• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNITAS DESA TUGU

3) Sistem Peralatan dan Teknolog

Penggunaan handphone mungkin bukanlah hal yang aneh, tetapi memakai smartphone tentu menjadi gaya hidup baru. Rata-rata turis Arab menggunakan handphone keluaran baru dengan kriteria paling canggih. Itu pun pada akhirnya memicu penggunaan handphone berteknologi canggih pada masyarakat Desa Tugu, yang padahal secara kebutuhan mereka tidak memerlukan kecanggihan teknologi tersebut.

4) Bahasa

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang digunakan untuk melakukan interaksi satu sama lain. Bahasa memberikan sinkronisasi antara turis Arab dengan warga setempat. Melalui proses akulturasi bahasa Arab mampu diadopsi dengan baik oleh warga sekitar, terlepas dari keberadaan turis Arab, mereka sebetulnya sudah memiliki dasar mengaji yang kuat dari madrasah-madrasah setempat. Dengan berbekal bisa mengaji dan sering mendengar dan berhadapan langsung dengan turis Arab membuat bahasa Arab menjadi bahasa ketiga, setelah bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Bahkan pertukaran bahasa pun terjadi, tidak sedikit pula bagi turis Arab yang sudah sering datang, bisa berbahasa Indonesia bahkan bisa berbahasa Sunda. Mereka layaknya orang Arab keturunan yang berasal dari Empang yang lahir dan besar di Bogor.

5) Kesenian

Kesenian adalah unsur terpenting bagi perkembangan budaya, melalui kesenian pengenalan budaya akan lebih mudah diterima. Kesenian yang pada akhirnya masuk kedalam masyarakat antara lain adalah seni musik. Masyarakat menjadi menyenangi musik-musik Arab seperti marawis dan hapla. Dalam setiap acara perkawinan atau acara-acara besar keagamaan marawis atau hapla menjadi hiburan utamanya. Selain juga mengembangakan budaya Islam, tetapi perkembangan marawis dan hapla di Desa Tugu tidak terlepas dari keberadaan orang-orang Arab.

70

6) Organisasi

Sistem organisasi dikembangkan di masyarakat Desa Tugu, khususnya oleh warga RW 14. Mereka membuat organisasi kepemudaan yang merupakan induk organisasi-organisasi lainnya. Gerakan Masyarakat Sampay (GEMSA) merupakan organisasi yang dibuat untukmengakomodir dan melindungi keamanan dan kenyamanan lingkungan, mengingat kelompok masyarakat yang dihadapi adalah masyarakat pendatang dari luar negeri, sehingga dirasa perlu dibentuk sebuah organisasi, GEMSA membawahi empat organisasi diantaranya :

Persatuan Perkumpulan Hadamah Puncak

(PPHP), Ikatan Guide Puncak (IGP), O2WK (Organisasi Ojek Warung Kaleng) dan Jabba Speed Motor (JSM).

71

9

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Meningkatnya perkembangan pariwisata Puncak telah memberikan dampak bagi komunitas di desa Tugu. Komunitas menyikapi keberadaan para turis dengan positif. Hal tersebut terlihat dari penerimaan mereka dengan menjalin hubungan formal. Hubungan formal tersebut terkait dengan hubungan kerja yang saling timbal balik antara turis dengan komunitas. Pola hubungan pribadi berbeda dengan hubungan kerja. Tidak ada individu yang bersedia menikah dengan turis Arab, menunjukkan bahwa komunitas menolak terjadinya hubungan yang sifatnya intim. Walaupun ada hubungan pribadi antara turis Arab dengan PSK tetap saja dasarnya hanya terkait atas hubungan kerja saja. Penerimaan komunitas pada turis Arab sudah melewati tahapan euphoria, apaty, bahkan ada beberapa gejala yang timbul dari beberapa individu sehingga mereka sudah pada tahapan annoyance hingga antagonism.

Awalnya komunitas bermatapencaharian sebagai petani, namun ketika terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi pemukiman dan vila, pada akhirnya juga mempengaruhi pola aktifitas nafkah komunitas. Bergesernya mata pencaharian dari petani menjadi pelaku pariwisata, merupakan dampak dari keberadaan turis Arab di komunitas. Adanya turis Arab di komunitas tidak bisa dipungkiri mempengaruhi perekonomian warga. Tersedianya peluang-peluang usaha pada akhirnya dapat menimbulkan peluang kerja. Peluang usaha yang terbentuk diantaranya vila, homestay, money changer, travel agent, restoran dan lain-lain. Selain itu juga timbul peluang kerja seperti menjadi pramuniaga, hadamah, supir, kasir dan lain-lain. Di desa Tugu juga terbentuk jaringan-jaringan terkait dengan keberadaan turis Arab. Jaringan yang terbentuk meliputi jaringan ekonomi dan jaringan sosial. Jaringan ekonomi berkaitan dengan jaringan kerja yang terjadi di Desa Tugu. Jaringan kerjadiperoleh melalui hubungan kekerabatan, hingga akhirnya terbentuk jaringan ekonomi antara pengusaha dengan pencari kerja. Selain itu juga terbentuk jaringan sosial antara mereka melalui pengorganisasi masyarakat, seperti dibentuknya GEMSA (Gerakan Masyarakat Sampay) sebagai organisasi yang menauni organisasi-organisasi kecil yang mendukung usaha dan kerja mereka. Jadi para pencari kerja akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan jika memiliki hubungan kekerabatan dengan atasannya. Sedangkan jaringan sosial terbentuk melalui organisasi masyarakat yang kemudian mendukung kegiatan mereka dalam pekerjaan. Norma yang terbangun dalam komunitas merupakan norma yang bersifat menguntungkan dengan sistem kepercayaan mengakibatkan hubungan diantara komunitas bisa berjalan dengan baik.

Perempuan di Desa Tugu memiliki kesempatan yang sama dengan laki- laki untuk memperoleh pekerjaan, meskipun pembagian kerjanya masih didasarkan pada ranah maskulinitas dan feminitas. Laki-laki mengerjakan pekerjaan yang dianggap berat sedangkan perempuan hanya mengerjakan pekerjaan yang sifat lebih ringan daripada laki-laki, dan jenis pekerjaannya tidak jauh dari pekerjaan rumah tangga seperti menjadi tukang masak (hadamah). Norma masa lampau memposisikan perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga

72

yang bertugas mengurus kepentingan anak, suami dan keluarga. Namun, norma lampau itu kini bergeser seiring dengan meningkatnya kebutuhan keluarga, perempuan tidak hanya sebagai ibu rumah tangga saja, tetapi juga memberikan kontribusi ekonomi pada keluarga. Secara sosial jenis pekerjaan perempuan sangatlah rendah, tetapi secara ekonomi penghasilan perempuan di pariwisata mampu mengungguli penghasilan suaminya yang bekerja sebagai penjaga vila.

Saran

Gejala sikap yang ditimbulkan oleh komunitas mengarah pada sikap yang apatis, hubungan yang terjalin hanya terbatas pada hubungan yang motifnya ekonomi, bahkan komunitas sudah pada tahap annoyance dimana komunitas mulai merasakan kejenuhan akibat keberadaan turis Arab, terutama terkait dengan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh turis Arab. Gejala demikian sebaiknya bisa ditindaklanjuti oleh berbagai pihak terkait dengan ketertiban sosial. Jika dibiarkan, maka akan menimbulkan gejala yang lebih dahsyat yaitu penolakan secara besar-besaran dari komunitas. Diperlukan kerja sama antara pemerintah setempat dengan aparat terkait penertiban atas penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di komunitas yang dilakukan oleh turis Arab dan warga Indonesia yang terlibat dalam penyimpangan tersebut.

Keberadaan turis Arab Saudi memberikan pemasukan bagi masyarakat, PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan bahkan devisa negara. Turis merupakan aset yang harus dijaga dengan baik, untuk itu dibutuhkan peningkatan pelayanan terhadap pariwisata. Melalui penerimaan yang baik, tentunya akan memberikan rasa nyaman pada wisatawan yang datang ke kawasan Puncak. Dibutuhkan kesadaran diri dari para stakeholder untuk bersama-sama menciptakan iklim pariwisata yang kondusif.Perlunya kontrol dari pemerintah setempat hingga pemerintah pusat terkait dengan peluang usaha dan peluang kerja pada komunitas setempat. Terutama berkaitan dengan peluang usaha yang beberapa dimiliki oleh warga negara asing yang dikuasakan kepada warga lokal. Meskipun keberadaan mereka memberikan keuntungan bagi komunitas, namun usaha yang mereka jalankan telah merugikan negara terkait dengan pemasukan pajak. Untuk itu pemerintah harus melakukan pengawasan terhadap jenis-jenis usaha di Kawasan Tugu. Selain itu juga banyaknya PSK dan pengemis, seharusnya menjadi perhatian pemerintah setempat terkait dengan munculnya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di desa Tugu.Jaringan ekonomi dan sosial yang terbentuk di Desa Tugu merupakan jaringan yang berdiri sendiri-sendiri antara turis Arab, komunitas dan pendatang (pedagang pakaian yang berasal dari Jawa Tengah). Sehingga diperlukan hubungan yang lebih dekat lagi, sehingga dapat membentuk hubungan yang embedded. Keterlekatan hubungan bisa menciptakan suasana yang kondusif sehingga akan terbangun kepercayaan tanpa ada rasa curiga.

Peran dan posisi perempuan dalam perekonomian masih mengalami ketimpangan. Ketimpangan gender ini terjadi ketika ranah pekerjaan mereka hanya pada ranah domestik, mereka hanya diberikan kesempatan untuk bekerja pada lingkup rumah tangga. Padahal perempuan di Desa Tugu bisa berada pada lingkup-lingkup usaha yang mandiri dengan memanfaatkan potensi sumber daya

73 alam Desa Tugu. Pemberdayaan perempuan diperlukan guna meningkatkan kualitas perempuan Desa Tugu, sehingga tercipta kemandirian. Secara sosial juga mampu meningkatkan status perempuan. Sehingga pembinaan berbasis kemandirian sangatlah dibutuhkan oleh perempuan komunitas Tugu.

74

Dokumen terkait