SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh : Ima Kristina Yulita
NIM : 032214086
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
yang menaruh harapannya pada Tuhan.
I a akan seperti pohon yang ditanam di tepi air,
yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air,
dan yang tidak mengalami datangnya panas terik,
yang daunnya tetap hijau,
yang tidak kuatir dalam tahun kering,
dan ti dak berhenti menghasilkan buah.
(Yer 17 : 7-8)
Dengan penuh syukur, K upersembahkan skripsi ini kepada : Tuhan Yesus Kristus atas hidup & semua rencana indah-N ya Ayah dan ibuku tercinta atas doa, cinta, dan pengorbanannya. Keluarga bulek Yanti atas dukungannya Adel & Fosin atas dukungannya. Saudara, sahabat, kenalan dan semua orang yang mengenalku
vi
Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode tahun 2001 – 2005
Ima Kristina Yulita Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:1) bagaimana pengaruh
leverage keuangan terhadap dividen, 2) bagaimana pengaruh investasi terhadap dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Data yang digunakan berupa data laporan keuangan perusahaan (data LK,
ROI, dan DPR) yang terdapat dalam Indonesian Capital Market Directory 2002, 2003, 2004, 2005 dan 2006. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta yang membayarkan dividen tunai secara rutin
setiap tahun selama periode tahun 2001-2005 yaitu sebanyak 16 perusahaan.
Pengumpulan data dilakukan secara dokumentasi terhadap data yang sudah
dipublikasikan oleh Bursa Efek Jakarta. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah regresi linier sederhana.
Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa 1) Leverage keuangan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen. Hal ini tejadi karena
nilai t hitun g < dari nilai t tabel. 2) Investasi tidak berpengaruh negatif terhadap
vii
A Case Study at Manufacturing Company that listed in Jakarta Stock Exchange (JSE) Period 2001-2005
Ima Kristina Yulita Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The aim of the research were to identify : 1) the influence of financial
leverage to dividend, 2) the influence of investment to dividend at manufactur ing
company that listed in Jakarta Stock Exchange.
The data used in the research were the company financial report data (FL,
ROI, and DPR data) at Indonesian Capital Market Directory 2002, 2003, 2004,
2005 and 2006. The research used nonprobability sampling method and purposive
sampling technique. The sample of the research were manufactur ing company at
Jakarta Stock Exchange that always distributed cash dividend every year in period
of 2001-2005, there were 16 manufacturing companies. The data were gathered by
documentation to the data that were published by Jakarta Stock Exchange. The
data were analized by using single linier regression.
The result of the research indicated that 1) financial leverage was not
positively influenced significant ly to dividend. It was happen because calculated t
value < critical t value. 2) dividend was not negatively influenced significantly to
viii
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang
berjudul PENGARUH LEVERAGE KEUANGAN DAN INVESTASI TERHADAP DIVIDEN. Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode Ta hun 2001-2005. Penulisan skripsi ini
adala h sala h satu syarat untuk memperole h gelar Sarjana Ekonomi Program Studi
Manajemen, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan sumbangan baik waktu, tenaga, pikiran, dorongan, petunjuk dan
nase..at kepada penulis sehingga akhirnya skripsi ini dapat selesai. Ole h karena itu
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Kasih yang tela h memberikan kekuatan dan kesabaran,
nafas hidup, serta berbagai rencana indah atas hidupku.
2. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Drs. Hendra Poerwanto G., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
dan sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
ix
telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan memberikan
masukan serta saran bagi penulisan skripsi ini.
5. Dra. Caecilia Wahyu E.R., M.Si., yang telah membimbing dan
memberikan masukan bagi penulisan skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku yang senantiasa memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi.
7. Keluarga bapak Soekoco yang telah memberikan cinta kasih dan
menerimaku sebagai saudara.
8. Bulek Yanti, Om Edi, Dita, Ana, Wawan, Eko, Narko, dan Om Suyud
yang tak pernah lelah mengingatkan aku untuk segera menyelesaikan
skripsi.
9. Sahabat dekatku: Fosin, Adel, Atot, Fitria, Anto, Adi dan Romi. Terima
kasih sudah mau mengerti dan memberiku semangat. Aku sayang kalian!!
10.Rekan-rekan pengurus UKM Kerohanian 2005 & 2006: Adel, Anita,
Melon, Wawan, Windi, Titis, Uuth, Doni, Arum, Adi, Angga, Dini, Nita,
Kamel, Nitnot, Nila, Dita, Amel, Bertha, Niko, Dwi, Eko, Gaga, Pipit,
Wisnu, dan Lietha. Terima kasih atas indahnya persaudaraan,
kebersamaan, persahabatan, cinta-kasih, suka-duka, tangis, canda tawa
yang kita jalin di UKM Kerohanian. Terima kasih atas semua proses,
x
Tami, Angga, Tista, Agnes, Zie, Prima, Rini, Shinta, Nita, Maria, Fidel
dan Yophie. Pokoke TERUS BERJUANG untuk memajukan UKM
Kerohanian! TETAP SEMANGAT!!
12.Alumni UKM Kerohanian terutama Patrick dan Mami. Terima kasih atas
sudah bersedia membimbing, memberikan nasehat dan mendengarkan
keluh kesahku. Terima kasih pula atas kepercayaan dan kesempatan yang
telah diberikan padaku. Ternyata ada banyak rencana indah dari Nya.
13.Segenap anggota UKM Kerohanian : Nanda, Raju, Marcel, David, Anto,
Wiwid, Nia, Nungki, Tangguh, mas Erik, mas Ichad, Agung.
14.Teman-teman KKP : Eko, Titis, Lusi, dan Ari.
15.Fr. Didik terima kasih atas bimbingannya selama ini.
16.Rekan-rekan BEMU, BEM FE, UKM, Komunitas/Komunitas Basis
Universitas Sanata Dharma Yo gyakarta. Terima kasih atas kerja sama
yang telah kita bina selama ini.
17.Teman-teman Manajemen : Rusy, Agus, Afandy, Estry, Nyoman, Krisna,
Eka, Hatma, dan Fitria.
18.Teman- teman asisten Manajemen : mas Patrick, mas Andi, mas Unggul,
mas Dwi, Fika, Dian, Dwita, mbak Eny, Icha, Ari, Wisnu, Evi dan Yovi.
