• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Data yang

dibutuhkan

Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Menganalisis Dinamika norma dan sikap masyarakat terhadap keberadaan turis Arabdi desaTugu 1) Norma yang berlaku di komunitas 2) Sikap yang ditunjukkan masyarakat tentang kehadiran turis Arab Komunitas Desa Tugu Wawancara dan Kuesioner Menganalisis dinamika nafkah dan jaringan ekonomi yang terbentuk akibat keberadaan turis Arab 1) Perubahan nafkah : peluang usaha dan peluang kerja. 2) Jaringan ekonomi yang terbentuk 1) Komunitas Desa Tugu 2) Pelaku Ekonomi 3) Tokoh Masyarakat Wawancara dan FGD Menganalisis dinamika peran dan posisi perempuan dalam ekonomi keluarga akibat munculnya nafkah baru. Keterlibatan perempuan dalam aktifitas nafkah baru.

Subjek kasus Wawancara mendalam dan life history

22

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Sikap komunitas diukur dengan menggunakan skala Bogardus. Skala Bogardus adalah skala untuk mengukur penerimaan terhadap orang lain, yang dikembangkan oleh Emory S. Bogardus. Jarak sosial dalam hal ini berkaitan dengan derajat kedekatan. Skala jarak sosial Borgardus merupakan teknik pengukuran untuk menentukan ketersediaan masyarakat untuk berpastisipasi dalam relasi sosial dari berbagai tingkat kedekatan dengan orang lain. Dalam membuat skala jarak sosial, skor yang lebih tinggi diberikan pada kepada kualitas yang lebih tinggi dan harus disusun berdasarkan rangking dari tingggi ke rendah. Teknik ini efisien karena jawaban dapat di ringkas tanpa kehilangan rincian data aslinya

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada komunitas desa Tugu dan yang menjadi fokus penelitian adalah 1) Dinamika norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan turis Arab, 2) Dinamika nafkah dan jaringan ekonomi komunitas, serta 3) Dinamika posisi dan peran perempuan dalam aktifitas ekonomi keluarga.

23

4

GAMBARAN KOMUNITAS DESA TUGU

Desa Tugu terletak di Kecamatan Cisarua, desa Tugu terdiri dari dua desa yaitu Tugu Utara dan Tugu Selatan. Nama “Tugu” berasal dari istilah “tugu” yang merupakan sebuah batas tempat atau suatu wilayah. Desa Tugu menjadi lokasi penelitian karena di wilayah tersebut keberadaan turis Arab lebih terlihat. Tentu saja hal tersebut terkait dengan penelitian ini, yang ingin melihat dampak keberadaan turis Arab terhadap komunitas pedesaan. Popularitas desa Tugu meningkat seiring dengan isu kawin kontrak yang berhembus di berbagai media massa Indonesia. Banyaknya turis Arab memang menjadi pemicunya, memang diakui oleh beberapa warga jika isu itu pernah ada dahulu, tetapi mereka melakukan perkawinan bukan dengan warga asli, melainkan dengan para Pekerja Seks Komersil (PSK) asal Cianjur, Indramayu dan Sukabumi. Namun, dengan berkembangnya isu kawin kontrak membuat aparat desa setempat melakukan pengawasan ketat terhadap keberadaan turis Arab dan warga sekitar yang kemungkinan besar terlibat.

Perkembangan ekonomi di Tugu tidak terlepas dari adanya turis Arab. Melalui penelitianini kita dapat melihat adanya dampak baik langsung maupun tidak langsung kepada komunitas. Tentu saja tidak hanya melihat berdasarkan aspek ekonominya saja, melainkan juga aspek lainnya seperti sosial dan budaya. Sehingga dirasa perlu untuk membahas terkait dengan profil komunitas berdasarkan kondisi topografi dan demografi.

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai profil komunitas. Dari profil tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran terkait perkembangan komunitas secara ekonomi, sosial dan budaya.

Kondisi Topografi

Tugu merupakan kawasan sentral menetapnya turis Arab. Terlebih Tugu juga memiliki berbagai macam fasilitas penunjang hidupnya selama di Indonesia, khususnya di wilayah tersebut. Maka tidaklah heran, jika memasuki kawasan Cisarua setelah Taman Safari Indonesia, pemandangan yang terlihat adalah banyak pria-pria yang berperawakan tinggi besar yang berasal dari ras Caucasoid itu antara lain, warga Arab Saudi, Pakistan, Iran, Irak dan Afganistan. Namun pengecualian untuk warga Pakistan, Iran, Irak dan Afganistan, mereka berada di Desa Tugu bukan sebagai turis melainkan sebagai pengungsi baik yang legal maupun ilegal yang mencari suaka ke Australia. IOM dan UNHCR memfasilitasi para imigran untuk menetap di wilayah tersebut.

