• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI A. Produktivitas a. Pengertian Produktivitas - PRODUKTIVITAS KERJA DITINJAU DARI FAKTOR DEMOGRAFIS (USIA, JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA) PADA KARYAWAN TETAP DI KANTOR PUSAT PDAM TIRTA SATRIAPURWOKERTO, KABUPATEN BAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI A. Produktivitas a. Pengertian Produktivitas - PRODUKTIVITAS KERJA DITINJAU DARI FAKTOR DEMOGRAFIS (USIA, JENIS KELAMIN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA) PADA KARYAWAN TETAP DI KANTOR PUSAT PDAM TIRTA SATRIAPURWOKERTO, KABUPATEN BAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Produktivitas

a. Pengertian Produktivitas

Produktivitas kerja karyawan bagi suatu perusahaan sangatlah

penting sebagai alat pengukur keberhasilan dalam menjalankan usaha.

Karena semakin tinggi produktivitas kerja karyawan dalam perusahaan,

berarti laba perusahaan dan produktivitas akan meningkat.

Menurut Anoraga (2009) produktivitas adalah menghasilkan lebih

banyak, berkualitas lebih baik, dengan usaha yang sama. Dengan demikian

produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari

sumber daya yang dipergunakan. Sedangkan menurut Munandar (2001)

produktivitas kerja adalah keluaran dibagi masukan.

Menurut Hasibuan (2003) produktivitas adalah perbandingan

antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas naik ini

hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan,

tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan

keterampilan dari tenaga kerjanya.

Menurut Sinungan (1997) produktivitas kerja adalah jumlah output

yang dihasilkan seseorang secara utuh dalam satuan waktu kerja yang

dilakukan meliputi kegiatan yang efektif dalam mencapai hasil atau

prestasi kerja yang bersumber dari input dan menggunakan bahan secara

(2)

Menurut Mathis dalam (Butar, 2015) mendefinisikan produktivitas

kerja merupakan pengukuran dan kuantitas dari pekerjaan dengan

mempertimbangkan dari seluruh biaya dan hal yang terkait dan yang

diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

Nawawi (1990) menyatakan bahwa pengertian produktivitas adalah

perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh (output) dengan jumlah

sumber kerja yang digunakan (input). Sedangkan menurut Rivanto (1987)

produktivitas kerja adalah sebuah konsep yang menggambarkan kaitan

antara hasil atau keluaran yang dicapai dengan sumber atau masukan yang

dipakai untuk menghasilkan keluaran itu.

Menurut Ravianto (Wardani, 2008) Produktivitas kerja merupakan

hasil yang berkesinambungan antara individu tenaga kerja dengan

lingkungan di luar pekerjaan, termasuk lingkungan fisik, lingkungan sosial

budaya dan lingkungan psikologi.

Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil

yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan

(input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi.

Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian

unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan

dengan kualitas, kuantitas, dan waktu. Yang kedua yaitu, efisiensi yang

berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi

penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Ashar,

(3)

Mathis dan Jackson (2001) produktivitas adalah ukuran dari

kuantitas dan kualitas dari pekerja yang telah dikerjakan dengan

mempertimbangkan biaya sumber daya yang digunakan untuk

mengerjakan pekerjaan tersebut. Ini juga berguna dalam melihat

produktivitas sebagai rasio antara input dan output.

Menurut Robbins (Droussiotis, 2004) Produktivitas adalah ukuran

kinerja termasuk efektivitas dan efisiensi. Efektivitas mengacu pada

kemampuan untuk mencapai tujuan, sedangkan efisiensi mengacu pada

kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuan ini menggunakan sumber daya

minimum dan mendapatkan output maksimum. Produktivitas dapat

dipelajari untuk organisasi secara keseluruhan, kelompok atau individu

pekerja.

Menurut Sedarmayanti (Almigo, 2004) menyebutkan produktivitas

kerja menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari

efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi

salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas

dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada

hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan

dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada

kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai

produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.

Menurut Nasution (2016) Produktivitas adalah sebuah konsep yang

(4)

diproduksi) dengan sumber (yang jumlah tenaga kerja, modal, tanah,

energi, dll) yang digunakan untuk menghasilkan hasil.

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas

kerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang dicapai (output)

dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input) dari tenaga

kerja.

b. Aspek-aspek Produktivitas Kerja

Menurut Siagian (2008) aspek-aspek produktivitas kerja antara lain yaitu :

a. Perbaikan terus-menerus

Salah satu implikasinya adalah bahwa seluruh komponen

organisasi harus melakukan perbaikan secara terus menerus. Hal

tersebut dikarenakan suatu pekerjaan seluruh dihadapkan pada tuntutan

yang terus-menerus berubah seiring dengan perkembangan zaman.

b. Tugas pekerjaan yang menantang

Dalam jenis pekerjaan apapun akan selalu terdapat pekerjan

yang menganut prinsip minimalis, yang berarti sudah puas jika

melaksanakan tugasnya dengan hasil yang sekedar memenuhi standar

minimal. Akan tetapi tidak sedikit orang justu menginginkan tugas

yang penuh tantangan.

c. Kondisi fisik tempat bekerja

Telah umum dikatakan baik oleh pakar maupun praktisi

manajemen bahwa kondisi fisik tempat bekerja yang menyenangkan

diperlukan dan memberikan konstribusi nyata dalam meningkatkan

(5)

Sedangkan menurut Wignjosubroto (Kusuma, 2012) aspek-aspek

produktivitas teridiri dari :

a. Motivasi kerja

Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi maka produktivitas

akan mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena danya dorongan

untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih baik.

b. Efisiensi dan efektivitas kerja

Efisiensi dan efektivitas kerja adalah modal menunjang

produktivitas. Sebab dengan adanya efisiensi dan efektivitas dalam

bekerja akan menimbulkan produktivitas yang tinggi.

c. Kemampuan kerja

Kemampuan kerja seseorang karyawan sangat menentukan

hasil produksi. Apalagi kemampuan karyawan tinggi maka akan

menghasilkan produk yang tinggi, sebaliknya kemampuan karyawan

rendah maka akan menghasilkan produk yang rendah.

d. Pengalaman dan pengetahuan

Pengalaman dan pengetahuan seseorang karyawan sangat

berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan akan tetapi akan lebih

tinggi apabila seseorang karyawan mempunyai kemampuan dan

pengetahuan yang tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek produktivitas terdiri dari

perbaikan terus menerus, tugas pekerjaan yang menantang, kondisi fisik

tempat bekerja, motivasi kerja, efisiensi dan efektivitas kerja, kemampuan

(6)

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan

yang dikemukakan oleh Sedarmayanti (Dunggio, 2013) diantaranya

adalah:

a. Sikap mental, berupa :

1. Motivasi kerja

2. Disiplin kerja

3. Etika kerja

b. Pendidikan dan pelatihan

Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi

akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan

arti pentingnya produktivitas. Pendidikan disini dapat berarti

pendidikan formal maupun non formal.

c. Keterampilan

Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka

akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan

baik. Pegawai akan lebih terampil apabila mempunyai kecakapan

(ability) dan pengalaman (experience) yang cukup.

d. Manajemen

Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan sistem

yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola atau memimpin serta

(7)

e. Hubungan industrial

Dengan menciptakan hubungan kerja yang serasi dan dinamis

antara pimpinan dan bawahan dalam organisasi akan menciptkan

ketenagan kerja sehingga dapat memberikan motivasi secara produktif,

serta dapat menumbuhkan partisipasi aktif dalam usaha meningkatkan

produktivitas.

f. Tingkat penghasilan

Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat

menimbulkan konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas.

g. Gizi dan Kesehatan

Apabila pegawai dapat dipenuhi gizi dan berbadan sehat, maka

akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat kerja yang

tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.

h. Jaminan sosial

Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepada

pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan

semangat kerja.

i. Lingkungan dan iklim kerja

Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong

pegawai agar senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab

untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah

(8)

j. Sarana produksi

Mutu sarana produksi berpengaruh terhadap peningkatan

produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik,

kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.

k. Kesempatan berprestasi

Apabila terbuka kesempatan untuk berprestasi, maka akan

menimbulkan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta

pemanfaatan potensi yang dimilikin untuk meningkatkan produktivitas

kerja.