19.Teman-teman Kos Mantari : mbak Santi, mbak Zelly, Dian, Heni, Tri dan
xi
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, April 2007
xii
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACK... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Batasan Masalah... 3
D. Tujuan Penelitian... 3
E. Manfaat Penelitian... 3
xiii
C. Dividen... 15
D. Review Penelitian Terdahulu ... 21
E. Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis Penelitian... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28
A. Jenis Penelitian... 28
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 28
C. Subjek Dan Objek Penelitian ... 28
D. Variabel Penelitian ... 29
E. Pengukuran Variabel Penelitian... 29
F. Definisi Operasional... 30
G. Jenis Dan Sumber Data ... 31
H. Populasi Dan Sampel ... 31
I. Metode Penentuan Sampel... 32
J. Teknik Pengumpulan Data... 33
K. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 38
A. Sejarah Singkat Bursa Efek Jakarta (BEJ) ... 38
xiv
C. Pembahasan... 73
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83
A. Kesimpulan ... 83
B. Saran... 83
C. Keterbatasan Penulis ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
xv
Tabel V.1 Daftar nama perusahaan yang menjadi sample penelitian ... 54
Tabel V.2 Hasil perhitungan leverage keuangan (LK) ... 56
Tabel V.3 Hasil perhitungan Dividen Payout Ratio (DPR) ... 57
Tabel V.4 Hasil perhitungan Return On Invesment (ROI)... 58
Tabel V.5 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2001 ... 59
Tabel V.6 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2002 ... 61
Tabel V.7 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2003 ... 62
Tabel V.8 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2004 ... 63
Tabel V.9 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2005 ... 65
Tabel V.10 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2001 ... 67
Tabel V.11 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2002 ... 68
Tabel V.12 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2003 ... 69
Tabel V.13 Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2004 ... 71
xvi
Gambar 3.1 Kurva t ... 35
Gambar 3.1 Kurva t ... 37
Gambar 5.1 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 60
Gambar 5.2 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 61
Gambar 5.3 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 63
Gambar 5.4 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 64
Gambar 5.5 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 66
Gambar 5.6 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 67
Gambar 5.7 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 69
Gambar 5.8 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 70
Gambar 5.9 Daerah penerimaan dan penolakan Ho ... 71
xvii
Lampiran 2 : Perhitungan dividen payout ratio (DPR)
Lampiran 3 : Perhitungan Return On Investment (ROI)
Lampiran 4 : Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2001
Lampiran 5 : Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2002
Lampiran 6 : Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2003
Lampiran 7 : Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2004
Lampiran 8 : Hasil analisis regresi linier sederhana tahun 2005
1 BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Sektor industri merupakan salah satu sektor pendukung perekonomian
suatu negara. Ada beranekaragam jenis perusahaan dalam industri, salah satu
diantaranya adalah perusahaan manufaktur yang mengolah bahan baku
menjadi barang jadi dan barang setengah jadi. Perusahaan-perusahaan tersebut
ada yang sudah go publik sehingga sahamnya diperjualbelikan di bursa efek. Perusahaan ini umumnya mempunyai kinerja yang baik dan bermodal besar.
Hal ini dapat dilihat di laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan
setiap tahun di media massa guna memberikan informasi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Perusahaan pada umumnya lebih menyukai pendanaan internal dari pada
pendanaan eksternal sehingga hanya menangung risiko bisnis karena hutang
tidak digunakan dalam proses operasinya. Namun bila dana internal tidak
mencukupi maka perusahaan menggunakan dana eksternal. Dana eksternal
dapat berasal dari hutang (emisi obligasi) maupun ekuitas (emisi saham).
Perusahaan biasanya memilih menggunakan hutang karena biaya emisi saham
lebih mahal daripada emisi hutang. Setelah perusahaan memutuskan
menggunakan hutang maka hutang masuk dalam struktur modalnya.
menggunakan struktur modal yang tepat agar perusahaan tetap memiliki citra
baik di mata publik.
Hutang merupakan salah satu komponen leverage keuangan yang dapat mempengaruhi laba per lembar saham, tingkat risiko dan harga saham. Hutang
akan meningkatkan laba per lembar saham, meningkatkan risiko investasi bagi
pemiliknya dan menimbulkan risiko keuangan bagi pemegang saham. Hutang
juga mengharuskan perusahaan membayar bunga dan pengembalian hutang
saat jatuh tempo (Astuti, 2004: 138).
Perusahaan juga dihadapkan pada berbagai macam pilihan investasi
seperti penambahan lini produk baru, penambahan aktiva tetap, dan pendirian
pabrik yang baru. Investasi yang menguntungkan akan memberikan return
yang besar sehingga dana internal sebagian besar akan digunakan untuk
membiayai investasi. Keadaan ini mengakibatkan hanya ada sedikit atau
bahkan tidak ada persediaan kas yang dapat digunakan untuk membayar
dividen. Padahal perusahaan mempunyai kewajiban untuk membayar dividen
sebagai bukti bahwa kemakmuran pemegang saham diperhatikan. Oleh karena
itu, perusahaan menggunakan sumber dana eksternal yang berupa hutang
dalam membayar dividen.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “PENGARUH LEVERAGE KEUANGAN DAN INVESTASI
B Rumusan Masalah
1 Bagaimana pengaruh leverage leuangan terhadap dividen? 2 Bagaimana pengaruh investasi terhadap dividen?
C. Batasan Masalah
1. Dividen yang diteliti adalah dividen kas untuk saham biasa.
2. Investasi dilakukan terhadap aset finansial di pasar modal.
3. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta dan sahamnya masih aktif diperdagangkan selama
periode penelitian.
4. Periode penelitian dari tahun 2001 sampai dengan 2005.
D. Tujuan Penelitian
1 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh leverage keuangan terhadap dividen
2 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh investasi terhadap dividen
E. Manfaat Penelitian 1 Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
sebagai dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan untuk melakukan
investasi terutama jika perusahaan yang menjadi tujuan investasi
2 Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa serta
sebagai referensi untuk penelitian yang akan datang.
3 Bagi Penulis
Kegiatan penelitian ini merupakan penerapan sebagian teori yang
didapat selama di bangku kuliah terkait dengan leverage keuangan, investasi dan dividen.
F. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk
mendukung penelitian.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, metode penentuan sampel,
teknik pengumpulan data, objek penelitian, jenis dan sumber
data yang diperlukan, variabel penelitian dan teknik analisis
BAB IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan sejarah singkat BEJ dan
perusahaan-perusahaan manufaktur yang diteliti.
BAB V. ANALISIS DATA
Bab ini menjelaskan uraian tentang deskripsi sampel, deskripsi
data yang dipakai dalam pengolahan dan pengujian serta cara
atau teknik yang dipakai dalam proses pengolahan dan
pengujian.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, keterbatasan
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Menurut Jogiyanto (2003: 3), investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode
waktu tertentu. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang
(Abdul Halim, 2005: 4). Jadi, investasi adalah penundaan penggunaan
uang/barang pada saat ini untuk ditempatkan pada aset tertentu agar dapat
memberikan manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang.
2. Jenis-jenis Investasi
Menurut Abdul Halim (2005: 4), investasi dibedakan menjadi dua :
a. Investasi pada aset-aset financial (financial assets)
Investasi pada asat-aset financial dilakukan di pasar uang, misalnya
berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal,
misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lainnya.
b. Investasi pada aset-aset riil (real asset)
Investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset
produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan
Menurut Jogiyanto (2000: 7-11), investasi dibedakan menjadi
dua yaitu :
a. Investasi langsung
Investasi ini dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang
dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau di pasar turunan (derivation market) maupun dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan
yang biasanya diperoleh melalui bank komersial. Jadi investasi
langsung merupakan pembelian langsung aktiva keuangan suatu
perusahaan tanpa melalui perusahaan investasi.
b. Investasi tidak langsung
Investasi ini dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari
perusahaan investasi. Perusahaan investasi menyediakan jasa keuangan
dengan cara menjual sahamnya kepada publik dan menggunakan dana
yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.
3. Proses investasi
Proses investasi merupakan langkah- langkah yang seharusnya
ditempuh pemodal dalam melakukan investasi sekuritas yang meliputi
jenis sekuritas yang dipilih, jumlah investasi dan waktu yang tepat untuk
Menurut Abdul Halim (2005: 4-7), proses investasi meliputi :
a. Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu :
1). Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) 2). Tingkat risiko (rate of risk)
3). Ketersediaan jumlah dana yang diinvestasikan
b. Melakukan analisis
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek
atau sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasi efek yang salah harga (misprice). Analisis dilakukan dengan dua pendekatan yaitu:
1). Pendekatan fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi- informasi yang
diterbitkan oleh emiten maupun oleh administrator bursa efek.
Analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum,
selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi
terhadap kinerjanya dan saham yang diterbitkannya.
2). Pendekatan teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data (perubahan) harga
saham di masa lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga
saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analis
memperkirakan pergeseran penawaran dan permintaan dalam
dan pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari
penawaran dan permintaan. Analisis ini mendasarkan pada premis
bahwa harga saham tergantung pada permintaan dan penawaran
saham itu sendiri.
c. Membentuk portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efek mana
yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan
pada masing- masing efek tersebut. Efek yang dipilih adalah efek yang
mempunyai koefisien korelasi negatif.
d. Mengevaluasi portofolio
Evaluasi dilakukan atas kinerja portofolio yang telah dibentuk,
baik terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun terhadap
tingkat risiko yang ditanggung.
e. Merevisi kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja
portofolio. Selanjutnya dilakukan revisi terhadap efek-efek yang
membentuk portofolio jika dirasa komposisi portofolio yang ada tidak
sesuai dengan tujuan investasi. Revisi dapat dilakukan secara total dan
secara terbatas.
B. Leverage Keuangan
1. Pengertian Leverage Keuangan
Berikut ini adalah beberapa definisi leverage keuangan:
a. Menurut Dewi Astuti (2004: 138), leverage keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana hutang dan saham
preferen digunakan dalam struktur modal.
b. Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copelan (1998: 23), leverage
keuangan berarti penggunaan hutang. Apabila hasil pengembalian
atas aktiva lebih besar daripada biaya hutang, leverage tersebut menguntungkan dan hasil pengembalian atas modal dengan
penggunaan leverage juga akan ditingkatkan. Bila hasil pengembalian atas aktiva lebih kecil daripada biaya hutang, leverage
akan mengurangi hasil atas pengembalian modal.
c. Menurut Sartono (2001: 263), leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan
memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban
tetapnya, sehingga akan meningkatkan keuntungan ya ng tersedia
bagi pemegang saham.
d. Menurut Lukas Setia Atmaja (1994: 293), suatu perusahaan dikatakan
menggunakan leverage keuangan jika perusahaan tersebut membelanjai sebagian dari aktivanya dengan sekuritas yang
membayar bunga tetap (misal: hutang pada bank, menerbitkan
perubahan EBIT perusahaan mengakibatkan perubahan yang lebih
besar pada EPS atau penghasilan per lembar saham. Kepekaan EPS
terhadap perubahan EBIT diukur dengan tingkat leverage keuangan (Degree of Financial Leverage, DFL)
Jadi, leverage keuangan adalah penggunaan hutang yang mengharuskan peminjam membayar beban tetap setiap periode dan
diharapkan dapat memberikan tambahan keuntungan bagi pemegang
saham.
2. Teori terkait dengan Struktur Modal
a. Teori MM : Pajak Nol
Teori ini membuktikan bahwa nilai suatu perusahaan tidak
dipengaruhi oleh struktur modalnya. Hasil- hasil MM menyatakan
bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membiayai
operasinya, jadi struktur modal tidak relevan. Tetapi, studi teori ini
didasarkan pada asumsi yang tidak realistis, antara lain : tidak ada
biaya broker (pialang), tidak ada pajak, tidak ada biaya
kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan tingkat suku
bunga yang sama dengan perseroan, semua investor mempunyai
informasi yang sama seperti manajemen mengenai peluang investasi
perusahaan di masa mendatang, EBIT tidak dipengaruhi oleh
b. Efek Pajak
Teori ini menggunakan asumsi adanya pajak perseroan.
Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan pembayaran
bunga sebagai beban, tetapi pembayaran dividen kepada pemegang
saham tidak dapat dikurangkan. Perlakuan yang berbeda ini
mendorong untuk menggunakan hutang dalam struktur modal.
c. Efek Biaya Kebangkrutan
Teori MM menggunakan asumsi tidak ada biaya kebangkrutan.
Namun dalam prakteknya risiko kebangkrutan selalu ada. Perusahaan
yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntansi yang sangat
tinggi, sehingga mereka juga sulit menahan pelanggan, pemasok, dan
karyawan. Bahkan, kebangkrutan sering memaksa suatu perusahaan
untuk melikuidasi atau menjual hartanya dengan harga di bawah
harga seandainya masih beroperasi. Masalah kebangkrutan
cenderung muncul jika suatu perusahaan menyertakan lebih banyak
hutang dalam struktur modalnya.
d. Teori Trade-Off
Dalam teori ini perusahaan berusaha menyeimbangkan manfaat
dari pendanaan yang berasal dari hutang (perlakuan pajak perseroan
yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan
yang lebih tinggi. Hutang merupakan sumber dana yang lebih murah
daripada saham biasa atau saham preferen karena beban bunga dapat
mengakibatkan peningkatan porsi laba operasi perusahaan (EBIT)
yang mengalir ke investor. Jadi, semakin tinggi hutang semakin
tinggi nilai dan harga sahamnya. Namun, perusahaan tetap
membatasi penggunaan hutang untuk menekan biaya-biaya yang
berkaitan dengan kebangkrutan supaya dapat menerapkan struktur
modal yang optimal.
e. Teori Pengisyaratan
MM mengasumsikan bahwa investor memiliki informasi yang
sama mengenai prospek perusahaan seperti yang dimiliki para
manajer. Kondisi ini disebut kesamaan informasi (symetric information). Akan tetapi, dalam kenyataannya manajer memiliki informasi yang lebih baik daripada investor luar. Hal ini disebut
dengan ketidaksamaan informasi (asymetric information) dan ini sangat berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang optimal.
Perusahaan dengan prospek yang cerah tidak menghendaki
pendanaan dengan menjual saham baru, sedangkan perusahaan
dengan prospek yang suram memang menyukai pendanaan dengan
ekuitas dari luar. Dengan demikian, pengumuman emisi saham oleh
suatu perusahaan umumnya merupakan isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram dan
f. Pecking Order Hypothesis (Baldric Sirega r, 2005: 220)
Pecking Order Hypothesis (POH) menyatakan bahwa perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana
eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana internal dapat
dilihat dari besarnya laba, laba ditahan, atau arus kas. Apabila dana
eksternal dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan
penggunaan hutang daripada ekuitas. Ide dasar POH sangat
sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana eksternal hanya
apabila dana internal tidak cukup dan sumber dana eksternal yang
lebih diutamakan adalah hutang daripada emisi saham.
Ada empat alasan yang mendasari mengapa POH
memprediksi bahwa perusahaan mengutamakan hutang daripada
ekuitas apabila pendanaan eksternal dibutuhkan yaitu: (Baldric
Siregar, 2005: 221)
1). Pasar menderita kerugian karena adanya asimetri informasi antara
manajer dengan pasar.
2). Emisi utang dan emisi saham sama-sama membutuhkan biaya
transaksi bagi perusahaan.
3). Perusahaan mendapatkan manfaat pajak dengan mengeluarkan
hutang.
4). Kontrol manajemen lebih besar terhadap perusahaan bila
C. Dividen
1. Pengertian Dividen
Dividen adalah laba perusahaan yang dibagikan kepada
pemegang saham (Dewi Astuti, 2004: 50). Pembayaran dividen bisa
dalam bentuk uang tunai, saham atau barang, namun yang paling umum
adalah pembayaran dalam bentuk uang tunai. Bagi invesor jumlah rupiah
yang diterima dari pembayaran dividen risikonya lebih kecil daripada
capital gain, selain itu dividen dapat diperkirakan sebelumnya. Sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan, sehingga pembayaran dividen yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen dapat
diartikan bahwa prospek tingkat keuntungan perusahaan kurang baik.
Akhirnya harga saham cenderung mengikuti naik turunnya besarnya
dividen yang dibayarkan.
Pengaruh penurunan besarnya dividen yang dibayarkan dapat
menjadi informasi yang kurang baik bagi perusahaan karena dividen
merupakan tanda tersedianya laba perusahaan dan besarnya dividen yang
dibayar sebagai informasi tingkat pertumbuhan laba saat ini dan
mendatang. Dengan anggapan tersebut, harga saham akan turun, karena
2. Bentuk – bentuk Dividen (Baridwan, 1997 : 236)
a. Dividen kas
Dividen paling umum dibayarkan dalam bentuk kas, pembayaran
dilakukan satu kali dalam satu tahun. Biasanya perusahaan harus
memenuhi tiga kondisi agar dapat membayar dividen tunai yaitu:
1) laba ditahan mencukupi
2) kas yang memadai
3) tindakan formal dari Dewan Komisaris
b. Dividen aktiva selain kas (property dividen)
Aktiva yang dibagikan dapat berupa surat-surat berharga
perusahaan lainnya yang dimiliki oleh perusahaan dagang.
c. Dividen likuidasi
Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan
pengembalian modal.
d. Dividen utang
Dividen utang terjadi bila laba tidak dibagi saldonya mencukupi
untuk pembayaran dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak cukup,
sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip dividen yaitu janji yang tertulis untuk membayar jumlah tertentu di masa yang akan
datang.
e. Dividen saham (stock dividen)
Dividen saham adalah pembagian dividen dalam bentuk saham
yang beredar. Apabila dividen saham ini dilakukan, maka tidak akan
menambah jumlah modal sendiri, akan tetapi akan mengubah komposisi
modal perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, saldo laba
ditahan akan berkurang sebesar jumlah yang dikapitalisai (Abdul Halim,
2005 : 94 ).
Rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio / DPR) adalah persentase laba bersih yang dibayarkan sebagai dividen tunai. Target
payout ratio seharusnya didasarkan pada preferensi sebagian besar investor.
3. Beberapa Teori terkait dengan Dividen
a. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak
mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun
terhadap biaya modalnya sehingga kebijakan dividen tidak relevan.
Nilai suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan dasarnya
menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Investor kurang
mempedulikan antara dividen dan capital gain. Jika menginginkan kas investor menjual saham dan sebaliknya jika tidak menginginkan
kas mereka membeli saham. Teori ini juga didasarkan pada asumsi
b. Teori Bird-In-The-Hand
Teori ini menyatakan bahwa nilai perusahaan akan
dimaksimumkan dengan menentukan rasio pembagian dividen yang
tinggi. Investor lebih menghargai pendapatan yang diterima dari
dividen daripada pendapatan yang diharapkan diterima dari
keuntungan modal (capital gain). c. Teori Preferensi Pajak
Investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah
daripada yang tinggi. Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif lebih rendah daripada dividen dan investor dikenai tingkat pajak
yang lebih besar pada dividen dibanding capital gain, capital gain
tidak terkena pajak jika saham tidak dijual. Karena itu, investor lebih
menyukai capital gain daripada dividen, dan ingin perusahaan menahan laba untuk pertumbuhan sehingga harga saham meningkat.
4. Isu lain dalam kebijakan dividen
a. Hipotesis Kandungan Informasi atau Pengisyaratan
MM mengasumsikan bahwa setiap investor dan juga manajer
mempunyai informasi yang sama mengenai pendapatan dan dividen
perusahaan di masa mendatang. Namun dalam kenyataannya,
investor yang berbeda mempunyai pandangan yang berbeda tentang
tingkat pembayaran dividen di masa mendatang dan ketidakpastian
informasi yang lebih baik mengenai prospek masa depan daripada
pemegang saham.
Kenaikan dividen seringkali menyebabkan kenaikan harga
saham, sementara pemotongan dividen umumnya menyebabkan
penurunan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor secara
keseluruhan lebih menyukai dividen daripada keuntungan modal.
Akan tetapi, MM berpendapat lain. Mereka memberikan fakta yang
cukup kuat bahwa perusahaan-perusahaan enggan menurunkan
dividen, sehingga mereka tidak menaikkan dividen kecuali kalau
mereka mengantisipasi laba yang lebih tinggi di masa mendatang.
lebih tinggi daripada yang diperkirakan merupakan isyarat bagi
investor bahwa manajemen memperkirakan peningkatan laba di
masa mendatang. Sebaliknya penurunan dividen atau kenaikan yang
lebih kecil daripada yang diperkirakan, merupakan suatu isyarat
bahwa manajemen meramalkan laba yang rendah di masa
mendatang. Jadi, MM menegaskan bahwa reaksi investor terhadap
perubahan dalam kebijakan dividen tidak harus menunjukkan
investor lebih menyukai dividen daripada laba yang ditahan.
Sebaliknya mereka menyatakan bahwa perubahan harga saham
sesudah pembagian dividen hanya menunjukkan adanya kandungan
informasi atau pengisyaratan yang penting dalam pengumuman
b. Pengaruh Klientele
Pengaruh klientele merupakan kecenderungan suatu
perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai
kebijakan dividennya. Adanya pengaruh kliente tidak menunjukkan
bahwa satu kebijakan dividen lebih baik daripada kebijakan dividen
yang lain.
5. Kebijakan dividen (Astuti, 2004: 145–147).
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya guna diinvestasikan kembali. Adapun faktor- faktor yang
mempengaruhi kebijakan tersebut adalah
a. Peraturan pemerintah
Beberapa negara ikut campur tangan dalam mengatur kebijakan
dividen bagi perusahaan supaya dapat melindungi kreditur.
b. Hambatan dalam perjanjian/kontrak
Bank akan membatasi pembayaran dividen tunai sampai batas
tertentu dari laba bisa dicapai atau bank mengatur pembayaran denda
sampai jumlah tertentu.
c. Hambatan internal
Jumlah pembayaran dividen tunai tergantung pada tersedianya kas
perusahaan. Walaupun laporan rugi laba menyatakan adanya laba
yang cukup besar namun jumlah tersebut belum tentu sama dengan
jumlah kas tunai yang ada di perusahaan. Jadi, saldo dari laporan
d. Perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang
Pimpinan perusahaan akan cenderung menahan laba untuk
pembiayaan rencana pembangunan bila melihat ada banyak peluang
untuk pengembangan perusahaan.
e. Pertimbangan pemilik perusahaan
Perusahaan perlu mengutamakan kesejahteraan pemilik dalam
menentukan kebijakan dividen dan perlu memberi kebebasan jika
ada peluang investasi yang lebih menguntungkan bagi pemilik. Bila
peluang investasi lain di luar perusahaan tampak lebih
menguntungkan maka perusahaan hendaknya menentukan persentase
pembayaran dividen yang lebih besar.
f. Pertimbangan pasar
Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan reaksi pasar dalam
membuat kebijakan dividen. Pasar akan bereaksi positif atas
kebijakan dividen yang tetap atau bertumbuh secara tetap sedangkan
reaksi negatif dari pasar akan menurunkan harga saham
D. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai Leverage Keuangan, Investasi dan Dividen telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Myer dan Majluf, 1984 (dikutip
dalam Baldric Siregar, 2005 : 219) yang memperkenalkan salah satu teori
daripada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Perusahaan
membutuhkan dana eksternal hanya apabila dana internal tidak
mencukupi. Namun apabila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan lebih
mengutamakan penggunaan hutang daripada ekuitas.
Baskin (1989) menguji apakah asimetri informasi mempengaruhi
kebijakan pendanaan perusahaan seperti yang diprediksikan oleh Pecking Order Hypothesis (POH). POH memprediksi bahwa perusahaan mengutamakan pendanaan melalui hutang daripada ekuitas apabila dana
internal tidak mencukupi. Karena dana yang tersedia tidak memadai, maka
perusahaan mengeluarkan hutang untuk mendanai investasi. Baskin
menemukan bahwa leverage keuangan mempengaruhi investasi secara positif
Allen (1993) (dikutip dalam Baldric Siregar, 2005: 223) menguji
perilaku pendanaan perusahaan publik Australia. Allen menemukan bahwa
leverage keuangan berpengaruh secara positif karena. Pengaruh positif ini terjadi karena perusahaan mengeluarkan hutang apabila dana internal tidak
mencukupi untuk melakukan investasi.
Tong dan Green (2004) (dikutip dalam Baldric Siregar, 2005: 223)
menguji keputusan keuangan perusahaan publik China yang terdaftar di
bursa Shanghai dan Shenzen. Mereka menemukan bahwa hutang
berhubungan negatif dengan ketersediaan dana internal. Temuan ini
menunjukkan bahwa apabila dana internal tidak cukup, maka perusahaan
perusahaan kepada pemegang saham, maka dana internal tidak lagi
mencukupi untuk melakukan investasi sehingga perusahaan berusaha
memperoleh dana eksternal melalui hutang.
Heti Herawati (2001) yang menganalisis hubungan antara
Financial Leverage, Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri menemukan bahwa hubungan antara Financial Leverage dan Rentabilitas Ekonomi adalah negatif dan tidak signifikan dengan intensitas lemah, serta
hubungan antara Financial Leverage dan Rentabilitas Modal Sendiri adalah negatif dan tidak signifikan dengan intensitas lemah.
S. Prasetyo Kurniawan (2004) yang meneliti Pengaruh Laba Per
Lembar Saha m, Financial Leverage dan Perubahan Harga Saham di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2002-2003 menemukan bahwa variabel laba per
lembar saham tidak mempunyai hubungan positif terhadap variabel harga
saham, variabel Financial Leverage tidak mempunyai hubungan negatif terhadap harga saham, dan variabel laba per lembar saham, serta Financial Leverage tidak berhubungan positif terhadap variabel harga saham.
Baldric Siregar (2005) menguji tentang hubungan antara Leverage
Keuangan, Investasi dan Dividen menemukan bahwa leverage keuangan berpengaruh positif terhadap dividen dan investasi berpengaruh negatif
E. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1. Pengaruh Leverage Keuangan terhadap Dividen
Perusahaan yang terus berkembang akan selalu melakukan inovasi
terhadap produk dan akan memperluas skala usaha. Untuk melakukannya,
perusahaan memerlukan dana yang kadang tidak sedikit. Perusahaan perlu
memikirkan perencanaan pendanaan yang baik supaya investasi yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak terjadi kekurangan
dana.
Kekurangan dana akan merugikan perusahaan karena
kemungkinan investasi gagal dilaksanakan sehingga perusahaan tidak
memperoleh keuntungan. Kekurangan dana dapat diatasi dengan modal
sendiri, utang maupun campuran antara keduanya. Jika perusahaan
memilih investasi dibiayai dengan hutang maka akan meningkatkan
tingkat pengembalian yang diharapkan untuk suatu investasi tetapi juga
meningkatkan risiko investasi bagi pemilik (pemegang saham biasa)
karena mereka menanggung risiko keuangan (financial risk). Financial risk merupakan risiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham biasa akibat penggunaan hutang (financial leverage) (Brigham, 2001: 145). Namun penggunaan hutang juga menguntungkan yaitu dapat memotong
bunga yang dibayarkan untuk tujuan pajak sehingga menurunkan bunga
efektif dari bunga dan pemegang hutang mendapat pengembalian tetap,
dalam kondisi prima. Pada tingkatan tertentu misalnya 50%, utang dapat
menaikkan laba per lembar saham, harga saham dan risiko.
Meskipun menggunakan hutang, perusahaan tetap memperhatikan
kesejahteraan pemegang saham dengan cara membagikan dividen
sehingga perusahaan mengeluarkan kebijakan dividen. Kebijakan dividen
menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna
diinvestasikan kembali pada perusahaan (Astuti, 2004 : 145). Dividen
merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan pemegang saham dan
dapat dibayarkan secara tunai dalam bentuk uang kas. Jumlah pembayaran
dividen tunai tergantung dari tersedianya uang kas perusahaan. Laba yang
cukup besar dalam Laporan Rugi Laba belum tentu sama dengan jumlah
uang kas tunai yang ada di perusahaan. Laporan Arus Kas akan lebih
menentukan jumlah pembayaran dividen tunai karena arus kas
mencerminkan kemampuan perusahaan membayar dividen (Brigham,
2001 : 84).
Dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan juga
mempertimbangkan reaksi pasar atas kebijakan tersebut. Umumnya pasar
menganggap kebijakan dividen yang tetap atau bertumbuh secara tetap
sebagai sinyal yang baik dari perusahaan. Akibatnya pemilik perusahaan
kadang enggan menurunkan pembayaran dividen meski laba turun. Hal ini
dilakukan agar pasar tidak bereaksi negatif dan tidak menurunkan harga
pada saat laba turun dan arus kas yang kurang memadai tetapi, maka
perusahaan dapat menggunakan arus kas yang berasal dari hutang.
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho : Leverage Keuangan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen
HA : Leverage Keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
dividen
2. Pengaruh Investasi terhadap Dividen
Perusahaan yang sukses akan memperoleh laba. Laba tersebut
dapat dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai
namun juga dapat ditahan dan diinvestasikan kembali pada perusahaan.
Beberapa perusahaan sering dihadapkan pada kenyataan bahwa
perusahaan dapat menghasilkan arus kas dalam jumlah besar tetapi
peluang investasi terbatas. Ini biasa terjadi pada perusahaan dalam industri
yang menguntungkan. Perusahaan biasa membagikan persentase kas yang
besar kepada pemegang saham sehingga menarik bagi investor yang
menyukai dividen tinggi. Perusahaan lain membagikan sedikit atau tidak
membagikan kas sama sekali kepada pemegang saham, tetapi menahannya
untuk investasi. Perusahaan juga dapat mengikuti kebijakan dividen
residual yang mengisyaratkan bahwa dividen sebaiknya dibayarkan jika
investasi yang menguntungkan sehingga dana internal tidak digunakan
untuk membayar dividen tetapi diprioritaskan untuk menjalankan
investasi.
Berdasarkan kerangka teori yang telah diuraikan diatas, maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho : Investasi tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen
28 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan ini adalah studi kasus. Studi kasus
merupakan penelitian yang memusatkan pada objek tertentu. Hasil penelitian
ini hanya berlaku untuk objek yang diteliti dalam kurun waktu tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian : Bursa Efek Jakarta USD
2. Waktu Penelitian : Bulan Februari 2007
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2005.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah variabel- variabel yang menjadi pokok
penulis dalam penelitiannya. Adapun obyek penelitian dalam hal ini
adalah berupa laporan keuangan perusahaan (data LK, ROI, dan DPR)
D. Variabel Penelitian
1. Variabel dependen (Y) yaitu dividen diukur dengan Dividen Payout Ratio
(DPR)
2. Variabel independen (X)
a. Leverage keuangan (X1)
Leverage keuangan diukur dengan membandingkan antara total hutang dengan total aktiva.
b. Investasi (X2)
Investasi diukur dengan Rasio Profitabilitas yaitu Return On Investment (ROI).
E. Pengukuran Variabel Penelitian 1. Variabel dependen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah dividen.
Dividen diukur dengan menghitung dividen payout ratio (DPR) yaitu persentase laba bersih yang dibagikan sebagai dividen tunai, yang dihitung
dengan menggunakan rumus :
DPR =
EPS DPS
Keterangan :
DPR : dividen payout ratio
DPS : dividen per lembar saham biasa
2.Variabel Independen
a. Leverage Keuangan, diukur dengan membandingkan total hutang dengan total aktiva, yang dihitung dengan rumus :
LK =
b. Investasi, diukur dengan Return On Investment (ROI) yang membandingkan antara laba setelah pajak dengan total aktiva, yang
dihitung dengan rumus :
ROI =
F. Definisi Operasional 1. Leverage Keuangan
Leverage keuangan adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan akan memberikan tambahan
keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya, sehingga akan
meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono,
2001 : 263). Leverage Keuangan adalah suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana hutang dan saham preferen digunakan dalam struktur
modal.
2. Investasi
Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di
dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Investasi yang
aset finansial di pasar modal. Sedangkan Return On Investment (ROI) mengukur timgkat pengembalian investasi yang telah dilakukan
perusahaan baik dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki
perusahaan tersebut maupun dengan menggunakan dana yang berasal dari
pemilik.
3. Dividen
Dividen adalah laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang
saham. Dividen dalam penelitian ini adalah dividen kas saham biasa.
Sedangkan dividen payout ratio adalah persentase laba bersih yang dibagikan sebagai dividen tunai.
G. Jenis dan Sumber Data yang diperlukan
1. Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
umumnya dapat diperoleh dari perusahaan yang diteliti atau data yang
dipublikasikan untuk umum (Nur Indriantoro dan Supomo, 1999: 149).
2. Sumber data yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan yaitu
data LK, ROI, dan DPR selama periode tahun 2001 sampai dengan tahun
2005 yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) yang diterbitkan oleh Institute for Economic and Financial Reseach.
H. Populasi dan Sampel
1. Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa
mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003: 103).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang membagikan
dividen kas dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2. Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2003: 103). Sampel dala m penelitian ini adalah semua
perusahaan manufaktur yang pada tahun 2001-2005 yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Perusahaan terdaftar sebagai perusahaan yang masih aktif di BEJ selama
periode pengamatan.
b. Saham perusahaan masih aktif diperdagangkan selama periode
pengamatan.
c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan pada periode
pengamatan.
d. Perusahaan membayarkan dividen kas secara rutin setiap tahun selama
periode pengamatan.
I. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penentuan sampel nonprobabilitas yaitu metode pengambilan sampel
yang tidak memberikan kesempatan / peluang yang sama bagi unsur / anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 1999: 72). Sedangkan
J. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan cara dokumentasi
yaitu dengan mengumpulkan data dari catatan-catatan dan dokumen-dokumen
masa lalu perusahaan yang berupa laporan keuangan
K. Teknik Analisis Data
Langkah- langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menjawab masalah pertama yaitu bagaimana pengaruh leverage
keuangan terhadap dividen, dapat dianalisis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung Leverage Keuangan
LK =
Aktiva Total
Utang Total
b. Menghitung Dividen Payout Ratio (DPR)
DPR =
EPS DPS
Keterangan :
DPR : dividen payout ratio
DPS : dividen per lembar saham
c. Metode Regresi Linier Sederhana
Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
leverage keuangan terhadap dividen pada perusahaan manufaktur. Adapun rumus Regresi Linier Sederhana adalah sebagai berikut :
Y = a + b1 X1
Keterangan :
Y = variabel DividenPayout Ratio
a = konstanta
b1 = koefisien regresi Leverage Keuangan
X1 = variabel Leverage Keuangan
d. Uji Hipotesis ( Suharyadi dan Purwanto, 2004: 391)
1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Ho: b1 = 0, Leverage Keuangan tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap dividen
HA: b1 > 0, Leverage keuangan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap dividen
2) Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 %, level of confidence = 95 %, degree of freedom n-2.
3) Uji t
4) Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho
5) Mengambil keputusan :
Ho diterima bila t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak bila t hitung > t tabel
2. Untuk menjawab pertanyaan kedua yaitu bagaimana pengaruh investasi
terhadap dividen, dapat dianalisis menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menghitung Return On Investment (ROI)
ROI =
b. Menghitung Dividen Payout Ratio (DPR)
DPR =
EPS DPS
Keterangan :
DPR : dividen payout ratio
DPS : dividen per lembar saham
c. Metode Regresi Linier Sederhana
Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
investasi terhadap dividen pada perusahaan manufaktur. Adapun
rumus Regresi Linier Sederhana adalah sebagai berikut:
Y = a + b2 X2
Keterangan :
Y = Variabel Dividen Payout Ratio
a = konstanta
b2 = koefisien regresi Investasi
X2 = variabel Investasi
d. Uji Hipotesis
1) Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif
Ho : b2 = 0, Investasi tidak berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap dividen
HA : b2 < 0, Investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
dividen
2) Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 5 %, level of confidence = 95 %, degree of freedom n-2.
3) Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh investasi terhadap dividen
4) Menentukan daerah penerimaan dan penolakan Ho:
Daerah penolakan
Ho Daerah Penerimaan Ho
t(α ,n-2)
Gambar 3.2 Kurva t
5) Mengambil keputusan :
Ho diterima bila t hitung ≥ - t tabel
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Bursa Efek Jakarta
Bursa efek di Indonesia pertama kali didirikan di Batavia (Jakarta)
oleh pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 14 Desember 1912 dengan
memperjualbelikan sekuritas berupa saham dan obligasi
perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1939 terjadi
Perang Dunia II sehingga Bursa efek di Indonesia terhambat
perkembangannya dan kemudian resmi ditutup pada tanggal 10 Mei 1940.
Tetapi kemudian pada tanggal 23 Desember 1940 bursa efek di Jakarta sempat
dibuka kembali, walaupun kemudian ditutup kembali ketika Jepang masuk
Indonesia.
Selanjutnya pasar modal mulai digiatkan dengan dibukanya kembali
Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada 3 Juni 1952. Pembukaan BEJ tersebut didorong
penerbitan obligasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1950. Aktivitas
pasar modal mulai berkembang sampai dengan tahun 1958. Kelesuan yang
terjadi di pasar modal pada saat itu disebabkan oleh banyaknya warga Belanda
yang meninggalkan Indonesia dan dilakukannya nasionalisasi terhadap
perusahaan Belanda di Indonesia. Hal ini terjadi sampai dengan berakhirnya
masa pemerintahan Orde Lama.
Pada masa pemerintahan Orde Baru, pengaktifan kembali pasar
Modal (BAPEPAM) dan pembukaan pasar modal pada 10 Agustus 1977. Pada
awalnya tujuan pengaktifan kembali pasar modal lebih ditekankan pada asas
pemerataan, sehingga kepemilikan saham tidak jatuh ke tangan segolongan
masyarakat tertentu saja. Untuk tujuan itu maka pemerintah berperan aktif
dalam menangani pasar modal Indonesia. BAPEPAM DAN PT Danareksa
diberikan prioritas membeli sedikitnya 50% saham yang ditawarkan.
Terlalu besarnya campur tangan pemerintah merupakan salah satu
faktor penyebab lambannya perkembangan pasar modal di Indonesia.
Ditambah lagi adanya deregulasi perbankan pada tahun 1983, menyebabkan
tingkat suku bunga deposito naik, sehingga investasi di pasar modal menjadi
kurang menarik bagi masyarakat. Selama kurun waktu 1977-1988, ha nya 24
perusahaan yang melakukan emisi saham di bursa efek dengan nilai Rp 129,4
milyar dan tiga perusahaan melakukan emisi obligasi senilai Rp 535,7 milyar.
Kemudian, pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi seperti
Paket Desember 1987, Paket Oktober 1988, Paket Desember 1988, dan Paket
September 1997 yang bertujuan menggairahkan perdagangan bursa efek di
Indonesia. Pada prinsipnya peraturan-peraturan tersebut merupakan
langkah-langkah penyesuaian terhadap peraturan-peraturan sebelumnya untuk
mendorong pertumbuhan pasar modal yang sehat dan kuat.
Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (Pakdes 1987), berisi kebijakan
yang menyederhanakan proses emisi sekuritas, membuka kesempatan yang
lebih luas bagi investor asing, memperkenalkan adanya saham atas tunjuk
mencari modal di Bursa Paralel Indonesia (BPI). Penyederhanaan proses
penerbitan saham dan obligasi dilakukan dengan melonggarkan persyaratan
bagi perusahaan yang ingin go public dengan tidak diharuskannya perolehan laba sebesar 10% dari modal sendiri dalam dua buku terakhir berturut-turut.
Proses emisi yang dilakukan BAPEPAM juga dipercepat menjadi 90 hari
apabila persyaratan-persyaratannya sudah dipenuhi.
Paket Oktober 1988 (Pakto 88), berisi tentang penetapan pajak yang
sama bunga deposito dan dividen saham sebesar 15%. Kebijakan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik investasi di pasar modal. Pakto
88 juga memuat tentang ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit
(BMPK) pada sektor perbankan, sehingga mendorong masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan dananya di pasar modal.
Paket Desember 1988 (Pakdes 88), merupakan kebijakan pemerintah
untuk memberi kesempatan bagi swasta nasional untuk menyelenggarakan
bursa swasta dan menerapkan sistem company listed.
Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek
Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia.
Swastanisasi ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM dari Badan
Pelaksana Pasar Modal menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Paket September 1997, berisi tentang kebijakan pemerintah untuk
menghapus penentuan batas maksimum pembelian sahamoleh investor asing
kecuali bagi saham-saham perbankan, guna mendorong investor asing
Pada Juli 2000, BEJ mulai menerapkan perdagangan jarak jauh
sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan
frekuensi perdagangan.
Pada Mei 2005, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem ini dapat memfasilitasi perdagangan
saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar
yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.
B. Sejarah Singkat Perusahaan Manufaktur 1. PT Aqua Golden Mississippi Tbk.
Perusahaan yang kantor pusatnya di Jakarta ini memulai
produksinya pada tahun 1974 dan memiliki pabrik air dalam kemasan di
Bekasi, Citeureup, Bogor, dan Mekarsari. Perusahaan mempunyai
kapasitas produksi total 640 juta liter. Pabrik Bekasi menghasilkan
minuman tanpa karbonat dengan kapasitas 40 juta liter. Perusahaan juga
memberikan lisensi di Babakan Pari (Sukabumi), Kuningan, Wonosobo,
Pandaan, Bali, Lampung, Brastagi, Manado dengan total kapasitas 575
juta liter. Perusahaan juga memiliki 80% saham di IBIC Sdn Bhd di
Brunei Darusalam yang juga menghasilkan air dalam kemasan di bawah
merk SEHAT. Perusahaan mengekspor produknya ke negara- negara
Asean, Vietnam, Kamboja, Hongkong, Selandia Baru, Australia, Taiwan
Mississippi Tbk., menyetujui penambahan kepemilikan Grup Danone di
perusahaan air dalam kemasan dari 40% menjadi 70%. Selanjutnya nama
Aqua diganti menjadi Aqua Danone. La ngkah ini diambil untuk
memperkuat kemampuan bersaing Grup Aqua di pasar global melalui
strategi aliansi dengan patner sebuah jaringan internasional.
2. PT Delta Jakarta Tbk.
Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Bekasi. Produk
utamanya adalah bir yang dipasarkan dengan merk Anker Bir dan menguasai 40% pasar bir nasional di Indonesia. Produk lain adalah Anker Stout dan Shanta Super Shandy. Perusahaan menyetujui sebuah perjanjian kerjasama dengan Breweries Nederland BV, mencakup perkembangan
teknologi, pemasaran dan manajemen secara umum. Delta Jakarta juga
menghasilkan produk lisensi dari Calsberg Internasional A/S Denmark di
bawah merk Calsber Beer. Pada Agustus 1995, perusahaan memindahkan tempat pembuatan bir dari Jakarta Utara ke Tambun, Bekasi, Jawa Barat.
Tempat pembuatan bir ini dibangun di atas tanah seluas 15 hektar.
Pemindahan lokasi diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi
50% hingga 900.000 hl. Perusahaan juga memproduksi bir San Miguel, diikuti masuknya San Miguel Corporation dari Filipina ke dalam
3. PT Fast Food Indonesia Tbk.
Perusahaan didirikan pada tahun 1978 oleh Grup Gelael, pemegang
Franchise KFC untuk Indonesia. Pada 10 Oktober 1979, perusahaan
membuka restoran KFC pertama di Jalan Melawai, Jakarta. Keberhasilan
dari restoran KFC pertama ini menggugah perusahaan untuk menguasai
pemimpin pasar makanan cepat saji di Indonesia selama 17 tahun lalu.
Semakin banyak KFC didirikan di Jakarta dan beberapa kota utama di
Indonesia. Pada akhir tahun 1996, perusahaan mengoperasikan 148
restoran KFC di 30 kota utama di Indonesia. Produk inti perusahaan KFC:
Colonel’s Original Recipe Chicken dan Hot & Crispy Chicken yang secara tetap menduduki predikat sebagai ayam dengan citarasa terbaik dalam
berbagai macam survei konsumen Indonesia. Kedua produk tersebut
sangat diterima di Indonesia, dimana tingkat konsumsi ayam secara
signifikan lebih tinggi daripada tipe produk daging yang lain. Penerimaan
produk inti KFC didukung oleh penawaran menu favorit lokal : nasi,
perkedel, lumpia, juga sup Indonesia untuk menambah produk inti. Pada
tahun 2000, KFC menduduki posisi tertinggi dalam “Top of Mind Awareness” dibandingkan dengan pemimpin merk yang lain.
4. PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
Produk perusahaan dipasarkan dengan merk Indomie, Sarimi, Pop
Mie, Supermi, dan Top Mie dan menguasai 90% pasar mie instan di
dengan merk Indofood dan Piring Lombok. Lini produk yang lain
termasuk makanan ringan Chiki, Chitato, Cheteos dan Jetz, SUN makanan
bayi, kopi Tugu Luwak dan Kafela. Pada April 1995, perusahaan dengan
51% saham dan Said Bawasir Trading Corporation mendirikan pabrik mie instan di Jeddah, Arab Saudi. Pada April 1997, pertemuan umum luar
biasa menyetujui rencana manajemen perusahaan untuk membuka enam
cabang perusahaan. Perusahaan yang merupakan anggota dari Grup Salim
ini menerima sebuah penghargaan dari Asosiasi Pemasaran Indonesia
untuk kinerja dalam pengembangan sistem pemasaran berbasis
lingkungan. Pada Mei 2001, Indofood memperoleh Asia Food Property
dari Singapura dan terdaftar Golden Agri Resources. Akuisisi ini diharapkan memperkuat bisnis inti perusahaan.
5. PT Multi Bintang Indonesia Tbk.
Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1931 dengan nama NV
Nederlandsch Bierbrouwerijen. Sejak tahun 1936, perusahaan berada di
bawah perusahaan Belanda, Heineken International Beheer BV. Produk
utama perusahaan adalah bir dan bir hitam yang dipasarkan dengan nama
Bir Bintang dan Guinness. Bir Bintang menguasai 60% saham dari pasar bir. Perusahaan bekerjasama dengan Heineken Technische Beheer dan
Guinness Overseas Ltd. Perusahaan mendirikan tempat pembuatan bir
yang baru di Mojosari, Jawa Timur dan Tangerang setelah penjualan
pusat perusahaan dipindahkan ke Tangerang. Perusahaan juga
memindahkan tempat pembuatan bir di Ngagel, Surabaya ke
Sampangagung, Mojokerto untuk menambah kapasitas produk dari
300.000 menjadi 800.000 hl. Pada 13 Oktober 1997, perusahaan mulai
mengekspor bir ke Jepang dan Australia Utara.
6. PT Gudang Garam Tbk.
Perusahaan dimulai dengan sebuah usaha wiraswasta kecil yang
didirikan di Kudus, Jawa Tengah pada tahun 1971. Produk perusahaan
terdiri dari tiga tipe, namanya rokok gulung kertas jagung terdiri dari tiga
nama merk, rokok digulung tangan dengan sembilan merk, dan rokok
digulung mesin dengan enam merk, empat diantaranya dianggap sebagai
merk premium Gudang Garam Internasional, Surya 16, Gudang Garam
Merah isi 10, dan Gudang Garam Merah isi 12. Perusahaan memasang
kapasitas 105 milyar rokok per tahun, termasuk 90 milyar mesin yang
digulung mesin dan 15 milyar rokok yang diproduksi menggunakan tangan
dan menikmati 49% pangsa pasar rokok rasa cengkeh di Indonesia pada
tahun 1997. Pada tahun 1998 pangsa pasar menurun hingga 39% dan
menerima pinjaman dari Bank Singapura untuk menambah kapasitas
produksinya pada tahun 1993. Pada tahun 2000 terjadi penggantian Dewan
Direktur dan Dewan Komisaris. Rachman Halim terpilih sebaga i Presiden
Komisaris dan Djajusman Surjowiyono ditunjuk sebagai Presiden Direktur
7. PT Hanjaya Mandala Sampoerna
PT HM Sampoerna Tbk didirikan pada tahun 1913 sekarang menjadi
perusahaan tembakau terluas ke tiga di Indonesia dengan 19,4% pangsa
pasar rokok di Indonesia. Saham Sampoerna terdaftar di Bursa Efek Jakarta
dan Surabaya. Kegiatan pokoknya dalah memproduksi dan menjual kretek
yaitu rokok yang terbuat dari cengkeh dan tembakau. Dji Sam Soe dan A
Mild adalah merk andalan dari portofolio Sampoerna, sementara A Hijau
bersaing pada segmen harga medium. Sampoerna mengoperasikan tiga
fasilitas produksi rokok di Indonesia. Fasilitas utama terletak di Pandaan,
sebuah pusat lokasi antara Surabaya dan Malang. Dua yang lain berada di
Surabaya dan Malang. Pada Maret 2005, Philip Moris International Inc.
(PMI), sebuah perusahaan tembakau internasional dari Altria Grup, Inc
mengakuisisi PT HM Sampoerna.
8.PT Lautan Luas Tbk.
Perusahaan ini didirikan di Jakarta dengan nama N.V. Lim Teck Lee
Coy. Ltd dan nama PT Lautan Luas mulai digunakan sejak tahun 1965.
Lautan Luas melanjutkan mengembangkan distribusi dan membuat fasilitas
bersama untuk menemukan syarat pertumbuhan industri bagi industri kimia.
Perusahaan mengembangkan rencana bisnis jangka panjang untuk
memantapkan posisi Lautan Luas dalam memimpin integrasi distributor
9. PT Intanwijaya International Tbk.
Perusahaan secara komersial mulai beroperasi pada tahun 1987 dan
terdaftar di Bursa Efek atau Pasar Modal pada 24 Juli 1990.Cakupan jasa
perusahaan adalah Formaldehyde dan Formaldehyde Resin Industry dengan kapasitas 96.000 ton metrik cairan dan 146.000 ton metrik per tahun ketika
tiga pabrik Formaldehyde mulai beroperasi, juga 7.000 ton metrik per tahun
bubuk dan 6.000 ton metrik produk Hexamine. Diharapkan pada pertengahan tahun 2002 tiga pabrik Formaldehyde akan mulai beroperasi, yang akan membuat perusahaan sebagai kapasitas produksi Formaldehyde
terbesar di Indonesia.
10.PT Lion Metal Works Tbk.
Perusahaan didirikan pada tahun 1972 oleh J.P. Sudarma of
Indonesia, Teoh Chiang Manufacturing Pte. Ltd.of Singapore dan Lion
Enterprise Sdn. Bhd. of Malaysia. Lion Enterprise Sdn.Bhd. dan Lion
Holding Pte. Ltd., yang merupakan pemegang saham mayoritas adalah
anggota Grup Lion. Perusahaan bergerak dalam usaha peralatan kantor yang
berasal dari logam. Produk dipasarkan dengan merk Lion dan sebagian besar
produknya dijual oleh PT Bantrunk Murni Indonesia yang bergabung
dengan perusahaan. Perusahaan mempunyai kantor pusat dan pabrik yang
11.PT Andhi Candra Automotive Product Tbk.
Perusahaan didirikan pada 26 Januari 1976 dengan kegiatan utama
menyaring produk perusahaan manufaktur. Pada tahun 1987, Eddy Hartono,
pendiri Grup ADR mengambil alih kepemilikan saham perusahaan. Sejak
tahun 1988, perusahaan didukung oleh bantuan teknis dari perusahaan
saringan, Tokyo Roki Co. Ltd., Jepang untuk produksi dan distribusi
saringan di Indonesia. Perusahaan secara tetap menawarkan sistem
manajemen kualitas di semua level produksi berdasarkan ISO 9002 dari
KEMA Registration Quality yang diperoleh pada Juni 1999. Pada November 2000 perusahaan berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9002 dan
QS 9000 dari SGS Yarsley International.
12.PT Goodyear Indonesia Tbk.
Perusahaan berdiri pada tahun 1935. Perusahaan awalnya bertindak
sebagai agen penjualan untuk Goodyear Tire and Rubber Company, USA.
Perusahaan sekarang memiliki pabrik di Bogor dengan kapasitas produksi
2,2 juta ban. Produk dipasarkan dengan merk Goodyear. Produk perusahaan
menguasai 44,4% pasar ban konvensional dan 41,2% pasar ban radial di
Indonesia. Perusahaan mengekspor produknya. Sejak tahun 1992, ban
Goodyear sudah menjual 850 Sears Tire dan Auto outlet di USA. Pada tahun
13.PT Tunas Ridean Tbk.
Pada tahun 1974 perusahaan ditunjuk sebagai dealer resmi kendaraan
bermotor untuk Toyota, Daihatsu, BMW, Peugeot dan Renault di Jakarta
dan wilayah sekitarnya, juga kendaraan bermotor Honda dan Daihatsu di
Lampung. Pada tahun 1980, PT Tunas Ridean bertindak sebagai Grup
Holding Company.
14.PT Unilever Indonesia Tbk.
Perusahaan dimiliki oleh Belanda, di bawah nama asli Lever
Zeepfabrieken NV (LZF). Perusahaan mulai beroperasi sejak tahun 1934.
Kantor pusatnya berada di Jakarta, sedangkan pabriknya berada di Cikarang
dan Surabaya. Perusahaan ini sebagai penghasil 19 jenis barang konsumsi
seperti sabun, deterjen, keperluan memasak dan kosmetik.
15.PT Asahimas Flat Glass Tbk.
Perusahaan ini merupakan perusahaan penanaman modal asing
(PMA) yang terbentuk pada tahun 1971 antara perusahaan penghasil kaca
tingkat dunia, Asahi Glass Co. Ltd of Japan dan pimpinan kelompok bisnis
swasta Indonesia yang bergerak dalam produk-produk industri dan barang
konsumsi, PT Rodamas Co. Ltd. Ide untuk menggabungkan keahlian teknik
dan kecanggihan teknologi Asahi Glass dengan penguasaan pasar lokal yang
kuat dari Rodamas merupakan strategi kerjasama yang bagus sehingga PT