Secara administratif Desa Tugu terdiri dari Tugu Utara dan Tugu Selatan. Batas wilayah Desa Tugu Utara, sebelah barat berbatasan langsung dengan Desa Batu Layang, timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, utara berbatasan langsung dengan Kecamatan Suka Makmur, selatan berbatasan dengan Desa Tugu Selatan. Luas wilayah Tugu Utara adalah 1.703.000 ha/m2. Desa Tugu Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibeureum, utara berbatasan langsung dengan Desa Tugu Utara, timur berbatasan dengan Desa Ciloto dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Luas wilayah Tugu Selatan adalah 1.176.470 ha/m2.

25 Kondisi Kehidupan Ekonomi

Mata Pencaharian

Letak wilayah Tugu yang berupa perbukitan menurun dengan ketinggian mencapai 650 – 1.200 meter di atas permukaan laut, dan udara yang dingin dengan suhu minimum 17.850 C dan suhu maksimum 23,910 C, dengan tingkat curah hujan mencapai 3.178 mm/tahun. Iklim yang sejuk sangatlah cocok untuk bercocok tanam, maka tidaklah heran jika sebagian besar penduduknya mengandalkan mata pencaharian pada sektor pertanian sekitar 3.661 jiwa mengandalkan penghasilannya pada pertanian, baik sebagai petani, buruh tani dan buruh perkebunan. Jenis mata pencaharian pokok yang terdata dan terdapat di kampung Tugu, baik desa Tugu Utara maupun Tugu Selatan, diantaranya adalah bekerja dibidang pertanian, pegawai negeri sipil (PNS), pedagang dan pengemudi atau jasa. Menjadi petani merupakan mata pencaharian utama komunitas desa Tugu Utara yaitu sebanyak 40,74 persen, sedangkan komunitas Tugu Selatan banyak yang menjadi pedagang dengan presentase 46,16 persen.

Tabel 3. Mata Pencaharian Pokok Komunitas Tugu Pada tahun 2012

No Mata Pencaharian Pokok Tugu Utara Tugu Selatan

Jumlah % Jumlah % 1 Pertanian/perkebunan 2926 40.74 735 26.88 2 PNS 537 7.48 372 13.61 3 Pedagang 2782 38.73 1262 46.16 4 Pengemudi/jasa 938 13.06 365 13.35 Total 7183 100 2734 100

Sumber : Data Monografi Desa Tugu Utara dan Tugu Selatan, 2012 Kondisi Kehidupan Sosial

Pendidikan

Rata-rata penduduk Desa Tugu baik Desa Tugu Utara maupun Desa Tugu Selatan memiliki standar pendidikan rendah, hal ini bukan karena minimnya biaya, tetapi dikarenakan tidak adanya kesadaran dari yang bersangkutan dan orang tuanya untuk mendorong anak-anaknya bersekolah.

Pada tabel 4. digambarkan besaran jumlah warga yang mengenyam pendidikan formal mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga tingkat perguruan tinggi.

26

Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Pendidikan, di Desa Tugu Pada Tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Tugu Utara Tugu Selatan

Jumlah % Jumlah % 1 SD 2.418 24.15 279 1.61 2 SMP 982 9.81 675 3.91 3 SMA 665 6.64 160 0.93 4 Akademi 669 6.68 22 0.13 5 Universitas 15 0.15 25 0.14 TOTAL 4.749 47.43 1.161 6.72

Sumber : Data Monografi desa Tugu Utara dan Tugu Selatan, 2012

Dampak ekonomi juga menjadikan komunitas desa Tugu memperbaiki kualitas pendidikannya. Mulanya mereka hanya cukup puas menyekolahkan anak hingga jenjang SMP, kini mulai ada kesadaran dari warga untuk mau menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang universitas meskipun persentasenya masih kecil. Di Desa Tugu Utara hanya 0,15 persen saja yang melanjutkan hingga universitas, sedangkan di Desa Tugu Selatan terdapat 0,14 persen. Walaupun jumlahnya masih sangat sedikit, paling tidak cukup memberikan motivasi bagi masyarakat lainnya. Seperti anak ibu Srh yang merupakan seorang hadamah, 3 dari 5 anaknya mengenyam pendidikan hingga tingkat universitas dan bekerja di industri di luar desa.

Keberadaan turis Arab memberikan peluang kerja bagi penduduk sekitar, mudahnya akses mereka terhadap pekerjaan sehingga untuk bekerja tidak membutuhkan pendidikan. Kemampuan berbahasa Arab merupakan hal penting agar bisa terserap di lapangan pekerjaan. Mereka memilih mengenyam pendidikan pesantren yang memang tersedia di lingkungan mereka. Terdapat 4 (empat) pesantren di Tugu Utara dan 12 (dua belas) pesantren di Tugu Selatan. Seperti yang tergambar pada tabel 5. Berikut :

Tabel 5. Jumlah Sarana Pendidikan Formal di Desa Tugu Tahun 2012 No. Lembaga Pendidikan Tugu Utara Tugu Selatan Total

1 TK 3 3 2 SD 4 5 9 3 SMP 1 1 4 SMK 1 1 2 5 Ibtidayah 1 1 6 Tsanawiah 1 1 2 7 Pondok Pesantren 4 12 16

Sumber : Data Monografi desa Tugu Utara dan Tugu Selatan, 2012

Mayoritas orang tua bangga jika anaknya bisa khatam al-Qur‟an dibandingkan memiliki standar akademi yang baik. Mereka beranggapan tuntutan

27 akhirat lebih penting daripada tuntutan zaman, sehingga pendidikan agama lebih ditekankan. Pemahaman mereka adalah selama anak-anaknya bisa bekerja menghasilkan uang, maka pendidikan menjadi tidaklah penting.

Karakteristik Turis Arab Profil Turis Arab Saudi

Timur Tengah selalu diidentikkan dengan orang Arab, padahal yang termasuk Timur Tengah bukan hanya Arab Saudi saja, tetapi juga menurut Sihbudi (1995) meliputi negara-negara Arab non Afrika ditambah Iran dan Israel. Sedangkan orang-orang yang datang ke Puncak adalah orang-orang Arab Saudi, Pakistan, Iran, Irak, Afganistan, dan lain-lain.Hadirnya turis Arab di kawasan Puncak, memberikan pengaruh luar biasa bagi penduduk komunitas Tugu. Perubahan yang terjadi terkait dengan perubahan sosial-budaya setempat yang terpengaruh oleh budaya Arab. Sehingga sangat dimungkinkan terjadinya akulturasi dan asimilasi pada komunitas Tugu.

Profil Sosial-Budaya

Secara umum orang Arab cenderung boros, karena banyaknya uang yang mereka miliki menyebabkan mereka senang berfoya-foya. Perilaku konsumtif mereka diwujudkan dengan membeli barang-barang berkelas seperti mobil dan gadget. Kepemilikan barang-barang mewah menyebabkan mereka berperilaku pamer dan senang apabila mendapat pujian. Selain itu mereka juga terkenal manja, tidak mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri.

Tidaklah heran jika permintaan akan tenaga rumah tangga ke Arab Saudi adalah permintaan terbesar, menurut www.bnp2tki.go.id yang diunduh pada 12 Januari 2014, sebanyak 37 persen tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri terserap pada lapangan kerja di Arab Saudi. Ini artinya kebutuhan mereka akan tenaga pembantu rumah tangga sangatlah besar jika dibandingkan negara- negara lain. Perilaku mereka yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, merupakan pemicu dari banyaknya warga Indonesia yang terserap pada lapangan pekerjaan dengan basis rumah tangga.

Sifat manja mereka pun ditunjukkan dari keenganan mereka mencukur janggutnya sendiri, mereka lebih senang pergi ke barber shop. Upaya mereka dalam mengkonsumsi makanan dan minuman pun terpengaruhi oleh budaya barat. Masuknya budaya barat menjadikan mereka sebagai pecinta soft drink, bahkan dalam segala kesempatan minuman tersebut menjadi minuman wajib dibandingkan minuman lainnya. Para pemuda pun lebih senang pergi bersama teman-temannya memamerkan gadget dan mobil mewah. Rokok juga menjadi gaya hidup pergaulan mereka sehari-hari. Mereka sangat suka sekali makanan manis, maka kudapannya pun kebanyakan terbuat dari bahan dasar tepung dan gula, seperti halawa yang merupakan camilan khas Arab yang terbuat dari tepung dan gula.

