• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecenderungan Impulsive Buying pada ibu rumah tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja. Studi kasus pada ibu rumah tangga pekerja dan bukan pekerja di Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kecenderungan Impulsive Buying pada ibu rumah tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja. Studi kasus pada ibu rumah tangga pekerja dan bukan pekerja di Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

KECENDERUNGANIMPULSIVE BUYING PADA IBU RUMAH TANGGA

DITINJAU DARI STATUS PEKERJA DAN BUKAN PEKERJA

Studi Kasus pada Ibu Rumah Tangga Pekerja dan Bukan Pekerja di Yogyakarta SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

Benedicta Samantha Easterina

NIM : 142214227

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“I can do all things through Christ Who strengthens me”

Phil 4:13

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Ibu Kitri Dewi

(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga skripsi yang berjudul “KECENDERUNGAN IMPILSIVE BUYING

PADA IBU RUMAH TANGGA DITINJAU DARI STATUS PEKERJA DAN

BUKAN PEKERJA: Studi Kasus Pada Ibu Rumah Tangga Di Lima

Kecamatan Di Kota Yogyakarta” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik karena didukung oleh berbagai pihak, oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah mengasihi, meneguhkan, dan mendengar doa penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi sampai dengan selesai. 2. Ibu Kitri Dewi yang telah memberikan semangat untuk terus menjadi

seseorang yang tangguh.

3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Dra. Diah Utari Bertha Rivieda, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah menerima dan membimbing penulis hingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Lebih dari pada itu penulis ingin mengucapkan terima kasih karena telah menjadi dosen terbaik yang selalu memberikan dukungan moril di saat-saat yang paling penulis butuhkan.

5. Bapak Albertus Yudi Yuniarto, S.E., M.B.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma sekaligus Dosen Pembimbing II penulis.

6. Sahabat yang selalu menghiasi dunia perkuliahan penulis sehingga penulis tetap dapat bersinergi di tengah-tengah keharusan dalam bekerja di luar kampus (Anggita, Yami, Sela, Im, Dian, Ajeng, Dea, Sekar, Lia, Shinta, Rosa dan Ivana)

(8)
(9)

ix

B. Penelitian Sebelumnya ... 21

C. Desain Penelitian ... 22

D. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 24

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 24

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Populasi dan Sampel... 28

(10)

x

G. Sumber Data ... 31

H. Teknik Pengumpulan Data ... 32

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 32

J. Teknik Analisis Data ... 34

K. Pengujian Hipotesisdengan Independent Sample T-test ... 36

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 38

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Penjelasan Singkat Proses Penelitian ... 45

B. Hasil Pengujian Instrumen ... 46

C. Analisis Data Responden ... 48

D. Pengujian Hipotesis Dengan Independent Sampel T-test ... 51

E. Pembahasan ... 54

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

C. Keterbatasan...59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III. 1 Tabel Skor Penilaian Skala Impulsive Buying ... 28

III. 2 Tabel Jumlah Wanita Menikah di Kota Yogyakarta tahun 2017... 29

III. 3 Tabel Pendistribusian Sampel...30

III. 4 Tabel Jumlah Wanita Menikah di Kota Yogyakarta tahun 2017...31

III. 5 Tabel Kategori Skor Kecenderungan...35

IV. 1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Tegalrejo Menurut Jenis Kelamin...38

IV. 2 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Tegalrejo Menurut Status Perkawin- an Semester II 2017………...…………..39

IV. 3 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Gondokusuman Menurut Jenis Kelamin Semester II 2017... 39

IV. 4 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Gondokusuman Menurut Status Perkawinan Semester II 2017... 40

IV. 5 TabelJumlah Penduduk Kecamatan Gondokusuman Menurut Jenis Kelamin Semester II 2017... 41

IV. 6 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Gondokusuman Menurut Status Perkawinan Semester II 2017... 41

IV. 7 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Menurut Jenis Kelamin Semester II 2017...42

IV. 8 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Menurut Status Perkawinan Semester II 2017... 43

IV. 9 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Menurut JenisKelamin Semester II 2017...43

(12)

xii

V. 1 Tabel Hasil Uji Validitas... 47

V. 2 Tabel Hasil Uji Reabilitas Impulsive Buying ...47

V. 3 Tabel Karakteristik Responden Berdasarkan Ibu Rumah Tangga...48

V. 4 Tabel Karakteristik berdasarkan Status Ibu Rumah Tangga...49

V. 5 Tabel Mean Kecenderungan Impulsive Buying...50

V. 6 Tabel Hasil Uji Normalitas...51

V. 7 Tabel Uji Homogenitas...52

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

(15)

xv

ABSTRAK

KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING PADA IBU RUMAH TANGGA

DITINJAU DARI STATUS PEKERJA DAN BUKAN PEKERJA

Studi Kasus Pada Ibu Rumah Tangga Pekerja dan Bukan Pekerja di Kota Yogyakarta

Benedicta Samantha Easterina UniversitasSanata Dharma

Yogyakarta, 2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di lima kecamatan di kota Yogyakarta dan mengetahui apakah ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di kota Yogyakarta ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja. Penelitian melibatkan 100 responden sebagai subjek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah accidental sampling. Uji instrument menggunakan uji validitas dan uji reabilitas. Teknik analisis yang digunakan adalah Independent sample t-test. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di lima kecamatan di kota Yogyakarta ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja.

(16)

xvi ABSTRACT

IMPULSIVE BUYING TENDENCY IN HOUSEWIFES IN TERMS OF WORKING AND NON-WORKING STATUS

Case Study in Housewives from Five Sub-District in The City of Yogyakarta Benedicta Samantha Easterina

UniversitasSanata Dharma Yogyakarta, 2018

This research aims to find out how the impulsive buying tendency in housewives from five sub-district in The City of Yogyakarta and to discover if there is any difference toward the impulsive buying tendency in housewives from five sub-district in Yogyakarta according to their working and non-working status. This research involves 100 respondents as the subject of the research. The data collection technique used in this research is Accidental Sampling technique. The instrument tests used in this research are validity test and reliability test. The analysis technique used in this research is Independent Sample T-Test. The result of this research shows that there is no difference of the impulsive buying tendency between working housewives and non-working housewives.

(17)

24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari merupakan kegiatan yang wajar. Dalam kegiatan dan aktivitas yang dijalani setiap hari, setiap orang pasti membutuhkan berbagai macam barang, jasa, tempat, peristiwa, atau properti apapun yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menunjang kehidupan seseorang. Namun seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, semakin banyak kebutuhan manusia yang harus dipenuhi.

Diantara kebutuhan dan keinginan terdapat suatu perbedaan. Kebutuhan bersifat naluriah, sedangkan keinginan merupakan kebutuhan buatan, yaitu kebutuhan yang dibentuk oleh lingkungan hidupnya, seperti lingkungan keluarga atau lingkungan sosial lainnya. Dahulu sebuah mobil hanya dibeli konsumen karena kemampuannya memenuhi kebutuhan kendaraan angkutan, namun saat ini konsumen tidak lagi membeli mobil semata-mata karena memiliki kebutuhan akan alat transportasi lagi, tetapi juga untuk menunjang kebutuhan akan status sosialnya di masyarakat (Ferrinadewi, 2008).

(18)

direncanakan, dilakukan secara cepat serta diikuti dengan konflik dan dorongan emosional (Verplaken, 2001).

