DIMANA PEMANTAUAN KUALITAS AIR S.MAHAKAM DILAKUKAN
BAB 8
Aspek Lingkungan dan Sosial
8.1
Aspek Lingkungan
8.1.1
Kualitas Air Sungai Mahakam
Kualitas Air yang dimaksud adalah kualitas sumber air baku (baik itu bagi masyarakat sekitar maupun PDAM), dimana sumber air baku yang dipergunakan adalah air Sungai Mahakam. Pengujian kualitas sumber air baku ini dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kutai Kartanegara (Bapedalda) di DAS Sungai mahakam dan di sekitar outlet pembuangan limbah di sepanjang Sungai Mahakam. Gambar 5.1. berikut menunjukkan titik – titik lokasi pengambilan sample air yang dilakukan pada Bulan Mei 2007.
Gambar 8-1
Lokasi Pemantauan Kualitas Air di S. Mahakam
SW 3 : Hulu Kukar (Kec. Muara Muntai)
SW 4 : Pulau Atas (hilir Kota Samarinda)
SW 5 : Kota Tenggarong (Depan Pulau Kumala)
SW 6 : Depan DAS Belayan (hilir DAS Belayan)
SW 7 : Delta Mahakam (Tanjung Dewa)
SW 8 : Anggana (Sungai Meriam)
Gambar 8-2
Lokasi Pemantauan Kualitas Air di S. Mahakam (Dalam Wilayah Proyek Prokasih)
Hasil Pengujian Sampel Air DAS Mahakam
N O P A R A M E T E R U N I T S M E T H O D S P P N o . 8 2 T h . 2 0 0 1
R E S U L T S A M P E L C O D E
S W 1 S W 2 S W 3 S W 4 S W 5 S W 6 S W 7 S W 8 F I S I K A
1 Warna CU (Color Unit)
Spectrophotometric - 41.23 42.98 25.55 42.98 39.49 34.27 42.98 69.11 2 Kekeruhan NTU - 91 121 7.2 123 140 56 195 156 3 TSS mg/L Gravimetric < 50 58 79 131 126 62 67 79 65
K I M I A
1 pH - pH meter 6 - 9. 6.11 6.69 6.4 5.98 6.12 6.7 6.23 6.05 2 DO mg/L DO Meter 4 2 1.9 2.5 2.1 1.8 2 2.1 2 3 BOD5 mg/L Winkler 3 2.7 1.8 2.9 2.1 2.5 1.9 3.8 2.3
4 COD mg/L Titrimetric 25 22.5 15.07 24.3 18.6 24.3 15.1 31.7 19.4 5 Amoniak (NH3-N) mg/L Spectrophotometric - 0.08 0.05 0.05 0.08 0.05 0.05 0.1 0.05
6 Nitrit (N-NO2) mg/L Spectrophotometric - ND ND ND ND ND ND ND ND
7 Sianida (CN) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND 8 Sulfida (H2S) mg/L Titrimetric - < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02 < 0.02
9 Minyak Bumi mg/L Gravimetric - ND ND ND ND ND ND ND ND 10 Senyawa Fenol mg/L Spectrophotometric - < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 11 Surfaktan (Detergen) mg/L Spectrophotometric - <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01
L O G A M B E R A T
1 Raksa (Hg) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND 2 Cr mg/L AAS 0.05 ND ND ND ND ND ND ND ND 3 Arsen (As) mg/L AAS 1 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 4 Selenium (Se) mg/L AAS 0.05 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 <0.001 5 Cadmium (Cd) mg/L AAS 0.01 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 6 Tembaga (Cu) mg/L AAS - <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 <0.02 7 Timbal (Pb) mg/L AAS 0.03 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 <0.01 8 Seng (Zn) mg/L AAS - <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 <0.05 9 Nikel (Ni) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND 10 Perak (Ag) mg/L AAS - ND ND ND ND ND ND ND ND
Selain beberapa parameter kualitas air baku seperti yang telah diuraikan diatas, air Sungai Mahakam juga mengalami penurunan kualitas air yang disebabkan oleh proses alam yaitu air berwarna hitam pekat, dan berbau. Pada kondisi ini air mengalami penurunan kadar O2 (Oksigen), sehingga sehingga air menjadi sulit untuk diolah. Pada kondisi seperti ini PDAM Cabang Tenggarong akan menurunkan kapasitas produksinya, dan sehubungan dengan masalah tersebut PDAM Cabang Tenggarong melakukan pengumuman kepada pelanggan Cabang Tenggarong dan sekitarnya bahwa sistem pendistribusian air bersih sedang mengalami gangguan yang disebabkan oleh penurunan kapasitas produksi yang disebabkan karena perubahan kualitas air baku (bangar). Untuk mengatasi hal tersebut PDAM memberikan pelayanan ekstra kepada pelanggan yaitu air gratis yang disediakan dengan mobil tangki.
Gambar 8-4
Kondisi Air Sungai Mahakam Pada Saat Bangar
8.1.2
Kualitas Air Sungai Tenggarong
Sumber air baku PDAM Tirta Mahakam selain dari Sungai Mahakam adalah Sungai Tenggarong. Oleh karena itu kualitas dari air baku selayaknya tetap dijaga, sehingga pengolahan air dari air baku menjadi air obersih menjadi lebih ringan. Pengujian kualitas air Sungai Tenggarong dilakukan oleh Sub Bidang Penanggulangan dan pencegahan Pencemaran Air Bidang pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Kabupaten Kutai Kartanegara pada kegiatan
Prokasih tahun 2007.
Program Kali Bersih (Prokasih) adalah suatu program kerja pengendalian pencemaran air sungai dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas air agar tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Prokasih merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan dilakukan oleh Bapedalda Kabupaten Kutai .
Pada pelaksanaan Prokasih sungai tenggarong dapat dijumpai berbagai kegiatan masyarakat yang bermukim dipinggiran sungai Tenggarong yang dapat menghasilkan limbah cair dan padat antara lain :
1. MCK
2. Peternakan ayam 3. Peternakan sapi
4. Industri pembuatan tahu dan tempe 5. Industri perkayuaan (sawmill) 6. Pertanian
Berdasarkan data Prokasih tahun 2001 dan 2003 dari data nilai rata tertinggi dan terendah pada lokasi titik pantau per parameter kualitas air tersebut :
Tabel 8-2
Data Prokasih Tahun 2001 dan 2003
No Parameter Baku Mutu
PP.RI N0.82 tahun 2002. Kelas II
Nilai tara-rata
2001 2003
1. Temperatur Deviasi 3 27.83 º 27.60 º 2. Tatal Dissolved Solid (TDS) 1000 mg/l 105.47 66.98 3. Total Suspended Solid (TSS) 50 mg/l 96 67.53 4. Derajat Keasaman (pH) 6-9 6.76 6.48 5. Dissolved Oxygen (DO) 6 mg/l 4.09 4.35 6. BOD5 3 mg/l 2.53 2.47
7. COD 25 mg/l 33.59 32.88 8. Sulfat ( SO4) ( - ) 29.77 12.06
9. Amonia (NH3) ( - ) 0.4 1.15
10. Nitrat (NO3) 10 mg/l 0.36 0.78
11. Besi (Fe) ( - ) 3.19 1.80 12. Mangan (Mn) ( - ) 0.09 0.14 13. 0.2 25 mg/l 2.12 1.34 14. E. Coli 1000 Jml/100ml 15876.67 MPN 15423.3 MPN 15. Colliform 5000 Jml/100ml MPN MPN
Sumber: Masterplan Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Wilayah Tengah Kutai Kartanegara, 2008
8.2
Rencana Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan
8.2.1
Sistem Pengelolaan
Dalam pengelolaan safeguard perlu memperhatikan persyaratan pemerintah terkait safeguard, evaluasi dampak lingkungan, dan pengklasifikasian/kategori dampak lingkungan. Untuk persyaratan pemerintah terkait safeguard meliputi; AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPL), dan UKL/UPL. Selain itu adanya lembaga/instansi pemerintah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan safeguard, seperti BLHD (Bapedalda) yang bertanggung jawab untuk mengkaji dan memberikan persetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsa kegiatan.
8.2.2
Pelaksanaan Pengelolaan
 Tahap Perencanaan : Persiapan penyusunan proposal perlu memperhatikan aspek yang terkait dengan safeguard lingkungan seperti :
• fungsi dan lokasi pembangunan memiliki kesesuaian dengan tata ruang setempat, • memperhatikan kondisi sekitar seperti adanya garis sempadan pantai dan sungai serta
kemungkinan terjadinya longsor.
Aspek yang terkait dengan safeguard sosial seperti :
• penyepakatan secara tertulis pola kontribusi lahan milik masyarakat pada lokasi
pembangunan infrastruktur untuk mencegah terjadinya permasalahan.
• peran serta kaum rentan dan penduduk asli dalam proses perencanaan pembangunan infrastruktur
 Tahap pelaksanaan konstruksi terutama terkait dengan aspek safeguard lingkungan seperti;
• Pada pembangunan MCK perlu memperhatikan perletakan septictank dan pembuangan limbah cair rumah tangga terhadap sumber-sumber air bersih sekitar seperti sumur perorangan maupun komunal.
• Pada pembangunan yang memanfaatkan sumber-sumber air perlu memperhatikan kemungkinan terdapatnya logam-logam berat seperti merkuri (sepanjang pantai) atau besi dan mangan.
• Pengadaan dan penggunaan material kayu yang mendapatkan ijin pemanfataan dari Dinas Kehutanan.
 Tahap pasca konstruksi terkait dengan pemanfaatan hasil – hasil pembangunan antara lain;
• Menjaga dan memelihara kualitas air yang dipergunakan sehari – hari seperti tidak terkena sumber pencemaran baru.
• Menjaga hasil pembangunan yang melalui lahan milik masyarakat yang telah disepakati pola pemanfaatannya. Seperti pada pembangunan jaringan jalan, perpipaan air bersih maupun saluran pembuangan, perlu diperhatikan konsep penggunaan yang mendukung terpeliharanya prasarana sehingga diperoleh umur manfaat minimal 5 thn.
Dari ketiga tahapan pola pengamanan diatas diharapkan dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan lingkungan. Disamping pola pengamanan, prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan pun harus tetap ditaati dalam pengembangan seluruh aspek pembangunan, terutama infrastrukur.
 Prinsip Dasar
1. Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Usulan atau kegiatan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negative terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;
8.2.3 Pembiayaan Pengelolaan
Untuk pembiayaan pengelolaan safeguard perlu kerja sama dari berbagai pihak, baik itu dari pemerintah (daerah maupun pusat), juga perlu melibatkan swasta dan masyarakat.
8.3
Rencana Pemantauan Safeguard Sosial dan Lingkungan
8.3.1 Tipe Pemantauan
Salah satu rencana pemantauan safeguard sosial dan lingkungan adalah dengan dilakukannya pemeriksaan terhadap lingkungan. Setiap usulan kegiatan program (proyek/sub-proyek) akan diperiksa dengan kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah Indonesia untuk memastikan tidak ada sub-proyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan usulan tersebut masuk dalam yang mana dari 4 kategori berikut ini:
a) Usulan program yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) secara menyeluruh yang untuk itu Kantor Menteri Negara Lingkungan telah menetapkan kriterianya (lihat Tabel 5.36.).
b) Usulan program yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi sub-proyek. Menteri PU telah menetapkan kriteria untuk menentukan sub-proyek yang membutuhkan UKL/UPL dan Menneg LH telah menetapkan kriteria untuk ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan);
c) Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya telah menetapkan pedoman/prosedur operasi standar utk proyek/sub proyek jenis itu (termasuk pengendalian debu, kebisingan, lalulintas di lokasi konstruksi, spesifikasi pengisian tanah dan penghijauan dilahan kritis, prosedur mengendalikan dampak negatif pengangkutan sampah, dsb).
d) Usulan-usulan yang tidak memerlukan studi lingkungan, karena jenis kegiatan yang diusulkan bukan merupakan kegiatan konstruksi, tidak menimbulkan gangguan atas tanah atau air dan tidak melibatkan pembuangan limbah.
8.3.2
Pelaksanaan Pemantauan
Diterapkan standar kriteria pemeriksaan lingkungan yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8-3
Kriteria Pemeriksaan Lingkungan
Sektor/Proyek Unit ANDAL
≥ UKL/UPL < - ≥ Penyediaan Air Bersih
Pengambilan Air Baku Liter/Detik 250 -250 – 50 Transmisi (kota besar) Km 10 10 – 2 Distribusi (kota besar)
Ha 500 -500 – 100
Jalan Kota
Pembangunan baru :
a. kota besar Km; atau ha 5 5 – 1 atau 5 – 2 b. kota sedang Km; atau ha 10 10 – 3 atau 10 - 5 c. kota kecil Km 30 30 – 5 Pelebaran (kota besar) Km; atau ha 5 >/= 10 (jika
Sektor/Proyek Unit ANDAL ≥
UKL/UPL < - ≥ Limbah Cair dan Sanitasi
IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu
Ha 2 < 2 ha Sistem Perpipaan Air Limbah Ha 500 < 500 IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Ha 3 < 3
Persampahan
Timbunan (sanitary landfill)/TPA ha atau ton 1000 < 10 atau < 10000 TPA (Tempat Pembuangan Akhir) –
didaerah pasang surut
ha atau ton 5000 < 5 atau < 5000 Transfer station 1000 < 1000
Drainase & Pengendalian Banjir
a. kota besar Km 5 < 5 atau 5 – 1 b. kota sedang Km 10 < 10 atau 2 – 10 c. kota kecil (desa) Km 25 > 5
Perbaikan kampong
Kota besar Ha 200 >/= 1
Kota sedang Ha >/= 2
Upgrading Ha
5
>/= 1
Sumber: KEP-17/MENLH/2001 untuk ANDAL (Jenis) dan KEPMEN PU- 17/KPTS/M/2003 untuk UKL-UPL dalam modul BLM, 2009
Pemeriksaan khusus akan diterapkan pada kasus-kasus berikut ini :
• Pestisida, pengikisan ozon, tembakau atau produknya: seluruh kegiatan program yang mengandung unsur ini tidak akan didanai atau ditolak.
• Asbes : subproyek/proyek yang menggunakan asbes atau komponen yang mengandung asbes tidak akan didanai. Tatacara penanggulangan khusus penggunaan asbes untuk perbaikan bangunan yang sudah menggunakan asbes (seperti renovasi gedung sekolah yang menggunakan atap asbes) akan diterapkan.
• Keluaran atau emisi yg menyebabkan polusi: Subproyek yang memproduksi keluaran atauemisi baik cair atau gas yang dapat menyebabkan polusi tidak akan didanai, kecuali :(a) penggunaannya sangat kecil dan (b) Bapedalda melakukan peninjauan dan sertifikasi bahwa proyek tersebut memenuhi standar pengendalian polusi air dan udara.
• Material berbahaya dan limbah: proyek yang menggunakan, memproduksi, menyimpan atau mengirimkan bahan berbahaya (racun, bahan peledak dan korosif) atau tergolong dalam B3 (Bahan Baku Berbahaya) tidak akan didanai.
• Penebangan: Sub-proyek yang melakukan operasi penebangan atau pembelian alat-alat penebangan tidak akan didanai.
Matrik Framework sebagai kota yang tertata rapi
Penyusunan RDTRK Output: Produk RDTRK Outcome: Kenyamanan
Penyediaan perumahan Pengembangan rumah murah
Penataan permukiman Peningkatan prasarana dan
Lingkungan sehat Pengurangan sampah Sampah jadi uang Program sayang