• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBERADAAN TURIS ARAB TERHADAP

DINAMIKA SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS

(Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)

MELLY AMALIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa thesis berjudul Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir thesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

MELLY AMALIA. Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas. Dibimbing oleh TITIK SUMARTI dan NURMALA KATRINA PANDJAITAN.

Keberadaan turis Arab di Desa tugu memberikan dampak terhadap dinamika sosial-ekonomi komunitas. Kegiatan pariwisata di daerah Puncak – Kabupaten Bogor telah mendorong peningkatan ekonomi dan pergeseran pola nafkah komunitas Desa Tugu dari sektor pertanian ke sektor pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana dampak dari keberadaan turis Arab terhadap perkembangan sosial ekonomi komunitas Tugu. Desa Tugu merupakan desa yang menjadi pusat berkumpulnya turis asal Timur Tengah khususnya asal Arab Saudi, keberadaan mereka keberadaan mereka telah memberikan peluang usaha dan kerja baru di sektor pariwisata bagi komunitas.

Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dan didukung oleh data kuantitatif. Melalui pendekatan studi kasus diharapkan mampu menjawab atas munculnya permasalahan terkait dengan keberadaan turis Arab. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan kuesioner terhadap sejumlah informan dan subjek kasus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penerimaan positif dari komunitas atas keberadaan turis Arab. Penerimaan yang baik ini dapat mempengaruhi pola kunjungan turis Arab di Desa Tugu. Keberadaan turis Arab tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan mereka terhadap pemenuhan sandang, pangan dan papan. Oleh karena itu, di Desa Tugu kemudian berkembang peluang usaha di bidang jasa, seperti travel, rental mobil, mini market, home stay dan sebagainya. Peluang usaha tersebut kemudian menimbulkan peluang kerja seperti hadamah (tukang masak), pelayan, supir, ojek dan lain-lain. Peluang kerja yang tersedia dipengaruhi pula oleh jaringan kekerabatan, sehingga mempermudah partisipasi komunitas terhadap pekerjaan dan norma yang terkait dengan jaringan tersebut melekat pada hubungan kerja. Perkembangan pariwisata di Puncak tidak hanya menjadi dominasi laki-laki saja, perempuan juga mendapatkan ruang untuk bisa berpartisipasi, pada dunia kerja tersebut. Laki-laki bekerja sebagai supir/guide, tukang ojek, penjaga vila dan petani, sementara itu perempuan hanya mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan wilayah domestik, seperti menjadi tukang masak, pelayan, pengemasan, kasir dan lain sebagainya. Walaupun posisi perempuan pada dunia kerja masih berada pada ranah feminitas, tetapi kontribusi perempuan dalam ekonomi keluarga tidak hanya sebagai pelengkap tetapi juga sebagai sumber penghasilan utama keluarga.

(5)

SUMMARY

MELLY AMALIA. Impact the presence of Arab Tourist to the socio-economic dynamic of the community. Supervised by TITIK SUMARTI and NURMALA KATRINA PANDJAITAN.

The presence of Arab tourists in the community of Tugu has an impact on the socio-economy dynamic of the community. Tourism activities in the area of Puncak - Bogor has encourage the economy and shifting livelihood of Tugu communities from the agricultural sector to the tourism sector. This study aims to analyze the extent to which the impact of the presence of Arab tourists to the socio-economy development of the Tugu community. Tugu village is a village that became the central gathering of tourists from the Middle East, especially from Saudi Arabia, where they were able to change economy of the Tugu community.

This study uses qualitative approach and supported by quantitative data. Through a case study approach is expected to answer to the emerging problems associated with the presence of Arab tourists. Data collection technique using in-depth interview and questionnaire to a number of informant and subject case.

The results showed that a positive acceptance from the community over the presence of Arab tourists. Good acceptance of this will affect the pattern of tourist arrival form Arabic in Tugu village. The presence of Arab tourists can not be separated from the tourist need as food, clothing and house. Therefore, in the village of Tugu then developing business opportunities in the field of services, such as travel, car rental, mini market, home stay and so on. Business opportunities that then lead to job opportunities as hadamah (cook), maid, driver, motorcycles and others. Available job opportunities also influenced by kinship networks, making it easier to work and community participation norms associated with the network attached to the employment relationship. The development of Puncak tourism, not only a dominant men only, women also get space to be able to participate, in the working world. Men working as a driver / guide, a motorcycle, a guard villas and farmers, while the women just doing work related to the domestic sphere, such as cook, waiter, packaging, cashier and others. Although the position of women in the workforce is still in the realm of femininity, but the economic contribution of women in the family are not only complementary but also as a major source of family income.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Sosiologi Pedesaan

DAMPAK KEBERADAAN TURIS ARAB TERHADAP

DINAMIKA SOSIAL EKONOMI KOMUNITAS

(Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas

Nama : Melly Amalia NIM : I353110101

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr.Titik Sumarti, MS Ketua

Dr.Nurmala K Pandjaitan, MS., DEA Anggota

Diketahui oleh Ketua Program Studi

Sosiologi Pedesaan

Dr.Ir Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 18 Juli 2014 (tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:

(tanggal penandatanganan tesis oleh Dekan Sekolah

(10)

PRAKATA

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah pariwisata, dengan judul Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan Tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Maka tidak lupa penilis haturkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr.Ir Arya Hadi Dharmawan, M.Sc.Agr, selaku Ketua Program Studi Sosiologi Pedesaan

2. Dr. Titik Sumarti, MS, selaku ketua pembimbing

3. Dr. Nurmala K Pandjaitan, MS.DEA, selaku pembimbing 4. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng, MA, selaku penguji

5. Asep Nawawi, selaku Kepala Desa Tugu Utara 6. Dahi, selaku Sekertaris Desa Tugu Selatan 7. Warga Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan

8. Almarhum Bapak E. Syamsu dan Ibu Etty Rohaety, selaku orang tua yang selalu memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa.

9. Irwan Setiawan, Dhevi Noviandi dan Dhian Herdian, selaku kakak-kakak yang terus mendukung penulis dalam penyelesaian studi.

10.Teman-teman seperjuangan SPDer 2011 : Amir Mahmud, Doni Saputra, Elok Ponco Mulyo Utami,Isma Rosyida, Meifita Diha, Nining Erlina, Nyimas Nadya Izana, Rai Sita, Riri Amandaria, Risman Buamona, Syahdin Ridwan, Syaiful Bahri, dan Prima Yustitia Islami.

Semoga tesis ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(11)

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Sikap dan Pengukuran Sikap 6

Perubahan Sosial - Budaya Komunitas Tugu 8

Pariwisata dan Pola Aktifitas Nafkah Masyarakat Pedesaan 11

Jaringan Norma dan Hubungan Sosial 14

Perubahan Peran dan Posisi Perempuan 18

Kerangka Pemikiran 19

3 METODE 19 Metode Penelitian 21

Tempat dan Waktu Penelitian 22

Metode Pengumpulan Data 22

Ruang Lingkup Penelitian 23

4 GAMBARAN KOMUNITAS TUGU 23 Kondisi Topografi 24

Kondisi Demografi 25

Kondisi Sosial - Budaya 26

Kondisi Ekonomi 26

Sejarah Keberadaan Turis Arab 28

5 DINAMIKA NORMA DAN SIKAP KOMUNITAS TERHADAP KEBERADAAN TURIS ARAB 32 6 DINAMIKA NAFKAH KOMUNITAS DAN JARINGAN EKONOMI YANG TERBENTUK 38 7 DINAMIKA PERAN DAN POSISI PEREMPUAN DALAM EKONOMI KELUARGA 62 9 DAMPAK KEBERADAAN TURIS ARAB TERHADAP DINAMIKA SOSIAL – EKONOMI 67 10 SIMPULAN DAN SARAN 71 Kesimpulan 71 Saran 72 DAFTAR PUSTAKA 73 Lampiran 1 Pedoman Wawancara 76

(12)

DAFTAR TABEL

1 Daftar Nama Subjek Kasus 20

2 Daftar Nama Informan 20 3 Mata Pencaharian Pokok Komunitas Tugu Pada Tahun 2012 25 4 Tingkat Pendidikan Komunitas Desa Tugu Utara dan Selatan 25

5 Sarana Pendidikan Formal di Desa Tugu 26

6 Tingkat Penerimaan Komunitas Terhadap Keberadaan Turis Arab 34 7 Jenis Usaha yang Terdapat di Warung Kaleng Berdasarkan Kepemilikan

dan Tenaga Kerja 43

8 Jenis Usaha yang Terdapat di Warung Kaleng dan Serapan Tenaga Kerja 46

DAFTAR GAMBAR

1 Peta desa Tugu 24

DAFTAR BAGAN

1 Kerangka Konseptual 18

2 Tahapan Aliran Pendapatan Komunitas Tugu 44

3 Jaringan Kerja Duaan Ganda Berlapis Al-Shl 54

4 Jaringan Organisasi Komunitas Tugu 56

5 Pola Jaringan Ekonomi Keluarga Bapak. Hsn 61

DAFTAR MATRIKS

1 Metode Pengumpulan Data 21

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan pariwisata di Indonesia semakin hari semakin meningkat, hal tersebut ditunjukkan oleh jumlah kunjungan turis asing yang datang ke Indonesia mengalami kenaikan seperti yang telah dilansir oleh www.metrotvnews.com, pada tanggal 1 Agusutus 2013, yang menyatakan pada periode Januari – Juni2013 terjadi kenaikan sebesar 7,2 persen jika dibandingkan dengan tahun 2012 pada periode yang sama. Hal ini juga dinyatakan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, bahwa kunjungan turis mancanegara ke Indonesia mengalami kenaikan dari 3.876.310 orang pada tahun 2012 menjadi 4.154.478 pada tahun 2013.

Kawasan Puncak adalah salah satu tempat wisata yang terletak di wilayah tengahKabupaten Bogor, dan memiliki banyak daya tarik bagi para turis. Kondisi alam yang sejuk dan banyak menawarkan berbagai macam objek pariwisata seperti kebun binatang Taman Safari, Talaga Warna, Wisata Agro Gunung Mas, Taman Matahari dan lain-lain, menjadi keistimewaan tersendiri. Setiap musim liburan tiba Kawasan Puncak selalu dipadati oleh turis domestik dan mancanegara. Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor 2013, pada tahun 2011 jumlah turis baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri mencapai 1.476.887 orang (47,21 persen), dan meningkat pada tahun 2012 sebesar 174.359 (5,57 persen) menjadi 1.651.246 orang (52,79 persen).

Keberadaan Kawasan Puncak bukan hanya menjadi monopoli konsumsi turis domestik saja, tetapi juga menjadi salah satu tujuan wisata bagi para turis asing. Hal ini bisa kita lihat dari keberadaan turis-turis asal Timur Tengah yang berada di kawasan desa Tugu. Menurut keterangan Sekretaris Desa Tugu Utara, bahwa sebetulnya di desa Tugu tidak hanya ada turis asal Timur Tengah tetapi juga terdapat imigran asal Timur Tengah.

Mereka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu imigran dan turis Arab. Pertama, imigranmerupakan orang-orang yang berasal dari negara-negara konflik seperti Afganistan, Iran, Irak, Syria dan Sri Langka.Mereka adalah orang-orang yang akan mencari suaka ke Australia memasuki perairan Indonesia secara illegal dan di tampung oleh lembaga PBB yang mengurusi pengungsi seperti UNHCR1 (United Nations High Commissioner for Refugees) dan IOM2 (International Organzation for Migration).

Kedua, turis Arab Saudi yang sedang berlibur ke Indonesia.Kedatangan mereka ke untuk menghindari musim panasyang suhunya mencapai 50oC, juga disebabkan oleh musim haji, karena pada musim itu Negara Arab Saudi dipenuhi oleh jama‟ah yang menunaikan ibadah haji, bagi warganya kondisi tersebut dianggap tidak nyaman, sehingga mereka memilih berlibur ke negara lain.

Indonesia di pilih sebagai tujuan berlibur dengan alasan kesamaan latar belakang agama dan biaya hidup yang relatif murah, dibandingkan dengan negara

1

UNHCR bertugas untuk menentukan status imigran 2

(14)

2

lain. Desa Tugu merupakan salah satu wilayah di Puncak, Bogor – Jawa Barat yang banyak disinggahi turis Arab. Awalnya menurut Ddn (35) kedatangan mereka ke Desa Tugu karena mereka menyewa salah satu vila, milik hadromi (orang Indonesia keturunan Arab). Kemudian, mereka merekomendasikan Desa Tugu kepada kerabat mereka yang hendak berlibur di Kawasan Puncak, Bogor.Sejak saat itu hingga sekarang, Desa Tugu sangat identik dengan keberadaan turis Arab.

Pada periode 2012 menurut Passenger Exit Survey, Departemen Budaya dan Pariwisata, wisatawan asal Arab Saudi menghabiskan uangnya di Indonesia sebesar 1.424,47 US$. Hal ini berarti dengan pengeluaran tersebut telah memberikan kontribusi bagi perekonomian masyarakat Indonesia, hal tersebut ditunjukkan dengan pendapatan negara mencapai 193,40 juta US$.

Keberadaan turis Arab di Kawasan Puncak ternyata memberikan dampak pada perputaran uang yang cukup besar seperti yang dikatakan oleh mantan Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2011) :

“perputaran uang di kawasan puncak mencapai triliunan,

sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi yang luar biasa disana,

jadi tidak bisa kita hilangkan”.

Menurut Dmd (43), salah satu pegawai dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten Cibinong, target pendapatan asli daerah (PAD) wisata pada tahun 2012 sebesar Rp. 375.000.000,- per tahun, sedangkan PAD wisata pada tahun 2013 sebesar Rp. 298.000.000,- per tahun. Kawasan Puncak setiap tahun menjadi kawasan penyumbang PAD terbesar, yakni sekitar 20 persen dari total PAD wisata yang masuk. Puncak merupakan salah satu kawasan yang mampu melibatkan masyarakat sekitar dalam perputaran roda ekonomi. Menurut Dy (50), pada daerah-daerah tertentu di Kawasan Puncak banyak ditemui berbagai sarana dan prasarana yang menjadi daya tarik para turis. Secara sosial keberadaan turis memberikan pengaruh terhadap nilai dan norma yang berlaku di komunitas. Secara ekonomi, timbulnya peluang usaha dan kerja bagi komunitas.Melemahnya nilai dan norma di komunitas mengakibatkan munculnya usaha-usaha yang dinilai negatif oleh masyarakat secara umum, seperti : warung remang-remang, vila yang disewakan untuk kegiatan prostitusi dan munculnya kegiatan prostitusi itu sendiri.

Berdasarkan temuan tersebut, peneliti ingin melihat bagaimana dampak keberadaan turis Arab terhadap dinamika sosial – ekonomi komunitas Desa Tugu.

Perumusan Masalah

(15)

3 diakui oleh Nng (55) sebagai warga setempat, yang mengaku jika beliau adalah warga asli yang sedari kecil tinggal di desa tersebut, ayahnya dahulu memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Namun, kemudian dijual dan kini lahan tersebut sudah berbentuk rumah dan vila.

Selain perubahan alih fungsi lahan dari pertanian menjadi rumah dan vila yang disewakan, maka di Desa Tugu juga berkembang rumah makan khas Timur Tengah, money changer, mini market dan lain-lain. Tentunya kehadiran berbagai usaha tersebut dan kehadiran turis-turis di sekitar Desa Tugu akan memberikan dampak bagi masyarakat desa, bukan hanya dampak ekonomi, tetapi memberikan dampak sosial. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan keseharian antara turis Arab dan masyarakat setempat akan mempengaruhi norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan turis Arab. Bagi komunitas Tugu keberadaan turis Arab memberikan pemasukan secara ekonomi, tetapi disisi lain keberadaan mereka melanggar norma dan akidah yang diyakini oleh komunitas. Oleh karena itu perlu ditelaah bagaimana dinamika norma dan sikap terhadap keberadaan turis Arab di komunitas?

