• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL."

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fadlilatun NIM. 12108241180

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT

KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL” yang disusun

oleh Fadlilatun, NIM 12108241180 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 18 Maret 2016 Pembimbing Skripsi

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 18 Maret 2016 Yang menyatakan,

Fadlilatun

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT

KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL” yang disusun

oleh Fadlilatun, NIM 12108241180 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 04 April 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd Ketua Penguji ... ... Dr. E Kus Eddy Sartono, M.Si Sekretaris Penguji ... ...

Dr. Arif Rohma, M.Si Penguji Utama ... ...

Yogyakarta,

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd

(5)

MOTTO

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling

menasehati untuk kesabaran” ( Terjemahan Q.S Al ‘Asr: 2-3 )

“Bhineka Tunggal Ika” (Empu Tantular)

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Ibu dan Ayah tercinta, Alm. Bapak Juwardi dan Ibu Rubiyah serta adik tersayang Dwi Purnomo yang senantiasa ada dalam lantunan doa. 2. Agama serta segenap rakyat Indonesia yang membantu

menyekolahkan saya melalui BIDIKMISI.

(7)

PENANAMAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DI SD UNGGULAN AISYIYAH BANTUL

Oleh Fadlilatun NM 12108241180

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah. Fokus penelitian yang diajukan adalah nilai-nilai karakter semangat kebangsaan yang dikembangkan di SD Unggulan Aisyiyah dan penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Adapun objek penelitian ini adalah penanaman karakter semangat kebangsaan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif Miles & Huberman (reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan). Uji keabsahan menggunakan triangulasi teknik dan sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul dapat dilihat dari aspek keteladanan, pembelajaran, dan pemberdayaan serta pembudayaan sekolah. Penanaman karakter semangat kebangsaan dalam aspek keteladanan dapat dilihat dalam kegiatan rutin, kegiatan berkala, dan kegiatan insidental. Dalam aspek pembelajaran, guru melakukan pengintegrasian nilai karakter semangat kebangsaan ke dalam perencanaan pembelajaran, mata pelajaran, kegiatan kokurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam aspek pemberdayaan dan pembudayaan sekolah, penanaman karakter semangat kebangsaan dilakukan pada latar makro dan latar mikro.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Penanaman Karakter Semangat Kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar (PSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak / Ibu di bawah ini.

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., MA. selaku yang menerima saya sebagai mahasiswa yang telah lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri untuk belajar di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Dr. Haryanto, M. Pd. yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I sebagai Ketua jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah mendukung kelancaran penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang

(9)

5. Ibu Rubiyah dan adik Dwi Purnomo yang selalu menyemangati dan mendukung penyusunan skripsi di rumah.

6. Bapak Suwardi, S.Pd.Si selaku kepala SD Unggulan Aisyiyah Bantul yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD Unggulan Aisyiyah Bantul.

7. Segenap warga SD Unggulan Aisyiyah yang bersedia menjadi subjek penelitian.

8. Teman-teman “D Javu” yang telah memberi warna dan kisah dalam perkuliahan selama 7 semester.

9. Keluarga HIMA PGSD Kampus III, KMIP Kampus III, dan FOMUNY yang senantiasa memberi pelajaran tentang perjuangan dan kebersamaan. 10. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebut satu persatu yang selalu

membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Fokus Penelitian ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penlitian... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter ... 11

(11)

1. Konsep Pendidikan Karakter... 11

2. Fungsi Pendidikan Karakter ... 16

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 18

4. Pilar-pilar Penanaman Karakter ... 22

5. Faktor-faktor Penanaman Karakter ... 23

6. Pendekatan Pembentukan Karakter ... 25

B. Kajian Tentang Karakter Semangat Kebangsaan... 37

1. Pengertian Karakter Semangat Kebangsaan ... 37

2. Nilai-nilai Karakter Semangat Kebangsaan ... 39

C. Penelitian yang Relevan ... 41

D. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 44

B. Lokasi Penelitian ... 45

C. Subyek Penelitian ... 45

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

E. Instrumen Penelitian... 48

F. Sumber Data ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 51

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 55

(12)

2. Visi Misi Sekolah ... 55

3. Jumlah Siswa ... 59

4. Kondisi Fisik Sekolah ... 60

5. Potensi Guru dan Karyawan ... 61

6. Ekstrakurikuler ... 61

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian ... 62

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 62

2. Deskripsi Objek Penelitian... 63

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 63

1. Keteladanan ... 63

2. Pembelajaran ... 75

3. Pemberdayaan dan Pembudayaan ... 82

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

1. Keteladanan ... 90

2. Pembelajaran ... 97

3. Pemberdayaan dan Pembudayaan ... 99

E. Temuan Penelitian... 102

F. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 106

B. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Program Pengembangan Nilai/Karakter Secara Makro ... 33 Gambar 2. Pengembangan Karakter dalam Konteks Mikro ... 35 Gambar 3. Komponen dalam Analisis Data... 52 Gambar 4. Indikator Nilai Karakter Semangat Kebangsaan yang

Dominan dan Kurang Dominan Dalam Keteladanan... 94 Gambar 5. Indikator Nilai Karakter Semangat Kebangsaan dalam

Aspek Pemberdayaan dan Pembudayaan yang Berjalan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian... 112

Lampiran 2. Lembar Observasi Siswa ... 113

Lampiran 3. Lembar Wawancara Siswa ... 114

Lampiran 4. Panduan Analisis Dokumentasi Siswa ... 115

Lampiran 5. Lembar Observasi Guru... 116

Lampiran 6. Lembar Wawancara Terhadap Guru... 117

Lampiran 7. Panduan Analisis Dokumentasi Guru... 118

Lampiran 8. Lembar Observasi Sekolah... 119

Lampiran 9. Lembar Wawancara Terhadap Kepala Sekolah... 120

Lampiran 10. Panduan Analisis Dokumentasi Sekolah ... 122

Lampiran 11. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara dengan Kepala Sekolah. ... 123

Lampiran 12. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara dengan Guru... 133

Lampiran 13. Tabel Reduksi, Display, dan Kesimpulan Wawancara dengan Siswa ... 154

Lampiran 14. Tabel Triangulasi Sumber dan Cross Chek Hasil Wawancara Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa ... 163

Lampiran 15. Displai, Reduksi, dan Kesimpulan Hasil Observasi ... 173

Lampiran 16. Tabel Triangulasi Data ... 190

Lampiran 17.Catatan Lapangan ... 200

Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian... 226

(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan martabatnya di mata dunia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja, namun lebih dari itu pendidikan juga merupakan sarana pewarisan budaya luhur dan penanaman karakter bangsa. Dalam pelaksanaanya, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan bakat yang dimiliki peserta didik serta menanamkan nilai-nilai dan moral yang terinternalisasi dengan baik agar terwujud generasi yang berkualitas yang dapat mewujudkan bangsa yang bermartabat.