Setiap orang atau konsumen memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda-beda, ada yang mencatat terlebih dahulu kebutuhan-kebutuhan apa saja yang ingin dibeli sebelum ke pusat perbelanjaan, ada juga yang hanya berbelanjahanya dengan mengingat-ingat kebutuhan apa saja yang diperlukan. Aktivitas belanja yang keluar dari rencana belanja atau yang tidak sesuai dengan rencana awal konsumen yang sudah dibuat sebelumnya dapat dikatakan sebagai pembelian tak terencana atau impulsive buying.

Kaum wanita memiliki kebiasaan berbelanja yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, baik untuk memenuhi kebutuhan barang pokok, maupun barang konsumsi lainnya. Hal tersebut dapat terlihat melalui data yang menunjukkan bahwa saat ini pelaku pembelian e-commerce banyak didominasi oleh kaum wanita yaitu sebesar 54% dibandingkan dengan pria (Aqmal Maulana, CNN Indonesia, 2016) Hal ini juga diperkuat melalui data yang dirilis oleh Tokopedia dalam tiga bulan terakhir di tahun 2014 bahwa konsumen yang paling banyak belanja di Tokopedia adalah wanita yaitu sebesar 66,28% dibandingkan dengan pria (Lukman, 2014).

(19)

hanya memiliki kesibukan sebagai ibu rumah tangga saja, tetapi juga banyak yang memilih untuk mengaktualisasikan dirinya ke dunia karier dengan mengemban berbagai profesi. Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangatkhusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat (Schein, E.H,1962). Dari keterangan yang dikemukakan oleh Schein tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki suatu profesi apabila ia berperan di dalam masyarakat sebagai pembangun suatu norma-norma khusus seperti mendidik, mengajar, membangun, mengatur, dsb.

Menjadi ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak bisa dianggap remeh, seorang ibu rumah tangga memiliki peran khusus di dalam masyarakat khususnya keluarga. Menurut Sharif Baqhir (2003:64) 7 diantara peran penting ibu rumah tangga dalam keluarga adalah:

1. Ibu sebagai manajer

Seorang ibu rumah tangga mampu mengintegrasikan berbagai macam karakter, berbagai macam keadaan atau kondisi anggota keluarganya kedalam satu tujuan rumah tangga. Ia berperan sebagai sosok pengatur kelangsungan roda rumah tangganya sehari-hari

2. Ibu sebagai guru

Seorang ibu mampu mendidik putra-putrinya, mengajarkan sesuatu yang baru, melatih, membimbing, mengarahkan, serta memberikan penilaian baik berupa reward maupun punishment yang mendidik. Ibu merupakan sekolah yang paling utama dalam membentuk kepribadian anak, serta sarana untuk memenuhi mereka dengan berbagai sikap mulia.

(20)

Seorang ibu harus pandai berkreasi menghasilkan menu-menu yang dapat diterima semua anggota keluarga, baik menu sarapan, makan siang, maupun makan malam. Ibu rumah tangga juga berperan menjaga kesehatan keluarga.

4. Ibu sebagai perawat

Seorang ibu sebagaimana dengan telatennya merawat anak-anaknya melalui perhatian dan kasih sayang yang dimiliki.

5. Ibu sebagai accountant

Seorang ibu mampu mengelola anggaran pendapatan dan belanja keluarga dengan sebaik-baiknya dan mampu membantu perekonomian keluarganya dengan tidak melupakan kodratnya sebagai ibu.

6. Ibu sebagai design interior

Seorang ibu harus pandai menata berbagai perabot rumah tangga untuk menciptakan suasana nyaman bagi keluarga.

7. Ibu sebagai dokter

Seorang ibu harus mampu mengupayakan kesembuhan dan menjaga keluarganya dari berbagai hal yang mengancam kesehatan.

(21)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kecenderungan impulsive buying pada Ibu Rumah Tangga di Kota Yogyakarta?

2. Apakah ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada Ibu Rumah Tanggadi Kota Yogyakarta apabila ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja?

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang dihadapi fokus dan tidak terlalu luas, maka penulis membatasi variabel yang akan diteliti dari kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di kota Yogyakarta khususnya di 5 kecamatan yang memiliki jumlah ibu rumah tangga terbanyak baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, mengenai tujuan umum yang ingin dicapai oleh peneliti melalui penelitian tentang “Kecenderungan Impulsive Buying Pada Ibu

Rumah Tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja” adalah bahwa peneliti ingin:

1. Untuk mengetahui kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di Kota Yogyakarta.

2. Untuk mengetahuikecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di Kota Yogyakarta yang ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja.

E. Manfaat Penelitian

(22)

memahami konsumen dalam berperilaku, bertindak dan berfikir sehingga pemasar mampu memasarkan produknya dan menetapkan strategi pemasaran apa yang cocok untuk meningkatkan impulsive buying di kalangan wanita khususnya ibu rumah tangga.

Selain bagi pemasar, ada beberapa manfaat lain dari hasil penelitian yang menurut peneliti dapat berguna bagi beberapa pihak, yaitu:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam menerapkan teori-teori yang pernah didapat selama perkuliahan terutama yang berhubungan dengan manajemen pemasaran. Selain itu penelitian ini juga dapat menambah wawasan tersendiri bagi peneliti tentang kecenderungan perilaku impulsive buying.

2. Bagi Pihak Lain

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Manajemen Pemasaran

a. Definisi Pemasaran

Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya (Kotler & Keller, 2009). Menurut Kotler, pemasaran adalah proses sosial di mana individu-individu dan kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran secara bebas dari barang dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

Kebutuhan dan keinginan manusia adalah titik dasar dari pemasaran, manusia memiliki kebutuhan–kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Tetapi manusia juga memiliki keinginan untuk memiliki status sosial, pergi untuk rekreasi, dan menggunakan jasa–jasa lainnya. Menurut Kotler (1993:6) penjelasan akan ketiga faktor yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan tersebut menjelaskan bahwa pemasar tidak menciptakan kebutuhan–kebutuhan baru tetapi hanya mempengaruhi faktor keinginan manusia seperti status sosial, keinginan akan hiburan dll. Sebagai contoh, pemasar tidak menciptakan kebutuhan akan status sosial dan kebutuhan akan fitur hiburan dalam sebuah telepon seluler terbaru, pemasar hanya

(24)

menawarkan kepada konsumen bahwa sebuah telepon seluler terbaru dapat memuaskan kebutuhan akan status sosial dan hiburan. Artinya suatu produk memiliki kemampuan untuk tidak hanya memuaskan kebutuhan manusia saja, akan tetapi juga mampu memuaskan suatu keinginan manusia tertentu dan pemasaran berperan untuk menyampaikan kepada konsumen bahwa produk tersebut mampu memberi jawaban atas keinginan mereka.

Melalui pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses dimana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penawaran, mengkomunikasikan produk dengan cara promosi, dan memberikan nilai produk kepada konsumen.

2. Filosofi Pemasaran dan Bauran Pemasaran

a. Filosofi Pemasaran

Ada 4 (empat) filosofi pemasaran yang mendasari cara organisasi melakukan kegiatan-kegiatan pemasarannya (Kotler, 2002) yaitu:

1. Konsep berwawasan produksi.

Konsep berwawasan produksi berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya.

2. Konsep berawawasan produk

Konsep berwawasan produk berpendapat bahwa konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerjaterbaik, atau hal-hal lainnya.

3. Konsep berwawasan menjual.

(25)

membeli serta perusahaan mempunyai banyak cara promosi dan penjualan yang efektif untuk merangsang pembeli.

4. Konsep berwawasan pemasaran.

Konsep berwawasan pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari pada pesaingnya.

b. Definisi Bauran Pemasaran

Suatu perusahaan memerlukan bauran pemasaran untuk mempertahankan, meningkatkan posisi dan mendapatkan dampak pemasaran terbaik. Kotler dan Armstrong mendefinisikan bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran taktis yang terdiri 4P, yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), promotion (promosi) yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran (Kotler & Armstrong 2010).

1) Produk

Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk mendapatkan perhatian, digunakan atau dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan. Produk-produk ini meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, peristiwa, tempat, properti, organisasi, dan gagasan. Barang sendiri jika dilihat dari penggunaannya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

(26)

(1) Convinence goods merupakan barang yang sering ingin dibeli konsumen secara berulang, cepat, seringkali tanpa perencanaan, dan dengan upaya yang minimum. Barang jenis ini dibagi menjadi beberapa jenis:

(a) Barang bahan pokok (staples goods) adalah barang yang sering dibeli rutin tanpa banyak pertimbangan, umumnya merupakan barang kebutuhan sehari-hari. (b) Barang dorongan hati (impulse goods) adalah

barang-barang yang dibeli tanpa adanya perencanaan dan pertimbangan yang matang.

(c) Barang darurat dan mendesak (emergency goods) adalah barang-barang yang dibeli ketika masa-masa kritis atau darurat.

(2) Shopping goods merupakan barang yang dalam pembeliannya memerlukan proses seleksi, dimana konsumen akan membandingkan karakteristik barang tersebut berdasarkan kecocokan, kualitas, harga, dan gaya.

(3) Speciality goods merupakan barang-barang yang memiliki karakteristik yang unik atau identifikasi merek (brand identification) yang menyebabkan sejumlah pembeli bersedia melakukan upaya pembelian yang khusus.

(4) Unsought goods merupakan barang-barang yang belum diinginkan dan tidak diketahui oleh konsumen potensial.

(27)

menjadi tiga macam, yaitu bahan baku dan suku cadang (material and parts), barang modal (capital items), perlengkapan dan jasa bisnis (supplies and business services).

2) Harga

Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan untuk suatu produk atau jasa, atau sejumlah dari nilai-nilai yang ditukarkan oleh pelanggan untuk memiliki, memanfaatkan atau menggunakan produk atau jasa (Kotler & Armstrong, 2014).

3) Tempat/Saluran Distribusi

Saluran distribusi merupakan seluruh perantara pemasaran, seperti perantara grosir dan perantara ritel yang bergabung untuk memindahkan dan menyimpan barang di jalur dari produsen ke konsumen. Distribusi berkaitan dengan kemudahan akses untuk memperoleh produk di pasar dan ketersediaan barang saat konsumen mencarinya. Distribusi memperlihatkan berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk atau jasa diperoleh dan tersedia bagi konsumen (McHugh, 2010).

4) Promosi

(28)

mempengaruhi, dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya.

3. Perilaku Konsumen

a. Definisi Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen (consumer behavior) merupakan dinamika interaksi antara pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek-aspek kehidupan (Peter & Olson, 2013). Perilaku konsumen juga merupakan tindakan terlibat langsung dalam pemerolehan, pengkonsumsian, dan penghabisan produk/jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul tindakan ini (Engel etal, 2006).

Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Melalui beberapa pengertian dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan yang dilakukan konsumen guna mencapai dan memenuhi kebutuhannya baik untuk menggunakan, mengonsumsi, maupun menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang menyusul.

b. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi. Faktor budaya memberikan pengaruh yang paling luas dan dalam (Kotler & Keller, 2009).

(29)

Kelas budaya, subbudaya, dan sosial sangat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Budaya (culture) adalah determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang. Setiap budaya terdiri dari beberapa subbudaya (subculture) yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk anggota mereka. Subbudaya meliputi kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah geografis.

2) Faktor Sosial

Selain faktor budaya, faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, serta peran sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian.

a. Kelompok referensi dapat memperkenalkan perilaku dan gaya hidup baru kepada seseorang, mereka mempengaruhi sikap dan konsep diri, dan mereka menciptakan tekanan kenyamanan yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek.

b. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat, dan anggota keluarga merepresentasikan kelompok referensi utama yang paling berpengaruh. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Dari orang tua, seseorang mendapatkan orientasi terhadap agama, politik, dan ekonomi serta rasa ambisi pribadi, harga diri, dan cinta.

c. Peran dan status

(30)

diharapkan dapat dilakukan seseorang. Setiap peran menghasilkan status.

3) Faktor Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor pribadi meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai.

c. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah tindakan untuk membeli merek yang paling disukai dari berbagai alternatif yang ada, terdapat dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian. Keputusan untuk membeli bisa mengarah kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut dilakukan menurut (Kotler dan Armstrong, 2008). Bentuk proses pengambilan keputusan pembelian tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Fully Planned Purchase

Merupakan proses pembelian dimana produk dan merek sudah dipilih sebelumnya. Biasanya terjadi ketika keterlibatan dengan produk tinggi (barang otomotif) namun bisa juga terjadi dengan keterlibatan pembelian yang rendah (kebutuhan rumah tangga). Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.

2) Partially Planned Purchase

(31)

Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk.

3) Unplanned Purchase

Keadaan dimana produk dan merek dipilih di tempat pembelian. Konsumen sering memanfaatkan katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata lain, sebuah pajangan dan memicu pembelian.

4. Pembelian Impulsif (impulsive buying)

a. Definisi Impulsive Buying

Menurut Mowen dan Minor (2002), impulsive buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko.

Menurut Rook (dalam Verplaken, 2001) mendefinisikan impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan pembelian yang cepat serta tidak direncanakan, diikuti dengan adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.

(32)

b. Karakteristik Impulsive Buying

Menurut Rook dan Fisher (dalam Kharis, 2011), pembelian impulsif memiliki beberapa karakteristik adalah sebagai berikut:

1) Spontanitas

Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli saat itu juga, serta sering menjadi respon terhadap stimulasi visual langsung ditempat penjualan.

2) Kekuatan, Kompulsi, dan Intensitas

Adanya motivasi untuk mengesampingkan semua hal dan bertindak dengan seketika.

3) Kegairahan dan Stimulasi

Adanya desakan secara mendadak untuk membeli barang dan disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai menggairahkan, menggetarkan atau liar.

4) Ketidakpedulian akan akibat

Desakan untuk membeli barang menjadi sulit untuk ditolak sehingga akibat negatif sering diabaikan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying

Menurut Thai (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah sebagai berikut:

(33)

Misalnya kondisi mood konsumen yang lagi senang atau sedih. Pada konsumen yang memiliki mood negatif akan melakukan pembelian impulsif tinggi dengan tujuan untuk mengurangi kondisi mood yang negatif.

2) Pengaruh lingkungan.

Orang-orang yang berada dalam kelompok yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan cenderung terpengaruh untuk melakukan pembelian impulsif.

3) Kategori produk dan pengaruh toko.

Produk-produk yang cenderung deibeli secara impulsif adalah produk yang memiliki tampilan menarik (bau yang menyenangkan, warna yang menarik), cara memasarkannya, tempat dimana produk ini dijual. Tampilan toko yang menarik akan lebih menimbulkan dorongan pembelian impulsif.

4) Variabel demografis.

Seperti kondisi tempat tinggal dan status sosial. Konsumen yang tinggal di kota memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi daripada konsumen yang tinggal di daerah pinggiran kota.

5) Variabel kepribadian individu.

Kepribadian individu memiliki pengaruh terhadap kecenderungan pembelian impulsif.

d. Proses Psikologis dalam Pembelian Impulsif

(34)

sisi kognisi yang ada yang lebih banyak dipengaruhi oleh stimuli eksternal berkaitan dengan faktor harga. Pembelian impulsif dalam penelitian ini terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan afektif. Proses psikologis dalam pembelian impulsif terdiri dari dua proses (Coley 2002: 7) adalah sebagai berikut:

1) Proses Afektif adalah proses psikologis dalam diri seseorang yang merujuk kepada emosi, perasaan maupun suasana hati (mood). Proses ini memiliki tiga komponen, yaitu:

a. Irresistible Urge to Buy

Suatu keadaan dimana (calon) konsumen memiliki keinginan yang instan, terus-menerus dan begitu memaksa, sehingga (calon) konsumen tidak dapat menahan dirinya.

b. Positive Buying Emotion

Suatu keadaan dimana (calon) konsumen memiliki suasana hati positif yang berasal dari motivasinya untuk memuaskan diri melalui pembelian impulsif.

c. Mood Management

Suatu keadaan dimana muncul keinginan (calon) konsumen untuk mengubah atau menata perasaannya melalui pembelian impulsif.

2) Proses Kognitif adalah proses psikologis seseorang yang merujuk kepada struktur dan proses mental yang meliputi pemikiran, pemahaman dan penginterpretasian. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:

(35)

Suatu keadaan dimana (calon) konsumen merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya pertimbangan mendalam atau memikirkan konsekuensinya.

b. Unplanned Buying

Suatu keadaan dimana (calon) konsumen tidak memiliki rencana yang jelas dalam berbelanja.

c. Disregard for the future

Suatu keadaan dimana (calon) konsumen dalam melakukan pembelian impulsifnya tidak menghiraukan masa depan.

e. Tipe-tipe Impulsive Buying

Pembelian impulsif atau impulse buying adalah keputusan yang tidak direncanakan. Muruganantham dan Bhakat (2013), menyimpulkan pembelian impulsif telah menjadi tantangan bagi para peneliti pasar karena sifatnya yang kompleks. Octaprinanta et al. (2013), menyatakan bahwa pembelian yang tidak terencana (impulse buying) dapat dikatakan sebagai perilaku pembelian yang unik. Perilaku impulse buying memiliki empat tipe, yaitu (Loudon dan Bitta, 2007):

1) Impuls Murni (Pure Impulse)

Sebuah pembelian menyimpang dari pola pembelian normal. Tipe ini dapat dinyatakan sebagai novelty/escape buying.

2) Suggestion impulse (pembelian impuls yang timbul karena sugesti)

(36)

3) Reminder impulse (pembelian impuls karena pengalaman masa lampau) Pembeli melihat produk tersebut dan diingatkan bahwa persediaan di rumah perlu ditambah atau telah habis.

4) Planned Impulse (pembelian impulsif yang terjadi apabila kondisi penjualan tertentu diberikan)

Tipe pembelian ini terjadi setelah melihat dan mengetahui kondisi penjualan. Misalnya penjualan produk tertentu dengan harga khusus, pemberian kupon dan lain-lain.

f. Aspek Impulsive Buying

Verplanken & Herabadi (2001) mengemukakan dua aspek pembelian impulsif, yakni aspek kognitif dan aspek afektif.

1) Aspek Kognitif

Aspek kognitif yang dimaksudkan adalah kekurangan pada unsur pertimbangan dan unsur perencanaan dalam pembelian yang dilakukan. Hal ini didasari oleh pernyataan Verplanken & Aarts (dalam Verplanken & Herabadi, 2001) bahwa pembayaran yang dilakukan mungkin tidak direncanakan atau dipertimbangkan dengan matang untuk berbagai macam alasan, misalnya ketika pembayaran tak terencana tampak tak direncanakan dalam waktu yang panjang atau dalam kasus pengulangan pembayaran atau kebiasaan pembayaran.

2) Aspek Afektif

(37)

pembelian berdasarkan keinginan hati, yang sifatnya berkali-kali atau kompulsif, tidak terkontrol, kepuasan, kecewa, dan penyesalan karena telah membelanjakan uang hanya untuk memenuhi keinginannya.

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Sales Promotion Terhadap

Impulse Buying Wanita Bekerja pada Matahari Departemen Store Plaza Citra Pekan Baru” yang ditulis oleh Arini Al Haq. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan

bahwa kegiatan sales promotion yang dilakukan oleh pemasar mempunyai pengaruh impulse buying pada wanita bekerja sebesar 29,2%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain dalam penelitian tersebut.

Pada penelitian lain yang berjudul Studi Tipe Perilaku Pembelian Impulsif pada Konsumen Generasi Y, oleh Widhyanto Gilang Dimas (2016) bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan tipe perilaku pembelian impulsive ditinjau dari jenis kelamin, pendapatan dan familiaritas merek. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa jenis kelamin, pendapatan dan familiaritas merek tidak mempengaruhi tipe pembelian impulsif (Dorongan murni, pembelian impulsif yang direncanakan, pengingat dan saran pembelian impulsif). Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa kaum wanita cenderung lebih impulsif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan fashion serta jumlah pendapatan mempengaruhi tingkat pembelian impulsif seseorang.

(38)

C. Desain Penelitian

Gambar II.1

D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang masih bersifat sementara dan masih harus diuji kebenarannya (Hasan, 2006: 13). Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis yang merujuk pada rumusan masalah sebagai berikut:

Ha=Ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada Ibu Rumah Tangga

ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja

Atau :

H0= Tidak ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada Ibu Rumah

Tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja

Peneliti memperkuat hipotesis dengan mengacu pada teori yang mengatakan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan pribadi (Kotler & Keller, 2009).Faktor sosial pada kelompok peran dan status yaitu seseorang dapat ditentukan berdasarkan posisi seseorang dalam tiap kelompok di mana ia menjadi anggota berdasarkan peran dan status. Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dapat dilakukan seseorang. Setiap peran menghasilkan status.

Pada penelitian lain yang berjudul Studi Tipe Perilaku Pembelian Impulsif pada Konsumen Generasi Y, oleh Widhyanto Gilang Dimas (2016) bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan tipe perilaku pembelian impulsif ditinjau dari jenis kelamin, pendapatan dan familiaritas merek. Hasil dari penelitian ini

Status Ibu Rumah Tangga (Pekerja dan Bukan Pekerja)

(39)
(40)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian komparatif di mana peneliti akan membandingkan dua objek dan menggunakan metode penelitian survey, dimana instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data pada penelitian ini adalah kuisioner. Pada kuisioner penelitian terdapat pernyataan yang disusun untuk mendapatkan gambaran pemikiran dari subjek penelitian yang telah ditentukan.

B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang ditentukan pada penelitian ini adalah kaum ibu rumah tangga pekerja dan bukan pekerja yang berdomisili di Kota Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan variabel yang menjadi perhatian pokok dalam penelitian. Objek penelitian pada penelitian ini adalah status ibu rumah tangga dan ibu rumah tangga sekaligus wanita karier serta kecenderungan impulsive buying.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Juni 2018.

2. Lokasi Penelitian

(41)

D. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal-hal aoa saja yang ingin diketahui kemudian ditariik kesimpulan. Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terkait.

a. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi veriabel lainnya. Variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini adalah status ibu rumah tangga dan ibu rumah tangga sekaligus wanita karier.

b. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikat yang digunakan yaitu impulsive buying.

Merujuk pada variabel yang dibagi menjadi dua dimensi yaitu Variabel afeksi dan kognisi(Coley & Burgess, 2003), impulsive buying dalam penelitian ini menggunakan dua dimensi yaitu:

a. Dimensi afeksi, terdiri dari tiga aspek:

1) Irresistible urge to buy (keinginan yang tidak tertahan untuk membeli). Indikator aspek tersebut terdiri dari:

a) Selalu membeli produk yang benar-benar disukai b) Melakukan pembelian dengan spontan

c) Cenderung tidak dapat menahan diri untuk memutuskan pembelian

(42)

a) Menjadi sangat antusias ketika melihat barang yang ingin dibeli b) Keinginan yang kuat saat melihat produk baru

c) Memiliki perasaan bahagia jika memiliki barang yang diinginkan

3) Mood management (mengatur suasana hati)

a) Membeli sesuatu karena suka berbelanja, bukan berdasarkan kebutuhan

b) Berbelanja untuk menghilangkan stress

c) Merasa menyesal ketika barang yang telah dibeli ternyata tidak dibutuhkan

d) Terpengaruh dengan dorongan hati untuk berbelanja b. Dimensi kognisi, terdiri dari tiga aspek berikut:

1) Cognitive deliberation (pertimbangan) yaitu keadaan di mana (calon) konsumen merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya pertimbangan mendalam atau memikirkan konsekuensinya. Indikator dalam cognitive deliberation terdiri dari:

a) Membeli barang tanpa pertimbangan sebelumnya.

b) Kebanyakan pembelian yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya.

c) Tertarik membeli barang yang membeli undian, promo, dan berhadiah.

(43)

a) Membeli barang ketika melihat barang yang diperlukan meskipun tujuan untuk belanja yang lain.

b) Saat berbelanja, sering membeli barang yang tidak direncanakan sebelumnya.

c) Jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat produk di toko. 3) Disregard for the future (tidak mempedulikan masa depan) yaitu keadaan di mana (calon) konsumen melakukan pembelian impulsifnya dengan tidak menghiraukan masa depan. Terdapat 1 sub indikator dari disregard for the future yaitu:

a) Saat berbelanja dan membeli barang tanpa banyak berpikir kedepannya.

2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial yang menunjuk pada suatu pertanyaan mengenai tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan (Sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala likert yang dimodifikasi dengan menghilangkan item jawaban “netral” untuk mempertegas jawaban responden.

Pernyataan kuesioner akan dibuat dalam bentuk checklist dan masing-masing item jawaban memiliki bobot yang berbeda yang menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan dengan jawaban, yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak

Setuju” (TS) dan “Sangat Tidak Setuju” (STS). Adapun penentuan skor adalah

(44)

Tabel III.1

Skor Penilaian Skala Impulsive Buying

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Perolehan skor pada skala ini akan menunjukkan seberapa besar kecenderungan impulsive buying subjek. Semakin tinggi total skor yang didapat maka semakin tinggi kecenderungan impulsive buying subjek.

E. Populasi dan Sampel

1) Populasi

(45)

Tabel III. 2

Jumlah Wanita Menikah di Kota Yogyakarta tahun 2017

No. Kecamatan Jumlah Wanita

Menikah sebuah populasi besar (Zikmund and Babin, 2013:142). Karena populasi dalam penelitian ini berukuran besar, maka jumlah sampel ditentukan menggunakan kalkulator statistik online dengan tingkat kepercayaan yaitu sebesar 95% dan tingkat error sebesar 10%.

(46)

wanita menikah di 5 kecamatan yang memiliki jumlah wanita menikah paling banyak di Kota Yogyakarta dengan perhitungan sebagai berikut :

Tabel III. 3

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling. Teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono 2013: 154).

Teknik non-probability sampling yang digunakan adalah accidental sampling atau teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

(47)

G. Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis sumber data yang digunakan, yaitu: 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner yaitu kecenderungan impulsive buying dilihat dari status pekerja dan bukan pekerja.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain baik berupa dokumentasi, data yang telah diolah, maupun inti mengenai sesuatu hal. Data sekunder yang terdapat dalam penelitian ini adalah data jumlah wanita menikah di Kota Yogyakarta yaitu:

Tabel III.4

Jumlah Wanita Menikah di Kota Yogyakarta tahun 2017

No. Kecamatan Jumlah Wanita Menikah

(48)

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan instrumen untuk pengumpulan data, di mana partisipan atau responden mengisi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti. Peneliti dapat menggunakan kuesioner untuk memperoleh data yang terkait dengan pemikiran, perasaan, sikap, kepercayaan, nilai, persepsi, dan perilaku dari responden. Para peneliti dapat menggunakan pengukuran bermacam-macam karakteristik dengan menggunakan kuesioner (Sugiyono, 2013). Melalui kuesioner dikumpulkan data dari sejumlah sampel responden yang dipilih dari suatu populasi, dimana dalam penelitian ini akan didapat beragam informasi dari ibu rumah tangga pekerja dan bukan pekerja di lima kecamatan di Kota Yogyakarta. Dalam kuesioner ini dibuat oleh peneliti untuk penelitian ini, teknik skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert.

2. Studi Keperpustakaan dan Penjelajahan Internet

Dalam penelitian ini, studi keperpustakaan dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini. Data sekunder diperoleh melalui jurnal pemasaran, buku, penelitian sebelumnya, serta data-data yang diperoleh dari internet. Data yang diperoleh dari data sekunder ini tujuannya adalah supaya peneliti memperoleh data yang mendukung penelitian.

I. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

(49)

pengukuran dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Jadi validitas adalah alat yang dapat mengukur hal atau subjek yang ingin diukur (Hasan, 2006: 15). Validitas dapat diukur dengan menggunakan rumus Product Moment dari Pearson (Widoyoko, 2015: 147).

Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel yang diuji Y disebut rhitung. Kriteria valid atau tidaknya adalah (Widoyoko, 2015: 163) :

a. rhitung≥ rtabel, maka pernyataan tersebut valid b. rhitung<rtabel, maka pernyataan tersebut tidak valid

rhitungdicari dengan menggunakan program SPSS statistics 19.

2. Reliabillitas

Reliabilitas merupakan ukuran yang menunjukkan pada sebuah pengertian sesuatu instrumen cukup di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 1989:142). Pada penelitian ini uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan rumus Alpha. Rumus Alpha sebagai berikut :

[( )] [ ]

Keterangan :

= Cronbach’s Coefficient Alpha atau reliabilitas instrumen

= banyaknya butir pertanyaan atau pernyataan

= varian total

(50)

a. Apabila nilai Cronbach’s Alpha≥0,60 berarti suatu skala biasa dikatakan reliabel.

b. Apabila nilai Cronbach’s Alpha<0,60 berarti suatu skala tidak bisa dikatakan reliabel.

J.Teknik Analisis Data

1) Analisis Data Deskriptif

Analisis data deskriptif adalah analisis yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

c. Analisis Deskripsi Responden

Deskripsi responden berisi tentang perhitungan yang menjadi klasifikasi kuesioner secara umum seperti status ibu rumah tangga pekerja dan bukan pekerja. Deskripsi responden dilakukan dengan pendekatan presentase dan frekuensi.

d. Analisis Deskripsi Variabel

Untuk mengetahui apakah perbedaan wanita menikah dengan status pekerja dan bukan pekerja berpengaruh terhadap impulsive buying, maka penulis akan menggunakan kuesioner.

Dalam mengkategorikan perbedaan status pekerja dan bukan pekerja terhadap impulsive buying, langkah yang digunakan adalah dengan menggunakan interval kelas dengan rumus Sturges.

(51)

Keterangan : C1 = interval

Range = selisih batas atas dengan batas bawah K = banyaknya kelas

Maka interval kelasnya:

Dengan rentang skala pengukuran kecenderungan impulsive buying yang besarnya 0,75 iniberarti semakin tinggi skor maka dapat diartikan kecenderungan impulsive buyingsemakin kuat/tinggi. Apabila skor semakin rendah maka dapat diartikan bahwa kecenderungan impulsive buyingsemakin lemah/rendah.

Tabel III.5

Kategori Skor Kecenderungan

Rentang Skor Penjelasan

1,00-1,74 Kecenderungan impulsive buying sangat lemah/rendah.

1,75-2,49 Kecenderungan impulsive buying lemah/rendah.

2,50-3,24 Kecenderungan impulsive buying kuat/tinggi.

(52)

K. Pengujian Hipotesis menggunakan Independent Sampel t-test

Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian untuk mengetahui apakah data penelitian yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau mendekati normal, karena data yang baik adalah data yang menyerupai distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS statistis 19.

Kriteria pengujiannya adalah:

1) Bila pSig ≥ 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. 2) Bila pSig < 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi tidak normal. b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa dua atau lebih kelompok data yang akan dianalisa dengan regresi variansnya relatif kecil (Setyadin, 2007). Uji homogenitas penting karena merupakan salah satu asumsi dasar perbandingan. Homogenitas dilakukan dengan uji nilai Homogenity of variance test menggunakan program analisis statistik IMB SPSS statistic 19.

Kriteria pengujiannya adalah:

1) Bila pSig≤ 0,05 maka data dinyatakan tidak homogen. 2) Bila pSig> 0,05 maka data dinyatakan homogen. 2. Uji Hipotesis Independent Sample t-Test

(53)

saling berkaitan. Peneliti menggunakan independent sampel t-Test untuk mengetahui dan menentukan apakah ada perbedan kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja.

Langkah- langkah untuk menguji t-Test sample independent adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis

b. Hipotesis berdasarkan ibu rumah tangga, yaitu :

H0 : µp = μbp, tidak ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja.

Ha: μp≠ μbp, ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja.

b. Proses olah data statistik

Proses penghitungan dilakukan dengan alat bantu SPSS versi 19. c. Kriteria Pengujian

1) Bila pSig < α maka H0 ditolak.

2) Bila pSig ≥ α maka H0 diterima.

d. Kesimpulan

1) Jika Haditolak maka tidak ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tanggaditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja.

(54)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

A. Kecamatan Tegalrejo

Tegalrejo adalah sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kota Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Tegalrejo terdiri dari 4 desa/kelurahan yaitu Kelurahan Kricak, Kelurahan Karangawaru, Kelurahan Tegalrejo dan Kelurahan Bener.Jumlah penduduk Kecamatan Tegalrejo menurut jenis kelamin adalah sebesar 36.853 orang dengan data sebagai berikut:

Tabel IV.1

Jumlah Penduduk Kecamatan Tegalrejo Menurut Jenis Kelamin

Desa / Kelurahan Penduduk

Laki-laki Perempuan L + P

Kecamatan Tegalrejo terdiri dari 4 kelurahan yaitu Kelurahan Kricak dengan totalpenduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 13.041 orang, Kelurahan Karangawaru dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 9.837 orang, Kelurahan Tegalrejo dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 9.124 orang dan Kelurahan Bener dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebesar 4.851.

Jumlah penduduk wanita dengan status menikah di setiap kelurahan di Kecamatan Tegalrejo pada semester II 2017 adalah sebagai berikut:

(55)

Tabel IV.2

Jumlah Penduduk Kecamatan Tegalrejo Menurut Status Perkawinan Semester II 2017

Gondokusuman adalah sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kota Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Gondokusuman terletak di arah timur laut dari pusat kota Yogyakarta. Kecamatan Gondokusuman terdiri dari 5 desa/kelurahan yaitu Kelurahan Terban, Kelurahan Demangan, Kelurahan Klitren, Kelurahan Kotabaru dan Kelurahan Baciro. Jumlah penduduk Kecamatan Gondokusuman menurut jenis kelamin adalah sebesar 42.042 orang dengan data sebagai berikut:

Tabel IV.3

Jumlah Penduduk Kecamatan Gondokusuman Menurut Jenis Kelamin Semester II 2017

(56)

KelurahanKlitren dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 9.440 orang, Kelurahan Baciro dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebesar 12.176 dan Kelurahan Terban dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 9.112 orang.Jumlah penduduk wanita dengan status menikah di setiap kelurahan di Kecamatan Gondokusuman pada semester II 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.4

Jumlah Penduduk Kecamatan Gondokusuman Menurut Status Perkawinan Semester II 2017

Kelurahan Menikah

Laki-laki Perempuan L + P

Demangan 1.932 2.041 3.973

Kotabaru 613 628 1.241

Klitren 2.133 2.247 4.380

Baciro 2.662 2.877 5.539

Terban 2.047 2.180 4.227

Jumlah 9.387 9.973 19.360

C. Kecamatan Mantrijeron

(57)

Tabel IV.5

Jumlah Penduduk Kecamatan Gondokusuman Menurut Jenis Kelamin Semester II 2017

Kecamatan Mantrijeron terdiri dari 3 kelurahan yaitu kelurahan Gedongkiwo dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 6.360 orang, Kelurahan Suryodiningratan dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 5.196 orang dan Kelurahan Mantrijeron dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 4.710orang. Jumlah penduduk wanita dengan status menikah di setiap kelurahan di Kecamatan Mantrijeron pada semester II 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.6

Jumlah Penduduk Kecamatan Gondokusuman Menurut Status Perkawinan Semester II 2017

Kelurahan Menikah

Laki-laki Perempuan L + P

Gedongkiwo 3.083 3.277 6.360

Suryodiningratan 2.518 2.678 5.196

Mantrijeron 2.278 2.432 4.710

Jumlah 7.879 8.387 16.266

D. Kecamatan Umbulharjo

(58)

Semaki dan Kelurahan Tahunan. Jumlah penduduk Kecamatan Umbulharjo menurut jenis kelamin adalah sebesar 50.868 orang dengan data sebagai berikut:

Tabel IV.7

Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Menurut Jenis Kelamin Semester II 2017

(59)

Tabel IV.8

Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Menurut Status Perkawinan Semester II 2017

Kecamatan Kotagede adalah sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kota Yogyakarta, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Kotagede terletak di sebelah utara Kecamatan Umbulharjo dan Banguntapan, Bantul. Kecamatan Kotagede terdiri dari 3 desa/kelurahan yaitu Kelurahan Rejowinangun, Kelurahan Prenggan dan Kelurahan Purbayan. Jumlah penduduk Kecamatan Umbulharjo menurut jenis kelamin adalah sebesar 24.782 orang dengan data sebagai berikut:

Tabel IV.9

Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Menurut Jenis Kelamin Semester II 2017

Kelurahan Penduduk

Laki-laki Perempuan L + P

Rejowinangun 4.476 4.641 9.117

Prenggan 3.975 4.257 8.232

Purbayan 3.580 3.853 7.433

Jumlah 12.031 12.751 24.782

(60)

dan Kelurahan Purbayan dengan total penduduk laki-laki dan perempuan sebanyak 7.433 orang. Jumlah penduduk wanita dengan status menikah di setiap kelurahan di Kecamatan Umbulharjo pada semester II 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel IV.10

Jumlah Penduduk Kecamatan Umbulharjo Menurut Status Perkawinan Semester II 2017

Kelurahan Menikah

Laki-laki Perempuan L + P

Rejowinangun 2.894 2.977 5.871

Prenggan 2.576 2.684 5.260

Purbayan 2.365 2.471 4.836

(61)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Penjelasan Singkat Proses Penelitian

Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai proses penelitian dari mulai peneliti melakukan penyebaran kuesioner hingga melakukan analisis data penelitian. Peneliti menyiapkan 100 kuesioner untuk disebarkan kepada 100 calon responden yang dijadikan sampel. Pada setiap kuesioner terdapat pertanyaan identitas dan pernyataan mengenai impulsive buying yang menyangkut 2 aspek yakni dimensi afeksi dan dimensi kognisi. Pada dimensi afeksi terdiri dari 3 aspek yaitu irresistible urge to buy, positivebuying emotions, dan mood management dengan jumlah 8 pernyataan. Sedangkan pada dimensi kognisi terdiri dari 3 aspek yaitu cognitive deliberation, unplanned buying, dan disregard for the future dengan jumlah 4 pernyataan.

Penyebaran kuesioner ini dilakukan pada bulan September 2018. Pendistribusian kuesioner dilakukan selama 2 minggu yang ditujukan kepada ibu rumah tangga yang berada di Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Gondokusuman, Kecamatan Mantrijeron, Kecamatan Umbulharjo, dan Kecamatan Kotagede melalui kuesioner dan google form. Baik pengisian kuesioner maupun google form dilakukan dengan cara memberikan tanda centang (√) pada pernyataan yang sudah disusun oleh

peneliti. Masing-masing pernyataan berkenaan dengan variabel impulsive buying telah dicantumkan 4 pilihan yaitu : Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1, sehingga responden dapat memilih salah satu pernyataan yang menurut mereka sesuai dengan apa yang mereka alami dan rasakan.

(62)

Kemudian untuk analisis data dari kuesioner yang terkumpul peneliti melakukan deskripsi responden meliputi status ibu rumah tangga yang ada di 5 kecamatan baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja Data deskriptif berisi tentang pemaparan skor rata-rata mengenai kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga dilihat dari status pekerja dan bukan pekerja. Sedangkan kuantitatif pada variabel kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga dilihat dari status pekerja dan bukan pekerja meliputi uji instrument (uji validitas dan uji reliabilitas), uji asumsi (uji normalitas dan uji homogenitas), serta uji hipotesis (uji independent sample t-test).

B. Hasil Pengujian Instrumen

Dalam melakukan uji instrumen peneliti menggunakan program perhitungan komputer. Seluruh kuesioner ditabulasikan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu program Ms. Excel dan selanjutnya dianalisis menggunakan program SPSS Statistics 19.

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui valid atau tidaknya instrument yang digunakan dalam penelitian maka peneliti perlu mengadakan uji validitas. Uji validitas dilakukan untuk menguji kepada 100 orang responden untuk mengetahui apakah ke 13 pernyataan yang disusun dapat digunakan selanjutnya dalam penelitian ini atau tidak. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi product moment pearson yaitu dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel. Dikatakan valid apabila hasil uji r hitung ≥ r table. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan data dari 100 responden. Diketahui N= 100 dan α = 5%, maka r table = 0.1966. Validasi dari item yang diuji adalah sebagai

(63)

Tabel V. 1

Hasil Uji Validitas

VARIABEL DIMENSI BUTIR r(hitung) r(table) STATUS

Impulsive

Cognitive Deliberation 9 0.678** 0.1966 VALID

10 0.482** 0.1966 VALID

Unplanned Buying 11 0.818** 0.1966 VALID

12 0.595** 0.1966 VALID

Disregard for The Future 13 0.718** 0.1966 VALID

Sumber: Hasil Data Primer, diolah tahun 2018

Berdasarkan tabel V.1 diketahui bahwa seluruh butiran pernyataan yang berkaitan dengan Irresistible Urge to Buy, Positive Buying Emotions, Mood Management, cognitive Delibreration, Unplanned Buying dan Disregard for The

Future, menunjukkan bahwa 13 item pernyataan mempunyai nilai rhitung≥rtabel,

sehingga butir pernyataan dapat dikatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya.

1. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis Cronbach’s Alpha. Dengan menggunakan teknik ini, kuesioner dinyatakan reliabel apabila mempunyai alpha ≥ 0,60.

Tabel V. 2

Hasil Uji Reliabilitas Impulsive Buying

Variabel Jumlah Butir

(64)

Dari tabel V.2 dapat disimpulkan bahwa 13 butir pernyataan mengenai impulsive buying memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,863 ˃ 0.60, sehingga dapat disimpulkan bahwa alat ukur tersebut dinyatakan reliabel.

C. Analisis Data Responden

Pada bagian ini akan dilakukan analisis yang berkaitan dengan karakteristik responden dan variabel penelitian.

1. Deskriptif Responden

Tujuan dari analisis deskriptif responden dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis data yang berhubungan dengan identitas responden yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini. Responden dalam penelitian ini adalah 100 ibu rumah tangga yang ada di lima kecamatan di Kota Yogyakarta yaitu di Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Gondokuuman, Kecamatan Mantrijeron, Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Kotagede. Dalam penelitian ini peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan status ibu rumah tangga baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja.

a. Berdasarkan Kecamatan

Tabel V. 3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Ibu Rumah Tangga

NO KECAMATAN JUMLAH

(65)

Dari tabel V.3 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta dengan total masing-masing sebanyak 30% atau 30 ibu rumah tangga. Sedangkan jumlah kedua terbanyak adalah ibu rumah tangga dari Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Gondokusuman dan Kecamatan Mantrijeron sebanyak 20% atau 20 ibu rumah tangga, sedangkan jumlah paling sedikit adalah ibu rumah tangga dari Kecamatan Kotagede yaitusebanyak 10% atau 10 ibu rumah tangga.

b. Berdasarkan Status Ibu Rumah Tangga

Tabel V. 4

Karakteristik berdasarkan Status Ibu Rumah Tangga

No Status Ibu

Rumah Tangga

Jumlah Responden Dalam Angka

Jumlah Persentase (%)

1 Pekerja 67 67%

2 Bukan Pekerja 33 33%

TOTAL 100 100%

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2018

(66)

2. Deskripsi Variabel Penelitian

a. Variabel Kecenderungan Impulsive Buying Tabel V. 5

Mean Kecenderungan Impulsive Buying

Variabel Mean Dimensi Mean Item Mean

Cognitive Deliberation 2,76 9 1,98

10 3,55

Unplanned Buying 2,40 11 2,45

12 2,36

Disregard for The Future 2,07 13 2,07

Sumber: Data Primer, diolah tahun 2018

(67)

rata-rata item sebesar 2,07 termasuk dalam kategori kecenderungan impulsive buying yang lemah/rendah . Jika dilihat dari per item maka skor tertinggi berada pada item 5 termasuk dalam kategori kecenderungan impulsive buying yang kuat/tinggi dengan skor rata sebesar 3,64 dan skor terendah berada pada item 9 dengan skor rata-rata sebesar 1,98 termasuk dalam kategori kecenderungan impulsive buying yang lemah/rendah.

D. Pengujian Hipotesis Dengan Independent Sampel t-test

Langkah-langkah sebagai berikut:

1) Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

1) Status Ibu Rumah Tangga

Tabel V. 6

Hasil Uji Normalitas

4.SOT

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Rata2 1 ,062 67 ,200 ,981 67 ,394

2 ,094 32 ,200 ,974 32 ,622

Sumber: Data Primer (2018)

(68)

b. Uji Homogenitas

a) Pengujian hipotesis dengan uji Independent Sample t-test berdasarkan: 1. Status ibu rumah tangga

Tabel V. 8

Hasil Uji Independent Sample t-Test ditinjau dari Status Ibu Rumah Tangga

Nilai rata-rata

Sumber : Hasil Data Primer (2018)

a. Menentukan Hipotesis

Hipotesis berdasarkan status ibu rumah tangga, yaitu :

(69)

Ha : μOL ≠ μOT, ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja.

b. Proses Olah Data Statistik

Proses penghitungan dilakukan dengan alat bantu SPSS Statistics versi 19. c. Kriteria Pengujian

1) Bila pSig < α maka H0 ditolak.

2) Bila pSig ≥ α maka H0 diterima.

d. Kesimpulan

Dapat dilihat dari tabel V. 11 bahwa nilai sig.(2-tailed) untuk status ibu rumah tangga sebesar 0,959 ≥ 0,05. Maka H0 diterima artinya tidak ada perbedaan kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga ditinjau dari status pekerja dan bukan pekerja.

(70)

E.

Pembahasan

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di lima kecamatan di Kota Yogyakarta meliputi Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan Gondokusuman, Kecamatan Mantrijeron, Kecamatan Umbulharjo dan Kecamatan Kotagede berdasarkan identitas responden yang ditinjau dari latar belakang status pekerja dan bukan pekerja.

Berdasarkan analisis deskriptif responden berkaitan dengan asal kecamatan diperoleh data responden ibu rumah tangga yang mayoritas dari Kecamatan Umbulharjo dengan proporsi sebesar 30%. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berasal dari Kecamatan Umbulharjo hal ini terjadi karena pendistribusian sampel dibagi menurut jumlah keseluruhan ibu rumah tangga di setiap kecamatan sedangkan Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan dengan jumlah ibu rumah tangga terbanyak dibandingkan dengan empat kecamatan lainnya. Kemudian analisis deskriptif responden berkaitan dengan status ibu rumah tangga terdapat 67 responden ibu rumah tangga dengan status pekerja dengan proporsi 67% dan 33 responden ibu rumah tangga dengan status ibu rumah tangga tidak bekerja dengan proporsi 33%. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti berpendapat bahwa mayoritas ibu rumah tangga di lima kecamatan di Kota Yogyakarta lebih banyak berstatus pekerja dibanding yang berstatus bukan pekerja

(71)

Kota Yogyakarta cenderung kuat/tinggi yang berarti responden dalam penelitian ini sebelum melakukan pembelian pada barang atau jasa yang ingin dibeli cenderung tidak melakukan pertimbangan atau membuat rencana terlebih dahulu.

Pada penelitian ini, kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di lima kecamatan di Kota Yogyakarta dilihat berdasarkan dua dimensi yaitu dimensi afeksi dan dimensi kognitif, masing-masing dimensi memiliki beberapa komponen. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa faktor yang paling berpengaruh terhadap kecenderungan impulsive buying pada ibu rumah tangga di lima kecamatan di Kota Yogyakarta. Faktor tersebut berasal dari dimensi afeksi dengan pernyataan yang paling banyak dipilih urutan pertama oleh responden adalah pernyataan pada aspek Positive Buying Emotions yaitu “Saya merasa senang ketika membeli produk yang diinginkan” dengan nilai rata-rata 3,64. Pernyataan paling

banyak dipilih urutan kedua adalah pernyataan pada aspek Cognitive Deliberation yaitu “Saya lebih tertarik untuk membeli produk yang memiliki promo, undian, diskon atau

hadiah” dengan nilai rata-rata 3,55. Pernyataan paling banyak dipilih urutan ketiga

adalah pernyataan pada aspek Mood Management yaitu “Bagi saya berbelanja dapat

menghilangkan stress” dengan nilai rata-rata 3,17. Uraian diatas dapat mencerminkan

bahwa ibu rumah tangga di lima kecamatan di Kota Yogyakarta memiliki emosi positif serta mampu mengatur suasana hati dalam mengambil keputusan pembelian. Hal ini menunjukkan bahwa ibu rumah tangga lebih mengikuti suasana hati dan lebih merasa senang ketika membeli produk yang diinginkan.

(72)

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Gambar II.1
Tabel III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Streptococcus thermophilus dapat memanfaatkan sumber karbon lain pada susu kacang hijau, namun untuk menghasilkan yoghurt dengan kandungan asam laktat yang tinggi laktosa tetap

Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan scientific pada pembelajaran tematik keanekaragaman hewan dan tumbuhan kelas IV SDN 1 Reco Kertek Wonosobo

pasien berpenampilan sesuai dengan orang normal, pasien tidak memiliki masalah dalam pembicaraan, pasien terlihat gelisah dan mengatakan takut suara itu datang

Syed Muhammad naquib al-attas membagi ilmu menjadi dua jenis :ilmu pemberian Allah yang disebut ilmu-ilmu agama dan ilmu capaian yang disebut ilmu-ilmu rasional, intelektual dan

Penelitian yang dilakuakn Samuel (2005) membuktikan bahwa kondisi lingkungan belanja secara positif dan signifikan mampu mendorong orang untuk melakukan pembelian yang

Fungsi dari kalsitriol adalah meningkatkan kadar kalsium dan fosfat plasma. Vitamin D ini bekerja melalui : 1) Usus, dengan mening- katkan penyerapan kalsium dan fosfat,

Demikian pula hasil pengkajian BPTP Jabar tahun 2016 (Laporan Kegiatan BPTP Jabar, 2016) menunjukkan bahwa kedelai dibawah tegakan jati muda berumur 4 tahun pada jarak tanam 3 m

Dari hasil analisis persepsi responden diketahui bahwa menurut responden pada penelitian ini gaya kepemimpinan yang diterapkan pada Butik Kharisma Indonesia adalah