Norma sosial yang berlaku di Arab Saudi sesuai dengan ajaran Islam, misalnya toko yang selalu tutup di waktu sholat, mayoritas wanita menggunakan

28

kerudung, pencuri dipotong tangannya, serta minum alkohol dan bioskop adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan secara legal. Mereka pun terkenal sangat dermawan, bagi mereka shadaqoh itu wajib hukumnya, yang tujuannya untuk menyisihkan sebagian harta titipan dari Allah SWT, kepada orang yang membutuhkan.

Arab Saudi mengalami perubahan lingkungan sosial dengan cepat, hal tersebut dikarenakan banyaknya orang asing yang tinggal di Ryadh. Namun persepsi dan nilai-nilai tradisional berubah sangat lambat. Di satu sisi mereka menerima keterbukaan di sisi lain juga masih memegang prinsip-prinsip konservatif.

Tipologi Turis Arab

Desa Tugu terletak di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Desa Tugu terbagi menjadi dua wilayah yaitu Tugu Utara dan Tugu Selatan yang terpisah oleh jalan raya jalur Bogor – Puncak – Cianjur (BOPUNJUR). Sepanjang jalur tersebut sering disebut sebagai daerah Warung Kaleng – Sampay, banyak terdapat berbagai macam jenis usaha, seperti Restoran, berbagai macam toko yang menjual makanan, pulsa, gahru (kayu wangi), travel, dan lain-lain. Berbagai macam jenis usaha ini ada dikarenakan banyaknya turis Arab yang tinggal sementara di vila-vila di Desa Tugu, sehingga mereka membeli berbagai macam kebutuhannya di Warung Kaleng – Sampay.

Turis yang berada di Puncak mayoritas berasal dari Arab Saudi. Kedatangan mereka mulai ramai di tahun 1990-an, awalnya kedatangan mereka adalah musiman, yaitu pada liburan musim panas sekitar bulan Juni hingga Agustus. Namun, di tahun 2000-an pola berlibur mereka berubah hal ini seiring dengan kebijakan pemerintahnya yang menerapkan sistem liburan dengan cara bergiliran dan hal ini berdampak pada pola kunjungan turis Arab. Kini sepanjang tahun mereka bergantian datang ke kawasan Puncak, tanpa terbatas oleh musim panas. Keberadaan turis Arab di Indonesia, menurut tokoh pemuda Desa Tugu dimulai sejak tahun 1980-an, mereka melakukan kunjungan untuk syi‟ar agama Islam.

Turis Arab yang datang ke Kawasan Puncak berdasarkan pengamatan peneliti terbagi kedalam tiga tipe, yaitu :

1) Keluarga

Tujuan turis Arab datang bersama keluarga adalah untuk mengisi waktu liburan musim panas. Kegiatan selama di Indonesiadiantaranya berjalan-jalan, mengunjungi tempat wisata yang ada di kota Bogor dan sekitarnya, sampai mengunjungi kota lain seperti : Sukabumi, Cipanas, Cianjur, Jakarta dan Bandung. Turis Arab dengan pola keluarga sangat menjaga perilaku mereka. Menjaga perilaku mereka tunjukkan dengan tidak memperbolehkan istri-nya berkomunikasi dengan laki-laki yang bukan mahkrom-nya. Seperti yang disampaikan oleh Ddn sebagai supir/guide yang pernah mengalami kasus tersebut :

“ waktu itu tamu saya melarang istrinya untuk berbicara dengan saya, karena saya bukan mahrom-nya. Padahal

29 istri-nya sedang ingin menanyakan sesuatu, tetapi di

larang oleh suaminya.”

Selain menjaga sikap, mereka juga sangat memperhatikan Shodaqoh. Shodaqah menjadi salah satu agenda mereka, karena dengan membagi sebagian harta yang mereka miliki merupakan tanda cinta kasih mereka terhadap Allah SWT. Sehingga mereka dengan ikhlas berderma kepada kaum dhuafa. Sifat baik ini kemudian dimanfaatkan oleh para pengemis asal Cianjur dan Sukabumi yang memanfaatkan situasi tersebut. Mereka juga ikhlas menyumbang untuk membangun serta me-renovasi mesjid, maka tidaklah heran jika banyak terdapat mesjid-mesjid megah berdiri di tengah pedesaan.

2) Kelompok

Kelompok terbagi dalam dua kategori. Kelompok pertama biasanya mereka baru pertama kali datang ke Indonesia, sehingga kegiatan yang dilakukan pun hanya sebatas berwisata mengunjungi daerah wisata. Kelompok kedua, terdiri dari anak-anak muda, terdiri dari dua hingga lima orang. Mereka tidak hanya ingin menikmati keindahan alam saja, tetapi mereka juga menghendaki wisata lainnya. Mereka biasanya sudah berulang-ulang datang ke Indonesia, sehingga mereka lebih mengetahui situasi lingkungan. Kegiatan yang dilakukan pun cenderung kegiatan yang sifatnya hanya untuk bersenang-senang saja. Selain mengunjungi tempat wisata, biasanya mereka juga menghabiskan waktu bersama teman-temannya di vila dengan membuat pesta dengan lantunan musik disko Arab. Menurut Hsn, ketika berpesta biasanya mereka tidak luput dari minuman keras dan wanita.

Hal ini yang menjadi alasan mereka untuk kembali datang ke Indonesia, karena hukum Indonesia yang masih relatif lemah, membuat mereka leluasa melakukan hal negatif di Indonesia. Peredaran alkohol di Puncak tidak sulit, bahkan tersedia di warung-warung kecil, maka tidak heran jika perilaku mereka juga dipengaruhi oleh lingkungan yang mendukung terutama terkait dengan tersedianya fasilitas, yang mendukung kegiatan mereka. Begitu juga dengan ketersediaan PSK, setiap malam ada beberapa mobil ataupun motor yang melakukan dawer atau berkeliling, masuk dari satu vila ke vila lain, hanya untuk menawarkan perempuan. Dengan adanya alkohol dan perempuan sebagai daya tarik wisata Puncak, memberikan pengaruh pada image Puncak sendiri, yang pada akhirnya akan melekat pada turis Arab bahwa Puncak identik dengan alkohol dan perempuan.

3) Individu

Turis yang datang secara individu biasanya turis yang sudah berkali-kali datang ke desa Tugu. Kedatangan mereka bermacam-macam kepentingannya. Amr (60) tujuannya untuk menenangkan diri dan sudah 3 bulan berada di desa Tugu, Dbi (35) yang mengaku sudah 30 kali ke Indonesia sejak usia 16 tahun hanya ingin berlibur, dan Sltn (30) yang berprofesi sebagai dokter anak yang sudah fasih berbahasa Indonesia

30

bahkan fasih berbahasa Sunda ini pertama kali datang ke Indonesia usia 15 tahun bersama keluarganya. Sltn sudah dianggap warga setempat bukan orang lain karena kedekatan mereka satu sama lain, tujuannya hanya sebatas berlibur dan bercita-cita mendirikan klinik khusus untuk anak-anak. Namun ada juga yang tujuannya untuk melakukan bisnis seperti Umr (55) asal Yaman yang datang ke Tugu sebagai distributor barang-barang khas Arab.

Kedatangan turis Arab ke Indonesia, khususnya ke Kawasan Puncak, berdasarkan tipologi wisatawan Cohen (1977)sebagian besar untuk tujuan recreational, dimana mereka melakukan perjalanan wisata sebagai upaya menghibur diri atau relaksasi dengan mengunjungi daerah yang menyenangkan. Mereka tertarik untuk datang ke Kawasan Puncak karena iklim puncak yang sejuk.

Karakteristik Masyarakat Sunda dan Komunitas Tugu

Suku Sunda merupakan suku yang mendiami pulau Jawa bagian barat. Suku Sunda memiliki karakter cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri) dan pinter (cerdas). Orang Sunda terkenal memiliki sifat ramah, karena hidupnya dilandasi oleh sikap “silih asih, silih asah dan silih asuh”, artinya saling mengasihi, mengasah atau mengajari dan saling mengasuh sehingga dapat menciptakan iklim kehidupan yang rukun, damai dan kekeluargaan. Dengan sifat yang demikian menyebabkan orang Sunda lebih mudah bergaul dan lebih mudah di terima dalam pergaulan.

Peran dan Posisi Perempuan Sunda

Dalam budaya sunda mengenal ungkapan yang menggambarkan kedudukan perempuan yaitu “indung tangkal rahayu, bapak tangkal darajat” yang mencirikan persamaan dan kesetaraan antara suami dan istri dalam kedudukannya. Masuknya budaya Arab pada akhir abad ke-16 ditandai dengan dimulainya kerajaan Islam pada kerajaan Banten dan Cirebon.

Budaya Arab yang terkenal patriaki mempengaruhi pergeseran nilai dan kedudukan perempuan sunda dalam fungsi sosial. Awalnya perempuan bisa setara dengan laki-laki akhirnya tereduksi oleh budaya Arab dalam fungsi sosialnya. Diperekenalkannya budaya Arab juga ditandai dengan masuknya ajaran Islam sehingga terbatasinya aktifitas perempuan sunda. Banyak larangan dan pantangan yang didasarkan oleh ajaran Islam.

Pada akhirnya budaya patriarki dipertahankan, sehingga peran laki-laki dan perempuan yang berlaku pun bersifat kaku. Perempuan masih tersubordinasi dalam ranah publik. Perempuan sunda memiliki kecenderungan menikah di usia muda, karena mereka tidak melanjutkan pendidikan formal. Mereka tidak bisa aterpisah atau jauh dari keluarga dan ibunya, karena mereka tidak mampu berdiri sendiri dalam menghadapi masalah hidupnya, sehingga perempuan sunda cenderung bersifat matrilokalitas. Pendidikan yang minim membuat mereka tersubordinasi dari peluang-peluang pekerjaan yang layak. Minimnya pendidikan akan berdampak pada minimnya skill atau kemampuan mereka. Ada ungkapan yang menyatakan “awewe mah dulang tinande” yang artinya perempuan itu harus pasrah. Sehingga perempuan tidak memiliki ruang untuk bisa berkembang,

31 mengembangkan kemampuannya diluar kemampuan mengurus rumah tangga. Padahal tidaklah sedikit perempuan yang memiliki kemampuan lain diluar mengurus rumah tangga, tetapi nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat telah mematahkan semangat perempuan untuk berkarya.

Profil Komunitas Tugu

Kawasan Tugu dikenal karena keberadaan turis Arab. Terlebih di kawasan tersebut di ekspose oleh beberapa media terkait penyimpangan terhadap perkawinan yaitu dengan adanya kawin kontrak. Keberadaan turis Arab telah mempengaruhi kehidupan komunitas. Hal ini terlihat dari gaya hidup komunitas Tugu yangmengalami pergeseran akibat keberadaan turis Arab. Gaya hidup yang dimaksud mencakup kebutuhan akan food, fun and fashion. Misalnya ditunjukkan oleh perilaku para pemuda yang hedonis, seperti pemakaian gadget mahal, cara menghabiskan waktu luang mereka memilih untuk pergi ke club yang berada di Bogor maupun Jakarta, berubahnya selera makan dan kesenangan atas musik Arab.

Komunitas Tugu mengalami akulturasi budaya, hingga mereka belajar bahasa Arab dan mendalami budaya Arab. Meskipun terjadi berbagai macam pengaruh akibat adanya turis Arab, tetapi komunitas pun tidak menghilangkan identitas dirinya, sebagai orang Sunda.

Perubahan sosial yang terjadi di komunitas Tugu akibat berkembangnya pariwisata puncak sebagai efek dari hadirnya turis Arab, telah memberikan multifier effect yang kemudian memberikan dampak positif dan dampak negatif bagi komunitas Desa Tugu. Terjadinya perubahan dinamika sosial, ekonomi dan budaya dipedesaan akibat pariwisata, sebagai pengaruh kunjungan turis Arab ke Desa Tugu.Multifier effect yang dimaksud memberikan dampak ikutan seperti meningkatnya pertumbuhan ekonomi, tersedianya lapangan pekerjaan, sehingga meningkatkan penghasilan, kemudian meningkatkan standar hidup masyarakat, hingga akhirnya mereka mampu membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan membuat aliran-aliran wirausaha baru seperti adanya toko kerajinan tangan, cinderamata, penginapan, transportasi, dan restoran.

Selain pendidikan, peningkatan pun terjadi dari perilaku masyarakat. Masyarakat yang tadinya minim teknologi kini menjadi technology minded hal ini ditunjukkan dengan pemakaian gadget-gadget berkelas. Munculnya perilaku konsumtif tentunya dipengaruhi oleh meningkatnya pendapatan yang akhirnya juga memberikan pengaruh pada pola konsumsinya. Memiliki motor besar, handphone keluaran terbaru dan canggih dengan harga fantastis, memiliki mobil (walaupun mobil tersebut dimanfaatkan untuk mencari nafkah) dan menghamburkan uang untuk kepentingan hiburan seperti main bilyard, clubbing dan lain-lain. Tentu saja hal ini sangat disayangkan, ditengah gempuran materi yang berlimpah menjadikan mereka lupa akan kearifan lokal desa yang menjadi akar budayanya.

32

5

DINAMIKA NORMA DAN SIKAPKOMUNITAS

Dokumen terkait