Anoraga (2004) memberi penjelasan bahwa, faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan adalah :

a. Motivasi, merupakan kesediaan dan kesungguhan karyawan untuk

bergerak mencapai tujuan perusahaan yang bangkit dari dalam diri

sendiri maupun lingkungan.

b. Pendidikan, pada umumnya seseorang yang mempunyai pendidikan

yang lebih tinggi akan mempunyai produktivitas yang lebih baik.

Dengan demikian, pendidikan ternyata merupakan syarat yang penting

dalam meningkatkan produktivitas kerja.

c. Keterampilan, keterampilan banyak pengaruhnya terhadap

produktivitas kerja karyawan. eterampilan karyawan dapat

ditingkatkan melalui training, kursus-kursus, dan lain-lain.

d. Sikap etika kerja, sikap seseorang atau kelompok dalam membina

hubungan yang serasi, selaras dan seimbang dalam kelompok tersebut

(9)

e. Tingkat penghasilan, penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi

kerja karyawan karena semakin besar prestasi kerja karyawan semakin

tinggi upahnya.

f. Teknologi, dengan adanya kemajuan teknologi meliputi peralatan yang

semakin otomatis dan canggih, dimana bisa mendukung tingkat

produksi dan mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.

Berbagai uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

produktivitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pendidikan,

motivasi, disiplin kerja, keterampilan, sikap dan etika kerja, gizi dan

kesehatan, tingkat penghasilan, lingkungan kerja dan iklim kerja,

teknologi, sarana produksi.

d. Indikator Produktivitas Kerja

Menurut Ranftl (Salinding, 2011) karakteristik kunci profil

karyawan yang produktif. Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Lebih dari sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan.

b. Bermotivasi tinggi.

c. Mempunyai orientasi pekerjaan.

d. Dewasa.

e. Dapat bergaul dengan efektif.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa karyawan yang produktif

memiliki karakteristik yaitu lebih dari sekedar memenuhi kualifikasi

pekerjaan, bermotivasi tinggi, mempunyai orientasi pekerjaan, dewasa,

(10)

B. Karyawan Tetap

Faisal (Putra, Hamid, Rahana 2015) pegawai tetap adalah pegawai

yang menerima atau memperoleh imbalan dalam jumlah tertentu secara

teratur (berkala). Termasuk kedalam pegawai tetap adalah pegawai swasta,

pegawai negeri dan penerima pensiun. Imbalan pegawai tetap bisa berupa

gaji, beragam tunjangan, penghasilan tidak teratu seperti bonus, honorarium

jasa produksi, gratifikasi dan lain sebagainya.

Menurut Lestari (Purwanto, 2010) Karyawan tetap adalah karyawan

yang telah resmi menjadi karyawan perusahaan dan jika dapat menunjukkan

prestasi kerjanya dengan baik maka kenaikan pangkat dan memperoleh

kenaikan jenjang karir yang lebih tinggi dari sebelumnya adalah jaminan dari

rantai sistem jabatan yang berlaku untuk karyawan tetap.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa karyawan tetap adalah karyawan

yang telah sah menjadi karyawan dalam suatu perusahaan dan mendapatkan

penghasilan per bulan.

C. Demografis

a. Pengertian Faktor Demografis

Faktor demografi merupakan faktor yang terkait karakteristik

terpilih yang dipertajam perbedaannya menjadi usia, jenis kelamin, status

perkawinan, tingkat pendidikan, kelompok etnis, dan lainnya yang

dinyatakan sebagai komponen dari perubahan populasi sosial (Graziella

dalam Ekawatie, 2014). Faktor demografi berhubungan dengan masa

(11)

b. Usia

Menurut Chaniago (2002) usia adalah lamanya waktu hidup yaitu

terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang. Penentuan usia dilakukan

dengan menggunakan hitungan tahun. Menurut Simanjuntak dalam

Kumbadewi, dkk (2016) menyatakan bahwa apabila usia pekerja beranjak

naik maka tingkat produktivitas dari pegawai tersebut akan meningkat

karena pekerja tersebut berada dalam posisi usia produktif dan apabila usia

pekerja menjelang tua maka tingkat produktivitas kerja pun akan semakin

menurun karena keterbatasan faktor fisikdan kesehatan yang

mempengaruhi.

Pembagian umur menurut Hurlock, (1980) yaitu :

a. Dewasa dini : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun.

Puncak efisiensi fisik dicapai pada usia pertengahan 20, lalu

mengalami penurunan lambat laun hingga awal usia 40 tahun.

Kemampuan motorik, orang muda mencapai puncak kekuatannya

antara usia 20 dan 30 tahun. Kecepatan respons maksimal terdapat

antara usia 20 dan 25 tahun dan sesudah itu kemampuan ini sedikit

menurun.

b. Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60 tahun

Usia madya dipandang sebagai masa usia antara 40-60 tahu.

Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh adanya

perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi

(12)

ingat. Selama usia madya lanjut, peubahan fisik dan psikologis yang

pertama kali mulai selama 40-an awal menjadi lebih kelihatan.

c. Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian

Orang dalam usia 60-an biasanya digolongkan sebagai usia tua,

yang berarti antara sedikit lebih tua atau setelah usia madya dan usia

lanjut setelah mereka mencapai usia 70, yang menurut standar

beberapa kamus berarti makin lanjut usia seseorang dalam periode

hidupnya dan telah kehilangan kejayaan masa mudanya.

Usia lanjut merupakan periode kemunduran dimana fisik dan

mental mengalami penurunan secara perlahan. Seseorang menjadi tua

pada usia 50 atau 60 tahun. Pemunduran datang dari faktor fisik dan

sebagian dari faktor psikologis. Penyebab fisik kemunduran ini

merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit

khusus tapi karena proses menua. Kemunduran dapat juga dari faktor

psikologis seperti sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain,

pekerjaan, dan kehidupan pada umurnya dapat menuju ke keadaan

uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak.

Menurut Moekijad dalam Padepotan (2013) bahwa golongan

pelopor usia antara 25-40 tahun memiliki ciri berpikiran maju, pandai

pengetahuan luas, usaha rata-rata maju, penghasilan tinggi kaya dan

memiliki produktivitas yang tinggi. Sifat istimewanya adalah selalu ingin

tahu saja dan aktif mencari keterangan kemana-mana. Sedangkan

golongan pekerja yang umurnya sudah agak tua 45 tahun keatas dan 50

(13)

golongan penerimaan akhir dan golongan penolak. Golongan penerima

akhir cirinya keadaannya kurang mampu, sifatnya kurang giat untuk

hal-hal baru. Sedangkan golongan penolak cirinya antara lain pendidikan

kurang, keadilan sosial, ekonominya kurang baik.

c. Jenis Kelamin

a) Pengertian Jenis Kelamin

Sunarto (2000) Jenis kelamin sebagai istilah yang mengacu

pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki.Perbedaan ini

terletak antara tubuh laki-laki dan perempuan. Proses ini biasanya

terjadi secara otomatis, tanpa banyak pemikiran mendalam. Jenis

kelamin dapat dikenali dari karakteristik fisik seperti rambut di wajah,

dada atau gaya busana. Orang biasanya menampilkan jenis kelaminnya

sebagai bagian utama dari presentasi dierinya. Jenis kelamin menurut

FAO (Dewi, 2012) jenis kelamin adalah karakteristik seksual laki-laki

dan perempuan yang terbentuk dalam masyarakat.Faqih (Akmal, 2013)

mendefinisikan jenis kelamin sebagai pensifatan manusia yang

didasari atas perbedaan biologis.

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah prinsip

universal dalam kehidupan, yaitu :

b) Ciri-ciri Laki-laki dan Perempuan

Hurlock (1993) mengemukakan beberapa ciri yang mendasar

pada laki-laki dan perempuan, yaitu :

a. Ciri-ciri perempuan adalah peka, lembut, cerewet, emosional,

(14)

tersinggung, teliti, suka membicarakan orang lain, rajin, tekun,

cengeng, jujur, meterialistik, setia, tertutup dan penuh pengertian.

b. Ciri-ciri laki-laki adalah melindungi, rasional, berani agresif, tegas,

kasar, terbuka, ingin menguasai, kuat, maskulin, ingin menjadi

pemimpin, sportif, mudah tertarik pada lawan jenis, pendiam, aktif,

solider, pantang putus asa, keras kepala dan pemarah.

c) Perbedaan laki-laki dan Perempuan

Sunarto (2000) menjelaskan tentang perbedaan dari laki-laki

dan perempuan yaitu :

a. Perbedaan secara biologis

Secara biologis, pada dasarnya wujud laki-laki dan

perempuan berbeda secara fisik.Pada umumnya laki-laki berbadan

kekar dan lebih berbobot disbandingkan dengan perempuan yang

umumnya lebih pendek, lebih kecil dan kurang berotot.Fisik

perempuan berbeda dengan laki-laki, suara perempuan lebih halus,

perempuan melahirkan sedangkan laki-laki tidak.

b. Perempuan dan laki-laki mempunyai perbedaan secara psikologis

dimana laki-laki cenderung lebih rasional, lebih aktif dan agresif

sedangkan perempuan sebaliknya lebih emosional dan lebih pasif.

Stereotype perempuan adalah ekspresif, artinya perhatian

perempuan lebih tertuju pada perasaan dan hubungan interpersonal.

Seteotipe laki adalah instrumen, artinya bahwa perhatian

laki-laki lebih tertuju pada pemecahan masalah.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki

perbedaan dari segi biologis dan dari segi psikologis dan ciri-ciri khusus

(15)

d. Pendidikan

a) Pengertian Pendidikan

Ahmadi (2001) menjelaskan bahwa secara etimologi

pendidikan disebut paedagogie yang berasal dari bahasa Yunan, terdiri

dari kata pais artinya anak dan agai diterjemahkan membimbing, jadi

paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.

Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 2010) mendefinisiiakn

pendidikan sebagai usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk

dengan pengaruhnya meningkatkan di anak ke kedewasaan yang selalu

diartikan mampu mimbulkan tanggung jawab moril dari segala

perbuatannya.

Menurut Ahmadi (2001) secara definitif pendidikan

(Padagogie) diartikan oleh apara tokoh pendidikan, sebagai berikut :

a. John Dewey

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakaan

fondamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan

sesama manusia.

b. Langveld

Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha

membimbingnya supaya menjadi dewasa. Usaha membimbing

adalah usaha yang didasari dan dilaksanakan dengan sengaja antara

(16)

c. Hoogeveld

Mendidik adalag membantu anak supaya ia cukup cakap

menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.

d. SA. Bratanata dkk

Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik langsung

maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak

dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.

e. Rousseau

Pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada

masa anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu

dewasa.

f. Ki Hajar Dewantara

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada

anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapat menacapai keselamatan dan kebahagiaan yang

setinggi-tingginya.

g. GBHN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung

seumur hidup.

b) Jenis-jenis Pendidikan

Menurut UU SIDIKNAS No. 2 tahun 2003, indikator tingkat

(17)

Jenis pendidikan mencangkup pendidikan umum, keujuruan,

akademik, profesi, keagamaan dan khusus. Jalur, jenjang dan jenis

pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau

masyarakat (Anonim dalam Perwira, 2011).

Ahmadi (2001) menjelaskan bahwa pendidikan itu ada berbagai

jenis yang dapat dibeda-bedakan atau digolongkan, yaitu :

a. Menurut tingkat dan sistem persekolahan

Setiap negara mempunyai sistem persekolahan yang berbeda-beda,

baik mengenai tingkat mapupun jenis sekolah. Di Indonesia jenis

dan tingkat persekolahan yaitu Prasekolah sampai Perguruan

Tinggi.

b. Menurut tempat berlangsungnya pendidikan

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan menurut tempatnya

dibedakan menjadi tuga yaitu ;

1. Pendidikan di dalam keluarga

2. Pendidikan di dalam sekolah

3. Pendidikan di dalam masyarakat

c. Menurut cara berlangsungya pendidikan

Menurut cara berlangsungnya pendidikan dibagi menjadi dua,

yaitu:

1. Pendidikan Fungsional

Pendidikan yang berlangsung secara naluruah tanpa rencaba

2. Pendidikan Internasional

(18)

d. Menurut aspek pribadi yang disentuh

Misalnya pendidikan sosial, pendidikan bhasa, pendidikan seks dan

lain-lain.

e. Menurut sifat pendidikannya

Menurut sifat pendidikannya dibedakan menjadi :

1. Pendidikan informal

2. Pendidikan formal

3. Pendidikan non formal

Menurut Coombs (Perwira, 2011) mengklarifikasikan

pendidikan kedalam tiga bagian, yaitu :

a. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah proses pendidikan yang diperoleh

seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak

sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis, sejak

seorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga,

pekerjaan, hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.

b. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah, yang teratur,

sistematis, mempunyai jenjang, dan yang dibagi dalam

waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-kanak sampai

perguruan tinggi.

c. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non-formal ialah semua bentuk pendidikan yang

diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana

(19)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahawa

jenis-jenis pendidikan yaitu terdapat pendidikan formal, pendidikan

informal, dan pendidikan non formal.

c) Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan UU No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Anonim, 2008). Pendidikan di

Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan yaitu:

a. Pendidikan Dasar

Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa

sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD), dan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolag

Menenengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (Mts),

atau bentuk lain yang sederajat.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan

pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk

Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan

(20)

c. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah mencangkup program pendidikan diploma,

sarjana, megister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi,

politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas.

Menurut Kurniawan (Mahendra, 2014) pada umumnya orang

yang mempunyai pendidikan formal maupun informal yang lebih

tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas. Tingginya kesadaran

akan pentingnya produktivitas, akan mendorong tenaga kerja yang

bersangkutan melakukan tindakan yang produktif. Dari pernyataan

tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan seorang tenaga

kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas, karena orang yang

berpendidikan lebih tinggi memiliki pengetahuan yang lebih untuk

meningkatkan kinerjanya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah

tahapan pendidikan yang dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu

pendidikan dasar (SD hingga SMP), pendidikan menengah (SMA) dan

pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi).

5. Masa Kerja a. Pengertian

Handoko (2010) masa kerja adalah suatu kurun waktu atau

lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Menurut Oktaviani

(21)

menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana

tenaga dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja

tergantung dari kemampuan, kecakapan dan ketrampilan tertentu agar

dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Masa kerja

merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan

dalam pekerjaan dan jabatan.

Menurut Nitisemito (Arini, 2011) masa kerja adalah lamanya

seorang karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan

tertentu. Sejauh mana tenaga kerja dapat mencapai hasil yang

memuaskan dalam bekerja tergantung dari kemampuan, kecakapan

dan keterampilan tertentu agar dapat melaksanakan pekerjaannya

dengan baik. Masa kerja merupakan hasil penyerapan dari berbagai

aktivitas manusia, sehingga mampu menumbuhkan keterampilan yang

muncul secara otomatis dalam tindakan yang dilakukan karyawan

dalam menyelesaikan perkerjaan.

Menurut Siagian (1984) seseorang yang memiliki masa kerja

yang lama di dalam perusahaan membawa dampak positif sebagai

berikut :

a. Cakrawala pandangan makin besar dan memungkinkan seseorang

untuk lebih mampu memenuhi dan mengantisipasi perubahan yang

(22)

b. Meningkatkan produktivitas yang pada dasarnya dapat

meningkatkan penghasilan seseorang segaligus menambah

kepuasan batin yang semakin besar.

c. Memungkinkan promosi yang besar. Masa kerja yang dimiliki

seseorang sejak awal tampaknya memegang peran dalam karier

seorang tenaga kerja.

Menurut Wursanto (Saoputty, 2010) seorang karyawan

yang sudah lama bekerja pada perusahaan tertentu, pastilah akan

semakin banyak pengalaman yang dimilikinya dan berarti semakin

tinggi keahliannya dan keterampilan kerjanya. Sebaliknya semakin

singkat masa kerja seseorang, semakin sedikit pengalam yang

diperoleh. Masa kerja karyawan di perusahaan dihitung dalam

satuan waktu yaitu bulan atau tahun.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa masa kerja dalah waktu

seseorang dalam bekerja di suatu tempat dalam hitungan bulan dan

tahun.

b. Klasifikasi

Menurut Tulus (Himawan, 2015) lamanya masa kerja

dikategorikan menjadi 3 :

a. Masa kerja baru : <6 tahun

b. Masa kerja sedang : 6-10 tahun

(23)

D. Kerangka Berpikir

Penelitian ini akan mengungkap perbedaan produktivitas kerja ditinjau

dari faktor demografis (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa

kerja) pada karyawan di PDAM Purwokerto. Dapat diprediksikan bahwa

faktor demografis (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja)

memiliki perbedaan yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas

karyawan.

Tinggi rendahnya kualitas dari seorang tenaga kerja akan

mempengaruhi kinerja tenaga kerja untuk meningkatkan hasil outputnya

dalam pekerjaan, yang akan mempengaruhi produktivitas tenaga kerja. Secara

umum produktivitas yang tinggi pasti akan terlihat dari faktor usia dimana

semakin bertambahnya usia produktivitas karyawan akan turun dibandingkan

dengan usia muda, sedangkan untuk jenis kelamin juga mempengaruhi

produktivitas kerja karyawan dimana terdapat perbedaan fisik antara laki-laki

dan perempuan, tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat produktivitas

karyawan karena akan berbeda antara karyawan yang berpendidikan

menengah atas dengan karyawan yang pendidikan tinggi, serta masa kerja

juga mempengaruhi produktivitas karyawan, karena karyawan dengan masa

kerja yang lama akan memiliki banyak pengalaman dalam bekerja

dibandingkan dengan karyawan yang masa kerjanya baru.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas

(24)

jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja pada karyawan tetap di

PDAM Tirta Satria Purwokerto.

E. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah disusun,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Ada perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang berusia ≤ 40

tahun dengan karyawan yang berusia > 40 tahun.

2. Ada perbedaan produktivitas kerja antara karyawan laki-laki dengan

karyawan perempuan.

3. Ada perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang berpendidikan

menengah dan karyawan yang berpendidikan tinggi

4. Ada perbedaan produktivitas kerja antara karyawan dengan masa kerja ≤

10 tahun karyawan dengan masa kerja > 10 tahun

KARYAWA N TETAP

PRODUKTIVITAS KERJA

Usia (≤ 40 tahun dan > 40 tahun)

Jenis Kelamin (Laki-laki dan Perempuan)

Tingkat Pendidikan (Menengah dan Tinggi)

Referensi

Dokumen terkait

BADAN NASI ONAL PENEMPATAN DAN PERLI NDUNGAN TENAGA KERJA I NDONESI A SEKRETARI AT UTAMA BNP2TKI. LAMPI RAN

Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Putusan Pengadilan Negri.. Sebagai Implementasi Hak-Hak

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran yang terjadi selama lima kali pertemuan adalah : (a) pertemuan pertama : (i)

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasok memegang peranan penting untuk kemajuan sebuah usaha, maka dari

Tujuan utama pengujian substantif terhadap sediaan adalah membuktikan bahwa saldo akun sediaan yang dicantumkan di neraca mencerminkan saldo akun Sediaan Produk Jadi, Sediaan

Kemajuan teknologi informasi sangat berkembang pesat dewasa ini, hal ini berdampak positif pada media pembelajaran, dahulu sistem pembelajaran hanya terbatas pada sistem

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara gaya kognitif kecerdasan logika-matematika, kecerdasan linguistik, kecerdasan interpersonal,

Dari pelajaran sejarah di sekolah, selain kita bisa mengetahui identitas bangsa atau manusia Indonesia dimasa alau, diharapkan akan bisa dipetik nilai-nilai positif yang