Berdasarkan Undang-undang (UU) RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam pasal 3 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut

(18)

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Mencermati fungsi pendidikan nasional di atas, yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, memberikan makna bahwa pendidikan harus memberikan wawasan serta perubahan watak yang baik terhadap peserta didik. Watak tersebut yang nantinya akan menjadi pilar dan kepribadian bangsa Indonesia. Untuk dapat membentuk watak yang sesuai dengan harapan tujuan pendidikan nasional maka sangat penting dalam proses pelaksanaan pendidikan pun mengarah kepada tercapainya tujuan tersebut.

Fungsi pendidikan menunjukan bahwa pendidikan pada hakikatnya tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, tetapi juga berkepribadian atau berkarakter. Pendidikan tidak hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi juga berperan dalam penanaman karakter dan watak bangsa. Dengan kata lain, pendidikan memiliki peran penting dalam membangun jati diri dan identitas diri sebagai karakter bangsa Indonesia.

(19)

mengawal dan membiasakan anak untuk melakukan tindakan yang baik secara terus menerus. Salah satu usaha pembentukan manusia terdidik dan berkarakter adalah dengan adanya pendidikan karakter.

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan Nasional tanggal 23 Mei 2006 menyatakan bahwa pendidikan dasar memiliki tujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sedangkan pendidikan menengah memiliki tujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dari penjelasan di atas, nampak bahwa pendidikan dasar memiliki tanggung jawab untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan terutama penanaman watak untuk seorang manusia agar dapat menjadi pribadi yang mandiri dalam menghadapi proses kehidupannya.

(20)

karakter terhadap diri siswa. Subsistem proses juga memerlukan waktu yang paling lama serta menjadi kunci keberhasilan dalam subsistem output. Dengan kata lain, subsistem proses sangatlah penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan.

Ki Hajar Dewantara (Dwi Siswoyo dkk, 2011:176) menyatakan bahwa pendidikan berdasarkan garis hidup bangsanya dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan bangsanya yang dapat mengangkat derajat negeri dan rakyatnya sehingga memiliki kedudukan dan kemuliaan yang sama terhadap bangsa lain. Oleh karena itu kita perlu senantiasa menggelorakan “Indonesian Spirit” yang dalam konteks pendidikan karakter masuk kedalam karakter semangat kebangsaan sehingga kita menjadi bangsa yang maju, bermartabat, dan memiliki jati diri yang kokoh dan dinamis serta dapat menjawab tantangan nasional dan global. Bangsa Indonesia harus memiliki kepribadian bangsa yang luhur. Dengan cara demikian bangsa Indonesia akan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia serta dapat memakmurkan negeri sendiri.

(21)

yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut diidentifikasi dari sumber agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional (Kemendiknas, 2010: 8-10).

Akan tetapi, memang tidak bisa dipungkiri, bahwa pendidikan belum bisa melaksanakan peran yang diamanahkan oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 di atas dengan baik. Saat ini pendidikan hanya dimaknai sebagai teknik manajerial persekolahan yang hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif dan meminggirkan pendidikan karakter bangsa (http://www.ugm.ac. id). Dengan kata lain, pendidikan masih terjebak dalam peran yang amat sederhana, yakni sekadar mentransfer pengetahuan tanpa memperhatikan penanaman nilai-nilai karakter pada diri peserta didik.

(22)

Pada tahun 1999 Timor-timur melepaskan diri dar NKRI, Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan telah jatuh ke tangan Malaysia pada tahun 2002. Gerakan separatisme seperti GAM dan RMS. Remaja muda gemar dengan budaya asing. Produk asing membanjiri pasaran Indonesia. Kekayaan alam Indonesia dieksploitasi asing. Degradasi moral sangat terlihat serta masih banyak fakta yang menunjukkan belum optimalnya penanaman karakter dalam diri manusia Indonesia khususnya karakter semangat kebangsaan.

Pendidikan karakter semangat kebangsaan tampaknya kurang begitu mendapatkan perhatian yang serius dari kalangan pendidik sehingga lama-kelamaan makin hilang. Darmiyati Zuchdi dkk (2012:14) mengemukakan bahwa pendidikan harus mampu mengemban misi penanaman karakter (character building) sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia. Sekolah diharapkan menciptakan lulusan tidak hanya unggul secara akademik tetapi berkarakter baik, memiliki budi pekerti baik, dan kepribadian baik. Untuk menanamkan Indonesian Spirit atau yang sering kita sebut nasionalisme ataupun semangat kebangsaan bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan pembiasaan yang terus-menerus mulai dari dini.

(23)

berbasis agama. Dari hasil wawancara tersebut, dua wali murid ini memilih untuk memindahkan siswanya ke sekolah biasa. Hal ini karena siswa-siswa ini sampai dengan kelas empat SD belum bisa menyanyikan lagu Indonesia Raya dan tidak mengenal lagu-lagu nasional. Hal ini mengkhawatirkan wali murid tersebut karena kurangnya jiwa semangat kebangsaan pada siswa tersebut. Dari hasil wawancara pra observasi dengan salah satu siswa tersebut, mengemukakan bahwa di sekolahnya jarang diadakan upacara bendera. Seorang wali murid SD berbasis agama juga mengakui bahwa siswa yang disekolahkan di SD yang berbasis agama juga kurang mendapatkan pendidikan semangat kebangsaan. Hal inilah yang mendukung peneliti untuk melakukan penelitian mengenai penanaman karakter semangat kebangsaan pada siswa SD berbasis agama.

(24)

kebangsaan”. Siswa-Siswi SDIT Unggulan Aisyiyah memperlihatkan perilaku yang lebih baik, sebagai contoh siswa SD ini lebih disiplin dalam berpakaian, lebih disiplin dalam mentaati ketertiban sekolah, dan lain-lain. Prestasi di SD ini juga lebih baik dari SD lain. Siswa yang mengikuti kompetisi sering mendapat juara. Bahkan pasukan pleton inti SD ini juga juara tingkat kabupaten. Sekolah ini juga terpilih untuk mewakilkan sebanyak 22 siswa untuk mengikuti student exchange ke Singapura dan Malaysia pada bulan November 2015.

Dari paparan di atas dan hasil observasi di SD, peneliti tertarik membuat penelitian untuk melihat bagaimana penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul yang memiliki salah satu misi “Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat semangat kebangsaan”. Oleh karena itu peneliti mengusulkan judul “Penanaman Karakter Semangat Kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul”.

B. Identifikasi masalah

1. Semakin terancamnya kedaulatan NKRI dengan lepasnya beberapa pulau. 2. Siswa belum bisa menyanyikan lagu-lagu wajib nasional.

3. Beberapa sekolah berbasis agama mengurangi jadwal upacara bendera. 4. Karakter semangat kebangsaan belum terinternalisasi dalam diri siswa

dengan baik.

(25)

C. Fokus Penelitian

Melihat luasnya permasalahan yang ada dalam penanaman karakter semangat kebangsaan, maka penelitian ini difokuskan pada:

1. Nilai-nilai karakter semangat kebangsaan yang dikembangkan di SD Ungulan Aisyiyah .

2. Penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan utama dari penelitian ini adalah mendeskripsikan penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini bermanfaat: 1. Secara Teoritis

(26)

2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah

1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter semangat kebangsaan dalam merumuskan kebijakan dan program kegiatan sekolah.

b. Bagi Guru

1) Memberi gambaran sejauh mana penanaman pendidikan karakter semangat kebangsaan dalam proses pembelajaran di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan motivasi bagi guru untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter semangat kebangsaan dalam proses pembelajaran. c. Bagi Siswa

1) Memberi informasi bagi siswa tentang nilai-nilai karakter semangat kebangsaan yang dikembangkan oleh sekolah.

(27)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Pendidikan Karakter

1. Konsep Pendidikan Karakter

Thomas Lickona (2012:13) menyebutkan bahwa karakter adalah kepemilikan hal-hal yang baik . Karakter adalah objektifitas yang baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak. Menambahkan pengertian diatas, FW Foerster (dalam Elmubarok, 2008:104) menyatakan bahwa karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seseorang. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Menurut Novan Ardi Wiyani (2012:25), karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus, yang menjadi pendorong dan penggerak, serta membedakannya dengan individu lain. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat diketahui bahwa inti dari karakter adalah watak khusus yang dapat membedakan satu orang dengan yang lainnya.

(28)

Hampir sama dengan pendapat Ki Hajar Dewantara di atas, Abdul Majid (2013:12) menyatakan bahwa karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Sering orang menyebut dengan tabiat atau perangai. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat di tarik benang merah bahwa karakter merupakan kualitas moral. Seseorang dikatakan berkarakter atau berwatak jika telah menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki oleh masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.

(29)

penanaman nilai-nilai karakter yang baik kepada semua yang terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai pengetahuan, kesadaran, dan tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat di simpulkan bahwa pendidikan karakter ialah pembentukan serta pengembangan watak, sifat, ciri khas perilaku manusia yang berlandaskan pada hal-hal yang baik agar dapat menjadi manusia seutuhnya.

Terdapat delapan belas nilai karakter yang bersumber dari nilai luhur budaya Indonesia yang berasal dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yan tercantum dalam Undang-Undang. Kedelapan belas nilai tersebut yang telah dicantumkan dalam Panduan Penerapan Pendidikan Karakter Bangsa berserta definisinya (Kemendiknas, 2010:10). Kedelapan belas nilai tersebut yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demkratis,rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Secara terperinci deskripsi dari kedelapan belas karakter di atas sebagai berikut:

(30)

b. Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

d. Disiplin merupakan sikap dan tindakan yan menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

e. Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis merupakan cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

(31)

k. Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang.

m. Bersahabat/komuniatif dideskripsikan sebagai tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang meberikan kebajkan bagi dirinya.

p. Peduli lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial merupakan Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

(32)

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa (Kemendiknas, 2010:10).

2. Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dibangun dengan mengacu pada Pasal 3 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mencermati fungsi pendidikan yang tercantum dalam undang-undang di atas, terdapat tiga fungsi pendidikan. Pertama, “mengembangkan kemampuan” dalam konteks pendidikan karakter, Dharma Kesuma (2011:7) menyebutkan kemampuan yang perlu di kembangkan adalah kemampuan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, kemampuan untuk menjadi dirinya sendiri, kemapuan untuk hidup secara harmoni, dengan manusia dan makhluk lainnya, dan kemampuan untuk menjadikan dunia ini sebagai wahana kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

(33)

Kebajikan bersumber dari sejmlah nilai norma dan moral yang diakui kebenarannya dan yang terwujud dalam hubungan-hubungan yang membangun interaksi antara manusia dengan Tuhan, masyarakat, lingkungan, bangsa dan negara serta dengan diri sendiri. Hubungan-hubungan itulah yang menimbulkan penilaian baik-buruknya seseorang.

Fungsi ketiga “peradaban bangsa”. Pendidikan selalu dikaitkan dengan pembangunan bangsa. Dalam perspektif pedagogik, pendidikan itu berfungsi untukmenjadikan mausia yang terdidik. Bangsa yang beradab merupakan dampak dari pedidikan yang menghasilkan manusia terdidik.

Sedangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter yang di keluarkan Oleh Kemendiknas (2010:5), sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu

a. Pembentukan dan Pengembangan Potensi

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

b. Perbaikan dan Penguatan

(34)

dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera. c. Penyaring

Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.

Jadi, fungsi pendidikan pendidikan karakter sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan, membentuk watak, serta mencerdaskan peserta didik. Pendidikan karakter berfungsi mengembangkan peserta didik yaitu memberi kesempatan peserta didik untuk dapat berpikir, berhati, dan berperilaku sesuai dengan falsafah Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi membentuk watak membentuk membantu peserta didik untuk menginternalisasi berbagai nilai kebajikan agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai falsafah Pancasila di lingkungan pendidikan formal, non formal, dan informal. Pendidikan karakter berfungsi mencerdaskan peserta didik yaitu menjadikan peserta didik mempunyai pengetahuan, memahami, mempunyai perasaan, dan tingkah laku sesuai dengan nilai falsafah Pancasila sehingga dapat menyaring dan memilah nilai-nilai yang positif untuk menjadi karakter warga negara Indonesia.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

(35)

pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Panduan Penerapan Karakter Bangsa yang di keluarkan oleh Kemendiknas (2010:7) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah sebagai berikut:

a. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

b. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

c. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

d. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

e. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

(36)

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;

c. Mengembangkan koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan taggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik pada saat bersekolah atau ketika sudah lulus. Penguatan dan pengembangan memilii makna bahwa pendidikan dalam setting sekolah bukan merupakan dogmatisasi nilai, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik agar merefleksi dan memahami pentingnya mewujudkan nilai-nilai dalam perilaku keseharian. Penguatan juga mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan baik dalam setting sekolah maupun kelas. Lulusan sekolah memiliki sejumlah perilaku yang khas sebagaimana nilai yang dijadikan rujukan sekolah tersebut. Asumsi yang terkandung dalam tujuan pertama adalah penguasaan akademik diposisikan sebagai media atau sarana untuk mencapai tujuan penguatan dan pengemnana karakter. Dengan kata lain, sebagai tujuan perantara untuk terwujudnya suatu karakter.

(37)

karakter memilii sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku negatif anak menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengoreksian perilaku, dipahami sebagai proses pedagogis bukan suatu pemaksaan atau pengkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogi dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak. kemudian dibarengi dengan keteladanan lingkungan sekolah dan rumah kemudian proses pembiasaan berdasarkan tingkat dan jenjang sekolahnya.

Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter setting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dengan memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Tujuan ini bermakna bahwa karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan dikeluarga. Penguatan perilaku merupakan suatu hal yang holistik, bukan hanya satu rentang waktu tertentu pada masa usia anak.

(38)

Sesuai dengan uraian di atas, dapat di katakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan karakter bertujuan untuk memfasilitasi, mengembangkan, mengkoreksi, serta menguatkan watak peserta didik agar sesuai dengan standar kompetensi kelulusan yang bermuara pada falsafah Pancasila.

4. Pilar-pilar Penanaman Karakter

Pendidikan karakter tanpa identifikasi pilar-pilar karakter hanya akan menjadi sebuah perjalanan tanpa akhir dan petualangan tanpa peta. Oleh karena itu terdapat banyak pendapat para ahli yang merumuskan tentang karakter dasar yang menjadi pilar perilaku individu. Lickona (2013:16) mengemukakan sepuluh esensi kebajikan untuk membangun karakter yang kuat yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian, pengendalian diri, rasa cinta, sikap positif, bekerja keras, integritas, syukur, dan kerendahan hati.

Berdasarkan sepuluh esensi kebajikan yang dikemukakan oleh Lickona di atas, Character Count Coalition (dalam Wiyani, 2013:49) mengeluarkan The Six Pillar of Characteryang berisi sebagai berikut

a. Trustworthines (rasa percaya diri) yaitu bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi berintegritas, jujur, dan loyal;

b. Fairness (rasa keadilan) yaitu bentuk karakter yang membuat seeorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain; c. Caring (rasa kepedulian) yaitu betuk karakter yang membuat seseorang

(39)

d. Respect (rasa hormat) yaitu bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain;

e. Citizenship (rasa kebangsaan) yaitu bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadaplingkungan alam;

f. Responsibility (rasa tanggung jawab) yaitu bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin.

Berdasarkan pilar-pilar karakter utama tersebut jika dikaitkan dengan bangsa Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa pilar-pilar penanaman karakter kebangsaan yang dimaksud disini adalah dengan berpedoman kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan hineka Tunggal ika. Di mana ke pilar-pilar karakter utama tersebut sudah termuat dalam sila-sila Pancasila. Oleh karena itu pilar-pilar penanaman karakter kebangsaan tidak lepas dari nilai-nilai yang hidup dapam masyarakat Indonesia itu sendiri. Sehingga Pancasila menjadi landasan moral bagi setiap orang khususnya peserta didik dalam mengembangkan sikap dan perilaku sebagai peserta didik yang nantinya dapat mewujudkan masyarakat yang demokratis.

5. Faktor-faktor Penanaman Karakter

(40)

Quentient (EQ), Spritual Quotient (SQ) dan Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki oleh seseorang. Sedangkan seseorang yang berkarakter menurut pandangan agama pada dirinya terkandung potensi-potensi, yaitu: sidiq, amanah, fathonah, dan tablig. Berkarakter menurut teori pendidikan apabila seseorang memiliki potensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang teraktualisasi dalam kehidupannya. Adapun menurut teori sosial, seseorang yang berkarakter mempunyai logika dan rasa dalam menjalin hubungan intra personal, dan hubungan interpersonal dalam kehidupan bermasyarakat (Kemendiknas,2010:8).

(41)

berinteraksi dengan lingkungan tentu banyak pengalaman yang didapat siswa dan sangat berpengaruh terhadap penanaman karakter siswa.

Dari uraian di atas jelas dipaparkan mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi penanaman karakter siswa tidak terkecuali karakter semangat kebangsaan. Antara faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain sangat mempengaruhi terhadap pembentuka karakter siswa. Maka, faktor-faktor tersebut mempunyai porsi yang sama dalam penanaman karakter. Tidak bisa hanya mengandalkan pada satu faktor saja, tetapi semua harus sejalan dan seimbang serta berlanjut secara terus menerus untuk membentuk karakter yang baik pada diri siswa.

6. Pendekatan Penanaman Karakter

(42)

keimanan memberi daya tahan yang luar biasa dalam menghadapi berbagai perubahan dan keragaman informasi.

Sedangkan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter yang dikeluarkan oleh Kemendiknas (2010:14). Pendekatan pendidikan Karakter dijabarkan dengan

a. Keteladanan

Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, satuan pendidikan formal dan nonformal harus menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan. Agus Wibowo (2012:89) menyebutkan bahwa keteladanan adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik, sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Pendemonstrasian berbagai contoh teladan merupakan langkah awal pembiasaan.

(43)

harus dikoreksi pada saat itu juga. Terakhir adalah kegiatan berkala. Kegiatan berkala merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik, peserta didik, dan tenaga kependidikan secara berkala.

Dalam aspek keteladanan, Thomas Lickona (2012:112) menjelaskan bahwa guru memiliki kekuatan untuk menanamkan nilai-nilai dan karakter pada dengan tiga cara. Pertama, guru dapat menjadi seorang penyayang yang efektif, yaitu membuat mereka mengerti apa itu moral dengan melihat cara guru mereka meperlakukan mereka dengan etika yang baik. Kedua, guru dapat menjadi seorang model, yaitu guru dapat memberi contoh dalam hal-hal yang berkaitan dengan moral beserta alasannya, yaitu dengan cara menunjukkan etikanya dalam bertindak di sekolah dan lingkungannya. Ketiga, guru dapat menjadi mentor yang beretika, yaitu memberikan instruksi moral dan bimbingan melalui penjelasan, diskusi di kelas, bercerita, pemberian motivasi personal, dan memberikan umpan balik yang korektif ketika ada siswa yang menyakiti temannya atau menyakiti dirinya sendiri.

(44)

b. Pembelajaran

Penanaman pendidikan karakter secara secara terintegrasi di dalam proses pembelajran adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas pada semuau mata pelajaran (Novan Wiyani, 2013:90). Dengan demikian, kegiatan pembelajaran selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi materi yang di targetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan melaksanakannya dalam perilaku.

(45)

kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/sebagian peserta didik, dirancang satuan pendidikan formal dan nonformal sejak awal tahun pelajaran atau program pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik.

(46)

mengenal, menyadari atau peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dalam bentuk perilaku.

Penanaman pendidikan karakter juga diintergrasikan ke dalam semua materi pembelajaran. Proses pengintegrasian nilai tersebut, secara teknologi pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut (Kemendiknas, 2010: 19).

1) Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2) Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam silabus ditempuh antara lain melalui cara-cara sebagai berikut:

a) mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada pendidikan dasar dan pendidikan memengah, atau kompetsensi program studi pada pendidikan tinggi, atau standar kompetensi pendidikan nonformal;

b) menentukan apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK dan KD atau kompetensi tersebut sudah tercakup di dalamnya;

c) memetakan keterkaitan antara SK/KD/kompetensi dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan; d) menetapkan nilai-nilai/ karakter dalam silabus yang disusun; e) mencantumkan nilai-nilai yang sudah tercantum dalam silabus ke

(47)

f) mengembangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai;

g) memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai mau pun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

(48)

Selanjutnya mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan kokurikuler, ekstrakurikuler, dan pendidikan nonformal. Kemendiknas (2010:22) menjelaskan bahwa kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan bermanfaat bagi peserta didik. Ada kecenderungan saat ini antara lain munculnya gejala keengganan peserta didik untuk berlibat dalam kegiatan kesiswaan/kemahasiswaan. Program itu dapat disajikan dengan sangat menarik, mengikutsertakan teknik-teknik simulasi, bermain peran, atau diskusi. Pada peningkatan keterampilan belajar, peserta didik diajak untuk meningkatkan teknik belajar, pemetaan pikiran, dan teknik membaca. Adapun keterampilan berpikir difokuskan pada peningkatan kemampuan menyelesaikan persoalan serta mengambil keputusan. Selain itu, ada juga kecakapan hidup yang lebih ditekankan pada beberapa hal di antaranya manajemen diri, membangun impian, teknik berkomunikasi, mengelola konflik, dan mengelola waktu.

c. Pemberdayaan dan Pembudayaan

(49)
[image:49.595.165.510.138.360.2]

hasil. Pada latar makro, program pengembangan nilai/karakter dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Program Pengembangan Nilai/Karakter Secara Makro Sumber : Kemendiknas (2010:26)

(50)

satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan formal dan nonformal, keluarga, dan masyarakat.

Dalam konteks mikro, pendidikan karakter berpusat pada satuan pendidikan formal dan nonformal secara holistik. Satuan pendidikan formal dan nonformal merupakan wilayah utama yang secara optimal memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus-menerus proses pendidikan karakter. Pendidikan seharusnya melakukan upaya sungguh-sungguh dan senantiasa menjadi garda depan dalam upaya penanaman karakter manusia Indonesia yang sesungguhnya. Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan nonformal; kegiatan kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, pengembangan karakter dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua materi pembelajaran.

(51)
[image:51.595.186.494.81.348.2]

Gambar 2. Pengembangan Karakter dalam Konteks Mikro Sumber : Kemendiknas (2010:28)

(52)

siswa, sekolah sebagai tempat penanaman karakter harus sudah siap dan harus disiapkan untuk membentuk karakter. Pembentukan iklim sekolah yang berkaraker tentu memerlukan keterlibatan staf sekolah, siswa itu sendiri, dan orang tua siswa.

d. Penguatan

Penguatan pendidikan karakter perlu dilakukan dalam jangka panjang dan berulang terus-menerus. Penguatan juga dapat terjadi dalam proses habituasi. Hal itu akhirnya akan membentuk karakter yang akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu. Penguatan dapat juga dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk penataan lingkungan belajar dalam satuan pendidikan formal dan nonformal yang menyentuh dan membangkitkan karakter. e. Penilaian

(53)

berperilaku bersih sehingga menjadi teladan; (7) berperilaku sehat sehingga menjadi teladan; (8) berperilaku gotong royong sehingga menjadi teladan (Kemendiknas, 2010: 36). Muara penilaian ini juga menjadi bagian dari penilaian karakter semangat kebangsaan.

B. Kajian tentang Karakter Semangat Kebangsaan

1. Pengertian Karakter Semangat Kebangsaan

Sebagai bangsa yang merdeka, bangsa Indonesia mempunyai cita-cita dan tujuan seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, yakni adanya kehidupan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil, dan makmur. Dalam hal persatuan bangsa, Muladi (2008:137) mengemukakan bahwa semboyan “Bhineka Tunggal Ika” di dalamnya terkandung elemen-elemen diversity, unity, harmony, telerace, dan peace. Sepemikiran dengan itu, Hamengkubuwono X (2008:63) mengemukakan bahwa geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang besar memiliki keunikan budaya tersendiri. Oleh karena itu, konsep-konsep geopolitik dan geostrategis Indonesia pun sangat unik. Konsep geopolitik yang dikenal sebagai Wawasan Nusantara bertujuan menjamin kesatuan wilayah beserta segala isi dan aspek kehidupan nasionalnya. Dari konsep-konsep persatuan di atas jelas bahwa nilai sila Pancasila ke -3 yaitu Persatuan Indonesia menjadi dasar dari karakter semangat kebangsaan.

Istilahnationatau bangsa mengandung arti sebagai berikut:

(54)

b. Suatu sikap ingin membela tanah air/ negara dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing. (Budiono, 2007:208)

Menurut Mustari (2014:156), nasionalisme secara umum melibatkan identifikasi identitas etnis dengan negara. Nasionalisme juga merupakan kata yang dimengerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air. Sejalan dengan itu, Hamengkubuwono X (2008:85) menyatakan bahwa nasionalisme selalu melibatkan dimensi emosi atau rasa, seperti seperasaan, sepenggungan, seperantauan, dan senasib. Faktor memori historis adalah faktor kecenderungan yang dibangun untuk menumbuhkan perasaan “bersatu” dalam sebuah konsep kebangsaan tertentu. Dari uraian di atas terdapat kesamaan ide bahwa kebangsaan atau nasionalisme dapat timbul dari berbagai dimensi baik emosi ataupun rasa. Dari beberapa pendapat di atas dan kita lihat dengan kebangsaan yang ada di Indonesia yang berlandaskan senasib sepenanggungan oleh penjajahan, maka kebangsaan yang dimaksud di sini bukan kebangsaan yang menyendiri, bukan “chauvinisme”, melainkan kebangsaan yang menuju kepada kekeluargaan bangsa-bangsa (internasionalisme), serta kebangsaan yang tidak membenci bangsa lain.

(55)

mengandung arti adanya rasa satu dalam suka, duka, dan dalam kehendak mencapai kebahagiaan hidup lahir batin seluruh bangsa. Dasar kebangsaan tidak boleh bertentangan dengan dasar kemanusiaan. Bahkan seharusnya dasar kebangsaan tersebut menjadi sifat, bentuk, dan lau kemanusiaan yang nyata.

Mengenai semangat kebangsaan, Kemendiknas (2010:10) mendiskripsikan nilai semangat kebangsaan sebagai cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Jadi karakter kebangsaan adalah rasa satu kepemilikan dan bangga terhadap bangsa sehingga menempatkan kepentingan bangsanya di atas kepentingan kelompok dan kepentingan diri sendiri.

Semangat kebangsaan Indonesia secara umum bertujuan kedalam memperhebat nation building dan charakter building sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup bangsa, serta mempertahankan keutuhan dan kesatuan negara Indonesia. Sedangkan tujuan keluar secara antitesis dan antagonistis melakukan konfrontasi atau menolak segala bentuk kolonialisme.

2. Nilai-nilai Karakter Semangat Kebangsaan

Untuk mengetahui bahwa suatu sekolah itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan budaya dan karakter semangat kebangsaan, maka ditetapkan indikator sekolah dan kelas antara lain seperti berikut ini (Kemendiknas, 2010:28).

a. Indikator sekolah

1) Melakukan upacara rutin sekolah.

(56)

3) Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional. 4) Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. 5) Mengikuti lomba pada hari besar nasional.

b. Indikator kelas

1) Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi.

2) Mendiskusikan hari-hari besar nasional.

Selain itu terdapat perbedaan dan indikator untuk setiap jenjang kelas. Untuk nilai karakter semangat kebangsaan, jenjang kelas tinggi (4-6) dan jenjang kelas rendah(1-3) sama yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Indikator yang terdapat di kelas rendah yaitu sebagai berikut (Kemendiknas, 2010:36):

1) turut serta dalam upacara peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan,

2) menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu wajib,

3) menggunakan bahasa Indonesia ketika ada teman dari suku lain. 4) mengagumi banyaknya keragaman bahasa di Indonesia,

5) mengakui persamaan hak dan kewajiban antara dirinya dan teman sebangsa dari suku, etnis, budaya lain,

(57)

c. Sedangkan untuk indikator nilai semangat kebangsaan jenjang kelas tinggi (4-6) sebagai berikut:

1) turut serta dalam panitia peringatan hari pahlawan dan proklamasi kemerdekaan.

2) menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara di kelas, 3) menyanyikan lagu-lagu perjuangan,

4) menyukai berbagai upacara adat di nusantara,

5) bekerja sama dengan teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan persamaan hak dan kewajiban,

6) menyadari bahwa setiap perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan bersama oleh berbagai suku, etnis yang ada di Indonesia.

C. Penelitian yang Relevan

(58)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Dwi Putri Noviani pada tahun 2014 dengan judul penelitian “Penanaman Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pendidikan Karakter Kebangsaan Siswa di Madrasah Tsanawiyah Ali Maksum Krapyak Yogyakarta”. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa (1) penanaman PKn dalam penanaman karakter kebangsaan secara implisit menunjukkan adanya rangsangan yang mampu mendorong terjadinya transformasi nilai-nilai karakter dalam membentuk karakter siswa, meskipun dalam penanaman karakter kebangsaan belum mendapat perhatian khusus dari guru maupun pihak sekolah,(2) hambatan yang dialami guru PKn dalam pembentukan karaker kebangsaan siswa adalah terlalu banyak simbol, dan materi yang over load serta tumpang tindih, keterbatasan waktu, keterbatasan metode dan media pembelajaran, serta kurang minat siswa dalam mempelajari PKn, (3) upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan yang muncul adalah menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengigat simbol yang didukung dengan pemberian motivasi dalam setiap pembelajaran.

(59)

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang muncul dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penanaman karakter semangat kebangsaan yang dilakukan

guru kepada siswa melalui keteladanan pada siswa SD Unggulan Aisyiyah Bantul?

2. Bagaimana penanaman karakter semangat kebangsaan yang dilakukan guru kepada siswa melalui pembelajaran pada siswa SD Unggulan Aisyiyah Bantul?

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena menyajikan data yang berupa kata-kata dengan kondisi objek yang alamiah. Hal tersebut sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yang didefinisikan oleh Lexy J. Moleong (2014: 6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan Sugiono (2014:15) menyatakan bahwa pendekatan kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, disini peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari generalisasi.

(61)

mengemukakan bahwa Informasi deskriptif adalah gambaran lengkap tentang keadaan objek yang diteliti.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan utama dilakukannya penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan, melukiskan dan menggambarkan Penanaman Semangat Kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

B. Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Unggulan Aisyiyah yang beralamat di Jalan KH. Wachid Hasyim Bantul.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 – Maret 2016.

C. Subyek Penelitian

(62)

Pada penelitian ini, peneliti mengambil subjek utama penelitian yaitu Kepala Sekolah SD Unggulan Aisyah, dan Guru Kelas 1-6 SD Unggulan Aisyiyah. Selanjutnya data yang diperoleh dari informan kunci ditriangulasi dengan data dari informan tambahan yaitu siswa-siswi SD Unggulan Aisyiyah untuk keakuratan data yang diperlukan dalam penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Sugiyono (2014 : 308) menjelaskan dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Sugiyono (2014 : 308) menjelaskan sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan menurut tekniknya, Sugiyono (2014:309) mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, observasi dan gabungan ketiganya.

Penelitian ini menggunakan gabungan teknik pengumpulan data ketiganya, yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

(63)

observasi menjadi participant observation dan non participant observation, sedangkan dari segi instrumen yang digunakan, observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan tidak terstruktur, yaitu peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti mengamati, mencatat, menganalisis, dan membuat kesimpulan tentang penanaman karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyah Bantul.

2. Wawancara

(64)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi struktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara. Wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara terbuka, peneliti dapat juga menambah pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk mengungkap pendapat dan ide-ide subyek penelitian. 3. Dokumentasi

Sugiono (2014:329) mengemukakan bahwa dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dengan menggunakan teknik dokumentasi, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada. Dokumen-dokumen dan data-data yang diperlukan dalam penelitian dianalisis sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan catatan harian siswa, catatan guru, berbagai jadwal pelajaran, tata tertib sekolah, foto-foto kegiatan yang dilakukan guru dan siswa, dan perilaku siswa. Selain itu peneliti menggunakan data apapun yang berhubungan dengan penanaman semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah 2014-2015.

E. Instrumen Penelitian

(65)

dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. Adapun instrumen yang berada di luar peneliti untuk mengambil data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Pedoman obervasi digunakan untuk memperoleh data dari siswa dan guru melalui pengamatan langsung terhadap siswa di dalam maupun di luar kelas yang berkaitan dengan penanaman semnagat kebangsaan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat pedoman observasi agar hasil pengamatan terfokus pada penanaman semangat kebangsaan.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisikan tulisan singkat daftar informasi yang akan dikumpulkan. Pedoman yang dibuat terfokus pada penanaman semangat kebangsaan.

3. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dan pendukung dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

[image:65.595.127.572.578.719.2]

Kisi-kisi pedoman penelitian terdapat pada tabel berikut. Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Aspek yang diamati

Indikator Teknik Instrumen Sumber Data 1. Keteladanan Keteladan dalam kegiatan

rutin, insidental, dan berkala dengan melaksanakan: a. Turut serta dalam upacara

bendera.

b. Menggunakan bahasa Indonesia dalam berbicara dengan teman dari suku lain.

c. Menggunakan bahasa

a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi

a. Pedoman Observasi b. Pedoman Wawancara c. Pedoman

Dokumentasi

a. Guru b. Siswa c. Kepala

(66)

Indonesia dalam pembelajaran di dalam kelas.

d. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu wajib nasional lainnya. e. Mengagumi banyaknya

keragaman bahasa di Indonesia.

f. Menyukai berbagai upacara adat di nusantara. g. Membaca buku-buku

mengenai suku bangsa dan etnis yang berjuang bersama dalam mempertahankan kemerdekaan. h. Bekerja sama dengan

teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan persamaan hak

dan kewajiban.

i. Menyadari bahwa setiap perjuangan

mempertahankan kemerdekaan dilakukan bersama oleh berbagai suku,etnis yang ada di Indonesia.

2. Pembelajaran a. Mengintegrasikan nilai karakter kebangsaan dalam materi pelajaran dengan mencantumkan nilai-nilai karakter semangat kebangsaan di dalam RPP

b. Mengambangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai karakter semangat kebangsaan dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai. c. Memberikan bantuan

kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk internalisasi nilai karakter semangat

kebangsaan maupun untuk menunjukkannnya dalam perilaku.

(67)

kebangsaan kedalam kegiatan kokurikuler. e. Mengintegrasikan nilai

karakter semangat kebangsaan kedalam kegiatan ekstrakurikuler. f. Kelengkapan dan teknik

penilaian karakter semangat kebangsaan dalam proses pembelajaran. 3. Pemberdayaan dan Pembudayaan

a. Melakukan upacara rutin sekolah.

b. Melakukan upacara hari-hari besar nasional. c. Menyelenggarakan

peringatan hari

kepahlawanan nasional. d. Memiliki program

melakukan kunjungan ke tempat bersejarah. e. Mengikuti lomba pada

hari besar nasional. f. Bekerja sama dengan

teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial –ekonomi.

g. Mendiskusikan hari-hari besar nasional.

h. Kebijakan yang dilakukan sekolah dalam penanaman nilai karakter semangat kebangsaan. a. Observasi b. Wawancara c. Dokumentasi a. Pedoman Observasi b. Pedoman Wawancara c. Pedoman Dokumentasi a. Guru b. Siswa c. Kepala sekolah

F. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berasal dari hasil wawancara dan observasi, sedangkan sumber data sekunder berasal dari dokumentasi.

G. Teknik Analisis Data

(68)

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Penelitian ini mengacu pada konsep Miles dan Huberman (Sugiyono,2014:91) yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitudata reduction,data display, dan conclusion drawing/verification.

[image:68.595.181.493.334.476.2]

Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3. Komponen dalam Analisis Data Sumber: Sugiono (2014:338)

1. Reduksi data (data reduction)

(69)

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian ini adalah temuan mengenai penanaman karakter semangat kebangsaan.

2. Penyajian data (data display)

Sugiono (2014:341) menjelaskan bahwa melalui penyajian data, data diorganisasikan, disusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah untuk difahami dan merencanakan kerja selanjutnya. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,flowchart, dan sejenisnya.

3. Penarikan kesimpulan (drawing/verifying)

Setelah menyajikan data langkah yang dilakukan adalah menyimpulkan. Sugiono (2014:345) menerangkan bahwa kesimpulan dalam penelitian ini kualitatif menjawab rumusan masalah yang telah disampaikan. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

H. Teknik Pemeriksan Keabsahan Data

(70)
(71)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Unggulan Aisyiyah Bantul Yogyakarta. SD Unggulan Aisyiyah merupakan SD Muhammadyah yang berada di bawah yayasan Aisyiyah. SD unggulan Aisyiyah masih berusia 10 tahun sehingga masih terus mengembangkan perbaikan dan peningkatan di berbagai bidang. SD Unggulan Aisyiyah Bantul terletak di dua tempat yaitu kampus utama untuk kelas 2-6 berada di Jl. Wakhid Hasyim, No. 60, Sanggrahan, Bantul Karang, Bantul, Yogyakarta. Dan kampus 2 untuk kelas 1 berada di Dusun Kadirojo, Palbapang, Bantul, Bantul, Yogyakarta.

Lokasi kampus utama sekolah ini berada tepat di pinggir jalan raya dan dikelilingi sawah sehingga mudah dijangkau. Selain itu sekolah ini sejuk, asri, tenang, dan sangat nyaman untuk belajar karena di samping kiri, samping kanan, adalah area persawahan sedangkan samping barat adalah perkampungan penduduk sekaligus merupakan pintu gerbang barat. Sedangkan untuk kampus 2 berada di tengah perkampungan penduduk.

2. Visi Misi Sekolah

(72)

Berwawasan Global Tahun 2019. Adapun indikator visi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Unggul dalam prestasi akademik.

2) Berprestasi dalam bidang non akademik. 3) Cerdas dalam pola pikir.

4) Mandiri dalam menyelesaikan masalah. 5) Berkarakter dalam perilaku dan kepribadian. 6) Bertaqwa kepada Allah SWT secarakaffah.

7) Melengkapi sarana dan prasarana IT dan perpustakaan. 8) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

Sementara itu, misi SD Unggulan Aisyiyah Bantul adalah sebagai berikut: 1) Unggul dalam prestasi akademik.

a) Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.

b) Melaksanakan proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan materi.

c) Melaksanakan analisis dan tindak lanjut.

d) Menggali dan mengembangkan potensi siswa dan guru 2) Berprestasi dalam bidang akademik.

a) Menggali dan mengembangkan potensi anak di bidang non akademik.

(73)

c) Memberikan wadah yang cukup bagi anak untuk mengembangkan potensi non akademiknya.

3) Cerdas dalam pola pikir

a) Membimbing anak untuk berfikir ilmiah.

b) Memberikan kesempatan yang cukup bagi anak untuk berfikir ilmiah.

c) Menciptakan suasana proses belajar dan mengajar yang mendukung anak berpikir ilmiah.

4) Mandiri dalam menyelesaikan masalah.

a) Menciptakan situasi yang kondusif di sekolah. b) Mengembangkan budaya musyawarah mufakat. c) Mengembangkan pola berfikir positif.

5) Berkarakter dalam perilaku dan kepribadian.

a) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang menyenangkan. b) Mendorong dan membimbing anak untuk saling menghargai. c) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat dan sikap

saling menghargai.

(74)

j) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat mandiri. k) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat demokratis. l) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat rasa ingin

tahu.

m)Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat semangat kebangsaan.

n) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat cinta tanah air.

o) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat menghargai prestasi.

p) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat bersahabat. q) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat cinta

damai.

r) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat gemar membaca.

s) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat peduli lingkungan.

t) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat peduli sosial.

u) Mengembangkan, menerapkan, dan melaksanakan sifat tanggung jawab.

6) Bertaqwa kepada Allah SWT secarakaffah.

(75)

sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah.

b) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang islami. c) Penerapan kehidupan islam dalam segala aspek. 7) Melengkapi sarana dan prasarana IT dan perpustakaan. 8) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak.

3. Jumlah Siswa

[image:75.595.160.460.358.679.2]

SD Unggulan Aisyiyah merupakan salah satu SD terbaik di Kabupaten Bantul sehingga memiliki siswa dengan peminat yang cukup tinggi. Pada tahun ajaran 2015/2016 jumlah siswa SD Unggulan Aisyiyah tercatat sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah Siswa SD Unggulan Aisyiyah Tahun 2015/2016

Kelas Jenis kelamin Jumlah

L P

IA. Hafsah 12 10 22

IB. Maryam 13 11 24

IC. Asiyah 12 11 23

ID. Aminah 12 11 23

IE. Asma’ 12 11 23

IIA. Abu Hurairah 13 16 29

IIB. Abdullah Bin Umar 13 16 29 IIC. Anas Bin Malik 13 16 29 IID. Thalhah Bin Ubaidillah 13 15 28 IIE. Zubair Bin Awwam 12 17 29

IIIA. Abu Ubaidah 17 13 30

IIIB. Salman Al-Farisi 18 13 31 IIIC. Abdullah Bin Mas’ud 19 11 30

IIID. Muadz 17 14 31

IVA. Abu Dzar 12 15 27

IVB. Sa’ad 11 16 27

IVC. Abdurrahman 10 11 21

VA. Amru 18 13 31

VB. Ja’far 20 12 32

VC. Khalid 16 14 30

VIA. Abbas 14 10 24

VIB. Abu Sofyan 14 11 25

VIC. Hamzah 11 9 20

Jumlah seluruh siswa 618

(76)

4. Kondisi Fisik Sekolah

SD Unggulan Aisyiyah masih terus melakukan perbaikan di berbagai bidang dan terus melakukan pembangunan gedung. Kampus utama SD Unggulan Aisyiyah masih terus dibangun. Jika dari pintu gerbang utama sebelah jalan raya, SD ini seintas hanya terlihat kecil dengan bangunan utamanya adalah masjid sekolah yang juga sedang dibangun lantai 2. Akan tetapi jika sudah memasuki halaman upacara sekolah, maka terlihat bahwa sekolah ini cukup luas dengan dua sisi bangunan utama yang memanjang dari timur hingga barat. Bangunan SD Unggulan merupakan bangunan baru sehingga terlihat sangat kokoh. Bangunan utara mempunyai 2 lantai berisi kelas 3 hingga kelas 6. Bangunan selatan masih terus dibangun. Lantai pertama bangunan ini berisi kelas 3 dan kelas 2. Lantai kedua bagian timur berisi kelas 3A dan perpustakaan sedangkan lantai kedua bagian barat masih dalam proses pembangunan dan lantai ketiga juga masi dalam proses pemangunan. Seluruh lantai gedung ini mengguanakan keramih dan untuk ruang perpustakaan dan laboraturium dilapisi karpet. Tembok SD ini di cat dengan warna-warna cerah yang menarik. Terutama tembok perpustakaan di lukisi dengan gambar tatasurya beserta tulisan keterangan-keterangannya.

(77)

masjid, laboratorium komputer, ruang perpustakaan, 8 kamar mandi siswa, 1 kamar mandi guru dan karyawan. Halaman sekolah yang digunakan untuk upacara bendera dan halaman tengah sekolah yang digunakan untuk senam siswa, lapangan olahraga di selatan sekolah, ruang dapur, ruang UKS, ruang Koperasi, dan Ruang karyawan sekolah.

5. Potensi Guru dan Karyawan

Berdasarkan data dokumentasi SD Unggulan Aisyiyah, tenaga pengajar/guru di SD Unggulan Aisyiyah berjumlah 70 orang, terdiri dari kepala sekolah, 46 guru kelas dan guru bidang studi, serta 23 karyawan. Kualifikasi pendidikan tenaga pengajar/guru di SD Unggulan Aisyiyah terdiri dari 2 orang lulusan magister yaitu guru kelas, 49 lulusan sarjana yaitu kepala sekolah, 44 guru, dan 4 karyawan, 19 lulusan DIII yaitu 19 karyawan.

6. Ekstrakurikuler

(78)

B. Deskripsi Subjek dan Objek Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, 5 guru, dan 6 siswa SD Unggulan Aisyiyah Bantul. Kepala sekolah adalah Sw yang menjadi sumber untuk memperoleh data mengenai keteladan guru dan karyawan, pemberdayaan dan pengembangan sekolah dalam penanaman nilai karakter semangat kebangsaan di SD Unggulan Aisyiyah secara umum. Selain itu peneliti juga mewawancari 5 guru kelas sebagai sumber data mengenai keteladanan guru, proses pembelajaran, pengembangan serta pembudayaan sekolah dalam penanaman nilai karakter semangat kebangsaan di SD Uggulan Aisyiyah. Guru yang diwawancarai yaitu Yd sebagai wali kelas IID, Dw sebagai wali kelas IIIA, Kd sebagai wali kelas IVB, Fn sebagai wali kelas VA, dan Aw sebagai wali kelas VIA yang juga merupakan guru agama dan koordinator ekstrakurikuler HW.

Untuk memastikan dan mengkroscek kebenaran data wawancara dari kepala sekolah dan guru serta menambah data penelitian, peneliti melakukan mewawancara kepada siswa kelas tinggi maupun rendah secara bertahap. Siswa yang diwawancarai peneliti adalah Fr siswa kelas 2D, Dv siswa kelas 3A, Li dan An siswa kelas IVB, Sb siswa kelas VA, dan At siswa kelas VI A

(79)

Gambar

Gambar 1. Program Pengembangan Nilai/Karakter Secara MakroSumber : Kemendiknas (2010:26)
Gambar 2. Pengembangan Karakter dalam Konteks MikroSumber : Kemendiknas (2010:28)
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
gambar berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang mendadak dalam waktu

Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua tentang autisme dengan pola konsumsi gluten dan kasein pada anak autis, antara pengetahuan orang tua tentang autisme

Studi awal yang dilakukan pada 40 mahasiswa semester 6B tahun 2015 prodi PGMI UINSA Surabaya sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelas V SD Gugus Tuanku Imam Bonjol Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan simpulan sebelumnya

Syukur Alhamdulillah, Laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Perancangan Balai Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Kabupaten Jombang ” dapat terselesaikan

Pelafalan dan penghafalan Asmaul husna merupakan kebiasaan dalam dunia pendidikan untuk senantiasa menyebut nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT. Asmaul Husna apabila

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas skema bantuan pembangunan internasional dalam program Sulawesi Agfor khususnya dalam aspek tata kelola hutan desa yaitu: