kualitas dan kuantitas air tanah, air permukaan dan air bakuserta keresahan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah. Kota Besar/ Metropolitan

(luas/ layanan) < 500 Ha

7 Drainase Permukiman Kota a. Pembangunan saluran di

Kota Besar dan air di bagian hilir saluran *) pembangunan drainase skunder dan tertier di kota

- Drainase Utama

(panjang) < 5 Km

- Drainase Skunder dan

Tertier (panjang) 1 Km – 5 Km b. Pembangunan Saluran di

Kota Sedang

(22)

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

(panjang) ekonomi dan budaya sedang kemungkinan

melewati permukiman padat

- Drainase Skunder dan

Tertier (panjang) 2 – 10 Km* c. Pembangunan Saluran di

Kota Kecil (panjang) < 5 Km 8 Pembangunan Bangunan

Gedung, meliputi

apartemen/ perkantran dan rumah sakit kelas A, B, dan bangkitan LHR, air limbah, sampah, peningkatan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (air bersih, air limbah, jalan akses,

9 Air Bersih Perkotaan

Penerapan konsumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka tanah akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, intusi air asin, perubahan kualitas air badan penerima limbah hasil proses pengolahan air. *)skala besaran wajib UKL?UPL untuk

pengambilan dari mata air > 5 l/dt s/d <50 l/d (khususnya di P. Jawa dan pulaupulau kecil)

*) sepanjang belum diatur oleh instansi yang

c. Pengambilan Air Baku dan Sungai, Danau dan Sumber Air Lainnya

10 Pembangunan Kawasan Permukiman Untuk

(23)

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus

b. Atau Luas Lahan Kawasan

2 Ha – 100 Ha mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam

perubahan daya dukung kawasan (lahan, sumber daya air, pertanian, kehutanan, perkebunan, dll), perubahan koefisien run off , perubahan KDB, KLB.

Catatan

*) kedalam kegiatan ini termasuk yang dipersiapkan untuk menampung

pengungsi dan

memukimkan kembali, penduduk yang dipindahkan akibat pembangunan proyek misalnya waduk, jalan, bencana sosial, dll. Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

Beberapa kegiatan pada bidang Pekerjaan Umum untuk mempertimbangkan

skala/besaran menggunakan ketentuan berdasarkan jumlah populasi, yaitu :

 Kota Metropolitan : > 1.000.000 jiwa

 Kota Besar : 500.000 – 1.000.000 jiwa

 Kota Sedang : 200.000 – 500.000 jiwa

 Kota Kecil : 20.000 – 200.000 jiwa

Seperti halnya pengelolaan persampahan, dampak yang ditimbulkan bisa menjadi

positif pada peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, memberikan

tatanan lingkungan yang bersih dan sehat, memperkecil resiko terjangkitnya penyakit pada

masyarakat serta dapat menekan peningkatan volume limbah padat/sampah.

Namun, khusus untuk pengembangan untuk lokasi tempat pembuangan akhir (TPA)

sendiri, akan menerima segala resiko akibat pola pembuangan sampah terutama yang

berkaitan dengan kemungkinan terjadinya pencemaram lindi (leachate) ke badan air maupun

air tanah, pencemaran udara oleh gas dan efek rumah kaca serta berkembang biaknya

vektor penyakit seperti lalat. Selain itu dampak lainnya cara jelas dapat diliat pada tabel

berikut :

Tabel 8.6 Dampak Potensial Kegiatan Pembuangan Akhir

Tahap

Pembangunan Kegiatan Perkiraan Dampak

Prakonstruksi  Pemilihan lokasi TPA

 Perencanaan

(24)

Tahap

Pembangunan Kegiatan Perkiraan Dampak

 Pembebasan lahan

 Perencanaan yang tidak didukung oleh data yang akurat akan menghasilkan konsntruksi yang tidak memadai

 Ganti rugi yang tidak memadai akan menimbulkan keresahan masyarakat

Konstruksi  Mobilisasi alat berat & tenaga

 Pembersihan lahan

 Pekerjaan sipil

 Meningkatkan polusi udara (debu, kebisingan)

 Keresahan sosial apabila tenaga setempat tidak dimaanfaatkaan

 Pengurangan tanaman

 Pembuatan konstruksi yang tidak memenuhi persyaratan akan menyebabkan kebocoran lindi, gas dan lain-lain

Operasi  Pengangkutan

 Penimbunan dan

 Pengangkutan sampah dalam keadaan terbuka dapat menyebabkan bau dan sampah berceceran di sepanjang jalan yang dilalui truk

 Penimbunan sampah yang tidak beraturan dan

pemadatan yang kurang baik menyebabkan masa pakai TPA lebih singkat

 Penutupan tanah yang tidak memadai dapat

menyebabkan bau, populasi lalat tinggi dan pencemaran udara

 Ventilasi gas yang tidak memadai menyebabkan pencemaran udara, kebakaran dan bahaya asap

 Lindi yang tidak terkumpul dan terolah dengan baik dapat menggenangi jalan dan mencemari badan air dan air tanah

Pasca operasi  Reklamasi lahan

 Pemantauan kualitas lindi dan gas

 Reklamasi yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan apalagi digunakan untuk perumahan dapat

membahayakan konstruksi bangunan dan kesehatan masyarakat

 Tanpa upaya pemantauan yang memadai, maka akan menyulitkan upaya perbaikan kualitas lingkungan

Untuk mengurangi dampak tersebut, dalam melaksanakan pembangunan dan

pengoperasian TPA perlu kajian lingkungan TPA yang disesuaikan dengan ketentuan

peraturan perundangan yang berlaku. Secara umum dokumen yang harus dilengkapi untuk

melaksanakan pembangunan dan pengoperasian TPA adalah :

1. AMDAL

a. Untuk kegiatan pembangunan TPA > 10 Ha

b. Untuk kegiatan pembangunan TPA yang terletak dikawasan lindung, berbatasan

dengan kawasan lindung atau yang secara langsung mempengaruhi kualitas

lingkungan kawasan lindung. Seperti di pinggir sungai, pantai, laut dan kawasan

lindung lainnya (< 10 ha)

c. Dokumen AMDAL terdiri dari Kerangka Acuan (KA) ANDAL, ANDAL, RKL / RPL.

d. Kerangka Acuan KA ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan dan

kegunaan studi), ruang lingkup studi (lingkup rencana kegiatan yang akan ditelaah,

lingkup rona lingkungan hidup awal dan lingkup wilayah studi), metode studi (metode

(25)

penting, metode evaluasi dampak), pelaksanaan studi (tim studi, biaya studi dan

waktu). KA ANDAL juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran

e. Penyusunan dokumen ANDAL meliputi pendahuluan (latar belakang, tujuan studi dan

kegunaan studi), metoda studi (dampak penting yang ditelaah, wilayah studi, metode

pengumpulan dan analisa data, metode prakiraan dampak penting dan evaluasi

dampak penting), rencana kegiatan (identitas pemrakarsa dan penyusun ANDAL,

tujuan rencana kegiatan, kegunaan rencana kegiatan dari awal sampai akhir), rona

lingkungan hidup (fisik-kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat termasuk

komponen-komponen yang berpotensi terkena dampak penting) , prakiraan dampak

penting (pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi termasuk mekanisme

aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan), evaluasi dampak penting

(telaahan terhadap dampak penting dan digunakan sebagai dasar pengelolaan).

Selain itu juga perlu dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai dasar ilmiah dan

lampiran seperti surat izin rekomendasi untuk pemrakarsa, SK, foto-foto, peta,

gambar, tabel dan lain-lain

f. Penyusunan dokumen RKL, meliputi latar belakang pengelolaan lingkungan, rencana

pengelolaan lingkungan (dampak penting dan sumber dampak penting, tolok ukur

dampak, tujuan rencana pengelolaan lingkungan, pengelolaan lingkungan melalui

pendekatan teknologi/sosial ekonomi/institusi, lokasi pengelolaan lingkungan, periode

pengelolaan lingkungan, pembiayaan pengelolaan lingkungan dan institusi yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan). Dokumen RKL ini juga dilengkapi

dengan pustaka dan lampiran

g. Penyusunan dokumen RPL, meliputi latar belakang pemantauan lingkungan (dampak

penting yang dipantau, sumber dampak, parameter lingkungan yang dipantaau,

tujuan RPL, metode pemantauan dan institusi yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan pemantauan lingkungan

2. UKL / UPL

a. Untuk kegiatan pembangunan TPA < 10 ha

b. Dokumen yang diperlukan adalah dokumen UKL dan UPL

Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi rencana kegiatan (jenis

kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang, jarak lokasi

kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya, sarana/fasilitas yang direncanakan, proses

yang akan dilaksanakan), komponen lingkungan yang mungkin akan terkena dampak,

dampak yang akan terjadi (sumber dampak, jenis dampak dan ukurannya, sifat dan tolok

ukur dampak), upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemraakarsa,

(26)

yang dipantau, lokasi pemantauan, waktu pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme

pelaporan pelaksanaan UKL/UPL pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi pembina, BPLDH

dan dinas teknis terkait). Dokumen ini dilengkapi juga dengan pernyataan pemrakarsa yang

ditanda tangani untuk melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan.

3. SPPL

Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPL) merupakan surat yang

berisikan persetujuan atau kesediaan suatu perusahaan atau industri untuk berkomitmen

melakukan dan menjalankan tindakan mengelola dan memberi pantauan terhadap

lingkungan sekitar perusahaan atau industri yang mungkin menimbulkan pencemaran

lingkungan. SPPL ini wajib disusun bagi perusahaan atau industri wajib UKL/UPL karena

surat pernyataan kesanggupan ini menjadi bahan rekomendasi yang dibutuhkan untuk

pelengkap syarat izin usaha dan gangguan dari wilayah tempat industri.

Penyusunan SPPL wajib dilaksanakan oleh perusahaan atau industri yang tidak

menyumbang dampak signifikan terhadap lingkungan. Karena pentingkannya surat ini maka

sebisa mungkin setiap usaha bergerak aktif untuk mendapatkan SPPL agar usaha tidak

terbentur masalah perizinan.

Kerangka Kelembagaan Safeguard Lingkungan

1. Pemrakarsa Kegiatan

Pemrakarsa Kegiatan adalah perumus dan pelaksana RPIJM pemerintah Kabupaten

Hulu Sungai Utara. Pemrakarsa kegiatan bertanggung jawab untuk melaksanakan:

a. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL, melaksanakan

serta melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila diperlukan Bappedalda dapat

membantu pemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan pemantauan;

b. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak lingkungan atau

PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL

dan RKL/RPL. Sebelum kegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa kegiatan perlu

menyediakan semua bahan yang relevan sekurang-kurangnnya 3 (tiga) hari sebelum

kegiatan dilakukan yang setidaknya mencakup: ringkasan tujuan kegiatan, rincian

kegiatan; dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Hasil konsultasi dalam

forum stakeholder tersebut harus dicatat sebagai bagian dari laporan ANDAL.

Disamping itu, kegiatan konsultasi dengan PAP bila perlu juga dilakukan selama

pelaksanaan sub proyek;

c. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya Bapedalda, Bupati Hulu

(27)

d. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada

publik dalam waktu yang tidak terbatas; dan

e. Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan prosedur

penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap

pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi, selama

konstruksi dan/atau operasi kegiatan perlu diselesaikan secara musyawarah antara

pemrakarsa kegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.

2. Bappedalda atau Dinas/ Instansi Terkait

a. Menurut SK Menteri Lingkungan Hidup No. 86/2003, Bappedalda atau Dinas/Instansi

yang berkecimpung dalam masalah lingkungan hidup, bertanggung jawab untuk

mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh

pemrakarsa kegiatan;

b. Dalam pelaksanaan RPIJM, Bappedalda juga bertanggung jawab untuk melakukan

supervisi pelaksanaan RKL/RPL serta melakukan pemantauan terhadap lingkungan

secara umum;

c. Bappedalda juga merupakan anggota tetap Komisi AMDAL.

3. Komisi AMDAL

Komisi AMDAL adalah badan yang berwenang dan bertanggung jawab untuk

melakukan:

a. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL yang dirumuskan

oleh pemrakarsa kegiatan;

b. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada Bupati Hulu Sungai Utara

(sesuai dengan PP No. 27/2012 mengenai AMDAL)

Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib

dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL

tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Berdasarkan hasil analisa pada Bab 6 sebelumnya, didapatkan rumusan beberapa

usulan program Cipta Karya tahun 2015-2019 yang akan direncanakan di Kabupaten Hulu

Sungai Utara, yang selanjutnya akan di buat tabel cheklist data kegiatan apa saja yang

masuk dalam AMDAL, UKL/UPL atau yang masuk SPPLH. Cheklist data kegiatan dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 8.7 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya

(28)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A Pengembangan Air Minum

1 Pengadaan dan pemasangan pipa HDPE Ø 200 m 2 Pengadaan dan pemasangan pipa

HDPE Ø 100 m 3 Pengadaan dan pemasangan pipa

HDPE Ø 150 m

Kec. Danau

Panggang v

4 Pengadaan dan pemasangan pipa

HDPE Ø 75 m Kec. Paminggir v

5 Pengadaan dan pemasangan pipa

HDPE Ø 50 m Kec. Paminggir v

6 Pembangunan Intake/Porton Kecamatan Babirik v

8 Pengadaan dan Pemasangan IPA Kapasitas 10 lt/dt

Kecamatan Babirik

v

9 Pekerjaan Pembangunan Reservoir 200 m3

Kecamatan Babirik

v

11 Pengadaan dan Pemasangan Pipa

Transmisi dia Ø 150 mm Kecamatan Babirik v

12 Pembangunan Intake/Porton Zona 1 (Kec. Amuntai Tengah, Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Haur dan Banjang)

v

13 Pengadaan dan Pemasangan Pompa Submersible Q = 22 lt/dtk

Zona 1 (Kec.

14 Pengadaan dan Pemasangan Pompa Centrifugal Q = 20 lt/dtk

Zona 1 (Kec.

15 Pengadaan dan Pemasangan IPA Kapasitas 20 lt/dt

Zona 1 (Kec.

16 Pekerjaan Pembangunan Reservoir 500 m3

17 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi HDPE Ø 250 mm

Zona 1 (Kec.

18 Pengadaan dan Pemasangan Pompa Submersible Q = 22 lt/dtk

(29)

No Rincian Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

19 Pembangunan Intake/Porton Zona 2 (Kecamatan Sungai Pandan dan Sungai Tabukan)

v

20 Pengadaan dan Pemasangan Pompa Submersible Q = 11 lt/dtk

Zona 2 (Kecamatan Sungai Pandan dan Sungai Tabukan)

v

21 Pengadaan dan Pemasangan Pompa Centrifugal Q = 10 lt/dtk

Zona 2 (Kec. Sungai Pandan dan Sungai Tabukan)

v

22 Pengadaan dan Pemasangan IPA Kapasitas 10 lt/dt

Zona 2 (Kecamatan Sungai Pandan dan Sungai Tabukan)

v

23 Pekerjaan Pembangunan Reservoir 200 m3

Zona 2 (Kecamatan Sungai Pandan dan Sungai Tabukan)

v

24 Pengadaan dan Pemasangan Meter Induk Ø 6"

Zona 2 (Kecamatan Sungai Pandan dan Sungai Tabukan)

v

25 Pengadaan dan Pemasangan Pipa Transmisi dia Ø 150 mm

Zona 2 (Kecamatan Sungai Pandan dan Sungai Tabukan)

v

26 Pembangunan Jaringan Perpipaan dan Aksesoris Kawasan Sungai Tabukan

Kec. Sungai Tabukan

v

27 Pengadaan dan Pemasangan Pipa di MBR Kawasan Muara Tapus

Kec. Amt Tengah &

Sungai Pandan v

28 Pengadaan dan Pemasangan Pipa di MBR Perpipaan Kawasan Banjang

Kec. Banjang v

30 Pengadaan perpanjangan jaringan pipa 4" sepanjang 3000 m dan pipa 3" 2000 m

Desa Sei Zam-zam dan Desa Hambukan Kec Babirik

v

B Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

1 Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)

Desa Teluk Haur

Kec.Haur Gading v

2 Pembangunan Sanitasi Berbasis

Masyarakat (SANIMAS) Desa Teluk Haur v

3 Pembangunan Sanitasi Berbasis

Masyarakat (SANIMAS) Desa Rantau Karau v

4 Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)

Desa Sungai

Sandung v

5 Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)

Desa Jarang Kuantan Kec. Amuntai Selatan

v

6 Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)

Desa Pakacangan

Kec. Amuntai Utara v

7 Pembangunan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)

Desa Banyu Hirang Kecamatan Amuntai Selatan

v

8 Pembangunan Instalasi

Pengolahan Lumpur Tinja Kec. Amuntai Utara v

9 Pembangunan TPS 3R Desa Manarap v

10 Pembangunan TPS 3R Desa Simpang Tiga v

(30)

No Rincian Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

12 Pembangunan TPS 3R Desa Jarang

Kuantan v

17 Pembangunan TPS 3R Desa Banyu Hirang

Kec. Amuntai Selatan

v

18 Pembangunan TPS 3R Desa Pakacangan

Kec. Amuntai Utara v

19 Pipa Saluran Gas TPA Regional Tebing

Liring v

20 Tempat cuci mobil TPA Regional Tebing

Liring v

21 O & P Instalasi Pengolah Lindi TPA Regional Tebing

Liring v

22 Penambahan Sel/Lobang TPA Regional Tabing Liring

TPA Regional Tebing

Liring v

23 Pipa Saluran Gas TPA Regional Tebing

Liring v

24 Buffer Zone TPA Regional Tebing

Liring v

25 O & P Instalasi Pengolah Lindi TPA Regional Tebing

Liring v

26 Pembangunan TPS Tersebar di Kab .

HSU v

27 Drainase Kota Amuntai Kota Amuntai v

C Pengembangan Permukiman

1 Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kws.Paliwara

3 Peningkatan Jalan Lingkungan (Aspal t=4cm L=3) dan Drainase

Kws. Paliwara Kec. Amuntai Tengah

v

4 Peningkatan Jalan Lingkungan (Aspal t=4cm L=3,8) dan Trotoar

Kws. Paliwara Kec. Amuntai Tengah

v

5 Pembangunan PSD Kawasan Bersejarah Candi Agung

Kel. Sungai Malang v

6 Pembangunan PSD Kawasan Tikar dan Purun Haur Gading

Desa Tambak Sari Panji

v

7 Pembangunan PSD Kawasan Masjid Tua Sungai Banar

Desa Jarang Kuantan

v

8 Pembangunan Rumah Susun Kelurahan Paliwara v

9 Pembangunan PSD Perdesaan Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Haur Gading Desa Keramat-Tangkawang

v

10 Pembangunan PSD Perdesaan Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Haur Gading Desa Haur Gading - Jingah Bujur

v

11 Pembangunan PSD Perdesaan Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Haur Gading Desa Palimbang Sari

(31)

No Rincian Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

- Desa Jingah Bujur 12 Pembangunan PSD Perdesaan

Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Banjang c v

13 Pembangunan PSD Perdesaan Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Banjang Desa Desa Banjang - Desa Pulau Damar

v

14 Pembangunan Depo Pasar Ikan Kec. Banjang v

15 Pembangunan PSD Perdesaan Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Haur Gading Desa Keramat

v

16 Pembangunan PSD Perdesaan Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Haur Gading Desa Waringin

v

17 Pembangunan PSD Perdesaan Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Haur Gading Desa Loksuga

v

18 Pembangunan PSD Perdesaan Kaw. Minapolitan Haur Gading

Kec. Haur Gading Desa Pulantani

v

D Penataan Bangunan dan Lingkungan

1 Penataan kaw. Strategis nasional kawasan masjid tua sungai Banar

Kec. Amuntai

Selatan v

2 Penataan Kawasan Tikar Purun Kecamatan Haur Gading

Kec. Amuntai

Selatan v

3 Penataan Kawasan Minapolitan Kec. Haur Gading, Kec. Banjang dan Kec. Amuntai Tengah

v

4 Penataan Kws. Strategis Nasional (Klaster A) Kws. Candi Agung

Kec. Amuntai

Tengah v

5 Penataan Kws. Pasar Itik Alabio Kec. Sungai Pandan v 6 Penataan Kawasan Makam Datu

Syekh Sayid Sulaiman

Desa Pakacangan

Kec.Amuntai Utara. v

8.1

ANALISA PERLINDUNGAN SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan

isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender.

Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga

diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun

permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu

diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa

manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan

(32)

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan

dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang

beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah

terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat

nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan

bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

 Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah

bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak

yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program

pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja,

termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan

pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan

partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan

Kemiskinan

 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat,

pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka

meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender

guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif

gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Komponen sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan keresahan masyarakat

(33)

biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah

atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama

pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan dengan

kesepakatan kedua belah pihak terutama terkait dengan ganti rugi atau ganti untung dan

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena

dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

8.2.1

Aspek Sosial pada Tahap Perencanaan Pembangunan

A. Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu

melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti

adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,

serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Tabel 8.8 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Hulu Sunga Utara

No Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi

Umum Permasalahan

Bentuk Penanganan

yang Sudah Dilakukan

Kebutuhan Penanganan 1 Kab. Hulu

Sungai Utara

7.191 Jiwa (Thn 2014)

Penduduk miskin paling banyak diketemukan di Kec. Amuntai Selatan, Babirik dan Sungai Pandan.

- - -

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan

keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitasrendah/tembok tanpa

diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

(34)

10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2,

buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya

dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14.Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,-

seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal

lainnya.

B. Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan

bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta

Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,

Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur

Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat

(PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure

Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan

dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat

bidang Cipta Karya. Berikut akan dijabarkan dalam bentuk tabel yang berisikan pemetaan

awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat,

hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang di Kabupaten Hulu

Sungai Utara.

Tabel 8.9 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kota/Kabupaten

No Program/

Kegiatan Lokasi Tahun

Bentuk 1 Pemberdayaan Masyarakat

Gambar

Gambar 8.2. Perbedaan KLHS dengan AMDAL
Gambar 8.3. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS
Gambar 8.4. Mekanisme Penyelenggaraan KLHS
Gambar 8.5. Kerangka Kerja dan Metodologi KLHS
+7

Referensi

Dokumen terkait

f.     pelaksanaan penilaian kinerja sekolah, akreditasi, pendidikan formal dan nonformal; g.    pelaksanaan pembinaan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi tenaga

Menimbang, bahwa bukti P.6 merupakan bukti autentik yang menerangkan bahwa Tergugat I sejak tanggal 14 Maret 2010 sudah tidak diketahui lagi keberadaannya, bukti tersebut

Daftar Nama Perusahaan Yang Menjadi Sampel Untuk Model Penelitian Pertama..

SAI GARMENTS INDUSTRIES DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP DEMING CYCLE USE-PDSA ” adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi pendidikan S-1 pada Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen

Untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahan pada gardu distribusi dilakukan dengan cara pengukuran langsung menggunakan digital earth tester dengan cara tidak

Pernyataan piutang ini merupakan unsur pengendalian intern yang baik dalam pencatatan piutang, dengan mengirimkan secara periodik pernyataan piutang kepada setiap

This thesis mainly focused to describe the students’ mastery in writing of the eighth year students of SMP N 1 Gantiwarno in the Academic Year 2018/2019.The problem

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimnana perkembangan produk simpanan ceria pintar pada BMT Assyafi’iyah dan bagaimana strategi pemasaran