Keberadaan turis Arab telah membawa perubahan ekonomi komunitas desa Tugu. Kedatangan mereka tidak hanya sekedar berlibur, ada juga kedatangannya untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya peluang usaha yang terbuka bagi masyarakat sekitar. Semakin banyak turis Arab yang datang, semakin besar pula keinginan mereka untuk mendapatkan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut berkaitan dengan pola konsumsi terhadap barang dan jasa, berdasarkan kebutuhannya itu pada akhirnya memberikan peluang bagi masyarakat untuk wirausaha. Namun, sebagian besar usaha yang ada adalah usaha yang dimiliki oleh orang-orang diluar komunitas. Motel, Hotel, villa sampai pada rental mobil, warnet, toko-toko yang menjual barang-barang kebutuhan khas arab pun tersedia di sana, money changer, bahkan café-café khas arab. Perputaran uang di kawasan ini pun menjadi cepat karena uang yang dikeluarkan oleh turis-turis ini selama berlibur, dalam saru hari mereka sanggup mengeluarkan uang satu sampai lima juta rupiah. Sehingga kedatangan mereka bagi warga sekitar telah memberikan keberkahan tersendiri.Selain itu berbagai kebutuhan turis akan memunculkan pula peluang usaha bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan yang awalnya sosial bisa berubah menjadi hubungan yang bersifat komersial. Oleh karena itu muncul pertanyaan bagaimanakah keberadaan turis Arab menimbulkan dinamika nafkah komunitas dan jaringan ekonomi yang terbentuk ?

Munculnya bentuk aktivitas nafkah baru, memberikan peluang bagi perempuan untuk ikut serta dalam aktivitas tersebut, sehingga timbul pertanyaan bagaimana dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi keluarga ?

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas maka pertanyaan penelilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana dinamika norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan turis Arab di DesaTugu?

2. Bagaimana dinamikanafkah komunitas dan jaringan ekonomi yang terbentuk akibat keberadaan turis Arab?

(16)

4

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak keberadaan turis Arab terhadap perkembangan ekonomi sosial, dan secara khusus tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis dinamika norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan turis Arab di DesaTugu.

2. Menganalisis dinamika nafkah komunitas dan jaringan ekonomi yang terbentuk akibat keberadaan turis Arab.

3. Menganalisis dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi keluarga akibat munculnya nafkah baru.

Manfaat Penelitian

(17)

5

2

TINJAUAN PUSTAKA

Dinamika Sosial – Ekonomi

Perubahan sosial mencakup berbagai perubahan atau modifikasi pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, seperti aspek proses sosial, pola sosial, bentuk-bentuk sosial serta pola-pola hubungan yang menjadi standar perilaku.Perubahan pada setiap individu belum tentu juga mempengaruhi perubahan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga perubahan yang terjadi pada individu tidak bisa dipakai untuk menarik kesimpulan pada tingkat organisasi atau masyarakat.

Menurut Lauer (1989) Konsep perubahan di lingkup masyarakat berkaitan dengan sistem stratifikasi yang didalamnya terkait unsur kekuasaan, struktur yang mencakup status dan peran, sedangkan dalam ranah organisasi perubahan terjadi pada struktur kekuasaannya, perubahan dalam individu berkaitan dengan sikap yaitu berupa keyakinan mengenai berbagai persoalan dan aspirasi.

Perubahan bisa terjadi secara eksogen dan endogen. Eksogen adalah sumber-sumber perubahan yang berasal dari luar seperti gaya hidup, budaya, dll. Sedangkan endogen adalah sumber-sumber perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri, seperti membuat inovasi.

Perubahan selalu menghasilkan sesuatu yang baru atau juga memodifikasi dari bentuk yang lama tanpa menghilangkan ciri-ciri lama. Terkadang masyarakat berada dalam kondisi dillematis atau pada posisi dualisme, dimana disatu sisi mereka ingin mempertahankan budayanya, tetapi disisi lain mereka tidak bisa menghindar dari masuknya budaya baru. Budaya setempat mampu mempengaruhi kelancaran proses perubahan sosial yang terjadi.

Menurut Davis dan Moore (1975) bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian. Ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.

Perubahan pada dasarnya hal yang lumrah terjadi pada kehidupan manusia. Manusia yang selalu dinamis sehingga tidaklah heran jika dalam kehidupannya terjadi perubahan, terutama perubahan dalam struktur sosial masyarakat. Perubahan sosial menurut Harper (1989) merupakan suatu pergantian yang signifikan mengenai struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. Perubahan struktur sosial dalam masyarakat terdiri dari :

a. Perubahan personal,

b. Perubahan dalam cara bagian-bagian struktur sosial berhubungan, c. Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur, berkaitan dengan apaya yang

dilakukan masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut melakukannya, d. Perubahan dalam struktur yang berbeda, dan

e. Kemunculan struktur baru.

Perubahan dapat dibedakan menjadi berbagai macam bentuk perubahan, diantaranya :

a. Perubahan yang cepat dan perubahan yang lambat b. Perubahan besar dan perubahan kecil

(18)

6

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan sosial meliputi perubahan usia, tingkat kelahiran dan penurunan rasa kekeluargaan anatara masyarakat, sebagai akibat terjadinya arus mobilitas manusia dan modernisasi. Perubahan sosial bisa dianalisis berdasarkan cirri-cirinya, diantaranya :

a. Tidak ada masyarakat yang terhenti perkembangannya

b. Perubahan yang terjadi pada lembaga tertentu mampu diikuti oleh perubahan lembaga lainnya

c. Perubahan yang terjadi begitu cepat bisa menyebabkan disorganisasi d. Perubahan tidak dibatasi pada aspek kebendaan

Perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak-sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Perubahan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi bahkan terhadap aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus tergantung dari dinamika masyarakatnya.

Menurut Sumardjan (1974), perubahan kebudayaan adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola-pola prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan kebudayaan bisa dikatakan sebagai perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama warga masyarakat berupa aturan-aturan, norma-norma, juga teknologi, selera, rasa keindahan (kesenian) dan bahasa. Perubahan yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal :

a. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri b. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup

Norma dan Sikap Norma

Norma yang terbentuk dalam masyarakat menurut Soekanto (1982), mempunyai kekuatan yang mengikat dan berbeda-beda sesuai dengan bagaimana masyarakat memaknai norma tersebut. Masyarakat yang komitmen dan memegang norma yang kuat cenderung tidak akan melanggar norma yang berlaku, sebaliknya ketika norma yang terbentuk lemah akan dengan mudah norma dilanggar. Kekuatan norma terdiri dari cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores) dan adat-istiadat (custom).

Cara (usage) berkaitan dengan pola hubungan dalam masyarakat, apabila melakukan penyimpangan dan melanggar, hukumannya hanya sekadar celaan. Misalnya ketika orang Arab Saudi tidak bersikap sopan, pasti warga sekitar akan mencemooh orang tersebut dengan umpatan-umpatan.

(19)

7 penyimpangan. Kebiasaan akan dikatakan sebagai norma yang mengatur maka kebiasaan tersebut merupakan tata kelakuan (mores).

Tata kelakukan (custom) menjadi dasar adanya adat istiadat, adat istiadat secara tidak langsung mengikat masyarkat untuk berpedoman pada ketentuan-ketentuan adat. Ketika ada yang melanggar sanksinya tidaklah main-main. Norma sosial yang berlaku dimasyarakat pada akhirnya akan menjadi bagian dari lembaga kemasyarakatan, yang nantinya akan membentuk pola hubungan sosial dalam suatu masyarakat.

Pengertian Sikap Sosial

Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude yang digunakan untuk menunjuk suatu status mental seseorang. Sikap merupakan suatu hal yang bisa menentukan sifat, hakikat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial. Jadi sikap sosial merupakan kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial.

Menurut Thurstone (1946) sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Thomas (2000)menyatakan bahwa sikap seseorang selalu diarahkan terhadap sesuatu hal atau sesuatu objek tertentu. Pada dasarnya tidak ada satu sikap yang tanpa objek, misalnya terkait sikap masyarakat terhadap adanya turis Arab di lingkungannya. Sikap suka atau tidak suka dapat ditunjukkan ketika objeknya dianggap sesuai atau tidak dengan norma yang berlaku.

Sikap merupakan sebuah reaksi terhadap objek, sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan selalu berhubungan dengan objek. Terdapat tiga komponen sikap sebagai aspek penting, diantaranya :

a. Kognitif : pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasari pada informasi, yang berhubungan dengan objek.

b. Afektif : menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek.

c. Konatif : melibatkan predisposisi untuk bertindak terhadap tujuan

Sikap sosial bisa ditunjukkan dengan sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif ditandai dengan dukungan terhadap objek, dengan cara memperlihatkan atau menunjukkan hal postif terhadap objek sikapnya, karena dianggap sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Dan sebaliknya sikap negatif ditunjukkan dengan melakukan penolakan terhadap objek sikap karena dianggap tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

(20)

8

Dimensi sikap menurut Sax (1980) terdiri dari arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitas. Berikut penjelasan mengenai dimensi sikap :

1) Arah melihat sikap dalam dua ranah positif dan negatif.

2) Intensitas melihat kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.

3) Keluasan melihat kesetujuan atau ketidak-setujuan terhadap suatu objek sikap dapat hanya sebagian atau keseluruhan.

4) Konsistensi melihat kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap. Konsisntensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.

5) Spontanitas melihat sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dinyatakan secara terbuka tanpa desakan.

Sikap merupakan hasil dari interaksi manusia dengan lingkungannya, sehingga sikap tidak bersifat statis melainkan dinamis. Sikap diperoleh juga dari hasil belajar, oleh karena itu sikap akan mengalami perubahan. Menurut Walgito (1980) perubahan sikap dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. Faktor eksternal, yaitu keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Dapat disimpulkan jika pembentukan dan perubahan sikap ditentukan oleh proses yang dialami individu baik berasal dari luar maupun dari dalam hidup manusia.

Penerimaan masyarakat terhadap masyarakat lain di daerah pariwisata dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap keberadaan wisatawan. Terkait dengan pariwisata sikap masyarakat terhadap kehadiran turis dipengaruhi oleh berbagai macam tahapan. Menurut Doxey (1976) dalam teori irritation index, tahapan-tahapan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan, diantaranya :

1. Euphoria. Kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta harapan.

2. Apathy. Masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah, dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didomonasi oleh hubungan komesial.

3. Annoyance. Titik kejenuhan sudah hampir dicapai, dan masyarakat mulai merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan.

4. Antagonism. Masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidaksenangannya, dan melihat wisatawan sebagai sumber masalah. Pengukuran Sikap

Sikap dapat diukur dengan menggunakan pengukuran sikap secara langsung dan pengukuran sikap secara tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung subjek telitinya langsung dimintai pendapat terkait mengenai sikapnya terhadap objek yang diteliti. Pengukuran sikap secara langsung dibedakan menjadi :

1) Pengukuran sikap langsung tidak terstruktur

(21)

9 observasi langsung atau wanwancara yang kemudian hasilnya bisa langsung disimpulkan.

2) Pengukuran sikap langsungberstruktur a. Skala Bogardus

b. Thrustone c. Likert

Melalui pengukuran sikap secara tidak langsung, peneliti dapat memberikan gambaran-gambaran kepada subjek, dimana subjek diminta untuk menceritakan apa-apa yang ia lihat dari gambaran tersebut.

Pariwisata, Dinamika Nafkah dan Jaringan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Pengertian Pariwisata

Pariwisata diartikan sebagai proses berpergian sementara oleh seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan seseorang melakukan aktifitas wisata disebabkan oleh berbagai kepentingan, seperti sekadar ingin tahu dan menambah pengalaman.

Tujuan pariwisata menurut Soemanto (2010) dalam undang-undang no. 9 tahun 1990 adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, juga memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan serta mendorong pembangunan daerah. Pariwisata mempunyai keterkaitan ekonomi yang sangat erat dengan banyak sektor. Dimana peranan pariwisata mempengaruhi pendapatan daerah dan penyerapan terhadap tenaga kerja.

Daya tarik wisata meliputi alam dan budaya. Wisata alam biasanya menawarkan keberagaman dan keindahan flora dan fauna. Sedangkan untuk wisata budaya menyajikan warisan budaya yang masih ada, yang merupakan budaya-budaya tradisional, seperti museum, candi, keraton, tari-tarian dan lain-lain.

Berkembangnya pariwisata tidak bisa dilepaskan oleh wisatawan, karena wisatawan merupakan salah satu pelaku pariwisata. Cohen (1979) membedakan wisatawan menjadi lima tipologi sebagai berikut :

1. Existensial, yaitu wisatawan yang meninggalkan kehidupan sehari-hari dan menjadi „pelarian‟ untuk mengembangkan kebutuhan spiritual. Mereka bergabung dengan masyarakat lokal.

2. Experimental, yaitu wisatawan yang mencari gaya hidup yang berbeda dengan yang selama ini dilakoni, dengan cara mengikuti pola hidup masyarakat yang dikunjungi. Wisatawan ini mengalami asimilasi dengan masyarakat lokal.

3. Experiental, yaitu wisatawan yang mencari makna pada kehidupan masyarakat lokal, dan menikmati keaslian kehidupan lokal.

4. Diversionary, yaitu wisatawan yang mencari pelarian dari kehidupan rutin yang membosankan. Mereka mencari fasilitas rekreasi dan memerlukan fasilitas berstandar internasional.

(22)

10

lingkungan yang menyenangkan, umumnya tidak mementingkan keaslian.

Seseorang melakukan perjalanan pariwisata dipengaruhi oleh faktor pendorong dan penarik. Sesuatu yang mendorong seseorang melakukan perjalanan pariwisata menurut Jackson (1989), terdiri dari delapan faktor, yaitu : 1) ego enhancement, 2) ritual inversion, 3) pilgrimage, 4) religion, 5) health, 6) education, 7) perceived authenticity, dan 8) conventions/conferences. Sedangkan yang menjadi faktor penarik, yaitu :1) location climate, 2) national promotion, 3) retail advertising, 4) wholesale marketing, 5) special events, 6) incentive schemes, 7) visiting friends, 8) visiting relatives, 9) tourist attraction, 10) culture, dan 11) natural environment man-made environtment.

Banyaknya turis yang mendatangi suatu wilayah, itu terjadi karena adanya daya tarik wisata. Daya tarik wisata dapat meliputi alam dan budaya. Wisata alam biasanya menawarkan keberagaman dan keindahan flora dan fauna. Sedangkan untuk wisata budaya menyajikan warisan budaya yang masih ada, yang merupakan budaya-budaya tradisional, seperti museum, candi, keraton, tari-tarian dan lain-lain.

Pariwisata membawa berbagai peluang baru bagi masyarakat dan mendorong berbagai bentuk perubahan sosial (Harrison, 1992). Sharpley (1994) berpendapat pariwisata menyebabkan masyarakat lokal mengadopsi bahasa asing, masyarakat membuat stereotip tentang pelaku wisatawan, serta memberikan peluang kerja dan menyebabkan kaum muda pindah ke lokasi di mana pariwisata berkembang.

Perkembangan pariwisata menurut James (2004), memiliki kritik yang biasanya terfokus pada lingkungan, sosial dan budaya yang berpotensial mengarah pada hal yang negatif pada komunitas lokal. Selain itu juga, berpengaruh pada hilangnya identitas dan budaya komunitas, menimbulkan konflik dalam masyarakat tradisional berkaitan dengan kepemilikan lahan dan sumber daya alam serta bertambahnya aktifitas antisosial, seperti kriminal dan prostitusi. Berpengaruh juga pada migrasi dan berkaitan dengan distribusi pendapatan antara desa asal dengan desa yang disinggahi.

Dinamika Nafkah Masyarakat Pedesaan

Terjadinya perkembangan pada sistem nafkah merupakan sebab dari terjadinya perubahan sosial yang terjadi pada lingkup komunitas, dan menyebabkan terjadinya ketimpangan akses terhadap sumber-sumber nafkah yang ada. Menurut Ellis (2000) hal demikian menyebabkan terjadinya perluasan terhadap sistem nafkah dipedesaan. Sistem nafkah terdiri dari aset (modal alam, modal fisik, modal manusia, modal sosial dan modal finansial), aktifitas dan akses (kelembagaan, hubungan sosial dan organisasi).

1. Aset

Asset digambarkan sebagai persediaan modal yang digunakan untuk bertahan hidup manusia.

a. Modal alam merupakan sumber daya alam (tanah, air dan pohon) yang diperlukan manusia agar supaya mampu bertahan hidup.

(23)

11 c. Modal manusia mengacu pada kerja yang tersedia bagi rumah tangga, modal manusia juga merupakan kemampuan manusia untuk melakukan kerjasama satu sama lain.

d. Modal Sosial mengacu pada hubungan sosial antara orang menghasilkan hasil yang produktif (Szreter, 2000). Modal sosial menurut Portes (2000) terbagi menjadi dua, yaitu modal sosial dalam bentuk individu dan modal sosial dalam bentuk kolektif. Sedangkan menurut Putnam dalam Lubis (2001), modal sosial mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan sosial, norma dan kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya kerjasama dalam komunitas sehingga terjadi kerjasama yang menguntungkan. Norma dan jaringan sosial yang disepakati akan mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat dan kualitas kinerja lembaga-lembaga sosial. Hubungan sosial yang telah tercipta tersebut menghasilkan kemajuan pada komunitas.

e. Modal Finansial mengacu kepada kepemilikan uang yang dapat mengakses produksi atau barang konsumsi dan akses terhadap kredit. Kepemilikan uang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bahkan berinvestasi, selain itu pinjaman yang diperoleh dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan.

2. Aktifitas

Aktifitas terdiri dari sumber daya alam dan bukan sumber daya alam. Sumber daya alam meliputi kegiatan mengumpulkan kebutuhan yang berasal dari hutan, menanam bahan makanan, menanam bukan makanan, memelihara ternak dan pastoralisasi, kegiatan non-farm meliputi membuat bata, penenunan, mengumpulkan jerami, dan lain-lain. Kegiatan yang berbasis bukan sumber daya alam meliputi perdagangan di pedesaan, layanan pedesaan, manufaktur di pedesaan, jasa pengiriman uang, dan bentuk transfer lainnya seperti pensuin. 3. Akses

Institusi, hubungan sosial dan organisasi merupakan media penting dalam sistem nafkah yang mencakup lembaga baik yang menghambat atau memfasilitasi pelaksanaan dari kemampuan dan pilihan oleh individu atau rumah tangga.

a. Institusi

Institusi merupakan aturan formal, konvensi, dan kode informal dari sikap, meliputi kendala dari interaksi sosial.

b. Hubungan Sosial

Hubungan sosial berkaitan dengan posisi sosial dari individu dan rumah tangga dengan masyarakat. Dalam hal ini posisi sosial meliputi jenis kelamin, kasta, kelas usia, etnik dan agama.

c. Organisasi

(24)

12

mempertahankan kehidupannya. Strategi nafkah pada individu dan rumah tangga akan mempengaruhi dinamika kehidupan rumah tangga, yang kemudian mempengaruhi kehidupan sosial. Keberagaman aktifitas nafkah menurut Sconez (1998) dapat digolongkan berdasarkan strategi nafkah, yaitu :

1) Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang merupakan usaha pemanfaatan sektor pertanian agar lebih efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi (intensifikasi) maupun dengan memperluas lahan garapan pertanian (ekstensifikasi).

2) Pola nafkah ganda yang merupakan usaha yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain selain sektor pertanian untuk menambah pendapatan (diversifikasi pekerjaan).

3) Rekayasa spasial merupakan usaha yang dilakukan dengan cara mobilisasi atau perpindahan penduduk baik secara permanen maupun sirkuler (migrasi).

Seiring dengan apa yang diungkapkan Sconez, Dharmawan (2001) yang melakukan penelitian di daerah pegunungan di Jawa Barat, membuktikan bahwa ketika jumlah penduduk semakin padat maka strategi nafkah yang terjadi berbasis pada diversifikasi sumber nafkah diluar pertanian, melalui alokasi pembagian tenaga kerja keluarga..

Strategi nafkah secara umum menurut Dharmawan (2006) dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk :

1. Normatif

Strategi nafkah normatif dapat dilakukan melalui basis kegiatan sosial ekonomi yang tergolong kedalam kegiatan positif, seperti kegiatan produksi, sistem pertukaran, migrasi, maupun strategi sosial dengan membangun jaringan sosial, disebut juga “peaceful ways” atau sah dalam melakukan strategi nafkah.

2. Ilegal

Strategi nafkah ilegal termasuk didalamnya berbagai tindakan sosial ekonomi yang melanggar hukum dan ilegal, seperti penipuan, perampokan, pelacuran dan sebagainya. Kategori ini juga disebut sebagai “non peaceful”, karena cara yang ditempuh biasanya menggunakan cara kekerasan/kriminal.

Strategi nafkah yang dibangun oleh individu dan rumah tangga akan mempengaruhi dinamika kehidupan sosial dan rumah tangga akan mempengaruhi dinamika kehidupan sosial pada lingkup masyarakat, sebaliknya dinamika kehidupan masyarakat akan menentukan strategi yang dibangun di tingkat individu dan rumahtangga.

(25)

13 Penduduk setempat mendapatkan penghasilan tambahan dari berkembanganya pariwisata puncak, dari tingkatannya yang kecil hingga yang besar, ini menunjukkan jika industri pariwisata puncak memberikan pengaruh terhadap usaha atau upaya menghasilkan sistem nafkah baru, misalnya pengemis, ojek payung, penjaga vila, pedagang, dan lain-lain. Segala macam potensi pendukung pariwisata ada disini, sehingga sangat disayangkan jika warga sekitar tidak memanfaatkan potensi yang ada. Yang menikmati terbuka lebarnya sistem nafkah baru bukan hanya warga sekitar, tetapi juga memberikan keleluasaan bagi masyarakat luar daerah untuk berinvestasi di kampung Tugu. Ini menunjukkan minimnya kesadaran dari warga sekitar dalam upaya memanfaatkan potensi wilayah/lingkungannya, yang padahal mampu memberikan sumber penghasilan tambahan bagi rumah tangganya.

Masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya harus berusaha dan terlibat dalam kegiatan ekonomi. Salah satu upaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja sesuai dengan kondisi lingkungannya. Masyarakat agraris cenderung bekerja pada bidang pertanian sebagai petani, masyarakat nelayan bekerja pada bidang kelautan, dan masyarakat industri akan bekerja mengisi bidang industri. Menurut Ellis (2000) mata pencaharian seseorang akan dipengaruhi oleh pendapatan, lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan.

Bekerja merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Bekerja menurut Badan Pusat Statistik diartikan sebagai kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu, bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut tanpa terputus. Kegiatan bekerja mencakup kondisi sedang bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi untuk sementara waktu tidak bekerja, seperti cuti, sakit, menunggu panen dan sebagainya. Adanya sistem nafkah baru memberikan peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, kesempatan kerja timbul karena adanya investasi dan usaha untuk memperluas kesempatan kerja.

Minimnya penghasilan utama keluarga mengakibatkan banyak rumah tangga melakukan atau mencari pekerjaan alternatif, baik yang dilakukan laki-laki maupun perempuan bahkan dilakukan oleh anak-anaknya sendiri, hal tersebut dilakukan sebagai upaya mensejahterakan rumah tangganya. Sayogyo (1982) berpendapat terdapat sistem nafkah ganda pada rumah tangga, diantaranya pada rumah tangga lapisan atas, pola nafkah ganda merupakan strategi akumulasi modal dan lebih bersifat ekspansi usaha. Lapisan menengah, hanya sebagai upaya konsolidasi untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga. Lapisan bawah, merupakan strategi bertahan hidup pada tingkat subsistensi dan sebagai upaya untuk keluar dari kemiskinan.

(26)

14

Jaringan Sosial – Ekonomi

Jaringan sosial digambarkan oleh Granovetter (1974) sebagai keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Jaringan sosial memberikan hubungan antara aktor dengan kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi memberikan peluang individu untuk terlibat didalamnya sebagai pelaku ekonomi, sehingga memudahkan seseorang untuk lebih mengetahui terdapatnya peluang terbukanya pekerjaan.

Melalui jaringan manusia satu dengan yang lainnya saling memberi tahu, menginformasikan, mengingatkan, serta membantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah. Jaringan sangat dibutuhkan sebagai alat untuk mengatasi segala macam masalah pada komunitas. Jaringan mempermudah seseorang untuk mendapatkan peluang usaha maupun peluang kerja. Jaringan menurut Lawang (2005) dapat dibedakan berdasarkan:

1. Hubungan antar personal

Hubungan yang terjadi adalah hubungan pada dua orang (dyadic) yang bersifat intens dan dalam prinsip pertukaran sosial.

2. Hubungan antara individu dan instusi

Menurut Putnam (1993) keanggotaan warga dalam beberapa institusi memungkinkannya untuk mengatasi pelbagai masalah.

Jadi secara ekonomi jaringan sangat dibutuhkan, berkaitan dengan informasi mengenai adanya peluang-peluang yang mengarahkan pada kegiatan ekonomi. Menurut Smelser dan Swedberg (2005) jaringan dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi, diantaranya :

1. Jaringan mewakili hubungan infornal antara lapangan kerja dengan pasar tenaga kerja yang menghasilkan hubungan kerja. Ikatan sosial dan pertukaran ekonomi dapat saling terjalin, sehingga tujuan aktifitasnya kearah persahabatan, reputasi dan kepercayaan,

2. Jaringan juga merupakan pertukaran formal, baik dalam bentuk aset atau ketentuan sumberdaya antara dua pihak atau lebih yang memerlukan interaksi yang sedang berlangsung dalam rangka untuk memperoleh nilai dari pertukaran tersebut, hubungan yang terjadi bersifat saling ketergantungan sehingga membutuhkan kontrol formal,

3. Jaringan dalam bentuk relasi dengan pemerintah, terkait dengan peraturan dimana pasar dan lingkungan sering berubah.

(27)

15 masyarakat disekitar. Menurut Wellman (1983) teori jaringan memiliki prinsip diantaranya :

a) Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya.

b) Ikatan antara individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas.

c) Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan nonacak.

d) Adanya kelompok jaringan menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antara individu.

e) Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusi secara tidak merata.

f) Distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerjasama maupun kompetisi.

Jaringan sosial bisa terbentuk karena individu dimana rangkaian hubungan yang khas diantara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dari individu-individu yang terlibat.

DinamikaPosisi dan Peran Perempuan

Budaya patriarki masih menghambat posisi perempuan dalam ranah publik. Sebagaimana perjuangan R.A Kartini yang berhasil mematahkan pandangan bahwa perempuan hanyalah cukup bekerja mengurusi rumah tangga, tidak harus mengenyam pendidikan, sehingga perempuan tidak lagi tersubordinasi pada budaya patriarki yang mengharuskan perempuan melaksanakan budaya pingit. Keberhasilan R.A Kartini mendobrak benteng patriarki telah menginspirasi banyak perempuan di Indonesia untuk bisa mengembangkan potensinya di berbagai bidang. Perjuangan R.A Kartini sudah dimulai sejak sebelum tahun 1900-an, jauh setelahnya pada tahun 1980-an di negara barat telah berkembang pandangan yang sangat kuat mengenai perempuan di rumah tangga dan laki-laki di luar rumah. Pembagian kerja yang menempatkan perempuan pada ranah mengurus rumah tangga, sehingga perempuan tidak mampu berkembang secara manusiawi (Budiman, 1985).

Partisipasi Perempuan Dalam Kegiatan Ekonomi

(28)

16

Pada masa kini terutama diperkotaan keterlibatan perempuan dalam ekonomi banyak terdapat di sektor informal terutama sektor jasa. Hal ini terjadi karena minimnya lapangan pekerjaan di pedesaan terutama terhadap akses perempuan dalam pertanian. Perkotaan menjanjikan peluang bekerja bagi mereka, seperti bekerja sebagai pedagang, pembantu bahkan pelacur. Sektor informal lebih mudah dijangkau karena tidak memerlukan keterampilan khusus dan waktunya tidak mengikat, sehingga perempuan lebih mudah memasuki sektor informal dan sektor jasa.

Menurut Mayling (1996) walaupun kaum perempuan banyak terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi, mereka cenderung hanya menggeluti usaha sangat kecil atau sambilan sebagai bagian dari strategi kelangsungan hidup keluarganya, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kualitas sumber daya manusia yang mereka miliki, sukarnya akses terhadap sumber-sumber modal dan adanya diskriminasi terhadap pekerja perempuan.

Partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi mencakup persoalan kultural dan struktural. Dimensi kultural berkaitan dengan ideologi yang memberi pengaruh terhadap cara pandang masyarakat terhadap keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi. Dimensi struktural melihat terjadinya perubahan struktur ekonomi yang menyebabkan terbuka perluang baru bagi perempuan dalam berbagai pekerjaan.

Abdullah (2001) menegaskan dalam berbagai penelitian perkembangan industri tidak dapat menyerap tenaga kerja perempuan karena industri membutuhkan tenaga kerja terampil. Perempuan dianggap sebagai pekerja yang tidak memiliki skill dan bisa dibayar dengan murah, sehingga menempatkan perempuan berada diposisi yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Perempuan hanya mampu berada dalam kondisi sebagai buruh rendahan, tanpa ada kesempatan untuk sejajar dengan laki-laki, banyaknya kendala dalam fisik perempuan (seperti : haid dan hamil), sehingga tidak sedikit perempuan yang mendapatkan perlakukan diskriminasi terkait dengan penerimaan perempuan di industri. Hal ini yang memicu perempuan pada akhirnya hanya bekerja di sektor informal yang tidak memerlukan persyaratan rumit dan tidak membutuhkan skill.

Perempuan dan perubahan sosial dapat digambarkan dalam konsep marginalisasi dan pengiburumahtanggan (housewifization). Marginalisasi diartikan sebagai bentuk pengucilan dari pekerjaan produktif, perempuan dianggap tidak mampu mengerjakan pekerjaan berat dan produktif karena minimnya keterampilan yang mereka miliki, konsentrasi di pinggiran pasar tenaga kerja, ketimpangan ekonomi berkaitan dengan perbedaan pemberian sistem upah dan feminisasi. Proses housewifizationmenurut Mies (1986) mengacu pada suatu proses ideologis dan materiil dimana perempuan secara dominan didefinisikan sebagai ibu rumah tangga dengan tugas yang tidak dibayar untuk melayani reproduksi tenaga kerja dalam rumah tangga. Cristine delphy (1977), berpendapat jika pekerjaan perempuan di bidang domestik biasanya tidak dianggap sebagai kerja produktif sehingga tidak dapat menghasilkan kontribusi pada ekonomi masyarakat.

(29)

sehari-17 hari. Perempuan diharapkan dapat berperan aktif dalam kegiatan ekonomi keluarga. Mereka memiliki peran ganda, di satu sisi mereka sebagai ibu rumah tangga yang mengurus kebutuhan suami dan anak-anaknya, di sisi lain mereka berperan sebagai pencari nafkah keluarga, untuk membantu menopang kebutuhan keluarga.

Usaha-usaha yang dilakukan masyarakat terkait dengan peningkatan kesejahteraan pada masyarakat pedesaan, pada akhirnya menimbulkan mobilitas sosial. Terjadi berbagai macam peningkatan sosial ekonomi menyebabkan terjadinya peningkatan status sosial seseorang. Begitu pun yang terjadi pada perempuan, dengan meningkatnya kesejahteraan perempuan menunjukkan telah terjadinya mobilitas sosial pada perempuan. Perubahan aktifitas perempuan yang semula sebagai ibu rumah tangga menjadi perempuan yang memiliki karir, tentu saja memberikan pengaruh pada terangkatnya perempuan dari status rendah menjadi status tinggi.

Menurut Sorokin (1959) gerak sosial terdiri dari gerak horizontal dan vertikal. Gerak sosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Gerak sosial vertikal diartikan sebagai perpindahan individu dari suatu kedudukan sosial kekedudukan lainnya yang tidak sederajat. Gerak vertikal terdiri dari gerak vertikal naik dan gerak vertikal turun. Gerak vertikal naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu :

a. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.

b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.

Sedangkan untuk gerak vertikal turun memiliki dua bentuk utama, yaitu :

a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.

b. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disitegrasi kelompok sebagai kesatuan.

Dapat disimpulkan dalam mobilitas sosial menyebabkan terjadinya perpindahan status sosial baik secara naik maupun secara menurun, sehingga menimbulkan kelas sosial baru dalam masyarakat melalui proses mobilitas tersebut.

Kerangka Pemikiran

(30)

18

Awalnya komunitas Tugu bermatapencaharian sebagai petani, aktifitas nafkahnya berubah seiring dengan berkembangnya industri pariwisata di Puncak. Kini aktifitas nafkah warga berubah menjadi supir/guide, tukang ojek, hadamah (tukang masak), pedagang dan lain-lain.

Keberadaan turis Arab yang meningkat dari tahun ke tahun dipengaruhi oleh sikap (penerimaan) masyarakat di desa Tugu. Sikap positif memberikan kenyamanan bagi para turis sehingga pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan pariwisata. Meningkatnya pariwisata tentunya dapat menimbulkan peluang usaha dan peluang kerja.

Peluang usaha dan peluang kerja yang terdapat di desa Tugu membutuhkan adanya modal (alam, fisik, manusia, sosial, finansial), keterampilan (skill), jaringan, norma dan hubungan sosial dalam kegiatan ekonomi, sehingga mempermudah terbukanya peluang-peluang tersebut. Selain itu peluang usaha dan peluang kerja diduga memberikan dampak bagi kehidupan masyarakat baik secara sosial dan ekonomi yang dapat berakibat pada perubahan sosial di kawasan desa Tugu.

Alur pemikiran tersebut terkonsep dalam penelitian ini melalui bagan kerangka konseptual sebagai berikut :

Bagan 1. Kerangka Konseptual

DINAMIKA SOSIAL – EKONOMI

Posisi dan Peran Perempuan Nafkah dan

Jaringan Kehadiran

Turis Arab

(31)

19

3

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian Kualitatif dengan Metode Penelitian Studi Kasus Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus mengenai keberadaan turis Arab, sebab dan alasan-alasannya, kondisi dan resiko, motivasi, persepsi, serta dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan turis Arab. Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian kualitatif menampilkan data berupa deskriptif.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus. Tipe studi kasus mengenai sikap dan dampak keberadaan turis Arab dalam komunitas masyarakat pedesaan adalah menggunakan intrinsik dengan pemahaman tentang kasus khusus bukan mewakili kasus lain. Menurut Yin (2011) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti. Penelitian studi kasus dibedakan menjadi tiga tipe diantaranya :

1. Eksplanatoris : menjelaskan hubungan kausal dalam konteks kehidupan nyata.

2. Eksploratoris : mengekplorasi suatu situasi yang tidak dapat di evaluasi secara intevensi.

3. Deskriptif : mendeskripsikan fenomena yang terjadi pada kehidupan nyata.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Tugu terbagi menjadi dua, yaitu : Tugu Selatan dan Tugu Utara. Desa Tugu terpisah oleh jalan jalur Bogor – Bandung. Lokasi desa Tugu yang dikenal sebagai kampung Arab, memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi pengendara yang melintasi jalan tersebut. Banyaknya orang Timur Tengah yang lalu lalang menjadi pemandangan yang aneh, bagi masyarakat awam. Keberadaan turis Arab memberikan pengaruh pada komunitas Tugu, baik secara sosial maupun secara ekonomi. Peneliti merasa tertarik untuk lebih jauh mengetahui dampak yang ditimbulkan dari keberadaannya kepada komunitas Tugu.

(32)

20

Metode Penentuan Subjek Kasus

Subjek kasus ditentukan secara purposif dengan menggunakan teknik snowballing. Terdapat 14 subjek kasus yang terdiri dari :

Tabel 1. Daftar Nama Subjek Kasus

No. Nama Status Sosial

1. Wdy Pegawai Travel

2. Ev Pegawai Restoran

3. Pph Pemilik Toko Oleh-oleh

4. Srh Hadamah

5. Ddn Tokoh Pemuda

6. Dew Pegawai Mini Market

7. Irp Pegawai Mini Market

8. Aln Wiraswasta

9. Znl Pegawai travel

10. Rhm Pegawai Mini Market

11. Rfl Tukang Ojek

12. Slm Supir

13. Iqb Tukang Ojek

14. Sbr Supir

Data penelitian ini tidak hanya diperoleh dari subjek kasus, tetapi juga melalui para informan yang dipilih secara purposif dan menggunakan tekniksnowballing, berikut daftar nama informan :

Tabel 2. Daftar Nama Informan

No. Nama Status Sosial

1. Hbt Tokoh Agama

2. Asp Perangkat Desa Tugu Utara

3. Dhi Perangkat Desa Tugu Selatan

4. Oas Ketua O2JK

5. Hsn Ketua GEMSA

6. Yyh Ketua PPHP/tokoh perempuan

7. Str Ketua Pedangang Pakaian

8. Shn Pegawai Perkebunan Sayur SRN

9. Abd Pemilik Maktab

10. Obr Ketua IGP

11. Rul Tokoh Masyarakat

12. Dhy Tokoh Masyarakat

13. Ahn Karyawan RF

14. Mly Pemilik Usaha Sayuran

15. Skm Pegawai Puskesmas

16. Dmd Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor

(33)

21 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang di dukung oleh data kuantitatif. Data kuantitatif yang dikumpulkan berupa sikap masyarakat terhadap kehadiran turis Arab. Alat uji yang digunakan dengan menggunakan kuesioner skala sikap Bogardus.

(34)

22

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Sikap komunitas diukur dengan menggunakan skala Bogardus. Skala Bogardus adalah skala untuk mengukur penerimaan terhadap orang lain, yang dikembangkan oleh Emory S. Bogardus. Jarak sosial dalam hal ini berkaitan dengan derajat kedekatan. Skala jarak sosial Borgardus merupakan teknik pengukuran untuk menentukan ketersediaan masyarakat untuk berpastisipasi dalam relasi sosial dari berbagai tingkat kedekatan dengan orang lain. Dalam membuat skala jarak sosial, skor yang lebih tinggi diberikan pada kepada kualitas yang lebih tinggi dan harus disusun berdasarkan rangking dari tingggi ke rendah. Teknik ini efisien karena jawaban dapat di ringkas tanpa kehilangan rincian data aslinya

Ruang Lingkup Penelitian

(35)

23

4

GAMBARAN KOMUNITAS DESA TUGU

Desa Tugu terletak di Kecamatan Cisarua, desa Tugu terdiri dari dua desa yaitu Tugu Utara dan Tugu Selatan. Nama “Tugu” berasal dari istilah “tugu” yang merupakan sebuah batas tempat atau suatu wilayah. Desa Tugu menjadi lokasi penelitian karena di wilayah tersebut keberadaan turis Arab lebih terlihat. Tentu saja hal tersebut terkait dengan penelitian ini, yang ingin melihat dampak keberadaan turis Arab terhadap komunitas pedesaan. Popularitas desa Tugu meningkat seiring dengan isu kawin kontrak yang berhembus di berbagai media massa Indonesia. Banyaknya turis Arab memang menjadi pemicunya, memang diakui oleh beberapa warga jika isu itu pernah ada dahulu, tetapi mereka melakukan perkawinan bukan dengan warga asli, melainkan dengan para Pekerja Seks Komersil (PSK) asal Cianjur, Indramayu dan Sukabumi. Namun, dengan berkembangnya isu kawin kontrak membuat aparat desa setempat melakukan pengawasan ketat terhadap keberadaan turis Arab dan warga sekitar yang kemungkinan besar terlibat.

Perkembangan ekonomi di Tugu tidak terlepas dari adanya turis Arab. Melalui penelitianini kita dapat melihat adanya dampak baik langsung maupun tidak langsung kepada komunitas. Tentu saja tidak hanya melihat berdasarkan aspek ekonominya saja, melainkan juga aspek lainnya seperti sosial dan budaya. Sehingga dirasa perlu untuk membahas terkait dengan profil komunitas berdasarkan kondisi topografi dan demografi.

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai profil komunitas. Dari profil tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran terkait perkembangan komunitas secara ekonomi, sosial dan budaya.

Kondisi Topografi

Tugu merupakan kawasan sentral menetapnya turis Arab. Terlebih Tugu juga memiliki berbagai macam fasilitas penunjang hidupnya selama di Indonesia, khususnya di wilayah tersebut. Maka tidaklah heran, jika memasuki kawasan Cisarua setelah Taman Safari Indonesia, pemandangan yang terlihat adalah banyak pria-pria yang berperawakan tinggi besar yang berasal dari ras Caucasoid itu antara lain, warga Arab Saudi, Pakistan, Iran, Irak dan Afganistan. Namun pengecualian untuk warga Pakistan, Iran, Irak dan Afganistan, mereka berada di Desa Tugu bukan sebagai turis melainkan sebagai pengungsi baik yang legal maupun ilegal yang mencari suaka ke Australia. IOM dan UNHCR memfasilitasi para imigran untuk menetap di wilayah tersebut.

(36)
(37)

25 Kondisi Kehidupan Ekonomi

Mata Pencaharian

Letak wilayah Tugu yang berupa perbukitan menurun dengan ketinggian mencapai 650 – 1.200 meter di atas permukaan laut, dan udara yang dingin dengan suhu minimum 17.850 C dan suhu maksimum 23,910 C, dengan tingkat curah hujan mencapai 3.178 mm/tahun. Iklim yang sejuk sangatlah cocok untuk bercocok tanam, maka tidaklah heran jika sebagian besar penduduknya mengandalkan mata pencaharian pada sektor pertanian sekitar 3.661 jiwa mengandalkan penghasilannya pada pertanian, baik sebagai petani, buruh tani dan buruh perkebunan. Jenis mata pencaharian pokok yang terdata dan terdapat di kampung Tugu, baik desa Tugu Utara maupun Tugu Selatan, diantaranya adalah bekerja dibidang pertanian, pegawai negeri sipil (PNS), pedagang dan pengemudi atau jasa. Menjadi petani merupakan mata pencaharian utama komunitas desa Tugu Utara yaitu sebanyak 40,74 persen, sedangkan komunitas Tugu Selatan banyak yang menjadi pedagang dengan presentase 46,16 persen.

Tabel 3. Mata Pencaharian Pokok Komunitas Tugu Pada tahun 2012

No Mata Pencaharian Pokok Tugu Utara Tugu Selatan

Jumlah % Jumlah %

1 Pertanian/perkebunan 2926 40.74 735 26.88

2 PNS 537 7.48 372 13.61

3 Pedagang 2782 38.73 1262 46.16

4 Pengemudi/jasa 938 13.06 365 13.35

Total 7183 100 2734 100

Sumber : Data Monografi Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan, 2012

Kondisi Kehidupan Sosial Pendidikan

Rata-rata penduduk Desa Tugu baik Desa Tugu Utara maupun Desa Tugu Selatan memiliki standar pendidikan rendah, hal ini bukan karena minimnya biaya, tetapi dikarenakan tidak adanya kesadaran dari yang bersangkutan dan orang tuanya untuk mendorong anak-anaknya bersekolah.

(38)

26

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Pendidikan, di Desa Tugu Pada Tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Tugu Utara Tugu Selatan

Jumlah % Jumlah %

1 SD 2.418 24.15 279 1.61

2 SMP 982 9.81 675 3.91

3 SMA 665 6.64 160 0.93

4 Akademi 669 6.68 22 0.13

5 Universitas 15 0.15 25 0.14

TOTAL 4.749 47.43 1.161 6.72

Sumber : Data Monografi desa Tugu Utara dan Tugu Selatan, 2012

Dampak ekonomi juga menjadikan komunitas desa Tugu memperbaiki kualitas pendidikannya. Mulanya mereka hanya cukup puas menyekolahkan anak hingga jenjang SMP, kini mulai ada kesadaran dari warga untuk mau menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang universitas meskipun persentasenya masih kecil. Di Desa Tugu Utara hanya 0,15 persen saja yang melanjutkan hingga universitas, sedangkan di Desa Tugu Selatan terdapat 0,14 persen. Walaupun jumlahnya masih sangat sedikit, paling tidak cukup memberikan motivasi bagi masyarakat lainnya. Seperti anak ibu Srh yang merupakan seorang hadamah, 3 dari 5 anaknya mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas dan bekerja di industri di luar desa.

Keberadaan turis Arab memberikan peluang kerja bagi penduduk sekitar, mudahnya akses mereka terhadap pekerjaan sehingga untuk bekerja tidak membutuhkan pendidikan. Kemampuan berbahasa Arab merupakan hal penting agar bisa terserap di lapangan pekerjaan. Mereka memilih mengenyam pendidikan pesantren yang memang tersedia di lingkungan mereka. Terdapat 4 (empat) pesantren di Tugu Utara dan 12 (dua belas) pesantren di Tugu Selatan. Seperti yang tergambar pada tabel 5. Berikut :

Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan Formal di Desa Tugu Tahun 2012

No. Lembaga Pendidikan Tugu Utara Tugu Selatan Total

1 TK 3 3

2 SD 4 5 9

3 SMP 1 1

4 SMK 1 1 2

5 Ibtidayah 1 1

6 Tsanawiah 1 1 2

7 Pondok Pesantren 4 12 16

Sumber : Data Monografi desa Tugu Utara dan Tugu Selatan, 2012

(39)

27 akhirat lebih penting daripada tuntutan zaman, sehingga pendidikan agama lebih ditekankan. Pemahaman mereka adalah selama anak-anaknya bisa bekerja menghasilkan uang, maka pendidikan menjadi tidaklah penting.

Karakteristik Turis Arab Profil Turis Arab Saudi

Timur Tengah selalu diidentikkan dengan orang Arab, padahal yang termasuk Timur Tengah bukan hanya Arab Saudi saja, tetapi juga menurut Sihbudi (1995) meliputi negara-negara Arab non Afrika ditambah Iran dan Israel. Sedangkan orang-orang yang datang ke Puncak adalah orang-orang Arab Saudi, Pakistan, Iran, Irak, Afganistan, dan lain-lain.Hadirnya turis Arab di kawasan Puncak, memberikan pengaruh luar biasa bagi penduduk komunitas Tugu. Perubahan yang terjadi terkait dengan perubahan sosial-budaya setempat yang terpengaruh oleh budaya Arab. Sehingga sangat dimungkinkan terjadinya akulturasi dan asimilasi pada komunitas Tugu.

Profil Sosial-Budaya

Secara umum orang Arab cenderung boros, karena banyaknya uang yang mereka miliki menyebabkan mereka senang berfoya-foya. Perilaku konsumtif mereka diwujudkan dengan membeli barang-barang berkelas seperti mobil dan gadget. Kepemilikan barang-barang mewah menyebabkan mereka berperilaku pamer dan senang apabila mendapat pujian. Selain itu mereka juga terkenal manja, tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri.

Tidaklah heran jika permintaan akan tenaga rumah tangga ke Arab Saudi adalah permintaan terbesar, menurut www.bnp2tki.go.id yang diunduh pada 12 Januari 2014, sebanyak 37 persen tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri terserap pada lapangan kerja di Arab Saudi. Ini artinya kebutuhan mereka akan tenaga pembantu rumah tangga sangatlah besar jika dibandingkan negara-negara lain. Perilaku mereka yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, merupakan pemicu dari banyaknya warga Indonesia yang terserap pada lapangan pekerjaan dengan basis rumah tangga.

Sifat manja mereka pun ditunjukkan dari keenganan mereka mencukur janggutnya sendiri, mereka lebih senang pergi ke barber shop. Upaya mereka dalam mengkonsumsi makanan dan minuman pun terpengaruhi oleh budaya barat. Masuknya budaya barat menjadikan mereka sebagai pecinta soft drink, bahkan dalam segala kesempatan minuman tersebut menjadi minuman wajib dibandingkan minuman lainnya. Para pemuda pun lebih senang pergi bersama teman-temannya memamerkan gadget dan mobil mewah. Rokok juga menjadi gaya hidup pergaulan mereka sehari-hari. Mereka sangat suka sekali makanan manis, maka kudapannya pun kebanyakan terbuat dari bahan dasar tepung dan gula, seperti halawa yang merupakan camilan khas Arab yang terbuat dari tepung dan gula.

Gambar

Tabel 1. Daftar Nama Subjek Kasus
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Pendidikan, di Desa
Tabel 7.  Jenis Usaha yang Terdapat di Warung Kaleng Berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Jadi kaitannya adalah bahwa variabel implementasi menandakan adanya sesuatu yang ditampilkan oleh peneliti di kelas dengan tujuan untuk perbaikan dan pembaharuan baik

Dari pembahasan terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut; Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai metode yaitu; secara lisan, tulisan, lukisan atau fotografi, audio visual

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas audit dan independensi auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba sedangkan variabel ukuran perusahaan

tuotanto palautuu samalle tasolle, millä se- oli ennen vaihtoa.. Se tehtiin - l a niudella itäsuomalaisella lehmällä, joiden ijäiVittäiset maito- määrät kokeen alussa

Dari hasil penelitian dan pembahasan seperti telah diuraikan di atas menjelaskan bahwa dengan penggunaan media gambar yang tepat pada siswa kelas II pada mata

Penulis sangat bersyukur dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita Karya

Hasil penelitian menunjukkan karakter tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga, umur panen, panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa,