• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II CHOIRIL ANAM MATEMATIKA'18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II CHOIRIL ANAM MATEMATIKA'18"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi konseptual

1. Berpikir Kreatif

Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif yaitu suatu

aktivitas mental yang lebih menekankan penalaran untuk memperoleh

pengetahuan, Presseinsen (Hartono, 2009). Ia juga mengemukakan bahwa

proses berpikir terkait dengan jenis perilaku lain dan memerlukan keterlibatan

aktif pemikir. Hal penting dari berpikir di samping pemikiran dapat pula

berupa terbangunnya pengetahuan, penalaran, dan proses yang lebih tinggi

seperti mempertimbangkan. Sedangkan dalam kaitannyadengan berpikir

kreatif didefinisikan dengan cara pandang yang berbeda antara lain.

Jonhson (dalam Siswono, 2004) mengatakan bahwa berpikir kreatif

yang mengisyaratkan ketekunan, disiplin pribadi dan perhatian melibatkan

aktifitas-aktifitas mental seperti mengajukan pertanyaan, mempertimbangkan

informasi-informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya dengan suatu

pikiran terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu

yang serupa, mengaitkan satu dengan yang lainnya dengan bebas, menerapkan

imajinasi pada setiap situasi yang membangkitkan ide baru dan berbeda, dan

memperhatikan intuisi.

Munandar (1999) mengatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut

berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban

(2)

jumlah dan kesesuain. Berpikir kreatif dan kreativitas tidaklah sama walaupun

keduanya berelasi secara konseptual. Sumarmo (2010) menyatakan kreativitas

merupakan konstruk payung sebagai produk kreatif dari individu yang kreatif,

memuat tahapan proses berpikir kreatif dan lingkungan yang kondusif untuk

berlangsungnya berpikir kreatif. Sriraman (Sumarmo, 2009) mendefinisikan

kreativitas matematik sebagai kemampuan pemecahan masalah dan berpikir

matematik secara deduktif dan logika. Musbikin (Sumarmo, 2010)

mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan menyusun ide, mencari

hubungan baru, menciptakan jawaban baru atau tak terduga, merumuskan

konsep yang tidak mudah diingat, menghasilkan jawaban baru dari masalah

asal, dan mengajukan pertanyaan baru.

Munandar (1999) menjelaskan ada 4 aspek yang berbeda dalam

mengkaji kreativitas, yaitu; produk kreatif, proses kreatif, pengembangan alat

ukur kreatif, serta karakteristik personalitas dan motivasi orang kreatif. Selain

itu, beberapa ahli membedakan 4 pendekatan dalam membahas kreativitas,

yaitu produk yang diciptakan, proses penciptaan, orang yang melakukan

penciptaan, dan lingkungan tempat terjadinya penciptaan (Risnanosanti,

2010).

Sedangkan berpikir kreatif melibatkan kognitif dan memuat aspek

kemampuan kognitif, afektif dan metakognitif. Kemampuan berpikir kreatif

diartikan sebagai kemampuan untuk melihat atau melakukan sesuatu dengan

berbagai cara yang menghasilkan sesuatu yang baru dalam konsep,

(3)

Coleman dan Hammen (Sukmadinata, 2004) dijelaskan bahwa berpikir

kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian

(originality), dan ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan

sesuatu (generating). Puccio dan Mudock (Costa, ed, 2001), bahwa dalam

berpikir kreatif memuat aspek ketrampilan kognitif dan metakognitif antara

lain mengidentifikasi masalah, menyusun pertanyaan, mengidentifikasi data

yang relevan dan tidak relevan, produktif, mengahasilkan banyak ide, ide

yang berbeda dan produk atau ide yang baru dan memuat disposisi yaitu

bersikap terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat, bersikap atau

berpandangan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang kompleks,

memanfaatkan cara berpikir orang lain yang kritis, dan sikap sensitif terhadap

perasaan orang lain.

Sabandar (2008), bahwa berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu

kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi

yang sedang dihadapi, bahwa situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya

masalah yang ingin harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas

gagasan yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan apa yang

teridentifikasi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir

kreatif adalah aktivitas mental yang terkait dengan kepekaan terhadap

masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasanya

dengan suatu pikiran terbuka, serta dapat membuat hubungan-hubungan

(4)

Kemampuan kreatif secara umum dipahami sebagai kreativitas.

