• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROSES DAN KETENTUAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN MENURUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PROSES DAN KETENTUAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN MENURUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROSES DAN KETENTUAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN MENURUT PERATURAN DAERAH

KABUPATEN DELI SERDANG

A. Aturan Hukum Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

Keragaman disiplin ilmu serta latar belakang pengalaman seseorang menyebabkan beragam pula dalam memberikan arti tentang hukum, maka akan ditemukan jawaban yang sangat variatif yang memiliki titik tekan berbeda satu sama lain.74 Definisi tentang hukum menurut Van Apeldoorn adalah sangat sulit untuk dibuat, karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan. Salah satu defenisi hukum ialah yang dikatakan oleh Immanuel Kant “Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan.”75 Menurut Mochtar Kusumaatmadja, pengertian hukum itu sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tetapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.76

Hukum juga mempunyai sifat yang mengatur dan memaksa, hukum merupakan peraturan-peratuan yang hidup di masyarakat yang dapat memaksa

74

Wasis Sp, Pengantar Ilmu hukum, (Malang: Universitas Muhammadiyah, 2002), Hal. 11.

75

C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Hal. 36.

76

Seputarpengertian.blogspot.com/2014/seputar-pemgertian-perlindungan-hukum-html, diakses pada tanggal 11 mei 2015.

(2)

orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh menaatinya.77

Peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat maka peraturan-peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut. Dengan demikian hukum itu bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan dalam hukum itu pula harus ada keadilan yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat.78

Negara kita adalah negara hukum perkembangan konsep negara hukum dimasa sekarang telah membawa kepada konsep Negara kesejahteraan yang erat kaitannya dengan peranan hukum administrasi Negara. Hal ini dikarenakan dalam konsep Negara kesejahteraan peran Negara dan pemerintah semakin dominan.79 Tujuan yang ingin dicapai adalah bagaimana memberikan kesejahteraan bagi warganya agar tujuan ini bias dicapai maka dalam menggerakkan roda penyelenggaraan pemerintah diperlukan perangkat yang sesuai dengan tujuan dan wewenang masin-masing. Pemberian wewenang itu termasuk dalam ruang lingkup hukum administrasi negara.80

77 Ibid, Hal. 40. 78 Ibid. 79 Ibid, Hal. 52-53. 80 Ibid.

(3)

Bagi para pemikir hukum hal terpenting adalah perhatian terhadap penerapan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Bagaimana hukum itu diterapkan dalam kenyataan dan bahwa hukum yang sebenarnya adalah hukum yang dijalankan itu, sehingga hukum bukan apa yang tertulis dalam undang-undang melainkan apa yang dilakukan oleh aparatur hukum.81

Hukum dalam menjalankan fungsinya memerlukan berbagai perangkat dengan tujuan agar hukum memiliki kinerja yang baik. Salah satu kinerja yang membedakan adalah bahwa hukum memiliki kaidah yang bersifat memaksa, artinya apabila kaidah hukum dituangkan kedalam sebuah perundang-undangan maka setiap orang harus melaksanakannya.82 Selain itu untuk mengendalikan setiap kegiatan atau perilaku individu atau kolektivitas yang sifatnya preventif adalah melalui izin, izin adalah suatu keputusan administrasi negara yang memperkenankan suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang tetapi diperkenankan dan bersifat konkrit.83

Izin itu sendiri mempunyai aturan hukum atau mempunyai dasar hukum, aturan hukum tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek saja, akan tetapi harus berdasarkan kepentingan jangka panjang, salah satunya adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Yang menjadi dasar hukum Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam peraturan dan perundang-undangan adalah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Peratran Menteri Dalam Negeri RI Nomor 32

81 Ibid. 82 Ibid, Hal. 90. 83 Ibid.

(4)

Tahun 2010 tentang pemberian Izin Mendirikan Bangunan.84 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, PP Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.85 Yang mana di dalam peraturan-peraturan tersebut memuat tentang pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, undang-undang ini mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi fungsi, persyaratan, penyelenggaraan, peran masyarakat, dan pembinaan. Pada Pasal 2 mengatakan bangunan gedung diselenggarakan berdasarakan asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya.86

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 menjelaskan tentang tujuan dari pengaturan bangunan gedung adalah:

1. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan yang serasi, selaras dengan lingkungannya.

2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan teknis bangunan gedung dan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

3. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.87

Pasal 7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung memuat tentang persyaratan bangunan gedung dan pada Pasal 8

84

Bandingkan, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Tentang Izin Mendirikan

Bangunan, diakses pada tanggal 5 mei 2015.

86

Lihat Pasal 2, Undang-Undang nomor 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung.

87

(5)

Undang-Undang ini memuat tentang persyaratan Administratif Bangunan Gedung. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:

a. Status hak atas tanah dan atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah.

b. Status kepemilikan bangunan gedung, dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.88

Pasal 8 ayat (4) ketentuan mengenai Izin Medirikan Bangunan Gedung, Kepemilikan dan Pendataan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. Pasal 1 PP Nomor 36 Tahun 2005 dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah permohonan yang dilakukan pemilikbangunan gedung kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan izin mendirikan bangunan gedung.89

88

Lihat pasal 8, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002, Tentang Bangunan Gedung.

89

Lihat pasal 1 (6),(7), Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2005, Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

(6)

PP Nomor 36 Tahun 2005 sudah meliputi fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, pembinaan, sanksi administratif dan ketentuan peralihan sudah lengkap tertulis didalamnya.90

“Pemilik dan atau pengguna yang melanggar ketentuan Peraturan Pemerintah dikenakan sanksi administratif berupa:

Sanksi administratif yang tertulis pada PP Nomor 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, tertulis pada Pasal 113 ayat (1)

a. Peringatan tertulis.

b. Pembantasan kegiatan pembangunan.

c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan.

d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan. e. Pembekuan izin mendirikan bangunan gedung.

f. Pencabutan izin mendirikan bangunan gedung. g. Pembekuan sertifikat laik fungsi bangunan gedung. h. Pencabutan sertifikat laik fungsi bangunan gedung. i. Perintah pembongkaran bangunan.”

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang tertulis pada Pasal 7 ayat (1) Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, ayat (2) Dalam melaksanakan tugas sebagimana dimaksud pada ayat (1), Negara memberikan kewenangan penyelengaraan penataan ruang kepada pemerintah dan pemerintah daerah, ayat (3), Penyelengaraan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

90

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005, Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

(7)

dengan tetap menghormati hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.91

Inti sari dari pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang ialah Peraturan tentang sturktur ruang dan prasarana wilayah kabupaten yang untuk melayani dalam skala wilayah kabupaten, pemerintahan kabupaten memiliki wewenang dalam pengembangan dan pengelolaan kabupaten dan telah di sah kan oleh undang-undang.92

Rencana Tata Ruang Kabupaten memuat rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional dan rencana tata ruang provinsi yang terkait dengan wilayah kabupaten yang bersangkutan. Rencana Tata Ruang Kabupaten merupakan pedoman dasar bagi Pemda dalam pengembangan lokasi untuk kegiatan pembangunan daerahnya terutama pada daerah pedesaan.93

Pasal 60 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang berisi Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk, mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rancana tata ruang kepada pejabat berwenang dan, mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah dan atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan

91

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.

(8)

yang tidak sesuai dengan rencana Tata Ruang menimbulkan kerugian.94 Pada Pasal 63 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 menuliskan sanksi administratif dalam undang-undang ini yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dapat berupa, pencabutan izin, pembatalan izin, pembongkaran bangunan.95

B. Tata Cara Memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Daerah Kab. Deli Serdang

1. Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Suatu keputusan badan atau pejabat Tata Usaha Negara merupakan penerapan terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam penerapannya harus memenuhi prosedur yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan tersebut. Dengan mengikuti aturan-aturan tentang prosedur, dapat memberikan kemungkinan bagi warga masyarakat untuk memasukkan pengaruh yang dikehendaki, dalam arti bias ikut dalam proses pengambilan keputusan.96

Proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan. Proses ini merupakan proses internal yang dilakukan oleh petugas/aparat. Dalam setiap tahapan pekerjaan tersebut masing-masing pegawai dapat mengetahui peran masing-masing dalam proses penyelesaian perizinan.97

94

Lihat Pasal 60 Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.

Petugas/aparat dalam setiap tahapan dari proses perizinan dituntut untuk menerapkan prinsip good governance didalamnya.

95

Lihat Pasal 62 dan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Tentang Penataan Ruang.

96

Abdul Latief, Hukum dan Pengaturan Kebijaksanaan (Beleidsregel)pada Pemerintah Daerah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), Hal. 282.

97

(9)

Permohonan izin mendirikan bangunan harus memenuhi prosedur tertentu ditentukan oleh pemerintah selaku pemberi izin. Disamping harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah atau pemberi izin.98

Persyaratan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk memperoleh izin yang dimohonkan. Persyaratan perizinan tersebut berupa dokumen kelengkapan atau surat-surat. Menurut Soehino syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan kondisional. Bersifat konstutif karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang harus terlebih dahulu dipenuhi artinya dalam hal pemberian izin itu ditentukan suatu perbuatan yang konkret dan bila tidak dipenuhi dapat dikenakan sanksi. Bersifat kondisional karena penilaian tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi.99

Pemberian IMB dimaksudkan untuk :100 a. Pembinaan

Pembangunan sebuah bangunan memerlukan pembinaan. IMB dimaksudkan agar lembaga yang berwenang dapat membina orang atau badan yang bermaksud membangun dengan benar dan menghasilkan bangunan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

b. Pengaturan

Bangunan-bangunan perlu diatur. Pengaturan bertujuan agar menghasilkan sesuatu yang tertatur. Pembangunan perlu memperhatikan

98 Ibid. 99 Ibid. 100

Teguh Sutanto, Panduan Praktis Mengurus Sertifikat Tanah dan Perizinannya, (Jakarta : Buku Pintar, 2014), hal. 78-79.

(10)

peraturan-peraturan yang berlaku. Jarak dari jalan ke bangunan, luas ruang terbuka, dan lain-lain perlu diatur. Tanpa pengaturan, bangunan-bangunan akan semakin semerawut dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.

c. Pengendalian

Pembangunan Perlu dikendalikan. Tanpa pengendalian, bangunan bisa muncul dimana-mana seperti jamur, tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku. Lahan yang dimaksudkan menjadi taman bisa saja diubah menjadi rumah, jika tanpa pengendalian. Selain itu, laju pembangunan perlu diperhatikan. Pembangunan yang begitu pesat juga bisa membawa dampak buruk bagi lingkungan. Pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung terdapat beberapa pasal yang mendudukkan IMB sebagai sarana pengendalian yaitu dalam pasal 6, 7, 35, 39, 40 dan 41, yang dikatakan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung berkewajiban memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Hal ini bermanfaat untuk upaya penegakan prosedur perizinan dalam mendirikan bangunan untuk menjamin bangunan tersebut telah sesuai dengan peruntukan ruang dan kegiatan yang direncanakan.

Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara Indonesia, ibu kota Kabupaten ini terletak di lubuk pakam. Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan, Selai memiliki sumber daya alam yang besar Kabupaten juga memiliki keanekaragaman budaya.101

Pengaturan mengenai IMB di Kabupaten Deli Serdang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 tentang izin mendirikan bangunan di Kabupaten Deli serdang merupakan salah satu bentuk

2015.

(11)

pelayanan publik. Disamping itu IMB merupakan salah satu retribusi Kabupaten Deli Serdang yang berarti sumber pendapatan daerah. Kantor pelayanan administrasi perizinan dan Dinas Tata Ruang dan Bangunan yang merupakan penyelenggara pelayanan IMB harus memiliki kapabilitas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.102

Kabupaten Deli Serdang pada Perdanya Nomor 14 Tahun 2006 Bab IV Pasal 13 berisi tentang tata cara memperoleh Izin Mendirikan Bangunan di daerah Kabupaten Deli Serdang. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan diajukan sendiri secara tertulis kepada Bupati Deli Serdang d/p Dinas Pemukiman, pengembangan wilayah dan pertambangan dengan mengisi formulir yang telah disediakan untuk itu dengan melampirkan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Persyaratan Administrasi

1. Mengisi dan mengajukan surat permohonan IMB.

2. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku. 3. Fotocopy pelunasan PBB tahun terakhir.

4. Surat-surat Tanah:

- Fotocopy sertifikat kepemilikan atau surat penguasaan alas hak atas tanah (Akte Jual Beli/Akte Ganti Rugi), rangkap 2 (dua) yang dilegalisir oleh Notaris/Camat setempat ataupun Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN).

102

(12)

- Asli Surat tidak saling Sengketa yang dikeluarkan oleh Lurah/Kepala Desa.

- Asli Rekomendasi dari Bank bagi tanah yang sedang diagunkan. 5. Rekomendasi dari Instansi terkait untuk pembangunan tempat ibadah,

tempat persemayaman mayat, galon (SPBU) dan pendidikan.

6. Asli Surat Kuasa, Akte Perusahaan, Surat Keputusan Instansi bagi pemohon yang bukan pemilik tanah (atas nama pemilik tanah).

7. Bangunan Gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi dengan persyaratan pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.103 b. Persyaratan Teknis

1. Gambar rencana Bangunan Rangkap 4 (empat) - Denah/Site Plan

- Tampak (depan dan samping)

- Potongan (memanjang dan melintang)

- Gambar Konstruksi (pondasi, sloop, kolom, lantai, tangga, rencana atap/kap, kecuali untuk bangunan rumah tempat tinggal 1 (satu) lantai. - Sumur perserapan, septic tank dan bak control.

- Untuk bangunan pagar (denah, tampak potongan dan situasi).

103

Peraturan daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006, Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

(13)

2. Perhitungan konstruksi yang dibuat oleh konsultan dan ditanda tangani oleh perencana, bagi bangunan dengan:

- Bantangan balok lebih dari 6 (enam) meter.

- Ketinggian 2 (dua) lantai atau lebih untuk bangunan yang digunakan kepentingan umum.

- Ketinggian bangunan dari 4 (empat) lantai.

- Konstruksi baja atau kayu yang ketinggian tiangnya lebih dari 6 (enam) meter per lantai.

3. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk bangunan tower/menara, tanki. Gapura/tugu dan cerobong asap.104

2. Penolakan, Penundaan Dan Pembatalan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang nomor 14 Tahun 2006 tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang menyatakan:

a. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan ditolak apabila:105 - Tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan.

- Bertentangan dengan rencana tata ruang.

- Menggangu/merusak keseimbangan lingkungan.

- Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

104

Lihat Pasal 13, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006, Tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

105

Lihat Pasal 7, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 14 Tahun 2006, Tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli serdang.

(14)

b. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan dapat di tunda apabila:106

- Adanya surat permohonan penundaan akibat keberatan dari pihak lain atas kegiatan mendirikan bangunan tersebut berkaitan dengan sengketa tanah dengan dilampiri bukti-bukti awal yang dapat dipertanggungjawabkan. - Sedang dilakukan proses perrubahan rencana tata ruang pada lokasi yang

dimohonkan.

c. Izin mendirikan bangunan dapat dicabut apabila, melanggar ketentuan izin yang diberikan atau dikemudian hari diketahui bahwa salah satu atau beberapa syarat untuk memperoleh Izin Mendirikan Bangunan dimaksud tidak benar keabsahannya dan atau hal-hal lain menurut Kepala Daerah patut untuk dipertimbangkan.107

d. Izin Mendirikan Bangunan dibatalkan apabila wajib retribusi setelah diberi peringatan secara tertulis 3(tiga) kali berturut-turut dalam jangka waktu 1 (satu) bulan tidak mengambil izin yang telah diberikan.108

3. Akibat Hukum Diperolehnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Menurut Indroharto menimbulkan akibat hukum berarti menimbulkan suatu perubahan dalam suasana hubungan hukum yang telah ada. Sebagaimana

106

Lihat Pasal 8, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 14 Tahun 2006, Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

107

Lihat Pasal 9, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 14 Tahun 2006, Tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang.

108

Lihat Pasal 10, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 14 Tahun 2006, Tentang Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang.

(15)

penetapan tertulis adalah merupakan suatu tindakan hukum, suatu tindakan hukum inilah selalu dimaksudkan untuk menimbulkan suatu akibat hukum.109

Keputusan yang menimbulkan suatu akibat hukum adalah apabila Keputusan sebuah penetapan tertulis sebagaimana ada dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Sebagai suatu tindakan hukum, penetapan harus mampu menimbulkan suatu perubahan dalam hubungan-hubungan yang telah ada. Yaitu melahirkan hubungan hukum baru, menghapuskan hubungan hukum yang telah ada, menetapkan sesuatu dan sebagainya. Suatu penetapan tertulis melahirkan suatu wewenang bagi suatu Badan atau Jabatan TUN yang lain untuk berbuat sesuatu, atau menyebabkan diubahnya atau dicabutnya wewenang yang pernah dimiliki, dikatakan penetapan tertulis menimbulkan suatu akibat hukum.110

Izin Mendirikan Bangunan merupakan sebuah keputusan (beschikking) berwujud konkrit dari tindakan hukum pemerintah. Tindakan-tindakan yang berdasarkan peraturan tertentu dapat menimbulkan akibat hukum tertentu yaitu tindakan hukum untuk menciptakan hak dan kewajiban tertentu.111

Izin bersifat individual tidak bersifat umum baik alamat tempat dimana bangunan dimaksud didirikan maupun hal yang dituju, surat keputusan telah bersifat final karena sudah tidak memerlukan persetujuan dari instansi lainnya

109

Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang , tentang Peradilan Tata Usaha Negara , (Jakarta: Sinar Harapan, 1994), Hal. 174.

110

Indroharto, Op Cit., Hal. 175.

111

(16)

dalam arti telah definitif. Ketika terpenuhinya unsur-unsur keputusan maka keputusan tersubut akan menimbulkan akibat hukum. Karena apabila keputusan masih memerlukan persetujuan instansi lain, belum bersifat final, definitif maka keputusan ini belum dapat menimbulkan akibat hukum. Karena bila keputusan belum dapat menimbulkan hukum yaitu hak dan kewajiban pada pihak yang bersangkutan karena belum ada hubungan hukum.112

Berdasarkan keterangan diatas Izin Mendirikan Bangunan menimbulkan akibat hukum adalah bersumber dari perbuatan hukum Tata Usaha Negara oleh Pejabat Tata Usaha Negara. Dijelaskan dalam Pasal 1 angka 9 Undang-undang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan tata usaha Negara113bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat di pusat dan daerah yang melakukan kegiatan bersifat eksekutif. Tindakan Hukum Tata Usaha Negara adalah perbuatan hukum Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang bersumber pada suatu ketentuan hukum Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban terhadap seseorang atau badan hukum.114

112

Lihat penjelasan pasal 1 angka 3, Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 , Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

113

Republik Indonesia, Undang-Undang RI nomor 51 Tahun 2009, Tentang Perubahan UU No 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

114

Viktor Situmorong,Soedibyo, Pokok-pokok Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Hal. 131.

(17)

4. Perda Nomor 14 Tahun 2006 Kabupaten Deli Serdang Tentang IMB Dan Lahirnya IMB Nomor 503.648/3790/Bg

Beschikking adalah salah satu bentuk kegiatan pemerintah dalam menajalankan peranannya dalam perbuatan hukum pemerintah (Rechtshandelingen). Istilah beschikking berasal dari bahasa belanda. Pengertiannya adalah suatu perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa.115 Sumber lain beschikking diartikan sebagai suatu keputusan yang diterbitkan oleh pejabat Administrasi Negara yang bersifat konkret dan khusus, atau keputusan dalam bidang Administrasi Negara dilakukan oleh Pejabat atau Badan Pemerintah yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu.116

Menurut Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Gadjah Mada, Muchsanpengertian Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking) adalah penetapan tertulis yang diproduksi oleh Pejabat Tata Usaha Negara, mendasarkan diri pada Peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkrit, individual dan final.117

Peranan Pemerintah sangat penting dalam pembangunan tempat tinggal masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 12, Pemerintah Daerah wajib mengatur perumahan dan pemukiman

115

E, Utrecht, Op, Cit., Hal. 36.

116

http;//www. Kamus hukum.com, diakses pada tanggal 10 Mei 2015.

tentang Keputusan Tata Usaha Negara

(18)

masyarakat. Jika pemerintah tidak memiliki peran dalam pembangunan tersebut, akan mengakibatkan kewalahan bagi Pemerintah Daerah dalam penataan Tata Ruang Kota yang baik. Melalui kebijakan pemerintah dalam menerbitkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pemerintah menginstrumenkan program ketataruangan yang baik, tertib dan teratur juga melalui IMB pemerintah memberikan keamanan dan kenyamanan dalam penggunaan bangunan. Maka sebaiknya sebelum mendirikan bangunan terlebih dahulu mengurus izin mendirikan bangunannya. Guna untuk memiliki kepastian hukum atau kelayakan, kenyamanan, keamanan sesuai dengan fungsinya yang telah ditentukan.118

Nilai lebih kepemilikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), bangunan yang telah ber-IMB memiliki kelebihan dibandingkan dengan bangunan yang tidak ber-IMB kelibihannya yakni:

a. Bangunan memiliki nilai jual yang tinggi. b. Jaminan Kredit Bank.

c. Peningkatan Status Tanah.

d. Informasi Peruntukan dan Rencana Jalan.119

Setiap orang, badan hukum atau usaha, kelompok orang dan lembaga atau organisasi yang mengajukan permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

118

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo Pelayanan Terpadu Perizinan www.postel. go.id/berita-pelayanan-terpadu, diakses pada tanggal 8 Mei 2015.

Bangunan, diakses pada Tanggal 8 Mei 2015.

(19)

kepada Pemerintah Daerah adalah disebut sebagai Pemohon dan untuk bangunan gedung fungsi khusus kepada Pemerintah Daerah.120

Persyaratan dan ketentuan yang ada pada Perda di Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006Nomor IMB 503.648/3790/Bg atas nama Nurbaya Sianipar pada Tanggal 06 Juni 2011. Nurbaya Sianipar memasukkan permohonan IMB pada Tanggal 05 April 2011 kepada Bupati Deli Serdang dengan melampirkan formulir yang telah diisi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. Nurbaya Sianipar sebagai pemohon telah melengkapi segala persyaratan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang sehingga pada Tanggal 06 Juni 2011 Izin Mendirikan Bangunan ditelah diberikan kepada pemohon. Tetapi dalam pemeriksaan lapangan pada Tanggal 05 Agustus 2011 saat pelaksanaan pembangunan adanya pelanggaran atau penyimpangan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang tidak sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dan disah kan pada IMB Nomor 503.648/3790/Bg. Terkait dengan pelanggaran yang dilakukan si pemilik bangunan tersebut maka pemilik bangunan mengakui kesalahannya dan pada tanggal 06 Agustus 2011 membongkar sendiri bangunannya yang tidak sesuai dengan ketentuan izin

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat diproses dan diterbitkan apabila persyaratannya sudah dipenuhi oleh pemohon IMB yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

120

Lihat Pasal 1 ayat (5), Menteri Dalam Negeri RI, Peraturan Nomor 32 Tahun 2010, Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan.

(20)

mendirikan bangunan Nomor 503.648/3790/Bg. Terkait dengan pemeriksaan dalam sengketa Putusan No. 30/B/2012/PT.TUN.Mdn Majelis tidak menemukan adanya penyimpang dalam pelaksaanan persyaratan proses untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pemohon telah melengkapi segala persyaratan yang telah ditentukan yang sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) di Kabupaten Deli Serdang.121

a. Mendirikan bangunan tanpa izin.

Majelis Hakim berpendapat bahwa pemohon yang telah bermohon untuk diterbitkan Izin Mendirikan Bangunan dan kemudian memperoleh Izin Mendirikan Bangunan, dan pemohon telah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang warga negara yang baik sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perda Nomor 14 Tahun 2006 di Kabupaten Deli Serdang pada Bab VI Larangan Pasal 15 Setiap orang pribadi atau badan dilarang:

b. Mendirikan bangunan yang tidak sesuai dengan izin mendirikan bangunan yang telah diberikan.

Bab VII Pasal 16 Pelaksanaan Pekerjaan Mendirikan Bangunan “Pekerjaan mendirikan bangunan dapat dimulai setelah Izin Mendirikan Bangunan diberikan oleh Kepala Daerah.”Keberadaan Izin Mendirikan Bangunan Nomor 503.648/3790/Bg telah sesuai dengan peraturan

121

Lihat Putusan nomor 30/B/2012/PT.TUN.Mdn, Tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan Yang Telah Diterbitkan, Hal. 59.

(21)

undangan dan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2006 dan sudah berupa keputusan (beschkking).

Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan setiap warga masyarakat yang berada di Kabupaten Deli Serdang yang ingin mendirikan suatu bangunan harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan(IMB) yang diberikan oleh Bupati Kabupaten Deli Serdang, proses dan syarat dalam mengurus IMB terdapat dalam peraturan daerah Kabupaten Deli Serdang.

Perda Nomor 14 Tahun 2006 pada Pasal 9 yang berisi “ Izin Mendirikan Bangunan dapat dicabut oleh Kepala Daerah apabila melanggar ketentuan izin yang diberikan atau kemudian hari diketahui bahwa salah satu atau beberapa syarat untuk memperoleh izin mendirikan bangunan dimaksud tidak benar keabsahannya dan atau hal-hal lain menurut Kepala Daerah patut untuk dipertimbangankan”,122

Izin Mendirikan Bangunan yang telah diberikan oleh kepala daerah atau oleh Bupati seperti yang ada pada Kabupaten Deli Serdang yang melalui proses dalam Pasal 9 Perda Nomor 14 Tahun 2006 tersebut tentang Pencabutan izin mendirikan bangunan tidak dijelaskan adanya batasan tentang pencabutan IMB tersebut sampai dimana dikatakan melanggar ketentuan izin mendirikan bangunan tersebut, sehingga pasal tersebut tidak banyak merugikan banyak pihak.

122

Lihat Pasal 9,Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

(22)

dan ketentuan pada Perda Kabupaten Deli Serdang tentang IMB sudah memiliki kepastian hukum, tetapi dalam Perda Nomor 14 Tahun 2006 Pasal 9 tentang pencabutan IMB kurang adanya kejelasan atas batas pelanggaran izin mendirikan bangunan sehingga dapat dicabut oleh Bupati, seperti contoh pada izin mendirikan bangunan Nomor 503.648/3790/Bg yang telah dikeluarkan oleh Bupati namun dicabut kembali dikarenakan ukuran bangunan tidak sesuai dengan ketentuan izin mendirikan bangunan yang telah diberikan, tetapi si pemilik bangunan telah mengakui kesalahan dan segera merubah bangunan nya sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh pemerintah tersebut tetapi izin mendirikan bangunannya tetap dicabut, pemilik bangunan sangat merasa dirugikan dan tidak adanya kepastian hukum di dalam izin mendirikan bangunan tersebut.

Pasal 9 Perda Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan seharusnya lebih memperjelas atas batasan-batasan melanggar ketentuan izin mendirikan bangunan sehingga izin yang telah diberikan oleh Bupati dapat dicabut dan memiliki kepastian hukum didalamnya sehingga tidak membuat banyak pihak dirugikan atas pencabutan izin mendirikan bangunan yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan daerah dan peraturan yang terkait didalamnya mengenai izin mendirikan bangunan. Perda Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Pasal 9 tersebut seharusnya memiliki batasan-batasan seperti apabila seseorang hanya melanggar salah satu dari ketentuan yang ada pada Pasal 9 tersebut apakah izin mendirikan bangunan miliknya dapat langsung

(23)

dicabut atau tidak dan dalam Pasal 9 tersebut tidak dijelaskan adanya hal-hal lain yang menurut Kepala Daerah patut dipertimbangkan isi dari Pasal 9 memungkinkan masyarakat awam tidak mengerti atas hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam pasal tersebut sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian hukum didalamnya, maka dari itu harus adanya kejelasan atas isi dari Pasal 9 Perda Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui pemanfaatan media lingkungan sekitar pada pembelajaran tematik

выложено группой vk.com/create_your_english... выложено

Disisi lain apabila konsumen ingin untuk membuat shaft thresser dengan harga yang lebih murah, maka bisa menggunakan Case 2 dimana ongkos produksinya lebih ekonomis akan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas penyebab jaringan down dan menghitung indeks keandalan jaringan melalui perhitungan laju kegagalan atau

Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari produktifitas pembubutan terhadap pembubutan Shaft Thresser dengan menggunakan pahat karbida berlapis PVD ketika digunakan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Example s. Keaktifan peserta didik tergolong baik, yaitu 72,83% dikelas X.A dan 70,11% dikelas X.D sehingga model

Bertanggung jawab mutlak terhadap pemanfaatan dana bantuan yang telah diterima dari PIHAK PERTAMA sesuai dengan peraturan keuangan yang berlaku serta ketentuan

Pada mode manual meja dapat dikontrol untuk naik, turun dan stop dengan menekan tombol perintah pada smartphone serta akan tertampil pembacaan jarak ketinggian landasan meja