Seringkali, individu yang dianggap kreatif adalah pemikir sintesis yang

benar-benar baik yang membangun koneksi antara berbagai hal yang tidak disadari

orang–orang lain secara spontan. Suatu sikap kreatif adalah

sekurang-kurangnya sama pentingnya dengan keterampilan berpikir kreatif Schank

(dalam Sternberg, 2007). Berkenaan dengan hal tersebut Sternberg

mengemukakan bahwa dalam hal mengembangkan kemampuan berpikir

kreatif ada beberapa strategi yang digunakan antara lain:

a. Mendefinisikan kembali masalah

b. Mempertanyakan dan menganalisis asumsi-asumsi

c. Menjual ide-ide kreatif

d. Membangkitkan ide-ide

e. Mengenali dua sisi pengetahuan

f. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan

g. Mengambil resiko-resiko dengan bijak

h. Menoleransi ambiguitas (kemenduan)

i. Membangun kecakapan diri

j. Menemukan minat sejati

k. Menunda kepuasan

l. Membuat model kreativitas.

Dari uraian di atas, beberapa strategi untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kreatif antara lain: siswa diperlukan dengan

(5)

mengidentifikasi dan mengatasi masalah, membangun kecakapan diri, minat

belajar matematika dan membuat model kreativitas.

2. Ciri-Ciri Berpikir Kreatif

Ciri-ciri kepribadian kreatif biasanya anak selalu ingin tahu, memilki

minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak

dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri dan memiliki rasa percaya diri.

Mereka lebih berani mengambil resiko (tetapi dengan perhitungan) daripada

anak-anak pada umumnya. Munandar (1999), bahwa peringkat dari 10 orang

ciri-ciri pribadi yang kreatif yang diperoleh dari pakar psikologi (30 orang)

sebagai berikut: imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas,

mandiri dalam berpikir, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri,

bersedia mengambil resiko, berani dalam pendirian dan keyakinan. Bila

dibandingkan dengan peringkat ciri-ciri siswa yang paling diinginkan oleh

guru sekolah dasar dan sekolah menengah (102 orang) yakni: (1) penuh

energi, (2) mempunyai prakarsa, (3) percaya diri, (4) sopan, (5) rajin, (6)

melaksanakn pekerajaan pada waktunya, (7) sehat, (8) berani dalam

berpendapat, (9) mempunyai ingatan baik, (10) ulet. Dari ciri-ciri ini tidak

tampak banyak kesamaan antara ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut pakar

psikologi dengan ciri-ciri yang diinginkan oleh guru pada siswa.

Selanjutnya Munandar (dalam Mulyana & Sabandar, 2005)

mengatakan bahwa ciri-ciri kemampuan yang berpikir kreatif yang berhungan

(6)

berpikir luwes, ketrampilam berpikir orisinal, ketrampilan elaborasi, dan

ketrampilan menilai.

a. Ciri-ciri ketrampilan kelancaran

 Mencetuskan banyak gagasan dalam pemecahan masalah

 Memberikan banyak jawaban dalam menjawab suatu pertanyaan

 Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

 Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anak-anak

lain.

b. Ciri-ciri ketrampilan berpikir luwes (fleksibel)

 Menghasilkan gagasan penyelesaian masalah atau jawaban suatu

pertanyaan bervariasi.

 Dapat melihat suatu msalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

 Menyajikan suatu konsep dengan cara yang berbeda-beda.

c. Ciri-ciri ketrampilan keaslian (orisinsl)

 Memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah atau

jawaban yang lain dari yang sudah biasa dalam menjawab suatu

pertanyaan.

 Membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian

atau unsur-unsur.

d. Ciri-ciri ketrampilan Memperinci (elaborasi)

 Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.

 Menambahkan atau memperici suatu gagasan sehingga meningkatkan

(7)

e. Ciri-ciri ketrampilan Menilai (mengevaluasi):

 Dapat menemukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu

rencana penyelesaian masalah.

 Dapat mencetuskan gagasan penyelesaian suatu masalah dan dapat

melaksanakannya dengan benar.

 Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai

suatu keputusan.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam upaya untuk

meningkatkan kreativitas siswa perlu dilakukan beberapa hal antara lain: (1)

mendorong siswa menjadi kreatif dalam pemecahan masalah, (2) mengajari

siswa dengan beberapa metode untuk kreatif dalam pemecahan masalah, dan

(3) menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa. Dengan demikian

kreativitas siswa dapat ditumbuh kembangkan dalam berbagai cara dalam

pemecahan masalah, dan peranan guru hanya memberikan dorongan, motivasi

dan memfasilitasi siswa dalam usaha peningkatan kemampuan berpikir kreatif

khususnya dalam pembelajaran matematika. Siswa juga dapat menumbuhkan

kepercayaan dirinya, kemandirian dalam belajar, berimajinasi, berani

mengambil resiko dalam menghadapi berbagai tantangan, serta bekerja keras

dalam mengatasi berbagai permasalah yang dihadapinya.

Menurut Torrance (Filsaime, 2007) bahwa ada empat karakteristik

berpikir kreatif, sebagai sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur

orisinalitas, kelancaran, fleksibilitas dan elaborasi. Keempat dari karakteristik

(8)

1) Orisinalitas

Kategori orisinalitas mengacu pada keunikan dari respon apapun yang

diberikan. Orisinalitas yang ditunjukkan oleh sebuah respon yang tidak biasa,

unik dan jarang terjadi. Berpikir tentang masa depan bisa juga memberikan

stimulasi ide-ide orisinal. Jenis pertanyaan- pertanyaan yang digunakan untuk

menguji kemampuan ini adalah tuntutan penggunaan-penggunaan yang

menarik dari objek-objek umum. Misalnya: (1) desainlah sebuah computer

impian masa depan. (2) pikirkan berapa banyaknya benda yang anda gunakan

kabel untuknya.

2) Elaborasi

Elaborasi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan sebuah

obyek tertentu. Elaborasi adalah jembatan yang harus dilewati oleh seseorang

untuk mengkomunikasikan ide“ kreatif”-nya kepada masyarakat. Faktor

inilah yang menentukan nilai dari ide apapun yang diberikan kepada orang

lain di luar dirinya. Elaborasi ditunjukkan oleh sejumlah tambahan dan detail

yang bisa dibuat untuk stimulus sederhana untuk membuatnya lebih

kompleks. Tambahan-tambahan tersebut bisa dalam bentuk dekorasi, warna,

bayangan atau desain. Contoh berpikir kreatif elaborasi matematik. Pada

suatu hari Pak Dodi pergi ke pasar untuk membeli dua jenis semen di sebuah

tokoh dengan harga Rp 440.000,- lengkapilah data tersebut sehingga tersusun

suatu masalah sistem persamaan linear dua variabel!. Kemudian selesaikan

masalah tadi. Contoh ini memberikan indikator bahwa siswa dapat

(9)

3) Kelancaran (fluency)

Kelancaran diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan

segudang ide (Gilford, dalam Filsaime, 2007)). Ini merupakan salah satu

indikator yang paling kuat dari berpikir kreatif, karena semakin banyak ide,

maka semakin besar kemungkinan yang ada untuk memperoleh sebuah ide

yang signifikan.

4) Keluwesan (Fleksibilitas)

Karakteristik ini menggambarkan kemampuan seseorang individu

untuk mengubah perangkat mentalnya ketika keadaan memerlukan untuk itu,

atau kecenderungan untuk memandang sebuah masalah secara instan dari

berbagai perspektif. Fleksibilitas adalah kemampuan untuk mengatasi

rintangan-rintangan mental, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah.

Tidak terjebak dengan mengasumsikan aturan-aturan atau kondisi-kondisi

yang tidak bisa diterapkan pada sebuah masalah.

Keempat karakteristik berpikir kreatif di atas memberikan suatu

pandangan tentang proses kreatif, yang akan membantu individu untuk

menciptakan ide-ide kreatif dan menyelesaikan masalah-masalah tertentu

didalam proses hidup.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keempat karakteristik

berpikir kreatif yakni kelancaran, fleksibilitas, keaslian dan elaborasi akan

memberikan suatu pandangan tentang proses kreatif, yang akan membantu

individu untuk menciptakan ide-ide kreatif dalam menyelesaikan masalah

(10)

untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif seseorang dalam menyelesaikan

masalah tertentu, misalnya dalam bidang matematika.

Kemampuan-kemampuan ini merepresentasikan proses menjadi sensitif pada

pemahaman-pemahaman seseorang, dan merupakan ciri-ciri utama berpikir kreatif yang

telah berkembang. Selain itu kelancaran, fleksibilitas, keaslian dan elaborasi

merupakan suatu sensor-sensor mental manusia.

Selanjutnya menurut Sumarmo (2010), mengemukakan bahwa ada

lima inti berpikir kreatif antara lain: (1) Self-efficacy yaitu kemampuan dan

kemandirian dalam mengontrol diri; berani menghadapi masalah; optimis,

percaya diri, masalah sebagai tantangan dan peluang. (2) Luwes (Flexibility)

yaituberempati, menghargai, menerima pendapat yang berbeda, bersikap

terbuka, mantap/ toleran menghadapi ketidakpastian, memiliki rasa humor.

(3)Kemahiran/ kepakaran yaitu bekerja secara eksak, teliti, tepat, dan tuntas,

punya visi dan tujuan yang jelas, selalu melakukan pengujian terhadap

kegiatan yang dilakukan. (4) Kesadaran yaitu melakukan kegiatan secara

sadar, berfikir metakognisi, memberikan alasan rasional terhadap kegiatan

yang dilakukannya. (5) Rasa Ketergantungan yaitu saling memberi dan

menerima, menunjukkan keterkaitan, konflik sebagai sesuatu yang berguna.

3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Berpikir kreatif dalam matematika dapat dipandang sebagai orientasi

atau disposisi tentang instruksi matematika, termasuk tugas penemuan dan

pemecahan masalah. Aktivitas tersebut dapat membawa siswa

(11)

aktivitas tersebut dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam hal yang berkaitan dengan dimensi kreativitas.

Krutetskii (Hartono, 2009) menyatakan bahwa kreativitas identik dengan

keberbakatan matematika. Ia mengatakan lebih lanjut bahwa kreativitas

dalam pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan dalam

merumuskan masalah matematika secara bebas, bersifat penemuan, dan baru.

ide-ide ini sejalan dengan ide-ide seperti fleksibilitas dan kelancaran dalam

membuat asosiasi baru dan menghasilkan jawaban divergen yang berkaitan

dengan kreativitas secara umum.

Silver (1997) mengemukakan bahwa aktivitas matematika seprti

pemecahan masalah dan pengajuan masalah berhubungan erat dengan

kreativitas yang meliputi kefasihan, keluwesan, dan hal-hal baru.

Heylock (dalam Hartono (2009) bahwa kemampuan berpikir kreatif

matematik dapat menggunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah

dengan memperhatikan jawaban siswa dalam memecahkan masalah yang

proses kognitifnya dianggap sebagai proses berpikir kreatif. Pendekatan

kedua adalah menentukan kriteria bagi sebuah produk yang diindikasikan

sebagai hasil dari berpikir kreatif atau produk-produk divergen.

Selanjutnya Haylock dalam Hartono (2009) mencatat bahwa banyak

usaha untuk menggambarkan kreatif matematik. Pertama memperhatikan

kemampuan untuk melihat hubungan baru antara teknik-teknik dan

bidang-bidang dari aplikasi dan untuk membuat asosiasi-asosiasi antara yang tidak

(12)

Tall (1991: 46) mengatakan bahwa berpikir kreatif matematik adalah

kemampuan untuk memecahkan masalah dan/ atau perkembangan berpikir

pada struktur-struktur dengan memperhatikan aturan penalaran deduktif, dan

hubungan dari konep-konsep dihasilkan untuk mengintegrasikan pokok

penting dalam matematika.

Krutetskii adalah seorang psikologi Rusia yang menandai kreativitas

matematika dalam konteks masalah formal, penemuan, kebebasan, dan

keaslian, Haylock; et all (dalam Mann, 2005), telah menerapkan

konsep-konsep dari kelancaran, fleksibilitas, dan keaslian untuk konsep-konsep kreativitas

dalam matematik. Sebagai kelengkapan terhadap konsep-konsep ini, Holland

(Imai, 2000; Mann, 2005) menambahkan bahwa pengembangan atau

meningkatan metode-metode) dan kepekaan membangun metode-metode

standar. Sedangkan Singh (Mann, 2005), bahwa kreativitas

matematikadigambarkan seperti “proses dari perumusan hipotesis mengenai

penyebab dan mempengaruhi dalam situasi matematika, menguji hipotesis

dan membuat modifikasi-modifikasi dan mengkomunikasikan hasil

akhirnya”.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematik sebagai

kemampuan menemukan dan menyelesaikan masalah matematika yang

meliputi komponen-komponen: kelancaran, fleksibilitas, elaborasi dan

(13)

siswa dalam suatu masalah dan pemecahannya digunakan peneliti untuk

mengidentifikasi siswa yang berkemampuan berpikir kreatif.

Adapun indikator kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

NO Berpikir Kreatif Respon siswa

1 Fluency (kelancaran) Siswa dapat memahami masalah

dan Menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu jawaban

2 Fleksibility (keluwesan) Siswa dapat memecahkan masalah

dalam satu atau dua metode, Siswa mendiskusikan berbagai metode penyelesaian

3 Originality (keaslian) Siswa mampu penyelesaian atau

menjawab dengan idenya sendiri atau cara alternative yang jarang digunakan pada umumnya.

Pada bagian berikut diberikan sebuah contoh soal matematika yang

terkait dengan kemampuan berpikir kreatif siswa yang diadaptasi dari Krulik

dan Rudnick (Sabandar, 2008) sebagai berikut:

D

a

d

ari soal di tersebut dapat dikembangkan beberapa hal yang terkait berpikir

kreatif siswa seperti: Apa yang kamu lakukan? Termasuk suatu pertanyaan

yang menstimulasi berpikir kreatif. Karena disini aspek tantangannya kuat

Andi dan Lian diberikan tugas dari guru untuk membaca buku Andi

membaca 10 halaman dalam satu jam, dan Lian dapat membaca 12 halaman

dalam satu jam. Jika mereka membaca berhenti, dan Andi mulai membaca

pada jam 13.00, sedangkan Lian mulai jam 12.00. Pada jam berapa mereka

(14)

sekali. Siswa diminta untuk membuat suatu keputusan yang didasarkan pada

ide individu ataupun pada pengalaman individu.

B. Penelitian Relevan

Hasil penelitian Nastiti (2015) yang menyimpulkan bahwa hasil

penelitiannya yaitu terdapat penjenjangan kelompok dalam kemampuan berpikir

kreatif matematis, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah. Siswa dengan

kelompok sedang mampu menguasai maksimal 3 indikator yaitu lancar, orisinil,

dan terperinci. Siswa dengan kelompok tinggi memiliki kemampuan berpikir

terperinci yang lebih baik dari pada kelompok sedang, selanjutnya siswa dengan

kelompok rendah hanya mampu menguasai dua indikator yaitu orisinil dan

terperinci.

Selanjutnya, hasil penelitian Nurmasari, N.dkk (2014) yang

menyimpulkan bahwa hasil analisisnya mengenai kemampuan berpikir kreatif

dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi peluang bahwa siswa

laki-laki mampu memenuhi indikator kelancaran, keluwesan, keaslian dan

menilai. Siswa laki-laki kurang menguasai satu indikator berpikir kreatif yang

indikator penguraian. Sedangkan siswa perempuan hanya memenuhi tiga

indikator berpikir kreatif yaitu kelancaran, keluwesan, dan keaslian. Siswa

perempuan tidak memenuhi dua indikator berpikir kreatif yaitu indikator

penguraian dan menilai.Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama

meneliti tengtang berpikir kreatif matematis siswa.Sedangkan perbedaannya

(15)

peneliti hanya mendeskripsikan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

kelas VIIIA SMP Gunung jati kembaran.

C. Kerangka Berpikir

Evans (dalam Siswono, 2008) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah

suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan yang terus menerus,

sehingga ditemukan kondisi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah.

Dalam pengertian ini ditekan tentang bagaimana suatu kondisi yang dianggap

benar ditemukan dengan menghubungkan informasi yang diterima menggunakan

pengetahuan yang dimiliki. Karena dalam proses ini bertujuan untuk menemukan

yang dianggap benar yang belum diketahui sebelumnya, maka dapat dikatakan

bahwa kegiatan mental ini bertujuan menemukan sesuatu yang baru.

Sedangkangkan menurut Siswono (2008) berpikir kreatif merupakan

suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan

imajinasi, mengungkapkan (to reveal) kemungkinan-kemungkinan baru,

membuka selubung (unveil) ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang

tidak diharapkan. Dalam berpikir kreatif, seseorang cenderung mempunyai

gagasan-gagasan baru tentang sebuah hal. Gagasan-gagasan tersebut dituangkan

dalam ide-ide kreatif untuk menyelesaikan sebuah hal (masalah).

Dalam pengertian ini, intuisi diartikan sebagai pemikiran akal sehat

dalam suatu pemecahan masalah tanpa melalui langkah-langkah analisis. Jadi

siswa mencari pemecahan masalah tanpa mengetahui apakah formula yang

digunakan benar atau salah. Menggerakkan imajinasi yang dimaksud dalam

(16)

menciptakan gambaran-gambaran berdasarkan kenyataan atau pengalaman diri.

Imajinasi berkaitan dengan keinginan yang sangat kuat. Dengan pemikiran tajam,

imajinasi dapat membantu siswa untuk berpikir jauh ke depan sehingga mampu

menciptakan ide-ide baru dalam pemecahan masalah dan dapat mengungkapkan

kemungkinan-kemungkinan baru yang belum pernah terwujud. Jadi, berpikir

kreatif merupakan proses pemecahan masalah dengan pemikiran yang tajam

tanpa melalui langkah-langkah analisis yang mendorong kekuatan imajinasi

untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru sehingga mampu

menciptakan hal-hal atau ide-ide baru yang belum pernah terwujud.

Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009) tiga kondisi dari pribadi kreatif

adalah: 1) Keterbukaan terhadap pengalaman. 2) Kemampuan untuk menilai

situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (Internal locus of evaluation). 3)

Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep.

Uraian diatas dapat juga diartikan bahwa pada pribadi kreatif seseorang,

jika sudah memiliki kondisi pribadi dan lingkungan yang menunjang atau

lingkungan yang memberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif maka

diprediksikan akan muncul kreativitas. Seseorang yang memiliki kreativitas

selain dia sebagai pemikir yang konvergen atau intelegensi (memperoleh

pengetahuan dan pengembangan keterampilan) juga sebagai pemikir divergen

yang mampu menggabungkan unsur-unsur dengan cara yang tidak terduga.

Untuk menilai kemampuan berpikir kreatif menggunakan acuan yang

(17)

kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek – aspek

sebagai berikut:

a. Berpikir lancar (Fluent thinking) atau kelancaran yang menyebabkan

seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian

masalah atau pertanyaan.

b. Berpikir luwes (Flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan

seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang

bervariasi.

c. Berpikir Orisinil (Original thinking) yang menyebabkan seseorang mampu

melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik dari pemikirannya

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, penelitian ini dilakukan guna mencari tahu risiko tinggi terjadinya OSA berdasarkan IMT, lingkar leher dan usia pada sopir angkutan umum.. Metode : Penelitian

Dari tabel IV.13 tampak bahwa bunga dan nilai tukar rupiah memiliki korelasi yang kuat dengan arah negative terhadap indeks harga saham gabungan. Hal ini menunjukkan

[r]

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah unutuk mengetahui seperti apakah pesan-pesan sufistik yang terkandung dalam Gulistan karya Syaikh Muslihuddin Sa’di Shirazi,

Simpulan pada penelitian ini adalah Tim Surabaya Bhayangkara Samator selama pertandingan final Proliga 2019 mrlakukan serve sebanyak 97 kali, dan hasil yang sering

Enceng gondok mampu memberikan kontribusi yang tinggi untuk menurunkan konsentrasi kontaminan, karena akar tanaman pada eceng gondok lebih banyak dan panjang pula

Berdasarkan berbagai kerangka landasan hukum, pemikiran dan tantangan, fenomena yang akan dihadapi di masa mendatang, serta visi LPPM Unisri untuk menjadi lembaga

Kemajuan teknologi selain memberikan dampak positif dalam mempermudah pekerjaan manusia, juga memiliki sisi negatif yang perlu diperhatikan, termasuk dalam bermedia